BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidrokortison asetat adalah kortikosteroid yang banyak digunakan sebagai antiinflamasi local akibat dermatitis. Hidrokortison dapat mencegah dan menekan timbulnya gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi atau allergen (Gunawan, dkk., 2007). Obat tersebut banyak diformulasi sebagai sediaan krim (Hayun, dkk, 2014). Kloramfenikol merupakan golongan antibiotik yang bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman (Gunawan, dkk., 2007). Oleh karena itu, kombinasi hidrokortison asetat dan kloramfenikol banyak digunakan sebagai pengobatan akibat dermatitis dan antiinfeksi, karena dapat memberikan hasil yang optimal.
Menurut USP 30 dan NF 25 (2007) dan Ditjen. BKAK., (2014), persyaratan kadar untuk krim hidrokortison asetat yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket, sedangkan untuk sediaan krim kloramfenikol yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Ditjen. BKAK., (2014) merekomendasikan penggunaan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) untuk menetapkan kadar kedua komponen itu. Metode ini memerlukan alat dan biaya operasional yang relative mahal serta waktu analisis yang relatif lama. Mengingat hal itu, maka diperlukan metode analisis alternatif yang memerlukan alat dan biaya operasional yang relative murah, serta lebih mudah dalam pelaksanaannya, namun dapat memberikan hasil dengan akurasi dan presisi yang baik.
Spektrofotometri ultraviolet (UV) berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga dapat digunakan untuk menetapkan kadar campuran beberapa zat, yaitu melalui aplikasi metode spektrofotometri derivatif. Metode spektrofotometri derivative atau metode kurva turunan adalah salah satu metode spektrofotometri yang dapat digunakan untuk analisis campuran secara langsung tanpa harus melakukan pemisahan terlebih dahulu walaupun dengan panjang gelombang yang berdekatan. Prosedur yang paling umum untuk menentukan campuran yang spektrumnya saling tumpang tindih adalah metode zero crossing. Metode ini merupakan penentuan panjang gelombang analisis
dimana satu senyawa mempunyai serapan nol dan menjadi panjang gelombang analisis untuk zat lain dalam campurannya (Nurhidayati, 2007).
Pada spektrofotometri konvensional, spectrum/kurva serapan merupakan plot serapan (A) terhadap panjang gelombang ( ). Pada metode spektrofotometri derivatif, plot A lawan , ditransformasikan menjadi plot dA/d lawan untuk
Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim secara simultan (tanpa pemisahan terlebih dahulu) yaitu menggunakan spektrofotometri derivative dengan aplikasi metode zero crossing dengan menggunakan delta panjang gelombang ( ) adalah 2 nm (Talsky, 1994).
Dalam penetapan kadar campuran beberapa zat dengan metode spektrofotometri derivative harus memenuhi persyaratan validasi dengan beberapa parameter yaitu akurasi (kecermatan) yang dinyatakan dalam persen perolehan kembali yang ditentukan dengan menggunakan metode penambahan baku, presisi (keseksamaan) yang dilakukan dengan menggunakan parameter RSD dan batas deteksi dan batas kuantitasi ditentukan dengan menggunakan rumus Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ) (Harmita, 2004).
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini akan dilakukan penetapan kadarhidrokortison asetat dan kloramfenikol pada sediaan krim dengan metode spektrofotometri derivatif dengan zero crossing.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
a. Apakah metode spektrofotometri derivatif dengan cara penentuan zero crossing dapat digunakan untuk menetapkan kadar hidrokortison asetat dan
kloramfenikol?
gelombang zero crossing secara simultan memenuhi persyaratan USP 30 dan NF 25 (2007) dan Ditjen. BKAK., (2014)?
c. Apakah hasil uji validasi terhadap metode spektrofotometri derivative dalam menganalisa kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol pada sediaan krim memenuhi syarat pengujian validasi?
1.3. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut:
a. Metode spektrofotometri derivatif dengan cara penentuan zero crossing dapat digunakan untuk menetapkan kadar campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol.
b. Kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim yang ditetapkan secara simultan menggunakan spektrofotometri derivative pada panjang gelombang zero crossing memenuhi persyaratan USP 30 dan NF 25 (2007) dan Ditjen. BKAK., (2014) .
c. Hasil uji validasi terhadap metode spektrofotometri derivative untuk menganalisa kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol pada sediaan tablet dapat memenuhi syarat pengujian validasi.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
b. Untuk mengetahui kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol pada sediaan krim memenuhi persyaratan USP 30 dan NF 25 (2007) dan Ditjen. BKAK., (2014).
c. Untuk mengetahui hasil uji validasi terhadap metode spektrofotometri derivative dalam menganalisa kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim dapat memenuhi syarat pengujian validasi.
1.5 Manfaat Penelitian