• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI ISRO'JANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI ISRO'JANI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang lelaki dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan ketentuan Ketuhanan yang Maha Esa.

Dan di mana sarat-sarat perkawinan adalah perhawinan harus didasarkan

atas persetujuan kedua calon mempelai. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak peria

sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah pencapai

umur 16 (enam belas) tahun. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini

meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua

pihak peria Maupun wanita. Berdasarkan ketentuan pasal 7 ayat (1) dan (2)

undang-undan nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

Undang-undang perkawinan No 1 tahun 1974 ternyata tidak kaku dan

cukup memberikan ruang toleransi, hal ini bisa terlihat dari pasal 7 ayat (2)

Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi

kepada Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak

pria ataupun pihak wanita.1

(2)

Berdasarkan syariat islam dan tuntunan cara pernikahan yang benar maka

hukum pernikahan dapat digolongkan dalam lima kategori yaitu wajib, sunnah, haram,

makruh dan mubah. Hukum pernikahan tersebut dikategorikan berdasarkan keadaan

dan kemampuan seseorang untuk menikah. Sebagaimana dijabarkan dalam penjelasan

berikut ini

a) Wajib

Pernikahan dapat menjadi wajib hukumnya jika seseorang memiliki kemampuan

untuk membangun rumah tangga atau menikah serta ia tidak dapat menahan dirinya

dari hal-hal yang dapat menjuruskannya pada perbuatan zina. Orang tersebut wajib

hukumnya untuk melaksanakan pernikahan karena dikhawatirkan jika tidak menikah

ia bisa melakukan perbuatan zina yang dilarang dalam islam (baca zina dalam islam).

Hal ini sesuai dengan kaidah yang menyebutkan bahwa

“Apabila suatu perbuatan bergantung pada sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain

itu pun wajib”

b) Sunnat

Berdasarkan pendapat para ulama, pernikahan hukumnya sunnah jika seseorang

memiliki kemampuan untuk menikah atau sudah siap untuk membangun rumah tangga

akan tetapi ia dapat menahan dirinya dari sesuatu yang mampu menjerumuskannya

dalam perbuatan zina.dengan kata lain, seseorang hukumnya sunnah untuk menikah

(3)

demikian, agama islam selalu menganjurkan umatnya untuk menikah jika sudah

memiliki kemampuan dan melakukan pernikahan sebagai salah satu bentuk ibadah.

c) Haram

Pernikahan dapat menjadi haram hukumnya jika dilaksanakan oleh orang yang

tidak memiliki kemampuan atau tanggung jawab untuk memulai suatu kehidupan

rumah tangga dan jika menikah ia dikhawatirkan akan menelantarkan istrinya. Selain

itu, pernikahan dengan maksud untuk menganiaya atau menyakiti seseorang juga

haram hukumnya dalam islam atau bertujuan untuk menghalangi seseorang agar tidak

menikah dengan orang lain namun ia kemudian menelantarkan atau tidak mengurus

pasangannya tersebut.

Beberapa jenis pernikahan juga diharamkan dalam islam misalnya pernikahan dengan

mahram (baca muhrim dalam islam dan pengertian mahram) atau wanita yang haram

dinikahi atau pernikahan sedarah, atau pernikahan beda agama antara wanita muslim

dengan pria nonmuslim ataupun seorang pria muslim dengan wanita non-muslim

selain ahli kitab.

d) Makruh

Pernikahan maksruh hukumnya jika dilaksanakan oleh orang yang memiliki cukup

kemampuan atau tanggung jawab untuk berumahtangga serta ia dapat menahan

(4)

perbuatan zina. Pernikahan hukumnya makruh karena meskipun ia memiliki keinginan

untuk menikah tetapi tidak memiliki keinginan atau tekad yang kuat untuk memenuhi

kewajiban suami terhadap istri maupun kewajiban istri terhadap suami.

e) Mubah

Suatu pernikahan hukumnya mubah atau boleh dilaksanakan jika seseorang

memiliki kemampuan untuk menikah namun ia dapat tergelincir dalam perbuatan zina

jika tidak melakukannnya. Pernikahan bersifat mubah jika ia menikah hanya untuk

memenuhi syahwatnya saja dan bukan bertujuan untuk membina rumah tangga sesuai

syariat islam namun ia juga tidak dikhwatirkan akan menelantarkan istrinya.2

Menurut M. Yahya Harahap asas-asas yang dipandang prinsip di dalam UU

Perkawinan adalah sebagai berikut:

 Menampung segala kenyataan-kenyataan yang hidup dalam masyarakat bangsa

Indonesia pada saat sekarang ini.

 Sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman

 Memuat tujuan dari pernikahan yaitu: membentuk keluarga yang kekal

 Kesadaran akan hukum agama dan keyakinan masing-masing.

 Menganut asas monogami tetapi masih terbuka untuk melakukan poligami

(5)

 Perkawinan dilaksanakan oleh orang yang matang jiwa dan raganya

 Persamaan kedudukan antara suami dan istri dalam rumah tanggan maupun dalam

pergaulan di masyarakat.

Pasal 15 kompilasi hukum islam untuk kemaslahatan keluarga dan rumah

tangga, perkawinan hanya boleh di lakukan calon mempelai yang telah mencapai

umur yang di tetapkan dalam pasal 7 undang-undang No.1 tahun 1974 yakni calon

suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya

16 tahun.

Bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapati

izin sebagai mana yang diatur dalam pasl 6 ayat (2),(3),(4) dan (5) umdang-undang

No.1 tahun 1974 tentang perkawinan.3

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas, maka

dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

a) Sejauh mana kekuatan uu perkawinan no.1 thun 1974 berlaku di

Indonesia…?

3

(6)

b) Bagaimana tindakan pejabat kantor urusan agama (KUA) dalam menangani perkawinan di bawah umur…?

C. Tujuan Penelitian Dan Mamfaat Penelitian

Pekarkawinan hanya boleh di lakukan apabila calon mempelai laki-laki

mencapai umur (19) tahun dan calon mempelai perempuan (16) maka

perkawinan boleh dilakukan dengan berdasarkan ketentuan undang-undang No.1

tahun 1974 tentang perkawinan. Dan Bagi calon mempelai yang belum mencapai

umur 21 tahun harus mendapati izin sebagai mana yang diatur dalam pasl 6 ayat

(2),(3),(4) dan (5) umdang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan.

1. Tujuan penelitian adalah

a) Untuk mengetahui seperti apa dan sejauh mana kekuatan

(7)

b) Untuk mengetahui bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh

pihak pejabat kantor urusan agama (KUA) dalam menangani

perkawinan di bawah umur.

2. Mamfaat penelitian adalah:

a) Mampaat teoritis:

1) Hasil penelitian dapat memberikan kegunaan untuk

mengembangkan ilmu huku khususnya di dalam hukum

perkawinan.

2) Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam yang sesuai dengan

bidang penelitian yang diteliti oleh penulis.

b) Mamfaat praktis:

1) Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat

atau para pejabat kantor urusan agama (KUA) dan intansi terkait

dengan kelasunagan pernikahan di bawah umur.

2) Dengan dibuatnya penulisan ini diharapkan dapat memberikan

masukan kepada pihak kantor urusan agama (KUA) dalam

(8)

Referensi

Dokumen terkait

PRINSIP : PROSES DIFUSI DIMANA MELIBATKAN CAIRAN DIALISAT DAN DARAH MELALUI MEMBRAN SEMIPERMIABEL :BISA MENGGUNAKAN MEMBRAN HIGH ATAU LOW FLUX EFEKTIF UNTUK MEMBUANG MOLEKUL

Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya disingkat KLHS adalah proses mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam

Kegiatan Bedah Buku, Sharing dan Digitalisasi merupakan beberapa hal yang bisa dilakukan dalam rangka menerapkan Manajemen Pengetahuan pada Perpustakaan.. Untuk lembaga STAIN

Blefaritis posterior dapat disebabkan karena produksi minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang berlebihan (blefaritis meibom) yang akan mengakibatkan terbentuknya lingkungan

Seleksi plasma nutfah jagung untuk memperoleh genotipe-genotipe jagung yang memiliki ketahanan terhadap cekaman genangan merupakan salah satu strategi untuk

3) dilaporkan dalam neraca dengan klasifikasi (classification) akun yang tepat dan periode akuntansi yang sesuai dengan terjadinya transaksi (cutoff). Bagian flowchart yang

Untuk melihat higiene pemerahan dari masing-masing peternakan diuji petik dengan mengambil satu seri sampel yang terdiri atas usapan tangan pemerah, air yang digunakan