• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap dan Ruang Rawat Intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap dan Ruang Rawat Intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

7 TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep stres

1.1 Definisi stres

Stres dapat didefinisikan sebagai keadaan yang kita alami ketika ada

sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan

kemampuan untuk mengatasinya. Stres adalah keseimbangan antara

bagaimana kita memandang tuntutan-tuntutan dan bagaimana kita berpikir

bahwa kita dapat mengatasi semua tuntutan yang menentukan apakah kita

tidak merasakan stres, merasakan distres atau eustres (Looker & Gregson,

2005).

Nasir & Muhith (2011) menyatakan bahwa stres adalah reaksi dari

tubuh (respons) terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita

yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan yang membuat kita

tetap hidup. Stres merupakan kondisi yang tidak menyenangkan dimana

manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau

diluar batasan kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut.

Stres adalah suatu abstraksi. Orang tidak dapat melihat pembangkit

stres (stressor). Yang dapat dilihat ialah akibat dari pembangkit stres

(Munandar, 2001). Secara sederhana stres sebenarnya merupakan suatu

(2)

suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan

mengakibatkan dirinya terancam (Anoraga, 2009).

1.2 Jenis stres

Ada dua jenis stres, yaitu stres baik (eustres) dan stres buruk (distres).

Stres yang baik atau eustres adalah sesuatu yang positif. Stres dikatakan

berdampak baik apabila seseorang mencoba untuk memenuhi sebuah

tuntutan untuk menjadikan dirinya sendiri maupun orang lain mendapatkan

sesuatu yang baik (Nasir & Muhith, 2011).

Stres yang baik terjadi apabila individu menganggap setiap stimulus

yang datang adalah sebagai hal yang memberikan pelajaran bagi dirinya

(Nasir & Muhith, 2011). National Safety Council (2003) mengatakan

bahwa stres yang baik merupakan sebuah motivasi yang positif dan dapat

memberikan inspirasi pada individu. Promosi jabatan dan cuti yang

dibayar adalah contoh dari stres baik. Situasi eustress dapat

membangkitkan rasa percaya diri, menjadi terkontrol dan mampu

mengatasi dan menangani tugas-tugas, tantangan dan tuntutan (Looker &

Gregson, 2005).

Setiap stres yang datang dapat dijadikan sebagai suatu yang positif

dengan cara mencari penyelesaian dari masalah yang dianggap sebagai

stresor tersebut. Salah satunya dengan mencari dukungan dari orang lain

untuk membantu menyelesaikan masalah. Apabila masalah tersebut tetap

tidak dapat diselesaikan maka cukup dengan diambil hikmahnya saja

(3)

Stres yang buruk atau distres adalah stres yang bersifat negatif. Distres

muncul apabila individu menganggap sebuah tuntutan adalah merupakan

ancaman bagi dirinya sehingga respon yang digunakan selalu negatif.

Distres akan menempatkan pikiran dan perasaan kita pada tempat dan

suasana yang serba sulit (Nasir & Muhith, 2011).

Distres dipicu oleh sebuah tuntutan yang tidak sesuai dengan

kenyataan, atau apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang

dihadapi (Nasir & Muhith, 2011). Bukan hanya itu, Looker & Gregson

(2005) mengatakan bahwa distres juga dapat muncul karena terlalu

sedikitnya tuntutan yang merangsang individu yang dapat menyebabkan

kebosanan dan frustasi. Situasi tersebut umumnya muncul ketika

seseorang memasuki masa pensiun atau pekerjaan mereka tidak sesuai

dengan kemampuan yang mereka miliki.

1.3 Sumber stresor

Stresor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang

mengakibatkan terjadinya respons stres seperti lingkungan, baik secara

fisik, psikososial maupun spiritual. Sumber stresor lingkungan fisik dapat

berupa fasilitas-fasilitas seperti air minum, makanan atau tempat-tempat

umum sedangkan lingkungan psikososial dapat berupa suara atau sikap

kesehatan atau orang yang ada disekitarnya, sedangkan lingkungan

spiritual dapat berupa tempat pelayanan keagamaan seperti fasilitas ibadah

(4)

Stres yang dialami manusia juga dapat berasal dari berbagai sumber,

yaitu pertama, sumber stres dalam diri sendiri, pada umumnya

dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda,

dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai

dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan suatu

stres (Hidayat, 2009).

Pendorong dan penarik konflik menghasilkan dua kecenderungan

yang berkebalikan, yaitu approach dan avoidance. Kecenderungan ini

menghasilkan tipe dasar konflik yaitu, (1) Approach-approach conflict,

muncul ketika kita tertarik terhadap dua tujuan yang sama-sama baik. (2)

Avoidance-avoidance conflict, muncul ketika kita dihadapkan pada satu pilihan antara dua situasi yang tidak menyenangkan. (3)

Approach-avoidance conflict, muncul ketika kita melihat kondisi yang menarik dan tidak menarik dalam satu tujuan atau situasi (Weiten, 1992 dalam Nasir &

Muhith, 2011)

Kedua, sumber stres di dalam keluarga, bersumber dari masalah

keluarga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah

keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga (Hidayat ,

2009). Selain itu hadirnya anggota baru, sakit, dan kematian dalam

keluarga juga memungkinkan munculnya stres (Nasir & Muhith, 2011)

Ketiga, sumber stres di dalam masyarakat dan lingkungan, dapat

terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya, seperti lingkungan

(5)

fisik, dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta kurangnya

adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang

(Hidayat, 2009).

1.4 Tahapan stres

Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan,

menurut Van Amberg (1979 dalam Hidayat, 2009) tahapan stres dapat

terbagi menjadi enam tahap. Tahap pertama merupakan tahap yang ringan

dari stres yang ditandai dengan adanya semangat bekerja besar,

penglihatannya tajam tidak seperti biasanya, merasa mampu

menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, kemudian merasa senang

akan pekerjaannya dan semakin bersemangat, tapi tanpa disadari cadangan

energinya semakin menipis (Hawari, 2004).

Tahap kedua, pada stres tahap ini seseorang akan merasa letih sewaktu

bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah sesudah makan siang,

cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak

nyaman, denyut jantung berdebar-debar, otot-otot punggung dan tengkuk

semakin tegang dan tidak bisa santai (Hidayat, 2009). Hal tersebut

disebabkan oleh cadangan energi yang tidak cukup karena kurangnya

waktu untuk istirahat (Hawari, 2004).

Tahap ketiga, tahap ini terjadi apabila seseorang terus memaksakan

diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan yang terjadi pada

stres tahap 2 (Hawari, 2004). Keluhan yang biasanya muncul pada tahap

(6)

air besar tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak

tenang, gangguan pola tidur seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun

tengah malam dan sukar kembali tidur, lemah, terasa seperti tidak

memiliki tenaga (Hidayat, 2009).

Tahap keempat, pada tahap ini seseorang akan mengalami gejala

seperti segala pekerjaan yang menyenangkan terasa membosankan, semula

tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons

secara adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari,

adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah,

kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya perasaan

ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya (Hawari,

2004 & Hidayat, 2009).

Tahap kelima, stres tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik

secara mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan

sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat dan perasaan

ketakutan dan kecemasan semakin meningkat (Hidayat, 2009). Serta

Hawari (2004) mengatakan bahwa seseorang yang mengalami stres pada

tahap 5 akan merasa mudah bingung dan panik.

Tahap keenam, tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang

mengalami panik dan perasaan takut mati. Gejala yang dialami oleh

seseorang pada tahap ini adalah detak jantung semakin keras, susah

bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan

(7)

1.5 Tingkatan stres

Potter & Perry (2005) membagi stres menjadi tiga tingkatan, yaitu

stres ringan, stres sedang dan stres berat. Stres ringan disebabkan oleh

stresor yang dihadapi oleh setiap orang secara teratur, seperti terlalu

banyak tidur, kemacetan lalulintas, kritikan dari atasan. Stres ini biasanya

berlangsung beberapa menit atau jam.

Stres sedang berlangsung lebih lama, dari beberapa jam hingga

beberapa hari dan disebabkan oleh perselisihan yang tidak terselesaikan

dengan rekan kerja, anak yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari

anggota keluarga. Stres berat merupakan situasi kronis yang dapat

berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, contohnya

disebabkan oleh perselisihan perkawinan terus menerus, kesulitan finansial

yang berkepanjangan dan penyakit fisik jangka panjang (Potter & Perry,

2005).

1.6 Tanda dan gejala stres

Anoraga (2009) membagi gejala stres dari ringan sampai berat yang

meliputi:

a. Gejala badan seperti sakit kepala (cekot-cekot, vertigo), sakit maag,

mudah kaget (berdebar-debar), banyak keluar keringat dingin,

gangguan pola tidur, lesu letih, kaku leher belakang sampai punggung,

dada terasa panas/nyeri, rasa tersumbat di kerongkongan, gangguan

psikoseksual, nafsu makan menurun, mual, muntah,

(8)

b. Gejala emosional seperti mudah lupa, sulit konsentrasi, sulit

mengambil keputusan, cemas, was-was, mimpi buruk, murung, mudah

marah, mudah menangis, gelisah, dan putus asa dan sebagainya.

c. Gejala sosial seperti banyak merokok / minum / makan, sering

memeriksa pintu dan jendela, menarik diri dari pergaulan sosial,

mudah bertengkar, membunuh dan lainnya.

Looker & Gregson (2005) membagi tanda-tanda stres menjadi dua,

yaitu tanda stres yang baik (eustres) dan stres yang buruk (distres).

Tanda-tanda distres dibagi menjadi Tanda-tanda fisik dan mental.

a. Tanda fisik yang biasa dirasakan seperti merasakan detak jantung

berdebar-debar, sesak napas, mulut kering, nausea, diare, sembelit,

perut gembung, ketegangan otot, kegelisahan, hiperaktif, menggigit

kuku, mengetok jari, meremas-remas tangan, lelah, capek, lesu, sulit

tidur, merasa sedih, sakit kepala, sering sakit seperti flu, berkeringat

khususnya di telapak tangan dan bibir atas, merasa gerah, tangan dan

kaki dingin, sering ingin kencing, makan berlebihan, kehilangan selera

makan, lebih banyak merokok.

b. Tanda mental yang muncul seperti cemas, kecewa, menangis, rendah

diri, merasa putus asa dan tanpa daya, histeris, menarik diri, gelisah,

depresi, tidak sabar, mudah tersinggung dan berlebihan, frustasi,

bosan, merasa salah, tertolak, terabaikan, kehilangan ketertarikan pada

penampilan sendiri, kesehatan, makanan, seks, harga diri rendah,

(9)

berpikir jenih, berkonsentrasi dan membuat keputusan, rentan berbuat

kesalahan dan melakukan kecelakaan, punya banyak hal untuk

dikerjakan dan tidak tahu di mana memulainya sehingga mengakhiri

segala sesuatunya tanpa hasil dan beralih dari satu tugas ke tugas

lainnya, marah, melawan, agresif, pelupa, kurang kreatif, irasional,

menunda-nunda pekerjaan, dll.

Tanda-tanda eustres atau stres yang baik seperti euforik, terangsang,

tertantang, bersemangat, membantu, memahami, ramah, akrab, mencintai,

bahagia, tenang, terkontrol, yakin, kreatif, efektif, efisien, jelas dan

rasional dalam pikiran dan keputusan, bekerja keras, senang, produktif,

riang, dan sering tersenyum (Looker & Gregson, 2005).

2. Stres kerja

2.1 Definisi stres kerja

The National Institute for Occupational Safety and Health (2008)

mendefinisikan stres kerja sebagai suatu kondisi fisik dan emosional yang

berbahaya yang terjadi ketika pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai

dengan kemampuan, sumber daya dan kebutuhan pekerja. Muchinsky

(2003) berpendapat bahwa stres kerja merupakan respon terhadap

rangsangan yang hadir pada pekerjaan yang mengakibatkan hal negatif

pada fisik ataupun psikologis seorang pekerja.

Anoraga (2009) mengatakan stres kerja adalah ketegangan pada

manusia yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan sosial pekerjaan.

(10)

lingkungan. Suara gaduh, suhu udara yang tinggi atau terlalu rendah

adalah salah satu contoh ketidakseimbangan pada lingkungan yang

menimbulkan stres pada karyawan.

2.2 Penyebab stres kerja

Griffin (2004) membagi penyebab stres kerja menjadi 4 kategori

antara lain tuntutan tugas, tuntutan fisik, tuntutan peran dan tuntutan

interpersonal.

a. Tuntutan tugas merupakan penyebab stres yang terkait dengan tugas

itu sendiri. Pekerjaan yang menuntut seseorang untuk membuat

keputusan secara cepat, membuat keputusan tanpa informasi yang

lengkap dan keharusan membuat keputusan yang relatif serius adalah

sejumlah situasi yang dapat menyebabkan terjadinya stres kerja.

b. Tuntutan fisik merupakan penyebab stres yang terkait dengan

lingkungan kerja. Bekerja di luar kantor dengan suhu yang sangat

panas atau dingin, atau bahkan di dalam kantor yang tidak ber-AC

dapat menyebabkan terjadinya stres. Desain kantor yang buruk yang

membuat karyawan kurang memiliki privasi atau menghambat

interaksi sosial, ruangan kerja yang berisik, pencahayaan yang buruk,

dan ruang kerja yang sempit juga bisa menimbulkan stres. Yang lebih

berbahaya adalah ancaman aktual terhadap kesehatan.

c. Tuntutan peran merupakan penyebab stres yang terkait dengan

ketidakjelasan peran atau konflik peran yang dialami oleh individu

(11)

perannya tidak jelas karena bimbingan dan pelatihan yang buruk dari

organisasi akan mengalami stres.

d. Tuntutan interpersonal merupakan stresor yang terkait dengan

hubungan antar individu di dalam organisasi. Hubungan yang baik

dengan rekan kerja, atasan, dan bawahan tidak akan menimbulkan

tekanan. Tetapi ketika kelompok menekan individu atau terjadi

konflik maka akan menimbulkan stres. Gaya kepemimpinan juga

dapat menyebabkan stres. Seorang karyawan yang merasa sangat

ingin berpartisipasi dalam pembuatan keputusan akan merasa stres

jika atasannya menolak untuk menyediakan ruang partisipasi.

Dewe (1989, dalam Abraham & Shanley, 1997) melakukan survei

pada 1801 perawat dan mengkaji stres mereka, dan mendapatkan bahwa

ada 5 sumber stres kerja antara lain:

a. Beban kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu banyak pasien

mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi,

merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman

dalam bekerja dan menghadapi masalah keterbatasan tenaga.

b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami

konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak

menghargai sumbangsih yang dilakukan dan gagal membentuk tim

kerja dengan staf.

c. Kesulitan terlibat dalam merawat pasien kritis, misalnya menjalankan

(12)

dan bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan

cepat.

d. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misalnya terlibat

dalam ketidaksepakatan pada program tindakan dan sulit bekerjasama

dengan pasien.

e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misalnya pasien lansia,

pasien nyeri kronis atau mereka yang meninggal selama dirawat.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi stres berdasarkan penelitian

Martina (2012) yaitu: pertama, jenis kelamin; stres kerja sedang lebih

banyak dialami oleh perempuan (95,5%). Hal ini disebabkan karena

respon fisiologis yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada saat

perempuan mengalami stres, tubuh akan memberikan respon fisiologis

berupa aktivitas dari beberapa hormon dan neurotransmitter di dalam otak.

Lebih lanjut lagi perempuan lebih menderita stres dari pada laki-laki

disebabkan karena prolaktin perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki.

Hormon ini memberikan umpan balik negatif pada otak sehingga dapat

meningkatkan trauma emosional dan stres fisik.

Kedua, status perkawinan; stres kerja sedang banyak dialami oleh

perawat yang sudah menikah (90%). Hal ini disebabkan karena

permasalahan yang sering terjadi di keluarga. Kondisi yang membutuhkan

(13)

harus tetap bekerja sehingga dapat menjadi stres tersendiri bagi perawat

yang sudah berkeluarga.

Ketiga, tingkat pendidikan; tingkat stres kerja berdasarkan tingkat

pendidikan yang berbeda menunjukkan hasil yang sama. Keempat, lama

masa kerja; tingkat stres kerja berdasarkan lama kerja menunjukkan bahwa

perawat dengan masa kerja 6 bulan 3 tahun mempunyai tingkat stres

yang paling tinggi.

2.4 Dampak stres kerja

Dampak dari stres bisa positif ataupun negatif. Apabila stres yang

muncul dalam batas normal dan tidak dianggap sebagai tuntutan oleh

seorang individu maka dapat menjadi keuntungan bagi sebuah perusahaan

karena dapat memicu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan

dengan sebaik-baiknya. Dampak negatif yang muncul bisa bersifat

psikologis, perilaku dan medis (Griffin, 2004).

Dampak negatif yang bersifat psikologis dari stres berhubungan

dengan kesehatan mental seseorang. Dampak ini meliputi gangguan tidur,

depresi, masalah keluarga, gangguan seksual (Griffin, 2004). Selain itu

Lubis (2006, dalam Prihatini, 2007) mengatakan bahwa dampak stres kerja

yang bersifat psikologis meliputi gangguan psikis yang ringan hingga

berat. Gangguan psikis yang ringan seperti mudah gugup, tegang,

marah-marah, apatis dan kurang konsentrasi.Gangguan psikis berat yaitu seperti

(14)

Dampak negatif dilihat dari segi perilaku yaitu terjadi perubahan

pada individu yang menimbulkan tindakan yang merusak atau berbahaya

seperti merokok, minum alkohol, terlibat narkoba. Perilaku lain yang

dipicu oleh stres adalah kecelakaan, kekerasan terhadap diri sendiri dan

orang lain serta gangguan makan (Griffin, 2004).

Dampak negatif dilihat dari segi medis yaitu seperti serangan jantung

dan stroke. Begitu juga sakit kepala, sakit punggung, bisul, serta gangguan

kulit seperti jerawat dan gatal-gatal. Stres kerja juga mengakibatkan

hipertensi, tukak lambung, asma, gangguan menstruasi dan lain-lain

(Lubis, 2006 dalam Prihatini, 2007).

Stres individu juga memiliki dampak langsung kepada perusahaan.

Bagi seorang karyawan, stres bisa berdampak pada kualitas kerja yang

buruk dan produktivitas yang rendah. Bagi seorang manajer, stres bisa

berdampak pada keputusan yang buruk dan gangguan hubungan kerja.

Individu yang kesulitan mengatasi stres di lingkungan kerja mungkin akan

pura-pura sakit dan tidak masuk kerja atau bahkan meninggalkan

perusahaan. Kepuasan kerja, moral, dan komitmen bisa memburuk akibat

level stres yang berlebihan. Begitu juga dengan motivasi untuk bekerja

(Griffin, 2004).

3. Stres kerja di ruang intensif

Pasien dalam keadaan sakit yang kritis (critically ill) bisa mengarah ke

kegagalan sistem organ sehingga membutuhkan bantuan untuk sistem

(15)

pasien yang demikian diperlukan perawatan intensif di unit pelayanan intensif

(Djojodibroto, 1997).

Pelayanan intensif harus dilakukan oleh perawat yang terlatih secara

formal dan mempunyai pengetahuan cukup mengenai intensive care serta

bekerja selama 24 jam (Djojodibroto, 1997). Hal ini dimungkinkan karena

perawat di ruangan intensif dihadapkan pada pasien dengan kondisi jiwa yang

terancam, sehingga membutuhkan perhatian, pengetahuan dan keterampilan

khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat (Putrono,

2002 dalam Saribu, 2012).

Sumber stres yang dialami oleh perawat di ruangan intensif adalah

kondisi pasien yang kritis dan ditambah lagi ruangan tersebut dilengkapi

dengan berbagai fasilitas yang memerlukan keahlian khusus seperti monitor

jantung, respirator dan suasana kerja yang tenang memberikan kesan yang

serius. Selain itu, kritikan sepihak dari keluarga pasien tanpa

mempertimbangkan beban dan situasi kerja perawat juga dapat menyebabkan

stres pada perawat (Putrono, 2002 dalam Saribu, 2012).

4. Stres kerja di ruang rawat inap

Unit rawat inap merupakan sebuah unit pelayanan yang digunakan

sebagai tempat untuk perawatan umum pasien setelah pasien masuk ke rumah

sakit. Pada sebuah rumah sakit, terdapat berbagai macam spesifikasi unit rawat

inap tergantung management rumah sakit, ada yang terbagi berdasarkan

kelas-kelas tertentu, misalnya kelas-kelas 1, 2, 3 ataupun juga VIP. Beberapa rumah sakit

(16)

secara umum. Perawat yang bekerja di unit rawat inap juga harus memiliki

kompetensi, apalagi jika perawat tersebut bekerja di sebuah unit rawat inap

dengan beraneka ragam sikap dan perilaku yang berbeda dari setiap pasien,

maka perawat di tempat ini dituntut untuk mampu memenuhi segala kebutuhan

pasien di unit tersebut sesuai dengan kebutuhan, bekerja cepat, mandiri dan

juga secara profesional atau dengan teamwork dalam melakukan asuhan

keperawatan yang akan mereka berikan kepada pasien (Rihulay, 2012).

Pada unit ini, seorang perawat bekerja berdasarkan program-program

kegiatan yang terjadwal setiap harinya, namun kecendrungan untuk mengalami

stres kerja juga dapat dialami oleh seorang perawat yang bertugas di unit rawat

inap. Misalnya, perawat yang bertugas sedikit, kondisi kerja tidak kondusif dan

rekan kerja yang tidak dapat bekerja sama dengan baik. Selain itu pula, di

bagian rawat inap seorang perawat seharusnya ada di samping pasien setiap

saat, apalagi jika pasien yang membutuhkan observasi terus menerus. Hal

inilah yang dapat memicu terjadinya stres kerja pada perawat di unit rawat inap

Referensi

Dokumen terkait

Onikomikosis / tinea unguium adalah infeksi pada kuku kaki yang disebabkan oleh dermatofita yang ditegakkan diagnosisnya berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Barsky et al (2003) ialah bahwa pada penelitian ini, model Beneish yang diterapkan ialah model Beneish

dilakukan oleh orang tua, wali, orang-orang yang mempunyai keluarga, pengasuh anak, pendidik, tenaga kependidikan, aparat yang menangani perlindungan anak, atau

Efect of Anatase Titanium Dioxide Nanoparticles on The Flexural Strength of Heat Cured Poly Methyl Methacrylate Resins: An In-Vitro Study. The Inluence of Adding of

Sources of Systematic Risk in Futures and Spot Markets: A Study of Market Integration JOLLE MIFFRE and RICHARD PRIESTLEY. Forecasting Beta: How Well Does the `Five-Year-Rule of

 Informasi tujuan pembelajaran yaitu: dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah yang logis dan sesuai dengan algoritma pemecahan masalah peserta didik

Quality Assessment and Accessibility Applications of Crowdsourced Geospatial Data: A report on the development and extension of the George Mason University

Untuk dapat menjalankan aplikasi kamusku sesuai dengan tujuannya sistem operasi yang diperlukan adalah windows 2000. Karena data dapat ditambah, kapasitas file basis data tidak