• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Teknik Composing Pada Pemeriksaan Whole Spine Potongan Sagital T2 Weighted Pada MRI 1.5T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Teknik Composing Pada Pemeriksaan Whole Spine Potongan Sagital T2 Weighted Pada MRI 1.5T"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Magnetic Resonance Imaging

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat diagnostik mutakhir

untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi radio yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh / organ manusia dengan menggunakan medan magnet

berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen. MRI Merupakan metode rutin yang dipakai dalam diagnosis medis karena hasilnya yang sangat akurat.

Teknik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Bila pemilihan parameter tersebut tepat, kualitas gambar MRI dapat memberikan gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan yang kontras, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.

Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas yang optimal sebagai alat diagnostik, maka harus memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik penggambaran MRI, antara lain Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik, Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaanya. Dengan beberapa faktor kelebihan yang dimilikinya, terutama kemampuannya membuat potongan koronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien sehingga sangat sesuai untuk diagnostik jaringan lunak, terutama otak, sumsum tulang belakang dan susunan saraf pusat dan memberikan gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan yang kontras, dibandingkan dengan pemeriksaan CT- scan dan X-ray lainnya sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara detail (Bushberg, 2002). Magnetic Resonance Imaging digunakan untuk mendiagnosis tubuh manusia, MRI mempunyai

(2)

kemudian meningkat ke suatu fungsional fisiologis system organ tubuh (Bryan, 2010).

2.2 Komponen dari MRI

Komputer pada MRI merupakan otak dan komponen utama yang digunakan untuk memproses sinyal, menyimpan data dan menampilkan gambar yang dihasilkan. Selain sistem komputer komponen utama pada pesawat MRI adalah: pembangkit magnet utama, koil gradien, koil penyelaras (shim’s coils),

antena atau koil pemancar dan penerima, serta sistem akuisisi data dalam komputer.

Gambar 2.1 Komponen Mesin MRI (Evert J Blink, 2004) 2.2.1 Magnet Utama

Medan magnet utama dikenal juga sebagai medan magnet statis. Medan magnet ini berguna untuk menyearahkan spin inti atom hidrogen untuk pencitraan

resonansi magnetik. a. Magnet Permanen

(3)

b. Magnet Resistif

Medan magnet dari jenis resistif dibangkitkan dengan memberikan arus listrik pada kumparan. Kuat medan magnet yang mampu dihasilkan mencapai 0,3 Tesla, lilitan kabel yang mengelilingi sebuah selinder yang didalamnya daliri arus listrik.

c. Magnet Superconductor

Magnet ini mampu menghasilkan medan magnet hingga berkekuatan 0,5 Tesla- 3.0 Tesla, dan sekarang banyak dipakai untuk kepentingan klinik.

Helium cair digunakan untuk mempertahankan kondisi superkonduktor agar selalu beradapada temperatur yang diperlukan. (Bushberg, 2002)

2.2.2 Koil Gradien

Seluruh peralatan sistem pencitraan MRI dilengkapi dengan kumparan penghantar yang bersifat resistif yang disebut kumparan Gradien . Kumparan gradien akan membangkitkan kuat medan magnetik yang besarnya berbeda tergantung pada lokasinya dan medan gradien ini akan dibangkitkan nyala mati secara bergantian selama dan antara pulsa eksitasi RF. Fungsi dari medan gradien ini adalah untuk mengkodekan informasi ruang dalam sinyal RF yang dipancarkan oleh proton. Medan gradien magnetik yang nyala mati akan membangkitkan medan yang disebut time varying magnetic field (TVMF). Atau medan magnet yang berubah terhadap waktu. Sebenarnya dalam sistem MRI ada 3 set kumparan gradien yang menghasilkan TVMF dalam arah tiga sumbu ortogonal (X,Y,Z). gradien tersebut.

a. Gradien koil X, untuk membuat citra potongan sagital b. Gradien koil Y, untuk membuat citra potongan koronal c. Gradien koil Z, untuk membuat citra potongan aksial

(4)

Gambar 2.2 Skema dan tabel menunjukkan Gx, Gy, dan Gz (Evert J Blink, 2004)

Gambar diatas menunjukkan skema dan tabel Gx, Gy, dan Gz yang

digunakan untuk seleksi bagian slice dan fase frekuensi encoding selama di

bidang akuisisi pencitraan.

2.2.3 Koil Radiofrekuensi (RF)

(5)

Koil radio frekuensi (RF) terdiri dari dua tipe koil yaitu koil pemancar (transmitter) dan koil penerima (receiver). Koil pemancar berfungsi untuk memancarkan gelombang RF pada inti yang terlokalisir dengan frekuensi tertentu sehingga terjadi proses resonansi, sedangkan koil penerima berfungsi untuk menerima sinyal output dari sistem. Bentuk dan ukuran koil penerima ini telah dirancang disesuaikan dengan bagian tubuh yang akan diperiksa, misalnya koil untuk Brain, vertebra atau ekstremitas. Beriku adalah jenis-jenis koil :

a. Koil Volume (Volume Coil) Volume coils dapat digunakan secara eksklusif

sebagai coils penerima atau kombinasi coils mengirim / menerima. Volume

coils ditandai dengan kualitas sinyal homogen. Tipe lain dari coil volume

kumparan tubuh, yang merupakan bagian integral dari sebuah scanner MR dan

biasanya terletak di dalam lubang magnet itu sendiri.

b. Koil Permukaan (Surface Coil) c. Koil Linier

d. Koil Kuadrat e. Phase Array Coil

2.2.4 Sistem Komputer MRI

(6)

Gambar 2.3 Sistem Komputer pada MRI

2.3 Prinsip dasar MRI 2.3.1 Spin Proton

Magnetic resonance (MR) pencitraan menggunakan sinyal dari inti atom hidrogen (H) untuk membuat citra. Sebuah atom hidrogen terdiri dari inti yang mengandung satu proton dan elektron tunggal mengorbit inti (seperti terlihat pada Gambar. 2.4). Proton memiliki muatan positif dan elektron muatan negatif, atom hidrogen secara keseluruhan adalah netral.

Gambar 2.4 Inti dari atom H (Bryan, 2010)

(7)

Ini berarti bahwa proton berputar pada porosnya seperti gasing berputar. Proton tersebut memiliki dua sifat penting yaitu Sebagai massa berputar (m), proton memiliki momentum sudut dan berputar untuk mempertahankan orientasi spasial sumbu rotasi. Sebagai massa berputar dengan muatan listrik, sebagai tambahan proton memiliki momen magnetic dan berperilaku seperti magnet kecil. Oleh karena itu, proton dipengaruhi oleh medan magnet eksternal dan gelombang elektromagnetik.

Spin proton selalu memiliki besar yang sama dan tidak akan dapat

dipercepat atau melambat, karena itu adalah sifat dasar dari partikel elementer. Hidrogen adalah nucleus aktif yang banyak digunakan dalam pencitraan MRI karena hidrogen dalam tubuh sangat banyak dan protonnya mempunyai moment magnetic yang besar. Dalam kondisi normal moment magnetic inti hydrogen arahnya random. Namun apabila ditempatkan dalam suatu medan magnet yang kuat, moment magnetic inti-inti atom akan menyesuaikan arah dengan medan magnet.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian inti-inti atom hidrogen terhadap medan magnet eksternal adalah kuatlemahnya medan magnet dan energi inti atom, yakni bila energi lebih lemah tidak cukup kuat untuk berlawanan dengan medan magnet (�0), dan bila energi tinggi maka akan cukup untuk anti

parallel. Inti yang paling banyak mendominasi jaringan biologi tubuh manusia adalah atom hydrogen. Atom hydrogen sangat banyak terdapat dalam jaringan biologi tubuh manusia dan protonnya mempunyai moment magnetic yang besar. Hal ini menyebabkan sinyal hidrogen yang dihasilkan 1000 kali lebih besar dari pada atom lainnya dalam tubuh, sehingga atom inilah yang digunakan sebagai sumber sinyal dalam pencitraan MRI (Bryan, 2010).

2.3.2 Presesi

Tiap-tiap spin inti hidrogen membentuk Net Magnetisation Vector (NMV) pada sumbu atau porosnya. Pengaruh dari medan magnet eksternal (�0) akan

(8)

circular mengelilingi �0. Jalur sirkulasi pergerakan itu disebut precessional

path dan kecepatan gerakan NMV mengelilingi �0 disebut frekuensi presesi.

Satuan frekuensinya MHz, dimana 1 Hz = 1 putaran per-detik. Kecepatan atau frekuensi presesi proton atom hydrogen tergantung pada kuat magnet eksternal yang diberikan pada jaringan. Semakin kuat medan semakin cepat presesi proton dan frekuensi presesi yang tergantung pada kuat medan magnetikdisebut dengan frekuensi Larmor yang mengikuti persamaan :

�0=�0 · �0 ... (1) Dimana:

�0 adalah frekuensi Larmor dalam megahertz (MHz)

�0 rasio gyromagnetic, spesifik yang konstanta untuk inti tertentu �0 kekuatan medan magnet eksternal dalam satuan tesla (T)

Proton memiliki rasio gyromagnetic dari γ = 42,58 MHz / T, sehingga frekuensi Larmor dari 63,9 MHz di 1,5 T.

(9)

2.3.3 Resonansi

Merupakan sebuah fenomena diamana Radio Frekuensi (RF) dipancarkan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi larmor atom maka akan terjadi fenomena resonansi. Apabila objek diletakkan dalam medan magnet eksternal yang sangat kuat, maka inti-inti atomnya akan berada pada arah yang searah atau berlawanan dengan medan magnet eksternal dan inti-inti itu akan mengalami perpindahan dari suatu energi ke tingkat energi yang lain setelah diberikan Radio Frekuensi. Proses perpindahan energi ini seringkali merubah arah dari NMV,

akibatnya vektor dapat berubah arah dari arah longitudinal atau parallel medan magnet eksternal, ke arah vektor yang lain (Bushberg, 2002)

Gambar 2.6 pemberian Radiofrekuensi pada atom Hidrogen (Bushberg, 2002)

2.3.4 MR Signal

Akibat resonansi NMV yang mengalami inphase pada bidang transversal. Hukum Faraday menyatakan jika receiver koil ditempatkan pada area medan magnet yang bergerak misalnya NMV yang mengalami presesi pada bidang transversaltadi akan dihasilkan voltage dalam receiver koil. Oleh karena ituNMV yang bergerak menghasilkan medan magnet yang berfluktuasi dalam koil. Saat NMV berpresesi sesuai frekuensi Larmor pada bidang transversal, maka akan terjadi voltage. Voltage ini merupakan MR signal. Frekuensi dari signal adalah

(10)

menimbulkan sinyal yang kuat dantampak terang pada gambar, bila NMV lemah akan sedikitmenimbulkan sinyal dan akan tampak gelap pada citra MRI.

Pada saat terjadi magnetisasi transversal maka terjadi pula keadaan in phase pada bidang transversal sehingga akan terjadi induksi dari medan magnet

terhadap koil penerima yang akan tercatat sebagai sinyal. Kuat dan lemahnya magnetisasi pada bidang transversal ini akan berpengaruh pada kekuatan signal MR dan berpengaruh pada intensitas gelap dan terang pada citra MRI. Bila signal MR kuat maka akan memberikan gambaran citra yang terang atau Hiperintens,

sedangkan apabila signal MRI lemah akan memberikan citra MRI gelap atau Hipointens. Bila pulsa RF dihentikan, moment magnetik pada bidang transversal

yang dalam keadaan Inphase akan mengalami Dephase kembali sehingga magnetisasi pada bidang transversal akan menurun, akibatnya induksi pada koil penerima juga akan semakin melemah yang dikenal dengan sinyal Free Induction Decay (FID)

2.3.5 Sinyal Free Induction Decay (FID)

Selama melakukan gerakan presesi, vektor magnetisasi dalam koordinat kartesian dapat diuraikan menjadi dua komponen yaitu :

a. Komponen logitudinal � pada sumbu z, yakni arah magnetisasi (M)

mula-mula sebelum mengalami simpangan (sama dengan arah medan magnet eksternal).

b. Komponen tranversal ��� pada bidang xy (tegak lurus arah medan magnet

ekternal)

Selama berpresesi arah � tetap, sedangkan ��� berputar pada bidang xy,

seperti terlihat pada Gambar dibawah ini putaran ��� inilah yang menghasilkan

(11)

Gambar 2.7 Peluruhan induksi bebas (Bushberg, 2002)

2.3.6 Relaksasi (Relaxation)

Sebuah proses diamana atom hidrogen kembali kepada kesetimbangannya.

Selama NMV membuang seluruh energinya yang diserap dan kembali pada �0 disebut sebagai proses Relaksasi. Pada saat NMV kehilangan magnetisasi transversal yang dikarenakan Dephase terjadi proses Relaksasi yang

menghasilkan recoveri magnetisasi longitudinal (��) dan decay dari magnetisasi transversal (���).

a. Recoveri dari magnetisasi longitudinal disebabkan oleh proses yang dinamakan �1 recoveri.

b. Decay dari magnetisasi transverse disebabkan oleh proses yang dinamakan �2 decay. (Daniel kertawiguna, 2015)

2.3.7�� Recoveri (Longitudinal Relaxation)

(12)

kemagnetisasi longitudinal. Rate Recoveri adalah proses eksponensial denganwaktu yang konstan yang disebut �1. �1 adalah waktu pada saat 63%

magnetisasi longitudinal (�) untuk Recoveri.

m

Gambar 2.8 Proses terjadianya �1 Recoveri dan Diagram �1 Recoveri (spin lattice

relaksasi) (Bushberg, 2002)

2.3.8 �� Decay (Transverse Relaxation)

Disebabkan oleh pertukaran energi inti atom dengan atom yang lain. Pertukaran energi ini disebabkan oleh medan magnet dari tiap-tiap inti atom

(13)

tissue konstan. �2 adalah waktu pada saat 37% magnetisasi transversal (���)

menghilang (Decay).

Gambar 2.9 Proses terjadianya �2 Decay dan Grafik dari 2 Decay (spin-spin relaksasi)

Besarnya dan proses waktu frekuensi �1 dan �2 sangat berpengaruh pada

sinyal keluaran yang akan ditransformasikan sebagai kontras citra MR, sebab

kurva �1 akan menentukan magnetisasi transversal (���). Peluruhan �2 (waktu

relaksasi �2)adalah efek yang paling berkontribusi pada gambar citra, sebab pada

proses dephase proton akan dihasilkan suatu induksi sinyal. Pengulangan pulsa RF terjadi sebelum kurva recovery menjadi maksimal sehingga obyek jaringan dengan �1 pendek (cepat kembali ke kondisi kesetimbangan) akan mempunyai jumlah recovery yang banyak dibandingkan dengan jaringan yang mempunyai waktu yang panjang, sehingga dalam citra MRI akan di dapatkan gambar yang

hitam pada pembobotan �1 spin echo.Setelah pulsa RF 90° diberikan pada obyek,

(14)

terjadi proses relaksasi �2. Jaringan yang mempunyai nilai �2 pendek,

dephase yang terjadi sangat cepat sehingga intensitas sinyal yang dihasilkan sangat besar dan jaringan dengan waktu relaksasi �2 pendek ini akan kelihatan

hitam pada pembobotan nilai �2. Proses relaksasi �1 dan �2 adalah suatu kerja yang berlawanan yaitu pada saat proses pertumbuhan kembali magnetisasi

longitudinal(��) diimbangi dengan peluruhan yang cepat pada kurva relaksasi �2.

Dua efek relaksasi �1 dan �2 terjadi ketika objek diberikan gelombang radio RF

yang merupakan bentuk pulsa sequence.

Pulsa sequence dalam pencitraan MRI dibentuk untuk mengetahui bagaimana efek �1 pada pembobotan citra �1 Weighted, efek �2 pada pembobotan citra �2 Weighted. Rangkaian pulsa RF dephasing phase echo dalammendapatkan

citra MRI dilakukan pengulangan untuk satu pemeriksaan. Waktu pengulangan antara pulsa sequence yang satu dengan yang berikutnya disebut dengan Time Repetition (TR), sedangkan waktu tengah antara pulsa 900 dan sinyal maksimum

(echo) disebut dengan Time Echo (TE).Parameter �1 dan �2 sebagai sifat intrinsik

jaringan, serta TE dan TR sebagai parameter teknis yang digunakan akan mengontrol derajat kehitaman pada citra MRI. Pada �2 Weighted derajat kehitaman gambar akan dikontrol oleh TE dan �2 (Spin spin relaxation),

sedangkan untuk �1 Weighted derajat kehitaman akan dikontrol oleh TR dan �1

((Spin lattice relaxation). Secara umum 1 Weighted akan menunjukkan struktur anatomi, dan �2 Weighted menunjukkan struktur patologi.

2.3.9 Time Repetition (TR), Time Echo (TE), Field of View, Signal noise to Ratio (SNR)

2.3.9.1 Time Repetition(TR) dan Time Echo(TE)

Time Repetition (TR) merupakan parameter yang mengontrol jumlah

magnetisasi longitudinal (�) yang recoveri sebelum RF pulse berikutnya. TR

yang panjang memungkinkan full recovery sehingga lebih banyak yang akan mengalami magnetisasi transversal (���) pada RF pulse berikutnya. TR yang

(15)

mengontrol jumlah magnetisasi transversal (���) yang akan Decay sebelum echo

itu dicatat.

Time Repetition (TR) dan waktu Time Echo (TE) merupakan kunci dari

penciptaan kontras citra MRI. Pada Gambar 2.10 menunjukkan simbol yang paling sering digunakan untuk diagram urutan pulsa, termasuk echo dengan penggunaan Spin Echo (SE) dan Gradien Echo (GRE). Hal ini penting untuk mengenali simbol-simbol ini, karena selalu digunakan untuk mewakili TR dan TE.

Gambar 2.10 Definisi simbol yang umum digunakan dalam diagram urutan pulsa.

TR adalah waktu (biasanya diukur dalam milidetik) antara penerapan pulsa RF eksitasi dan awal pulsa RF berikutnya. TE (juga biasanya diukur dalam milidetik) adalah waktu antara penerapan pulsa RF dan puncak gema terdeteksi (seperti terlihat pada Gambar 2.11a). Kedua parameter mempengaruhi kontras gambar MR karena memberikan berbagai tingkat kepekaan terhadap perbedaan waktu relaksasi antara berbagai jaringan. Pada TR pendek, perbedaan waktu relaksasi antara lemak dan air dapat dideteksi (magnetisasi longitudinal pulih

lebih cepat dari pada lemak dalam air), di TR panjang, tidak dapat dideteksi. Oleh karena itu, TR berhubungan dengan �1 (seperti terlihat pada Gambar 2.15b) dan mempengaruhi kontras gambar �1 Weighted.

Pada TE singkat, perbedaan sinyal �2 lemak dan air tidak dapat dideteksi

dan penggunaan TE panjang dapat dideteksi. Oleh karena itu, TE berhubungan dengan �2 (seperti terlihat pada Gambar 2.11b) dan mempengaruhi kontras gambar �2 Weighted. Ketika TR panjang dan TE pendek, perbedaan dalam

(16)

dibedakan (seperti terlihat pada Gambar 2.15b) Oleh karena itu, kontras diamati pada gambar MR dihasilkan adalah terutama karena perbedaan kepadatan proton antara kedua jenis jaringan. Jaringan dengan lebih proton memiliki intensitas sinyal yang lebih tinggi, dan jumlah proton lebih sedikit memiliki intensitas sinyal yang lebih rendah.

Gambar 2.11 (a) Skema representasi dari TR dan TE (b) Grafik TR dan TE panjang, pendek saat pembobotan T2 dan T1

Gambar 2.11 diatas menunjukkan saat panjang dengan TR pendek dan pada saat TE pendek untuk pembobotan T2 lemak dan air. Dan pembobotan T1 lemak dan air

2.3.9.2 Field of View (FOV) dan Signal noise to Ratio (SNR)

Field of view (FOV) merupakan parameter dalam menentukan luas

lapangan atau lebih dikenal dengan luas daerah yang akan di scn. Oleh karena itu pengukuan FOV yang optimal akan memepengaruhi nilai SNR dikarenakan pusat data mentah yang diterima berasal dari luas area yang d scan. Semakin kecil FOV yang digunakan makan SNR akan semakin tinggi karena sinyal yang diterima merupakan dari objek yang kita scan saja tetai memiliki kekurangan yaitu organ atau objek yang diterima mengacu hanya organ organ kecil saja. Sehingga bisa menjadi acuan dalam sebuah pemeriksaan, begitu juga apabila FOV besar makan akan menurunkan nilai SNR dimana sinyal yang diterima bukan hanya dari organ

(17)

Signal to Noise Ratio (SNR) merupakan hal yang paling menjadi perhatian

pada kualitas MRI. Istilah ini didefinisikan sebagai perbandingan amplitudo dari signal yang diterima oleh coil dengan amplitudo dari noise. Jika signal yang

sebenarnya relatif lebih kuat daripada noise maka SNR akan meningkat, dan kualitas gambar akan lebih baik. Nilai nilai Signal noise to ratio (SNR) diperoleh sesuai dengan ketentuan (Brian, 2010) dengan cara nilai intensitas signal pada daerah corpus, discus, CSF dan fat masing masing akan dibagi dengan nilai intensitas signal background Berikut adalah hasil penentuan ROI pada organ

corpus, discus, CSF, fat dan background yang telah disebutkan diatas.

2.3.10 Pembobotan �1 atau �1 weighted

Pada pembobotan T1 menggunakan parameter TR yang maka pembobotan T1 akan kelihatan gelap atau hyperintens tetapi untuk jaringan yang mempunyai waktu relaksasi yang cepat maka pembobotan T1 akan kelihatan terang atau

hypointens. Sebuah citra �1 Weighted dimana perbedaan waktu antara �1 jaringan

misalnya lemak dan air tergantung dari Time Repetition (TR). Karena TR

mengontrol seberapa jauh setiap vektor dapat memulihkan sebelum pemberian

pulsa RF berikutnya, untuk mencapai bobot �1 TR harus cukup pendek sehingga

lemak atau air memiliki waktu yang cukup untuk sepenuhnya kembali ke �0. Jika

TR terlalu panjang, baik lemak dan air kembali ke �0 dan memulihkan

magnetisasi longitudinal (�) sepenuhnya sehingga sinyal yang diberikan menjadi

lemah dan tidak dapat menunjukkan perbedaan antara lemak dan air pada citra

yang dihasilkan. Grafik �1 Weighted ditunjukkan pada gambar 2.12 di bawah ini

(18)

Gambar 2.12 �1 Perbedaan Antara Lemak dan Air (Bushberg, 2002)

2.3.11 Pembobotan �� atau �� weighted

2 weighted disebut juga T2WI atau �2 weighted Imaging yang

merupakan salah satu pembobotan untuk MRI whole spine di mana kontrasnya

tergantung pada Time echo (TE). ). TE mengontrol jumlah peluruhan �2 yang

terjadi sebelum sinyal diterima. Pembobotan T2 cenderung membutuhkan Time

echo (TE) yang lama untuk memberikan jaringan lemak dan air waktu untuk

meluruh atau berdicay. Jika TE terlalu singkat, baik lemak atau air tidak memiliki

waktu untuk meluruh dan tidak dapat menunjukkan perbedaan antara lemak dan

(19)

Gambar 2.13 �2 Perbedaan Antara Lemak dan Air (Bushberg, 2002)

2.4 Pulsa Sequence 2.4.1 Spin Echo (SE)

Spin Echo adalah sequence yang paling banyak digunakan pada

pemeriksaan MRI. Pada spin echostandar, segera setelah pulsa RF 900 diberikan, sebuahFID segera terbentuk. Dengan menggunakan kekuatan radiofrekuensi yang

sesuai, akan terjadi transfer NMV bersudut 900 kemudian diikuti dengan rephasing pulse bersudut 1800Spin echo menggunakan eksitasi pulsa 900 yang

diikuti olehsatu atau lebih rephasing pulsa 1800, untuk menghasilkan Spin Echo.

Spin echo (SE) sama dengan urutan Gradien echo dengan pengecualian bahwa

ada tambahan refocusing pulsa 1800.

2.4.2 Inversion Time (TI)

Inversion recovery (IR) ialah urutan eksitasi SE (Spin Echo) pulsa 90°

(20)

Gambar 2.14 Waktu antara pulsa 180 ° dan pulsa RF 90 °

Kontras pada gambar dapat dimanipulasi dengan mengubah waktu inversi. Dengan TI pendek dan pengiriman pulsa eksitasi 90° segera setelah pulsa 180°

inversi, semua magnetisasi longitudinal negatif membalik atau flip ke bidang transversal. Jika waktu inversi cukup panjang memungkinkan relaksasi penuh, sinyal kembali menjadi lebih kuat.

Ketika pulsa pembalik dihapus, vektor magnetisasi mulai relaksasi kembali ke �0. Kontras gambar yang dihasilkan sangat tergantung pada panjang TI serta TR dan TE. Kontras dalam gambar terutama tergantung pada besarnya magnet longitudinal yang (seperti pada putaran echo) setelah waktu tunda yang dipilih TI. Kontras didasarkan pada kurva recovery TI setelah inversi pulsa 180º.

Inverting pulsa 180º dapat menghasilkan perbedaan kontras besar antara lemak dan air karena saturasi penuh vektor lemak atau air dapat dicapai dengan

memanfaatkan TI yang sesuai. (Daniel kertawiguna, 2004)

2.4.3 Short Time Inversion Recovery (STIR)

STIR (Short Time Inversion Recovery) adalah urutan pulsa inversi dengan

(21)

pemulihan inversi merupakan urutan pulsa Spin Echo didahului oleh pulsa 180°

RF. Sequence STIR membalikkan magnetisasi longitudinal baik lemak dan air dengan pengiriman pulsa 180°, yang diikuti oleh TI (Time Inversion) beberapa ratus milidetik. Untuk menekan sinyal lemak, TI disesuaikan sedemikian rupa sehingga pulsa 90° dipancarkan tepat pada saat ketika lemak melewati nol. TI menekan lemak sekitar 150 msec pada kekuatan bidang magnet 1,5 T dan sekitar 100 msec pada bidang magnet 0,5 T.

STIR merupakan urutan pulsa recovery inversi yang menggunakan TI

yang sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk pulih dari inversi penuh lemak terhadap bidang transversal sehingga tidak ada magnet longitudinal yang sesuai dengan lemak. Ketika pulsa 90º bereksitasi diterapkan setelah waktu tunda TI, sinyal dari lemak batal. STIR digunakan untuk mencapai penekanan sinyal lemak dalam gambar �1 weighted dan 2 weighted. Sebuah TI dari 150-175 msec mencapai penekanan lemak meskipun nilai ini bervariasi pada kekuatan lapangan magnet yang berbeda. (Bushberg, 2002)

2.5 Teknik Composing

Pada perkembangan mesin Magnetik Resonance yang menawarkan kemampuan untuk memeriksa daerah tubuh yang besar tanpa reposisi pasien, MRI sekarang dapat digunakan untuk pencitraan aspek sistemik penyakit misalnya pada bidang onkologi. Tapi dokumentasi patologi yang kompleks membutuhkan penilaian yang mudah dan cepat. Untuk tujuan ini, teknik pencitraan composing dapat membantu. Untuk memperoleh informasi dari daerah tubuh yang besar, Field Of View (FOV) dan multi-channel kumparan harus diterapkan.

(22)

memakan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan pemeriksaan radiologi yang lain seperti x-ray atau ct scan.

Teknik composing pada MRI tulang belakang dilakukan yang mana kegunaannya adalah untuk : Menilai ruas tulang belakang dan kedudukannya, Mendeteksi kelainan tulang belakang dan sumsum tulang belakang, Mendeteksi kelainan syaraf tulang belakang atau hernia nucleic pulpose (HNP), Mendeteksi adanya metastasis/penyebaran kanker ke sumsum tulang belakang, Mendeteksi secara keseluruhan penyebaran TB tulang terhadap ruas tulang belakang.

Gambar 2.15 Tampilan dari menu Composing

2.6 Anatomi Whole Spine

(23)

secara mekanik sebenarnya melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang tetap tegak. Vertebra cervical, thoracal, lumbal bila diperhatikan satu dengan yang lainnya ada perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih lanjut tulang tersebut mempunyai bentuk yang sama. Korpus vertebrae merupakan struktur yang terbesar karena mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan. Prosesus transversus terletak pada ke dua sisi korpus vertebra, merupakan tempat melekatnya otot-otot punggung. Sedikit ke arah atas dan bawah dari prosesus transverses terdapat fasies artikularis vertebrae dengan

vertebrae yang lainnya. Arah permukaan facet join mencegah/membatasi gerakan yang berlawanan arah dengan permukaan facet join (CAILLIET 1981). Adapun anatomi dari whole spine dapat ditunujukkan seperti pada Gambar 2.16 dan Gambar 2.17

(24)

Referensi

Dokumen terkait