SALING KERJASAMA POSITIF DALAM KEBERAGAMAN Cholichul Hadi
Facultas Psychologi Universitas Airlangga, Surabaya
Dipresentasikan pada Temu Ilmiah Nasional dan Kongres XI Himpunan Psikologi (HIMPSI) (Dalam Keragaman Menuju Indonesia yang Lebih Baik)18-20 Maret 2010
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengungkap pengaruh interdependensi untuk meningkatkan kerja sama dan kompetisi dalam kelompok. Rancangan penelitian ini rancangan penelitian eksperimen. Sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 21 orang. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Ngawi dan Trenggalek. Teknik sampling dalam penelitian adalah teknik random sampling. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Alat pengumpul data ini telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas setelah melalui tahap uji joba. Kuesioner diberikan pada tahap 1, sedang eksperimen dilakukan pada tahap 2. Dalam penelitian ini, teknik analisis analisis penelitian ini adalah t-test. Hasil menunjukkan: Kerja sama dalam kelompok dengan interdependensi adalah yang terbaik.
Kata-kata kunci: saling kerja sama positif, keragaman.
PENDAHULUAN
SALING KERJASAMA POSITIF DALAM KEBERAGAMAN
Indonesia adalah negara multikultural. Negara multikultural adalah negara di mana terdapat di dalamnya berbagai kelompok budaya yang mampu hidup berdampingan secara harmonis dan selaras. Di antara berbagai kelompok budaya dalam masyarakat multikultural adalah kelompok-kelompok sebagai berikut:
Kelompok etnis. Kelompok jender.
Kelompok disabilitas.
Kelompok bahasa.
Kelompok pekerjaan.
Kelompok status sosial ekonomi.
Kelompok etnis referensi spiritualitas.
Dalam masyarakat multikultural, masing-masing kelompok memiliki nilai-nilainya sendiri. Nilai – nilai yang terdapat dalam suatu kelompok menjadi dasar berperilaku suatu kelompok. Yang menjadi masalah adalah pilihan apa yang akan diambil apabila terdapat keberagaman nilai yang ada dalam kelompok-kelompok?
Dalam upaya memahami peran keberagaman nilai untuk peningkatan kinerja maka perlu diuraikan pengertian nilai terlebih dahulu. Menurut dua orang perilaku organisasi, yaitu Nelson dan Quick (2008), nilai dapat didefinisikan sebagai suatu keyakinan yang menetap di mana kecenderungan perlaku khusus secara pribadi atau sosial
dibenarkan yang berlawanan dengan kecenderungan perilaku yang dilarang. Dalam konteks lebih melengkapi, dua orang ahli antropologi, yaitu People dan Bailey (2006), menyatakan bahwa nilai adalah ide-ide bersama sekumpulan orang dalam suatu kelompok budaya tertentu atau standard terkait dengan kebergunaan suatu tujuan dan gaya hidup berbudaya. Berdasar pada dua definisi tentang nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan tentang apa yang dianggap
Kinerja adalah kinerja sering didefinisikan sebagai pencapaian tugas (Nelson & Quick, 2008). Istilah tugas berasal dari pakar manajemen Taylor yang mengemukakan tugas adalah kegiatan-kegiatan yang dituntut kepada anggota kelompok atau karyawan sebuah organisasi (Nelson & Quick, 2008).
Berdasar pada pengertian tentang kinerja maka dapat disimpulkan bahwa kinerja kelompok adalah pencapaian tugas kelompok.
Keberagaman nilai menjadi dasar atau modal sosial (social capital) bagi peningkatan kinerja. Dalam konteks ini, keberagaman nilai dapat menjadi modal bagi peningkatan kinerja.
Keberagaman nilai dapat diwadahi melalui sarana kerja sama (cooperation) yang ada dalam psikologi interdependensi. Kerja sama adalah suatu bentuk interaksi sosial yang terdapat di dalamnya upaya-upaya kolaboratif di antara pihak-pihak atau orang-orang untuk mencapai tujuan bersama (Persell, 1987).
Lawan dari perilaku kerja sama adalah perilaku yang berhubungan fenomena
kompetisi (competition). Kompetisi adalah bentuk interaksi sosial terarah suatu tujuan di mana tujuan yang ingin dicapai bersifat terbatas sehingga tidak semua kompetitor memperolehnya. Perilaku kompetisi diarahkan oleh aturan-aturan dan keterbatasan-keterbatasan (Persell, 1987).
Sering kali subjek mengalami saat yang sulit untuk memahami secara kognitif kemenangan dan kekalahan dalam setting yang bersifat kompetitif. Apabila mereka kalah maka terjadi campur aduk antara perasaan-perasaan dan fakta. Mereka menghubungkan perasaan negatif itu dengan identitas dan harga dirinya.
Dalam situasi kompetisi, individu-individu hampir selalu berhubungan dengan hadiah yang berasal dari luar dan persetujuan yang berasal dari luar. Kerja sama secara positif berkorelasi dengan sejumlah indikator kesehatan psikologis. Sejumlah indikator
kesehatan psikologis yang berhubungan usaha-usaha kerja sama itu antara lain adalah sebagai berikut:
Kematangan emosional;
Hubungan sosial yang mampu menyesuaikan diri;
Kemampuan koping terhadap adversiti;
Kompetensi sosial;
Kepercayaan dan opitimisme terhadap manusia.
Upaya-upaya kerja sama atau kooperatif akan mampu meningkatkan: Kekuatan ego personal;
Kepercayaan diri;
Independensi;
Otonomi;
Psikologi interdependensi terkait kerja sama menjelaskan:
a) Usaha-usaha bersifat yang kerja sama atau usaha-usaha ynag bersifat bersama cenderung mampu untuk meningkatkan upaya-upaya yang lebih besar untuk prestasi, hubungan positif yang lebih erat, dan kesehatan psikologis yang lebih baik, apabila dibandingkan dengan usaha-usaha yang bersifat kompetisi atau usaha-usaha yang bersifat individual.
b) Kekuatan dari kerja sama bergantung pada keberadaan secara jelas
interdependensi atau saling-kebergantungan positif yang mencakup akuntabilitas individual yang menghasilkan tindakan promotif dan interalksi interpersonal. Interaksi interpersonal mencakup di dalamnya pemanfaatan yang relevan keterampilan sosial dan pemrosesan sosial.
Apabila situasi distrukturkan secara kompetitif, individu-individu bekerja saling melawan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang hanya dapat dicapai oleh satu orang atau yang hanya dapat dicapai oleh segelintir orang.
Sistem nilai yang menjadi dasar situasi kompetisi, kerja sama, dan individualistik sebagai kurikulum tersembunyi ada dalam kehidupan sekolah. Nilai kompetitif membatasi kualitas yang itu memfasilitasi kemenangan.
interdependensi dapat meningkatkan kerja sama dan kompetisi dalam kelompok. Peningkatan kinerja kelompok itu terutama ada pada kesehatan psikologis.
Metode penelitian. Rancangan penelitian ini adalah penelitian rancangan penelitian eksperimen. Sampel dalam penelitian esperimen ini adalah terdiri dari dua kelompok. Dua kelompok sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan karyawan di daerah perkotaan. Sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 21 orang. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi dan di Kabupaten Trenggalek.
Teknik sampling dalam penelitian adalah teknik random sampling Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Alat pengumpul data ini telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas setelah melalui tahap uji joba. Kuesioner diberikan pada tahap 1, sedang eksperimen dilakukan pada tahap 2. Dalam penelitian ini, teknik analisis analisis penelitian ini adalah t-test.
Hasil penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
Kerja sama dalam kelompok dengan interdependensi adalah yang terbaik. Peningkatan kinerja kelompok itu terutama ada pada kesehatan psikologis.
KESIMPULAN
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kerja sama dalam kelompok dengan interdependensi adalah yang terbaik. 2. Peningkatan kinerja kelompok itu terutama ada pada kesehatan psikologis.
DAFTAR RUJUKAN
Nelson, D.L. & Quick, J.C. 2008. Understanding Organizational Behavior. Mason, Ohio: Thomson Higher Education.
People, J. & Bailey, G. 2006. Humanity. An Introduction to Cultural Anthropology. Belmont, CA: Thomson Wadsworth.
Persell, C.H. 1987. Understanding Society. An Introduction to Sociology. New York: Harper & Row Publishers.