• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lembaga Pendidikan Islam (1 docx'

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Lembaga Pendidikan Islam (1 docx'"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM Tentang

”Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia”

Oleh:

Kelompok XII

Nadiatul Khairo 1614070040

Refita Anggara 1614070026

Rifah Aini 1614070029

Dosen Pembimbing:

Salmi Wati, M.Ag

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (A) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL PADANG

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia”. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

Menyelesaikan makalah ini, penulis mendapat sumbangan pemikiran dan fasilitas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih.

Padang, 04 Oktober 2017

(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 1

BAB II PEMBAHASAN... 2

A. Formal... 2

1. Pesantren... 2

2. Madrasah... 2

3. Perguruan Tinggi Agama Islam... 2

B. Non Formal... 3

1. Majelis Ta’lim... 3

2. Pesantren Kilat... 4

3. Madrasah Diniyyah... 5

C. Lembaga Pendidikan Islam Model... 6

1. Al-Azhar Islamic School : Lembaga Pendidikan Islam Unggulan dan Mewah ... 6

2. Sekolah Islam Madania : Pelopor Pluralisme dan Multikulturalisme... 7

3. SMA Insan Cendekia : Memadukan Iptek dan Imtaq... 8

4. Zaitun... 8

5. Sekolah Serambi Mekkah: Gerakan Tarbiyah (Hamka)... 9

BAB III PENUTUP... 11

A. Kesimpulan... 11

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan gerakan reformasi di dunia Islam yang menyentuh seluruh bidang kehidupan umat Islam ; sosial, politik, budaya, pendidikan, hukum dan lain sebagainya, telah sampai pula ke Indonesia. Gerakan reformasi tersebut berpengaruh pula pada pengelolaan pendidikan di kalangan umat Islam. Pada awalnya pendidikan Islam di Indonesia diformat dalam lembaga pendidikan yang disebut dengan madrasah, pesantren, surau, meunasah, namun setelah gerakan reformasi pendidikan Islam merasa bahwa perlu dibentuk format baru lembaga pendidikan Islam yang lain dengan tujuan dapat menyetarakan umat Islam dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Gerakan reformasi Islam menginginkan agar umat Islam tidak hanya mempelajari materi pengetahuan agama saja seperti ; al-Qur’an, al-Hadits, Nahwu, fiqh, ushul fiqh, ilmu kalam, melainkan, harusnya umat Islam juga harus mampu bersaing dan menguasai ilmu pengetahuan modern, yang kemudian di kalangan pendidikan Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan umum seperti sains dan teknologi.

B. Rumusan Masalah

(5)

BAB II Qur’an dan Sunnah Rasul dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa-bahasa Arab. Pesantren merupakan pendidikan islam tertua di Indonesia yang berfungsi sebagai pusat dakwah dan pengembangan agama islam. Kata pesantren berasal dari bahsa tamil yang berarti “guru mengaji” namun ada juga yang menyebut berasal dari bahsa sansekerta “shstri” yang berarti orang-orang yang mempelajari buku-buku suci atau orang yang melek huruf.

2. Madrasah

Kata madrasah dalam bahasa Arab berarti tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran.1 Dalam bahasa Indonesia

madrasah disebut dengan sekolah yang berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pengajaran.2

Dari pengertian di atas maka jelaslah bahwa madrasah adalah

Mahmud Yunus mengemukakan bahwa di Padang Sumatera Barat pada tanggal 9 Desember 1940 telah berdiri perguruan tinggi Islam yang dipelopori oleh Persatuan Guru-Guru Agama Islam (PGAI).

PTAIN yang berdiri diresmikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1950, baru beroperasi secara praktis pada tahun 1951.

1Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 50

(6)

Dimulailah perkuliahan perdana pada tahun tersebut dengan jumlah siswa 67 orang dan 28 orang siswa persiapan dengan pimpinan fakultasnya adalah KH. Adnan.

PTAIN ini mempunyai jurusan Tarbiyah, Qadha, dan Dakwah dengan lama belajar 4 tahun pada tingkat bakalaureat dan doktoral. Mata pelajaran agama didampingi mata pelajaran umum terutama yang berkenaan dengan jurusan. Mahasiswa Jurusan Tarbiyah diperlukan pengetahuan umum mengenai ilmu pendidikan, dan begitu juga jurusan lainnya diberikan pula pengetahuan umum yang sesuai dengan jurusannya. B. Non Formal

1. Majelis Ta’lim

Mesjid fungsi utamanya adalah untuk tempat shalat yang lima waktu ditambah dengan sekali dalam satu minggu shalat Jum’at dan dua kali dalam satu tahun untuk shalat hari raya. Selain dari mesjid ada juga tempat ibadah yang disebut dengan langgar bentuknya lebih kecil dari mesjid dan hanya di gunakan untuk shalat lima waktu, bukan untuk shalat jum’at.

Selain dari fungsi utama mesjid dan langgar di fungsikan juga untuk tempat pendidikan di tempat ini dilakukan pendidikan buat orang dewasa maupun anak-anak. Pengajian buat orang dewasa adalah penyampaian-penyampaian ajaran Islam oleh mubaligh kepada para jama’ah dalam bidang yang berkenaan dengan akqidah, ibadah dan akhlak. Sedangkan pengajian yang dilaksanakan ialah anak-anak berpusat kepada pengajian Al-Qur’an menitik beratkan kepada kemampuan membaca dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah bacaan, selain dari itu anak-anak juga diberikan pendidikan keimanan, ibadah dan akhlak.3

Sistem pengajaran di masjid, sering memakai sistem halaqah, yaitu guru membaca dan menerangkan pelajaran sedangkan siswa mempelajari atau mendengar saja, hampir mirip dengan sistem klasikal yang berlaku sekarang. Salah satu sisi baik dari sistem halaqah ialah pelajar-pelajar

(7)

diminta terlebih dahulu mempelajari sendiri materi-materi yang akan diajarkan oleh gurunya, sehingga seolah-olah pelajar menselaraskan pemahamannya dengan pemahaman gurunya tentang maksud dari teks yang ada dalam sebuah kitab. Sistem ini mendidik pelajar belajar secara mandiri.

2. Pesantren Kilat

Perkataan pesantren kilat brasal dari kata santri, dengan awalan “pe”dan akhiran”an”yang berarti tempat tinggal santri, Soegarda Poerbakawatja juga menjelaskan peantren berasal dari kata santri, yaitu seseorang yang belajar agama Islam, dengan demikian pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam, dan kata kilat berarti “cepat sekali”. Dari kedua kata tersebut dapat di artikan bahwa pesantren kilat adalah tempat para santri belajar agama secara memadai dalam waktu yang tidak terlalu lama, yaitu jangka waktu tertentu secara terbatas.

Lamanya kegiatan pesantren kilat berkisar antara satu minggu sampai dengan satu bulan. Adapun materi yng diajarkan dalam kegiatan pesantren kilat meliputi membaca Al-Qur’an, keimanan islam, Fiqih (ibadah), dan Ahklaq. Peserta dalam pesantren kilat dibagi menurut tingkat kemampuannya, mulai dari kelompok pemula sampai kelompok lanjutan. Materi yang diajarkan dalam kelompok pemula adalah, belajar membaca Al-Qur’an dan amalan agama sehari-hari sedangkan dalam kelompok lanjutan materi yang diajarkan adalah belajar membaca kitab kuning dan diskusi dalam masalah-masalah islam yang bertemporer. Peserta yang mengikuti kegiatan pesantren kilat ada yang menginap dan ada juga yang tidak menginap (ini yang banyak).

(8)

agama anaknya, orang tua tidak menginginkan anaknya menjadi nakal dan belajar di sekolah umum. Pada tahun 1910 didirikan Madrasah School (Sekolah Agama) yang dalam perkembangannya berubah menjadi Diniyah School (Madrasah Diniyah). Dan nama madrasah Diniyah inilah yang kemudian berkembang dan terkenal.

Madrasah pada abad ke 5 H atau abad ke-10 atau ke-11 M ajaran agama Islam telah berkembang secara luas dalam berbagai macam bidang ilmu pengetahuan, dengan berbagai macam mazhab atau pemikirannya. Pembagian bidang ilmu pengetahuan tersebut bukan saja meliputi ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Qur’an dan hadis, seperti ilmu-ilmu-ilmu-ilmu al-Qur’an, hadits, fiqh, ilmu kalam, maupun ilmu tasawwuf tetapi juga bidang-bidang filsafat, astronomi, kedokteran, matematika dan berbagai bidang ilmu-ilmu alam dan kemasyarakatan.

Madrasah Diniyah lahir dari ketidak puasan sebagian tokoh terhadap sistem pendidikan Pesantren, sehingga mereka mencoba untuk membuat lembaga pendidikan yang sedikit lain dengan Pesantren. Melalui organisai-organisasi sosial kemasyarakatan mereka mulai mendirikan lembaga pendidikan misalnya organisasi Muhammadiyah, Persatuan Muslim Indonesia (Permi), Diniyah, Thawalib, Pendidikan Islam Indonesia (PII), dan sejumlah sekolah-sekolah yang tidak berafiliasi kepada organisasi apapun.

(9)

kemudian menjadi Madrasah Muallimin Muhammadiyah, sebagai realisasi dari cita – cita pembaharuan pendidikan Islam yang dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan.5

C. Lembaga Pendidikan Islam Model

1. Al-Azhar Islamic School6 : Lembaga Pendidikan Islam Unggulan dan

Mewah

Sekolah Islam al-Azhar merupakan sekolah Islam yang berada di bawah naungan Yayasan Pesantren Islam (YPI) yang berdiri pada tahun 1964 berpusat di Jakarta. Yayasan ini mengelola sekolah dari tingkat TK, SD, SMP, SMA Islam dengan label al-Azhar. Sekolah Islam ini memiliki ciri yang cukup menarik yaitu kedekatannya dengan kelompok muslim perkotaan. Sehingga sekolah Islam ini mampu menampilkan dirinya secara fisik sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam modern dengan fasilitas mewah. Sekolah Islam al-Azhar dilengkapi dengan air condtioning (AC), perpustakaan berbasis teknologi komputer, sarana olah raga, laboratorium, komputer, internet dan tentu saja sistem belajar yang teroganisir dengan baik, termasuk kegiatan ekstrakurikuler.7

secara umum sistem pengajaran dibagi menjadi 4 kelas, yaitu: (1) Kelas umum diperuntukkan bagi orang yang ke al-Azhar untuk mempelajari Qur’an dan penafsirannya; (2) kelas para mahasiswa al-Azhar kuliah dengan para dosen yang ditandai dengan mengajukan pertanyaan dan mengkaji jawabannya; (3) kelas Darul Hikam, kuliah yang diberikan kepada para muballigh seminggu sekalipada hari Senin yang dibuka untuk umumdan pada hari Kamis dibuka khusus untuk mahasiswa pilihan; (4) kelas nonformal, yakni kelas untuk pelajar wanita8. Pada masa

al-Aziz, al-Azhar juga dilengkapi dengan asrama untuk para fuqaha’

5Headri Amin, “Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren Dan Madrasah Diniyah”, (Jakarta: Diva Pustaka, 2004), h. 56

6Arief Subhan A., Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20: Pergumulan antara Modernisasi dan Identitas, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 161

7 Ibid,

(10)

(dosen, tenaga pendidik) serta semua urusannya ditanggung oleh Khalifah9.

Kemajuan sekolah Islam al-Azhar ini dapat dilihat pada tahun 1980-an. Pada masa ini, sekolah Islam al-Azhar mulai kekurangan ruangan untuk menampung banyaknya calon siswa yang berminat. Sekolah Islam al-Azhar telah identik dengan sebagai lembaga pendidikan Islam modern untuk masyarakat muslim perkotaan. Seiiring dengan semakin meningkatnya popularitas sekolah al-Azhar di kalangan masyarakat muslim dan terbatasnya daya tampung sekolah al-Azhar, maka didirikanlah sekolah al-Azhar di wilayah lain seperti di Kemang pada tahun 1980-an, di Kelapa Gading pada tahun 1988, di Pondok Labu pada tahun 1989, di Bumi Serpong Damai (BDS) pada tahun 1992.10

2. Sekolah Islam Madania : Pelopor Pluralisme dan Multikulturalisme Sekolah Islam Madania merupakan sekolah Islam yang didirikan pada era 1990-an di bawah naungan Yayasan Madania yang memiliki hubungan ideologis dengan Yayasan Paramadina yang dirikan oleh tokoh neo-modernisme Islam Indonesia Nurcholis Madjid.11 Sekolah ini

berlokasi di wilayah pinggiran Jakarta, tepatnya di Parung, Jawa Barat. Sekolah Madania menerapkan sistem boarding school atau sekolah berasrama sebagai bentuk adopsi sistem pesantren dalam penyelenggaraan pendidikan.12 Keunikan dari Sekolah Madania ini, selain dari sistem

pendidikan yang dilaksanakan secara modern, sekolah ini mempromosikan pluralisme dan multikulturalisme. Secara umum, sekolah Madania memang menekankan pemebentukan karakter siswa dengan seperangkat pengetahuan dan keterampilan sebagai bentuk respons terhadap modernisasi dan globalisasi.13

3. SMA Insan Cendekia : Memadukan Iptek dan Imtaq

9Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam( Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 92. 10 Arief Subhan A. Op.Cit. h. 163

(11)

SMA Insan Cendekia berlokasi di Serpong Banten, berdiri pada tahun 1996 diprakarsai oleh kelompok birokrat dan ilmuwan yan bekerja di lingkungan BPPT (Badan Pengkajian, Pengembangan dan Penerapan Teknologi) yang selama lebih dari satu dekade dipimpin oleh BJ. Habibie yang juga Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indoneisa (ICMI).14

Sekolah ini bertujuan untuk mencetak ilmuwan muslim yang memiliki pemahaman ke-Islaman kuat. Jargonnya adalah perpaduan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dengan iman dan taqwa (Imtaq). Tujuan ini diimplemnetasikan dari visi dan misi pendidikan di Sekolah Insan Cendekia dalam format kurikulum dan sistem pembelajarannya.

Bahkan untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan di sana, sekolah ini membangun komunkasi dan kerja sama yang intens dengan Institut Teknologi Bandung ITB) dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Sedangkan dalam rangka membentuk karakter siswa, sekolah ini menerapkan sistem boarding school sebagaimana sekolah maju yang lain. Keunikan dari sekolah ini juga adalah adanya jaringan belajar ke luar negeri anatara lain ke Jerman. Jaringan ini tentu saja tidak lepas dari peran

founding father sekolah ini yaitu BJ. Habibie sebagai alumni dari Jerman.15

4. Zaitun

Ma’had Al-Zaytun yang telah mengorbit dalam jagat raya pendidikan tingkat sekolah menengah sejak 1999, tahun ini, tepatnya Agustus 2005, segera memulakan pendidikan tinggi dengan nama Universitas Al-Zaytun (UAZ). Pengoperasian UAZ ini merupakan pewujudan sistem pendidikan satu pipa (one pipe education system), yang sejak awal dicanangkan Syaykh Ma’had Al-Zaytun Dr Abdussalam Panji Gumilang. Jaminan mutu adalah alasan utama penerapan system pendidikan satu pipa Al-Zaytun. Sekali bergerak mendidik, kata Syaykh Ma’had Al-Zaytun, harus berkualitas dan berkelas dunia. “Al-Zaytun, jangan berbuat yang tidak bermutu. Untuk apa kita mendidik, bila hasilnya

14 Ibid,

(12)

akan sia-sia,” seruan yang sering ditekankan Syaykh Ma’had Al-Zaytun kepada segenap eksponen dan guru Al-Zaytun.

Al-Zaytun yang lahir dari sebuah gagasan dan konsep brilian telah memunculkan sebuah paradigma baru pendidikan di negeri ini. Tidak sekadar mengubah kesan kumuh lembaga pendidikan pesantren menjadi modern, dan mengubah penampilan dari pakai sarung menjadi berpakaian lengkap dengan jas dan dasi, tetapi juga mengubah paradigma dan wawasan menjadi berskala global. Al-Zaytun adalah lembaga pendidikan Indonesia yang disetting dengan jaminan mutu berskala global. Guna lebih menjamin kualitas itu, maka one pipe education system dijadikan madzhab pendidikan Al-Zaytun. Dengan sistem tersebut, santri berpeluang menempuh pembelajaran di MAZ, selama 20 tahun secara berkelanjutan. Mulai sekolah dasar, pada umur enam tahun hingga mencapai gelar doktor (S3) pada usia 25 tahun.

5. Sekolah Serambi Mekkah: Gerakan Tarbiyah (Hamka)

Sekolah Islam Modern yang mengambil inspirasi dari Muhammadiyah dan merupakan akibat dari munculnya kelas “santri baru” adalah Sekolah Serambi Mekkah di Sumatera Barat.16 Sekolah ini menjadi

sorotan masyarakat karena pihak manajemen sekolah dapat dikatakan sebagai sekolah yang memanjakan para siswanya. Di sana disediakan segala sarana yang memudahkan para siswanya untuk konsentrasi dua puluh empat di dalam mengikuti kegiatan yang diprogramkan oleh pihak sekolah, seperti jasa cuci, setrika, dan memasak untuk makanan mereka.17

Sedangkan hubungan sekolah ini dengan gerakan terbiyah adalah hubungan genealogis dan ideologis. Karena sekolah ini diprakarsai dan didesai oleh pihak-pihak yang terlibat secara langsung di dalam gerakan tarbiyah baik di lingkungan Perguruan Tinggi Umum di Indonesia, apara alumni Mesir maupun lingkungan Dewan Dakwah Islamiyan Indonesia (DDII).

(13)

Perguruan Serambi mekkah dengan sistem boarding School-nya menerapkan kurikulum hasil adopsi dari berbagai konsep kurikulum. Dari Departemen Pendidikan Nasional diambil kurikulum tentang mata pelajaran umum, dari Departemen Agama diambil kurikulum tentang mata pelajaran agama, dan dari pesantren diambil tradisi dan budaya belajarnya.18 Dengan komposisi kurikulum semacam ini, maka pelajar di

sana mendapatkan pengetahuan umum sebagaimana SMA yang diinginkan oleh Departemen Nasional, sedangkan pengetahuan agamanya dianggap cukup sebagaimana kurikulum dari Departemen Agama, serta tradisi dan budaya pesantren juga mereka peroleh dengan sistem boarding school ala pesantren.

(14)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Memberikan gambaran tentang lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia. Dalam konteks ini, pesantren—lembaga pendidikan tradisional dan asli Indonesia—dilihat sebagai khazanah yang nanti akan mengalami perubahan-perubahan akibat modernisasi. Makalah ini memberikan sebuah pandangan bahwa lembaga pendidikan Islam modern di Indonesia, yaitu madrasah, madrasah di dalam pesantren, dan sekolah Islam merupakan akibat dari pertemuan tiga faktor pada awal abad ke-20. Ketiganya adalah modernisme Islam, proyek pendidikan kolonial Belanda, dan eksperimen pendidikan Islam modern yang dilakukan kelompok Muslim reformis. Penyebaran madrasah sebagai simbol modernitas mengantarkan perluasan lembaga pendidikan Islam.

Dalam Makalah ini disimpulkan bahwa sistem pendidikan Islam tidak hanya berfungsi sebagai media untuk memelihara dan menjaga tradisi-tradisi Islam, tetapi lebih dari itu juga media untuk membangun masyarakat Muslim sekaligus pintu masuk bagi modernisasi masyarakat Muslim.

Madrasah—dan sistem pendidikan Muslim modern lain—merupakan hasil perjumpaan budaya antara gerakan reformasi pendidikan Islam, sekolah-sekolah Belanda, dan tradisi pembelajaran Islam yang sudah berlangsung berabad-abad.

B. Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam. Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2013.

Ahmad Tafsir, “Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam”, Bandung : PT. Remaja Roda Karya, 2001.

Arief Subhan A., Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20: Pergumulan antara Modernisasi dan Identitas, Jakarta: Kencana, 2012.

Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007.

Headri Amin, “Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren Dan Madrasah Diniyah”, Jakarta: Diva Pustaka, 2004.

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Hidakarya Agung, 1990.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi dengan judul Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Menurut

Dari penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya, diketahui bahwa Masjid Al Irsyad merupakan seb uah ban gunan modern di Indonesia dengan desain bangunan yang unik

Metode pengelasan yang digunakan dalam pembuatan exhaust pipe adalah proses pengelasan GMAW dengan kawat las Ø 0.8 mm, material untuk pipa menggunkan STKM 11 A dan

Di Kabupaten Bandung dan Garut pengetahuan dan sikap petani responden alumni SLPHT kubis dan Non SLPHT kubis terhadap pestisida tidak mempengaruhi mereka dalam mematuhi

Kategoriler tartışmaya açıldığında toplumsal cinsiyetin gerçek­ liği de krize girer: Gerçeğin nasıl gerçekdışından aynlacağı belir­ sizleşir. İşte bu

Mulai dari proses penerimaan zakat, infak/sedekah yang diakui sesuai dengan nominal yang disetorkan kepada BAZNAS dari muzzaki, penyaluran zakat, infak/sedekah yang diakui ketika

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh level pemanfaatan jerami padi fermentasi dengan probiotok Starbio terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik

Dalam Pelaksanaan Taḥfīẓ Al-Qur’ān di Pondok Pesantren Nur Huda Senting, metode yang dipakai adalah metode tilawah/ talaqqi, yaitu menyimakkan hafalan santri