• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian Dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah (Kasus : Desa Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan) Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sikap Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian Dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah (Kasus : Desa Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan) Chapter III VI"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive artinya penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja. Lokasi penelitian terpilih adalah Kecamatan

Rawang Panca Arga. Karena merupakan kecamatan dengan luas lahan, luas panen

produksi dan padi sawah terluas di Kabupaten Asahan.

Tabel 3. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Padi Sawah Menurut

(2)

Desa yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Desa Rawang Baru. Desa

Rawang Baru merupakan desa yang menerima bantuan sarana produksi terbanyak

khususnya pada bantuan benih dan perbaikan jaringan irigasi dengan pembetonan

saluran irigasi (lining).

Berdasarkan data yang diperoleh jumlah populasi petani padi sawah yang terdapat

di Desa Rawang Baru adalah 870 anggota kelompok tani. Data tersebut di peroleh

dari Dinas Pertanian Kabupaten Asahan.

Tabel 4. Kelompok Tani Berdasarkan Kelompok P3A Penerima Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi dan Penerima Bantuan Saprodi Kelompok Tani Desa Rawang Baru Tahun 2015

Daftar Nama

Data di atas menujukkan kelompok tani penerima sarana produksi pertanian

berdasarkan kelompok P3A yang berjumlah 3 kelompok dengan 13 kelompok tani

dan jumlah anggota sebanyak 668 anggota.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani padi sawah menerima bantuan bantuan

(3)

Kabupaten Asahan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani sampel. Gay

menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada

desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 30 sampel. Dalam penelitian ini

jumlah sampel sebanyak 50 sampel. Artinya melebihi dari batas pengambilan sampel

minimal.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode pengambilan sampel

berstrata proposional (proportionate Stratified Random Sampling) karena kondisi populasi heterogen dan berstrata. Dalam penelitian ini kondisi populasi yang

heterogen dapat dilihat dari strata masing-masing kepemilikan luas lahan petani.

Metode pengambilan sampel berstrata proposional (proportionate Stratified Random Sampling) berguna untuk memperoleh sampel yang mempunyai

karakteristik spesifik dengan proporsi yang tepat sama dengan penyebaran

karakteristik dalam populasi (Black and Champion, 1999). Data dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 5. Strata Luas Lahan Petani (Ha) Petani Sampel

No. Luas Lahan (Ha) Jumlah Anggota Sampel

1. < 0,5 69 69 / 668 x 50 = 5

2. 0,5 -1 520 520 / 668 x 50 = 39

3. > 1 79 79 / 668 x 50 = 6

Jumlah 668 50

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis data yang di gunakan yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada para

petani untuk memperoleh informasi dan data langsung dari keterangan petani

(4)

sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Asahan,

Badan Pusat Statistik, Balai Penyuluhan dan Ketahanan Pangan serta instansi

yang terkait dengan penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur pada saat pra survey dengan

penyuluh pertanian, tokoh, kontak tani, ketua kelompok tani dan petani. Didapat

informasi mengenai isu yang terjadi di lapangan adalah:

1. Petani tidak menerima dengan baik varietas benih yang diberikan.

2. Petani dapat menggunakan langsung benih padi yang diberikan

3. Jumlah benih diberikan secara adil.

4. Tidak ada manfaat membayar iuran air.

5. Jumlah traktor bantuan tidak mencukupi.

6. Benih yang disemai tumbuh lebih lama.

7. Varietas benih yang diberikan adalah varietas yang biasa digunakan oleh petani

8. Lamanya proses penyaluran benih ke petani.

9. Pengairan di sawah petani lancar.

10. Petani tidak merasakan adanya manfaat pembuatan lining. 11. Pemberian bantuan langsung ke lembaga petani.

12. Banyak benih yang tidak tumbuh.

13. Terdapat tanggal kadaluarsa serta sertifikat benih.

14. Hand tractor yang diberikan diharapkan mampu membantu petani membajak

lahan petani.

(5)

16. Jumlah benih tidak memadai.

17. Masalah kekeringan menjadi faktor keterlambat untuk menanam padi.

18. Air di saluran irigasi mengalir lancar.

Berdasarkan inventarisasi isu di atas maka disusunlah pernyataan – pernyataan

yang berkaitan dengan isu. Pernyataan terdiri dari pernyataan positif dan

pernyataan negatif. Berikut adalah tabel pernyataan positif dan pernyataan negatif

yang diperoleh berdasarkan inventarisasi isu yang terjadi di lapangan:

Tabel 6. Daftar Pernyataan Positif dan Negatif Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah No. Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

1. Bantuan benih diberikan melalui kelompok tani.

Bantuan benih diberikan lama diterima ditingkat petani.

2. Jenis bantuan benih diberikan adalah varietas Ciherang.

Sebagian petani menggunakan benih varietas lain karena dianggap lebih baik.

3. Jumlah benih yang rendah (banyak benih yang tidak tumbuh)

5. Waktu pemberian benih sesuai kalender tanam.

Petani membibitkan dan menanam padi lewat dari kalender tanam karena kendala pengairan.

6. Benih yang diberikan sekitar 80% tumbuh dengan baik.

Petani sulit menjangkau jaringan irigasi karena letak lahan yang jauh dari irigasi.

8 Setelah pembuatan lining kegiatan pengairan lancar.

Petani dikenakan biaya pengairan meskipun tidak ada perubahan yang dirasakan pada sistem pengairan.

9 Hand tractor yang diberikan untuk membantu membajak semua lahan petani.

(6)

Pernyataan positif dan pernyataan negatif yang telah disusun diberikan skor pada

setiap pilihan jawabannya. Pemberian skor jawaban pernyataan positif dan

pernyataan negatif menggunakan teknik penskalaan Likert. Teknik pernskalaan

Likert digunakan untuk menguji hipotesis 1 yaitu mengukur sikap petani padi

terhadap bantuan sarana produksi pertanian.

Skoring untuk setiap pernyataan dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 7. Kategori Jawaban Pertanyaan Positif dan Negatif Sikap Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian

Kategori Jawaban Positif

Skor Kategori Jawaban Negatif

Skor

SS (Sangat Setuju) 5 SS (Sangat Setuju) 1

S (Setuju) 4 S (Setuju) 2

KS (Kurang Setuju) 3 KS (Kurang Setuju) 3

TS (Tidak Setuju) 2 TS (Tidak Setuju) 4

STS (Sangat Setuju) 1 STS (Sangat Setuju) 5

Pengukuran sikap petani sampel terhadap bantuan sarana produksi pertanian dapat

digunakan dengan menggunakan rumus Likert, yaitu:

Keterangan :

T = Skor standart

x = Skor responden

x = Skor rata-rata responden

s = Deviasi standart skor kelompok

Kriteria Pengujian :

T ≥ 50 = Sikap petani sampel adalah positif

(7)

Untuk hipotesis 2 dan 3 dianalisis dengan metode kolerasi rank Spearman.

Metode rank Spearman digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua

variabel. Variabel yang akan dianalisis adalah variabel sikap dengan variabel

umur, variabel sikap dengan variabel luas lahan, variabel sikap dengan variabel

jumlah tanggungan, variabel sikap dengan variabel tingkat pendidikan, variabel

sikap dengan variabel lama berusahatani, variabel sikap dengan variabel

produktivitas dan pendapatan. Pada penelitian ini variabel yang akan dianalisis

mempunyai tipe data ordinal dan yang lainnya data ratio. Maka diambil

penggunaan metode dengan data yang lebih rendah derajatnya, sehingga pada

kasus ini metode yang digunakan adalah korelasi rank Spearman. Dalam uji Rank

Spearman, skala data untuk kedua variabel yang akan dikorelasikan dapat berasal

dari skala yang berbeda (Skala data ordinal dikorelasikan dengan skala data

numerik) atau sama (skala data ordinal dengan skala data ordinal). Sehingga

metode analisis rank Spearman dapat digunakan dalam penelitian ini. Cara manual

untuk menghitung korelasi rank Spearman adalah sebagai berikut:

Persamaan 1 : Untuk nilai skor data tidak ada yang sama

atau

Persamaan 2 : Untuk data yang skornya ada yang sama (ties)

(8)

Dimana :

rs = nilai koefisienkorelasi Spearman`

di = perbedaan setiap pasang ranking

n = Jumlah pengamatan

t = Jumlah data yang sama

untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel digunakan uji t dengan

rumus:

Kriteria pengambilan keputusan:

•Jika th < tα berarti H0 diterima dan H1ditolak (tidak ada hubungan antara sikap

petani padi sawah terhadap bantuan sarana produksi pertanian dengan

pendapatan dan produktivitas petani padi di daerah penelitian).

•Jika th > t α berarti H1 diterima dan H0 ditolak (ada hubungan antara sikap

petani padi sawah terhadap bantuan sarana produksi pertanian dengan

(9)

Untuk menentukan tingkat kekuatan hubungan antara variabel, dapat dilihat

berdasarkan nilai koefisien korelasi dengan ketentuan sebagai berikut:

Koefisien Kekuatan Hubungan

0,00-0,19 Sangat rendah/Sangat lemah 0,20 – 0,39 Rendah/Lemah

0,4 – 0,59 Sedang

0,6 – 0,79 Tinggi/Kuat

0,8 – 1,00 Sangat tinggi/Sangat Kuat (Nanang Martono, 2010)

Dalam penelitian ini analisis rank Spearman dianalisis dengan SPSS yang akan

memudahkan dalam melakukan input data dan memperoleh output data yang lebih akurat. Adapun kriteria pengambilan keputusan dalam analisis rank Spearman

dengan menggunakan program SPSS adalah sebagai berikut:

• H0 diterima jika nilai signifikansi yang diperoleh ≥ α=0,05 maka tidak ada

hubungan antara kedua variabel.

• H1 diterima jika nilai signifikansi ≤ α=0,05 maka ada hubungan anatara

kedua variabel.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan penelitian maka dibuat definisi

antara lain:

1. Petani padi sawah yaitu petani yang menerima manfaat bantuan sarana

produksi pertanian di daerah penelitian.

2. Bantuan saran produksi pertanian adalah bantuan yang diberikan pemerintah

(10)

perbaikan jaringan irigasi dengan pembetonan saluran irigasi (Lining) dan bantuan

alat mesin tani berupa pemberian hand tractor.

3. Sikap petani adalah respon evaluatif atau suatu bentuk evaluasi terhadap

bantuan sarana produksi pertanian yang diberikan.

4. Sikap positif adalah sikap petani menunjukkan bahwa petani menerima dengan

baik dan merasakan manfaat adanya bantuan sarana produksi pertanian.

5. Sikap negatif adalah sikap petani menunjukkan bahwa petani tidak menerima

dengan baik dan merasakan manfaat adanya bantuan sarana produksi pertanian.

6. Produksi padi adalah jumlah output atau hasil panen padi dari luas lahan petani

selama satu kali musim tanam dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP) yang

diukur dalam satuan kilogram (kg) dengan menggunakan bantuan sarana

produksi yang diberikan.

7. pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang

dikeluarkan selama melakukan kegiatan usahatani.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Sampel penelitian adalah petani padi sawah yang menerima bantuan sarana

produksi pertanian.

2. Tempat penelitian adalah desa Rawang Panca Arga Kecamatan Rawang Panca

Arga Kabupaten Asahan.

(11)

SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Desa Rawang Baru merupakan desa pertanian. Maka hasil ekonomi warga dan

mata pencaharian warga sebagian besar adalah petani. Desa Rawang Baru

merupakan dataran rendah sehingga berpotensi dijadikan areal pertanian. Desa

Rawang Baru merupakan pemekaran dari Desa Rawang Lama yang terdiri dari 13

dusun.

4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Desa Rawang Baru terbentuk dari 13 dusun, memiliki luas wilayah 2497 Ha atau

2,5 Km. Desa Rawang Baru berada dalam ketinggian antara ± 0 m – 50 m di atas

permukaan laut. Berada di kawasan tengah bagian Utara Kabupaten Asahan. Desa

Rawang Baru masuk dalam wilayah Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten

Asahan berjarak ± 2 Km arah dari kantor Camat Rawang Panca Arga.

Secara administratif, Desa Rawang Baru memiliki batas – batas sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatas dengan Desa Rawang Lama

Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Subur

Sebelah Timur berbatas dengan Silo Lama, Desa Bangun Sari, Desa

Banjar, Dengan Desa Pasar Lembu

Sebelah Barat berbatas dengan Desa Rawang Pasar V dan Desa Rawang

(12)

4.1.2 Kondisi Demografis

Desa Rawang Baru mempunyai jumlah penduduk 2.044 Jiwa yang terdiri dari

1.032 orang laki-laki dan 1.012 orang perempuan dan 520 kepala keluarga.

a. Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Rawang Baru

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Laki-laki 1.032 50,4

Perempuan 1.012 49,5

Jumlah 2.044 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu

jumlah penduduk laki – laki sebesar 1.032 jiwa (50,4%) dan jumlah penduduk

wanita sebesar 1.012 (49,5%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk

(13)

b. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Rawang Baru

dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 9. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan Jumlah

Tidak Tamat SD/Sederajat 16 0,7

Jumlah Usia 12 – 56 Tahun Tidak Tamat

SMP 98 4,79

Jumlah Usia 12 – 56 Tahun Tidak Tamat

SMA 18 0,88

Tamat SD/Sederajat 334 16,34

Tamat SMP/Sederajat 493 24,11

Tamat SMA/Sederajat 516 25,24

Tamat D-1/Sederajat 8 0,39

Tamat D-2/Sederajat 1 0,04

Tamat D-3/ Sederajat 14 0,68

Tamat S-1/ Sederajat 16 0,78

Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di

Desa Rawang Baru tergolong tinggi. Hal itu dapat dilihat dari jumlah penduduk

yang sedang sekolah sebanyak 376 jiwa (18,39%), tamat SD/Sederajat sebanyak

334 jiwa (16,34%), tamat SMP/Sederajat sebanyak 493 jiwa (24,11%), tamat

SMA sebanyak 516 jiwa (25,24%), tamat D-1/Sederajat sebanyak 8 jiwa (0,39%),

tamat D-2/Sederajat sebanyak 1 jiwa (0,04%), tamat D-3/Sederajat sebanyak 14

(14)

c. Ditribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan etnis di Desa Rawang Baru dapat dilihat

sebagai berikut:

Tabel 10. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis

No. Etnis Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Jawa 879 38,92

2. Batak 1.350 59,78

3. Nias 9 0,3

4. Melayu 20 0,8

Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru

Tabel 12 di atas menunjukkan distribusi jumlah penduduk berdasarkan etnis. Etnis

Jawa sebanyak 879 (38,92%), etnis Batak sebanyak 1.350 jiwa (59,78%), etnis

Nias sebanyak 9 (0,3%) dan etnis Melayu sebanyak 20 (0,8%).

d. Ditribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Rawang Baru

dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 11. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Petani 326 33,13

2. Buruh Tani 500 50,81

3. Buruh Swasta 106 10,77

4. PNS 20 2,54

5. TNI 4 0,4

6. Polri 1 0,1

7. Pedagang 15 1,52

8. Pengrajin 2 0,2

9. Peternak 10 1,01

(15)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Rawang Panca

Arga bekerja di sektor pertanian. Hal itu dapat dilihat bahwa sebanyak 326 jiwa

(33,13%) bermata pencaharian sebagai petani. Sebanyak 500 jiwa (50,81%)

bermata pencaharian sebagai petani. Sedangkan penduduk lainnya bekerja pada

sektor lain. Seperti buruh swasta sebanyak 106 jiwa (10,77%), PNS sebanyak 20

jiwa (2,54%), TNI sebanyak 4 jiwa (0,4%), Polri sebanyak 1 jiwa (0,1%),

pedagang sebanyak 15 jiwa (1,52%), pengrajin sebanyak 2 (0,2%) dan peternak

sebanyak 10 jiwa (1,01%).

4.2 Luas Lahan Menurut Penggunaan

Luas lahan Desa Rawang Baru menurut penggunaannya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 12. Luas Lahan Menurut Penggunaan

No. Wilayah Luas

1. Persawahan 733 Ha

2. Tegel/ladang 205 Ha

3. Pekarangan 45 Ha

4. Pemukiman 45 Ha

5. Perkebunan Rakyat 11 Ha

6. Perkebunan Swasta 879 Ha

Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Desa Rawang Baru merupakan

wilayah pertanian. Lahan pertanian yang terdapat di desa adalah persawahan

seluas 733 Ha, tegel/ladang seluas 205 Ha, perkebunan rakyat seluas 11 Ha dan

perkebunan swasta seluas 879 Ha. Sedangkan lahan pemukiman seluas 45 Ha dan

(16)

4.3 Sarana dan Prasarana Desa Rawang Baru

Sarana dan prasarana umum Desa Rawang Baru secara garis besar adalah sebagai

berikut:

Tabel 13. Sarana dan Prasarana Desa Rawang Baru

Sarana dan Prasarana Keterangan

Prasarana Transportasi Darat - Jalan aspal desa - Jalan tanah

- Jalan antar desa beraspal - Jembatan Beton

Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di desa

cukup baik bagi masyarakat desa. Hal ini dapat dilihat dari jalan desa yang

beraspal, jembatan beton dalam kondisi baik sehingga memudahkan akses

masyarakat. Adanya penampungan air hujan yang membantu mempermudah

akses air bersih. Adanya prasarana irigasi yang cukup sehingga dapat membantu

pengairan sawah masyarakat. Serta prasarana pendidikan dan kesehatan yang

(17)

4.4 Kelembagaan Desa

Kelembagaan desa merupakan wadah partisipasi, pelayanan masyarakat desa dan

mempunyai fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Lembaga

desa yang terdapat di Desa Rawang Baru adalah lembaga penyuluh, penyedia

sarana produksi pertanian, lembaga ekonomi, lembaga pemerintah dan lembaga

kemayarakatan. Hal itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 14. Kelembagaan Desa Desa Rawang Baru

Kelembagaan Jumlah

Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jumlah kelompok tani Desa

Rawang Baru berjumlah 16 kelompok serta memiliki WKPP sebanyak 1 orang.

Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Rawang Panca Arga terletak di Desa

(18)

informasi kepada petani karena terletak dekat dengan desa. Untuk penyediaan

sarana produksi terdapat 3 usaha dagang (UD) yang beroperasi di desa sehingga

memudahkan petani untuk memperoleh sarana produksi yang dibutuhkan.

Lembaga ekonomi yang terdapat di desa adalah usaha peternakan, usaha perikaan

serta koperasi simpa pinjam. Lembaga ini merupakan sarana pendapatan

masyarakat di luar dari persawahan serta lembaga yang berfungsi sebagai

peminjaman modal usaha. Lembaga pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan

merupakan lembaga pendukung untuk membantu dan melayani masyarakat serta

menjadi wadah kreativitas dan aspirasi masyarakat. Lembaga-lembaga yang

terdapat di desa merupakan lembaga yang mempengaruhi masyarakat baik dari

segi ekonomi dan sosial. Lembaga-lembaga tersebut merupakan lembaga aktif

yang dapat membantu masyarakat.

4.5 Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik sosial ekonomi petani

yang dijadikan sampel pada penelitian ini. Karakteristik petani terdiri dari umur

petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman bertani, jumlah tanggungan petani,

dan luas lahan petani. Karakteristik sosial ekonomi petani sampel dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 15. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel

No.

(19)

Umur

Umur petani sampel memiliki rentang antara 31 – 68 dengan rataan sebesar 51,5

tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata umur petani sampel masih tergolong

usia produktif yang masih memiliki tenaga kerja yang potensial untuk

mengusahakan usahataninya.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani sampel memiliki rentang antara 0 – 12 tahun dengan

rataan sebesar 9,1. Hal ini menujukkan rata-rata petani sampel merupakan tamatan

SMP. Tingkat pendidikan berhubungan dengan wawasan, pola pikir dan

pengetahuan petani terhadap teknoogi baru serta kemampuannya untuk menerima

teknologi baru.

Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani petani sampel memiliki rentang antara 13 – 50 tahun dengan

rataan sebesar 28,8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani petani

sampel sudah lama. Pengalaman bertani yang lama membuat petani memiliki

wawasan dan pengetahuan yang cukup mengenai usahataninya.

Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga petani sampe memiliki rentang antara 0 – 8 dengan

rataan sebesar 3 jiwa. Dari jumlah tanggungan keluarga sampel sebagaian ada

(20)

Luas Lahan

Luas lahan petani sampel memiliki rentang antara 0,24 – 3 Ha dengan rataan

sebesar 0,7 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani memiliki lahan yang

(21)

5.1 Jenis Bantuan Sarana Produksi Pertanian yang diberikan di Daerah Penelitian

Desa Rawang Baru merupakan desa penghasil padi sawah di Kabupaten Asahan.

Adapun kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani tidak terlepas dari

dukungan pemerintah. Dukungan pemerintah terhadap petani dapat dilihat dari

adanya bantuan sarana produksi pertanian yang diberikan. Bantuan sarana

produksi pertanian disalurkan langsung oleh Dinas Pertanian Kabupaten Asahan

kepada petani-petani yang tergabung dalam kelompok tani. Adapun jenis bantuan

sarana produksi yang diberikan adalah:

1. Bantuan benih padi sawah Ciherang.

Kepada anggota kelompok tani diberikan bantuan benih sebagai berikut:

(22)

Pada data di atas dapat dilihat bahwa bantuan benih diberikan kepada Anggota

P3A. Dalam satu P3A terdiri dari 4-5 kelompok tani. Kemudian dari P3A

diberikan langsung kepada petani-petani yang tergabung dalam masing-masing

kelompok tani. Jumlah benih yang diberikan sebanyak 1 kg per rante. Jenis yang

diberikan adalah varietas Ciherang berlabel biru. Petani membayar uang sebesar

Rp 5000 per bungkus. Adapun dalam 1 bungkus benih berisi 5 kg benih padi.

2. Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi dengan Pembetonan Saluran Irigasi (Lining)

Perbaikan jaringan irigasi dengan pembetonan dinding saluran irigasi yang

bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kehilangan air karena

kebocoran dan rembesan air sehingga petani tetap mendapatkan air karena parit

dapat berfungsi sebagai penyimpan air. Bantuan perbaikan jaringan irigasi dengan

pembuatan lining dilaksanakan langsung oleh Kabid Bidang Pengelolaan Lahan, Air dan Sarana Pertanian dibawah pengawasan Dinas Pertanian Kabupaten

Asahan. Data perbaikan jaringan irigasi dengan pembetonan dinding saluran

irigasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17. Panjang Perbaikan Jaringan Irigasi

Nama P3A Lokasi Panjang Perbaikan

(23)

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa perbaikan jaringan irigasi

terpanjang pada P3A Rawang Baru. Hal itu dikarenakan luas lahan yang dimiliki

lebih luas dibandingkan luas lahan petani pada P3A Sekata dan P3A Bersama

sehingga irigasi yang mengaliri sawah petani lebih panjang jaraknya. Di mana

masing-masing P3A memiliki luas lahan yang yang berbeda-beda. Jumlah seluruh

lahan pada P3A Sekata adalah 167 Ha, P3A Bersama adalah 138 Ha dan P3A

Rawang Baru adalah 280 Ha. Seluruh P3A yang terdapat di Desa Rawang Baru

berjalan aktif. Sumber pengairan irigasi berasal dari Irigasi Serbangan. Sumber air

jaringan irigasi ini berasal dari Sungai Bunut.

3. Pemberian Bantuan Alat Mesin Tani

Pemberian bantuan alat mesin tani berupa hand tractor di berikan dengan tujuan

mempermudah petani dalam mengolah lahan. Adapun hand tractor diberikan kepada kelompok tani dapat dilihat pada data table berikut:

Tabel 18. Bantuan Alat Mesin Tani Tahun Jenis Alat mesin

Tani

Jumlah

(Unit) Tahun

Dembul Hand tractor 1 2012

Harapan Hand tractor 1 2015

Subur Hand tractor 1 2012

Sahata Hand tractor 1 2012

Bondar Tangkapan Hand tractor 1 2012

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa hand tractor diberikan kepada kelompok tani. Hand tractor tersebut diserah terimakan melalui perantara ketua

kelompok tani sebagai penerima.

Sarana produksi pertanian yang diberikan cukup menunjang untuk keberhasilan

(24)

akan mengurangi pembiayaan usahatani petani sehingga petani akan lebih

terdorong untuk meningkatkan hasil produksi.

5.2 Sikap Petani Padi Sawah terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian Dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah

Sikap petani merupakan suatu ungkapan respon petani terhadap suatu hal yang

dirasakan ataupun yang dialami petani. Sikap petani padi sawah terhadap bantuan

sarana produksi pertanian dalam upaya peningkatan produksi padi sawah dapat

dilihat dari jawaban petani terhadap penyataan-pernyataan yang diberikan.

Pernyataan yang diberikan adalah pernyataan positif dan pernyataan negatif

mengenai bantuan sarana produksi pertanian yang diberikan. Interpretasi terhadap

skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut ke

dalam skor standar (Skor T). Dalam hal ini digunakan Model Skala Likert.

Perhitungan dilakukan dengan rumus :

(Azwar,1995)

Jika diperoleh nilai skor standar (T) ≥ 50, maka sikap dimunculkan positif.

Sementara jika nilai skor standar (T) < 50, maka sikap dimunculkan negatif.

Sikap petani diperoleh dari skor jawaban pernyataan positif dan negatif petani

terhadap bantuan sarana produksi yang diberikan. Adapun hasil yang diperoleh

dari jawaban petani terhadap masing-masing pernyataan dapat dilihat pada tabel

(25)

Tabel 19. Sikap Petani terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian No. Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Positif 24 48

2. Negatif 26 52

Jumlah 50 100

Sumber : Data Lampiran 3a

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sikap yang paling banyak

dimunculkan petani adalah sikap negatif. Sikap negatif dimunculkan oleh 26

petani dengan persentase sebesar 52%. Artinya sikap petani terhadap bantuan

sarana produksi pertanian adalah negatif. Hal itu berarti bahwa hipotesis 1 yang

menyatakan bahwa sikap petani terhadap bantuan sarana produksi adalah positif

ditolak.

Sikap negatif yang dimunculkan petani berdasarkan alasan berikut:

1. Pada Bantuan Benih Padi

- Adanya keterlambatan pencairan dana bantuan benih padi yang diterima oleh

Dinas Pertanian sehingga mengakibatkan penyaluran benih mengalami

keterlambatan.

- Adanya keterlambatan penyaluran bantuan benih oleh Dinas Pertanian kepada

petani menyebabkan pemberian bantuan benih lewat dari jadwal tanam. Benih

yang diberikan disimpan dan digunakan pada musim tanam berikutnya. Benih

padi yang disimpan dalam kurun waktu yang lama menyebabkan berkurangnya

viabilitas benih (daya tumbuh benih) sehingga benih padi banyak yang tidak

tumbuh.

- Adanya perbedaan ketepatan pemberian bantuan benih antara kelompok tani

Desa Rawang Baru dengan Desa Bangun Sari. Petani Desa Bangun Sari

(26)

digunakan sedangkan petani Desa Rawang Baru mendapatkan benih lewat

jadwal tanam.

- Terdapat keraguan petani pada benih yang diberikan. Varietas padi Ciherang

yang diberikan memiliki label biru serta memiliki tanggal kadaluarsa. Namun

kondisi fisik benih yang tidak bersih dan terdapat bulir benih yang tidak berisi

menyebabkan petani meragukan benih yang diberikan adalah benih padi

unggul keluaran PT Sang Hyang Seri dan Penangkar Benih.

- Ada petani yang merasa varietas benih Ciherang semakin rendah produksinya.

Hal ini dikarenakan adanya varietas padi baru yaitu Toyo Harum yang mulai

banyak dikembangkan oleh petani di Kecamatan Rawang panca Arga. Petani

melihat hasil produksi padi varietas Toyo Arum yang lebih besar

dibandingkan dengan varietas Ciherang. Varietas Toyo Arum dapat

menghasilkan 12 ton/Ha sedangkan Ciherang 6 – 8 ton/Ha.

2. Pada Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi dengan Pembetonan Saluran (Lining) - Terdapat petani yang merasa tidak ada perbedaan kelancaran pengairan pada

lining yang dibuat karena letak lahan yang jauh dari saluran irigasi.

- Pembuatan lining yang belum merata mengakibatkan pengairan sawah petani tidak efisien. Namun petani tetap menanggung iuran dana pengairan.

- Petani yang memiliki lahan yang jauh dari lining lebih membutuhkan bantuan sumur bor dan membutuhkan bantuan mesin pompa air dari Dinas Pertanian

untuk mengatasi kekeringan pada lahan petani karena jika dilakukan

(27)

3. Pada Bantuan Alat Mesin Tani (Hand Tractor)

- Adanya monopoli kepemilikan hand tractor yang dirasakan oleh petani. Hal ini dikarena terdapat petani yang tidak pernah menggunakan hand tractor yang

diberikan oleh pemerintah karena hand tractor tersebut dikuasai sendiri oleh oknum kelompok tani.

- Sebagian petani merasa hand tractor yang diberikan kepada petani kurang dirasakan fungsinya oleh petani. Hal itu di karenakan jumlah unit yang kurang

memadai untuk membajak seluruh lahan petani sehingga petani harus

menyewa dari petani lain yang memiliki hand tractor.

- Petani juga mengeluhkan pada biaya sewa hand tractor yang besarnya sama dengan hand tractor non bantuan. Artinya tidak ada perbedaan biaya yang

dikeluarkan oleh petani jika petani menyewa atau menggunakan hand tractor yang diberikan oleh pemerintah.

Hal itu terpolakan dalam fikiran petani bahwa buruknya bantuan sarana produksi

yang diberikan. Sehingga sikap negatif banyak dimunculkan petani pada bantuan

sarana produksi yang diberikan.

Teori nilai mengungkapkan peristiwa atau hal tersebut akan memiliki nilai positif

apabila sesuai dengan harapan dan akan memiliki nilai negatif apabila tidak sesuai

dengan harapan. Teori mengenai ekpentasi kognitif dapat menjelaskan proses

terbentuknya sikap manusia dari situasi lingkungannya. Kepercayaan (belief) adalah ekspentasi yang selalu mendapat konfirmasi secara konsisten. Dengan

dasar kepercayaan ini sikap individu terhadap sesuatu terbentuk. Kepercayaan

(28)

pembahasan di atas dapat diketahui bahwa sikap positif dan sikap negatif petani

dimunculkan karena petani telah melihat dan mengetahui bentuk, mutu dan

fungsi bantuan sarana yang diberikan sehingga hal tersebut membentuk sikap

petani berdasarkan penglihatan dan pengetahuan petani.

Upaya pemerintah dalam pemberian bantuan sarana produksi masyarakat

mendapat sikap positif dari sebagian petani karena petani dapat tetap bertani

meskipun dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat memungkinkan petani untuk

tidak mengusahatanikan lahannya serta mendapat sikap negatif dari sebagian

petani yang merasa bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Pada kenyataannya kegiatan pemberian bantuan ini membantu petani dan menjadi

faktor pendorong yang baik untuk mewujudkan peningkatan produksi padi sawah

petani dan pemerintah tetap menjalankan kebijakan untuk membantu petani

sehingga akan menciptakan hubungan yang baik antara pemerintah dan petani.

Untuk melihat bagaimana pentingnya bantuan sarana produksi oleh petani maka

pada penelitian ini petani yang diteliti berdasarkan strata yang berbeda. Hal itu

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 20. Jumlah Petani yang Memunculkan Sikap Positif dan Sikap Negatif Berdasarkan Strata Luas Lahan

Strata Jumlah (Orang) Persentase

Positif Negatif Positif Negatif

≤ 0,5 1 4 3,84 15,38

0,5 - 1 21 18 87,5 69,2

≥ 1 1 5 4,1 19,23

Total 24 26 100 100

Sumber : Data Lampiran 3a

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 5 petani dengan strata luas

lahan ≤ 0,5 yang memunculkan sikap positif sebanyak 1 (3,84%) orang dan sikap

(29)

memunculkan sikap positif sebanyak 21 (87,5%) orang dan sikap negatif

sebanyak 18 (69,2%) orang sedangkan untuk petani dengan luas lahan ≥ 1 yang

memunculkan sikap positif sebanyak 1 (4,1%) orang dan sikap negatif sebanyak

5 (19,23%) orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap petani pada bantuan

sarana produksi pertanian adalah negatif . Hal itu dapat dilihat dari banyaknya

sikap negatif yang dimunculkan berdasarkan strata luas lahan petani yang

berbeda-beda.

Berdasarkan data sikap petani berdasarkan strata memunculkan sikap yang

cenderung negatif. Petani yang memiliki lahan sempit banyak memunculkan sikap

negatif begitu pula pada petani yang berlahan sedang dan berlahan luas. Artinya,

sempit atau luasnya lahan yang dimiliki oleh petani tidak berhubungan dengan

memunculkan sikap positif atau negatif. Berdasarkan teori insentif pembentukan

sikap sebagai proses menimbang baik buruknya berbagai kemungkinan posisi dan

kemudian mengambil alternatif yang terbaik. Orang mengambil posisi yang akan

membawanya pada kemungkinan hasil yang terbaik, dan menolak posisi yang

akan membawanya pada hasil yang buruk atau yang tidak mungkin

mengarahkannya pada hasil yang baik.

Artinya sikap petani pada masing-masing strata luas lahan tidak didasari oleh luas

lahan yang dimiliki tetapi dari kepentingan. Bantuan sarana produksi pertanian

memiliki arti penting bagi seluruh petani. Petani akan menilai positif berdasarkan

adanya pertimbangan yang memberikan hasil yang baik dan sebaliknya. Dalam

kenyataannya sikap negatif lebih banyak dimunculkan oleh petani. Banyaknya

(30)

aspek kelembagaan daerah yang terlambat memberikan bantuan benih serta aspek

mutu benih yang tidak baik karena banyak benih yang tidak tumbuh.

Selanjutnya akan diuraikan mengenai sikap petani terhadap masing-masing jenis

bantuan yang diberikan. Hal itu dapat dilihat pada sikap petani terhadap jenis

bantuan yang diberikan.

5.2.1 Sikap Petani terhadap Bantuan Benih

Pemberian bantuan benih yang tepat (waktu, jumlah, jenis/varietas, mutu dan

tempat) memunculkan sikap positif atau sikap negatif petani melalui

pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan ketepatan pemberian bantuan benih. Hal itu

dapat dibuktikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 21. Sikap Petani terhadap Bantuan Benih Padi Sawah

No. Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Positif 24 48

2. Negatif 26 52

Jumlah 50 100

Sumber : Data Lampiran 3b

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dari 50 petani sampel yang diteliti

jumlah petani yang memunculkan sikap positif adalah 24 orang (48%) dan petani

yang memunculkan sikap negatif adalah 26 orang (52%). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sikap petani terhadap bantuan sarana produksi pertanian

adalah negatif.

Teori nilai mengungkapkan peristiwa atau hal tersebut akan memiliki nilai positif

apabila sesuai dengan harapan dan akan memiliki nilai negatif apabila tidak sesuai

dengan harapan. Maka kenyataannya sikap positif yang dimunculkan oleh petani

(31)

1. Pemberian bantuan melalui kelompok tani merupakan cara yang tepat untuk

mempermudah dan membagi secara adil kepada setiap petani yang tergabung

pada kelompok.

2. Varietas padi sawah yang diberikan adalah varietas yang biasa digunakan oleh

petani dan merupakan varietas padi sawah yang cocok pada lokasi tanam petani.

3. Jumlah bantuan yang diberikan sesuai dengan luas lahan karena dibagi secara

merata berdasarkan luas lahan petani sehingga petani berlahan sempit, sedang dan

luas mendapatkan pembagian merata berdasarkan luas lahan yang dimiliki. .

4. Adanya pemberian bantuan benih mengurangi biaya pembelian benih.

Sedangkan sikap negatif yang dimunculkan oleh petani dapat dilihat dari aspek

kelembagaan pemerintah daerah yaitu Dinas Pertanian dan aspek mutu benih

bantuan yang diberikan. Keterlamabatan benih yang diterima ditingkat petani

disebabkan oleh keterlambatan pencairan dana bantuan benih yang diterima oleh

Dinas Pertanian sehingga hal itu mengakibatkan pada keterlambatan penyaluran

benih yang akan diberikan kepada petani. Aspek mutu juga menimbulkan sikap

negatif dari petani karena daya tumbuh benih yang tidak baik sehingga

menyebabkan banyak benih padi yang tidak tumbuh. Hal ini mengkibatkan

kekecewaan dari petani karena benih adalah input produksi yang paling penting

untuk meningkatkan hasil produksi padi. Kondisi fisik benih yang tidak bersih

serta yang mengakibatkan keraguan petani terhadap benih yang diberikan.

Hal ini yang menyebabkan munculnya sikap negatif yang dimunculkan oleh

(32)

banyaknya petani yang memunculkan sikap negatif berdasarkan pada strata yang

berbeda-beda. Jumlah petani yang memunculkan sikap positif dan sikap negatif

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 22. Jumlah Petani yang Memunculkan Sikap Positif dan Sikap Negatif terhadap Bantuan Benih Padi Sawah Berdasarkan Strata Luas Lahan

Strata Jumlah (Orang) Persentase

Positif Negatif Positif Negatif

≤ 0,5 1 4 4,16 15,3

banyak memunculkan sikap negatif. Dengan jumlah 5 petani terdapat 1 (4,16%)

orang bersikap positif dan 4 (15,3%) oraang bersikap negatif. Sehingga

disimpulkan sikap dengan luas lahan ≤ 0,5 ha adalah negatif. Petani yang

memiliki luas lahan 0,5 – 1 ha yang berjumlah 39 petani memunculkan sikap

positif sebanyak 22 (91,6 %) orang dan petani dengan sikap negatif sebanyak 17

(70,8%) orang. Sehingga petani dengan luas lahan 0,5 – 1 ha lebih banyak

memunculkan positif. Sedangkan petani dengan luas lahan ≥ 1 ha yang berjumlah

6 petani memunculkan sikap positif sebanyak 5 (17,24 %) orang dan sikap negatif

sebanyak 1 (4,76 %) orang. Sehingga disimpulkan bahwa petani berlahan ≥ 1 ha

memunculkan sikap negatif.

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruh petani dari

masing-masing strata memunculkan sikap negatif. Artinya, sikap negatif yang

dimunculkan oleh petani berdasarkan kejadian yang dialami oleh petani. Petani

yang memiliki sikap postif berarti menerima hasil terbaik dari objek sikap yang

(33)

baik dari bantuan yang diberikan. Petani dari masing-masing strata memiliki sikap

yang cenderung sama satu sama lain yaitu sikap negatif. Petani menganggap

bahwa bantuan benih yang diberikan sangat penting bagi petani sehingga seluruh

petani dari masing-masing strata mengharapkan bantuan benih yang diberikan

serta mengharapkan bahwa dengan bantuan benih yang diberikan akan

memberikan hasil yang lebih baik. Namun, kenyataan berbeda dari harapan petani

mengakibatkan sikap negatif petani lebih banyak muncul.

5.2.2 Sikap Petani terhadap Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi dengan Pembetonan Saluran Irigasi (Lining)

Perbaikan jaringan irigasi pada lahan petani mendapatkan respon sikap dari

masing- masing petani. Masing-masing petani memunculkan sikap positif atau

sikap negatif terhadap perbaikan jaringan irigasi berdasarkan kondisi yang petani

rasakan. Adapun sikap petani terhadap adanya bantuan perbaikan jaringan irigasi

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 23. Sikap Petani Terhadap Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi No. Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Positif 28 56

2. Negatif 22 44

Jumlah 50 100

Sumber : Data Lampiran 3c

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 50 petani sampel

terdapat 28 (56%) orang yang bersikap positif dan 22 (44%) orang yang bersikap

negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap petani pada bantuan perbaikan

jaringan irigasi adalah positif.

Teori nilai mengungkapkan peristiwa atau hal tersebut akan memiliki nilai positif

apabila sesuai dengan harapan dan akan memiliki nilai negatif apabila tidak sesuai

(34)

dengan pembuatan lining memberikan manfaat untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kehilangan air karena kebocoran dan rembesan air sehingga sawah

tetap mendapatkan air karena lining berfungsi sebagai penyimpanan air. Sehingga

perbaikan jaringan irigasi dengan pembuatan lining diterima dengan baik oleh petani. Selain itu pembangunan lining juga dapat memperlancar pengairan ke

sawah petani dibandingkan pada saat kondisi saluran dengan parit tanah.

Sikap negatif dimunculkan dengan alasan bahwa petani tidak merasakan

perbedaan pada saat irigasi telah diperbaiki. Karena letak lahan yang jauh dari

irigasi sehingga sulit untuk menjangkau irigasi. Kelancaran air mengairi sawah

petani tetap sama saat sebelum lining di buat. Namun petani tetap dibebankan iuran dana pengairan.

Sikap positif dan sikap negatif yang dimunculkan oleh petani sampel dapat dilihat

berdasarkan strata luas lahan yang petani miliki. Hal itu dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 24. Jumlah Petani yang Memunculkan Sikap Positif dan Sikap Negatif terhadap Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi Berdasarkan Strata Luas Lahan

Strata Jumlah (Orang) Persentase

Positif Negatif Positif Negatif

≤ 0,5 3 2 10,7 9,0

0,5 - 1 22 17 78,5 77,2

≥ 1 3 3 10,7 13,6

Total 28 22 100 100

Sumber : Data Lampiran 3c

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa petani dengan luas lahan ≤ 0,5 ha lebih

banyak memunculkan sikap negatif. Dengan jumlah 5 petani terdapat 3 (10,7 %)

(35)

sikap dengan luas lahan ≤ 0,5 ha adalah positif. Petani yang memiliki luas lahan

0,5 – 1 ha yang berjumlah 39 petani memunculkan sikap positif sebanyak 22

(78,5%) orang dan petani dengan sikap negatif sebanyak 17 (77,2%) orang.

Sehingga petani dengan luas lahan 0,5 – 1 ha lebih banyak memunculkan sikap

positif. Sedangkan petani dengan luas lahan ≥ 1 ha yang berjumlah 6 petani

memunculkan sikap positif sebanyak 3 (10,7%) petani dan sikap negatif sebanyak

3 (13,63%) petani. Sehingga disimpulkan bahwa petani berlahan ≥ 1 ha

memunculkan kedua sikap yang sama.

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar petani dari

masing-masing strata memunculkan sikap positif dan berdasarkan kenyataan

bahwa lining yang dibuat memberikan manfaat kepada petani dalam penggunaan

air yang efisien. Sedangkan sebagian kecil petani memunculkan sikap negatif

yang didasari pada sebagaian petani yang kurang merasakan adanya perbaikan

jaringan irigasi karena letak lahan yang lebih jauh dari sumber irigasi Sehingga

tidak ada perbedaan yang dirasakan oleh petani pada saat irigasi diperbaiki atau

tidak.

Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa sikap yang dimunculkan oleh petani tidak

berdasarkan strata luas lahan. Petani yang berlahan sempit, sedang dan luas akan

memunculkan sikap yang sesuai dengan kejadian yang dirasakan. Karena seluruh

sarana produksi pertanian yang diberikan merupakan sarana penting bagi petani

termasuk adanya pembuatan lining.

(36)

Sikap petani terhadap pemberian alat mesin tani akan membuktikan respon petani

terhadap bantuan tersebut. Hal itu dapat dilihat dari sikap petani terhadap kondisi

dan kemampuan kerja hand tractor yang diberikan yang dimunculkan dengan

pernyataan positif dan pernyataan negatif. Berikut adalah data yang menunjukkan

sikap petani terhadap bantuan alat mesin tani berupa hand tractor.

Tabel 25. Sikap Petani terhadap Bantuan Alat Mesin Tani

No. Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Positif 29 58

2. Negatif 21 42

Jumlah 50 100

Sumber : Data Lampiran 3d

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dari 50 petani sampel yang diteliti

jumah petani yang memunculkan sikap positif adalah 29 orang (58%) dan petani

yang memunculkan sikap negatif adalah 21 orang (42%). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sikap petani terhadap bantuan alat mesin tani adalah positif.

Teori nilai mengungkapkan peristiwa atau hal tersebut akan memiliki nilai positif

apabila sesuai dengan harapan dan akan memiliki nilai negatif apabila tidak sesuai

dengan harapan. Sikap positif yang dimunculkan oleh petani berdasarkan alasan

bahwa kondisi hand tractor yang diberikan baik dan merupakan hand tractor

yang berkualitas. Sedangkan munculnya sikap negatif didasari oleh tidak adanya

perbedaan biaya antara hand tractor yang diberikan oleh pemerintah dengan hand tractor yang disewa dari petani lain. Petani tidak merasakan manfaat hand tractor

yang diberikan karena jumlah unit yang diberikan tidak mencukupi jika digunakan

oleh seluruh anggota kelompok tani. Selain itu, terdapat pula anggapan petani

(37)

sikap positif dan sikap petani negatif terhadap bantuan alat mesin tani

dimunculkan berdasarkan keadaan dan perasaan petani. Sehingga masing-masing

sikap petani berbeda-beda. Perbedaan jumlah responden terhadap masing-masing

sikap dapat dilihat berdasarkan strata. Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 26. Jumlah Petani yang Memunculkan Sikap Positif dan Sikap Negatif terhadap Bantuan Alat Mesin Tani Berdasarkan Strata Luas Lahan

Strata Jumlah (Orang) Persentase

Positif Negatif Positif Negatif

≤ 0,5 3 2 10,34 9,52

0,5 - 1 23 16 79,31 76,19

≥ 1 3 3 10,34 14,28

Total 29 21 100 100

Sumber : Data Lampiran 3d

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa petani dengan luas lahan ≤ 0,5 ha lebih

banyak memunculkan sikap positif. Dengan jumlah 5 petani terdapat 3 (10,7%)

orang bersikap positif dan 2 (9 ,0%) orang bersikap negatif. Sehingga disimpulkan

sikap dengan luas lahan ≤ 0,5 ha adalah positif . Petani yang memiliki luas lahan

0,5 – 1 ha yang berjumlah 39 petani memunculkan sikap positif sebanyak 23

(79,31%) orang dan petani dengan sikap negatif sebanyak 16 (76,19%) orang.

Sehingga petani dengan luas lahan 0,5 – 1 ha lebih banyak memunculkan positif.

Sedangkan petani dengan luas lahan ≥ 1 ha yang berjumlah 6 petani

memunculkan sikap positif sebanyak 3 (13,63%) orang dan sikap negatif

sebanyak 3 (13,63%) orang. Sehingga disimpulkan bahwa petani berlahan ≥ 1 ha

memunculkan kedua sikap yang sama.

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sikap yang dimunculkan oleh petani

(38)

munculnya sikap postif dan sikap negatif. Berdasarkan penelitian sikap positif

petani muncul berdasarkan alasan petani mengetahui bahwa hand tractor yang diberikan memberikan kelancaran dalam pengolahan lahan. Meski jumlahnya

tidak memadai namun petani beranggapan bahwa hand tractor tersebut merupakan upaya pendukung untuk kelancaran usahatani petani. Dengan adanya

hand tractor yang diberikan membantu petani mempercepat proses pengolahan lahan karena jika menyewa dari petani yang memiliki hand tractor maka akan memakan waktu lebih lama karena harus menunggu. Sedangkan jika membeli

hand tractor sendiri sebagaian petani tidak mampu karena kendala biaya yang

mahal. Sehingga tidak banyak petani yang memiliki. Dengan adanya hand tractor bantuan dari pemerintah maka petani sangat terbantu.

Sedangkan sikap negatif dimunculkan dari sebagian petani yang merasa bahwa

hand tractor tidak berfungsi dengan baik. Petani beranggapan bahwa terdapat

oknum yang menggunakan hand tractor secara pribadi.

5.3 Hubungan Karakter Sosial Ekonomi Petani dengan Sikap Petani terhadap Bantuan Sarana Produksi Dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Sawah

Karakter sosial ekonomi yaitu umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman

berusahatani, jumlah tanggungan dan luas lahan diduga berhubungan dengan

sikap petani terhadap bantuan sarana produksi pertanian. Untuk dapat mengetahui

hubungan tersebut maka dapat dilakukan analisis dengan menggunakan metode

korelasi Spearman.

Untuk melihat ada tidaknya hubungan yang nyata antara kedua variabel dilakukan

dengan membandingkan nilai Siginifikansi dengan nilai α=0,05. Nilai Signifikansi

(39)

diperoleh ≥ α=0,05 maka tidak ada hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya

H1 diterima jika nilai signifikansi ≤ α=0,05 maka ada hubungan anatara kedua

variabel. Hasil analisis korelasi rank Spearman karaketristik sosial ekonomi petani

dengan sikap petani dari seluruh strata terhadap Bantuan Sarana Produksi

Pertanian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 27. Analisis Korelasi Rank Spearman Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Sikap Petani terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian

Variabel Rs Sign (2-tailed)

Umur 0,180 0,212

Tingkat Pendidikan 0,038 0,796

Pengalaman Bertani 0,105 0,467

Jumlah Tanggungan -0,245 0,087

Luas Lahan 0,197 0,171

Sumber: Data Lampiran 4a,4b,4c,4d,4e - Hubungan umur dengan sikap petani

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rs (koefisien korelasi) antara

hubungan umur dengan sikap petani adalah sebesar 0,180 dan nilai signifikansi

sebesar 0,212. Nilai signifikansi 0,212 ≥

α

0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Artinya tidak ada hubungan yang nyata antara umur petani dengan sikap petani.

Hal ini juga didukung dengan derajat keeratan hubungan yang termasuk dalam

kategori hubungan sangat lemah.

Berdasarkan analisis diatas maka dapat dilihat bahwa umur tidak berhubungan

dengan sikap petani. Kartasapoetra (1999), menyebutkan bahwa petani yang

berusia lanjut berumur sekitar lebih dari 50 tahun biasanya fanatik terhadap tradisi

dan sulit untuk diberikan pengertian – pengertian yang mengubah cara berfikir,

cara bekerja dan cara hidupnya. Petani yang berusia lanjut ini bersikap apatis

(40)

dengan petani yang berusia muda bahwa petani yang berusia tua (di atas 50 tahun)

cenderung lebih konservatif dalam menyikapi perubahan. Hal ini sesuai dengan

umur petani di daerah penelitian.

- Hubungan tingat pendidikan dengan sikap petani

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rs (koefisien korelasi) antara

hubungan umur dengan sikap petani adalah sebesar 0,038 dan nilai signifikansi

sebesar 0,796. Nilai signifikansi 0,796 ≥

α

0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Artinya tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan petani dengan

sikap petani. Hal ini juga didukung dengan derajat keeratan hubungan yang

termasuk dalam kategori hubungan lemah.

Berdasarkan analisis tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan

petani dengan sikap petani. Tingkat pendidikan merupakan salah satu merupakan

kecakapan sesorang dalam mengendalikan atau memanfaatkan kemampuannya.

Semakin tinggi tingkat pendidikan biasa berbanding lurus dengan kemampuan

berfikir dan daya saing, karena kapasitas ilmu yang diterapkan. Setiap ilmu yang

telah ditelaah menjadi landasan untuk berfikir dan mengambil keputusan.

Kenyataan yang terjadi pada sampel di daerah penelitian petani hanya memiliki

pendidikan formal. Pendidikan formal yang dimiliki petani rata-rata SMP. Tidak

adanya pendidikan petani seperti sekolah lapangan, studi petani dan wadah belajar

petani sehingga menyebabkan pengetahuan petani hanya berkapasitas pada

pendidikan formal. Sementara pendidikan formal tidak membahas tentang

pertanian. Sempitnya pengetahuan petani membuat petani sulit mengambil

(41)

- Hubungan pengalaman bertani dengan sikap petani

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rs (koefisien korelasi) antara

hubungan umur dengan sikap petani adalah sebesar 0,105 dan nilai signifikansi

sebesar 0,467. Nilai signifikansi 0,467 ≥

α

0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Artinya tidak ada hubungan yang nyata antara pengalaman bertani dengan sikap

petani. Hal ini juga didukung dengan derajat keeratan hubungan yang termasuk

dalam kategori hubungan sangat lemah.

Berdasarkan hasil analisis tidak terdapat hubungan yang nyata antara pengalaman

berusahatani dengan sikap petani. Pengalaman bertani berkaitan dengan lamanya

berusahatani. Semakin lama berusahatani maka pengalaman petani semakin

meningkat. Pengalaman yang dimiliki petani berdasarkan praktik di lapangan.

Sehingga hal ini tidak berhubungan dengan sikap petani.

- Hubungan jumlah tanggungan petani dengan sikap petani

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rs (koefisien korelasi) antara

hubungan umur dengan sikap petani adalah sebesar -0,245 dan nilai signifikansi

sebesar 0,087. Nilai signifikansi 0,245 ≥

α

0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Artinya tidak ada hubungan yang nyata antara jumlah tanggungan petani dengan

sikap petani. Hal ini juga didukung dengan derajat keeratan hubungan yang

termasuk dalam kategori tidak ada hubungan.

Berdasarkan analisis diatas, hal yang mendasari tidak adanya hubungan nyata

antara jumlah tanggungan dengan sikap petani adalah pada sisi pengeluaran

rumah tangga petani. Semakin banyak jumlah tanggungan maka semakin besar

(42)

petani. Hal ini lebih memiliki hubungan dengan jumlah tanggungan petani

daripada sikap petani.

- Hubungan Luas lahan dengan sikap petani

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rs (koefisien korelasi) antara

hubungan umur dengan sikap petani adalah sebesar 0,197 dan nilai signifikansi

sebesar 0,171. Nilai signifikansi 0,171 ≥

α

0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Artinya tidak ada hubungan yang nyata antara luas lahan petani dengan sikap

petani. Hal ini juga didukung dengan derajat keeratan hubungan yang termasuk

dalam kategori hubungan sangat lemah.

Hal yang menjadi dasar tidak adanya hubungan nyata antara luas lahan dengan

sikap petani adalah besar kecilnya pendapatan petani. Pendapatan petani akan

semakin bertambah seiring dengan bertambah luasnya lahan yang dimiliki.

Karena lahan merupakan faktor terpenting dari kegiatan usahatani. Sedangkan

sikap petani muncul karena adanya pengetahuan petani yang berdasarkan atas apa

yang dilihat dan diketahui terhadap suatu objek yang dirasakan. Sehingga luas

lahan tidak memiliki hubungan dengan sikap petani

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dilihat bahwakarakteristik sosial ekonomi

petani dari seluruh strata tidak berhubungan nyata dengan sikap petani. Karena

nilai signifikansi >α0,05. Sehingga H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak

terdapat hubungan yang nyata antara dua variable yang dianalisis. Sehingga

hipotesis 2 yang menyatakan bahwa karakteristik sosial ekonomi petani

(43)

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah

pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,

institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dari

dalam diri individu. Secara teoritis diduga terdapat faktor/variabel lain yang

berhubungan dengan sikap. Adapun sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi

sosial yang dialami oleh individu. Variabel lain yang diduga berhubungan dengan

sikap adalah:

1. Transparansi Pemerintah

Keterbukaan informasi publik merupakan bagian yang sangat penting didalam

masyarakat. Keterbukaan informasi terhadap masyarakat dalam hal ini adalah

petani akan menimbulkan respon bagi petani. Melalui hal ini maka akan

berhubungan dengan sikap petani. Keterbukaan informasi kepada petani akan

menimbulkan kepercayaan. Berdasarkan teori sikap, sikap muncul berdasarkan

kepercayaan sikap petani dapat dimunculkan berdasarkan apa yang diketahui dan

dilihat oleh petani dan menimbulkan sikap petani.

2. Komunikasi dengan Penyuluh

Komunikasi adalah peluang untuk mengembangkan pengetahuan dan informasi.

Dalam hal ini pentingnya komunikasi petani dengan penyuluh. Penyuluh adalah

orang yang dianggap penting oleh petani karena memiliki pengetahuan dan selalu

memberikan informasi yang akurat. Dengan adanya komunikasi, saling bertukar

informasi dan pengetahuan terhadap masalah yang ada akan membuka wawasan

petani. Kemudian akan menimbulkan kepercayaan petani terhadap penyuluh.

(44)

desa. Sehingga diduga akan berhubungan dengan sikap yang akan dimunculkan

oleh petani.

3. Tingkat Kosmopolitan

Tingkat kosmopolitan diduga memiliki hubungan dengan sikap petani. Karena

tingkat kosmopolitan dapat dilihat dari intensitas petani menggunakan media

massa. Media massa merupakan faktor pembentuk sikap. Dari tingkat

kosmopolitan dapat dilihat bagaimana pengetahuan petani mengenai

informasi-informasi yang berhubungan dengan bantuan sarana produksi pertanian. Sehingga

akan memunculkan sikap positif atau sikap negatif berdasarkan apa yang dilihat

dan diketahui. Dan diduga memiliki hubungan dengan sikap petani.

5.4 Hubungan Antara Sikap Petani Dengan Produktivitas dan Pendapatan 5.4.1 Hubungan Antara Sikap Petani Dengan Produktivitas

Produktivitas padi sawah yang dihasilkan petani merupakan jumlah keseluruhan

produksi yang dihasilkan dibagi luas lahan yang dimiliki oleh petani.

Produktivitas padi sawah yang dihasilkan petani berhubungan dengan penerimaan

dan pendapatan petani. Pemberian bantuan sarana produksi seperti benih

memberikan pengaruh pada produktivitas padi sawah . Meskipun input produksi lain seperti pupuk, pestisida dan cara bertani juga mempengaruhi produktivitas.

Produktivits padi sawah yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 28. Produktivitas Padi Sawah per Petani

Uraian Jumlah

Luas Lahan (Ha) 0,76

Produksi (Kg) 5.381,44

Produktivitas (Ton/Ha) 5,42

(45)

Tabel 29. Produktivitas Padi Sawah per Hektar

Uraian Jumlah

Luas Lahan (Ha) 0,76

Produksi (Kg) 7.086

Produktivitas (Ton/Ha) 7,09

Sumber: Data Lampiran 12b

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dengan luas lahan 0,76 ha per petani

dapat menghasilkan produksi padi sawah sebesar 5.381,44 Kg dengan

produktivitas sebesar 5,42 Ton/ha. Sedangkan produktivitas padi per hektar nya

adalah 7,09 Ton/Ha.

Produktivitas padi sawah tidak hanya di peroleh dari input yang diberikan seperti

(benih, pupuk, tenaga kerja, pengairan, sistem tanam dan teknologi). Sikap petani

memiliki hubungan dengan produktivitas yang dapat dilihat dari evaluasi sikap

petani terhadap adanya bantuan sarana produktivitas yang diberikan. Sehingga

akan memunculkan pernyataan sikap positif dan sikap negatif dari petani.

Berikut adalah data yang menjelaskan apakah ada hubungan yang nyata antara

sikap petani dengan produktivitas padi sawah melalui uji korelasi rank Spearman.

Tabel 30. Analisis Korelasi Rank Spearman Sikap Petani dengan Produktivitas Padi

Variabel Rs Signifikansi

Produktivitas -0,136 0,345

Dari tabel di atas dapat dilihat koefisien korelasi rank Spearman adalah

sebesar -0,136. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,345. Nilai signifikansi 0,345 ≥

0,05. Maka H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga disimpulkan bahwa tidak ada

(46)

Petani menjalankan kegiatan usahatani berdasarkan proses kegiatannya. Di mana

dalam proses kegiatannya petani menggunakan input produksi berupa benih, pupuk, obat-obatan, sistem tanam, teknik perawatan tanaman, teknologi dan

tenaga kerja sehingga menghasilkan produktivitas. Dengan penggunaan input produksi maka produktivitas dapat dihasilkan. Peningkatan atau penurunan

produktivitas berhubungan dengan input produksi usahatani. Sedangkan sikap petani muncul berdasarkan kepercayaan dan perasaan petani. Artinya sikap petani

yang dimunculkan terhadap bantuan sarana yang diberikan berdasarkan perasaan

dan kepercayaan petani sehingga petani petani mengambil tindakan bahwa

bantuan sarana yang diberikan khususnya pada bantuan benih tidak sesuai dengan

harapan sehingga petani memunculkan sikap negatif. Sikap negatif petani tidak

berhubungan dengan cara petani menggunakan input, cara berusahatani karena hal itu merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh petani.

Melalui pendekatan psikologi, diduga terdapat variabel lain yang berhubungan

dengan produktivitas yaitu tingkat adopsi petani. Adopsi petani merupakan inti

dari perubahan sikap. Melalui tahapan yang terjadi seperti kesadaran, interest

(tumbuhnya minat sehingga petani mulai bertanya), evaluasi yang merupakan

penilaian terhadap baik buruk atau manfaatnya dan kemudian mencobanya.

Seperti tingkat adopsi petani terhadap teknologi. Berkaitan dengan tingkat adopsi,

seorang petani akan selalui menilai suatu inovasi dengan teknologi terhadap

kemampuannya, kesesuaian dengan kondisi lingkungan dan tujuan yang ingin

dicapai. Sesuai dengan tujuan adanya kecanggihan teknologi maka diharapkan

produktivitas akan semakin meningkat. Semakin tinggi tingkat adopsi petani

(47)

petani. sebagai contoh terdapat beberapa penelitian yang telah menunjukkan

adanya hubungan antara tingkat adopsi teknologi petani dengan peningkatan

produktivitas.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Citranty Akriana mengenai Hubungan Tingkat

Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa

Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Adapun

hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

adopsi teknologi dengan produktivitas padi sawah lahan irigasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Kalimantan Timur mengenai Kajian Adopsi Teknologi Produksi Padi Sawah di

Kalimantan Timur. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat adopsi

teknologi usahatani padi sawah mempunyai hubungan yang baik dengan

produktivitas maupun pendapatan. Tingkat hubungan tersebut sangat kuat. Hal

ini dapat dijelaskan bahwa dengan tingkat adopsi yang tinggi maka semakin

sesuai dengan standar teknis yang akan memberikan hasil mendekati

produktivitas potensial yang ada. Dengan produktivitas yang tinggi dan

pendapatan yang diperoleh juga meningkat. Walaupun biaya untuk

menerapkan teknologi ini meningkat, tetapi penerimaan yang diperoleh juga

lebih tinggi, sehingga semakin tinggi tingkat adopsi teknologi maka semakin

tinggi pendapatan yang diperoleh.

(48)

Pendapatan yang diterima dalam usahatani dari besarnya penerimaan yang

dikurangi dengan total biaya. Biaya usahatani atau biaya produksi adalah semua

pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan produksi. Biaya usahatani

tergolong dalam biaya benih, biaya sewa lahan, biaya PBB, biaya penyusutan,

biaya pupuk, biaya pestisida, dan biaya tenaga kerja. Berikut adalah data yang

menjelaskan biaya usahatani padi sawah petani sampel.

Tabel 31. Rataan Biaya Usahatani Padi Sawah per Petani

Jenis Biaya Usahatani Total Biaya Usahatani per Sampel

Biaya Benih (Rp) 32.950

Biaya Sewa Lahan (Rp/Rante) 21.758.000

Biaya PBB (Rp/Tahun) 146.089

Biaya Penyusutan Alat (Rp) 66.305

Biaya Pupuk (Rp) 1.078.510

Biaya Pestisida (Rp) 512.940

Biaya Tenaga Kerja(Rp) 3.541.685

Total Biaya Usahatani 7.489.870

Sumber: Data Lampiran 11a

Tabel 32. Rataan Biaya Usahatani Padi Sawah per Hektar

Jenis Biaya Usahatani Total Biaya Usahatani Sampel Per Hektar

Biaya Benih (Rp) 36.751

Biaya Sewa Lahan (Rp/Rante) 5.500.000

Biaya PBB (Rp/Tahun) 171.304

Biaya Penyusutan Alat (Rp) 111.305

Biaya Pupuk (Rp) 1.389.615

Biaya Pestisida (Rp) 804.694

Biaya Tenaga Kerja(Rp) 4.721.601

Total Biaya Usahatani 10.239.705

Sumber: Data Lampiran 11b

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa biaya usahatani yang paling banyak

dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 3.541.685 untuk per petani.

Gambar

Tabel 3. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi  Padi Sawah Menurut
Tabel 4. Kelompok Tani Berdasarkan Kelompok P3A  Penerima Bantuan
Tabel 6.  Daftar Pernyataan Positif dan Negatif Petani Terhadap Bantuan
Tabel 7. Kategori Jawaban Pertanyaan Positif dan Negatif Sikap Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Hambatan budaya berkaitan yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang dalam novel Aku tidak Membeli Cintamu karya Desni Intan Suri adalah

Media Pembelajaran Interaktif Mengenal Aksara Jawa Dengan Cara Membacanya .Tugas Akhir Universitas Dian Nuswantoro Semarang.. Perancangan dan

Hasil tingkat kepuasan klien kanker terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual oleh perawat di RSUP Adam Malik ... Kepuasan

pengumpulan data serta instrument yang gunakan Pengamatan di kelas dibantu oleh observer yang duduk di belakang untuk mengamati proses pembelajaran, sementara peneliti

Pengujian aplikasi menunjukkan bahwa Game Edukasi “Pengenalan Angka Dan Aksara Jawa untuk Sekolah Dasar Khususnya Kelas 3” secara fungsional dapat bekerja dengan baik

Tujuan terdiri dari Tujuan kurikulum, tujuan umum (tercantum dalam GBPP), tujuan pembelajaran khusus yang harus dirumuskan guru sesuai dengan kata-kata operasional

Dari tahap-tahap yang telah dilakukan sebelumnya, maka dihasilkan Game Edukasi “ Pengenalan Angka Dan Aksara Jawa untuk Sekolah Dasar Khusunya Kelas 3”.. 4.1.1