3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive artinya penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja. Lokasi penelitian terpilih adalah Kecamatan
Rawang Panca Arga. Karena merupakan kecamatan dengan luas lahan, luas panen
produksi dan padi sawah terluas di Kabupaten Asahan.
Tabel 3. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Padi Sawah Menurut
Desa yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Desa Rawang Baru. Desa
Rawang Baru merupakan desa yang menerima bantuan sarana produksi terbanyak
khususnya pada bantuan benih dan perbaikan jaringan irigasi dengan pembetonan
saluran irigasi (lining).
Berdasarkan data yang diperoleh jumlah populasi petani padi sawah yang terdapat
di Desa Rawang Baru adalah 870 anggota kelompok tani. Data tersebut di peroleh
dari Dinas Pertanian Kabupaten Asahan.
Tabel 4. Kelompok Tani Berdasarkan Kelompok P3A Penerima Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi dan Penerima Bantuan Saprodi Kelompok Tani Desa Rawang Baru Tahun 2015
Daftar Nama
Data di atas menujukkan kelompok tani penerima sarana produksi pertanian
berdasarkan kelompok P3A yang berjumlah 3 kelompok dengan 13 kelompok tani
dan jumlah anggota sebanyak 668 anggota.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah petani padi sawah menerima bantuan bantuan
Kabupaten Asahan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani sampel. Gay
menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada
desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 30 sampel. Dalam penelitian ini
jumlah sampel sebanyak 50 sampel. Artinya melebihi dari batas pengambilan sampel
minimal.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode pengambilan sampel
berstrata proposional (proportionate Stratified Random Sampling) karena kondisi populasi heterogen dan berstrata. Dalam penelitian ini kondisi populasi yang
heterogen dapat dilihat dari strata masing-masing kepemilikan luas lahan petani.
Metode pengambilan sampel berstrata proposional (proportionate Stratified Random Sampling) berguna untuk memperoleh sampel yang mempunyai
karakteristik spesifik dengan proporsi yang tepat sama dengan penyebaran
karakteristik dalam populasi (Black and Champion, 1999). Data dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 5. Strata Luas Lahan Petani (Ha) Petani Sampel
No. Luas Lahan (Ha) Jumlah Anggota Sampel
1. < 0,5 69 69 / 668 x 50 = 5
2. 0,5 -1 520 520 / 668 x 50 = 39
3. > 1 79 79 / 668 x 50 = 6
Jumlah 668 50
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis data yang di gunakan yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada para
petani untuk memperoleh informasi dan data langsung dari keterangan petani
sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Asahan,
Badan Pusat Statistik, Balai Penyuluhan dan Ketahanan Pangan serta instansi
yang terkait dengan penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur pada saat pra survey dengan
penyuluh pertanian, tokoh, kontak tani, ketua kelompok tani dan petani. Didapat
informasi mengenai isu yang terjadi di lapangan adalah:
1. Petani tidak menerima dengan baik varietas benih yang diberikan.
2. Petani dapat menggunakan langsung benih padi yang diberikan
3. Jumlah benih diberikan secara adil.
4. Tidak ada manfaat membayar iuran air.
5. Jumlah traktor bantuan tidak mencukupi.
6. Benih yang disemai tumbuh lebih lama.
7. Varietas benih yang diberikan adalah varietas yang biasa digunakan oleh petani
8. Lamanya proses penyaluran benih ke petani.
9. Pengairan di sawah petani lancar.
10. Petani tidak merasakan adanya manfaat pembuatan lining. 11. Pemberian bantuan langsung ke lembaga petani.
12. Banyak benih yang tidak tumbuh.
13. Terdapat tanggal kadaluarsa serta sertifikat benih.
14. Hand tractor yang diberikan diharapkan mampu membantu petani membajak
lahan petani.
16. Jumlah benih tidak memadai.
17. Masalah kekeringan menjadi faktor keterlambat untuk menanam padi.
18. Air di saluran irigasi mengalir lancar.
Berdasarkan inventarisasi isu di atas maka disusunlah pernyataan – pernyataan
yang berkaitan dengan isu. Pernyataan terdiri dari pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Berikut adalah tabel pernyataan positif dan pernyataan negatif
yang diperoleh berdasarkan inventarisasi isu yang terjadi di lapangan:
Tabel 6. Daftar Pernyataan Positif dan Negatif Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah No. Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
1. Bantuan benih diberikan melalui kelompok tani.
Bantuan benih diberikan lama diterima ditingkat petani.
2. Jenis bantuan benih diberikan adalah varietas Ciherang.
Sebagian petani menggunakan benih varietas lain karena dianggap lebih baik.
3. Jumlah benih yang rendah (banyak benih yang tidak tumbuh)
5. Waktu pemberian benih sesuai kalender tanam.
Petani membibitkan dan menanam padi lewat dari kalender tanam karena kendala pengairan.
6. Benih yang diberikan sekitar 80% tumbuh dengan baik.
Petani sulit menjangkau jaringan irigasi karena letak lahan yang jauh dari irigasi.
8 Setelah pembuatan lining kegiatan pengairan lancar.
Petani dikenakan biaya pengairan meskipun tidak ada perubahan yang dirasakan pada sistem pengairan.
9 Hand tractor yang diberikan untuk membantu membajak semua lahan petani.
Pernyataan positif dan pernyataan negatif yang telah disusun diberikan skor pada
setiap pilihan jawabannya. Pemberian skor jawaban pernyataan positif dan
pernyataan negatif menggunakan teknik penskalaan Likert. Teknik pernskalaan
Likert digunakan untuk menguji hipotesis 1 yaitu mengukur sikap petani padi
terhadap bantuan sarana produksi pertanian.
Skoring untuk setiap pernyataan dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 7. Kategori Jawaban Pertanyaan Positif dan Negatif Sikap Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian
Kategori Jawaban Positif
Skor Kategori Jawaban Negatif
Skor
SS (Sangat Setuju) 5 SS (Sangat Setuju) 1
S (Setuju) 4 S (Setuju) 2
KS (Kurang Setuju) 3 KS (Kurang Setuju) 3
TS (Tidak Setuju) 2 TS (Tidak Setuju) 4
STS (Sangat Setuju) 1 STS (Sangat Setuju) 5
Pengukuran sikap petani sampel terhadap bantuan sarana produksi pertanian dapat
digunakan dengan menggunakan rumus Likert, yaitu:
Keterangan :
T = Skor standart
x = Skor responden
x = Skor rata-rata responden
s = Deviasi standart skor kelompok
Kriteria Pengujian :
T ≥ 50 = Sikap petani sampel adalah positif
Untuk hipotesis 2 dan 3 dianalisis dengan metode kolerasi rank Spearman.
Metode rank Spearman digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua
variabel. Variabel yang akan dianalisis adalah variabel sikap dengan variabel
umur, variabel sikap dengan variabel luas lahan, variabel sikap dengan variabel
jumlah tanggungan, variabel sikap dengan variabel tingkat pendidikan, variabel
sikap dengan variabel lama berusahatani, variabel sikap dengan variabel
produktivitas dan pendapatan. Pada penelitian ini variabel yang akan dianalisis
mempunyai tipe data ordinal dan yang lainnya data ratio. Maka diambil
penggunaan metode dengan data yang lebih rendah derajatnya, sehingga pada
kasus ini metode yang digunakan adalah korelasi rank Spearman. Dalam uji Rank
Spearman, skala data untuk kedua variabel yang akan dikorelasikan dapat berasal
dari skala yang berbeda (Skala data ordinal dikorelasikan dengan skala data
numerik) atau sama (skala data ordinal dengan skala data ordinal). Sehingga
metode analisis rank Spearman dapat digunakan dalam penelitian ini. Cara manual
untuk menghitung korelasi rank Spearman adalah sebagai berikut:
Persamaan 1 : Untuk nilai skor data tidak ada yang sama
atau
Persamaan 2 : Untuk data yang skornya ada yang sama (ties)
Dimana :
rs = nilai koefisienkorelasi Spearman`
di = perbedaan setiap pasang ranking
n = Jumlah pengamatan
t = Jumlah data yang sama
untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel digunakan uji t dengan
rumus:
Kriteria pengambilan keputusan:
•Jika th < tα berarti H0 diterima dan H1ditolak (tidak ada hubungan antara sikap
petani padi sawah terhadap bantuan sarana produksi pertanian dengan
pendapatan dan produktivitas petani padi di daerah penelitian).
•Jika th > t α berarti H1 diterima dan H0 ditolak (ada hubungan antara sikap
petani padi sawah terhadap bantuan sarana produksi pertanian dengan
Untuk menentukan tingkat kekuatan hubungan antara variabel, dapat dilihat
berdasarkan nilai koefisien korelasi dengan ketentuan sebagai berikut:
Koefisien Kekuatan Hubungan
0,00-0,19 Sangat rendah/Sangat lemah 0,20 – 0,39 Rendah/Lemah
0,4 – 0,59 Sedang
0,6 – 0,79 Tinggi/Kuat
0,8 – 1,00 Sangat tinggi/Sangat Kuat (Nanang Martono, 2010)
Dalam penelitian ini analisis rank Spearman dianalisis dengan SPSS yang akan
memudahkan dalam melakukan input data dan memperoleh output data yang lebih akurat. Adapun kriteria pengambilan keputusan dalam analisis rank Spearman
dengan menggunakan program SPSS adalah sebagai berikut:
• H0 diterima jika nilai signifikansi yang diperoleh ≥ α=0,05 maka tidak ada
hubungan antara kedua variabel.
• H1 diterima jika nilai signifikansi ≤ α=0,05 maka ada hubungan anatara
kedua variabel.
3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi
Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan penelitian maka dibuat definisi
antara lain:
1. Petani padi sawah yaitu petani yang menerima manfaat bantuan sarana
produksi pertanian di daerah penelitian.
2. Bantuan saran produksi pertanian adalah bantuan yang diberikan pemerintah
perbaikan jaringan irigasi dengan pembetonan saluran irigasi (Lining) dan bantuan
alat mesin tani berupa pemberian hand tractor.
3. Sikap petani adalah respon evaluatif atau suatu bentuk evaluasi terhadap
bantuan sarana produksi pertanian yang diberikan.
4. Sikap positif adalah sikap petani menunjukkan bahwa petani menerima dengan
baik dan merasakan manfaat adanya bantuan sarana produksi pertanian.
5. Sikap negatif adalah sikap petani menunjukkan bahwa petani tidak menerima
dengan baik dan merasakan manfaat adanya bantuan sarana produksi pertanian.
6. Produksi padi adalah jumlah output atau hasil panen padi dari luas lahan petani
selama satu kali musim tanam dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP) yang
diukur dalam satuan kilogram (kg) dengan menggunakan bantuan sarana
produksi yang diberikan.
7. pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang
dikeluarkan selama melakukan kegiatan usahatani.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Sampel penelitian adalah petani padi sawah yang menerima bantuan sarana
produksi pertanian.
2. Tempat penelitian adalah desa Rawang Panca Arga Kecamatan Rawang Panca
Arga Kabupaten Asahan.
SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Desa Rawang Baru merupakan desa pertanian. Maka hasil ekonomi warga dan
mata pencaharian warga sebagian besar adalah petani. Desa Rawang Baru
merupakan dataran rendah sehingga berpotensi dijadikan areal pertanian. Desa
Rawang Baru merupakan pemekaran dari Desa Rawang Lama yang terdiri dari 13
dusun.
4.1.1 Luas dan Letak Geografis
Desa Rawang Baru terbentuk dari 13 dusun, memiliki luas wilayah 2497 Ha atau
2,5 Km. Desa Rawang Baru berada dalam ketinggian antara ± 0 m – 50 m di atas
permukaan laut. Berada di kawasan tengah bagian Utara Kabupaten Asahan. Desa
Rawang Baru masuk dalam wilayah Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten
Asahan berjarak ± 2 Km arah dari kantor Camat Rawang Panca Arga.
Secara administratif, Desa Rawang Baru memiliki batas – batas sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatas dengan Desa Rawang Lama
Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Subur
Sebelah Timur berbatas dengan Silo Lama, Desa Bangun Sari, Desa
Banjar, Dengan Desa Pasar Lembu
Sebelah Barat berbatas dengan Desa Rawang Pasar V dan Desa Rawang
4.1.2 Kondisi Demografis
Desa Rawang Baru mempunyai jumlah penduduk 2.044 Jiwa yang terdiri dari
1.032 orang laki-laki dan 1.012 orang perempuan dan 520 kepala keluarga.
a. Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Rawang Baru
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
Laki-laki 1.032 50,4
Perempuan 1.012 49,5
Jumlah 2.044 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu
jumlah penduduk laki – laki sebesar 1.032 jiwa (50,4%) dan jumlah penduduk
wanita sebesar 1.012 (49,5%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk
b. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Rawang Baru
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 9. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan Jumlah
Tidak Tamat SD/Sederajat 16 0,7
Jumlah Usia 12 – 56 Tahun Tidak Tamat
SMP 98 4,79
Jumlah Usia 12 – 56 Tahun Tidak Tamat
SMA 18 0,88
Tamat SD/Sederajat 334 16,34
Tamat SMP/Sederajat 493 24,11
Tamat SMA/Sederajat 516 25,24
Tamat D-1/Sederajat 8 0,39
Tamat D-2/Sederajat 1 0,04
Tamat D-3/ Sederajat 14 0,68
Tamat S-1/ Sederajat 16 0,78
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di
Desa Rawang Baru tergolong tinggi. Hal itu dapat dilihat dari jumlah penduduk
yang sedang sekolah sebanyak 376 jiwa (18,39%), tamat SD/Sederajat sebanyak
334 jiwa (16,34%), tamat SMP/Sederajat sebanyak 493 jiwa (24,11%), tamat
SMA sebanyak 516 jiwa (25,24%), tamat D-1/Sederajat sebanyak 8 jiwa (0,39%),
tamat D-2/Sederajat sebanyak 1 jiwa (0,04%), tamat D-3/Sederajat sebanyak 14
c. Ditribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan etnis di Desa Rawang Baru dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 10. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis
No. Etnis Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Jawa 879 38,92
2. Batak 1.350 59,78
3. Nias 9 0,3
4. Melayu 20 0,8
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru
Tabel 12 di atas menunjukkan distribusi jumlah penduduk berdasarkan etnis. Etnis
Jawa sebanyak 879 (38,92%), etnis Batak sebanyak 1.350 jiwa (59,78%), etnis
Nias sebanyak 9 (0,3%) dan etnis Melayu sebanyak 20 (0,8%).
d. Ditribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Rawang Baru
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 11. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Petani 326 33,13
2. Buruh Tani 500 50,81
3. Buruh Swasta 106 10,77
4. PNS 20 2,54
5. TNI 4 0,4
6. Polri 1 0,1
7. Pedagang 15 1,52
8. Pengrajin 2 0,2
9. Peternak 10 1,01
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Rawang Panca
Arga bekerja di sektor pertanian. Hal itu dapat dilihat bahwa sebanyak 326 jiwa
(33,13%) bermata pencaharian sebagai petani. Sebanyak 500 jiwa (50,81%)
bermata pencaharian sebagai petani. Sedangkan penduduk lainnya bekerja pada
sektor lain. Seperti buruh swasta sebanyak 106 jiwa (10,77%), PNS sebanyak 20
jiwa (2,54%), TNI sebanyak 4 jiwa (0,4%), Polri sebanyak 1 jiwa (0,1%),
pedagang sebanyak 15 jiwa (1,52%), pengrajin sebanyak 2 (0,2%) dan peternak
sebanyak 10 jiwa (1,01%).
4.2 Luas Lahan Menurut Penggunaan
Luas lahan Desa Rawang Baru menurut penggunaannya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 12. Luas Lahan Menurut Penggunaan
No. Wilayah Luas
1. Persawahan 733 Ha
2. Tegel/ladang 205 Ha
3. Pekarangan 45 Ha
4. Pemukiman 45 Ha
5. Perkebunan Rakyat 11 Ha
6. Perkebunan Swasta 879 Ha
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Desa Rawang Baru merupakan
wilayah pertanian. Lahan pertanian yang terdapat di desa adalah persawahan
seluas 733 Ha, tegel/ladang seluas 205 Ha, perkebunan rakyat seluas 11 Ha dan
perkebunan swasta seluas 879 Ha. Sedangkan lahan pemukiman seluas 45 Ha dan
4.3 Sarana dan Prasarana Desa Rawang Baru
Sarana dan prasarana umum Desa Rawang Baru secara garis besar adalah sebagai
berikut:
Tabel 13. Sarana dan Prasarana Desa Rawang Baru
Sarana dan Prasarana Keterangan
Prasarana Transportasi Darat - Jalan aspal desa - Jalan tanah
- Jalan antar desa beraspal - Jembatan Beton
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di desa
cukup baik bagi masyarakat desa. Hal ini dapat dilihat dari jalan desa yang
beraspal, jembatan beton dalam kondisi baik sehingga memudahkan akses
masyarakat. Adanya penampungan air hujan yang membantu mempermudah
akses air bersih. Adanya prasarana irigasi yang cukup sehingga dapat membantu
pengairan sawah masyarakat. Serta prasarana pendidikan dan kesehatan yang
4.4 Kelembagaan Desa
Kelembagaan desa merupakan wadah partisipasi, pelayanan masyarakat desa dan
mempunyai fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Lembaga
desa yang terdapat di Desa Rawang Baru adalah lembaga penyuluh, penyedia
sarana produksi pertanian, lembaga ekonomi, lembaga pemerintah dan lembaga
kemayarakatan. Hal itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 14. Kelembagaan Desa Desa Rawang Baru
Kelembagaan Jumlah
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jumlah kelompok tani Desa
Rawang Baru berjumlah 16 kelompok serta memiliki WKPP sebanyak 1 orang.
Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Rawang Panca Arga terletak di Desa
informasi kepada petani karena terletak dekat dengan desa. Untuk penyediaan
sarana produksi terdapat 3 usaha dagang (UD) yang beroperasi di desa sehingga
memudahkan petani untuk memperoleh sarana produksi yang dibutuhkan.
Lembaga ekonomi yang terdapat di desa adalah usaha peternakan, usaha perikaan
serta koperasi simpa pinjam. Lembaga ini merupakan sarana pendapatan
masyarakat di luar dari persawahan serta lembaga yang berfungsi sebagai
peminjaman modal usaha. Lembaga pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan
merupakan lembaga pendukung untuk membantu dan melayani masyarakat serta
menjadi wadah kreativitas dan aspirasi masyarakat. Lembaga-lembaga yang
terdapat di desa merupakan lembaga yang mempengaruhi masyarakat baik dari
segi ekonomi dan sosial. Lembaga-lembaga tersebut merupakan lembaga aktif
yang dapat membantu masyarakat.
4.5 Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik sosial ekonomi petani
yang dijadikan sampel pada penelitian ini. Karakteristik petani terdiri dari umur
petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman bertani, jumlah tanggungan petani,
dan luas lahan petani. Karakteristik sosial ekonomi petani sampel dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 15. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel
No.
Umur
Umur petani sampel memiliki rentang antara 31 – 68 dengan rataan sebesar 51,5
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata umur petani sampel masih tergolong
usia produktif yang masih memiliki tenaga kerja yang potensial untuk
mengusahakan usahataninya.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan petani sampel memiliki rentang antara 0 – 12 tahun dengan
rataan sebesar 9,1. Hal ini menujukkan rata-rata petani sampel merupakan tamatan
SMP. Tingkat pendidikan berhubungan dengan wawasan, pola pikir dan
pengetahuan petani terhadap teknoogi baru serta kemampuannya untuk menerima
teknologi baru.
Pengalaman Bertani
Pengalaman bertani petani sampel memiliki rentang antara 13 – 50 tahun dengan
rataan sebesar 28,8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani petani
sampel sudah lama. Pengalaman bertani yang lama membuat petani memiliki
wawasan dan pengetahuan yang cukup mengenai usahataninya.
Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan keluarga petani sampe memiliki rentang antara 0 – 8 dengan
rataan sebesar 3 jiwa. Dari jumlah tanggungan keluarga sampel sebagaian ada
Luas Lahan
Luas lahan petani sampel memiliki rentang antara 0,24 – 3 Ha dengan rataan
sebesar 0,7 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani memiliki lahan yang
5.1 Jenis Bantuan Sarana Produksi Pertanian yang diberikan di Daerah Penelitian
Desa Rawang Baru merupakan desa penghasil padi sawah di Kabupaten Asahan.
Adapun kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani tidak terlepas dari
dukungan pemerintah. Dukungan pemerintah terhadap petani dapat dilihat dari
adanya bantuan sarana produksi pertanian yang diberikan. Bantuan sarana
produksi pertanian disalurkan langsung oleh Dinas Pertanian Kabupaten Asahan
kepada petani-petani yang tergabung dalam kelompok tani. Adapun jenis bantuan
sarana produksi yang diberikan adalah:
1. Bantuan benih padi sawah Ciherang.
Kepada anggota kelompok tani diberikan bantuan benih sebagai berikut:
Pada data di atas dapat dilihat bahwa bantuan benih diberikan kepada Anggota
P3A. Dalam satu P3A terdiri dari 4-5 kelompok tani. Kemudian dari P3A
diberikan langsung kepada petani-petani yang tergabung dalam masing-masing
kelompok tani. Jumlah benih yang diberikan sebanyak 1 kg per rante. Jenis yang
diberikan adalah varietas Ciherang berlabel biru. Petani membayar uang sebesar
Rp 5000 per bungkus. Adapun dalam 1 bungkus benih berisi 5 kg benih padi.
2. Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi dengan Pembetonan Saluran Irigasi (Lining)
Perbaikan jaringan irigasi dengan pembetonan dinding saluran irigasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kehilangan air karena
kebocoran dan rembesan air sehingga petani tetap mendapatkan air karena parit
dapat berfungsi sebagai penyimpan air. Bantuan perbaikan jaringan irigasi dengan
pembuatan lining dilaksanakan langsung oleh Kabid Bidang Pengelolaan Lahan, Air dan Sarana Pertanian dibawah pengawasan Dinas Pertanian Kabupaten
Asahan. Data perbaikan jaringan irigasi dengan pembetonan dinding saluran
irigasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 17. Panjang Perbaikan Jaringan Irigasi
Nama P3A Lokasi Panjang Perbaikan
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa perbaikan jaringan irigasi
terpanjang pada P3A Rawang Baru. Hal itu dikarenakan luas lahan yang dimiliki
lebih luas dibandingkan luas lahan petani pada P3A Sekata dan P3A Bersama
sehingga irigasi yang mengaliri sawah petani lebih panjang jaraknya. Di mana
masing-masing P3A memiliki luas lahan yang yang berbeda-beda. Jumlah seluruh
lahan pada P3A Sekata adalah 167 Ha, P3A Bersama adalah 138 Ha dan P3A
Rawang Baru adalah 280 Ha. Seluruh P3A yang terdapat di Desa Rawang Baru
berjalan aktif. Sumber pengairan irigasi berasal dari Irigasi Serbangan. Sumber air
jaringan irigasi ini berasal dari Sungai Bunut.
3. Pemberian Bantuan Alat Mesin Tani
Pemberian bantuan alat mesin tani berupa hand tractor di berikan dengan tujuan
mempermudah petani dalam mengolah lahan. Adapun hand tractor diberikan kepada kelompok tani dapat dilihat pada data table berikut:
Tabel 18. Bantuan Alat Mesin Tani Tahun Jenis Alat mesin
Tani
Jumlah
(Unit) Tahun
Dembul Hand tractor 1 2012
Harapan Hand tractor 1 2015
Subur Hand tractor 1 2012
Sahata Hand tractor 1 2012
Bondar Tangkapan Hand tractor 1 2012
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa hand tractor diberikan kepada kelompok tani. Hand tractor tersebut diserah terimakan melalui perantara ketua
kelompok tani sebagai penerima.
Sarana produksi pertanian yang diberikan cukup menunjang untuk keberhasilan
akan mengurangi pembiayaan usahatani petani sehingga petani akan lebih
terdorong untuk meningkatkan hasil produksi.
5.2 Sikap Petani Padi Sawah terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian Dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah
Sikap petani merupakan suatu ungkapan respon petani terhadap suatu hal yang
dirasakan ataupun yang dialami petani. Sikap petani padi sawah terhadap bantuan
sarana produksi pertanian dalam upaya peningkatan produksi padi sawah dapat
dilihat dari jawaban petani terhadap penyataan-pernyataan yang diberikan.
Pernyataan yang diberikan adalah pernyataan positif dan pernyataan negatif
mengenai bantuan sarana produksi pertanian yang diberikan. Interpretasi terhadap
skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut ke
dalam skor standar (Skor T). Dalam hal ini digunakan Model Skala Likert.
Perhitungan dilakukan dengan rumus :
(Azwar,1995)
Jika diperoleh nilai skor standar (T) ≥ 50, maka sikap dimunculkan positif.
Sementara jika nilai skor standar (T) < 50, maka sikap dimunculkan negatif.
Sikap petani diperoleh dari skor jawaban pernyataan positif dan negatif petani
terhadap bantuan sarana produksi yang diberikan. Adapun hasil yang diperoleh
dari jawaban petani terhadap masing-masing pernyataan dapat dilihat pada tabel
Tabel 19. Sikap Petani terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian No. Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Positif 24 48
2. Negatif 26 52
Jumlah 50 100
Sumber : Data Lampiran 3a
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sikap yang paling banyak
dimunculkan petani adalah sikap negatif. Sikap negatif dimunculkan oleh 26
petani dengan persentase sebesar 52%. Artinya sikap petani terhadap bantuan
sarana produksi pertanian adalah negatif. Hal itu berarti bahwa hipotesis 1 yang
menyatakan bahwa sikap petani terhadap bantuan sarana produksi adalah positif
ditolak.
Sikap negatif yang dimunculkan petani berdasarkan alasan berikut:
1. Pada Bantuan Benih Padi
- Adanya keterlambatan pencairan dana bantuan benih padi yang diterima oleh
Dinas Pertanian sehingga mengakibatkan penyaluran benih mengalami
keterlambatan.
- Adanya keterlambatan penyaluran bantuan benih oleh Dinas Pertanian kepada
petani menyebabkan pemberian bantuan benih lewat dari jadwal tanam. Benih
yang diberikan disimpan dan digunakan pada musim tanam berikutnya. Benih
padi yang disimpan dalam kurun waktu yang lama menyebabkan berkurangnya
viabilitas benih (daya tumbuh benih) sehingga benih padi banyak yang tidak
tumbuh.
- Adanya perbedaan ketepatan pemberian bantuan benih antara kelompok tani
Desa Rawang Baru dengan Desa Bangun Sari. Petani Desa Bangun Sari
digunakan sedangkan petani Desa Rawang Baru mendapatkan benih lewat
jadwal tanam.
- Terdapat keraguan petani pada benih yang diberikan. Varietas padi Ciherang
yang diberikan memiliki label biru serta memiliki tanggal kadaluarsa. Namun
kondisi fisik benih yang tidak bersih dan terdapat bulir benih yang tidak berisi
menyebabkan petani meragukan benih yang diberikan adalah benih padi
unggul keluaran PT Sang Hyang Seri dan Penangkar Benih.
- Ada petani yang merasa varietas benih Ciherang semakin rendah produksinya.
Hal ini dikarenakan adanya varietas padi baru yaitu Toyo Harum yang mulai
banyak dikembangkan oleh petani di Kecamatan Rawang panca Arga. Petani
melihat hasil produksi padi varietas Toyo Arum yang lebih besar
dibandingkan dengan varietas Ciherang. Varietas Toyo Arum dapat
menghasilkan 12 ton/Ha sedangkan Ciherang 6 – 8 ton/Ha.
2. Pada Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi dengan Pembetonan Saluran (Lining) - Terdapat petani yang merasa tidak ada perbedaan kelancaran pengairan pada
lining yang dibuat karena letak lahan yang jauh dari saluran irigasi.
- Pembuatan lining yang belum merata mengakibatkan pengairan sawah petani tidak efisien. Namun petani tetap menanggung iuran dana pengairan.
- Petani yang memiliki lahan yang jauh dari lining lebih membutuhkan bantuan sumur bor dan membutuhkan bantuan mesin pompa air dari Dinas Pertanian
untuk mengatasi kekeringan pada lahan petani karena jika dilakukan
3. Pada Bantuan Alat Mesin Tani (Hand Tractor)
- Adanya monopoli kepemilikan hand tractor yang dirasakan oleh petani. Hal ini dikarena terdapat petani yang tidak pernah menggunakan hand tractor yang
diberikan oleh pemerintah karena hand tractor tersebut dikuasai sendiri oleh oknum kelompok tani.
- Sebagian petani merasa hand tractor yang diberikan kepada petani kurang dirasakan fungsinya oleh petani. Hal itu di karenakan jumlah unit yang kurang
memadai untuk membajak seluruh lahan petani sehingga petani harus
menyewa dari petani lain yang memiliki hand tractor.
- Petani juga mengeluhkan pada biaya sewa hand tractor yang besarnya sama dengan hand tractor non bantuan. Artinya tidak ada perbedaan biaya yang
dikeluarkan oleh petani jika petani menyewa atau menggunakan hand tractor yang diberikan oleh pemerintah.
Hal itu terpolakan dalam fikiran petani bahwa buruknya bantuan sarana produksi
yang diberikan. Sehingga sikap negatif banyak dimunculkan petani pada bantuan
sarana produksi yang diberikan.
Teori nilai mengungkapkan peristiwa atau hal tersebut akan memiliki nilai positif
apabila sesuai dengan harapan dan akan memiliki nilai negatif apabila tidak sesuai
dengan harapan. Teori mengenai ekpentasi kognitif dapat menjelaskan proses
terbentuknya sikap manusia dari situasi lingkungannya. Kepercayaan (belief) adalah ekspentasi yang selalu mendapat konfirmasi secara konsisten. Dengan
dasar kepercayaan ini sikap individu terhadap sesuatu terbentuk. Kepercayaan
pembahasan di atas dapat diketahui bahwa sikap positif dan sikap negatif petani
dimunculkan karena petani telah melihat dan mengetahui bentuk, mutu dan
fungsi bantuan sarana yang diberikan sehingga hal tersebut membentuk sikap
petani berdasarkan penglihatan dan pengetahuan petani.
Upaya pemerintah dalam pemberian bantuan sarana produksi masyarakat
mendapat sikap positif dari sebagian petani karena petani dapat tetap bertani
meskipun dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat memungkinkan petani untuk
tidak mengusahatanikan lahannya serta mendapat sikap negatif dari sebagian
petani yang merasa bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Pada kenyataannya kegiatan pemberian bantuan ini membantu petani dan menjadi
faktor pendorong yang baik untuk mewujudkan peningkatan produksi padi sawah
petani dan pemerintah tetap menjalankan kebijakan untuk membantu petani
sehingga akan menciptakan hubungan yang baik antara pemerintah dan petani.
Untuk melihat bagaimana pentingnya bantuan sarana produksi oleh petani maka
pada penelitian ini petani yang diteliti berdasarkan strata yang berbeda. Hal itu
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 20. Jumlah Petani yang Memunculkan Sikap Positif dan Sikap Negatif Berdasarkan Strata Luas Lahan
Strata Jumlah (Orang) Persentase
Positif Negatif Positif Negatif
≤ 0,5 1 4 3,84 15,38
0,5 - 1 21 18 87,5 69,2
≥ 1 1 5 4,1 19,23
Total 24 26 100 100
Sumber : Data Lampiran 3a
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 5 petani dengan strata luas
lahan ≤ 0,5 yang memunculkan sikap positif sebanyak 1 (3,84%) orang dan sikap
memunculkan sikap positif sebanyak 21 (87,5%) orang dan sikap negatif
sebanyak 18 (69,2%) orang sedangkan untuk petani dengan luas lahan ≥ 1 yang
memunculkan sikap positif sebanyak 1 (4,1%) orang dan sikap negatif sebanyak
5 (19,23%) orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap petani pada bantuan
sarana produksi pertanian adalah negatif . Hal itu dapat dilihat dari banyaknya
sikap negatif yang dimunculkan berdasarkan strata luas lahan petani yang
berbeda-beda.
Berdasarkan data sikap petani berdasarkan strata memunculkan sikap yang
cenderung negatif. Petani yang memiliki lahan sempit banyak memunculkan sikap
negatif begitu pula pada petani yang berlahan sedang dan berlahan luas. Artinya,
sempit atau luasnya lahan yang dimiliki oleh petani tidak berhubungan dengan
memunculkan sikap positif atau negatif. Berdasarkan teori insentif pembentukan
sikap sebagai proses menimbang baik buruknya berbagai kemungkinan posisi dan
kemudian mengambil alternatif yang terbaik. Orang mengambil posisi yang akan
membawanya pada kemungkinan hasil yang terbaik, dan menolak posisi yang
akan membawanya pada hasil yang buruk atau yang tidak mungkin
mengarahkannya pada hasil yang baik.
Artinya sikap petani pada masing-masing strata luas lahan tidak didasari oleh luas
lahan yang dimiliki tetapi dari kepentingan. Bantuan sarana produksi pertanian
memiliki arti penting bagi seluruh petani. Petani akan menilai positif berdasarkan
adanya pertimbangan yang memberikan hasil yang baik dan sebaliknya. Dalam
kenyataannya sikap negatif lebih banyak dimunculkan oleh petani. Banyaknya
aspek kelembagaan daerah yang terlambat memberikan bantuan benih serta aspek
mutu benih yang tidak baik karena banyak benih yang tidak tumbuh.
Selanjutnya akan diuraikan mengenai sikap petani terhadap masing-masing jenis
bantuan yang diberikan. Hal itu dapat dilihat pada sikap petani terhadap jenis
bantuan yang diberikan.
5.2.1 Sikap Petani terhadap Bantuan Benih
Pemberian bantuan benih yang tepat (waktu, jumlah, jenis/varietas, mutu dan
tempat) memunculkan sikap positif atau sikap negatif petani melalui
pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan ketepatan pemberian bantuan benih. Hal itu
dapat dibuktikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 21. Sikap Petani terhadap Bantuan Benih Padi Sawah
No. Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Positif 24 48
2. Negatif 26 52
Jumlah 50 100
Sumber : Data Lampiran 3b
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dari 50 petani sampel yang diteliti
jumlah petani yang memunculkan sikap positif adalah 24 orang (48%) dan petani
yang memunculkan sikap negatif adalah 26 orang (52%). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sikap petani terhadap bantuan sarana produksi pertanian
adalah negatif.
Teori nilai mengungkapkan peristiwa atau hal tersebut akan memiliki nilai positif
apabila sesuai dengan harapan dan akan memiliki nilai negatif apabila tidak sesuai
dengan harapan. Maka kenyataannya sikap positif yang dimunculkan oleh petani
1. Pemberian bantuan melalui kelompok tani merupakan cara yang tepat untuk
mempermudah dan membagi secara adil kepada setiap petani yang tergabung
pada kelompok.
2. Varietas padi sawah yang diberikan adalah varietas yang biasa digunakan oleh
petani dan merupakan varietas padi sawah yang cocok pada lokasi tanam petani.
3. Jumlah bantuan yang diberikan sesuai dengan luas lahan karena dibagi secara
merata berdasarkan luas lahan petani sehingga petani berlahan sempit, sedang dan
luas mendapatkan pembagian merata berdasarkan luas lahan yang dimiliki. .
4. Adanya pemberian bantuan benih mengurangi biaya pembelian benih.
Sedangkan sikap negatif yang dimunculkan oleh petani dapat dilihat dari aspek
kelembagaan pemerintah daerah yaitu Dinas Pertanian dan aspek mutu benih
bantuan yang diberikan. Keterlamabatan benih yang diterima ditingkat petani
disebabkan oleh keterlambatan pencairan dana bantuan benih yang diterima oleh
Dinas Pertanian sehingga hal itu mengakibatkan pada keterlambatan penyaluran
benih yang akan diberikan kepada petani. Aspek mutu juga menimbulkan sikap
negatif dari petani karena daya tumbuh benih yang tidak baik sehingga
menyebabkan banyak benih padi yang tidak tumbuh. Hal ini mengkibatkan
kekecewaan dari petani karena benih adalah input produksi yang paling penting
untuk meningkatkan hasil produksi padi. Kondisi fisik benih yang tidak bersih
serta yang mengakibatkan keraguan petani terhadap benih yang diberikan.
Hal ini yang menyebabkan munculnya sikap negatif yang dimunculkan oleh
banyaknya petani yang memunculkan sikap negatif berdasarkan pada strata yang
berbeda-beda. Jumlah petani yang memunculkan sikap positif dan sikap negatif
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 22. Jumlah Petani yang Memunculkan Sikap Positif dan Sikap Negatif terhadap Bantuan Benih Padi Sawah Berdasarkan Strata Luas Lahan
Strata Jumlah (Orang) Persentase
Positif Negatif Positif Negatif
≤ 0,5 1 4 4,16 15,3
banyak memunculkan sikap negatif. Dengan jumlah 5 petani terdapat 1 (4,16%)
orang bersikap positif dan 4 (15,3%) oraang bersikap negatif. Sehingga
disimpulkan sikap dengan luas lahan ≤ 0,5 ha adalah negatif. Petani yang
memiliki luas lahan 0,5 – 1 ha yang berjumlah 39 petani memunculkan sikap
positif sebanyak 22 (91,6 %) orang dan petani dengan sikap negatif sebanyak 17
(70,8%) orang. Sehingga petani dengan luas lahan 0,5 – 1 ha lebih banyak
memunculkan positif. Sedangkan petani dengan luas lahan ≥ 1 ha yang berjumlah
6 petani memunculkan sikap positif sebanyak 5 (17,24 %) orang dan sikap negatif
sebanyak 1 (4,76 %) orang. Sehingga disimpulkan bahwa petani berlahan ≥ 1 ha
memunculkan sikap negatif.
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruh petani dari
masing-masing strata memunculkan sikap negatif. Artinya, sikap negatif yang
dimunculkan oleh petani berdasarkan kejadian yang dialami oleh petani. Petani
yang memiliki sikap postif berarti menerima hasil terbaik dari objek sikap yang
baik dari bantuan yang diberikan. Petani dari masing-masing strata memiliki sikap
yang cenderung sama satu sama lain yaitu sikap negatif. Petani menganggap
bahwa bantuan benih yang diberikan sangat penting bagi petani sehingga seluruh
petani dari masing-masing strata mengharapkan bantuan benih yang diberikan
serta mengharapkan bahwa dengan bantuan benih yang diberikan akan
memberikan hasil yang lebih baik. Namun, kenyataan berbeda dari harapan petani
mengakibatkan sikap negatif petani lebih banyak muncul.
5.2.2 Sikap Petani terhadap Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi dengan Pembetonan Saluran Irigasi (Lining)
Perbaikan jaringan irigasi pada lahan petani mendapatkan respon sikap dari
masing- masing petani. Masing-masing petani memunculkan sikap positif atau
sikap negatif terhadap perbaikan jaringan irigasi berdasarkan kondisi yang petani
rasakan. Adapun sikap petani terhadap adanya bantuan perbaikan jaringan irigasi
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 23. Sikap Petani Terhadap Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi No. Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Positif 28 56
2. Negatif 22 44
Jumlah 50 100
Sumber : Data Lampiran 3c
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 50 petani sampel
terdapat 28 (56%) orang yang bersikap positif dan 22 (44%) orang yang bersikap
negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap petani pada bantuan perbaikan
jaringan irigasi adalah positif.
Teori nilai mengungkapkan peristiwa atau hal tersebut akan memiliki nilai positif
apabila sesuai dengan harapan dan akan memiliki nilai negatif apabila tidak sesuai
dengan pembuatan lining memberikan manfaat untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kehilangan air karena kebocoran dan rembesan air sehingga sawah
tetap mendapatkan air karena lining berfungsi sebagai penyimpanan air. Sehingga
perbaikan jaringan irigasi dengan pembuatan lining diterima dengan baik oleh petani. Selain itu pembangunan lining juga dapat memperlancar pengairan ke
sawah petani dibandingkan pada saat kondisi saluran dengan parit tanah.
Sikap negatif dimunculkan dengan alasan bahwa petani tidak merasakan
perbedaan pada saat irigasi telah diperbaiki. Karena letak lahan yang jauh dari
irigasi sehingga sulit untuk menjangkau irigasi. Kelancaran air mengairi sawah
petani tetap sama saat sebelum lining di buat. Namun petani tetap dibebankan iuran dana pengairan.
Sikap positif dan sikap negatif yang dimunculkan oleh petani sampel dapat dilihat
berdasarkan strata luas lahan yang petani miliki. Hal itu dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 24. Jumlah Petani yang Memunculkan Sikap Positif dan Sikap Negatif terhadap Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi Berdasarkan Strata Luas Lahan
Strata Jumlah (Orang) Persentase
Positif Negatif Positif Negatif
≤ 0,5 3 2 10,7 9,0
0,5 - 1 22 17 78,5 77,2
≥ 1 3 3 10,7 13,6
Total 28 22 100 100
Sumber : Data Lampiran 3c
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa petani dengan luas lahan ≤ 0,5 ha lebih
banyak memunculkan sikap negatif. Dengan jumlah 5 petani terdapat 3 (10,7 %)
sikap dengan luas lahan ≤ 0,5 ha adalah positif. Petani yang memiliki luas lahan
0,5 – 1 ha yang berjumlah 39 petani memunculkan sikap positif sebanyak 22
(78,5%) orang dan petani dengan sikap negatif sebanyak 17 (77,2%) orang.
Sehingga petani dengan luas lahan 0,5 – 1 ha lebih banyak memunculkan sikap
positif. Sedangkan petani dengan luas lahan ≥ 1 ha yang berjumlah 6 petani
memunculkan sikap positif sebanyak 3 (10,7%) petani dan sikap negatif sebanyak
3 (13,63%) petani. Sehingga disimpulkan bahwa petani berlahan ≥ 1 ha
memunculkan kedua sikap yang sama.
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar petani dari
masing-masing strata memunculkan sikap positif dan berdasarkan kenyataan
bahwa lining yang dibuat memberikan manfaat kepada petani dalam penggunaan
air yang efisien. Sedangkan sebagian kecil petani memunculkan sikap negatif
yang didasari pada sebagaian petani yang kurang merasakan adanya perbaikan
jaringan irigasi karena letak lahan yang lebih jauh dari sumber irigasi Sehingga
tidak ada perbedaan yang dirasakan oleh petani pada saat irigasi diperbaiki atau
tidak.
Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa sikap yang dimunculkan oleh petani tidak
berdasarkan strata luas lahan. Petani yang berlahan sempit, sedang dan luas akan
memunculkan sikap yang sesuai dengan kejadian yang dirasakan. Karena seluruh
sarana produksi pertanian yang diberikan merupakan sarana penting bagi petani
termasuk adanya pembuatan lining.
Sikap petani terhadap pemberian alat mesin tani akan membuktikan respon petani
terhadap bantuan tersebut. Hal itu dapat dilihat dari sikap petani terhadap kondisi
dan kemampuan kerja hand tractor yang diberikan yang dimunculkan dengan
pernyataan positif dan pernyataan negatif. Berikut adalah data yang menunjukkan
sikap petani terhadap bantuan alat mesin tani berupa hand tractor.
Tabel 25. Sikap Petani terhadap Bantuan Alat Mesin Tani
No. Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Positif 29 58
2. Negatif 21 42
Jumlah 50 100
Sumber : Data Lampiran 3d
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dari 50 petani sampel yang diteliti
jumah petani yang memunculkan sikap positif adalah 29 orang (58%) dan petani
yang memunculkan sikap negatif adalah 21 orang (42%). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sikap petani terhadap bantuan alat mesin tani adalah positif.
Teori nilai mengungkapkan peristiwa atau hal tersebut akan memiliki nilai positif
apabila sesuai dengan harapan dan akan memiliki nilai negatif apabila tidak sesuai
dengan harapan. Sikap positif yang dimunculkan oleh petani berdasarkan alasan
bahwa kondisi hand tractor yang diberikan baik dan merupakan hand tractor
yang berkualitas. Sedangkan munculnya sikap negatif didasari oleh tidak adanya
perbedaan biaya antara hand tractor yang diberikan oleh pemerintah dengan hand tractor yang disewa dari petani lain. Petani tidak merasakan manfaat hand tractor
yang diberikan karena jumlah unit yang diberikan tidak mencukupi jika digunakan
oleh seluruh anggota kelompok tani. Selain itu, terdapat pula anggapan petani
sikap positif dan sikap petani negatif terhadap bantuan alat mesin tani
dimunculkan berdasarkan keadaan dan perasaan petani. Sehingga masing-masing
sikap petani berbeda-beda. Perbedaan jumlah responden terhadap masing-masing
sikap dapat dilihat berdasarkan strata. Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 26. Jumlah Petani yang Memunculkan Sikap Positif dan Sikap Negatif terhadap Bantuan Alat Mesin Tani Berdasarkan Strata Luas Lahan
Strata Jumlah (Orang) Persentase
Positif Negatif Positif Negatif
≤ 0,5 3 2 10,34 9,52
0,5 - 1 23 16 79,31 76,19
≥ 1 3 3 10,34 14,28
Total 29 21 100 100
Sumber : Data Lampiran 3d
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa petani dengan luas lahan ≤ 0,5 ha lebih
banyak memunculkan sikap positif. Dengan jumlah 5 petani terdapat 3 (10,7%)
orang bersikap positif dan 2 (9 ,0%) orang bersikap negatif. Sehingga disimpulkan
sikap dengan luas lahan ≤ 0,5 ha adalah positif . Petani yang memiliki luas lahan
0,5 – 1 ha yang berjumlah 39 petani memunculkan sikap positif sebanyak 23
(79,31%) orang dan petani dengan sikap negatif sebanyak 16 (76,19%) orang.
Sehingga petani dengan luas lahan 0,5 – 1 ha lebih banyak memunculkan positif.
Sedangkan petani dengan luas lahan ≥ 1 ha yang berjumlah 6 petani
memunculkan sikap positif sebanyak 3 (13,63%) orang dan sikap negatif
sebanyak 3 (13,63%) orang. Sehingga disimpulkan bahwa petani berlahan ≥ 1 ha
memunculkan kedua sikap yang sama.
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sikap yang dimunculkan oleh petani
munculnya sikap postif dan sikap negatif. Berdasarkan penelitian sikap positif
petani muncul berdasarkan alasan petani mengetahui bahwa hand tractor yang diberikan memberikan kelancaran dalam pengolahan lahan. Meski jumlahnya
tidak memadai namun petani beranggapan bahwa hand tractor tersebut merupakan upaya pendukung untuk kelancaran usahatani petani. Dengan adanya
hand tractor yang diberikan membantu petani mempercepat proses pengolahan lahan karena jika menyewa dari petani yang memiliki hand tractor maka akan memakan waktu lebih lama karena harus menunggu. Sedangkan jika membeli
hand tractor sendiri sebagaian petani tidak mampu karena kendala biaya yang
mahal. Sehingga tidak banyak petani yang memiliki. Dengan adanya hand tractor bantuan dari pemerintah maka petani sangat terbantu.
Sedangkan sikap negatif dimunculkan dari sebagian petani yang merasa bahwa
hand tractor tidak berfungsi dengan baik. Petani beranggapan bahwa terdapat
oknum yang menggunakan hand tractor secara pribadi.
5.3 Hubungan Karakter Sosial Ekonomi Petani dengan Sikap Petani terhadap Bantuan Sarana Produksi Dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Sawah
Karakter sosial ekonomi yaitu umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman
berusahatani, jumlah tanggungan dan luas lahan diduga berhubungan dengan
sikap petani terhadap bantuan sarana produksi pertanian. Untuk dapat mengetahui
hubungan tersebut maka dapat dilakukan analisis dengan menggunakan metode
korelasi Spearman.
Untuk melihat ada tidaknya hubungan yang nyata antara kedua variabel dilakukan
dengan membandingkan nilai Siginifikansi dengan nilai α=0,05. Nilai Signifikansi
diperoleh ≥ α=0,05 maka tidak ada hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya
H1 diterima jika nilai signifikansi ≤ α=0,05 maka ada hubungan anatara kedua
variabel. Hasil analisis korelasi rank Spearman karaketristik sosial ekonomi petani
dengan sikap petani dari seluruh strata terhadap Bantuan Sarana Produksi
Pertanian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 27. Analisis Korelasi Rank Spearman Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Sikap Petani terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian
Variabel Rs Sign (2-tailed)
Umur 0,180 0,212
Tingkat Pendidikan 0,038 0,796
Pengalaman Bertani 0,105 0,467
Jumlah Tanggungan -0,245 0,087
Luas Lahan 0,197 0,171
Sumber: Data Lampiran 4a,4b,4c,4d,4e - Hubungan umur dengan sikap petani
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rs (koefisien korelasi) antara
hubungan umur dengan sikap petani adalah sebesar 0,180 dan nilai signifikansi
sebesar 0,212. Nilai signifikansi 0,212 ≥
α
0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.Artinya tidak ada hubungan yang nyata antara umur petani dengan sikap petani.
Hal ini juga didukung dengan derajat keeratan hubungan yang termasuk dalam
kategori hubungan sangat lemah.
Berdasarkan analisis diatas maka dapat dilihat bahwa umur tidak berhubungan
dengan sikap petani. Kartasapoetra (1999), menyebutkan bahwa petani yang
berusia lanjut berumur sekitar lebih dari 50 tahun biasanya fanatik terhadap tradisi
dan sulit untuk diberikan pengertian – pengertian yang mengubah cara berfikir,
cara bekerja dan cara hidupnya. Petani yang berusia lanjut ini bersikap apatis
dengan petani yang berusia muda bahwa petani yang berusia tua (di atas 50 tahun)
cenderung lebih konservatif dalam menyikapi perubahan. Hal ini sesuai dengan
umur petani di daerah penelitian.
- Hubungan tingat pendidikan dengan sikap petani
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rs (koefisien korelasi) antara
hubungan umur dengan sikap petani adalah sebesar 0,038 dan nilai signifikansi
sebesar 0,796. Nilai signifikansi 0,796 ≥
α
0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.Artinya tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan petani dengan
sikap petani. Hal ini juga didukung dengan derajat keeratan hubungan yang
termasuk dalam kategori hubungan lemah.
Berdasarkan analisis tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan
petani dengan sikap petani. Tingkat pendidikan merupakan salah satu merupakan
kecakapan sesorang dalam mengendalikan atau memanfaatkan kemampuannya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan biasa berbanding lurus dengan kemampuan
berfikir dan daya saing, karena kapasitas ilmu yang diterapkan. Setiap ilmu yang
telah ditelaah menjadi landasan untuk berfikir dan mengambil keputusan.
Kenyataan yang terjadi pada sampel di daerah penelitian petani hanya memiliki
pendidikan formal. Pendidikan formal yang dimiliki petani rata-rata SMP. Tidak
adanya pendidikan petani seperti sekolah lapangan, studi petani dan wadah belajar
petani sehingga menyebabkan pengetahuan petani hanya berkapasitas pada
pendidikan formal. Sementara pendidikan formal tidak membahas tentang
pertanian. Sempitnya pengetahuan petani membuat petani sulit mengambil
- Hubungan pengalaman bertani dengan sikap petani
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rs (koefisien korelasi) antara
hubungan umur dengan sikap petani adalah sebesar 0,105 dan nilai signifikansi
sebesar 0,467. Nilai signifikansi 0,467 ≥
α
0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.Artinya tidak ada hubungan yang nyata antara pengalaman bertani dengan sikap
petani. Hal ini juga didukung dengan derajat keeratan hubungan yang termasuk
dalam kategori hubungan sangat lemah.
Berdasarkan hasil analisis tidak terdapat hubungan yang nyata antara pengalaman
berusahatani dengan sikap petani. Pengalaman bertani berkaitan dengan lamanya
berusahatani. Semakin lama berusahatani maka pengalaman petani semakin
meningkat. Pengalaman yang dimiliki petani berdasarkan praktik di lapangan.
Sehingga hal ini tidak berhubungan dengan sikap petani.
- Hubungan jumlah tanggungan petani dengan sikap petani
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rs (koefisien korelasi) antara
hubungan umur dengan sikap petani adalah sebesar -0,245 dan nilai signifikansi
sebesar 0,087. Nilai signifikansi 0,245 ≥
α
0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.Artinya tidak ada hubungan yang nyata antara jumlah tanggungan petani dengan
sikap petani. Hal ini juga didukung dengan derajat keeratan hubungan yang
termasuk dalam kategori tidak ada hubungan.
Berdasarkan analisis diatas, hal yang mendasari tidak adanya hubungan nyata
antara jumlah tanggungan dengan sikap petani adalah pada sisi pengeluaran
rumah tangga petani. Semakin banyak jumlah tanggungan maka semakin besar
petani. Hal ini lebih memiliki hubungan dengan jumlah tanggungan petani
daripada sikap petani.
- Hubungan Luas lahan dengan sikap petani
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rs (koefisien korelasi) antara
hubungan umur dengan sikap petani adalah sebesar 0,197 dan nilai signifikansi
sebesar 0,171. Nilai signifikansi 0,171 ≥
α
0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.Artinya tidak ada hubungan yang nyata antara luas lahan petani dengan sikap
petani. Hal ini juga didukung dengan derajat keeratan hubungan yang termasuk
dalam kategori hubungan sangat lemah.
Hal yang menjadi dasar tidak adanya hubungan nyata antara luas lahan dengan
sikap petani adalah besar kecilnya pendapatan petani. Pendapatan petani akan
semakin bertambah seiring dengan bertambah luasnya lahan yang dimiliki.
Karena lahan merupakan faktor terpenting dari kegiatan usahatani. Sedangkan
sikap petani muncul karena adanya pengetahuan petani yang berdasarkan atas apa
yang dilihat dan diketahui terhadap suatu objek yang dirasakan. Sehingga luas
lahan tidak memiliki hubungan dengan sikap petani
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dilihat bahwakarakteristik sosial ekonomi
petani dari seluruh strata tidak berhubungan nyata dengan sikap petani. Karena
nilai signifikansi >α0,05. Sehingga H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak
terdapat hubungan yang nyata antara dua variable yang dianalisis. Sehingga
hipotesis 2 yang menyatakan bahwa karakteristik sosial ekonomi petani
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,
institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dari
dalam diri individu. Secara teoritis diduga terdapat faktor/variabel lain yang
berhubungan dengan sikap. Adapun sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi
sosial yang dialami oleh individu. Variabel lain yang diduga berhubungan dengan
sikap adalah:
1. Transparansi Pemerintah
Keterbukaan informasi publik merupakan bagian yang sangat penting didalam
masyarakat. Keterbukaan informasi terhadap masyarakat dalam hal ini adalah
petani akan menimbulkan respon bagi petani. Melalui hal ini maka akan
berhubungan dengan sikap petani. Keterbukaan informasi kepada petani akan
menimbulkan kepercayaan. Berdasarkan teori sikap, sikap muncul berdasarkan
kepercayaan sikap petani dapat dimunculkan berdasarkan apa yang diketahui dan
dilihat oleh petani dan menimbulkan sikap petani.
2. Komunikasi dengan Penyuluh
Komunikasi adalah peluang untuk mengembangkan pengetahuan dan informasi.
Dalam hal ini pentingnya komunikasi petani dengan penyuluh. Penyuluh adalah
orang yang dianggap penting oleh petani karena memiliki pengetahuan dan selalu
memberikan informasi yang akurat. Dengan adanya komunikasi, saling bertukar
informasi dan pengetahuan terhadap masalah yang ada akan membuka wawasan
petani. Kemudian akan menimbulkan kepercayaan petani terhadap penyuluh.
desa. Sehingga diduga akan berhubungan dengan sikap yang akan dimunculkan
oleh petani.
3. Tingkat Kosmopolitan
Tingkat kosmopolitan diduga memiliki hubungan dengan sikap petani. Karena
tingkat kosmopolitan dapat dilihat dari intensitas petani menggunakan media
massa. Media massa merupakan faktor pembentuk sikap. Dari tingkat
kosmopolitan dapat dilihat bagaimana pengetahuan petani mengenai
informasi-informasi yang berhubungan dengan bantuan sarana produksi pertanian. Sehingga
akan memunculkan sikap positif atau sikap negatif berdasarkan apa yang dilihat
dan diketahui. Dan diduga memiliki hubungan dengan sikap petani.
5.4 Hubungan Antara Sikap Petani Dengan Produktivitas dan Pendapatan 5.4.1 Hubungan Antara Sikap Petani Dengan Produktivitas
Produktivitas padi sawah yang dihasilkan petani merupakan jumlah keseluruhan
produksi yang dihasilkan dibagi luas lahan yang dimiliki oleh petani.
Produktivitas padi sawah yang dihasilkan petani berhubungan dengan penerimaan
dan pendapatan petani. Pemberian bantuan sarana produksi seperti benih
memberikan pengaruh pada produktivitas padi sawah . Meskipun input produksi lain seperti pupuk, pestisida dan cara bertani juga mempengaruhi produktivitas.
Produktivits padi sawah yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 28. Produktivitas Padi Sawah per Petani
Uraian Jumlah
Luas Lahan (Ha) 0,76
Produksi (Kg) 5.381,44
Produktivitas (Ton/Ha) 5,42
Tabel 29. Produktivitas Padi Sawah per Hektar
Uraian Jumlah
Luas Lahan (Ha) 0,76
Produksi (Kg) 7.086
Produktivitas (Ton/Ha) 7,09
Sumber: Data Lampiran 12b
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dengan luas lahan 0,76 ha per petani
dapat menghasilkan produksi padi sawah sebesar 5.381,44 Kg dengan
produktivitas sebesar 5,42 Ton/ha. Sedangkan produktivitas padi per hektar nya
adalah 7,09 Ton/Ha.
Produktivitas padi sawah tidak hanya di peroleh dari input yang diberikan seperti
(benih, pupuk, tenaga kerja, pengairan, sistem tanam dan teknologi). Sikap petani
memiliki hubungan dengan produktivitas yang dapat dilihat dari evaluasi sikap
petani terhadap adanya bantuan sarana produktivitas yang diberikan. Sehingga
akan memunculkan pernyataan sikap positif dan sikap negatif dari petani.
Berikut adalah data yang menjelaskan apakah ada hubungan yang nyata antara
sikap petani dengan produktivitas padi sawah melalui uji korelasi rank Spearman.
Tabel 30. Analisis Korelasi Rank Spearman Sikap Petani dengan Produktivitas Padi
Variabel Rs Signifikansi
Produktivitas -0,136 0,345
Dari tabel di atas dapat dilihat koefisien korelasi rank Spearman adalah
sebesar -0,136. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,345. Nilai signifikansi 0,345 ≥
0,05. Maka H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga disimpulkan bahwa tidak ada
Petani menjalankan kegiatan usahatani berdasarkan proses kegiatannya. Di mana
dalam proses kegiatannya petani menggunakan input produksi berupa benih, pupuk, obat-obatan, sistem tanam, teknik perawatan tanaman, teknologi dan
tenaga kerja sehingga menghasilkan produktivitas. Dengan penggunaan input produksi maka produktivitas dapat dihasilkan. Peningkatan atau penurunan
produktivitas berhubungan dengan input produksi usahatani. Sedangkan sikap petani muncul berdasarkan kepercayaan dan perasaan petani. Artinya sikap petani
yang dimunculkan terhadap bantuan sarana yang diberikan berdasarkan perasaan
dan kepercayaan petani sehingga petani petani mengambil tindakan bahwa
bantuan sarana yang diberikan khususnya pada bantuan benih tidak sesuai dengan
harapan sehingga petani memunculkan sikap negatif. Sikap negatif petani tidak
berhubungan dengan cara petani menggunakan input, cara berusahatani karena hal itu merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh petani.
Melalui pendekatan psikologi, diduga terdapat variabel lain yang berhubungan
dengan produktivitas yaitu tingkat adopsi petani. Adopsi petani merupakan inti
dari perubahan sikap. Melalui tahapan yang terjadi seperti kesadaran, interest
(tumbuhnya minat sehingga petani mulai bertanya), evaluasi yang merupakan
penilaian terhadap baik buruk atau manfaatnya dan kemudian mencobanya.
Seperti tingkat adopsi petani terhadap teknologi. Berkaitan dengan tingkat adopsi,
seorang petani akan selalui menilai suatu inovasi dengan teknologi terhadap
kemampuannya, kesesuaian dengan kondisi lingkungan dan tujuan yang ingin
dicapai. Sesuai dengan tujuan adanya kecanggihan teknologi maka diharapkan
produktivitas akan semakin meningkat. Semakin tinggi tingkat adopsi petani
petani. sebagai contoh terdapat beberapa penelitian yang telah menunjukkan
adanya hubungan antara tingkat adopsi teknologi petani dengan peningkatan
produktivitas.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Citranty Akriana mengenai Hubungan Tingkat
Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa
Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Adapun
hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
adopsi teknologi dengan produktivitas padi sawah lahan irigasi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Kalimantan Timur mengenai Kajian Adopsi Teknologi Produksi Padi Sawah di
Kalimantan Timur. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat adopsi
teknologi usahatani padi sawah mempunyai hubungan yang baik dengan
produktivitas maupun pendapatan. Tingkat hubungan tersebut sangat kuat. Hal
ini dapat dijelaskan bahwa dengan tingkat adopsi yang tinggi maka semakin
sesuai dengan standar teknis yang akan memberikan hasil mendekati
produktivitas potensial yang ada. Dengan produktivitas yang tinggi dan
pendapatan yang diperoleh juga meningkat. Walaupun biaya untuk
menerapkan teknologi ini meningkat, tetapi penerimaan yang diperoleh juga
lebih tinggi, sehingga semakin tinggi tingkat adopsi teknologi maka semakin
tinggi pendapatan yang diperoleh.
Pendapatan yang diterima dalam usahatani dari besarnya penerimaan yang
dikurangi dengan total biaya. Biaya usahatani atau biaya produksi adalah semua
pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan produksi. Biaya usahatani
tergolong dalam biaya benih, biaya sewa lahan, biaya PBB, biaya penyusutan,
biaya pupuk, biaya pestisida, dan biaya tenaga kerja. Berikut adalah data yang
menjelaskan biaya usahatani padi sawah petani sampel.
Tabel 31. Rataan Biaya Usahatani Padi Sawah per Petani
Jenis Biaya Usahatani Total Biaya Usahatani per Sampel
Biaya Benih (Rp) 32.950
Biaya Sewa Lahan (Rp/Rante) 21.758.000
Biaya PBB (Rp/Tahun) 146.089
Biaya Penyusutan Alat (Rp) 66.305
Biaya Pupuk (Rp) 1.078.510
Biaya Pestisida (Rp) 512.940
Biaya Tenaga Kerja(Rp) 3.541.685
Total Biaya Usahatani 7.489.870
Sumber: Data Lampiran 11a
Tabel 32. Rataan Biaya Usahatani Padi Sawah per Hektar
Jenis Biaya Usahatani Total Biaya Usahatani Sampel Per Hektar
Biaya Benih (Rp) 36.751
Biaya Sewa Lahan (Rp/Rante) 5.500.000
Biaya PBB (Rp/Tahun) 171.304
Biaya Penyusutan Alat (Rp) 111.305
Biaya Pupuk (Rp) 1.389.615
Biaya Pestisida (Rp) 804.694
Biaya Tenaga Kerja(Rp) 4.721.601
Total Biaya Usahatani 10.239.705
Sumber: Data Lampiran 11b
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa biaya usahatani yang paling banyak
dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 3.541.685 untuk per petani.