• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Paritas dengan Kejadian Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Paritas dengan Kejadian Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Paritas

2.1.1 Definisi paritas

Para adalah jumlah kehamilan yang telah berlanjut ke viabilitas.(7) Menurut

Stedman’s Medical Dictionary (27th edition), paritas merupakan kondisi dilahirkannya seorang ataupun banyak bayi yang hidup maupun meninggal.

Ada beberapa definisi maupun cara pengaplikasian lain dari kata paritas.

The Oxford Medical Dictionary (5th edition) menyatakan paritas merupakan sebutan untuk banyaknya kehamilan seorang wanita sampai dilahirkannya bayi

yang hidup. The Illustrated Dictionary of Midwifery menyatakan paritas

merupakan sebutan untuk wanita yang melahirkan bayi dengan masa gestasi lebih

dari 24 minggu. Terdapat juga perbedaan definisi ditinjau dari lamanya masa

gestasi, di Amerika dinyatakan >20 minggu, sedangkan di Inggris >24 minggu.(8)

2.1.2 Klasifikasi Paritas

Menurut Ben-Zion, ada beberapa istilah yang merujuk kepada jumlah

paritas, yaitu:(7)

1. Nulipara : seorang wanita yang belum pernah melahirkan janin yang

viabel.

2. Primipara : seorang wanita yang telah melahirkan bayi viable, tanpa

memperhatikan apakah anak hidup waktu dilahirkan dan tanpa

memperhatikan kelahiran tunggal atau multipel.

(2)

2.2 Anatomi Uterus

Rahim (uterus) adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya

ditutupi oleh peritoneum, sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa

rahim. Dalam keadaan tidak hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil

diantara kandung kemih dan dubur.(9)

Gambar 2.1 Anatomi uterus

Sumber: Ilmu Kandungan, 2009

Rahim berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah pir, dan memiliki rongga

yang terdiri dari tiga bagian besar, yaitu:(9)

1. Badan rahim (korpus uteri) berbentuk segitiga,

2. Leher rahim (serviks uteri) berbentuk silinder, dan

3. Rongga rahim (kavum uteri)

Bagian rahim antara kedua pangkal tuba, yang disebut fundus uteri,

merupakan bagian proksimal rahim.(9)

Besarnya rahim berbeda-beda, bergantung pada usia dan apakah wanita

tersebut pernah melahirkan atau belum. Ukurannya kira-kira sebesar telur ayam

kampong. Pada nulipara, ukurannya 5,8-8cm x 3,5-4cm x 2-2,5cm; multipara

9-9,5cm x 5,5-6cm x 3-3,5cm. Beratnya 40-50gram pada nulipara dan 60-70gram

pada multipara. Korpus uteri, yaitu bagian utama rahim, merupakan 2/3 bagian

rahim. Pada kehamilan, bagian tersebut berfungsi sebagai tempat utama bagi janin

(3)

Serviks uteri terbagi menjadi dua bagian, yaitu pars supravaginal dan pars

vaginal. Pars vaginal disebut juga porsio, terdiri dari bibir depan dan bibir

belakang porsio. Saluran yang menghubungkan ostium uteri internum (OUI) dan

ostium uteri eksternum (OUE) disebut kanalis servisis, dilapisi oleh

kelenjar-kelenjar serviks. Bagian rahim antara serviks dan korpus disebut isthmus atau

segmen bawah rahim. Bagian tersebut penting artinya dalam kehamilan dan

persalinan karena akan mengalami peregangan.(9)

Dinding rahim secara histologik terdiri dari 3 lapisan:

1. Lapisan serosa (lapisan peritoneum), di luar;

2. Lapisan otot (lapisan myometrium), di tengah; dan

3. Lapisan mukosa (endometrium), di dalam.

Sikap dan letak rahim dalam rongga panggul terfiksasi dengan baik karena

disokong dan dipertahankan oleh:

1. Tonus rahim itu sendiri,

2. Tekanan intraabdominal,

3. Otot-otot dasar panggul,

4. Ligamen-ligamen

a. Ligamen kardinale kanan dan kiri (Mackenrodt),

b. Ligamen rektouterinum,

c. Ligamen rotundum,

d. Ligamen latum,

e. Ligamen suspensorium ovarii.

Letak rahim dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi. Letak-letak

lainnya adalah antefleksi (tengadah ke depan), retrofleksi (tengadah ke belakang),

anteversi (terdorong ke depan), retroversi (terdorong ke belakang)(9,22).

Fungsi utama rahim adalah (a) setiap bulan berfungsi dalam siklus haid,

(b) tempat janin tumbuh dan berkembang, (c) berkontraksi terutama sewaktu

bersalin dan sesudah bersalin.(9)

Uterus diberi darah oleh arteria Uterina kiri dan kanan terdiri atas ramus

asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal ini berasal dari arteria

(4)

latum masuk ke dalam uterus di daerah seviks kira-kira 1,5 cm di atas forniks

lateralis vagina. Pembuluh darah lain yang memberi pula darah ke uterus adalah

arteria Ovarika kiri dan kanan. Arteria ini berjalan dari lateral dinding prlvis,

melalui ligamentum infundibulo-pelvikum mengikuti tuba Faloppii,

beranastomosis dengam ramus asendens arteria uterine di sebelah lateral, kanan

dan kiri uterus. Bersama-sama dengan arteri-arteri tersebut di atas terdapat

vena-vena yang kembali melalui pleksus vena-vena ke vena-vena Hipogastrika.(10)

2.3 Mioma Uteri 2.3.1 Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium dengan ciri tersendiri bulat,

keras, berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdri atas otot

polos dengan beberapa jaringan ikat.(3) Mioma uteri sering juga disebut leiomyoma, fibroid, atau fibromioma. Disebut juga fibroid karena artinya dari

bahasa inggris merupakan konsistensinya yang mirip kolagen terbentuk dari

susunan serat-serat.(1)

Mioma uteri menyebabkan sekitar 10% masalah ginekologi dan mencapai

puncak insiden pada decade kelima. Meskipun penyebabnya tidak diketahui,

setiap tumor berasal dari satu sel otot. Sel ini membesar sebagai respons terhadap

(5)

2.3.2 Klasifikasi

Gambar 2.2 Klasfikasi Mioma Uteri

Sumber: Williams Gynecology, 2009

Mioma uteri diklasifikasikan berdasarkan letak anatomi dan pertumbuhannya.

1. Mioma submukosum

Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. The

European Society membagi mioma submukosum berdasarkan sejauh mana

pertumbuhannya.

a. Tipe 0 : bila seluruhnya berada pada uterus

b. Tipe I : bila <50% berada di miometrium

c. Tipe II : bila >50% berada di myometrium

Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian

dilahirkan melalui saluran serviks (myomgeburt).(1,3)

2. Mioma intramural

(6)

3. Mioma subserosum

Melekat di lapisan serosa uterus. Apabila tumbuh, arahnya keluar dinding

uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus. Varian dari mioma

subserosum adalah parasitic leiomyomas dimana melekat pada struktur

pelvis lain diluar uterus (misalnya ligamentum atau omentum) untuk

mendapat suplai darah untuk berkembang. Perlekatannya pada uterus

berupa tangkai yang dapat mengalami torsi sehingga suplai darah didapat

dari struktur lain tersebut. Mioma subserosum juga dapat tumbuh diantara

kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter.(1,3) Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Hanya 0,4%

mioma ditemukan di serviks. Mioma juga dapat ditemukan di ovarium, tuba

falopi, ligamentum latum, vagina, dan vulva.(1,3)

2.3.3 Patologi

Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu atau merah

muda putih, padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan

pola trabekulasi atau pusaran air (whorled) yang khas.(9) Tumor mungkin hanya satu, tetapi pada umumya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran

berkisar dari benih hingga neoplasma massif yang jauh lebih besar daripada

ukuran uterusnya. Neoplasma yang berukuran besar mungkin memperlihatkan

focus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan

setelah menopause, tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami

kalsifikasi. Secara histologis, tumor ditandai dengan berkas-berkas berbentuk

kumparan sel otot polos yang histologinya mirip miometrium normal. Mungkin

ditemukan fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik, degenerasi kistik, dan

perdarahan. Hanya sedikit bukti bahwa tumor jinak ini mengalami transformasi

(7)

2.3.4 Etiologi

Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori

onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator

dan promotor. Faktor- faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih

belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-

phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan yang

uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan

mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon

steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa

awal dalam proses pertumbuhan tumor.(12)

Tidak didapat bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab

mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma.

Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi

dibanding dari miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah

dibanding endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari

mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang

terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan pembesaran

tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan

dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler.(12)

2.3.5 Patogenesis

Tumor fibroid terbentuk dari satu sel progenitor yang menjadikan fibroid

monoklonal. Hal ini ditunjukkan dari temuan analisis, bahwa ada dua alel yang

berbeda dari enzim X-linked glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD) pada

tumor-tumor fibroid dalam satu uterus. Yang didapat hanya satu dari dua alel

yaitu isoenzim tipe A atau tipe B G6PD pada tiap fibroid. Maka dinyatakan,

dalam satu uterus, dapat ditemukan fibroid multipel, masing-masing dengan alel

yang berbeda, setiap tumor juga tidak tumbuh bergantungan satu terhadap yang

lain. Komponen yang terlibat dalam patogenesis mioma uteri adalah faktor

genetik, epigenetik, seks steroid, hormon pertumbuhan, sitokin, kemokin, dan

(8)

Beberapa penelitian menunjukkan 50% penderita mioma uteri memiliki

kromosom (kariotipik, sitogenik) yang abnormal. Perubahan ini ada pada

kromosom (2, 3, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, dan 22) dan gen (MED 12, HMGA2,

HMGA1, FH, BHD, TSC2, PCOLCE, ORC5L, dan LHFPL3).(14)

Mekanisme epigenetik (DNA methylation, histone modification, and

microRNAs). Suatu penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa microRNA,

termasuk let7, miE-21, miR-93, miR-106b, dan miR-200, dan target predileksi gen

secara signifikan didisregulasi pada penderita mioma uteri dibandingkan

miometrium normal.(14)

Fibroid memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibandingkan

miometrium normal. Walaupun konsentrasi reseptor estrogen di miometrium

dapat bervariasi pada siklus menstruasi yang normal, Sadan et al

mendemonstrasikan bahwa konsentrasi reseptor estrogen pada fibroid saat siklus

menstruasi tetap meningkat.(10) Kedua reseptor estrogen alpha dan beta ditemui pada leiomioma, dan dalam keadaan up-regulated bila dibandingkan dengan

miometrium normal. Estrogen, progesteron, dan reseptornya memiliki efek yang

besar terhadap perkembangan mioma uteri, dan hal ini dimediasi oleh growth

factor, sitokin, dan kemokin. Beberapa growth factor, (epidermal growth factor

(EGF), heparin binding EGF, platelet-derivied growth factor (PDGF), IGF,

TGF-α, TGF-β, vascular endothelial growth factor (VEGF), acidic fibroblast growth

factor, basic fibroblast growth factor, activin, myostatin).(14)

Sitokin (IL-2, IL-6, IL-11, IL-15, TNF-α, granulocyte macrophage colony

stimulating factor, and erythropoetin).(14)

Kemokin dan reseptornya (MIP [macrophage inflammatory protein]-1α,

MIP-1β, RANTES, Eotaxin, Eotaxin-2, IL-8, ccr1 [chemokine (CC-motif)

receptor-1), CCR3, CCR5, CXCR1, CXCR2, dan MCP [monocyte chemotactic

protein]1) berperan juga dalam biologi mioma uteri.(14)

Extracellular Matric (ECM) dari fibroid mengandung subtipe-subtipe

kolagen, fibronektin, dan proteoglikan. Sintesis komponen ECM yang berlebihan

(9)

2.3.6 Faktor resiko

Prevalensi mioma uteri tiga kali lipat lebih tinggi pada wanita berkulit

hitam dibandingkan wanita berkulit putih, karena wanira kulit hitam memiliki

lebih banyak hormon estrogen(15). Hal ini menyatakan bahwa etnik memiliki peran yang signifikan dalam pembentukan mioma uteri. Terdapat beberapa faktor resiko

lain yang dapat meningkatkan pertumbuhan mioma uteri, yaitu:

1. Umur

Di umur reproduktif, insiden tumor fibroid meningkat seiring umur.

Menurut penilitian Devy tahun 2012, kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada

kelompok umur 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun sebanyak 51%.(15) 2. Paritas

Wanita dengan riwayat kehamilan dan melahirkan, memiliki resiko mioma

uteri lebih rendah. Resiko untuk setiap kelahiran anak menurun 20%-50%.(10) Bila dikaitkan dengan faktor hormonal, pada saat kehamilan kadar estrogen dan

progesteron yang tinggi akan meningkatkan resiko mioma uteri. Tetapi pada

beberapa studi dinyatakan, saat dipantau mioma uteri pada masa kehamilan

sebagian besar mioma uteri tersebut tidak bertumbuh maupun mengecil. Seperti

dalam penelitian Baird, hasil yang didapat setelah skrining USG ukuran dari

mioma, beberapa tahun setelah kehamilan, yang tampak bukan mioma yang

berkurang jumlahnya atau mengecil, tetapi tampak berkurangnya pembentukan

mioma uteri yang baru.(16)

Menurunya resiko yang dengan paritas dikaitkan juga dengan asi yang

tidak diproduksi saat masa kelahiran bayi, karena asi menekan hormon-hormon

ovarium.(16)

3. Faktor hormon endogen

Paparan hormon endogen pada usia menarche dini meningkatkan, dan

menarche akhir menurunkan resiko terjadinya mioma uteri. Pada wanita

postmenopause yang level hormon endogen estrogen lebih rendah, ditemukan

ukuran fibroid yang lebih kecil, jumlah sedikit, dan sel-selnya lebih tidak

(10)

4. Riwayat keluarga

Keturunan pertama dari wanita dengan mioma uteri memiliki resiko 2,5

kali lebih besar untuk terkena mioma uteri.(17) 5. Etnik

Wanita Afrika-Amerika memiliki resiko 2,9 kali lebih tinggi daripada

wanita berkulit putih. Wanita Afrika-Amerika memiliki fibroid yang bertumbuh

mulai dari umur lebih muda dengan ukuran yang lebih besar dan gejala yang lebih

banyak. Tetapi masih tidak diketahui apakah penyebabnya, dikaitkan dengan

keturunan genetik, level estrogen yang lebih tinggi, metabolisme estrogen, diet,

ataupun faktor ingkungan.(17) 6. Berat Badan

Dalam sebuah studi prospektif dinyatakan resiko mioma uteri meningkat

21% tiap kenaikan 10kg berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Obesitas

meningkatkan konversi androgen adrenal menjadi estrogen dan menurunkan

hormon seks terikat globulin. Sehingga estrogen meningkat dan pertumbuhan

fibroid juga ikut meningkat.(17) 7. Diet

Diet daging sapi, ayam, dan jenis daging merah lain meningkatkan insiden

fibroid. Diet sayuran hijau menurunkan resiko mioma uteri(17) 8. Kontrasepsi oral

Kontrasepsi oral dengan dosis rendah protektif terhadap pembentukan

fibroid baru, tetapi dapat juga menstimulasi pertumbuhan fibroid yang sudah

(11)

2.3.7 Diagnosis

A. Gejala klinis

Gejala timbul pada 35-50% pasien tumor fibroid. Kebanyakan leiomioma

tidak menimbulkan gejala, bahkan ukuran yang besar sekalipun dapat tidak

terdeteksi, biasanya pada pasien obesitas. Gejala leiomioma bergantung dimana

lokasi, ukuran, kehamilan, dan persepsi pasien sendiri.

1. Perdarahan uterus abnormal

Perdarahan uterus abnormal adalah gejala paling sering dan penting, sering

dikeluhkan 30% pasien. Perdarahan uterus abnormal umumnya akan

mengakibatkan anemia defisiensi besi, dan biasanya tidak dapat diatasi dengan

pemberian terapi suplementasi besi bila perdarahan hebat, banyak, dan lama. (18) Perdarahan dari leiomioma submukosa dapat menyebabkan endometrium

kekurangan suplai darah, blokade pembuluh darah setempat terutama vena, dan

menstruasi hebat (menorrhagia), bercak-bercak premenstrual, atau bekas

menstruasi yang tampak ringan dan lama. Tipe perdarahan abnormal lain mungkin

saja ditemukan. (18) 2. Nyeri

Leiomioma dapat menyebabkan nyeri saat pasokan vaskular melemah.

Nyeri juga dapat disebabkan oleh degenerasi yang dikaitkan dengan oklusi,

infeksi, torsi tangkai, atau kontraksi miometrium untuk mengeluarkan miom pada

permukaan subserosa kavum uterus. Nyeri dikaitkan dengan torsi tangkai yang

infark atau akibat red degeneration.(18)

Tumor dengan ukuran besar dapat menimbulkan sensasi rasa berat dan

penuh di daerah pelvis, perasaan massa dalam pelvis, ataupun massa dalam pelvis

yang dapat diraba melalui dinding abdomen. Tumor yang tumbuh di dekat tulang

pelvis, mungkin dapat menekan saraf dan menimbulkan nyeri yang menjalar ke

tulang belakang dan ekskremitas bawah.(18)

Nyeri pada saat melakukan hubungan seks juga dapat timbul, bergantung

(12)

3. Penekanan

Penekanan tidak biasa terjadi dan sulit untuk dikaitkan dengan leiomioma,

kecuali tumor berkembang hingga sangat besar. Mioma intramural dan

intraligamen dapat mengganggu organ sekitanya. Tumor parasitik dapat

menyebabkan obstruksi usus bila ukurannya besar sampai ke omentum atau usus

besar. Tumor servikal dapat menyebabkan keluarnya discharge vagina yang

serosanguineous, perdarahan vagina, dispareunia, dan infertilitas. Tumor dengan

uuran besar dapat mengisi seluruh bagian pelvis dan menekan ureter, kandung

kemih, dan rektum.(18)

Kompresi terhadap struktur sekitar dapat menyebabkan gejala perkemihan

atau dilatasi ureter. Tumor yang besar dapat menyebabkan kongesti vena pelvis,

edema, atau konstipasi. Dalam kondisi yang jarang, posterior fundal leiomyoma

dapat mengubah posisi uterus menjadi retrofleksi, menekan kandung kemih

sehingga menyebabkan retensi urin.(18) 4. Infertilitas

Hubungan fibroid dengan infertilitas masih belum jelas. 27%-40% wanita

dengan leiomioma multipel dilaporkan infertil, tetapi penyebab lain dari

infertilitas ada dalam kebanyakan kasus yang terjadi. Fibroid yang seluruhnya

atau sebagian besar endocavitary, dianjurkan untuk dilakukan pembedahan untuk

mengurangi resiko infertil.(18) 5. Aborsi spontan

Insiden aborsi spontan masih belum diketahui tetapi diduga resikonya dua

kali lebih besar dibanding wanita normal. Sebagai contoh, insiden aborsi spontan

(13)

B. Pemeriksaan fisik

Sebagian besar mioma ditemukan dari pemeriksaan bimanual uterus secara

rutin atau palpasi abdomen bagian bawah. Retrofleksi dan retroversi uterus dapat

dicurigai adanya leiomioma berukuran besar. Saat mulut rahim terlhat muncul di

simpisis, biasanya menandai adanya fibroid berukuran besar. Diagnosis dicurigai

bila kontur uterus normal berubah oleh satu atau lebih massa smooth, spherical,

firm, dan sulit untuk memastikan bahwa massa tersebut merupakan bagian dari

uterus. USG pelvis dapat mendiagnosis mioma uteri, dan untuk menyingkirkan

kemungkinan kehamilan sebagai penyebab membesarnya uterus. Magnetic

Resonance Imaging (MRI) dapat membantu melihat ukuran dan lokasi mioma,

tetapi bukan merupakan hal yang begitu berarti secara klinis.(18)

Gambar 2.3 Pemeriksaan bimanual uterus

Sumber: Textbook of Gynecology, 2013

C. Pemeriksaan laboratorium

Anemia merupakan konsekuensi pasti penyakit leiomioma didasari oleh

pendarahan yang besar sehingga deplesi zat-zat besi. Beberapa pasien

menunjukkan erythrocytosis. Level hematokrit kembali normal bila diikuti dengan

pemindahan uterus, dan dilaporkan adanya elevasi level eritroprotein di beberapa

kasus. Spekulasi oleh asossciation of polycythemia and renal disease yaitu

leiomioma dapat mengkompresi ureter, sehingga terjadi tekanan aliran balk

uretrhra dan juga produksi eritroprotein.(18)

Leukositosis, demam, dan peningkatan laju sedimen dapat menunjukkan

(14)

D. Pencitraan

Hasil USG pelvis berarti untuk diagnosis leiomioma. USG pelvis tidak

dapat diwakilkan dengan pemeriksaan fisik, tetapi sangat membantu untuk

identifikasi leiomioma, melihat penyebab lain dari massa pelvis lain, dan

mengidentifikasi kehamilan. USG juga membantu untuk pasien yang obesitas.

Saline sonohysterography dapat mengindentifikasi leiomioma submukosa yang

mungkin tidak terlihat melalui USG.(18)

Gambar 2.4 Gambaran USG Mioma Uteri

Sumber: Textbook of Gynecology, 2013

Leiomioma yang berukuran besar biasanya terlihat sebagai massa dengan

jaringan yang halus di film x-ray abdomen bagian bawah dan pelvis, tetapi dapat

ditenykan juga bentuk kalsifikasi dari tumor. Hysterosalphingography berguna

untuk melihat leiomioma intrauteri secara mendetil pada pasien yang infertil.(18) Urografi intravena berguna untuk pemeriksaan penunjang berbagai

penyebab massa pelvis karena dapat memperlihatkan deviasi ataupun kompresi dn

identifikasi anomali saluran kemih. MRI juga dapat menjadi evaluasi traktus

urinarius dengan akurasi sangat tinggi untuk identifikasi jumlah, ukuran, dan

(15)

E. Pemeriksaan lain

Histeroskopi dapat digunakan untuk identifikasi dan pembedahan

leiomioma submukosa. Laparoskopi digunakan untuk identifikasi pasti leiomioma

dan sering digunakan untuk miomektomi.(18)

Gambar 2.5 Gambaran Histeroskopi Fibroid Submukosa

Sumber: Textbook of Gynecology, 2013

2.3.8 Diagnosis Banding

Fibroid dengan ukuran yang bervariasi dapat diduga sebagai kondisi

ataupun penyakit:(8,19) 1. Kehamilan

2. Kandung kemih penuh (full bladder)

3. Adenomiosis

4. Miohiperplasia

5. Tumor ovarium

2.3.9 Tatalaksana

Prinsip terapi mioma uteri adalah operasi. Batas dilakukan tindakan

konservatif atau tindakan operatif bila mioma uteri sebesar kehamilan 14 minggu,

dipalpasi mencapai sekitar 2 jari diatas simpisis. Mioma sebesar 14 minggu umur

kehamilan dipergunakan sebagai batas melakukan transvaginal histerektomi.

Histerektomi merupakan terapi definitif untuk mioma uteri.(20) Bila ukuran lebih besar daripada umur kehamilan 14 minggu, operasi transvaginal miomektomi

(16)

Berdasarkan pemeriksaan diagnosis, tindakan terapi mioma uteri dikemukakan(21):

• Keluhan tidak banyak, tetapi menonjol infertilitas

• Upayakan dapat menjadi hamil

• Mioma uteri kurang atau sama dengan umur kehamilan

12 minggu

• Kegagalan terapi konservatif dan diikuti dengan

tindakan histerektomi bila dijumpai keluhan perdarahan

menonkol, keluhan terjadi komplikasi, dan keluhan

desakan organ aktivitasnya.

Miomektomi

• Usia reproduktif

• Mioma multipel intramural atau subserosa

• Resiko perdarahan besar, dilakukan diluar kehamilan

atau postpartum lebih dari 3 bulan

Histerektomi

transabdominal

• Besar uterus melebihi 14 minggu umur hamil (besar

dan jumlah banyak)

• Indikasi : pendesakan pembesaran, perdarahan, disertai

komplikasi, dilakukan total histerektomi, meninggalkan

ovariumnya mengurangi keluhan menopause dini.

• Histerektomi supravaginal:

o Teknik sulit dilakukan

o Kini dikembangkan teknik operasi dengan

laparoskopi

(17)

Vaginal

histerektomi

• Histerektomi mengurangi keluhan dan kemungkinan

untuk kambuh kembali.

• Mioma uteri dengan ukuran yang kecil

Terapi

hormonal

• Mengecilkan volume mioma dengan memberikan

antiestrogen

o GNRH agonis (paling banyak digunakan)

o Depoprovera acetat

o Danazol

o Antiprogesteron RU 486

• Hasil : mengecilkan mioma, mengurangi perdarahan,

memudahkan teknik operasi

Sumber: Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi, 2010

2.3.10 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi tergantung pada jumlah, ukuran, dan posisi

mioma dalam uterus, yaitu(19): • Anemia berat

• Infeksi (peritonitis, septikemia)

• Keganasan (sarkoma)

• Torsi tangkai fibroid subserosa

• Perdarahan

o Intrakapsular

o Intraperitoneal karena ruptur vena fibroid subserosa

• Polisitemia

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi uterus
Gambar 2.2 Klasfikasi Mioma Uteri
Gambar 2.3 Pemeriksaan bimanual uterus
Gambar 2.4 Gambaran USG Mioma Uteri
+3

Referensi

Dokumen terkait

Usia menarche dini meningkatakan risiko kejadian mioma uteri, namun siklus menstruasi bukan merupakan faktor resiko melainkan merupakan keluhan yang sering dikeluhkan oleh

Usia menarche dini meningkatakan risiko kejadian mioma uteri, namun siklus menstruasi bukan merupakan faktor resiko melainkan merupakan keluhan yang sering dikeluhkan oleh

Usia menarche dini meningkatakan risiko kejadian mioma uteri, namun siklus menstruasi bukan merupakan faktor resiko melainkan merupakan keluhan yang sering dikeluhkan oleh

uteri 1,24 kali lebih besar dari pada yang mengalami menache pada usia 10-16 tahun.. (Atikah dan

adenokarsinoma endometrium. 2) Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa. 3) Atrofi endometrium di atas mioma submukosum. 4) Miometrium tidak dapat berkontraksi

Hubungan Usia Menarche dan Paritas dengan Kejadian Mioma Uteri RSUD Wates Kulonprogo Tahun 2007-2010.. Juranal penelitian kesehatan suara forikes, vol 3, hal 89-94 Proverawati,

The minimum expected count is 17.50.. The minimum expected count

Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma