• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepemimpinan Camat terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi Pada Kantor Camat Galang Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kepemimpinan Camat terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi Pada Kantor Camat Galang Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektivitas suatu organisasi. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif organisasi, berbagai perilaku dan teknik tersebut akan dapat dipelajari.

Pemimpin disetiap organisasi kerja memerlukan dan mengharapkan sejumlah pegawai yang cakap dan terampil di bidang pekerjaannya, sebagai orang yang membantunya dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi beban kerja unit masing-masing. Dalam arti seorang pemimipin menginginkan sejumlah pegawai yang efektif dalam melakukan pekerjaannya.

Suatu organisasi pada dasarnya adalah suatu bentuk kerja sama antar dua orang atau lebih. Baik yang disebut organisasi ataupun kelompok, tujuannya adalah untuk mencapai sesuatu. Jika sesuatu yang ingin dicapai itu betul-betul dapat diraih, maka tujuannya efektif. Efektivitas adalah ukuran sejauh mana tujuan dapat dicapai. Efektivitas adalah suatu kontinum yang merentang dari efektif, kurang efektif, sedang-sedang, sangat kurang, sampai tidak efektif. (Sigit, 2003 : 2)

(2)

tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang telah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang adalah suatu instansi pemerintahan. Camat adalah perangkat pemerintahan wilayah kecamatan yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan umum di wilayah kecamatan. Kecamatan merupakan barisan terdepan dalam melaksanakan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang dibantu oleh pemerintahan desa atau kelurahan. Oleh karena itu, pentingnya tugas, fungsi, dan wewenang kecamatan untuk pembangunan daerah adalah yang paling dekat dengan masayarakat tersebut.

Pemerintah Kecamatan Galang kabupaten Deli Serdang, yang bekerja untuk masyarakat sudah seharusnya memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Untuk mendapatkan pelayanan yang demikian, pegawai kantor Kecamatan Galang kabupaten Deli Serdang harus seefektif mungkin dalam menjalankan pekerjaannya. Namun sayang pada prakteknya, sering sekali ditemukan pegawai yang tidak bekerja efektif sebagaimana mestinya. Misalnya saja para pegawai sering sekali datang terlambat masuk kerja dari jam kerja yang telah ditentukan, bahkan meninggalkan kantor sebelum jam kerja berakhir. Selain itu para pegawai juga sering menunda-nunda pekerjaan yang sebenarnya dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat, dan terkadang mereka memberkan pelayanan yang kurang memuaskan terhadap masyarakat. Di sinilah dituntut kepemimpinan seorang camat dalam memepengaruhi para bawahan agar lebih efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya demi menciptakan aparatur pemerintahan yang baik dan sehat.

Untuk mencapai efektivitas kerja yang diinginkan, Camat Galang harus menjalankan peran dan tugasnya dengan cara memotivasi para pegawainya dan juga selalu berkomunikasi, agar para pegawainya menyadari bahwa mereka memang dibutuhkan dan tidak dibeda-bedakan, sehingga mereka mengerjakan pekerjaan mereka dengan sebaik-baiknya, demi kemajuan bersama. Camat juga dibutuhkan untuk mengontrol kegiatan para pegawai apakah berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau tidak. Camat dan pegawainya haruslah saling bekerja sama dalam usaha pencapaian tujuan tersebut. Masing-masing dari mereka haruslah menyadari tugas dan tanggung jawabnya.

(3)

Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengupayakan suatu kajian ilmiah dalam judul penelitian sebagai berikut: “Pengaruh Kepemimpinan Camat Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi Pada Kantor Camat Galang Kabupaten Deli Serdang)”.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk dapat mempermudah penelitian ini nantinya, dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan di teliti.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah di jelaskan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah “Seberapa besar pengaruh kepemimipinan Camat terhadap efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Galang Kabupaten Deli Serdang”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kepemimpinan Camat pada Kantor Camat Galang Kabupaten Deli Serdang

2. Untuk mengetahui efektifitas kerja pegawai pada Kantor Camat Galang Kabupaten Deli Serdang

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Galang Kabupaten Deli Serdang

1.4 Manfaat Penelitian

(4)

1. Bagi penulis khususnya, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah, terutama dalam menganalisa permasalahan yang terjadi di masyarakat yang ada kaitannya dengan teori akademis.

2. Bagi instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna untuk meninjau dan meningkatkan efektivitas kerja pegawai instansi itu sendiri.

3. Bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melengkapi ragam penelitian baik secara teoritis maupun praktis yang telah dilakukan oleh peneliti.

1.5 Kerangka Teori

Dalam suatu studi penelitian, perlu adanya kejelasan titik tolak atau landasan berfikir untuk memecahkan dan membahas masalah. Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori sebagai pedoman yang mengambarkan dari sudut mana masalah tersebut disorot. (Nawawi, 1992 : 149)

Menurut Singarimbun (1989 : 37), teori diartikan sebagai serangkaian konsep, defenisi, preposisi, yang saling berkaitan dan bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena. Gambaran sistematis ini dijabarkan dan menghubungkan antara variabel yang satu dengan yang lainnya dengan bertujuan untuk menjelaskan fenomena tersebut.

1.5.1 Kepemimpinan

1.5.1.1 Pengertian Kepemimpinan

(5)

Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat, kemampuan, proses, dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati sehingga orang lain bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki pemimpin tersebut.

Kepemimpinan dapat timbul apabila terdapat faktor-faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor-faktor tersebut meliputi orang-orang bekerja dari sebuah posisi organisatoris, dan timbul dalam suatu situasi yang spesifik. (Winardi, 2000 : 48)

Pengertian kepemimpinan yang lain adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. (Hersey dan Blanchard dalam Sutarto, 1991 : 22). Sedangkan pengertian kepemimpinan menurut Siagian (2002 : 62) adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi kepemimpinan adalah kepengikutan.

1.5.1.2 Gaya dan Tipe Kepemimpinan

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak, dan kepribadian tersendiri yang unik dan khas, hingga tingkah laku dan gaya yang membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya.

Menurut Nawawi (2004 : 83) bahwa apabila aktivitas kepemimpinan dipilih-pilih, maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan ini gilirannya ternyata merupakan dasar dalam membeda-bedakan atau mengklasifikasikan tipe kepemimpinan.

Dari berbagai studi tentang kepemimpinan, diketahui ada beberapa gaya kepemimpinan yang paling umum dikenal, yaitu:

1. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Otoriter

(6)

bertipe otoriter selalu berdiri jauh dari anggota kelompoknya, dan ia senantiasa memiliki kekuasaan absolut atau tunggal, pada kondisi dan situasi yang sikap dan prinsipnya kaku. Penonjolan diri yang berlebihan sebagai simbol keberadaan organisasi, hingga cenderung bersikap bahwa dirinya dan organisasi adalah identik. Dalam menentukan dan menerapkan disiplin organisasi begitu keras dan menjalankannya dengan sikap kaku, pemimpin bergaya dan bertipe ini juga tidak dapat dikritik, bawahannya juga tidak akan mendapat kesempatan untuk memberikan saran maupun pendapat. Apabila pimpinan ini sudah mengambil keputusan, biasanya keputusan itu berbentuk perintah dan bawahannya hanya melaksanakannya saja.

2. Gaya dan Tipe Paternalistik

Gaya dan tipe kepemimpinan paternalistik merupakan kepemimpinan yang bersifat kebapakan, namun bukan tipe ideal dan bukan tipe yang didambakan. Seorang pemimpin paternalistik, senang menonjolkan keberadaan dirinya sebagai simbol organisasi dan memperlakukan bawahannya sebagai orang-orang yang belum dewasa. Ia tidak akan mendorong kemandirian bawahannya karena tidak ingin mereka berbuat kesalahan. Terkait dengan itu, maka pemimpin paternalistik akan bersifat terlalu melindungi, itikadnya memang baik, tetapi prakteknya akan negatif. Karena ia tidak akan mendorong para bawahannya untuk mengambil resiko disebabkan takut akan timbul dampak negatif pada oraganisasi.

Dalam mengambil keputusan, pemimpin paternnalistik menjadi pusat pengambilan keputusan, dimana pelimpahan wewenang untuk mengambil keputusan pada tingkat yang lebih rendah dalam organisasi tidak akan terjadi. 3. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Leissez Faire

(7)

bahwa para bawahan lah yang mengambil keputusan, dan keberadaannya dalam organisasi lebih bersifat suportif.

4. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Kharismatik

Gaya dan tipe kepemimpinan kharismatik memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya. Terlepas dari apakah dia berfungsi sebagai pemimpin formal atau informal, ia memiliki daya tarik yang kuat bagi orang lain, sehingga orang lain itu bersedia mengikutinya tanpa selalu bisa menjelaskan apa penyebab kesediaan itu.

Para pakar belum sepakat tentang faktor-faktor yang menjadi ‘magnit’ tersebut. Latar belakang biografikal, pendidikan, kekayaan dan penampilan mungkin ikut berperan, akan tetapi mungkin juga tidak. Karena ketidakmampuan para ahli mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang dominan, akhirnya hanya ditekankan bahwa seorang pemimpin yang kharismatik memiliki “kekuatan supranatural” yang tidak dimiliki orang lain. 5. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Demokratis

Gaya dan tipe kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efekktif kepada para bawahannya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahannya, dengan penekanan rasa tanggung jawab dan kerja sama yang baik. Ia rela dan mau melimpahkan wewenang pengambilan keputusan kepada bawahannya sedemikian rupa tanpa kehilangan kendali organisasionalnya, dan tetap bertanggung jawab atas tindakan para bawahannya. Pemimpin demokratis bersifat mendidik dan membina, dalam hal bawahannya berbuat kesalahan dan tidak serta merta bersifat menghukum atau mengambil tindakan punitive.

(8)

faktor seperti tujuan, pengikut (bawahan), organisasi dan situasi yang ada sehingga tidak ada gaya kepemimpinan yang mutlak baik atau buruk.

Oleh karena itu, dalam rangka mempersoalkan gaya-gaya kepemimpinan, hendaknya jangan beranggapan bahwa seorang pemimpin harus tetap konsisten untuk mempertahankan gaya kepemimpinan dalam segala situasi. Hal ini justru akan memperburuk keadaan organisasi yang dipimpinnya. Tetapi sebaliknya, harus bersifat fleksibel, yakni menyesuaikan gayanya dengan situasi yang ada, kondisi dan individu dalam organisasi.

1.5.2 Camat

1.5.2.1 Pengertian Camat

Sesuai UU nomor 32 tahun 2004, kecamatan merupakan perangkat daerah yang mempunyai wilayah kerja tertentu, dipimpin oleh seorang Camat yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Kecamatan mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyelnggaraan Pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan serta melaksanakan tugas pemerintahan lainnya yang tidak termasuk dalam tugas Perangkat Daerah dan atau instansi lainnya.

Berdasarkan Pasal 126 Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memuat bahwa:

1. kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan peraturan daerah berpedoman pada peraturan pemerintah.

2. kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam tugasnya memperoleh pelimpahan sebagai wewenang bupati/walikota untuk menangani sebagai urusan otonomi daerah.

3. camat juga menyelenggarakan umum pemerintahan, meliputi: a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

b. Mengkoordinasikan upaya menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum.

(9)

d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.

e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat kecamatan.

f. Pembina penyelenggara pemerintahan desa dan atau kelurahan.

g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.

4. camat diangkat oleh bupati/walikota atas usul sekretaris daerah kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan tehnis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 5. camat dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh perangkat kecamatan dan

bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah kabupaten/kota.

6. perangkat kecamatan bertanggung jawab kepada camat.

7. pelaksanaan ketentuan ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota dengan berpedoman pada peraturan pemerintah.

1.5.2.2 Tugas dan Fungsi Camat

Sesuai dengan UU nomor 32 tahun 2004, tugas dan fungsi camat adalah sebagai berikut:

a) mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat

b) mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum c) mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan d) mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum

e) mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah di tingkat kecamatan

f) membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan atau kelurahan

(10)

1.5.3 Efektivitas Kerja

15.3.1 Pengertian Efektivitas Kerja

Setiap organisasi selalu dihadapkan pada persoalan keterbatasan sumber daya manusia dalam mencapai tujuannya. Interaksi antara berbagai sumber daya tadi harus dikelola dengan baik sehingga dapat mencapai sasarannya secara efesien dan efektif. Secara sederhana efektivitas kerja dapat didefenisikan sebagai kemampuan melakukan sesuatu secara benar dan efektivitas sebagai kemampuan melakukan sesuatu tepat pada sasaran.

Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat dari aspek segi keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang telah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

Menurut Komaruddin (1994 : 269), efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu. Gibson (1995 : 25), dalam hal ini membagi efektivitas menjadi 3 bagian, yakni efektivitas individu, kelompok, dan organisasi. Selanjutnya Gibson menjelaskan bahwa hal yang mempengaruhi kefektivan individu adalah kemauan, pengetahuan, sikap, motivasi dan stress.

Efektivitas kerja adalah kemampuan kerja bagi pegawai untuk dapat bekerja secara maksimal dengan membawa keuntungan bagi organisasi yang dilihat berdasarkan produktivitas kerja, kualitas kerja, prestasi dan semangat kerja.

Sedangkan menurut Siagian (2000 : 56), efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak, sangat tergantung pada bila mana tugas itu diselesaikan atau tidak, terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakan dan berapa biaya anggaran yang dikeluarkan untuk itu.

(11)

terhadap pencapaian dan pemenuhan beberapa ketentuan yang dicapai sesuai dengan standar yang berlaku dalam organsasi.

1.5.4 Pengaruh Kepemimpinan Camat Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai

Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat, kemampuan, proses, dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati orang lain dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki pemimpin tersebut.

Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagaian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Hal ini dapat dilihat bagaimana seorang pemimpin dalam bersikap dan bertindak. Cara bersikap dan bertindak dapat terlihat dari cara melakukan suatu pekerjaan. Suatu ungkapan mulia mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan. Hal ini merupakan ungkapan yang mendudukan posisi pemimpin dalam suatu instansi pemerintahan khususnya, pada posisi yang terpenting. Dimana dalam hal ini pemimpin tersebut adalah seorang Camat, yang bertugas membawahi para pegawainya yang ada pada Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.

Sedangkan efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan, dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini juga berkaitan dengan kuantitas dan kualitas kerja yang dihasilkan. Artinya yaitu seberapa banyak pekerjaan yang dapat dilakukan dalam waktu yang telah ditentukan, dan apakah sesuai dengan mutu yang telah ditargetkan atau tidak.

Tercapainya tujuan organisasi diharapkan tercapai pula tujuan individu para bawahan. Suatu organisasi akan berhasil mencapai tujuan dan sasarannya apabila semua komponen organisasi berupaya menampilkan kinerja yang optimal termasuk peningkatan efektivitas kerjanya masing-masing. Seorang pegawai akan efektif dalam melakukan pekerjaan apabila terdapat keyakinan dalam dirinya bahwa berbagai keinginan, kebutuhan, harapan dan tujuannya dapat tercapai.

(12)

bekerja secara efektif sesuai dengan waktu dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, efektif tidaknya pekerjaan yang dilakukan para pegawai, tergantung bagaimana cara atau sikap seorang Camat dalam memimpin. Atau apa-apa saja kegiatan yang perlu dilakukan agar semua pegawai mau dan rela mengikuti semua keinginan Camat tersebut demi mencapai tujuan organisasi.

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana kebenarannya perlu untuk diuji serta dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Dengan kata lain, hipotesis dapat juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. (Sugiyono, 2005 : 70) Hipotesis nol : tidak ada hubungan antara X dan Y

Hipotesis alternative : terdapat hubungan antara X dan Y Ho : p = 0 (berarti tidak ada hubungan)

Ha : p  0 (berarti ada hubungan) (Sugiyono, 2005:187)

Berdasarkan pada perumusan masalah dan kerangka teori yang telah dipaparkan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: “terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan Camat terhadap efektivitas kerja pegawai.”

1.7 Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun (1989 : 31) konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

(13)

dari masing-masing konsep yang diteliti, maka dalam hal ini penulis mengemukakan defenisi dari konsep yang dipergunakan, yaitu:

1. Kepemimpinan

Kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok yang dilakukan oleh seseorang. Dimana dalam hal ini kegiatan tersebut berhubungan dengan pencapaian tujuan organisasi.

2. Efektivitas kerja pegawai

Efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditetapkan yang dilakukan oleh pegawai dalam sebuah organisasi. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak, sangat tergantung pada bilamana suatu tugas diselesaikan atau tidak. Apakah sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan apakah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau tidak.

1.8 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa ke dalam variabel-variabel tersebut. (Singarimbun, 1989 : 46)

1. Variabel Bebas (x)

Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepemimpinan, dengan indikatornya adalah:

a. Penentuan tujuan kerja

Yaitu bagaimana seorang Camat menentukan tujuan kerja kepada para pegawai dengan melihat kemampuan masing-masing.

b. Komunikasi

(14)

c. Motivasi

Yaitu bagaimana seorang Camat berusaha untuk merangsang pegawai untuk bekerja secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan.

d. Penilaian dan perhatian kerja

Yaitu bagaimana seorang Camat melakukan penilaian terhadap hasil kerja para pegawai dan memberikan perhatian atas hasil kerja bawahan tersebut.

e. Pendelegasian wewenang

Yaitu dimana seorang Camat memberikan kepercayaan dan wewenang kepada bawahan dalam menyelesaikan pekerjaan

2. Variabel Terikat (y)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah efektivitas kerja pegawai, dengan indikatornya adalah:

a. Kuantitas Kerja

Yaitu jumlah hasil kerja yang diperoleh sesuai dengan target yang ditentukan.

b. Kualitas Kerja

Yaitu mutu hasil kerja yang telah ditentukan. c. Waktu Yang Digunakan

Yaitu penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

1.9 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

(15)

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisi data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya.

BAB VI PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semakin tinggi kecepatan aliran masuk, maka watercut pada underflow yang dihasilkan akan semakin rendah pada nilai split- ratio yang

Berdasarkan kajian teori tersebut, maka siswa sebagai subjek belajar memiliki sifat aktif, kontruktif, dan mampu merencanakan, mencari, mengolah

B ila pendidikan agama Islam disekolah dilaksanakan dengan sebaik- baiknya, maka besar kemungkinan akan membantu mewujudkan harapan orang tua yaitu memiliki anak

- Menghitung dan merekod susut nilai (belanja), melalui jurnal, dalam lejar dan Akaun Untung Rugi - Merekod peruntukan susut nilai (kontra aset ) dalam

Satellite data also included a set of TanDEM-X (TDX) and TerraSAR-X (TSX) X-band synthetic aperture radar (SAR) images, suitable for interferometric and

The University of Natural Resources and Life Sciences (BOKU) in cooperation with the National Drought Management Authority (NDMA) has setup an operational processing of MODIS images

Dengan ini, kemampuan mereka untuk bermandiri akan lebih terserlah kerana tidak bergantung kepada peluang pekerjaan yang disediakan oleh pihak lain.. Selama ini

[r]