• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi dan Efektivitas Minyak Bekatul Sebagai Pelembab pada Sediaan Krim Tangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi dan Efektivitas Minyak Bekatul Sebagai Pelembab pada Sediaan Krim Tangan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Padi

Padi adalah tanaman pangan berupa rumput berumpun yang banyak dijadikan sebagai bahan makanan pokok didunia. Indonesia juga termasuk salah satu produsen padi terbesar di dunia (Rofi’ie, 2011). Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau Glumiflorae). Tanaman semusim, berakar serabut, batang sangat pendek, struktur berupa batang yang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang, daun sempurna dengan pelepah tegak, berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula, buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam (Wikipedia, 2015).

2.1.1 Taksonomi tanaman padi

Sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman padi diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

(2)

Familia : Poaceae Genus : Oryza Spesies : Oryza sativa. 2.1.2 Uraian bekatul

Bekatul merupakan salah satu hasil samping proses penggilingan padi. Pada proses penggilingan beras pecah kulit diperoleh hasil samping dedak 8-9% dan bekatul sekitar 2-3% (Damayathi, dkk., 2007). Menurut BPS, angka produksi padi di Indonesia tahun 2014 mencapai 70,83 juta ton gabah kering giling. Sebagai perbandingannya di Amerika Serikat bahwa 10% dari total produksi padi dapat menghasilkan bekatul, sehingga jika konversi dari 70,83 juta ton produksi padi nasional maka diperkirakan akan dapat menghasilkan 7,0 juta ton bekatul (Michwan, 2008).

2.1.3 Manfaat dan kandungan minyak bekatul

Minyak bekatul atau yang dikenal dengan rice bran oil merupakan minyak hasil ekstraksi bekatul padi. Minyak bekatul merupakan salah satu jenis minyak yang memiliki kandungan nutrisi tinggi serta berbagai macam asam lemak yaitu asam oleat 35,1- 46,7%, linoleat 25,3- 38,2%, palmitat 12,0- 26,0%, dan stearat 0,5- 3,0%, senyawa- senyawa biologis aktif dan senyawa- senyawa antioxidan seperti: oryzanol, tocopherol, tocotrienol, phytosterol, polyphenol dan squalene (Nasir, dkk., 2009).

(3)

penggilingan padi tidak memisahkan antara dedak dan bekatul maka umumnya dedak dan bekatul bercampur menjadi satu dan disebut dengan dedak atau bekatul saja. Bekatul kaya dengan protein, mineral, lemak, vitamin B kompleks (B1, B2, B3, B5, B6, dan B15) serta serat pencernaan (dietary fibres) (Sulistiawati, dkk., 2012).

Manfaat dari kandungan oryzanol antara lain adalah sebagai agen antioksidan yang hanya terdapat pada minyak bekatul, sangat kuat dalam mencegah oksidasi, menurunkan penyerapan kolesterol, menghambat waktu monopause serta lebih efektif mencegah radikal bebas dibanding vitamin E. Kandungan oryzanol di dalam minyak bekatul jumlahnya dapat mencapai 10-20 kali lebih banyak dibandingkan total kandungan tokoferol dan tokotrienol (Hapsari, dkk., 2013).

Minyak bekatul juga mengandung asam ferulat, yang telah telah diketahui secara luas sebagai antioksidan dan bahan fotoprotektif. Asam ferulat akan melindungi asam lemak melawan kerusakan oksidasi yang disebabkan oleh berbagai jenis polutan, dan radikal bebas yang dibentuk selama proses metabolisme tubuh. Asam ferulat juga dapat bekerja secara sinergis dengan komponen antioksidan lain, seperti vitamin C, dan betakaroten, untuk menghilangkan radikal bebas, peroksida, dan zat berbahaya potensial lain (Michwan, 2008).

2.2 Kulit

(4)

terluar terbagi dalam tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Berbagai tambahan, seperti rambut, kuku, dan kelenjar (keringat dan sebaseus) juga terdapat pada kulit (Mitsui, 1997).

2.2.1 Struktur kulit

Kulit terdiri atas tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda- beda, yaitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan lapisan subkutan (hipodermis) (Guyton dan Hall, 1996).

a. Epidermis

Lapisan ini terletak pada bagian paling luar atau paling atas (tipis sekitar 0,001 inci) dan sebgaian besar terdiri dari sel-sel mati. Lapisan epidermis terdiri atas lima lapisan sel, yaitu: stratum basale, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum, dan stratum korneum (Guyton dan Hall, 1996). b. Dermis

Dermis tersusun atas pembuluh darah, ujung saraf, kelenjar keringat, akar rambut, otot penegak rambut, dan kelenjar sebaseus (Guyton dan Hall, 1996). Kelenjar sebaseus menghasilkan minyak kulit (sebum) yang berguna meminyaki kulit dan rambut agar tidak kering. Kelenjar ini terdapat diseluruh kulit, kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki (Tranggono dan Latifah, 2007).

c. Hipodermis

(5)

makan berlebihan. Sebaliknya, bila tubuh memerlukan energi atau kalori ekstra, maka lapisan ini akan memberikan energi atau kalori dengan cara memecah simpanan lemaknya (Guyton dan Hall, 1996).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit adalah organ yang memiliki berbagai fungsi penting, yaitu: a. Pelindung/Proteksi

Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan berfungsi untuk mencegah gangguan mekanis eksternal diteruskan secara langsung ke bagian dalam tubuh. Kulit memiliki kapasitas penetralisir alkali dan permukaan kulit dijaga tetap pada pH asam lemah untuk perlindungan dari racun kimia. Pigmen melanin mengabsorpsi dan melindungi tubuh dari bahaya radiasi UV (Mitsui, 1997).

b. Pengaturan Suhu Tubuh/Termoregulasi

Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dengan penguapan uap air (Mitsui, 1997).

c. Persepsi Pancaindera

Kulit merasakan perubahan pada lingkungan eksternal dan bertanggung jawab untuk sensasi kulit. Kulit memiliki berbagai reseptor, sehingga dapat merasakan tekanan, sentuhan, suhu dan nyeri (Mitsui, 1997).

d. Penyerapan/Absorpsi

(6)

adanya sawar (barier) terhadap senyawa larut air yang dibentuk oleh lapisan tanduk (Mitsui, 1997).

e. Fungsi lain

Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan (pucat dan bulu kuduk berdiri tegak) dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).

2.2.3 Pentingnya melembabkan kulit

Ada berbagai faktor, baik dari luar tubuh (eksternal) maupun dari dalam tubuh (internal), yang dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit, antara lain: udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut. Faktor- faktor tersebut dapat menyebabkan kulit menjadi lebih kering akibat dari kehilangan air oleh penguapan yang tidak disadari (Fajriyah, 2011). Secara alamiah, kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit (Tranggono dan latifah, 2007).

Kandungan air di dalam stratum korneum, meskipun sedikit (hanya 10%), sangat penting. Air yang terkandung dalam stratum korneum sangat berpengaruh pada kelembutan dan elastisitas stratum korneum (Tranggono dan latifah, 2007).

(7)

maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak akan menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan kulit. Disinilah perlunya kosmetika pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebakan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat buruknya (Tranggono dan latifah, 2007).

2.3 Emulsi

Emulsi adalah sediaan dasar berupa sistem dua fase, terdiri dari dua cairan yang tidak tercampur, dimana salah satu cairan terdipersi dalam bentuk globul dalam cairan lainnya (Anief, 2004).

Emulsi mengandung bahan obat cair atau larutan obat,terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi biasanya mengandung dua zat yang tidak tercampur, yaitu air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar diperoleh emulsi yang stabil (Anief, 2004).

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a) jika fase dispersi merupakan fase yang tidak tercampur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya, maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m). Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air karena mudah menyebar pada pemukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).

(8)

2. Memberi efek dingin terhadap kulit 3. Bersifat lembut

4. Mudah dicuci dengan air, sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit. Emulsi dikatakan pecah jika partikel halus yang terdispersi secara spontan bersatu membentuk partikel yang lebih besar atau berkoalesensi, dan akhirnya terpisah menjadi 2 fase. Secara umum, ada 3 pola kerusakan emulsi, yaitu:

1. Kriming adalah proses mengembangnya partikel dispersi karena pengaruh gravitasi, sehingga masing-masing partikel memisah menjadi bentuk emulsi krim dan emulsi yang lebih encer, masing-masing mengandung lemak berkisar 30-35% dan 8-10% (Ditjen POM, 1985).

2. Inversi fase adalah ketidakstabilan emulsi yang terjadi karena perubahan fase m/a menjadi a/m atau sebaliknya. Faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya inversi fase, antara lain: konsentrasi volume kedua fase, sifat, dan jumlah zat pengemulsi (Ditjen POM, 1985).

3. De-emulsifikasi adalah proses pemisahan sempurna emulsi menjadi masing-masing komponen cair. Proses pemisahan tersebut dapat terjadi dalam dua tahap, yaitu:

a. Mula-mula terjadi flokulasi, partikel dispersi saling berikatan membentuk kelompok yang lebih besar, tetapi jika dikocok perlahan-lahan akan terdispersi sempurna (Ditjen POM, 1985).

(9)

Sumber ketidakstabilan lainnya adalah pertumbuhan mikroorganisme. Emulsi m/a yang dibuat dengan bahan alam seperti gom, karbohidrat dan protein sangat cepat ditumbuhi bakteri pembusuk, jamur dan bakteri lain (Rawlins, 1977).

2.4 Kosmetika Untuk Kulit

Kosmetika menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

Dalam defenisi kosmetika di atas, yang dimaksudkan dengan ‘tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit’ adalah sediaan tersebut seharusnya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Namun, bila bahan kosmetik tersebut adalah bahan kimia, meskipun berasal dari alam dan organ tubuh yang dikenai (ditempeli) adalah kulit, maka dalam hal tertentu kosmetika itu akan mengakibatkan reaksi-reaksi dan perubahan faal kulit tersebut (Tranggono dan Latifah, 2007).

(10)

2.4.1 Kosmetika pelembab

Kosmetika pelembab (moisturizers) termasuk kosmetika perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

Kandungan air dalam sel-sel kulit normal lebih dari 10%, bila terjadi penguapan air yang berlebihan maka nilai kandungan air tersebut berkurang. Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah (Wasitaatmadja, 1997):

1. Oklusif, yaitu: Menutup permukaan kulit dengan lapisan minyak tipis..

2. Humektan,yaitu: Zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit, sehingga mempertahankan kelembaban kulit dan mencegah kulit kering.

3. Emollien, yaitu: memberikan kesan lembab dan lentur pada tekstur kulit. Kosmetika pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: kosmetika pelembab berdasarkan lemak dan kosmetika pelembab berdasarkan gliserol atau sejenisnya (Tranggono dan Latifah, 2007).

a. Kosmetika Pelembab berdasarkan lemak

Kosmetika pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).

(11)

permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum korneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air dari kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi (Tranggono dan Latifah, 2007).

Dalam formulasi krim tangan dan krim cair, asam stearat adalah asam lemak pilihan yang digunakan sebagai emolien. Asam stearat bersifat oklusif, tetapi berbeda dengan emolien yang bersifat oklusif lain, karena secara alami kering dan tidak berminyak (Balsam, 1972).

b. Kosmetika pelembab yang didasarkan pada gliserol atau sejenisnya Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit tampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4.2 Krim tangan

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI, sediaan krim tangan termasuk penggolongan kosmetika bagian preparat perawatan kulit. Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Ditjen POM, 1985).

(12)

Suatu sediaan krim tangan dikatakan baik apabila fungsinya dapat melembutkan kulit, menjaga keseimbangan kulit, dapat dipakai dengan mudah dan dapat disapukan dengan cepat pada permukaan kulit, tidak meninggalkan selaput yang retak- retak pada pemakaiannya, tidak mempengaruhi pengeluaran keringat, mempunyai bau, warna dan kestabilan fisik yang baik (Balsam, 1972).

Bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan krim tangan mencakup zat emolien, zat sawar (barier), zat penutup untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan (pelembab), zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

Komponen krim tangan yang digunakan yaitu: a. Asam Stearat

Pemeriannya yaitu keras, berwarna putih atau kuning pucat, agak mengkilap, kristal padat atau serbuk putih atau putih kekuningan, bau lemah atau berasa lemak. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam benzena, kloroform dan eter; larut dalam etanol (95%); praktis tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur 69-70oC. Penggunaannya dalam sediaan topikal sebesar 1-20%, meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur dan meningkatkan konsistensi. Tidak hanya itu, asam stearat juga digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa (Rowe, dkk., 2009).

b. Setil Alkohol

(13)

sifat emoliennya dan sebagai bahan pengemulsi. Setil alkohol meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur dan meningkatkan konsistensi. Sebagai emolien dan emulgator, digunakan dalam konsentrasi 2-5%. Sebagai pengental dalam krim dan losion, biasanya digunakan dengan konsentrasi di bawah 1% (Rowe, dkk., 2009).

c. Pengemulsi

Bahan pengemulsi yang digunakan adalah sabun trietanolamin- stearat yang termasuk pengemulsi anionik. Kelebihan dari pengemulsi ini adalah lebih lembut dan lebih mudah larut dari pada natrium atau kalium stearat.Sabun trietanolamin- stearat menghasilkan emulsi yang stabil. Sedangkan pengemulsi natrium stearat akan menghasilkan krim yang pada awalnya memiliki konsistensi yang sangat keras. Pada penyimpanan, konsistensinya menjadi lebih lunak dan akhirnya sangat pekat. Hal ini dikarenakan natrium stearat tidak larut sempurna dalam air pada temperatur rendah (Balsam, 1972).

Trietanolamin merupakan cairan kental yang bening, tidak berwarna sampai kuning pucat dan memiliki bau ammoniak yang lemah, bersifat sangat higroskopis, memiliki titik lebur 20- 250C dan pH 10,5. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air, metanol dan aseton. Digunakan sebagai bahan pengemulsi dengan konsentrasi 0,5-3%, menambah kebasaan dan sebagai humektan (Rowe, dkk., 2009).

d. Pengawet

(14)

dalam air, dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air 80oC. Penggunaan dalam sediaan topikal sebanyak 0,02-0,3% sebagai antimikroba, efektif pada pH 4-8 (Rowe, dkk., 2009).

e. Butilhidroksitoluen (BHT)

Butilhidroksitoluen merupakan serbuk atau kristal padat putih atau kuning pucat dengan bau fenol lemah. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan alkali hidrosida; larut dalam etanol, eter, metanol, benzen, toluen dan minyak mineral. Titik leburnya adalah 70oC. Dalam sediaan topikal, digunakan sebagai antioksidan, untuk menghambat atau mencegah ketengikan oksidatif dari lemak dan minyak, dan mencegah hilangnya aktivitas vitamin larut minyak, penggunaannya sebanyak 0,0075-0,1% (Rowe, dkk., 2009).

f. Minyak lavender

Minyak lavender diekstraksi melalui proses penyulingan uap dari bunga lavender, memiliki berat jenis 0,885 g/ml. Sejak lama, telah digunakan di aroma terapi dan produksi parfum.

2.5 Skin Analyzer

Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat dijadikan diagnosis yang bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

(15)

untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada Skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).

2.5.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer

Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan Skin analyzer, yaitu:

a. Moisture (Kadar air)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat Skin analyzer Aramo. Caranya dengan menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur. 2.5.2 Parameter pengukuran

Hasil pengukuran kulit dengan menggunakan Skin analyzer dapat dilihat kriterianya pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Pengukuran Parameter (%)

Pore (Pori) Kecil Beberapa besar Sangat besar

0-19 20-39 40-100

Spot (Noda) Sedikit Beberapa noda Banyak noda

0-19 20-39 40-100

Wrinkle (Keriput)

Tidak keriput Berkeriput Banyak keriput

Gambar

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengeksplorasi kesiapan tempat wisata di Kabupaten Boyolali dalam mengembangkan pariwisata halal, memperoleh informasi

Charoen Pokphand Indonesia - Food Division Unit telah membuktikan dirinya sebagai perusahaan pengolahan daging ayam yang bermutu di Indonesia demi kepuasan seluruh

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangakan bahan ajar berbasis kearifan lokal Kota Batu untuk kelas IV SD adalah: (1) memiliki cakupan materi yang luas

[r]

Setelah melakukan pengolahan data terlihat model logika fuzzy bekerja dengan menggunakan derajat keanggotaan dari sebuah nilai, kemudian digunakan untuk

Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: 1) Hasil belajar PAI mahasiswa UNP yang belajar dengan strategi pembelajaran CTL lebih tinggi dari hasil belajar PAI yang belajar

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu di atas, terdapat banyak hasil penelitian yang memiliki hasil yang berbeda-beda, karena itu penelitian ini bertujuan

Agar dalam penyelesaian masalah nanti tidak terlalu luas dan hasilnya dapat mendekati pokok permasalahan tersebut, maka digunakan data kunjungan wisatawan