• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Derajat Optimisme Terhadap Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada Siswa Kelas XI di SMK "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Derajat Optimisme Terhadap Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada Siswa Kelas XI di SMK "X" Bandung."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

i Abstrak

Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kontribusi derajat optimisme terhadap orientasi masa depan pada siswa kelas XI SMK. Penelitian ini merupakan penelitian kontribusional dengan metode survey.

Optimisme merupakan kebiasaan seseorang dalam menjelaskan tentang penyebab situasi, situasi baik maupun situasi buruk. Optimisme akan memengaruhi orientasi masa depan dalam proses evaluasi yaitu menilai apakah perencanaan selaras atau tidak dengan tujuan untuk mencapai tujuan di masa depan. Orientasi masa depan merupakan cara pandang siswa akan masa depannya, dalam penelitian ini orientasi masa depan di bidang pekerjaan.

Pada penelitian ini terdapat dua alat ukur yang digunakan untuk pengambilan data yaitu Attributional Style Questionnaire yang dikonstruksi oleh Martin Seligman dan sudah diterjemahkan oleh Paulus H.Prasetya yang terdiri atas 48 item. Alat ukur orientasi masa depan yang terdiri atas 18 item yang disusun berdasarkan 3 tahap orientasi masa depan yang diungkapkan oleh Nurmi. Perhitungan validitas menggunakan rumus Rank Spearman dari program SPSS 16.0 dan diperoleh dari 48 item terdapat 7 item yang ditolak, namun untuk penyebaran item yang merata, jumlah item yang dipakai sebanyak 36 item. Perhitungan reliabilitas kuesioner orientasi masa depan menggunakan teknik Alpha Cronbach dari program SPPS 16.0 menunjukkan bahwa tahap motivasi memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,750.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimisme memiliki kontribusi sebesar 5,8% terhadap orientasi masa depan. Kontribusi optimisme tergolong rendah.

(2)

ii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

The study was conducted to obtain an overview of the contribution degree of optimism about the future orientation in class XI student of SMK. This research is contributional with survey methods.

Optimism is a person’s habit of explaining the causes of the situation, the situation is good or bad situation. Optimism will affect future orientation in the evaluation process is to assess whether or not the planning aligned with the goal to achieve in the future. Future orientation is a student perspective about the future, in the orientation of future research in the field of employment.

In this study there are two measuring devices are used to capture the data that is Attributional Style Questionnaire constructed by Martin Seligman and has been translated by Paul H.Prasetya consisting of 48 items. Future orientation measuring instrument consisting of 18 items which is based on three stages of future orientation revealed by Nurmi. Validity of the calculation using the formula of Spearman Rank SPSS 16.0 and are derived from the 48 items 7 items were rejected, but to spread the items evenly, the number of items used as many as 36 items. Calculation of future orientation questionnaire reliability using Cronbach Alpha of the program SPPS 16.0 indicates that the motivation phase has reliability value of 0.750.

The results showed that optimism has a contribution of 5.8% of future orientation. Contribution of optimism is low.

(3)

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….………..…...i

ABSTRACT………ii

KATA PENGANTAR………iii

DAFTAR ISI………..vii

DAFTAR BAGAN ………... xi

DAFTAR TABEL ……….xii

BAB I PENDAHULUAN……….1

1.1 Latar Belakang Masalah………..1

1.2 Identifikasi Masalah………..………..6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………6

1.3.1 Maksud Penelitian………..6

1.3.2 Tujuan Penelitian………6

1.4 Kegunaan Penelitian………....7

1.4.1 Kegunaan Teoritis……..………...7

1.4.2 Kegunaan Praktis………7

1.5 Kerangka Pemikiran………....8

1.6 Asumsi ………..17

(4)

viii

Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..………18

2.1 Optimisme………...18

2.1.1 Pengertian Optimisme...………...18

2.1.2 Dimensi Optimisme ……….……….…..20

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Optimisme ……..………...24

2.2 Orientasi Masa Depan ……….….26

2.2.1 Pengertian Orientasi Masa Depan………...………….…….………...27

2.2.2 Ciri-ciri Orientasi Masa Depan………...………….…….………27

2.2.3 Proses Pembentukan Orientasi Masa Depan……….……..… 27

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Orientasi Masa Depan………..36

2.2.5 Skemata………....39

2.2.6 Orientasi Masa Depan pada Remaja………....44

2.3 Remaja………..46

2.3.1 Pengertian Remaja………..…….46

2.3.2 Karakteristik Remaja Akhir………..………..46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………..………52

3.1 Rancangan Penelitian ………...……...52

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….52

3.2.1 Variabel Penelitian………..52

3.2.2 Definisi Operasional.……..……….………....53

3.2.2.1 Definisi Operasional Optimisme ………..………...53

(5)

ix

3.3 Alat Ukur……….……….………56

3.3.1 Alat Ukur Optimisme ………....……….56

3.3.2 Alat Ukur Orientasi Masa Depan………...58

3.3.3 Data Pribadi dan Data Penunjang………..……….65

3.3.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………...65

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur Optimisme…….………...………66

3.4.4.2 Validitas Alat Ukur Orientasi Masa Depan ………66

3.4.4.3 Reliabilitas Alat Ukur……….…67

3.4. Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel………68

3.4.1 Populasi Sasaran……….……….68

3.4.2 Karakteristik Populasi……….69

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel………..………..69

3.5 Teknik Analisis Data……….………..69

3.6 Hipotesis Statistik ………...71

3.7 Uji Statistika Penelitian ………..……71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….………..72

4.1 Gambaran Umum Responden ……….……….72

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia………..…………..72

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….73

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Jurusan………73

4.2 Gambaran Hasil Penelitian……….…………..74

(6)

x

Universitas Kristen Maranatha

4.2.2 Hasil Frekuensi Orientasi Masa Depan ………...…….74

4.2.3 Hasil Tabulasi Silang Derajat Optimisme dan Orientasi Masa Depan ….75 4.2.4 Gambaran Kontribusi antara Derajat Optimisme dan Orientasi Masa Depan ………75

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian………….………...……..76

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….81

5.1 Simpulan .………..81

5.2 Saran………...82

5.2.1 Saran Teoritis………...……….…..…...83

5.2.2 Saran Praktis ………83

DAFTAR PUSTAKA………...xiii

DAFTAR RUJUKAN………..xiv

(7)

xi

DAFTAR BAGAN

(8)

xii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Gambaran Responden berdasarkan Usia………....72

Tabel 4.2 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin ………73

Tabel 4.3 Gambaran Responden berdasarkan Jurusan………...…73

Tabel 4.4 Frekuensi Derajat Optimisme ……….……….………...………74

Tabel 4.5 Frekuensi Orientasi Masa Depan……….….…….74

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Derajat Optimisme terhadapOrientasi Masa Depan……75

(9)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Kisi-kisi Alat Ukur Optimisme

Lampiran II: Kisi-kisi Alat Ukur Orientasi Masa Depan

Lampiran III: Profil SMK”X” Bandung

Lampiran IV: Kuesioner Optimisme dan Orientasi Masa Depan

Lampiran V: Validitas dan Reliabilitas Optimisme dan Orientasi Masa Depan

Lampiran VI: Distribusi Frekuensi Optimisme dan Orientasi Masa Depan

Lampiran VII: Tabulasi Silang Data Pribadi dengan Orientasi Masa Depan

Lampiran VIII: Tabulasi Silang Dimensi Optimisme dengan Orientasi Masa Depan

Lampiran IX: Tabulasi Silang Optimisme dengan Orientasi Masa Depan

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan siswa diharapkan akan memperoleh kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih, menentukan dan mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan cita-cita, maupun tuntutan dari lingkungannya. Dengan pendidikan yang dimiliki, siswa dinilai lebih mampu dan siap untuk memasuki persaingan dalam dunia kerja.

Persaingan dalam mendapatkan pekerjaan semakin tinggi sehingga menyebabkan tingkat pengangguran meningkat. Tingkat pengangguran yang tinggi di Indonesia terbukti dengan setiap tahun ada penambahan jumlah pengangguran sebanyak 1,3 juta orang. Pengangguran yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh karena ketidaksesuaian antara kualitas pencari kerja, dengan tuntutan kualitas yang dibutuhkan dunia kerja industri, jasa maupun perdagangan (http://economy.okezone.com/read/2011/12/14/20/542081/setiap-tahun-ada-1-3-juta-orang-pengangguran).

(11)

2

SMK ditujukan untuk mengasah keterampilan dalam bidang tertentu, yaitu akuntansi, farmasi, teknik elektro, teknik mesin, teknik komputer jaringan, administrasi perkantoran, pemasaran, pastry, usaha perjalanan wisata, multimedia.

SMK selama ini dikenal memiliki keunggulan, yaitu siswanya bisa langsung bekerja setelah lulus. Kurikulum SMK lebih menekankan pada praktek daripada teori sebagai pendidikan dan pelatihan agar siswa menjadi terampil untuk memasuki dunia pekerjaan. Tamatan SMK siap kerja dan mandiri. Selain itu, siswa SMK mendapat pengalaman belajarnya tidak hanya di sekolah melainkan di tempat kerja. (http:// ardansirodjuddin.wordpress.com/ 2008/ 06/ 03/ smk-lebih-menjanjikan-masa-depan-di-banding-sma/).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah di SMK”X”,

diperoleh informasi yaitu SMK’X’ berdiri pada tanggal 17 Juli 2008 yang mempunyai visi ”PRODUKTIF”. Kata ”PRODUKTIF” berarti sebagai suatu proses

pemberdayaan yang dilakukan secara sistemik dan kontinyu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan manusia di masa kini dan masa yang akan datang. SMK”X” bertujuan memberikan pembekalan kepada siswa agar mampu

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha membantu siswa untuk menentukan pekerjaan yang akan dipilih setelah menyelesaikan studi di SMK. Penjurusan di SMK”X” dilakukan pada saat siswa memasuki kelas X, siswa kelas X SMK”X” merupakan masa adaptasi, siswa kelas XI SMK”X” mempersiapkan diri dengan materi yang diberikan dan dapat menjadi dasar

ketika siswa memasuki dunia kerja. Sedangkan siswa kelas XII SMK”X” diharapkan sudah siap untuk memasuki dunia pekerjaan dan dianggap telah menguasai bidang yang telah dipilih di SMK. Maka dari itu, responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK”X”.

Dunia kerja bagi siswa bukanlah hal yang mudah untuk ditentukan. Masa remaja merupakan transisi menuju masa dewasa, menemukan siapa diri mereka, tujuan apa dan kemana mereka harus menuju dalam hidup. Dimensi yang penting adalah mengeksplorasi alternatif mengenai peran. Salah satu peran yang menyangkut pekerjaan. Eksplorasi tentang karir adalah penting (Santrock; 2003:49). Permasalahan yang terjadi pada siswa kelas XI SMK”X” diantaranya adalah siswa merasa pesimis apakah setelah lulus bisa mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Selain itu, ada permasalahan lain yang terjadi yaitu siswa masih belum tahu apa yang akan dilakukan setelah lulus dari SMK, belum mengenali kemampuan diri, belum memahami jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan diri.

(13)

4

mereka akan mendapatkan keberhasilan yang memuaskan dan sudah menentukan yang akan mereka lakukan setelah lulus SMK, yaitu langsung melanjutkan bekerja, melanjutkan kuliah sambil bekerja, melanjutkan bekerja setelah itu akan melanjutkan studi di Perguruan Tinggi, mau melanjutkan studi dan sudah menentukan jurusan. Mereka belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh mengenai jurusan yang sudah dipilih. Mereka bertanya pada orang yang sudah berpengalaman untuk memperoleh informasi dan pengetahuan. Selain itu, siswa melakukan pemikiran kembali kemungkinan tercapainya tujuan dan rencana - rencana yang telah dilakukan berdasarkan kemampuan dirinya (evaluasi). Sebanyak 4 siswa (26,7%) yakin dapat memahami semua mata pelajaran di SMK maka mereka sudah menentukan tujuan yang akan dilakukan, namun belum merencanakan dan memikirkan mengenai masa depan. Siswa yang mempunyai derajat optimisme tinggi yakin bahwa mereka akan mendapatkan keberhasilan yang memuaskan sehingga akan memiliki tujuan, rencana, serta evaluasi akan kemampuan diri setelah menyelesaikan studi di SMK. Siswa yang mempunyai derajat optimisme tinggi memilih pantang menyerah pada keadaan dan mencari informasi tentang pekerjaan yang akan ditekuni.

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha mencapai tujuan mereka setelah lulus dari SMK, dan kesulitan dalam melakukan penilaian mengenai kemampuan diri. Siswa yang mempunyai derajat optimisme rendah cenderung memilih menyerah pada keadaan dan tidak mencari informasi tentang pekerjaan yang akan ditekuni. Selain itu, mereka menganggap bahwa dirinya selalu mengalami situasi yang tidak menyenangkan. Siswa yang mempunyai derajat optimisme rendah menganggap kegagalan yang satu akan mengakibatkan kegagalan yang lain dalam keseluruhan aspek kehidupannya, kegagalan dalam studinya akan menimbulkan kesulitan dalam menjalankan tujuan, rencana serta evaluasi akan kemampuan diri.

Siswa yang mempunyai derajat optimisme tinggi akan lebih mudah menetapkan tujuan, mulai membuat perencanaan setelah lulus dari SMK dan tidak mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian antara tujuan dan rencana yang telah ditetapkan untuk masa depannya. Sedangkan siswa yang mempunyai derajat optimisme rendah akan lebih sulit dalam menetapkan tujuan, perencanaan masa depan setelah lulus dari SMK, dan kesulitan dalam melakukan penilaian antara tujuan dan rencana yang telah ditetapkan untuk masa depannya.

(15)

6

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai Kontribusi Derajat Optimisme terhadap Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Siswa Kelas XI SMK ”X” di Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, yang ingin diteliti adalah seberapa besar kontribusi derajat optimisme terhadap orientasi masa depan bidang pekerjaan pada siswa kelas XI di SMK ”X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana kontribusi derajat optimisme dan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada siswa kelas XI di SMK”X” Bandung.

1.3.2 Tujuan

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

Kegunaan teoretis dari penelitian ini adalah:

 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan pada

ilmu psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan mengenai kontribusi derajat optimisme terhadap orientasi masa depan bidang pekerjaan pada siswa kelas XI SMK”X”.

 Memberi informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian

selanjutnya sebagai bahan masukan, khususnya yang berminat untuk memperdalam pengetahuan mengenai derajat optimisme dan orientasi masa depan bidang pekerjaan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah :

 Memberikan masukan bagi guru SMK”X”, mengenai kontribusi derajat

optimisme dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada siswa kelas XI SMK ”X” Bandung sehingga menjadi bahan pertimbangan dalam

usaha mendidik dan membimbing siswa-siswinya untuk mengarahkan masa depannya.

 Memberikan informasi pada siswa kelas XI di SMK”X” Bandung untuk

(17)

8

sehingga menjadi masukan dan diharapkan mereka dapat mengembangkan karier di masa depan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Menurut Santrock (2003), masa remaja dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18 dan 22 tahun. Siswa kelas XI SMK tergolong ke dalam perkembangan masa remaja akhir (late adolescence) yang menunjuk pada usia setelah 15 tahun. Dalam tahap ini, salah satu minat yang dialami siswa kelas XI SMK adalah mengenai karir. Minat pada karir seringkali lebih nyata pada remaja akhir daripada remaja awal (Santrock, 2003). Karena harus mempersiapkan diri untuk masa depannya. Siswa SMK adalah siswa yang setelah lulus sudah dipersiapkan untuk dapat memasuki dunia pekerjaan dan dapat bekerja sesuai dengan jurusan yang diambilnya. Akan tetapi, siswa mengalami hambatan dalam hal optimisme.

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha Menurut Martin E. P Seligman (1990) mengungkapkan individu yang memiliki derajat optimisme tinggi adalah individu percaya bahwa situasi buruk yang dialami hanyalah sementara terjadi pada peristiwa tertentu saja dan keadaan di luar dirinya (lingkungan) merupakan penyebab dari kekalahan tersebut. Individu yang memiliki derajat optimisme tinggi menganggap bahwa situasi yang buruk yang terjadi merupakan tantangan dan individu tersebut berusaha keras untuk menghadapinya.

Individu yang memiliki derajat optimisme rendah cenderung percaya bahwa peristiwa-peristiwa buruk akan berlangsung untuk waktu yang lama, mereka akan menghentikan semua yang mereka lakukan dan menganggap peristiwa buruk itu terjadi disebabkan oleh kesalahan mereka sendiri.

Martin E.P. Seligman (1990) mengemukakan ada 3 dimensi yang digunakan dalam berpikir tentang penyebab suatu situasi. Adapun 3 dimensi itu adalah permanence, pervasiveness, dan personalization.

(19)

10

Sebaliknya siswa pesimis akan berpikir bahwa keadaan baik hanya terjadi sementara (PmG - temporary) dan siswa memiliki derajat optimisme rendah akan berpikir bahwa keadaan buruk akan menetap (PmB - permanence) dan ini akan memberi pengaruh dalam hidup individu secara permanence, misalnya siswa kelas XI SMK yang marah pada temannya.

Dalam dimensi pervasiveness, membicarakan mengenai ruang lingkup dari suatu peristiwa, yang dibedakan antara universal dan spesific. Apabila siswa berpikir tentang dimensi pervasiveness pada keadaan baik disebut pervasiveness good, sedangkan apabila siswa berpikir tentang dimensi pervasiveness pada keadaan buruk disebut pervasiveness bad. Siswa yang memiliki derajat optimisme tinggi akan berpikir bahwa keadaan baik akan terjadi pada semua peristiwa (PvG – universal) dan keadaan buruk akan terjadi pada peristiwa tertentu (PvB - spesific). Siswa kelas XI SMK diminta untuk memberikan saran pada gurunya. Siswa yang memiliki derajat optimisme rendah akan berpikir bahwa keadaan baik akan terjadi pada peristiwa tertentu (PvG - spesific) dan keadaan buruk akan terjadi pada semua peristiwa (PvB - universal) misalnya siswa kelas XI SMK gagal dalam ujian yang sangat penting.

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha buruk adalah sesuatu di luar dirinya seperti orang lain, lingkungan, situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan (PsB - eksternal) dan pada keadaan yang baik, siswa yang memiliki derajat optimisme tinggi akan berpikir bahwa yang menyebabkan keadaan baik itu terjadi pada dirinya sendiri (PsG - internal). Siswa kelas XI SMK yang mengalami kesulitan dalam pemahaman materi dikarenakan gurunya tidak kompeten di bidangnya. Siswa yang memiliki derajat optimisme rendah akan berpikir bahwa yang menyebabkan terjadinya keadaan buruk adalah dirinya sendiri (PsB - internal) dan akan berpikir bahwa yang menyebabkan keadaan baik itu adalah karena sesuatu di luar dirinya seperti orang lain, lingkungan, situasi, dan kondisi yang memungkinkan (PsG - eksternal). Siswa kelas XI SMK kesulitan dalam memahami materi pelajaran dikarenakan menganggap dirinya tidak pandai.

Kurangnya keyakinan diri apakah siswa memiliki kemampuan untuk mendapatkan nilai yang baik akan memengaruhi persiapan dan perencanaan masa depan. Keyakinan individu atau derajat optimisme untuk dapat mewujudkan tujuan dan rencana yang dimiliki menjadi bagian dari proses evaluasi (Nurmi,1989) (http:// repository.upi.edu / operator / upload /s_psi_0606938_chapter2.pdf). Derajat

(21)

12

mengalami situasi yang dapat dihayati sebagai situasi buruk namun juga dapat dihayati sebagai situasi baik yang membuatnya merasa tertantang, siswa berusaha untuk tidak mudah menyerah dan berusaha bangkit kembali ketika menghadapi kegagalan atau hambatan. Siswa yang memiliki derajat optimisme rendah akan cenderung mudah menyerah ketika menghadapi situasi buruk, bahkan ia belum mempunyai perencanaan sehingga tidak tahu bagaimana cara menghadapi situasi buruk serta ia juga akan lebih rentan mengalami kesulitan dalam melakukan evaluasi dibandingkan siswa dengan derajat optimisme tinggi. Siswa yang memiliki derajat optimisme rendah juga akan menganggap bahwa situasi yang mengalami kegagalan dan masalah merupakan situasi buruk yang membuat ia terhambat karena itu ia akan kesulitan dalam menentukan orientasi masa depannya.

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha Setelah itu, siswa kelas XI SMK akan melakukan evaluasi terhadap perencanaan yang telah dilakukan untuk mencapai masa depannya.

Tahap pertama adalah motivasi (motivation). Tahap proses motivasi adalah minat (interest), eksplorasi (exploration), tujuan (goal setting), dan komitmen (commitment). Pada mulanya individu menunjukkan minat terhadap satu atau beberapa hal yang ingin diwujudkan di masa depan. Siswa kelas XI SMK memiliki keinginan untuk bekerja di bidang yang diminatinya. Minat ini mendorong indivdu untuk melakukan eksplorasi sebelum mereka menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Siswa kelas XI SMK mencari informasi mengenai bidang pekerjaan yang diminati. Setelah melakukan eksplorasi, individu membentuk tujuan yang ingin diraihnya di masa depan. Dengan unsur nilai (value) yang dimiliki berkaitan dengan masa depan yang akan lebih memperjelas dan menentukan bidang pekerjaan yang diminati di masa depan. Hal inilah yang mendorong siswa kelas XI SMK untuk menentukan tujuan di masa depan. Setelah tujuan ditetapkan, diri individu berkomitmen dengan keputusannya. Siswa kelas XI SMK akan melakukan bidang pekerjaan yang diminati dengan sungguh-sungguh.

(23)

14

pengetahuan dan informasi yang dimiliki. Siswa kelas XI SMK akan mengeksplorasi pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan tujuan masa depan bidang pekerjaan yang diharapkan. Plans berkaitan dengan keragaman atau strategi yang dilakukan untuk meraih tujuan di bidang pekerjaan. Siswa kelas XI SMK dapat membuat berbagai rencana seperti merencanakan untuk belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh di bidang pekerjaan yang diminati. Realization berkaitan dengan apa saja yang akan dilakukan siswa kelas XI SMK dalam mewujudkan tujuan di bidang pekerjaan. Siswa kelas XI SMK dapat memilah rencana mana saja yang akan dilakukan untuk lebih mengarahkan ke pekerjaan yang diminati.

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha diterapkan pada saat keadaan memikirkan masa depan (Nurmi, 1989:16). Siswa kelas XI SMK ”X” memiliki gagasan mengenai tujuan masa depan, menyusun dan

(25)

16

Goals

Plans

Attribution

Emotions

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Siswa kelas XI

SMK “X” Bandung

Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Derajat

Optimisme

Permanence Pervasiveness Personalization

Faktor yang mempengaruhi: a. Internal

 Proses interaksi  Kematangan kognitif b. Eksternal

Social learning  Tuntutan situasional

Jelas

Tidak Jelas Perencanaan

(26)

17

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

Dari uraian di atas, dapat diambil asumsi sebagai berikut:

1. Derajat optimisme pada siswa kelas XI SMK”X” memengaruhi orientasi masa depan.

2. Siswa yang optimis akan memandang suatu peristiwa baik sebagai sesuatu yang bersifat permanent, universal, dan internal.

3. Siswa yang pesimis akan memandang suatu peristiwa baik sebagai sesuatu yang bersifat temporary, spesific, dan eksternal.

4. Siswa yang optimis akan memandang suatu peristiwa buruk sebagai sesuatu yang bersifat temporary, spesific, dan eksternal.

5. Siswa yang pesimis akan memandang suatu peristiwa buruk sebagai sesuatu yang bersifat permanent, universal, dan internal.

6. Siswa yang memiliki derajat optimisme tinggi akan memiliki orientasi masa depan yang jelas.

7. Siswa yang memiliki derajat optimisme rendah akan memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas.

1.7 Hipotesis

(27)

80 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik suatu gambaran umum mengenai kontribusi derajat optimisme terhadap orientasi masa depan pada siswa kelas XI SMK “X”, dengan simpulan sebagai

berikut:

1. Derajat optimisme memiliki kontribusi yang tergolong rendah terhadap orientasi masa depan siswa. Artinya meskipun siswa kelas XI SMK”X” yang memiliki derajat optimisme tinggi belum tentu punya orientasi masa depan yang jelas.

2. Pada sebagian besar siswa kelas XI SMK“X”, permanence bad merupakan salah satu bagian optimisme yang berhubungan dengan orientasi masa depan yang jelas. Hal ini berarti siswa kelas XI SMK”X” yang menjelaskan situasi

buruk sebagai hal yang menetap, mengetahui kekurangan diri, dan membuat mereka akan lebih berhati-hati dalam bertindak, serta berupaya untuk memperbaiki rencana-rencana yang dibuat dalam menghadapi masa depannya.

(28)

81

Universitas Kristen Maranatha perencanaan dan mampu menilai diri dalam mencapai pekerjaan yang diinginkan di masa depan.

4. Faktor tanggapan dari teman merupakan salah satu fakkator yang memengaruhi orientasi masa depan yang jelas. Hal ini berarti teman-teman yang menyampaikan bahwa pilihan pekerjaan yang dipilih siswa kelas XI SMK”X” sudah benar, dan bersedia untuk memberikan bantuan serta

memberi peneguhan bahwa siswa kelas XI SMK”X” bisa mencapai tujuan pekerjaan di masa depan.

5. Faktor kritik guru merupakan salah satu faktor yang memengaruhi orientasi masa depan yang jelas. Hal ini berarti mereka yang berusaha untuk merubah tujuan sesuai dengan kritik yang diterima, dan mereka semakin dapat mengenali diri mereka sebagai persiapan memasuki dunia kerja.

6. Faktor dukungan orang tua merupakan salah satu faktor yang memengaruhi orientasi masa depan yang jelas. Dengan dukungan dari orang tua yang berupa nasihat, siswa kelas XI SMK”X” mempunyai lebih banyak pengalaman dalam dunia kerja membantu mereka dalam menentukan pilihan pekerjaan di masa depan.

5.2 Saran

(29)

82

5.2.1 Saran Teoretis

Bagi yang ingin melakukan penelitian lanjutan maka dapat dilakukan dengan mengukur kontribusi derajat optimisme terhadap beberapa faktor yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan siswa, yaitu faktor keterampilan yang dimiliki, faktor tanggapan dari teman, factor kritik dari guru, dan faktor dukungan orang tua.

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi Guru SMK”X” Bandung

Agar dapat mendukung keterampilan yang dimiliki siswa kelas XI SMK”X”, dapat memberikan kritik yang membangun bagi siswa kelas XI SMK”X”, dengan cara yang menyenangkan.

2. Bagi siswa kelas XI SMK”X” Bandung

(30)

83 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Freindenberg, Lisa.1995. Psychological Testing: Design, Analysis and Use. USA: Allyn & Bacon.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Nazir, Mohhamad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta; Ghalia Indonesia.

Nurmi, Jari Erik. 1989. Adolescence Orientation To The Future. Development of Psychology: University of Helsinky.

Santrock, John W. 1996. Adolescence Perkembangan Remaja. Diterjemahkan oleh Shinto B.Adelar dan Sherly Saragih. 2003. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Seligman, Martin E. P. 1990. Learned Optimism: How To Change Your Mind And Your Life. New York: Pocket Books

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai.Jakarta: LP3ES.

(31)

84 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Sofia. 2009. Studi mengenai Hubungan antara Optimisme dan Orientasi Masa Depan pada Siswa – siswi yang akan mengikuti SMPTN di Bimbingan Belajar Kota Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Wijayanto, Dwi. 2012. Studi Deskriptif mengenai Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pekerjaan pada narapidana remaja berusia 15-20 tahun di Lembaga Pemasyarakatan “X” kota Sukabumi. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_psi_0606938_chapter2.pdf) (http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Menengah_Atas)

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Menengah_Kejuruan) (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_kejuruan)

Referensi

Dokumen terkait

Jika hari ini mereka mengalami salju atau hujan maka besok akan bercuaca sama dengan peluang separuhnya.. Jika terdapat perubahan cuaca dari salju atau hujan, hanya separuh dari

Sub target behavior dalam penelitian ini adalah melipat sisi atas dan sisi bawah kain, menjahit sisi atas dan sisi bawah kain yang telah dilipat, melipat

Terdapat tiga menu utama yaitu menu untuk memasukan jam aktual, menu untuk mengatur kapan waktu aka dilakukan proses pemanasan kemudian ada menu untuk menentukan lama

Barang yang dibutuhkan. 3.) Fungsi promosi adalah pasar juga dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru. dari produsen kepada

Sistem informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengelola data-data kepegawaian yaitu data Administrasi Kepegawaian seluruh pegawai, pengontrolan kenaikan pangkat pegawai,

>7.5; 3) mewujudkan manajemen seleksi PPDB yang efektif; 4) mewujudkan PPDB yang efisien; 5) mewujudkan layanan yang baik, memenuhi standar kualitas layanan. Pelaksanaan

[r]

Usaha para partisipan sebagai orang tua dalam mengatasi kecemasan terhadap kehidupan masa depan anak yang tunarungu, di antaranya adalah selalu mendukung dan