• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa Terhadap PHBS dan Penyakit Demam Tifoid Di SMP "X" Kota Cimahi Tahun 2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa Terhadap PHBS dan Penyakit Demam Tifoid Di SMP "X" Kota Cimahi Tahun 2011."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

iii ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP “X”

KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

Rika Prastiwi Maulani ,2012. Pembimbing I : Dani , dr., M.kes Pembimbing II : Widura , dr., M.S

Demam tifoid merupakan salah satu penyakit menular yang berkaitan dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan yang buruk. Insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia sekolah. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah diharapkan mampu mengurangi penyebaran penyakit dikalangan pelajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran pemahaman dan kesadaran siswa siswi kelas VIII SMP “X” terhadap pentingnya PHBS sebagai upaya pencegahan penyakit demam tifoid di Kota Cimahi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan menggunakan whole sample yang diambil dengan teknik cross sectional, melalui wawancara tertutup dengan instrumen kuesioner.

Hasil penelitian ini adalah dari 237 responden yang telah mengisi kuisioner, pada kuisioner pengetahuan sebanyak 157 (66,2%) responden baik, 46 (19,4%) responden cukup, 34 (14,4%) responden kurang. Pada kuisioner sikap 110 (46,4%) responden baik, 91 (38,5%) responden cukup, 36 (15,1%) responden kurang. Pada kuisioner perilaku 134 (56,5%) responden baik, 50 (21,1%) responden cukup, dan 53 (22,4%) responden kurang.

Dapat disimpulkan bahwa siswa siswi SMP “X” kelas VII Kota Cimahi memiliki tingkat pengetahuan baik, tingkat sikap baik, dan tingkat perilaku baik.

(2)

iv ABSTRACT

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR STUDENTS OF 8th GRADE “X” JUNIOR HIGH SCHOOL CIMAHI ABOUT

PHBS AND TYPHOID FEVER 2011.

Rika Prastiwi Maulani , 2012 1st Tutor : dr. Dani, M.Kes 2nd Tutor : dr. Widura, M.S

Typhoid fever is one of infectious diseases related to poor personal hygiene and environmental sanitation. The incidence of typhoid fever occurs in many school-age. Implementation of Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) in schools is expected to reduce the spread of diseases among students. The objective of this research are to know description of knowledge, attitude, and behavior about PHBS as prevention of typhoid fever especially at 8th grade students of “X” junior high school in Cimahi 2011.

The method used in this reasearch was descriptive with whole samples respondent taken by cross sectional technique, while the instrument was questionnaire with closed interview.

The result from 237 respondents, 157 (66.2%) respondents have good knowledge, 46 (19.4%) resondents have moderate knowledge, and 34 (14.4%) respondents have less knowledge. In attitude questionnaire 110 (46.4%) respondents have good attitude, 91 (38.5%) have moderate attitude, and 36 (15.1%) have less attitude. In behaviour questionnaire 134 (56.5%) respondents have good behaviour, 50 (21.1%) have moderate behavior, and 53 (22.4%) have less behaviour.

Based on the result of this research, it can be concluded the 8th grade students of “X” junior high school have good knowledge, good attitude, and good behaviour.

(3)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB 1 ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Identifikasi masalah ... 2

1.3 Maksud dan tujuan penelitian ... 3

1.3.1 Maksud penelitian ... 3

1.3.2 Tujuan penelitian ... 3

1.4 Manfaat penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Metodologi ... 4

1.6 Lokasi dan waktu penelitian ... 4

BAB II ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pengetahuan ... 5

2.1.1 Tingkatan Pengetahuan ... 5

2.2 Sikap ... 6

2.2.1 Komponen Pokok Sikap ... 7

2.2.2 Tingkatan Sikap ... 7

2.2.3 Pembentukan atau Perubahan Sikap ... 8

2.3 Perilaku ... 8

2.3.1 Tingkatan Perilaku ... 9

2.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 9

2.4.1 Tujuan PHBS ... 10

2.4.2 Manajemen PHBS ... 11

2.5 PHBS Di sekolah ... 11

2.5.1 Tujuan PHBS di sekolah ... 12

2.5.2 Sasaran PHBS di sekolah ... 12

2.5.3 Indikator PHBS di sekolah ... 12

2.5.4 Cara-cara penerapan PHBS di sekolah ... 13

2.6 Demam Tifoid ... 14

2.6.1 Definisi ... 14

2.6.2 Epidemiologi ... 14

2.6.3 Etiologi ... 15

(4)

viii

2.6.5 Patologi ... 17

2.6.6 Patofisiologi ... 18

2.6.7 Gambaran Klinis ... 20

2.6.8 Diagnosis Demam Tifoid ... 22

2.6.9 Pemeriksaan Penunjang ... 23

2.6.10 Pencegahan ... 29

2.6.11 Penatalaksanaan ... 30

2.6.12 Prognosis ... 33

BAB III ... 34

METODOLOGI PENELITIAN ... 34

3.1 Instrumen/Subjek penelitian ... 34

3.1.1 Instrumen penelitian ... 34

3.1.2 Subjek penelitian ... 34

3.2 Tempat dan waktu penelitian ... 34

3.3 Metode Penelitian ... 34

3.3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.3.2 Rancangan penelitian ... 34

3.3.3 Variabel Penelitian ... 35

3.3.4 Populasi dan Sampel ... 36

3.3.5 Kriteria Pemilihan Subjek ... 36

3.4 Prosedur Kerja ... 37

3.5 Aspek Etik Penelitian ... 37

BAB IV ... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Profil Sekolah ... 38

4.2 Analisis Univariat ... 38

4.2.1 Identitas Responden ... 38

4.2.2 Pengetahuan ... 39

4.2.3 Sikap ... 47

4.2.4 Perilaku ... 53

BAB V ... 61

KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN 1 ... 66

LAMPIRAN 2 ... 67

(5)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Kelas ... 38

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Usia ... 39

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin... 39

Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap PHBS... 39

Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Tempat Penerapan PHBS ... 40

Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap PHBS di Sekolah... 40

Tabel 4.7 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tujuan PHBS di Sekolah ... 41

Tabel 4.8 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Mencuci Tangan dengan Air Bersih yang Mengalir dan Memakai Sabun ... 41

Tabel 4.9 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Waktu Untuk Mencuci Tangan ... 42

Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Membuang Sampah Pada Tempatnya ... 42

Tabel 4.11 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cara Menggunakan Jamban... 43

Tabel 4.12 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Jajan Sembarangan... 43

Tabel 4.13 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Manfaat dari Olahraga Teratur ... 44

Tabel 4.14 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Tifus ... 44

Tabel 4.15 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Demam Tifoid ... 45

Tabel 4.16 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cara Penularan demam Tifoid ... 45

Tabel 4.17 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Makanan dan Minuman yang Dapat Menularkan Penyakit Tifus ... 46

Tabel 4.18 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Penularan Penyakit Tifus ... 46

Tabel 4.19 Distribusi Sikap Responden Terhadap Pernyataan “PHBS di sekolah harus dipraktekkan oleh semua warga sekolah.” ... 47

Tabel 4.20 Distribusi Sikap Responden Terhadap Pernyataan “PHBS sangat penting dan harus diajarkan dan dibiasakan sejak masa kecil.”... 47

Tabel 4.21 Distribusi Sikap Responden Terhadap Pernyataan “Lingkungan sekolah bersih dan sehat dapat mencegah timbulnya penyakit dan meningkatkan prestasi belajar.” ... 48

Tabel 4.22 Distribusi Sikap Responden Terhadap Pernyataan “Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit ... 48

(6)

x

Tabel 4.24 Distribusi Sikap Responden Terhadap Pernyataan “Rajin berolahraga

membuat tubuh kita sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit.” ... 49

Tabel 4.25 Distribusi Sikap Responden Terhadap Pernyataan “Sampah menjadi sumber kuman penyakit dan tempat berkembang biak lalat, nyamuk, dan tikus.” ... 50 Tabel 4.26 Distribusi Sikap Responden Terhadap Pernyataan “Lalat dapat

membantu menularkan penyakit tifus bila menghinggapi makanan yang kita makan.” ... 50 Tabel 4.27 Distribusi Sikap Responden Terhadap Pernyataan “Penyakit tifus berkaitan dengan sanitasi lingkungan, penyediaan air bersih, dan kebersihan perorangan.” ... 51 Tabel 4.28 Distribusi Sikap Responden Terhadap Pernyataan “Kuman tifus masuk ke tubuh kita melalui makanan dan minuman yang tercemar.” ... 51 Tabel 4.29 Distribusi Sikap Responden Terhadap Pernyataan “Menggunakan sungai untuk mandi, cuci, kakus (MCK) dan konsumsi air minum dapat

menyebabkan tifus.” ... 52 Tabel 4.30 Distribusi Sikap Responden Terhadap Pernyataan “Kebiasaan jajan

sembarangan menyebabkan seseorang terjangkit penyakit tifus.” ... 52

Tabel 4.31 Distribusi Perilaku Responden Terhadap Pernyataan “Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.” ... 53

Tabel 4.32 Distribusi Perilaku Responden Terhadap Pernyataan “Mengkonsumsi

jajanan sehat di kantin sekolah.” ... 53 Tabel 4.33 Distribusi Perilaku Responden Terhadap Pernyataan “Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.” ... 54 Tabel 4.34 Distribusi Perilaku Responden Terhadap Pernyataan “Olahraga yang teratur.”... 54 Tabel 4.35 Distribusi Perilaku Responden Terhadap Pernyataan “Memberantas jentik nyamuk.” ... 55 Tabel 4.36 Distribusi Perilaku Responden Terhadap Pernyataan “Tidak merokok di sekolah.” ... 55 Tabel 4.37 Distribusi Perilaku Responden Terhadap Pernyataan “Mengukur berat badan dan tinggi badan setiap 6 bulan.”... 56 Tabel 4.38 Distribusi Perilaku Responden Terhadap Pernyataan “Membuang sampah pada tempatnya.”... 56 Tabel 4.39 Distribusi Perilaku Responden Terhadap Pernyataan “Tidak jajan sembarangan.” ... 57 Tabel 4.40 Distribusi Perilaku Responden Terhadap Pernyataan “Mencuci tangan

dengan air yang mengalir dan sabun sebelum makan.” ... 57

(7)

xi

Tabel 4.45 Distribusi Perilaku Responden Terhadap Pernyataan “Menggunakan air bersih dan matang untuk minum.” ... 60 Tabel 4.46 Distribusi Perilaku Responden Terhadap Pernyataan “Tidak makan makanan mentah.” ... 60 Tabel 4.47 Distribusi Perilaku Responden Terhadap Pernyataan “Imunisasi

(8)

xii

DAFTAR GAMBAR

(9)

66 LAMPIRAN 1

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

N a m a :

U s i a :

Alamat :

Pekerjaan :

No. KTP/lainnya :

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa:

setelah mendapat keterangan sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian, serta sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikut sertaannya, maka saya setuju ikut serta dalam penelitian yang berjudul :

“Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa Terhadap PHBS dan Penyakit Demam Typhoid Di SMP “X” Kota Cimahi Tahun 2011.”

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan.

Bandung,

Mengetahui, Yang menyatakan

Penanggung jawab penelitian, Peserta penelitian

(10)

67 LAMPIRAN 2

Kuesioner

Inisial Nama :

Usia :

Uang saku :

Pernah sakit tifus : Ya / Tidak

PENGETAHUAN

Pilihlah beberapa jawaban yang menurut anda benar (jawaban boleh lebih dari

satu )

1. Apa saja yang anda ketahui tentang PHBS? a. Perilaku Hidup bersih dan Sehat

b. Program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan

c. Perilaku seseorang untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya d. Perilaku seseorang untuk menjaga kebersihan diri, rumah, dan

lingkungannya

e. Perilaku sehat seseorang untuk melindungi diri dan mencegah penyakit 2. Dimana saja PHBS diterapkan?

a. Rumah b. Sekolah c. Lingkungan

d. Kantor

e. Institusi kesehatan

3. Apa saja PHBS di sekolah

a. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun b. Membuang sampah pada tempatnya

c. Menggunakan jamban untuk BAB dan BAK dengan benar d. Jajan di kantin sekolah yang sehat

(11)

68

4. Apa saja tujuan PHBS di sekolah

a. Menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat

b. Meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan derajat kesehatan

c. Mengubah sikap dan perilaku masyarakat sekolah yang sehat d. Memelihara kesehatan dan mencegah penyakit masyarakat sekolah e. Meningkatkan citra sekolah di mata orang tua dan masyarakat

5. Mengapa kita harus mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun

a. Air yang bersih dan mengalir membersihkan kotoran dan kuman b. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman penyakit c. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup

d. Untuk mencegah penularan penyakit

e. Agar tangan menjadi tidak lengket dan wangi 6. Waktu-waktu untuk mencuci tangan yaitu ketika …

a. Sebelum dan setelah makan

b. Setelah buang air kecil dan buang air besar c. Setelah bermain

d. Setelah memegang sampah, uang, hewan dan barang yang kotor e. Sebelum memegang makanan

7. Mengapa kita harus membuang sampah pada tempatnya? a. Menjaga kebersihan lingkungan sekolah

b. Menghindari penularan kuman penyakit yang ada di sampah c. Sampah dapat mencemari air, tanah, dan udara

d. Sampah menjadi sumber dan tempat hidup berbagai kuman penyakit e. Sampah menjadi tempat berkembang biak lalat, nyamuk, dan tikus 8. Bagaimana cara menggunakan jamban yang benar?

a. Menggunakan jamban untuk BAB dan BAK dengan benar b. Menyiram hingga bersih setelah BAB dan BAK

(12)

69

e. Bersama-sama menjaga kebersihan jamban 9. Mengapa kita tidak boleh jajan sembarangan?

a. Jajan sembarangan tidak terjamin kebersihannya

b. Jajan sembarangan tidak aman karena mengandung zat berbahaya c. Penjualnya tidak memperhatikan kebersihan jajanannya

d. Jajanan yang dijual di kantin yang sehat pasti terjaga kebersihannya e. Jajanan yang dijual di kantin yang sehat pasti lebih bergizi

10. Manfaat dari olahraga secara teratur yaitu…

a. Memelihara kesehatan fisik dan mental agar tetap sehat b. Menjaga daya tahan tubuh supaya tidak mudah sakit c. Untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal d. Badan yang sehat membuat kita semangat belajar

e. Agar kita kuat, bugar, dan lebih percaya diri 11.Apa yang anda ketahui tentang penyakit tifus?

a. Penyakit menular yang berhubungan kebersihan dan sanitasi lingkungan yang buruk

b. Penyakit akibat jajan sembarangan

c. Gejalanya yaitu demam, diare, dan kondisi fisik menurun d. Penyakit akibat penggunaan air yang sudah tercemar

e. Penyakit menular yang pernah menjadi wabah di negara berkembang 12.Apa yang menyebabkan seseorang terkena penyakit tifus?

a. Jajan sembarangan

b. Tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan c. Tidak menjaga kebersihan lingkungan

d. Tidak menjaga kebersihan dan kesehatan badan e. Melakukan kontak fisik dengan penderita tifus

13.Lewat mana saja kuman penyakit tifus dikeluarkan dari tubuh penderita untuk ditularkan kepada orang lain?

a. Buang air besar / tinja b. Buang air kecil c. Muntahan

(13)

70

14.Makanan dan minuman seperti apa yang dapat menularkan penyakit tifus? a. Makanan dan minuman yang kotor

b. Makanan dan minuman yang tidak matang c. Makanan dan minuman yang dihinggapi lalat d. Makanan dan minuman disembarang tempat e. Makanan dan minuman yang terbuka

15.Apa saja yang anda ketahui tentang pencegahan penularan penyakit tifus? a. Tidak jajan sembarangan

b. Cuci tangan sebelum makan dengan air bersih yang dan sabun c. Cuci tangan setelah BAK dan BAB dengan air bersih dan sabun d. Menghindarkan makanan dan minuman dari lalat

e. Menggunakan air yang bersih dan matang untuk minum dan memasak

SIKAP

Pilihlah satu jawaban sesuai keyakinan anda sendiri dengan membubuhkan tanda cheklist (√)

SS = SANGAT SETUJU S = SETUJU

N = NETRAL

TS = TIDAK SETUJU

STS = SANGAT TIDAK SETUJU

PERNYATAAN SS S N TS STS

1. PHBS di sekolah harus dipraktekkan oleh semua warga sekolah

2. PHBS sangat penting dan harus diajarkan dan dibiasakan sejak masa kecil.

(14)

71

4. Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit.

5. Kebiasaan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun dapat mencegah penularan penyakit

6. Rajin berolah raga membuat tubuh kita sehat dan terhindar dari penyakit 7. Sampah sumber kuman dan tempat

berkembang biak lalat, nyamuk, dan tikus 8. Lalat dapat membantu menularkan

penyakit tifus bila menghinggapi makanan yang kita makan.

9. Penyakit tifus berkaitan dengan sanitasi lingkungan, penyediaan air bersih, dan higienitas perorangan.

10. Kuman tifus masuk ke tubuh kita melalui makanan dan minuman yang tercemar

11. Menggunakan sungai untuk mandi, cuci, kakus (MCK) dan konsumsi air minum dapat menyebabkan tifus

(15)

72

PERILAKU

Pilihlah satu jawaban sesuai perilaku anda dengan membubuhkan tanda cheklist (√)

Perilaku Selalu Sering

Kadang-kadang

Jarang Tidak pernah 1. Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat di sekolah :

a. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun

b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah c. Menggunakan jamban yang

bersih dan sehat d. Olahraga yang teratur e. Memberantas jentik

nyamuk

f. Tidak merokok di sekolah g. Mengukur berat badan dan

tinggi badan setiap 6 bulan h. Membuang sampah pada

tempatnya

2. Perilaku mencegah penyakit tifus :

a. Tidak jajan sembarangan b. Mencuci tangan dengan air

(16)

73

c. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan sabun setelah BAK dan BAB d. Mencuci buah dan sayuran

mentah sebelum dikonsumsi e. Menghindarkan makanan

dari lalat

f. Menggunakan air bersih untuk MCK

g. Menggunakan air bersih dan matang untuk minum

h. Tidak makan makanan mentah

(17)

74

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rika Prastiwi Maulani

Nomor Pokok : 0710221

Tempat dan Tanggal Lahir : Cianjur, 23 Oktober 1988

Alamat : Jl. Pesantren Komp. Grya Pesantren Indah Blok C No 7 Cibabat Cimahi

Riwayat Pendidikan:

Tahun 2001 : Lulus SD Kartika III-3 Cimahi

Tahun 2004 : Lulus SMPN 1 Cimahi

Tahun 2007 : Lulus SMAN 2 Bandung

(18)
(19)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Secara epidemologis penyebaran penyakit di kalangan anak usia sekolah di Indonesia masih tinggi. Masalah kesehatan bisa mengakibatkan terganggunya pencapaian prestasi pada anak usia sekolah. Dengan menerapkan PHBS di sekolah oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah, maka akan membentuk mereka untuk memiliki kemampuan dan kemandirian dalam mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sekolah sehat. (Depkes RI, 2008)

Jawa Barat menempati urutan terendah peringkat provinsi yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Pulau Jawa. Prevalensi PHBS Jabar sebesar 37,4%, di bawah standar nasional yang mencapai 38,7%. Secara nasional, hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) mengungkapkan peringkat tertinggi provinsi dengan prevalensi PHBS yaitu DI Yogyakarta (58,2%), sedangkan posisi terendah diduduki Papua (24,4%). Untuk memperbaiki peringkat, Dinkes Jabar menargetkan pemberdayaan sekolah sebagai pranata awal pendidikan PHBS kepada para siswa. Pendidikan kesehatan sejak dini menjadi lebih efektif daripada merubah perilaku masyarakat dewasa. (Dinkes Jabar, 2008)

Demam tifoid merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar kebersihan industri pengolahan makanan yang masih rendah. Penularan penyakit ini hampir selalu melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Pawitro, 2002).

(20)

2

Di negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit (Darmawandowo, 2002). Dari laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid per tahun di dunia dengan jumlah kematian mencapai 600.000 kematian dengan Case Fatality Rate (CFR = 3,5 %). Insidens rate penyakit demam tifoid di daerah endemis berkisar antara 45/100.000

penduduk/tahun sampai 1.000/100.000 penduduk/tahun. Di Asia 274/100.000 penduduk/tahun. (WHO, 2003)

Pada tahun 2005 jumlah pasien rawat inap demam tifoid yaitu 81.116 kasus (3,15%) dan menempati urutan ke-2 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2008 menunjukkan prevalensi tifoid di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 1,6 persen atau sekitar 600.000 sampai 1,5 juta kasus setiap tahunnya dan menempati urutan 15 dari penyakit yang menyebabkan kematian di Indonesia (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan data di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui sejauh mana gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sehubungan dengan upaya pencegahan penyakit Demam Tifoid di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kota Cimahi Tahun 2011.

1.2Identifikasi masalah

- Bagaimana gambaran pengetahuan siswa siswi SMP “X” terhadap PHBS di sekolah dan penyakit demam tifoid.

- Bagaimana gambaran sikap siswa siswi SMP “X” terhadap PHBS di

sekolah dan penyakit demam tifoid.

- Bagaimana gambaran perilaku siswa siswi SMP “X” terhadap PHBS di

(21)

3

1.3Maksud dan tujuan penelitian 1.3.1 Maksud penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa terhadap PHBS dan upaya pencegahan penyakit Demam Tifoid di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kota Cimahi.

1.3.2 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai upaya pencegahan penyakit demam tifoid, yaitu:

1. Menggambarkan pengetahuan siswa siswi SMP “X” terhadap PHBS di sekolah dan penyakit demam tifoid.

2. Menggambarkan sikap siswa siswi SMP “X” terhadap PHBS di sekolah dan penyakit demam tifoid.

3. Menggambarkan perilaku siswa siswi SMP “X” terhadap PHBS di sekolah dan penyakit demam tifoid.

1.4Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai upaya pencegahan penyakit Demam Tifoid terutama pada kelompok usia pelajar. b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengadakan

penelitian lebih lanjut mengenai PHBS dan epidemiologi Demam Tifoid.

1.4.2 Manfaat Praktis

(22)

4

b. Sebagai masukan bagi pemerintah, masyarakat, dan sekolah dalam upaya pencegahan penularan dan untuk mengurangi angka kejadian penyakit demam tifoid di kalangan pelajar.

1.5Metodologi

- Metode penelitian : Deskriptif - Rancangan penelitian : cross sectional

- Pengumpulan data : Survei melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner

- Instrumen : Kuesioner

- Populasi : Siswa / siswi SMP “X” kota Cimahi

- Sampel : Whole sample

1.6Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi : SMP “X” Kota Cimahi

(23)

63

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi U., 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : UI Press Anonim, 2010. Masalah Kesehatan Anak Sekolah dan PHBS.

http://dinkes.bontangkota.go.id/index.php/informasi-kesehatan/15-masalah-kesehatan-anak-sekolah-dan-phbs. Diakses tanggal 2 Agustus 2011

Anonim, 2011. Anak-anak Sasaran Terbesar Sebagai Agen Perubahan dalam PHBS. Dari: http://www.pelitaonline.com/read-cetak/2759/anak-anak-sasaran-terbesar-sebagai-agen-perubahan-dalam-phbs/, diakses tanggal 12 Oktober 2011

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2006, Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun 2004. Jakarta : Depkes RI

Behrman, Kliegman, Jenson.2004. Nelson textbook of pediatrics. Philadelphia: Sauders

Brusch JL, 2008. Typhoid Fever.

In: http://www.emedicine.com/JVlED/ pic2331.htm. diakses tanggal 7 Agustus 2008.

Cleary GT, 2000. Infeksi Salmonella. Dalam: Nelson’s Ilmu Kesehatan Anak. Waldo E (ed). Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Jakarta: EGC

Concise Reviews of Pediatrics Infectious Diseases, 2002. Management of Typhoid Fever in Children.

Crump, J.A, dkk., 2004. The Global Burden of Typhoid Fever. Buletin WHO Vol. 82, No. 5

Darmowandowo, W., 2002 Demam Tifoid. Dalam : Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi & Penyakit Tropis, edisi 1. Jakarta : BP FKUI

Departemen Kesehatan RI, 2006. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.364/Menkes/SK/V/2006 tentang Pedoman Pengendalian Demam

(24)

64

Hadinegoro SRS, 2001. Pengobatan Cefixime pada Demam Tifoid Anak. Jakarta: Sari Pediatri.

Hartoyo E., 2006. Uji sensitivitas salmonella typhi terhadap berbagai antibiotik di bagian anak RSUD Ulin Banjarmasin. Jakarta: Sari Pediatri.

Hassan, R., dkk, 2005. Tifus Abdominalis. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. Cetakan kesebelas. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta.

Hay W., 2007. Current pediatrics diagnosis & treatment., 18th ed.

Jawetz M, 2005. Mikrobiologi Kedokteran. edisi 23. Alih Bahasa: Huriwati Hartanto dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kliegman RM., 2007. Nelson textbook of pediatrics, 18th ed. Philadelphia.

Lubis, R. 2008. “Faktor Resiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Penderita Yang

Dirawat Di RSUD DR. Soetomo Surabaya”. Tesis, Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Mansjoer, A., dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Media Aesculapius FKUI. Jakarta.

Musnelina, L., dkk, 2004. Pola Pemberian Antibiotika Pengobatan Demam Tifoid Anak Di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002. Jurnal

Makalah Kesehatan. Volume 8, No. 1.

Notoadmodjo S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo S., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Direktorat Promosi Kesehatan Depkes RI, 2006, Buku Saku Promosi Kesehatan Sekolah. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI

Parry, CM., 2009. Typhoid Fever. N Engl J Med.2002.347 (1770-1782). Available from URL: www.nejm.com , diakses tanggal 2 Oktober 2011

(25)

65

Pemerintah Kabupaten Garut, 2011. Program PHBS di Jabar belum penuhi harapan. http://garutkab.go.id/pub/news/detail/7349-program-phbs-di-jabar-belum-penuhi-harapan.html., diakses tanggal 23 oktober 2011 Pusponegoro HD, dkk., 200. Standar pelayanan medis kesehatan anak, edisi 1.

Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Rampengan, T.H., Laurentz, I.R. 1997. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta : EGC

Ranuh dkk., 2005. Pedoman imunisasi di Indonesia, ed 2. Jakarta : Badan Penerbit Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Retnosari S, 2000. Pendekatan diagnostik serologik dan pelacak antigen Salmonella typhi. Jakarta : Sari Pediatri.

Sarwono S., 2004. Sosiologi Kesehatan :Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Jakarta: Gajah Mada University Pers.

Simanjuntak, Cyrus. 1998. Demam Tifoid, Epidemiologi, dan Perkembangan Penelitiannya. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran Vol. 83

Soedarmo dkk., 2002. Buku ajar ilmu kesehatan anak infeksi dan penyakit tropis, ed 1. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia: h.367-75.

Soegijanto, S., 2002. Demam Tifoid. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa dan Edisi Penatalaksanaannya. Edisi Pertama.Jakarta: Salemba Medika.

Sri Rezeki. 2008. DEMAM TIFOID PADA ANAK.

http://medicastore.com/artikel/238/Demam_Tifoid_pada_Anak_Apa_yang _Perlu_Diketahui.html., diakses tanggal 2 Oktober 2011

WHO, 2003. Background Document : The Diagnosis, Treatment and Prevention Of Typhoid Fever. Communicable Disease Surveilans and Respons

Vaccines and Biologis.

Widodo, Djoko. 2006. Dalam : Demam Tifoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI

Referensi

Dokumen terkait

Figure 2: Footprint detection workflow; (a) rotated panchromatic aerial image, (b) normalized DSM (nDSM), (c) detected line seg- ments using the LSD algorithm, (d) line

Sebelum produk trainer dan modul praktikum dimanfaatkan perlu dilakukan validasi dan ujicoba terlebih dahulu. Para pakar ahli media pembelajaran dan ahli materi diminta untuk

Aplikasi sistem informasi penjualan mobil bekas online pada Iwan Motor Semarang ini sangat mudah digunakan karena proses manipulasi data yang diperlukan dapat

Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan suatu metode serta pembuatan alat ukur untuk penentuan pola radiasi akustik dan mengukur getaran pada frekuensi tinggi dengan

[r]

Penurunan harga riil kapas dunia sebesar 5 persen; kombinasi kebijakan kenaikan harga riil BBM sebesar 8.5 persen dan penurunan harga riil kapas dunia sebesar 5 persen; dan

Menurut Gerlach dan Ely (Sadiman, (2003: 83) pemilihan media tidak terlepas dari konteksnya, bahwasanya media merupakan komponen dari sistem instruksional secara

Mahasiswa praktikan dalam pelaksanaan mengajar di kelas menyampaikan materi dengan didampingi dan tanpa didampingi oleh Guru Pembimbing. Guru pembimbing masuk ke ruang