• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha semakin pesat berakibat pada tingginya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha semakin pesat berakibat pada tingginya"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha semakin pesat berakibat pada tingginya tingkat persaingan bisnis. Persaingan tersebut tidak hanya muncul pada bisnis yang baru berdiri saja, namun juga muncul pada perusahaan yang sudah lama berdiri. Setiap perusahaan memiliki strategi, dan memerlukan manajemen yang mampu mengantisipasi persaingan serta dapat menjalankan manajemen perusahaan secara efektif dan efisien.

Persaingan yang dihadapai oleh perusahaan, bukan hanya pada bidang perusahaan manufaktur atau industri, persaingan juga akan dihadapi oleh perusahaan pelayanan jasa. Salah satu bentuk pelayanan jasa adalah kesehatan, terutama rumah sakit. Hal tersebut terbukti dengan semakin banyak rumah sakit yang didirikan baik pemerintah maupun swasta. Akibat dari banyaknya rumah sakit yang didirikan, menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Sehingga menuntut adanya persaingan pelayanan jasa dan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.

(Budiman, 2012:19)

Tugas utama rumah sakit adalah memberikan pelayanan berupa pengobatan, perawatan kepada pasien, pelayanan penunjang medik serta pencegahan dan peningkatan kesehatan. Tugas tersebut yang menjadikan rumah sakit sebagai pihak yang paling dibutuhkan dalam menyediakan kebutuhan masyarakat untuk memiliki kehidupan yang lebih baik.

(2)

Rumah sakit dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi dan tenaga-tenaga ahli dalam bidang kesehatan, komunikasi, informasi dan bidang transportasi yang dapat menunjang pemberian jasa pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada konsumennya. Pemanfaatan teknologi dan tenaga ahli tersebut yang akan menyebabkan timbulnya biaya operasi rumah sakit yang semakin besar, kemudian akan berdampak pada tingginya tarif jasa pelayanan rumah sakit semakin tinggi. (Sumilat, 2013:455)

Dengan demikian dalam menentukan tarif pelayanan jasa harus dilakukan secara komperatif dan melakukan efsiensi biaya supaya dapat memenangkan persaingan dengan menentuan tarif yang lebih akurat atau dengan memberikan kualitas jasa yang lebih tinggi dibandingkan dengan pesaing. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menghitung akurasi biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan. (Saputri, 2013) Dalam memberikan pelayanan kepada konsumen, perusahaan tidak akan membebankan konsumen dengan aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah bagi para konsumennya. Berdasarkan pada hal tersebut, maka perusahaan di tuntut untuk dapat melakukan evaluasi terhadap aktivitas untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa bagi para konsumennya. Agar nantinya sebuah perusahaan penyedia jasa terutama rumah sakit dapat menentukan tarif pelayanan jasa yang akurat dan memperoleh laba seperti yang diharapkan maka perlu diterapkan suatu sistem yang dapat membantu merealisasikan tujuan dari pihak manajemen

(3)

yaitu dengan mengunakan Activity Based Costing System (ABCS) yang terdiri dari tiga metode pendukung yaitu Activity Based Costing (ABC), Activity Based Budgeting (ABB), sera Activity Based Management

(ABM).

Activity Based Costing menganggap bahwa timbulnya biaya

disebabkan oleh aktivitas yang menghasilkan produk atau jasa. Pendekatan ini menggunakan penggerak biaya pada aktivitas yang menimbulkan biaya yang lebih akurat diterapkan pada perusahaan yang beraneka ragam jenis produk atau jasanya serta sulit untuk mengidentifikasi biaya tersebut ke setiap produk secara individual. Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan dengan beragamnya pelayanan jasa kesehatan yang dimiliki untuk kepentingan para konsumen. Seluruh jasa kesehatan yang diberikan merupakan sumber penghasilan utama dari rumah sakit. (Indrasurya, 2016) Activity Based Costing merupakan sebuah model akuntansi biaya

yang digunakan untuk mengalokasikan semua biaya berdasarkan sumber daya yang digunakan untuk menjalankan aktivitas yang berkaitan dengan produk atau jasa yang disediakan bagi pelanggan. ABC berfokus pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas yang dikerjakan untuk memproduksi, menjalankan dan mendistribusikan atau menunjang produk atau jasa yang bersangkutan secara lebih akurat. (Mulyadi, 2005)

Untuk dapat merealisasikan upaya tersebut, manajemen perusahaan memerlukan informasi untuk memungkinkan upaya perencanaan dan pengendalian terhadap berbagai aktivitas guna menghasilkan barang atau

(4)

jasa. Karena Activity Based Costing System ini merupakan sistem yang relevan digunakan untuk mengalokasikan biaya berdasarkan sumber daya yang digunakan. Setelah mengalokasikan biaya secara akurat perusahaan juga perlu menerapkan Activity Based Management yang bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas yang memiliki nilai tambah dan yang tidak memiliki nilai tambah bagi para konsumen.

Activity Based Management (ABM) merupakan suatu pendekatan

manajemen yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas dengan tujuan untuk melakukan pengembangan berkelanjutan terhadap nilai yang dihasilkan bagi konsumen dan laba yang dihasilkan dari penyediaan nilai tersebut. Dalam ABM terdapat dua kelompok besar yaitu aktivitas yang memilikit nilai tambah (Value Added Activity) merupakan aktivitas yang memberikan kepuasan kepada penlanggan serta memberikan kontribusi dalam meningkatan customer value dan aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah (Non Value Added Activity) yang merupakan aktivitas dimana tidak memberikan kontribusi terhadap customer value serta bagi kebutuhan organisasi. (Mulyadi, 2007)

Activity Based Management dilakukan dengan menggunakan

empat cara yaitu activity sharing dan activity selection difokuskan ke value added activities, serta activity redustion dan activity elimination

yang difokuskan untuk non value added ativities. (Mulyadi, 2007).

Dengan melakukan identifikasi terhadap sumber daya yang dipakai oleh konsumen, produk, dan aktivitas, ABM memperbaiki fokus manajemen

(5)

atas faktor-faktor inti perusahaan dan meningkatkan keunggulan secara kompetitif. (Blocher et al., 2007)

Dengan menerapkan sistem tersebut, maka tujuan untuk mengasilkan value terbaik bagi konsumen melalui aktivitas yang efisien akan tercapai. Activity Based Costing System yang memiliki metode Activity Based Costing dan Activity Based Management merupakan sistem

informasi mengenai aktivitas yang diukur, dicatat, dan disajikan dalam bentung share database yang digunakan untuk mengkomunikasikan hasil pengukuran yang telah dilakukan kepada para personel perusahaan yang bertanggung jawab, baik untuk perusahaan manufaktur, perusahaan dagang serta perusahaan jasa.

Penelitian yang dilakukan oleh Indrasurya (2016) tentang Activity Based Costing System Dalam Menentukan Tarif Layanan Rawat Inap pada

RSUD Dr. Harjono S. Kabupaten Ponorogo menyatakan bahwa “Rumah sakit tersebut masih menggunakan tarif yang ditentukan berdasarkan pada peraturan Daerah dimana tarif masih ditentukan berdasarkan biaya satuan (unit cost) dengan mempertimbangkan pengembangan mutu layanan, daya beli masyarakat serta daya saing pelayanan sejenis. Hasil perhitungan tarif yang dilakukan dengan menggunakan ABC memperoleh hasil yang berbeda dengan tarif yang diterapkan saat ini. ABC menghasilkan tarif yang lebih kecil terjadi pada kelas VIP, kelas Utama dan kelas I, dan menghasilkan hasil perhitungan yang lebih besar untuk kelas II dan III”.

(6)

Penelitian yang dilakukan oleh Vindriana (2015) tentang penerapan Activity Based Management Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya

Produksi pada Pabrik Rokok Djagung Prima Malang, hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah “Perusahaan masih menerapkan sistem perhitungan harga pokok secara tradisional, dimana sistem tadisional masih menggunakan satu pemicu biaya saja berupa volume produksi.

Dengan dilakukannya perhitungan harga pokok menggunakan ABC perusahaan mengalami kelebihan perhitungan jika di bandingkan dengan perhitungan secara tradisional. Perusahaan perlu melakukan eliminasi aktivitas tak bernilai tambah bagi konsumpen, seperti mengeliminasi aktivitas penggudangan kemudian menggantinya dengan aktivitas penjadwalan yang lebih memberikan keuntungan bagi perusahaan”.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung menyediakan pelayanan kesehatan salah satu diantaranya adalah jasa rawat inap yang memerlukan perawatan intensif guna menunjang pengamatan, perkembangan kesehatan pasien secara berkesinambungan.

Jasa rawat inap pada RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dalam penentuan tarifnya mesih menggunakan metode konvensional, sehingga tarif yang diterapkan menjadi lebih tinggi atau lebih murah dari beban biaya yang seharusnya dikonsumsi pada jasa rawat inap tersebut.

Perhitungan biaya rawat inap menjadi hal yang sangat penting karena berkaitan dengan masalah penentuan harga pokok rawat inap, yang kemudian akan mempengaruhi penentuan harga jual atau tarif rawat inap,

(7)

dengan demikian akan menghasilkan surplus atau defisit yang besarnya sama untuk setiap tempat tidur dari tiap kelasnya, sehingga pihak rumah sakit dapat dengan mudah mengetahui laba atau rugi yang sebenarnya.

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dalam menentukan tarif rawat inapnya tidak menggunakan metode perhitungan biaya, pihak rumah sakit hanya melakukan perbandingan tarif rawat inap dengan tarif para pesaing terutama rumah sakit yang ada di Provinsi lampung. Dengan demikian rumah sakit tidak bisa mengetahui jumlah masing-masing biaya yang dikonsumsi pada setiap aktivitas yang terjadi ditiap kelas rawat inap.

Dengan tujuan agar perusahaan dapat mengevaluasi aktivitas secara akurat yang diperlukan untuk pemberian pelayanan jasa kepada konsumen, serta manajemen dapat meminimalisir biaya yang akan dikeluarkan atau dengan mengeliminasi aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah baik bagi konsumen maupun bagi perusahaan, maka peneliti mengambil judul:

“PENERAPAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG”.

B. Perumusan Masalah

Penelitian ini melakukan identifikasi masalah yang akan di bahas selanjutnya dengan menerapkan konsep Activity Bades Costing sebagai

(8)

dasar penentuan tarif jasa rawat inap dan Activity Based Management untuk melakukan efisiensi biaya pada rumah sakit. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penentuan tarif jasa rawat inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung jika dilakukan dengan menerapkan Activity Based Costing System?

2. Apakah efisiensi biaya dapat dilakukan dengan menerapkan Activity Based Management pada RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung?

C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian

Tujuan peneitian ini adalah untuk:

a. Meneliti penerapan Activity Based Csoting System sebagai dasar penentuan tarif pelayanan jasa rawat inap pada RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

b. Mengevaluasi apakah penerapan Activity Based Management dapat meningkatkan efisiensi biaya pada RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:

(9)

a. Bagi Perusahaan

Sebagai salah satu masukan serta sumbangsih pemikiran dalam perhitungan tarif pelayanan jasa rawat inap berdasarkan aktivitas dan untuk memberikan informasi harga secara cermat dan akurat bagi pihak manajemen. Serta dapat dijadikan acuan penentuan tarif pelayanan jasa rawat inap dan alat pembanding dengantarif yang telah diterapkan selama ini.

b. Bagi Pembaca

Penelitian ini bisa menjadi salah satu masukan untuk memberikan informasi mengenai Activity Based Costing System terutama dalam penerapannya pada perusahaan jasa seperti Rumah Sakit Umum Daerah yang orientasi perusahaannya adalah untuk memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan dan landasan teori serta mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani tersebut di atas maka hipotesis penelitian yang diajukan

L : Ya Tuhan Yesus yang telah mati di kayu salib, hanya oleh karena kasihMu kepada orang berdosa ini. P : Ajarilah kami selalu mengingat Tuhan yang mati di kayu

Subjek Retribusi adalah setiap orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan tera/ tera ulang dari Pemerintah Daerah.. Bagian Kedua

Menyusun menu 3 hari sesuai standar (standar porsi, standar bumbu, standar kualitas). Menghitung kebutuhan bahan makanan sesuai menu 3 hari yang telah disusun. Melaksanakan uji

P., 2018, Model Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Lingkungan Kerja serta Dampaknya terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi pada Karyawan PT Bank CIMB Niaga, TBK

Buku lain yang juga digunakan sebagai studi teoritis pembuatan animasi “Akura-Popo episode Sampah” adalah buku dengan judul “Kreasi Animasi Kartun dengan Adobe Flash.”

Pada gambar perancangan sequence diagram kategori alat pernafasan di atas merupakan frame untuk melihat penjelasan dan simulasi alat pernafasan hidung pada

bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. Jadi, ada dua aspek yang perlu diketahui seseorang dalam retorika, yaitu pengetahuan mengenai