• Tidak ada hasil yang ditemukan

ekor, sapi potong sebanyak ekor, dan sapi perah sebanyak ekor. (sumber : Statistik Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ekor, sapi potong sebanyak ekor, dan sapi perah sebanyak ekor. (sumber : Statistik Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012)"

Copied!
284
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Proses globalisasi dan otonomi daerah telah memunculkan paradigma baru didalam tatanan pemerintahan, yaitu mendorong pemerintah untuk lebih menfokuskan diri berperan sebagai fasilitator, akselerator dan regulator, agar mampu menjawab tantangan, perubahan lingkungan guna mendorong munculnya daya saing daerah, melalui proses kreatif masyarakat dalam mengelola sumber daya tersedia.

Selanjutnya di era reformasi ini, peran pemerintah selalu diawasi dengan ketat, baik melalui pengawasan internal dan eksternal maupun masyarakat, sehingga pemerintah harus membangun akuntabilitas, transparansi dan partisipasi secara konsisten dan berkelanjutan.

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam kapasitasnya sebagai fasilitator, akselerator dan regulator urusan dan kewenangan pemerintah pada sektor peternakan di Jawa Barat, dalam mendorong kinerja peternakan ditempuh melalui berbagai kebijakan dan program yang mengacu ke pada dokumen perencanaan pembangunan.

Sampai saat ini pembangunan peternakan belum sepenuhnya mampu memberikan kesejahteraan bagi para peternak serta terhadap masyarakat secara wajar dan merata. Dalam penyediaan kebutuhan masyarakat terhadap komoditas telur, daging dan susu sampai saat ini baik jumlah maupun keterjangkauan masih memerlukan pasokan dari luar, karena produksi dan distribusi produk masih terkendala berbagai faktor. Dilain pihak melihat laju pertumbuhan penduduk di Jawa Barat relatif tinggi dibandingkan dengan daerah lain yaitu tercatat laju pertumbuhan penduduk selama 10 (sepuluh) tahun terakhir yaitu pada tahun 2000-2010 adalah sebesar 1,90%, demikian pula pengaruh dari income per capita Jawa Barat serta tingkat pendidikan, akan mendorong permintaan konsumsi produk peternakan secara terus meningkat. Apabila mengacu kepada Standar Gizi Nasional rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (1993) konsumsi protein minimal masyarakat adalah sebesar 39 gr/kap/hr asal nabati dan 18 gr/kap/hr asal hewani (termasuk ikan). Sedangkan untuk protein hewani asal ternak sebesar 6,00 gr protein/hari. pada tahun 2012* tingkat konsumsi protein yang berasal dari ternak di Jawa Barat baru mencapai konsumsi rata-rata 6,71 gr prot/kap/hr.

Apabila melihat populasi ternak, Jawa Barat mempunyai keunggulan dibandingkan dengan provinsi lain, antara lain dapat dilihat pada tahun 2012 populasi ternak ayam ras pedaging tercatat sebanyak 610.436.303 ekor, ayam buras sebanyak 27.224.219 ekor, ayam ras petelur sebanyak 12.271.938 ekor, dan Itik sebanyak 8.773.043 ekor,. Adapun ternak lainnya seperti ternak domba tercatat sebanyak 8.249.844 ekor, kambing sebanyak 2.303.256

(2)

ekor, sapi potong sebanyak 429.637 ekor, dan sapi perah sebanyak 136.054 ekor. (sumber : Statistik Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012)

Komoditi ternak unggas (ayam ras, ayam buras dan itik), mempunyai kontribusi besar sebagai penghasil daging unggas yang cukup dapat diandalkan, hal ini terlihat dari total produksi daging unggas yang berasal dari komoditi tersebut pada tahun 2012 tercatat sebanyak 537.023 ton (82,86%) dari total produksi daging secara keseluruhan sebesar 648.112 ton. Sedangkan untuk produk susu, Jawa Barat pada tahun 2012 mampu menghasilkan 281.438 ton susu, dan untuk produk telur Jawa Barat sebanyak 194.699 ton.

(Sumber : Statistik Peternakan Jawa Barat Tahun 2012)

Selain dari hal-hal tersebut diatas, Berdasarkan angka BPS menurut harga konstan, pencapaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat tahun 2011** sebesar Rp.

343,11 trilyun termasuk minyak dan gas bumi. Kontribusi sektor Pertanian mencapai sebesar Rp. 42,10 trilyun atau sekitar 12,27%. (sumber data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 2012) ** angka sementara

Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya menyumbang sekitar 5,53 Trilyun atau sekitar 13,14% terhadap sektor pertanian. Secara keseluruhan kondisi peternakan Jawa Barat didalam perspektif pembangunan ekonomi di Jawa Barat, masih belum menjadi prioritas utama dalam menunjang pencapaian sasaran Indeks Pembangunan Manusia, khususnya pada indeks daya beli. Hal ini antara lain fokus pembangunan sampai saat ini masih dititik beratkan kepada sektor pendidikan, kesehatan dan penyediaan infrastruktur. Sehingga dengan keterbatasan anggaran pemerintah pada sektor pertanian tersebut, maka diperlukan peningkatan partisipasi dunia usaha dan industri untuk berperan dalam menghela pembangunan, dilain pihak sampai saat ini segmentasi sektor peternakan masih didominasi oleh para peternak kecil di pedesaan, yang belum berorientasi kepada industri sehingga output input produksi berjalan dengan skala kecil-kecil dan tersebar diberbagai tempat serta dalam satuan waktu dan standar produksi yang berbeda, sehingga distribusi input output tidak efisien dalam meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelakunya.

Peran terbesar dari pembangunan memang berasal dari masyarakat dan swasta, namun peran pemerintah walaupun persentasenya kecil sangat berpengaruh dalam menunjang laju pertumbuhan ekonomi. Fasilitasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berdampak luas terhadap Potensi Sumber Daya yang dibutuhkan dalam pengembangan peternakan di Jawa Barat, sebenarnya cukup tersedia, baik sumber daya ternak, lahan, manusia maupun teknologi, dengan ketersediaan akses kelembagaan pembiayaan cukup terbuka. Demikian pula melihat peluang kebutuhan akan

(3)

produk peternakan bagi masyarakat Jawa Barat yang cukup tinggi, dengan melihat proyeksi jumlah penduduk menurut kelompok umur di Jawa Barat pada tahun 2012** tercatat sebanyak 44.316.790 jiwa merupakan peluang pasar yang sangat tinggi untuk menjaga ketahanan pangan asal protein hewani. (Jawa Barat dalam angka 2012)

Melihat berbagai peluang, potensi dan permasalahan pada sektor peternakan di Jawa Barat tersebut diatas, maka melalui perubahan kebijakan menjadi Agent Of Development akan memberikan atmosfir yang lebih fokus peran pemerintah dan penentu akomodatif bagi para pemangku peran peternakan untuk lebih berkiprah dalam pembangunan peternakan di Jawa Barat, menunjang tercapainya Visi Jawa Barat.

Tuntutan perubahan pembangunan memerlukan perubahan sikap dari birokrasi peternakan untuk lebih menjadi fasilitator pembangunan dan pelayan masyarakat agar mampu merubah masyarakat dan swasta untuk lebih partisipatif dalam pembangunan peternakan. Sejalan dengan kebijakan Pusat melalui Departemen Pertanian dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), acuan pembangunan pada sektor peternakan dilaksanakan melalui 4 Program, yaitu melalui Program Peningkatan Produksi Pertanian. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian.

Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak Dan ikan. Serta Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan. Untuk APBD Program yang dilaksanakan adalah: Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, Program Peningkatan Sarana & Prasarana, Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan, Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik, Program Peningkatan Produksi Pertanian, Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian, Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan, dan Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan.

Alokasi anggaran untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan pada sub sektor peternakan di Jawa Barat pada tahun 2012 melalui sumber dana APBD Provinsi Jawa Barat adalah sebesar Rp. 67.836.768.222,50 yang terdiri atas Belanja Tidak Langsung untuk Gaji sebesar Rp 26.489.569.520,50 dan Belanja Langsung sebesar Rp.

41.347.198.702,- yang digunakan untuk membiayai sebanyak .... kegiatan.

Selain dari dana APBD, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat juga mendapat alokasi anggaran APBN dari Kementerian Pertanian RI sebesar Rp 201.212.209.000,- yang berasal dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebesar Rp. 93.706.347.000,- yang

(4)

terdiri dari dana Dekonsentrasi sebesar Rp. 11.985.347.000,- dan Tugas Pembantuan sebesar Rp. 81.721.000.000,- ; Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dengan jumlah sebesar Rp. 4.902.110.000,- yang terdiri dari dana Dekonsentrasi sebesar Rp.

1.427.110.000,- dan Tugas Pembantuan sebesar Rp. 3.475.000.000,- ; Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebesar Rp. 740.295.000,- untuk dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan sebesar Rp. 3.255.000.000,-

(5)

BAB II

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN

Mengacu kepada Visi Jawa Barat yang ditetap Dalam rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jawa Barat 2005-2025, tercantum visi jangka panjang Jawa Barat yaitu “Jawa Barat dengan Iman dan Taqwa sebagai Provinsi Termaju di Indonesia”.

Selanjutnya di dalam RPJMD (2008-2013) yang merupakan tahapan kedua RPJPD, arah kebijakan pembangunan ditujukan untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, revitalisasi pertanian dan kelautan, perluasan kesempatan lapangan kerja, peningkatan aksebilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan koservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintah daerah yang menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat, meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis, revitalisasi pertanian, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintahan daerah untuk menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat.

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Jawa Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka Visi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2008 – 2013 yang hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat adalah

“Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”.

Dalam rangka mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka rumusan Misi Provinsi Jawa Barat dalam rangka pencapaian Visi Jawa Barat 2013 ditetapkan dalam 5 (lima) Misi berikut ini, untuk mencapai masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis dan sejahtera.

1. Misi Pertama, Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang Produktif dan Berdaya Saing.

2. Misi Kedua, Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis Potensi Lokal.

3. Misi Ketiga, Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah.

4. Misi Keempat, Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan.

5. Misi Kelima, Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi.

(6)

Bidang Peternakan yang termasuk dalam Misi ke 2 “Meningkatkan pembangunan perekonomian regional berbasis potensi lokal”, dalam Bidang Pertanian melalui kebijakan dan program sebagai berikut :

Meningkatkan produksi dan nilai tambah hasil pertanian, yang dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut:

1. Program Peningkatan Produksi Pertanian, dengan sasaran:

A. Meningkatnya produksi, produktivitas dan kualitas produk pertanian, perkebunan, dan peternakan;

B. Meningkatnya pengembangan benih/bibit unggul pertanian, perkebunan, dan peternakan;

C. Meningkatnya pendapatan usaha tani komoditas pertanian, perkebunan dan peternakan;

D. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja pertanian, perkebunan dan peternakan;

E. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pertanian, perkebunan, dan peternakan;

F. Meningkatnya diversifikasi produk usaha pertanian, perkebunan, peternakan, dan kehutanan

G. Berkembangan Kawasan Agribisnis melalui penerapan model pengembangan kawasan yang teruji, seperti: Agropolitan, Gerakan Multi Aktivitas Agribisnis (GEMAR), dlsb.

H. Terlaksananya inovasi dan teknologi pertanian, perkebunan, dan peternakan yang ramah lingkungan;

I. Menurunnya tingkat kehilangan hasil pasca panen.

2. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian, dengan sasaran:

A. Meningkatnya kinerja sumber daya pertanian Jawa Barat;

B. Meningkatnya penyuluhan terhadap petani, peternak, dan pekebun;

C. Meningkatnya kemampuan peran kelembagaan usaha agribisnis;

D. Meningkatnya kualitas tata guna lahan dan air, terkendalinya konversi lahan pertanian serta pencetakan lahan persawahan.

3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan, dengan sasaran ”Terkendalinya hama dan penyakit tanaman, ternak, dan ikan”.

4. Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan, dengan sasaran:

A. Meningkatnya sarana pemasaran hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan;

(7)

B. Meningkatnya pengembangan usaha pemasaran;

C. Meningkatnya sarana pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan;

D. Meningkatnya pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan;

E. Meningkatnya margin pemasaran hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan;

F. Meningkatnya nilai tambah pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.

Visi menggambarkan pencapaian sebuah organisasi di masa depan, setelah berhasil mengimplementasikan strategi dalam menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan. Dengan demikian, visi juga merefleksikan tujuan akhir dari organisasi yang bersangkutan.

Visi Dinas Peternakan Jawa Barat dibangun berdasarkan hasil diskusi, masukan, dan kesepakatan pelaku dibidang peternakan dengan bunyi sebagai berikut “Menjadi Dinas yang memberdayakan sumberdaya domestik menuju ketahanan pangan serta kesejahteraan masyarakat Jawa Barat”.

Visi Dinas Peternakan dirumuskan dengan tetap mengacu kepada visi Jawa Barat sebagai induk organisasinya.

Dengan tiga Misi utama yang diemban oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat : 1. Melayani masyarakat peternakan di Jawa Barat dengan profesional melalui kemitraan

strategis.

2. Memfasilitasi pengembangan kawasan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan.

3. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan status kesehatan masyarakat veteriner, ketahanan dan keamanan pangan asal hewan.

Sedangkan untuk sasaran pembangunan peternakan adalah sebagai berikut :

1. Terwujudnya mitra strategis diantara seluruh pemangku kepentingan disektor peternakan di Jawa Barat.

2. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan peternakan yang efektif.

3. Terwujudnya keterkaitan kawasan peternakan dalam suatu system ekonomi yang saling menguntungkan.

4. Meningkatkan ketersediaan bibit ternak.

5. Terwujudnya ketersediaan pasokan pakan ternak sepanjang tahun.

(8)

6. Meningkatnya produktivitas budidaya peternakan.

7. Meningkatnya nilai tambah usaha peternakan.

8. Terkendalinya penyakit Hewan menular Strategis.

9. Terwujudnya sistem jaminan mutu pangan asal hewan.

Selanjutnya dalam upaya memberikan kontribusi terhadap pencapaian keberhasilan pembangunan di Jawa Barat, sekaligus untuk menunjang sasaran-sasaran pemerintah pusat (Kementrian Pertanian), maka telah ditetapkan Kebijakan Pembangunan Peternakan yang didasarkan atas kondisi dan sasaran pembangunan peternakan di Jawa Barat, maka kebijakan dalam memanfaatkan potensi dasar wilayah secara optimal adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya koordinasi dan kebersamaan pada pemangku kepentingan di sektor peternakan.

2. Mendorong Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

3. Meningkatkan perencanaan partisipatif dan akurasi data informasi serta peningkatan koordinasi pelaksanaan pemantauan dan evaluasi.

4. Mendorong terwujudnya tata ruang peternakan dan pengembangan prioritas komoditas unggulan.

5. Pengembangan pembibitan ternak dan rearing.

6. Koordinasi pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan dan mendorong kegiatan usaha multiaktifitas.

7. Penerapan teknologi tepat guna dan lokal spesifik.

8. Mendorong produksi peternakan yang berorientasi pasar.

9. Biosecurity yang ketat berkaitan dengan kesehatan hewan dan ternak, kesehatan masyarakat veteriner, keamanan produk dan pangan/pakan ternak.

10. Mendorong penerapan sistem jaminan Mutu.

Untuk mendukung tujuan sasaran pembangunan tersebut, terdapat 4 strategi pembangunan peternakan yaitu :

1. Arah pengembangan budidaya dan wilayah peternakan secara komprehensif.

Melalui penetapan wilayah pengembangan prioritas komoditas unggulan yang didukung melalui pengembangan sarana dan prasarana penunjang serta petugas teknis atau kader peternakan, sebagai wilayah-wilayah basis produksi peternakan yang terintegrasi dalam keselarasan sistem agribisnis, dari sub sistem hulu sampai sub sistem hilir.

(9)

2. Arah pengembangan kelembagaan peternakan.

Garis besar domain strategi yang relevan dengan tahapan pengembangan ini meliputi komponen-komponen berikut ini :

A. Pembentukan dan peningkatan kinerja serta peran kelompok ternak, gabungan kelompok ternak dan koperasi di dalam konteks peningkatan hubungan antara peternak, lembaga, pasar (linking farmers to market), jumlah permodalan.

B. Peningkatan keragaan infrastruktur, terutama infrastruktur regulasi dan informasi.

Termasuk di dalamnya, upaya-upaya untuk menciptakan status legalitas (legal framework) yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya peternakan demi menjamin keberlangsungan insentif.

3. Arah pengembangan produk peternakan bernilai tambah.

Garis besar domain strategi yang relevan dengan arah pengembangan ini meliputi komponen-komponen berikut ini:

A. Penginisiasian tumbuhnya pusat-pusat bisnis produk pangan berbasis ternak dengan tujuan mereduksi sekecil mungkin perdagangan ternak hidup antar wilayah.

B. Memperluas upaya standarisasi produk-produk industri pengolahan pangan sesuai dengan standard mutu, kesehatan, dan keamanan pangan.

C. Penumbuhan mekanisme market intelligence. Mekanisme ini mencakup pemanfaatan sub terminal, terminal agribisnis, informasi pasar dan nice market.

4. Arah peningkatan profesionalisme dan kompetensi SDM peternakan diarahkan kepada peningkatan pengetahuan dan kompetensi untuk menunjang pelayanan pada masyarakat.

Selanjutnya operasional kebijakan pembangunan peternakan di Jawa Barat, dilaksanakan melalui program-program pembangunan, dimana program tersebut secara teknis sejalan dengan program Kementerian Pertanian, serta program pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Adapun program tersebut adalah :

A. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur B. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

C. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur D. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur

E. Program, Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

F. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah

(10)

G. Program Peningkatan Produksi Pertanian,

H. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian,

I. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan J. Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan,

Perikanan dan Kehutanan.

(11)

BAB III

ORGANISASI DAN KETATAUSAHAAN

3.1. ORGANISASI DAN TATALAKSANA

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008 tentang organisasi dan tatakerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 36 Tahun 2009, telah ditetapkan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, dengan struktur organisasi sebagaimana dalam Lampiran 1.

Adapun Susunan Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat terdiri atas : 1. Kepala Dinas.

2. Sekretariat membawahi 3 (tiga) Sub Bagian terdiri dari : A. Sub Bagian Perencanaan dan Program.

B. Sub Bagian Keuangan.

C. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum.

3. Bidang Prasarana dan Sarana membawahi 3 (tiga) Seksi terdiri dari : A. Seksi Penataan Kawasan.

B. Seksi Teknologi Alat Mesin.

C. Seksi Data dan Informasi.

4. Bidang Produksi membawahi 3 (tiga) Seksi terdiri dari : A. Seksi Pembibitan.

B. Seksi Pakan Ternak.

C. Seksi Budidaya.

5. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet membawahi 3 (tiga) Seksi terdiri dari : A. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan.

B. Seksi Pengamatan Penyakit dan Pengawasan Obat Hewan.

C. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner.

6. Bidang Pengembangan Usaha membawahi (tiga) Seksi terdiri dari : A. Seksi Fasilitasi Usaha dan Kelembagaan.

B. Seksi Pascapanen dan Pengolahan.

C. Seksi Distribusi dan Pemasaran Hasil.

7. Kelompok Jabatan Fungsional.

8. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).

(12)

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit pelaksana Teknis Dinas dan Badan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, maka Kelembagaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dengan status esselon III, di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sebanyak 8 buah, yaitu UPTD :

1. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas di Jatiwangi Kab. Majalengka;

2. Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak di Cikole Lembang. Kab. Bandung Barat;

3. Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah di Bunikasih Kab. Cianjur;

4. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong di Kab. Ciamis;

5. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba di Margawati Kab. Garut dengan Sub Unit Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Trijaya di Kab. Kuningan dan Sub Unit Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Bunihayu di Kab. Subang;

6. Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner di Cikole Lembang Kab. Bandung Barat, dengan instalasi :

A. Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan (Check Point) Banjar di Kota Banjar;

B. Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan (Check Point) Losari di Kab. Cirebon;

C. Sub Unit Laboratorium Kesehatan Hewan di Losari Kab. Cirebon;

D. Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan (Check Point) Gunungsindur di Kab Bogor;

7. Balai Pelatihan Peternakan di Cikole Lembang Kab. Bandung Barat;

8. Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak di Cikole Lembang Kab. Bandung Barat.

3.2. ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN 1. Kekuatan Pegawai

Pegawai Negeri Sipil Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2011 berjumlah 313 orang terdiri dari Golongan I, II, III dan IV. Adapun rincian jumlah pegawai dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Jumlah Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

Unit Kerja

Jumlah Pegawai (orang)

2011 2012

IV III II I IV III II I

1. Provinsi 15 54 37 3 15 49 36 3

2. BPT SP & HMT Cikole Lembang 3 7 14 16 3 7 13 15

(13)

Unit Kerja

Jumlah Pegawai (orang)

2011 2012

IV III II I IV III II I

3. BPP IBT SP Bunikasih Cianjur 1 6 6 8 1 5 5 8

4. BPPT Unggas Jatiwangi 1 6 8 11 1 7 6 9

5. BPPT Domba Margawati 1 6 10 5 1 6 10 5

6. BPPT Sapi Potong Ciamis 1 7 5 7 1 6 9 3

7. BPPPHK Cikole Lembang 2 7 6 1 2 7 5 1

8. BPMPT Cikole Lembang 2 5 2 1 1 5 2 1

9. Balai Pelatihan Peternakan Cikole 1 7 4 3 1 6 3 2

10. Sub Unit PPT Domba Trijaya - 2 4 6 - 1 4 5

11. Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan Losari - 1 8 - - 1 6 - 12. Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan Banjar - 1 5 - - 1 5 -

13. Sub Unit Lab Keswan Losari - 1 1 1 - 1 1 1

14. Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan

Gunung Sindur - 2 3 1 - 2 3 2

T o t a l 27 112 111 63 26 104 108 55

313 293

Dari tabel tersebut diatas terlihat jumlah Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 berkurang 20 orang dibandingkan dengan Tahun 2011, terjadi perubahan jumlah yaitu adanya 7 orang alih tugas, juga terdapat pengurangan sebanyak 13 orang yang pensiun, dengan rincian sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.2. Alih tugas dan Pensiun pada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

No. Nama/NIP Pangkat

Golongan Ruang Keterangan 1 Ir. Zurmida

19551223 198303 2 002

IV/a Pensiun bulan Januari 2012 2 Didin Hermawan

19560110 198103 1 009

III/b Pensiun bulan Februari 2012 3 H. Endang Djaenudin

19560228 198003 1 008

II/c Pensiun bulan Maret 2012 4 Ir. Ruhiyat Hendra Supena

19560401 198203 1 010

III/d Pensiun bulan Mei 2012 5 Kartawi

19560415 199003 1 006

II/a Pensiun bulan Mei 2012 6 Ir. Hj. Yenni Rochyani Gustiani

19560503 198203 2 003

III/d Pensiun bulan Juni 2012 7 Ir. Suyud

19560507 198603 1 002

III/d Pensiun bulan Juni 2012 8 Yusup

19560605 198703 1 010

II/b Pensiun bulan Juli 2012 9 Pandi Sunarya

19560704 198303 1 007

II/a Pensiun bulan Agustus 2012

(14)

No. Nama/NIP Pangkat

Golongan Ruang Keterangan 10 Endang Suherman

19560817 197710 1 001

III/d Pensiun bulan September 2012 11 Hj. Endang Setiarini

19560812 198203 2 009

III/d Pensiun bulan September 2012 12 Ir. H. Dade Soedjana Priya

19560921 198603 1 006

IV/b Pensiun bulan Oktober 2012 13 Eddy Syamsudin

19560903 198603 1 004

III/b Pensiun bulan Oktober 2012 14 Rizka Siti Zakiyya, A.Md.Ak

19860207 201001 2 010

II/c Alih Tugas ke Dinas Kesehatan Prov.Jabar

15 Dinar Djuliawati 19760729 200701 2 012

II/b Alih Tugas ke BKD Prov.Jabar 16 Tahyudin

19770310 200701 1 007

II/b Alih Tugas ke Biro Keuangan Setda Prov.Jabar 17 Otong Supriatman

19761212 200701 1 005

II/b Alih Tugas ke Dinas Kesehatan Prov.Jabar

18 Asep Mu'min

19800412 201001 1 006

II/a Alih Tugas ke Dinas Satpol PP Prov.Jabar

19 Yudiah Sri Purnawanti, SE, MM 19700315 199401 2 002

III/b Alih Tugas ke Diskominfo Prov.Jabar 20 R. Nani Sumarni

19660620 198703 2 003

III/a Alih Tugas ke KPID Prov.Jabar

2. Mutasi Kepangkatan A. Kenaikan Pangkat

Kenaikan pangkat merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan oleh pemerintah kepada pegawai, dalam rangka memberikan penghargaan dan pembinaan tersebut serta untuk lebih meningkatkan motivasi yang lebih baik kepada pegawai yang berprestasi, maka tahun 2012 telah dilaksanakan proses kenaikan pangkat, diberikan secara langsung kepada 60 orang, dengan rincian pada tabel berikut ini :

Tabel 3.3. Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang Naik Pangkat/ Golongan pada Tahun 2012

No Golongan Jumlah Pegawai (orang)

1 IV/c – IV/d -

2 IV/b – IV/c -

3 IV/a – IV/b 2

4 III/d – IV/a 2

5 III/c – III/d 4

6 III/b – III/c 2

7 III/a – III/b 6

8 II/d – III/a 1

9 II/c – II/d 6

10 II/b – II/c 1

11 II/a –II/b 24

12 I/d – II/a -

13 I/c – I/d 3

14 I/b – I/c -

15 I/a – I/b 9

Jumlah 60

(15)

Dengan perubahan kepangkatan tersebut diatas, maka jumlah Pegawai Negeri Sipil Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sampai dengan bulan Desember 2012, berdasarkan pangkat dan golongan sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.4. Rekapitulasi Kekuatan Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2012

Golongan Jumlah (orang)

IV

D -

C 1

B 11

A 14

Sub Jumlah 26

III

D 26

C 18

B 35

A 25

Sub Jumlah 104

II

D 11

C 16

B 58

A 23

Sub Jumlah 108

I

D 5

C 9

B 24

A 17

Sub Jumlah 55

Jumlah 293

B. Mutasi Jabatan

Dalam Tahun 2012 di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat terdapat mutasi jabatan berupa rotasi jabatan maupun promosi sebanyak 12 orang dapat dilihat pada Lampiran 2.

C. Kenaikan Gaji Berkala

Pada Tahun 2012 telah diberikan kenaikan gaji berkala kepada Pegawai Negeri Sipil sebanyak 124 orang, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

(16)

Tabel 3.5. Jumlah Kenaikan Gaji Berkala Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2012

No Golongan Jumlah (orang)

1. IV/d -

2. IV/c -

3. IV/b 8

4. IV/a 8

5. III/d 11

6. III/c 9

7. III/b 18

8. III/a 9

9. II/d 3

10. II/c 12

11. II/b 30

12. II/a 28

13. I/d -

14. I/c 9

15. I/b 5

16. I/a 10

Jumlah 124

D. C u t i

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil, pada tahun 2012 telah diberikan Cuti sesuai dengan haknya atas dasar permohonan masing – masing, seperti tertera pada tabel berikut ini :

Tabel 3.6. Jumlah Pegawai Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat yang memperoleh Cuti selama Tahun 2012

No. Golongan Jenis Cuti

Tahunan MPP/Ibadah Haji Bersalin

1 IV 4 0 0

2 III 13 0 0

3 II 12 1 0

4 I 0 0 0

Jumlah 29 1 0

3.3. ADMINISTRASI KEUANGAN

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Pada Tahun 2012 Anggaran Dinas Peternakan memperoleh dana dari 2 (dua) sumber yaitu :

A. Anggaran APBD Murni sebesar Rp. 74.672.376.073,50 ,- dan setelah perubahan menjadi 67.836.768.222.50,- serta penyerapan keuangannya sampai dengan 31 Desember 2012 sebesar Rp. 65.635.443.256,- ( 96,75%).

(17)

B. Anggaran APBN terdiri dari 3 satker yaitu Satker Direktorat Jenderal Peternakan (020007.06), Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (020007.07) dan Ditjen Pengelolaan Lahan Dan Air (020007.08) anggaran ini terdiri dari 2 dana yaitu dana Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan, untuk dana Dekonstrasi dari 3 satker berjumlah Rp.

14.152.752.000,- yang terealisasi Rp. 11.446.756.250,- (80,88%) dan untuk dana Tugas Pembantuan dari 2 satker yaitu 029096.06, 029007.07, dan 029008.08 Rp.87.685.000.000,- yang terealisasi Rp. 83.530.574.075,- (95,26 %).

Melihat perbandingan jumlah Pagu APBD tahun 2011 dengan jumlah Pagu APBD tahun 2012, mengalami peningkatan sebesar 32.506.911.432,- , Kenaikan pagu anggaran tersebut dikarenakan adanya:

A. Naiknya Pagu Anggaran untuk Tahun 2012;

B. Naiknya Belanja Tidak Langsung dikarenakan penambahan pegawai.

Sedangkan untuk anggaran APBN jumlah dana mengalami kenaikan 50,00% dari tahun sebelumnya. Adapun perbandingan pagu APBD dan APBN tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.7. Jumlah Pagu Anggaran Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 dibandingkan dengan Tahun 2012

No. Anggaran Sumber Tahun/Persentase

2012 2011 %

A APBD 67.836.768.222.50,- 60.324.690.714,- 4,4 %

(Naik) B APBN Dana

Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan

101.837.752.000,- 56.898.702.000,- 55,87%

(Naik)

Jumlah 169.674.520.222,- 117.223.392.714,- 4,20%

2. Anggaran Pendapatan

Tahun 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat memiliki potensi PAD sebesar Rp. 2.527.335.000,- yang bersumber dari :

A. Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah;

B. Retribusi Pemeriksaan Hewan dan BAH antar Provinsi, Makanan Ternak serta Penyidikan Penyakit Hewan.

(18)

Awal tahun 2012 Anggaran Pendapatan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat ditargetkan sebesar Rp. 2.517.335.000,- setelah perubahan menjadi Rp.2.527.335.000,-. Adapun pencapaian PAD Dinas Peternakan Tahun 2012 Tabel 3.8. Pencapaian Pendapatan Asli Daerah Dinas Peternakan Provinsi

Jawa Barat Tahun 2012

Uraian Target Realisasi

Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

1. BPPT Sapi Perah Cikole Lembang 900.000.000,- 910.336.750,-

2. BPPT Sapi Perah Bunikasih 466.720.000,- 467.258.104,-

3. BPPT Unggas Jatiwangi 210.000.000,- 234.594.500,-

4. BPPT Domba Margawati Garut 316.300.000,- 316.650.000,-

5. BPPT Sapi Potong Ciamis 320.000.000,- 320.183.000,-

6. Instalasi SPTD Trijaya Kuningan 120.315.000,- 120.700.000,-

Jumlah I 2.333.335.000,- 2.369.722.354,-

Retribusi Pemeriksaan hewan dan Bahan Asal Hewan antar Provinsi, Makanan Ternak serta Penyidikan Penyakit Hewan

1. Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Cikole Lembang

170.000.000,- 202.714.500,-

2. Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Cikole Lembang 24.000.000,- 24.660.000,-

Jumlah II 194.000.000,- 227.374.500,-

Jumlah Keseluruhan I dan II 2.527.335.000,- 2.597.096.854,-

Potensi Pendapatan yang dimiliki oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dari target keseluruhan sebesar Rp. 2.527.335.000,- , telah direalisasi sebesar Rp. 2.597.096.854,- atau 102,76 % . Realisasi pendapatan tersebut sudah melebihi 100% dari target penerimaan yang dilaksanakan di UPTD :

A. Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole Sapi Perah Cikole Lembang;

B. Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah Bunikasih Kabupaten Cianjur.

C. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi di Kabupaten Majalengka;

D. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Margawati Garut;

(19)

E. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis Kabupaten Ciamis;

F. Instalasi SPTD Trijaya Kuningan di Kabupaten Kuningan;

G. Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Cikole Lembang;

H. Balai Pengujian Sarana dan Prasarana Peternakan di Cikole Lembang.

(20)

BAB V

PERKEMBANGAN PRODUKSI TERNAK

4.1. KEGIATAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN DI JAWA BARAT TAHUN 2012

Pembangunan Peternakan yang dinamis diantaranya menuntut daya saing yang tinggi serta memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Sub sektor peternakan dapat menunjang penyerapan dan penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat bahkan perolehan devisa.

Sumberdaya peternakan berpotensi sebagai penggerak utama perekonomian nasional yang berbasis sumberdaya lokal. Akan tetapi saat ini impor untuk produk peternakan tidak sedikit jumlahnya, seperti impor daging sapi yang mencapai 30% dari kebutuhan nasional dan susu sekitar 70%. Hal ini berarti bahwa peran dan potensi peternakan saat ini belum teroptimalkan dengan baik, sehingga berakibat kepada kinerja sector ekonomi berbasis peternakan relatif rendah.

Beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh peternak antara lain biaya produksi yang masih tinggi, kurangnya infrastruktur, sulitnya mendapatkan pasokan bahan baku yang berkualitas secara berkesinambungan, lemahnya permodalan, lemahnya kemampuan teknis pembudiyaan ternak, kurangnya standar kualitas dan keamanan pangan yang berasal dari hewan ternak dan penanganan pascapanen yang tidak memadai.

Untuk memperbaiki kinerja tersebut, semua pelaku usaha pembangunan peternakan perlu berupaya untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan daya saing komoditas serta produk-produk peternakan.

Adapun dari hasil identifikasi permasalahan yang mendasar dalam penyusunan kebijakan dan program pembangunan peternakan adalah terbatasnya sumber daya yang dimiliki pemerintah serta kewenangan Provinsi Jawa Barat. Dilain pihak dengan melihat karakteristik pelaku usaha peternakan di Jawa Barat yang sebagian besar adalah para peternak kecil, maka kebijakan dan program yang disusun harus mampu menjadi pelindung bagi peternak kecil tersebut dan memberikan akses yang sebesar-besarnya bagi para peternak yang berkeinginan untuk maju dan berkembang, serta mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam memotivasi dunia usaha dan investasi.

Oleh karena itu, diperlukan perencanaan fasilitasi dan regulasi dari pemerintah yang terintegrasi dan berkesinambungan namun harus dapat dipertanggungjawabkan secara akuntabel sesuai dengan Keputusan Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999.

(21)

Salah satu misi penting dalam pengembangan peternakan adalah menggerakkan berbagai upaya untuk memanfaatkan sumberdaya peternakan secara optimal dan menerapkan teknologi tepat spesifik serta menciptakan peternakan yang ramah lingkungan diantaranya melalui pemanfaatan limbah pertanian dan limbah peternakan dengan menghasilkan nilai tambah untuk meningkatkan produktivitas komoditi.

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, untuk mengatasi masalah tersebut di atas secara bertahap melaksanakan inventarisasi pembangunan di Jawa Barat Selatan khususnya di Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis. Selain itu sebagai unit percontohan akan melaksanakan bantuan hibah Pengolahan Pakan dan limbah pertanian serta Pengolahan Limbah Peternakan.

Melalui Kegiatan Pengembangan Kawasan Peternakan di Jawa Barat tersebut, terdapat beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan diantaranya Inventarisasi Pembangunan Kawasan Peternakan di Jawa Barat Selatan, Pengembangan Kawasan Ternak Domba dan Sapi, Pendampingan Ban-Gub, Fasilitasi Instalasi Pengolahan Limbah Peternakan, Biogas, Pupuk Organik, dan ikutannya.

1. Inventarisasi Pembangunan Peternakan di Jawa Barat Selatan

Terinventarisasinya pembangunan peternakan di Jawa Barat Selatan pada 5 kabupaten.Salah satu prioritas pengembangan kawasan peternakan sapi potong adalah wilayah Jawa Barat Selatan yang meliputi Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis. Untuk mengetahui potensi wilayah dan kegiatan pembangunan yang sudah dilaksanakan pada wilayah Jawa Barat Selatan tersebut, dilaksanakan inventarisasi pembangunan peternakan.

Dari kegiatan ini diperoleh hasil Invertarisasi pembangunan peternakan di Jawa Barat Selatan yaitu kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis atau sebagai basic data, untuk bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan peternakan, khususnya sapi potong pada perencanaan mendatang.

Lokasi titik tumbuh pada wilayah kawasan peternakan di Jawa Barat Selatan yang telah dirintis sejak tahun 2009 sebagai berikut :

Tabel 4.1. Lokasi titik tumbuh pada wilayah kawasan peternakan di Jawa Barat Selatan Sejak tahun 2009

No Kabupaten Titik Tumbuh Kawasan

1. Sukabumi Kec. Surade

2. Cianjur Kec. Agrabinta

3. Garut Kec. Caringin, Kec. Mekar Mukti, Kec. Pameungpeuk 4. Tasikmalaya Kec. Cipatujah, Kec. Panca Tengah

5. Ciamis Kec. Cijulang

(22)

2. Pengembangan Kawasan Ternak Domba dan Sapi

Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan Bantuan Sosial atau Hibah instalasi Pengolahan Pakan dan limbah Pertanian serta instalasi Pengolahan Limbah Peternakan dilaksanakan sosialisasi serta pembekalan pengetahuan dan keterampilan bagi para peternak. Kegiatan pembekalan ini dilaksanakan melalui pelatihan teknis pada kelompok bantuan hibah Pengolahan Pakan dan Limbah Pertanian dan bantuan hibah Pengolahan Limbah Peternakan dilaksanakan pada 5 Kelompok pada 4 kabupaten yang sudah dipilih sesuai hasil CPCL dari kabupaten.

Tujuan dari pelatihan teknis ini agar para anggota kelompok memahami teknis operasional instalasi Pengolahan Pakan dan Limbah Pertanian serta Pengolahan Limbah Peternakan, dan dapat memanfaatkan semaksimal mungkin alat dan mesin yang diberika sehingga dapat berdayaguna dan berhasilguna sesuai dengan sasaran yang diharapkan dan anggota kelak dapat merasakan dan menikmati hasil dari kegiatan pengolahan tersebut baik bagi dirinya sendiri maupun kemajuan kelompoknya.

Adapun kelompok penerima bantuan Hibah Instalasi Pengolahan Pakan dan Limbah Pertanian serta Pengolahan Limbah Peternakan sebagai berikut :

Tabel 4.2. Kelompok penerima bantuan Hibah Instalasi Pengolahan Pakan dan Limbah Pertanian serta Pengolahan Limbah Peternakan

No Kelompok Desa Kecamatan Kabupaten Komoditi

1 Tegal Amba Sumber Wetan Jatitujuh Majalengka Domba 2 Manahijul Huda Sukaraja Raja Polah Tasikmalaya Sapi Potong 3 Mekar Tani Sindang Kasih Majalengka Majalengka Sapi Potong

4 Bungbulang Neglasari Purabaya Sukabumi Sapi Potong

Mekar Asih Sunten Jaya Lembang Bandung Barat Sapi Perah

Untuk meningkatkan wawasan, kompetensi dan kinerja para petugas pelaksana kegiatan Pengembangan Kawasan Peternakan di Jawa Barat maka dilaksanakan kunjungan kerja ke dalam rangka Pengamatan Model Kawasan Peternakan Terpadu ke Nusa Tenggara, peserta juga melibatkan petugas Balai Perbibitan dan Pengembangan Sapi Potong Ciamis serta petugas kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis.

(23)

3. Instalasi Pengolahan Limbah Peternakan, Biogas, Pupuk Organik dan Ikutannya (dihibahkan kepada Kelompok Masyarakat)

Instalasi Pengolahan Limbah Peternakan, Biogas, pupuk Organik dan Ikutannya terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu :

A. Instalasi Pengolahan Pakan dan Limbah Pertanian, sebanyak 4 (empat) paket

B. Instalasi Pengolahan Limbah Peternakan sebanyak 1 (satu) paket.

Paket Instalasi Pengolahan Pakan dan Limbah Pertanian serta Instalasi Pengolahan Limbah Peternakan, maka bentuk hibah yang dilaksanakan berupa Bahan Bangunan, Alat dan Mesin, Kendaraan Roda 3 serta Bahan-bahan dan Perlengkapan Pendukung dengan rincian :

A. Bantuan Pengolahan Pakan dan Limbah Pertanian :

a. Bahan bangunan Gudang (Batu, pasir, semen, kayu, asbes, dll) b. Alat dan Mesin (chopper)

c. Bahan-bahan dan perlengkapan pendukung (drum plastik, starter, plastik lembaran dan bahan lainnya)

B. Bantuan Pengolahan Limbah Peternakan : a. Bahan bangunan Gudang

b. Bahan Bak Fermentasi c. Alat dan Mesin :

- Alat Pengolah Pupuk Organik - Mesin Pengayak/sortir

- Mesin Grandul

- Mesin Pengaduk/pencampur - Mesin Penepung

- Mesin jahit karung d. Kendaraan Roda 3

e. Bahan-bahan dan perlengkapan pendukung (drum plastik, Plastik sealer, bioaktivator, dll

Dengan adanya paket hibah dalam bentuk bahan bangunan, alat dan mesin serta bahan-bahan perlengkapan pendukung, maka kewajiban kelompok penerima adalah berperan aktif, baik dalam menyediakan tenaga kerja maupun swadaya untuk membangun instalasi tersebut.

(24)

4.2. KEGIATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN ALAT MESIN PETERNAKAN TAHUN 2012

1. Koordinasi Kerjasama Teknologi dalam Program Hibah Kompetisi Berbasis Institusi (PHK-I) dengan Perguruan Tinggi.

Kegiatan PHKI-Unpad merupakan bentuk kerjasama antara Unpad, Bappeda Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Daerah Kabupaten sebagai manifestasi dari kegiatan pembangunan daerah yang mengintegrasikan peran perguruan tinggi dan daerah.

Kegiatan integrasi yang dilakukan adalah pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat melalui introduksi pejantan unggul pada populasi domba lokal di kelompok ternak, introduksi itik Rambon, pemanfaatan limbah peternakan untuk produksi gas, introduksi teknologi pembuatan pakan ternak, introduksi teknologi penetasan telur itik, dan pemanfaatan kaliandra untuk meningkatkan produktivitas lahan dan diversitas produk pangan sumber protein nabati.

Integrasi pertanian-peternakan dalam konsep pembagunan peternakan merupakan konsep pembangunan yang berkelanjutan dengan masud perubahan kesejahteraan masyarakat khususnya di Kabupaten Subang, Indramayu dan Cirebon dalam peningkatan calon kelompok baru.

A. Data kelompok Ternak domba pada pelaksanaan kegiatan PHK-I, adalah : a. KAB. INDRAMAYU :

Nama Kelompok : Gebang Sari

Lokasi : Desa Longok, Kec. Sliyeg, Kab. Indramayu

Ketua : Wardono

Sekretaris : Carwaji Bendahara : Kumedi b. KAB. CIREBON :

Nama Kelompok : Gimbal Jaya

Lokasi : Desa Slendra, Kec. Gegesik, Kab. Cirebon

Ketua : Muhadi

Sekretaris : Junaedi c. KAB. SUBANG :

Nama Kelompok : Sugih Mukti

Lokasi : Desa Sadawarna, Kec. Cibogo, Kab. Subang

Ketua : Ma’in

Sekretaris : Sarmin Bendahara : Rustawan

B. Data kelompok Ternak Itik pada pelaksanaan kegiatan PHK-I, adalah:

a. KAB. INDRAMAYU :

Nama Kelompok : Sub Kelompok Gebang Sari (Siwalan Jaya) Lokasi : Desa Longok, Kec. Sliyeg, Kab. Indramayu

Ketua : Karta

Sekretari : Tinsar

(25)

b. KAB. CIREBON :

Nama Kelompok : Tigan Mekar

Lokasi : Ds. Karang Anyar, Kec. Panguragan, Kab.Cirebon Ketua : Abdul Wakhid

Sekretaris : Umar Anas Bendahara : Nadi c. KAB. SUBANG :

Nama Kelompok : Sumber Makmur

Lokasi : Desa Rancadaka, Kec. Pusakanagara, Kab. Subang Ketua : Selamet

Sekretaris : Nurhendi Bendahara : Kursin

Kelompok tani ternak menjalankan usaha pokok sebagai pembibit (VBC), yaitu menghasilkan ternak itik dan domba sebagai bibit . Kegiatan kedua adalah budidaya ternak seperti penggemukan, produksi telur, penetasan, pengolahan bahan pakan hasil ikutan pertanian menjadi pakan ternak melalui amoniasi, pengeringan, hay dan wafering dan mixing bahan pakan, pengolahan limbah peternakan untuk produksi pupuk organik.

Hasil dari kegiatan ini ternyata peternak sangat memerlukan teknologi yang tepat guna dan mudah dilaksanakan didaerahnya dengan mengunakan potensi lokal yang ada di daerah masing-masing. Kegiatan ini diharapkan terus berlangsung untuk mendampingi para peternak dalam menggelola budidaya ternaknya supaya hasil ternak yang didapat efisien dan efektif terutama dalam penyediaan pakan, sehingga pendapatan peternak akan meningkat sehingga kesejahteraan peternak dan keluarganya meningkat. Pendampingan dari pihak Dinas Peternakan yang bekerjasama dengan perguruan tinggi merupakan langkah yang baik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak untuk menggunakan potensi bahan pakan lokal.

2. Teknologi Pengembangan BIOGAS

Berbagai upaya Pembangunan khususnya yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, dicirikan melalui pemanfaatan sumber daya t telah dirintis dengan titik sentral pemanfaatan limbah ternak yang tidak hanya untuk pengendalian pencemaran lingkungan, namun menghasilkan sumber energi alternatif serta ikutan lainnya yang berkontribusi positif terhadap peningkatan pendapatan. Melalui pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas, maka dapat terdongkrak kehidupannya dengan potensi sumber energi rumah tangga yang dimiliki, potensi ekonomi dan peningkatan kesuburan tanah dari pupuk kompos

(26)

limbah biogas serta mampu menghindarkan diri dari stigma pencemar lingkungan maupun penyumbang pemanasan global yang besar.

Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus melakukan berbagai terobosan untuk memfasilitasi pencapaian hal tersebut. Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada, serta sejalan dengan budaya hidup masyarakat, maka diluncurkan Program Pengembangan Peternakan Ramah Lingkungan Melalui Pengembangan Biogas yang diharapkan sebagai salah satu jalan keluar yang efektif dimana bisa dicapai dengan potensi limbah peternakan.

Tabel 4.3. Potensi Limbah Sapi Perah di Sentra Utama Sapi Perah di Bandung Utara dan Bandung Selatan

Uraian Populasi (ekor) Potensi Kotoran

Ternak (kg/hr) Kawasan Bandung Utara

- Kec. Lembang - Kec. Cisarua - Kec. Parongpong Kab. Bandung Barat

21.437 11.406 5.784 40.818

535.925 285.150 144.600 1.020.450 Kawasan Bandung Selatan

- Kec. Pangalengan - Kec. Kertasari - Kec. Pasir Jambu Kab. Bandung

16.235 7.228 5.236 36.403

405.875 180.700 130.900 910.075

Jawa Barat 139.970 3.499.250

Sumber : Disnak Jabar, diolah

Selain itu dengan teknologi biogas. Biogas adalah gas yang mudah terbakar (flammable), yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob. Secara umum, semua bahan organik dapat diproses menjadi biogas, namun salah satu yang paling baik dijadikan biogas adalah bahan organik dari kotoran ternak (berbentuk padat dan cair). Teknologi biogas adalah teknologi fermentasi bahan organik sehingga menghasilkan gas metana untuk kebutuhan sehari-hari di dalam alat berupa penghasil biogas.

Tabel 4.4. Pemanfaatan Biogas di Masyarakat

Tahun Lokasi (Kab/Kota) Jumlah Unit

Biogas

Jumlah KK Penerima

2006 Kuningan, Sumedang 199 200

2007 Bandung, Garut, Tasikmalaya 350 400

2008 Ciamis, Majalengka, Tasikmalaya 300 300

2009 Bogor, Bandung, Tasikmalaya 600 600

2010 Bandung Barat, Bandung, Sumedang 177 177

Jumlah 1.626 1.661

Sumber : Dinas ESDM, diolah

(27)

Adapun manfaat dari Biogas adalah sebagai berikut : A. Sebagai Bahan Bakar (Energi Alternatif)

Pengolahan kotoran sapi menjadi biogas dan pupuk organik memberikan berbagai keuntungan yang sangat signifikan, utamanya masyarakat tidak perlu membeli gas untuk keperluan memasak, menghindari pembuangan kotoran sapi ke sungai, menciptakan lingkungan pemukiman yang bersih/sehat serta mendukung program pengembangan ternak sapi/kerbau.

Pada beberapa literatur disebutkan bahwa nilai kalori 1 m3 biogas sekitar 6.000 watt jam atau setara dengan setengah liter minyak diesel.

Dengan demikian biogas dapat menjadi bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah, LPG, butana, batubara dan lainnya yang bersumber fosil.

Tabel 4.5. Perbandingan Biogas dengan Bahan Bakar Lain

Biogas Bahan Bakar Lainnya

1 m3 biogas setara dengan LPG 0,46 kg

Minyak tanah 0,62 liter Minyak solar 0,52 liter Bensin 0,80 liter Gas kota 1,50 m3 Kayu bakar 3,50 kg

Sumber : Dinas ESDM, Disnak Jabar & Hivos.

Misalkan, sebuah rumah tangga untuk keperluan memasak dalam satu bulan menghabiskan satu tabung LPG 12 kg atau 0,4 kg LPG/hari. Apabila rumah tangga tersebut memiliki satu unit biogas dengan ukuran reaktor 4 m3 (setara ternak 2-3 ekor), maka dapat menghasilkan gas 1m3/hari yang setara LPG 0,46 kg, sehingga biogas dapat mensubstitusi gas LPG.

B. Sebagai pupuk organik

Limbah/sisa biogas yang telah hilang gasnya, sehingga berbentuk lumpur (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur- unsur yang dibutuhkan tanaman, bahkan terdapat unsur-unsur seperti protein, selulosa, lignin dan lain-lain yang tidak bisa tergantikan oleh pupuk kimia.

C. Pengendalian pencemaran lingkungan

a. Gas metan yang dihasilkan secara alami oleh kotoran ternak yang menumpuk tanpa diolah, saat ini dipandang sebagai penyumbang

(28)

terbesar efek rumah kaca (lebih besar dibanding CO2 yang dihasilkan pembakaran bahan bakar fosil). Dengan diolah menjadi biogas, maka gas metan yang terbuang ke udara akan berkurang.

b. Kotoran ternak yang dibuang langsung akan mencemari sungai terutama oleh racun dan bakteri e.coli yang dibawanya. Dengan diolah jadi biogas, maka pada sisa biogas / slurry terdapat penurunan COD 90% dari kondisi bahan awal dan perbandingan BOD/COD sebesar 0,37 lebih kecil dari kondisi normal limbah cair BOD/COD = 0,5.

Pembangunan instalasi biogas di kawasan ternak sapi perah Bandung Utara erat kaitannya dengan pengendalian pencemaran di Sub DAS Cikapundung, dan di kawasan ternak sapi perah Bandung Selatan erat kaitannya dengan pengendalian pencemaran di hulu Sungai Citarum

Pengembangan Biogas dalam rangka Kali Bersih dan Peningkatan Pendapatan Masyarakat diharapkan dapat mensinergiskan berbagai program di bidang pertanian, peternakan, energi dan lingkungan, dalam mendukung upaya peningkatan IPM dan Jawa Barat sebagai Green Province.

4.3. PENGEMBANGAN DATA DAN PENYEDIAAN INFORMASI BIDANG PETERNAKAN

Pembangunan sektor peternakan saat ini menghadapi tantangan yang cukup besar dengan terbukanya pasar era globalisasi, yang berdampak terhadap mobilitas barang dan jasa yang semakin cepat dan persaingan yang semakin meningkat. Agar memiliki kemampuan bersaing, maka Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dituntut harus mampu mempertinggi daya saing produk peternakan.

Dalam upaya meningkatkan daya saing tersebut, data dan informasi yang menyangkut kondisi sumber daya sektor peternakan harus akurat, tepat, objektif, dan komprehensif (ATOK), sehingga dapat digunakan untuk merumuskan langkah-langkah strategis guna mengarahkan pembangunan sektor peternakan dimasa mendatang.

Data dan informasi sub sektor peternakan yang dijadikan acuan untuk pembangunan sektor peternakan, diantaranya data populasi ternak dari 11 komoditas yaitu ternak sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging dan itik. Sedangkan produksi hasil ternak terdiri

(29)

dari produksi daging, telur dan susu serta konsumsi masyarakat terhadap produk hasil peternakan tersebut.

1. Pencapaian Populasi Ternak

Pertumbuhan populasi ternak memiliki peranan yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi sub sektor peternakan. Laju Pertumbuhan populasi ternak besar di Jawa Barat pada tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011 berkisar antara 17,16% sampai (22,61%). Laju pertumbuhan tertinggi ada di komoditas ternak domba sekitar 17,16%, sedangkan terendah di komoditas babi sekitar (22,61%).

Populasi ternak babi pada tahun 2011 pertumbuhannya sekitar 14,73% menurun drastis menjadi (22,61%) pada tahun 2012, kondisi ini seiiring dengan kebijakan pemerintah Provinsi Jawa Barat yang akan menghapuskan budidaya ternak babi di masyarakat. Pertumbuhan ternak yang meningkat setelah domba yaitu ternak kambing sekitar 14,20%, ternak kuda sekitar 2,40%, dan ternak sapi potong sekitar 1,57%. Relatif kecilnya peningkatan populasi ternak sapi potong dikarenakan permintaan akan daging sapi pada tahun 2012 meningkat, sedangkan ketersediaan daging sapi terbatas, yang disebabkan karena adanya pembatasan ternak sapi impor menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap sapi lokal yang ada.

Ternak besar yang mengalami penurunan populasi yaitu ternak sapi perah sekitar (2,80%) dan ternak kerbau yang laju pertumbuhannya dari tahun ke tahun cenderung menurun (6,38%). Populasi sapi perah mengalami penurunan dikarenakan peternak sapi perah banyak yang menjual ternak sapinya untuk dipotong, selain dikarenakan harga ternak per berat hidup cukup tinggi, juga dikarenakan mahalnya harga pakan yang berkualitas sedangkan harga jual produksi susu masih rendah. Turunnya populasi sapi perah ini juga dikarenakan banyaknya pengeluaran sapi perah yang sudah tidak produktif lagi, untuk dipotong.

Populasi kerbau menurun setiap tahunnya dikarenakan peternak pada dasarnya memelihara kerbau untuk membajak sawah. Dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi (yang mana dewasa ini sudah menggunakan traktor untuk mengolah sawah), peternak mulai malas memelihara kerbau dan akhirnya menjual kerbaunya sehingga dari tahun ke tahun populasi kerbau semakin menurun.

Untuk komoditas unggas, laju pertumbuhannya berkisar antara 4,66%

sampai (5,77%). Laju pertumbuhan tertinggi pada ternak ayam ras pedaging yang

(30)

meningkat sekitar 4,66% dan ayam ras petelur meningkat sekitar 2,86%, sedangkan populasi unggas lainnya mengalami penurunan diantaranya ayam buras sekitar (0,63%), dan populasi itik menurun sekitar (5,77%). Populasi ayam buras mengalami penurunan dari tahun 2011 seperti halnya di Kota Sukabumi yang populasinya sekitar 1.508.330 ekor menjadi 1.184.469 ekor pada tahun 2012. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan permintaan ayam buras baik dalam bentuk karkas maupun ternak, selain itu peningkatan populasi berjalan lambat karena manajerial pemeliharaan masih dikelola secara sederhana.

Perusahaan yang sudah dapat mengelola secara semi modern lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nasional. Di kabupaten Purwakarta penurunan ayam buras dikarenakan adanya kematian akibat virus Avian dan Influenza. Sedangkan di kabupaten Majalengka dan Indramayu, populasi ayam buras menurun dibandingkan dengan populasi tahun 2011, disebabkan karena masyarakat lebih banyak memilih ayam pedaging dibandingkan ayam buras baik untuk dikonsumsi maupun untuk diternakkan, karena dari segi harga lebih murah. Dibeberapa tempat terjangkitnya wabah AI dan banyak ternak yang mati. Di Kabupaten Cirebon menurunnya populasi ternak ayam buras disebabkan adanya isu flu burung dan kondisi iklim musim penghujan yang menyebabkan unggas cenderung mudah sakit sehingga peternak lebih banyak menjual ternaknya.

Sejak terjadinya wabah Flu Burung di Jawa Barat pada tahun 2009, telah terjadi kematian unggas yang cukup tinggi, namun dengan berbagai upaya yang ditempuh bersama seluruh stake holder, industri perunggasan melalui penanganan dan pengendalian wabah virus flu burung pada hewan dan restrukturisasi perunggasan telah mulai bangkit lagi sekalipun saat ini belum mengalami peningkatan yang menggembirakan.

Rincian pencapaian populasi ternak tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6. Pencapaian Populasi Ternak Tahun 2011 – 2012 di Jawa Barat

No Jenis Ternak Realisasi Target R/T R

11-12

2011 2012 2012 (%) (%)

1. Sapi Potong 422.989 429.637 345.318 124,42 1,57

2. Sapi Perah 139.970 136.054 121.180 112,27 (2,80)

3. Kerbau 130.157 121.854 153.496 79,39 (6,38)

4. Kuda 14.080 14.418 13.283 108,54 2,40

5. Kambing 2.016.867 2.303.256 1.603.365 143,65 14,20

Gambar

Tabel 3.2.  Alih  tugas  dan  Pensiun  pada  Dinas  Peternakan  Provinsi  Jawa  Barat  Tahun 2012
Tabel  3.3.  Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang Naik   Pangkat/ Golongan pada Tahun 2012
Tabel 3.4.   Rekapitulasi Kekuatan Pegawai Dinas Peternakan Provinsi   Jawa Barat pada Tahun 2012
Tabel 3.6.   Jumlah Pegawai Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat   yang memperoleh Cuti selama Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi berjudul: ”Pengaruh Konservatisme terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dengan Moderasi Good

Pengecatan sederhana dapat digunakan untuk melihat morfologi dan komposisi sel bakteri karena asam nukleat bakteri dan beberapa jenis komponen dinding sel

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan mulai dilaporkan pada tahun 2005 dan setiap penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan tahunnya cenderung meningkat.. Pada

Hasil kalibrasi model antara indeks dari citra spasial dengan data nilai lengas tanah pada 40 titik pengamatan BRG selama periode 2018-2019 menunjukkan performa

JRS together with Transparan and Puspa Indah, local NGOs, visited the GTZ office in Lhokseumawe and Banda Aceh to discuss the return of IDPs from Kuala Simpang Ulim.

The concept of neighborhood unit in the area of Menara Kudus settlement in term of physical closeness may be seen through the maintained building shape and environment of the

[r]