DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I.
FRAKSI ABRI
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI A8RI
A T A S
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG
KEIMIGRASIAN
Yang terhormat SaudRra Pi mp i nan '.·. i d::i.ng, Yang terhormat Saudara Menter i · 1<.ehak. i man Yang terhormat Para Anggota Dewan, serta Hadirin yang kami muliakan.
selaku Wakil Pemerintah,
..: .. ·· ...
;;·/.;(·~~· ~·
. ,. . ". ·,·.-;_:, Mari lah kita panjatkan puj i syukur ke hadi·rat Tuhan Yang\.!:1,~~
1
,.,.,t,Maha Esa, karena hanya atas rahrnRt dan ridho-Nyalah, pada
harf ":;· ··
in i k i ta dapat berl<.L1mpu 1 da 1 am 1<.eadaan sehat wa 1 'af i at, untuk ..
mengikuti Pemandangan Umum Fraksi-fraksi atas Rancangan Undane~·;·:=\
undang tentang Keimigrasian. ,. ; .. ,;)~..:.r:Y Atas nama Fraksi ABRI, perl<.enanl<.anlah kami menyampaikan·•,u~apari.
terima kasih kepada Saudara Pimpinan Sidang, atas kesempatan·~:yang diberikan kepada Fraksi
ABRI,
untLtk menyampaikan Pemandang$1"\.t!'.U urnin
i · ·.
'.Y11.~~~! ., ... ,• . · 1 ~.·J :l:·.:zt\~::.\.~ . ·~~-·~; c~f.
.• ·':.1'~vt. ..· ~:r-~·r,/;
Fr a ks i ABRI berpendapat, bahwa penyampa i an Rancangan·::
Undang-undang tentang Keimigrasian ini tepat waktu, baik bila-~'.".1:_, dikaitkan dengan perkembangan internasional yang terjadi saat · ini, dan tuntutan pembang~nan nasional ·yang tengah kita galakkan, maupun bila dikaitkan dengan falsafah, konstitusi, serta politik dan strategi nasional yang kita anut, yang seyogyanya senantiasa kita jadikan rujukan.
Arus globalisasi dan informasi serta perbedaan geografis,
· i I<. l i m, kekayaan a 1 am, dan ting~ -'.'It l<.emampuan negara-negara yang ada di dunia saat ini, tel::,h w>nyebabl<an setiap negara saling membutuhkan. Deng an demi I<. i an c.:':'t i ap negara di pacu untuk tu rut al<.tif dalam pergaulan antar bar,Q'.:.a, jil<.a bangsa itL1 ingin maju dan tidak terisolasi. ·
Dun i a cendenmg mengarah l<.epada keterbul<.aan dan ker j asama yang saling mengLmtungl<.an. Pergaulan antar bangsa saat ini semakin meninggalkan politil<. adu kek.uatan, perang dingin antara negara adi daya telah mereda dan sebalil<.nya upaya saling membantu maki~
nampak.
.1'
..
Sementara itu teknologi semakin maju, terutama di bidane.
transportas i dan komun i kas i . Sa at in i bo 1 eh di katakan!l;'.·sudah:i tidak ada l_agi bagian dunia yang benar-be_nar .terasingrdanf'{lit:i'.~a~S.
pernah terJamah oleh orang luar, atau t1dak terpengaruh'o1eh •.
perkembangan yang terjadi di sel<.itarnya. Kerjasama antar 'bangsay.:: .. , yang semak in meni ngl<.at, dan kemaj uan tekno 1 og i yang semak in . .l•i•
:'i'.i\f'
canggih itu, menyebabkan peningkatan arus lalulintas.manusia·::.-.~·:··::;1antar negara. · . · · "'
::·;,: 1 t:~:;}.
•·i'•·•V•···li' ., Di . da 1 am nege r i I<. i ta send i r i , pembangun~n nas
i
ona1
yang .·.-·iM/;7(~\.·•
t~ rus I<. 1 ta pa cu merner l ul<an _hubungan den~a~ dun 1 a 1 uar. ';•1;'.·~:'·.:''.::
Kita memerlul<.an bantuan dar1 l•v•r neger1; berupa modal, teknologi tt d an I<. ea h 1 i an . Seba 1 i I<. n ya !< i t ;1 pun me' n1 but Lt h k an pas a r d 1 l u a r
negeri terutama untuk memasarka11 prod~k-produk baik migas maupun non migas. Sementara itu k.itapun berupaya menarik wisatawan mancanegara sebanyak-banyaknya, dan berupaya menjadi kan sektor tersebut sebagai salah satu primadona dalam menghimpun pendapatan.
negara. Tuntutan pembangunan i tu menyebabk.an meni ngkatnya arus 1alulintas mam1sia dari dan keluar wilayah negara kita.
1<.iranya kita sependapat, bah~a arus lalulintas manusia itu, di satu sisi memang menguntungl<an bagi pembangunan nasional, namun di sisi lain dapat rnernbawa darnpak negatif terhadap beberapa send i kehi dupan bangsa. 01 eh karena i tu sa 1 ah satL1 cara untuk mengoptimaH<.an manf<.:i.:::tt dan 111Pn1ir1i111all<an dampak negatif dari lalulintas manL1sia r_L1ri r_fan l<I'- '' 1 l:1m wilayEth negara kita, adalah rnenci ptal<.an satu und~1ng-r.mdan<J y .. •·)q tepat unt.uk rnengatL1rnya.
Saat ini peraturan r)er1.1ndang-11nrl 111!Jan yang mengatur lalu lintas l<i:?luar-masul<., dari dan l<e wil:wRh Indonesia serta beradanya orang asing di .wilayah negara Republil< Indonesia sL1dah tidak memadai
lag i .
Pad a dasarnya Fral<.s i ABRI sepend21r.<~ t dengan Penj e 1 asan Pemeri ntah yang telah disampail<.an pada tai1guRl 16 September 1991 yang lalu, yang menyatal<.an bahwa perat1.1ran penmdang-undangan tentang hal itu sudah waktunya disempurnakan dan diperbaharui, karena:
a.
b.
c.
Selain tersebar di berbagai peraturan perundang-undangan, sebagian merupakan peninggalan dari Pemerintah Hindia Belanda sebagai pencerminan "politik pintu terbuka" yang menitil< beratl<::'\n pada l<.einginan menarik orang asing masuk dan menetap di Indonesia un1.u1<. rnelal<.ukan kegiatan di bidang perniagaan dan rerkebunan.
Tidak ada sat•.1pun peratur::rn 1•i:>nmdang-undangan yang mengatur 1a1 u 1 i ntas J.<.e l unr, masuk., dan beradanya orang as i ng dari dan 1-<.e dalam wilayah Indonesia, kecuali Toelatingsbes1uit yang te 1 ah di 1_1bah dan di t :1111b3h teral<.h i r dengan Staatsb1 ad/
1949
Nomor330
dan Toelatingsordonantie Staatsblad 1~49 Nomor 331.Ke n y at a an n y a I<. e d 1_1 a re r ~1 :. u r an t e r s e bu t be 1 um me mu at ketentL1an-ketentuan yang '"~rsi fat mengadal<.an pembatasan- pembatasan dan pengawasan t.e rhadap orang as i ng yang
i
ng in masuk dan berdiam atau meneLap di Indonesia.Hal ini tidalo<. sejalan dengan kebijaksanaan keimigrasian di Indonesia yang menganut prinsip "Selective Policy" yaitu l<.ebijal<sanaan penyaringan bagi orang asing yang ingin masuk dan menetap dalam wilayah negara Repulbik Indonesia, yang harus bermanfaat timbal balik baik bagi mereka maupun bagi kepent i ngan pernbangunan di Indonesia ("prosperity") dengan tidak mengabaikan aspek keamanan dan kewaspadaan
("security"). ·
Dengan demikian orang asing yang ingin masuk atau menetap di wilayah Indonesia haruslah dipertimbangkan dari berbagai segi, baik dari segi keamanan, politik, ekonomi, maupun sosial budaya bagi bangsa dan negara Indonesia.
Peraturan perundang-undan~i~rn yang mengatur la 1 u l i ntas keluar, masul<., bail-<. bRgi orang asing maL1pun warga negara Indonesia, yang bukan prc"'lr.11< Pemerintah Hindia Belanda, semuanya ada 1 ah produk hul<r 1111 yang pembentukannya di dasarkan pada l<.onstitusi RIS dan UUDS 1950, yang tidak sesL1ai lagi dengan sistem ketatanegaraan l<ita berdasarkan Undang Undang Pasar 1945 dan bertentangan d8ngan Garis-garis Besar Haluan Negara yang mengamanatkan u11::1ya pembaharuan hukum.
Dengan adanya berb:::tga i I'' 1 I. •.1r-an perundang-undangan yang mengatur lalu 1 intas l<.el11c-11 111Rsuk dan beradany.a orang asing di wi layah negara Repul:tl ik Indonesia, akan ter-jadi pengaturan yang tum~ang tin~ih dan .tidak selaras satu dengan
lainnya, sehingga kurang menjarnin adanya kepastian hukum.
Pada dasarnya peraturan pi-:>rundang-undangan tersebut hanya mengatur bagaimana orang asing dapat masuk dan atau menetap di wilayah Indonesia, sedangkan bagaimana jika ada seseorang (baik orang asing ataupun warga negara Indonesia) akan keluar dari wilayah Indonesia, sama sekali belum ada pengatL1rannya.
2
. ·~
... ,
' 1\'
..
·.;
., .,
,·J
Oleh karena itu perlu adanya pengaturan rnengenai orang yang akan keluar dari wilayah Indonesia.
Juga ditegaskan bahwa aparat irnigrasi disarnping bertugas sebagai aparat pelayanan .!1_19a bertugas sebagai aparat penegal<. h1.11<.um dan aparat s•.,ku r it i da
1am rangka
ikL1t serta memelihara stabilitas di birla11g ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan l<earnanan nasional.
Saudara Pimpinan Sidang dan Hadirin yang kami hormati,
Selain harus mernpertirnbangkan perkembangan internasional dan tuntutan pembangunan, Undang-undang tentang Keimigrasian yang akan k
ita rumuskan hendak.nya se la l u meruj uk kepada norma-norma yang terkandung da 1 am Pane as i 1 a, Undang-Undang Dasar
1945,dan ..
Garis-garis Besar Haluan Negara sebagai falsafah,
konst)t.u.~~,•· .
.->~~/serta politik dan strategi nasional yang kita anut.
.;·.''iii'·'~.··<·/;' . '.';' -: =·/"·; £, .. ~~;Undang-1.mdang tentang l<.eimigrasian hendaknya tetap ·dijiwaii4',, ... ; oleh kelirna sila dari Pancasila.
Dengan mengkaitkannya dengan sila-sila itu, Undang-undang tentang l<.eimigrasian diharapkan mencer-minkan pengayoman hak asasi manusia, memberikan kemudahan dalam upaya perwujudan hubungan antar
bangs~,memberikan rasa aman, mengoptimalkan manfaat bagi pembangunan, dengan tetap menjamin kepentingan dan integr1tas nasional, serta ketertiban dan kedaulatan negara.
Di ka i tkan dengan 1Jndang-1Jn1Jt:tng Oasar 1945, Undang-undang tentang Keimigrasian hendaknya taat asas kepada Tujuan Nasional yang tersurat dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, serta menjamin tegaknya negara hukum, dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan rakyat banyak.
Demikian juga, dikaitkan denaan Tujuan Pembangunan Nasional, Undang-undang tentang Keimigrasian harus mampu mendukung perwujudan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh ,.
masyarakat Indonesia, serta menjamin pemerataan, pertumbuhan dan , stabilitas nasional sebagaimana tercermin dalam Trilogi ·,
\~ • f . ) ; . •. Pembangunan yang digariskan dalam Garis-Garis
Be~.a,r,.:.,~~l\l)~\'l\" :llNegara. ·' ·~y~~t~ft ,'
Selain mempertimbangkan perkembangan global dan· reg1ona1 se rta me ruj uk kepada Pancas i 1 a, Un dang-U nd an g Oasar 1
94.5'.ff..~a .,Gari s-gari s Besar Ha 1L1an Negara seperti yang kami utarakan·:,tad.1jt secara teknis, Undang-undang tentang Keimigrasian
hendakny~me~iliki
muatan yang lengkap, susunan yang padat, dan bentuk
yang~baku, sehingga mudah dilaksanakan dan menjarnin kepastian hukum.
Saudara Pimpinan Sidang dan Hadirin Sekalian,
b. Terwujudnya
pengayo~anhak asasi manusia.
c. ·Terpe1iharanya keterbukaan terhadap pihak asing memberikan kemudahan dan kecepatan pelayanan.
-.J 'i
.{
..
'•d.
Terwujudny~"1.fungsi pengawasan terhadap orang asing yang lebih terkoordinasi dan terpadu.
e. Terciptanya Undang-undang tentang Keirnigrasian yang lengkap, tepat dan baku serta mudah dilaksanakan.
Saudara Pimpinan Sidang dan Hadirin Sekalian,
Dengan menggunakan pokok-pokok pikiran itu sebagai tolok ukur, perkenankanlah Fraksi ABRI menyoroti beberapa hal yang me r LI p a k an m LI at a n d a r i R an c an g an U n d an g - u n d an g tent an g Keimigrasian, sebagai berikut :
1. Keseimbangan antara Keamanan dan Hak Asasi Manusia
t<.ebebasan bepergian, baik masuk maupun ke luar wilayah Indonesia, selain berkaitan dengan keamanan, juga erat berkaitan dengan hak asasi manusia. Pengaturan tentang pembatasan atas hak asasi manusia seyogyanya sejauh mungkin hanya ditetapl<.an dalam suatu peraturan yang berbentuk Lindan9-1_indang. Hanya rincian yang benar-benar bersifat teknis saja, yang pengaturannya lebih lanjut diserahkan l<.epada pe ratL1 ran yang l ebi h rendah dar
ipad a undang-undang, seperti PeratL1ran Pernerintah, t<.epl.1tusan Presiden atau Keputusan Menteri.
Pengalaman rnembuktikan, bahwa pengaturan yang berkaitan dengan pembatasan hak asasi manusia, hanya garis besarnya saja dimLiat dalam Lindang-undang, sedangkan rinciannya diserahkan kepada Menteri, kadang-kadang menimbulkan kesalah pahaman. Hal ini kita alami, misalnya dalam hubungannya dengan masalah cegah tangkal (cekal) yang masih hangat dalam
ingatan kit.a.
Dengan
~.atalain Peratl.1ran Pemerintah, Kepl.1tusan Presiden, atau Keputusan Menteri hendaknya tidak merupakan ublanko mandat" yang dapat diisi apa saja.
Da 1 am ka i tan in i , F raks i ABRI mengharapkan pengl<.aj i an yang lebih mendalam, misalnya
~erhadap:
a. Pasal 6 ayat (1) a yang selengkapnya berbunyi :
"Dikecualikan dari kewajiban memiliki visa sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1)adalah:
a. orang asing warganegara dari negara yang berdasarkan KeputL1san Presiden tidak diwajibkan memiliki "visa", Fraksi ABRI berpendapat apakah tidak sebaiknya jika da lam Undang-Lmdang in i di cantumkan pokol<.-pokok yang akan menjadi rnuatan dari Keputusan Presiden itu lebih
~limitatif, tidak hanya disebut contohnya saja yaitu pariwisata, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan pasal yang bersangkutan.
b. Pasal 15 yang selengkapnya berbunyi
"KetentL1an 1 ebi h 1 anj ut mengena i syarat dan ta ta car a permohonan pemberian dan penolakan izin keimigrasian serta ha1-ha1 lain yang berkenaan dengan keberadaan orang asing di wilayah Indonesia diatlir dengan Peraturan Pemerintah".
F raks i ABR I
b~rpendapat agar da lam Rancangan Undang- undan g tentahg Keimigrasian dicantumkan pokok-pokok materi yang han1s diatl.1r dalam Peraturan Pemerintah, antara lain tentang batas waktL1, dan juga menampung SL1bstans
iyang · terdapat da 1 am Undang-undang No. 9 Ort tahun 1955 tentang Kependudukan Orang Asing.
4
c. Pasal 58 yang selen~11,,ir ">'>\ berbunyi
"Ketentuan y~rng be r· 1 't 1 bag i orang as i ng yang datang d an be rad a d i w i 1 (i y :,i1 , l n cl o n e s i a d a 1 am r an g k a t u g as diplomatil<. dan dina<:; diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah".
Peraturan mengena i Paspor Dip 1 omat i k dan Paspor Di nas, sl?lama ini diatur dal::\m Undang-undang No. 14 Tahun
1959. Dalam rancangan undang-Lmdang ini ditentukan pada
saat mulai berlakunya Undang-undan9 tentang l<.eimigrasian ini, Undang-undang No. 14 Tahun 1969 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Oleh karena itu apakah tidal< sebaiknya pokok-pokok yang di atur da 1 am Undang-\mdang No. 14 Tahun 1959 di angkat menjadi materi Rancangan Undang-undang tentang Keimigrasian ini, karena pengaturan tentang Paspor Diplomatik dan Paspor Dinas menyangkut hubungan antara negara Republik Indonesia dengan negara-negara lain yang mempunyai hubungan diplomatik.
2. l<.ese i mbangan an.tar a l<.eamamtu_. Ke past i an hLtkum dan Kemudahan Pelayanan
Rancangan Undang-undang tentang Keimigrasian diharapkan menjamin l<eseimbangan antar-a l<.epastian hul<.um, kewaspadaan terhadap berbaga i bentuk EP'1caman dan kemudahan pe l ayanan.
Kese i mbangan i t1.1 di pandr\!1CJ ku r-ang te rcermi n da lam rumusan
pasal~pasal ber-ih1t. ini
a. Pasal 8 ay:-:it (2) a, Y'-"'! selengkapnya berbunyi:
" I j i n be r to 1 a I<. s e b '=' g ~· i 111 an a d i ma k s u d d a 1 am a y at ( 1 ) diberil<.an, ken1ali rJalcun hal~hal sebagai berikut:
a. kar·ena keter·l ib,:1tannya dalam perkara' pidana, berdasarkan keputusan .laksa Agung dilarang beper9ian ke
luar wilayah Indonesi21".
Deng an rumusan sepe rt i i tu, cakupan pas a 1 in i terasa terl al u l uas, seh i ngga mengesankan kL1rang terayomi nya kebebasan seseorang untuk bepergian ke luar negeri.
Oleh karena itu, apakah tidak lebih baik jika di antara kata "perkara pidana" dan "berdasarkan" disisipkan kata
"tertentu", sehingga hanya dalam perkara·tertentu Jaksa Agung dapat melarang seseorang untuk bepergian ke luar negeri, misalnya dalam perkara-perkara yang menyangkut keselamatan negara. Dengan demikian akan merupakan penegasan dari pasal 32 Undang-undang Nomor 5 Tahun
1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
b. Pasa l 8 ayat ( 2) c yan'J se l engl<.apnya berbunyi
"berdas-3.rl<~rn l<eput1.1'='.1'' b;,1dan Tata Usaha Negara yang be r we wen Rn g d a 1 am f • '·' l - ha' 1 yang be r k a i tan den g an l<.eamanan dan kese 1 Elm~~ t ·1n negara" .
Pasa l in i mengesank 0n. f.1<:1hwa beberapa aparat Pemeri ntah dapat menge 1 uarkan l<er:11.1 tusan pe l arangan bag i seseorang untuk bepergian ke luar negeri.
Hal ini selain merugikan kepentingan seseorang yang bermal<.sud bepergian ke luar negeri, juga kurang menjamin kepastian hukum. Sebaiknya orang yang bersangl<.utan hanya berurusan dengan satu instansi saja.
Jika ada beberapa instansi yang menghendaki pelarangan itu, hendaknya disalurkan melalui satu instansi
saja,
misalnya Kejak_saan Agung atau Di rektorat Jendera1
Imigrasi. Pengalaman selama ini membukt1kan, bahwa · ·
.v
adanya · berbagai instansi yang berwenang mengeluarkan· /·::· ..
:.~,rn
pelarangan itu, seringkali menimbulkan kesan saling
me 1 empar tanggung jaw ab, yang menyebabkan orang yang . -_;
bersangkutan dirugikan.
3. Kese i nibangan ant2.ra_Pe l aya1i_;:i,1_i ___ r;.jan Kedau la tan Negara
Rancangan Und::lng-undang tpnt crng Ke i mi gr as i an, se lain harus menunjang l<em<:rntapan hubuncy-111 internasional, dan regional, j uga hendal<.nyA tetap menr::e nn i nl<an 1<.eda1..11 a tan dan kewi bawaan negara. t<.eseimbangan in·i r:1·3Rnya l<.urang tercermin da1am rumusan Pas al .5 7 Ranc:anq:~,, 111iri.'.-rng-undang yang se 1 engkapnya berbunyi : "l<.et~_,ntu~rn ke i1111~11 ,,, ian bagi lalu l intas orang di daerah perbatas;.:111 diat1Jr \•;1 ·'Wiiri dengan perjanjian Lintas Batas antara p0mt:>r-intah 11• !;ir·a Republil<. Indonesia dan pemer i ntah ni?gcu-a tetangcy\ y;uig merni 1 i I< i perbatasan yang sama, dengrn1 sej <:nth mungl< in n1 ... 1nperhat i l<an l<etentuan Undang- undang ini".
Rumusan sepe rt i i tu mengi:>'.;;\td<;,:rn seo l ah-o l ah Undang-undang tentang Keimigrasian ir•i m8rupal<.an "pelengkap" dari Perjanjian Lintas Bat<ls, dan mengesanl<.an seolah-olah lalul intas orang di daerah perbatasan tidak diatur dengan Undang-undang tentang Keimigrasian, dan harus menunggu du1u Perjanjian Lintas batas.
Hal itu sei:ara sub.stansial berarti, bahwa sebagai negara yang berdaulat 1<.ita harus menunggu persetujuan dulu dari negara tetangga. untul<. rnr:>n<y1 tu r 1a1u1 i ntas orang-orang diperbatasan. Penalaran si::·111ac:<:Hn ini har1..1s dicegah den9an mengubah rumusc.n Pasal 57, Y'~ i tu dengRn memuat substansi pol<.ok yang ber-1<.::t i tan dengcin 111Rsa l ah 1 i ntas batas orang di perbatasan.
Pengawasan terfl;i<!C4.t:• oranu :-1 • in~ te 1 ah di atur secara l uas dan 1<.etat da lam Pas
a
1 24s/
d r><:•"·a
1 28 Rancangan Undang-undang, d a n d i 1 a I< s a n :.=i. h a n o 1 e h p • .· j ':i b a t i m i g r a s i d a ni
n s t a n si
Pemerintah yang terkait, bHhkan oleh setiap orang warga negara Indonesia.
Dari pengalaman selama ini di lapangan, ternyata masih terdapat persepsi yang berbeda didalam pelal<.sanaan tindakan teknis operasional, sehingg~ pengawasan terhadap orang asing diantara apar-at Imigrasi, Pemerintah Daerah, Kepolisian R.I dan aparat lain yang terl<.ait, berjalan kurang serasi dan terpadu.
Sebagai akibat dari kelemahan dalam pengawasan terhadap orang asing tersebut, timbul kasus-kasus penyalahgunaan visa seperti antara lain visa sebagai turis digunakan untuk bekerja mencari nafkah dan lain-lain kegiatan.
Berdasarkan kenyataan tersebltt Fraksi ABRI mengharapkan agar pengawasan terhadap orang as i ng di 1 al<.ul<.an l ebi h cermat dan l<.etat dengan 1<.oord i nas i dari l<.er j asama 1 ebi h terpadu antar aparat imigrasi dengan aparat l<.eamanan serta aparat 1nstans1 terka i t 1 a i nnya tan pa harus mengorbanl<.an l<.eterbukaan dal am member i l<.an l<.emudahan dan ~<.•:,,'"Pa tan pe 1 ayanan.
5. Ketentuan Pidana
Ranr:anga.n UndRng-undang tf?nt~ng t<eimigrasian ini terdiri dari 60 pasa.1. Dari ke-·(d1 1•'1sal ini terdapat beberapa pasal y an g men g at u r- V. e t e n tu an : 1 , 1 r c\ p i d a n a , d a n 2 0 pas a l ya n g mengatur l<.etent•.1Rn ·hul<u111 1· 1•hn:-1 y~rng diatur dalam Bab VII
Ketentuan Pidana. .
Susunan sedernil<.ian itu, merna.ng dapat dipahami karena baga i manapun da. l Rm rnenc: i pt al< an l<.ese i mbangan antara aspek keamanan dan aspel< l<esejahteraan di bidang keimigrasian, aspel<. l<.eamtrnan l eb i h pent i n~1 dar i pad a aspek kesej ahteraan, Namt.tn di 1 i hat dar i tel<.n H dan bentuk. perundang-undangan, susunan seperti itu l<.urang serasi. ·
6
.Sehubungan dengan i
t1..11Fraksi ABRI mengajak LlntL1k mengkaj
ilebih dalam lagi, disertai pertanyaan apakah rumusan itu
tidal<.seba
ikn
ya leb
i hdi sederhanakan, dengan menggabungkan beberapa pasal yang mempunyai ancarnan hukuman yang sama da 1 am
sat1.1pets
a1 .
Selain itu Fraksi ABRI berpendapat bahwa pelanggaran terhadap Pasal 27 hanis dikenakan sanksi pidana, jL19a terhadap beberapa pasal yang memuat
kewaji~anseseoran9 perlu diatur sanksi pidananya.
Hal lain yang berkaitan dengan l<.etentuan pidana adalah mengenai jenis hukuman yang dapat di.jatuhkan terhadap pelan99ar Undang-undang tentang Keimigrasian, yang ditentukan secara alternatif, antara hukuman badan atau h u
I<.LI man de n d a .
t<.e ten tu an a 1 t e r n a t i
fi n i , s e 1 a i n t i d a k mencerrninkan pemerataan dan mengLintungkan mereka yang merniliki kemampuan lebih, juga kurang sejalan den9an ketentuan pidana yang mengatur hal serupa yang tercantum dalarn Kitab Undang-undane Hukurn Pidana.
Misalnya Pasal 49 bL1tir a, yang mengatur tentang penyalahgunaan dengan sengaja suatu surat perjalanan orang lain dalam Rancangan Undang-undang diancam pidana alternatif yaitu pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak Rp 10.000.000,-padahal dalam Kitab Undang- undang Hukum Pidana penyalahgunaan seperti itu hanya diancam dengan pidana penjara saja, tidak diberikan alternatif pidana denda. Hukurnan alternatif itu, pada gilirannya akan menyebabkan daya prevensi undans-undang ini kurang effektif.
Oleh karena itu apakah tidak lebih baik mengubah hukuman terhadap pelanggar-pelanggar Undang-Lindang tentane K.eirnigrasian ini dari yang. bersifat alternatif, menjadi kurnu1atif, mengingat aspek keamanan sangat pentin9.
Selanjutnya Fraksi ABRI ingin mengetahui latar belakang dan dasar yang dijadikan kriteria oleh Pemerintah, untuk menetapkan lamanya pidana penjara dengan besarnya uang denda sebagai alternatif, yang nampaknya tidak konsisten (taat asas).
Misalnya, dalam Pasal 46 pidana denda Rp 10.000.000,- dapat digunakan sebagai alternatif pidana penjara paling lama empat tahun, sedan9kan jumlah denda yang sama dalam pasal 47 dapat digunakan sebagai alternatif pidana penjara paling lama enam tahun, dan dalam pasal 49 sebagai alternatif pidana penjara paling lama lima tahun.
6. Organisasi Pelaksana Keimigrasian.
W a l a Lt p Ltn Ran can g an Un d an 9 - u n d an g i tu t i d a k d
ima ks u d k an mengatur struktur dan kedudukan organisasi atau instansi keimigrasian, tetapi ada baiknya jika ketentuan tentang instansi keimigrasian diatLtr. 'cialarn salah satLt pasal.
Ketentuan itu akan merupakan cantolan untuk pengaturan susunan dan kedudukan organisasi atau instansi keimigrasian, yang l ebi h r inc i da 1 am perundangan yang 1 eb i h rend ah, misalnya dalam Keputusan Presiden atau Keputusan Menteri.
Saudara Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami hormati,
Dengan berbaga i tar'lggapan, pernyataan dan pertanyaan yang kami utarakan tadi. Fraksi ABRI menyambut dengan baik penyampaian Rancangan Undang-undang tentang Keirnigrasian ini dan menyetujui untuk dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama
Pernerintah~Fraksi ABRI memperkirakan, bahwa sernua pihak akan menyoroti
Rancangan Undang-1.mdang i tL1 dar
iasas kese 1 arasan, keseras i an dan
keseimbangan antara aspek kearnanan dan aspek kesejahteraan
antara kemantapan hubungan antar negara dengan kedaulatan negara,
antara kernantapan ekonomi dengan stabilitas ekonomi dan integritas kepribadian nasional, antara kepastian hukum dan pengayoman hak asasi manusia.
Fraksi ABRI tidak melihat rnasalah-masalah yang akan menyebabkan perbedaan mendasar di antara semua pihak at.as muatan yang terkandung dalam Ranc:angan Undang-1mdang ini. Namun dengan tetap memelihara suasana kekeluargaan,
Fr·aksi ABRImengajak semua pihak untuk.
memb i carakan semuaha l
y ,Jng ti:-rcantum da 1 amundang-undang
i n i
sec
a r a s u n g g uh - s 1.1 n g g uh , cl i s e r t a i a 1 a s a n y an g o bye
k t i f rasional, sehingg~ terr::ipta !_1n1J'11q--1.1ndangtentang
t<.eimigrasian yangmemi
1 iki muat<u1 y~mg lr:n131-:q1, susunan yan9padat, bentuk
yang baku, yaitu m~rnenuhi pe1 l<•:.>mb;;tngan internasional, tuntutan p e m b a n g u rt .:i. ri d a n s e 1 ci 1 u me r '-' j 1.1 I' h e p a d a 1 a n d a
s
a n f a ls
a f ah ,k0nstit1.1si dan
pol itil< st?rta str·.cil•'Di na.sionalyang
kitaanut.
Akhirnyi:i,
-::tt:.as n.~riv1. J:ral<·::i ·.1un,kami ucapkan
terimakasih
l<ep.:.=td~
Pimpinan
.Sid<rnu, Saud::11 •1 11 .. 11teri l<•:.>hakiman selakL1 WakilPemerintah,
dan para Anggota Dew~11 yang terhormat, sertahadirin
sel<.a l i an yang 1<.ami mu 1 i al<.
an,
yang tel ahmeng
i l<.ut i PemandanganUmum
Fraksi ABRIini dengan sabar dan
penuh perhatian.Semoga
T1.1hanYang
MahaEsa selalu memberil<.an
bimbingandan
petunjuk-Nya kepada l<ita semua.
8
Jakarta, 28 Nopember 1991 A.n. FRAKSI ABRI DPR-RI
Juru Bicara,
StJBAQ,)O. §M
A-411