• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEUNTUNGAN, HARAPAN DAN MARK-UP PADA TENDER PROYEK KONSTRUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN KEUNTUNGAN, HARAPAN DAN MARK-UP PADA TENDER PROYEK KONSTRUKSI"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN KEUNTUNGAN, HARAPAN DAN MARK-UP PADA TENDER PROYEK KONSTRUKSI

Oleh

Ir. Anak Agung Wiranata, MT.

NIP. 195904101986011002

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2021

(2)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan jurnal yang berjudul Hubungan Keuntungan, Harapan Dan Mark-Up Pada Tender Proyek Konstruksi

Dalam penyusunan jurnal ini, penulis mendapatkan bantuan berupa masukan-masukan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang memberikan bantuan, dorongan dan semangat penuh kesabaran sehingga jurnal ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari terbatasnya kemampuan yang penulis miliki sehingga penulisn ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang positif dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga jurnal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bukit Jimbaran, 27 Juli 2021

Penulis

(3)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

I. LATAR BELAKANG ... 1

A. Latar Belakang ... 1

II. PEMBAHASAN ... 3

A. Kegiatan Proyek ... 3

1. Sasaran Proyek ... 4

2. Tahapan Proyek ... 6

B. Biaya Konstruksi ... 7

1. Jenis-Jenis Biaya Proyek ... 8

2. Estimasi Biaya Proyek ... 9

C. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ... 12

1. Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik ... 13

2. Pihak-Pihak Yang Terlibat ... 14

3. Peraturan Terkait ... 16

D. Tender ... 18

1. Syarat Mengikuti Tender ... 20

2. Proses Tender ... 20

3. Tender Gagal ... 26

E. Penawaran ... 26

1. Evaluasi Penawaran ... 28

2. Dokumen Penawaran ... 28

F. Strategi Penawaran... 29

1. Metode Friedman ... 30

2. Metode Gates ... 31

3. Metode Ackoff & Sasieni ... 33

(4)

iv

G. Nilai Mark-Up ... 34

1. Peluang Menjadi Penawar Terendah ... 34

2. Keuntungan Harapan ... 36

III. PENUTUP ... 38

A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(5)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor konstruksi mengalami perkembangan yang signifikan pada beberapa tahun belakangan ini, sejalan dengan gencarnya pembangunan oleh Pemerintah Indonesia. Pembangunan dilaksanakan guna meningkatkan taraf dan kesejahteraan masyarakat, yang dibuktikan dengan pembangunan sarana dan prasarana fisik berupa jalan, jembatan, gedung, serta infrastruktur pendukung lainnya. Pesatnya pembangunan infrastruktur tersebut berdampak pada bertambahnya jumlah pengusaha jasa konstruksi di masing-masing daerah.

Meningkatnya jumlah pengusaha jasa konstruksi berakibat pada ketatnya persaingan antar para pengusaha jasa konstruksi tersebut untuk memperoleh pekerjaan (proyek).

Dengan mengandalkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, proses penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa saat ini dilakukan secara elektronik.

Sistem informasi yang digunakan terdiri atas Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dan sistem pendukung yang dikembangkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP). Dengan adanya SPSE ini maka penyedia jasa dapat bersaing secara kompetitif. Dalam Perpres (2018), diatur hal- hal mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah. Pada pasal 38 disebutkan bahwa metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya terdiri atas e-purchasing, pengadaan langsung, penunjukan langsung, tender cepat dan tender.

Tender adalah suatu penawaran pekerjaan kepada penyedia barang atau jasa seperti kontraktor atau konsultan untuk mendapatkan harga penawaran yang bersaing sesuai spesifikasi dan dapat dipertanggungjawabkan. Harga penawaran yang diajukan oleh kontraktor saat mengikuti tender ditentukan dari berbagai pertimbangan dan berdasarkan perhitungan oleh estimator perusahaan dengan berdasarkan gambar dan spesifikasi teknis pekerjaan, sehingga diperoleh biaya langsung (direct cost). Sedangkan nilai penawaran merupakan biaya langsung yang telah ditambah dengan nominal tertentu. Penetapan harga penawaran sangat

(6)

2

menentukan besar kecilnya keuntungan yang diperoleh oleh kontraktor dan persentase kemungkinan memenangkan proyek.

Masalah utama dalam melakukan penawaran adalah bagaimana menentukan harga penawaran yang kompetitif namun tetap memberikan keuntungan pada perusahaan Perusahaan yang bergerak pada bidang jasa konstruksi khususnya kontraktor akan dapat berkembang dari keuntungan yang didapat dari pengerjaan sebuah proyek. Dengan keuntungan yang didapat perusahaan dituntut untuk tetap menjaga kualitas, kesehatan, keselamatan, keamanan dan lingkungan dalam proses pembangunan. Untuk mendapatkan penawaran yang terbaik diperlukan strategi penawaran yang tepat. Strategi penawaran suatu perusahaan akan berbeda-beda tergantung pada tujuan perusahaan dalam mencari keuntungan.

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya nilai mark-up, peluang kemenangan tender dan keuntungan harapan diantaranya adalah metode Ackoff & Sasieni, metode Fhedman dan metode Gates.

Tiaga (2017), telah melakukan penelitian di Kota Denpasar dengan membandingkan dua metode, yaitu metode Friedman dan metode Gates.

Sedangkan pada penelitian ini akan dibandingkan tiga metode, yaitu metode Ackoff & Sasieni, metode Friedman dan metode Gates untuk meneliti besaran nilai mark-up peluang kemenangan dan keuntungan harapan pada suatu penawaran proyek konstruksi sehingga dapat dijadikan acuan dalam menentukan harga penawaran.

(7)

3

II. PEMBAHASAN

A. Kegiatan Proyek

Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1995). Menurut Ervianto (2005), proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya dilaksanakan satu kali dan umumnya berjangka waktu pendek. Proyek konstruksi memiliki tiga karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya dan organisasi.

Timbulnya suatu proyek dapat berasal dari beberapa sumber, diantaranya:

1. Rencana pemerintah

Proyek yang direncanakan pemerintah umumnya merupakan proyek yang tujuannya menitikberatkan pada kepentingan umum dan masyarakat.

Misalnya proyek pembangunan prasarana, seperti jalan, jembatan, saluran irigasi, bendungan, pelabuhan dan bandar udara.

2. Permintaan pasar

Hal ini terjadi bila pasar memerlukan suatu macam produk dalam jumlah besar maka pemenuhan permintaan tersebut dilakukan dengan jalan membangun sarana produksi baru.

3. Perusahaan yang bersangkutan

Hal ini dimulai dari adanya desakan keperluan perusahaan yang kemudian setelah dikaji dari segala aspek menghasilkan keputusan untuk merealisasikannya menjadi proyek.

4. Tindak lanjut hasil penelitian dan pengembangan

Dari kegiatan penelitian dihasilkan produk baru yang diperkirakan akan banyak manfaat dan peminatnya, sehingga mendorong dibangunnya fasilitas produksi.

(8)

4 1. Sasaran Proyek

Setiap pekerjaan atau proyek memiliki tujuan khusus, dalam proses pencapaian tujuan tersebut terdapat tiga batasan yang harus dipenuhi (Soeharto, 1995). Ketiga batasan tersebut disebut Tiga Kendala (Triple Constraint) yang mana sifatnya saling tarik-menarik seperti diperlihatkan pada gambar dan merupakan parameter penting bagi penyeleggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek.

Biaya Anggaran

Jadwal Mutu

Waktu Kinerja

Gambar Sasaran proyek yang juga merupakan tiga kendala (Soeharto, 1995)

Pengendalian terhadap ketiga kendala tersebut sangat diperlukan dalam rangka pencapaian pekerjaan yang diharapkan. Kualitas pekerjaan menjadi target tanpa meninggalkan segi ekonomis dan waktu pelaksanaan pekerjaan. Adapun pengendalian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Pengendalian biaya

Tujuannya agar biaya yang dikeluarkan tidak melebihi dan biaya yang telah direncanakan. Pengendalian biaya pelaksanan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan penekanan pengeluaran beberapa hal, diantaranya:

a. Material atau bahan

Pemakaian bahan diusahakan seefisien mungkin dengan memperhitungkan kebutuhan bahan yang digunakan secara teliti.

b. Peralatan

Peralatan yang akan dipakai harus direncanakan secara cermat karena sangat berpengaruh terhadap biaya operasi yang akan dikeluarkan.

(9)

5 c. Tenaga kerja

Pemakaian tenaga kerja pada suatu pekerjaan harus disesuaikan dengan volume pekerjaan yang sedang dilaksanakan sehingga dapat dicapai kondisi yang optimal.

2) Pengendalian mutu

Tujuannya adalah untuk menghasilkan mutu pekerjan yang sesuai dengan persyaratan yang tercantum di kontrak. Terdapat dua cara yang dilakukan untuk mengendalikan mutu yaitu dengan pengawasan dan pengarahan pada saat pelaksanaan proyek. Pengendalian mutu dilakukan oleh kontraktor dan konsultan. Adapun dokumen yang digunakan sebagai acuan pengendalian mutu proyek diantaranya adalah:

- gambar kerja

- hasil uji mutu dari laboratorium

- spesifikasi teknis dan metode pelaksanaan proyek, dan - peraturan khusus lain yang tercantum dalam kontrak.

3) Pengendalian waktu

Tujuannya adalah untuk mengontrol agar pelaksanaan proyek tidak melebihi waktu yang telah direncanakan, yang didalamnya dibantu pengawasan aktivitas utama yang berada pada lintasan kritis dalam suatu kerangka target waktu. Pada lintasan kritis tidak boleh terjadi keterlambatan waktu, karena akan mempengaruhi umur proyek. Pengendalian terhadap waktu pelaksanan dititikberatkan pada upaya menyelesaikan proyek dalam waktu yang ditetapkan.

Ketiga komponen tersebut bersifat tarik-menarik. Sebuah proyek dapat dikatakan berhasil dari segi teknis apabila ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi dan dikendalikan. Biaya yang dihabiskan untuk menyelesaikan proyek tidak boleh melebihi anggaran yang telah ditetapkan. Proyek harus dikerjakan dalam kurun waktu sesuai jadwal dan penyerahannya tidak boleh melebihi batas waktu yang ditentukan. Mutu dari hasil kegiatan proyek juga harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang diharapkan.

(10)

6 2. Tahapan Proyek

Kegiatan konstruksi merupakan kegiatan yang harus melalui proses yang panjang dan didalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

Dalam kegiatan konstruksi terdapat suatu rangkaian atau tahapan kegiatan yang berurutan dan berkaitan. Adapun menurut Ervianto (2005), terdapat enam tahapan kegiatan dalam proyek konstruksi, yaitu:

1) Tahap studi kelayakan

Tahap ini bertujuan untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang diusulkan layak untuk dilaksanakan. Aspek yang dilihat untuk menilai kelayakan proyek diantaranya adalah aspek perencanaan, ekonomi (biaya dan sumber pendanaan) maupun aspek lingkungan.

2) Tahap penjelasan

Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan penjelasan dari pemilik proyek mengenai fungsi proyek dan biaya yang diizinkan sehingga konsultan perencana dapat membuat taksiran biaya yang diperlukan secara tepat sesuai dengan keinginan pemilik proyek.

3) Tahap perancangan

Tahap ini bertujuan untuk melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata letak, rancangan, motoda konstruksi dan taksiran biaya hingga mendapatkan persetujuan dari pemilik proyek dan pihak berwenang yang terlibat. Informasi mengenai pelaksanaan proyek seperti gambar rencana, spesifikasi teknis dan dokumen tender lainnya sudah harus dipersiapkan dalam tahap ini.

4) Tahap pengadaan pelelangan

Tahap ini bertujuan untuk menunjuk kontraktor sebagai pelaksana atau sejumlah kontraktor sebagai subkontraktor yang akan melaksanakan konstruksi di lapangan.

5) Tahap pelaksanaan

Tahap ini bertujuan untuk merealisasikan bangunan yang sudah dirancang oleh konsultan perencana atas keinginan pemilik proyek. Proyek dilaksanakan dalam batasan biaya dan waktu yang telah disepakati serta dengan mutu yang disyaratkan.

(11)

7

6) Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan

Tahap ini bertujuan untuk menjamin kesesuaian bangunan yang telah selesai dengan dokumen kontrak. Pada tahap ini juga dibuat suatu catatan mengenai konstruksi dan petunjuk operasinya untuk melatih staff dalam menggunakan fasilitas yang tersedia.

B. Biaya Konstruksi

Biaya adalah elemen krusial dalam pembentukan harga dan merupakan kriteria kesuksesan bagi suatu proyek. Perhitungan biaya harus dapat diperkirakan dengan efisien dan efektif. Dalam kondisi persaingan, penetapan harga penawaran harus ditekan seminimal mungkin, tetapi keuntungan nyata yang dihasilkan proyek akan dapat diketahui setelah proyek terealisasi. Hal itu terjadi dikarenakan biaya yang dihitung pada masa tender baru bersifat estimasi

Struktur biaya proyek pada kontraktor dapat dibedakan menjadi dua, pertama untuk mengajukan penawaran dan kedua untuk mengendalikan tahap pelaksanaan konstruksi (Soeharto, 1995). Biaya proyek dalam mengajukan harga penawaran telah dimasukkan unsur laba yang diharapkan kontraktor dari proyek yang bersangkutan. Jadi biaya proyek terdiri atas anggaran biaya dasar proyek yang ditambah dengan laba yang diharapkan.

Semakin besar skala atau kompleksitas suatu proyek konstruksi, maka akan semakin banyak pula faktor-faktor yang mempengaruhi biaya proyek konstruksi tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi biaya konstruksi. Menurut Tamba (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi biaya konstruksi dikelompokkan ke dalam lima kategori utama yaitu:

a. Faktor lingkungan diantaranya adalah kebutuhan konstruksi, cuaca, serta pengaruh sosial budaya

b. Faktor konstruksi diantaranya adalah perencanaan yang tidak tepat, hubungan tenaga kerja dan manajemen, kurangnya koordinasi antara perencana dan kontraktor serta pengendalian biaya yang buruk.

(12)

8

c. Faktor jenis-jenis pekerjaan konstruksi diantaranya adalah lama kontrak, prosedur kontrak, terjadi perubahan kontrak, adanya pekerjaan tambahan, serta tidak tersedianya ter.aga kerja yang cukup.

d. Faktor estimasi biaya konstruksi diantaranya adalah lamanya waktu antara perancangan dan estimasi proyek, serta alokasi biaya.

e. Faktor pendanaan diantaranya adalah perencanaan biaya material yang tidak tepat, serta pengendalian keuangan yang kurang baik di lokasi.

1. Jenis-Jenis Biaya Proyek

Menurut Soeharto (1995), terdapat beberapa jenis kelompok biaya atau modal yang berguna pada waktu pengkajian aspek ekonomi dan pendanaan.

Adapun jenis biaya yang termasuk dalam modal tetap dan berhubungan dengan pembiayaan suatu proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).

1) Biaya Langsung

Biaya langsung merupakan biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi komponen permanen hasil akhir proyek atau biaya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan. Adapun yang termasuk dalam biaya langsung adalah:

a. Biaya material

Biaya material merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian, pengangkutan, penyimpanan hingga kerugian akibat kehilangan atau kerusakan material Biaya ini dihitung dengan memperhatikan spesifikasi, kualitas dan kuantitas bahan yang diperlukan di lapangan.

b. Biaya peralatan

Biaya peralatan merupakan biasa yang dikeluarkan untuk pembelian, penyewaan, mobilisasi, pengoperasian maupun pemeliharaan alat.

c. Biaya tenaga keja

Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menggaji para pekerja yang melaksanakan proyek. Biaya ini dihitung dengan

(13)

9

memperkirakan jumlah dan kesesuaian keahlian dengan kebutuhan pekerja di lapangan

2) Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung merupakan pengeluaran untuk manajemen yang tidak terkait secara langsung kepada proyek tetapi diperlukan dalam rangka proses pembangunan proyek. Biaya ini biasanya terjadi diluar proyek namun harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Adapun yang termasuk dalam biaya tidak langsung adalah:

a. Biaya overhead

Biaya overhead merupakan komponen biaya pengeluaran operasional perusahaan, terlepas dari ada atau tidaknya kontrak yang sedang ditangani.

Biaya tersebut meliputi biaya penyewaan kantor, fasilitas kantor (listrik, air, telepon serta alat tulis kantor), pembayaran gaji karyawan dan pengeluaran untuk asuransi, pajak, ijin usaha dan jaminan lainnya.

b. Biaya tak terduga

Biaya tak terduga merupakan anggaran yang dicadangkan untuk kegiatan atau aktivitas diluar perencanaan awal, seperti kesalahan dalam perhitungan, kesalahan teknis maupun kecelakaan kerja.

c. Keuntungan

Keuntungan yang diterima oleh kontraktor merupakan salah satu nominal yang diperhitungkan dalam melengkapi penawaran proyek Dari keseluruhan biaya proyek, hanya nominal keuntungan yang boleh dikurangi untuk kepentingan tertentu seperti memenangkan tender.

2. Estimasi Biaya Proyek

Estimasi atau perkiraan biaya memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan proyek. Bagi kontraktor, keuntungan finansial yang diperoleh bergantung kepada kecakapan estimator membuat perkiraan biaya. Apabila harga penawaran yang diajukan terlalu tinggi, kemungkinan besar kontraktor tersebut mengalami kekalahan dalam persaingan tender. Sebaliknya, apabila harga penawaran yang diajukan terlalu rendah demi memenangkan tender, maka hal

(14)

10

tersebut akan menyebabkan kontraktor mengalami kesulitan selama proses pengerjaan proyek bahkan cenderung mengalami kerugian.

Menurut Parmadjaja (1999), dalam penentuan biaya estimasi sebaiknya diperkirakan mendekati biaya aktual, maka kemudian dibutuhkan suatu data dari pengalaman-pengalaman penawaran yang lalu dan membutuhkan waktu tiga sampai lima tahun pengamatan. Biaya aktual merupakan biaya yang dikeluarkan untuk penyelesaian pekerjaan pada periode waktu yang bersangkutan. Biaya aktual didapat dari laporan-laporan dan dikumpulkan pada periode tersebut (Ervianto, 2004).

Tujuan kegiatan estimasi tergantung kepada pihak yang membuatnya.

Pihak owner membuat estimasi dengan tujuan mendapatkan informasi yang jelas mengenai biaya yang harus disediakan dalam merealisasikan proyeknya. Adapun perhitungan biaya suatu paket pekerjaan konstruksi yang telah dianalisis oleh konsultan perencana berdasarkan rancangan rinci atau Detail Engineering Design (DED) yang berupa gambar dan spesifikasi teknis disebut harga perkiraan perencana (HPP) atau Engineering's Estimate (EE), yang kemudian oleh tim teknis dilakukan pengecekan kembali sehingga nilai EE dapat berubah menjadi lebih tinggi ataupun rendah. Nilai EE yang telah diperbaharui tersebut ditetapkan sebagai harga perkiraan sendiri (HPS) atau Owner 's Estimate (OE) oleh pejabat pembuat komitmen (PPK).

Penyusunan dan penetapan HPS bertujuan untuk menilai kewajaran harga penawaran dan/atau kewajaran harga satuan, dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah dalam pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dan dasar untuk menetapkan besaran nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang nilainya lebih rendah 80% (delapan puluh persen) dari nilai HPS.

Penetapan HPS merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh PPK dalam rangka persiapan pengadaan barang/jasa, menurut (Perpres, 2018), pada pasal 26 dijelaskan beberapa ketentuan mengenai HPS yaitu:

1) HPS dihitung secara keahlian dan menggunakan data yang dapat dipertanggungjawabkan.

(15)

11

2) HPS telah memperhitungkan keuntungan dan biaya tidak langsung (overhead cost).

3) Nilai HPS bersifat terbuka dan tidak bersifat rahasia.

4) Total HPS merupakan hasil perhitungan HPS ditambah Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

5) HPS digunakan sebagai

- alat untuk menilai kewajaran harga penawaran dan/atau kewajaran harga satuan.

- dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah dalam pengadaan barang pekerjaan konstruksi/jasa lainnya.

- dasar untuk menetapkan besaran nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang nilainya lebih rendah 80% (delapan puluh persen) dari nilai HPS.

6) HPS tidak menjadi dasar perhitungan besaran kerugian negara.

7) Penyusunan HPS dikecualikan untuk pengadaan barang/jasa dengan pagu anggaran paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), e- purchasing, dan tender pekerjaan terintegrasi.

8) Penetapan HPS paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir untuk:

a. Pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan pascakualifikasi.

b. Pemasukan dokumen kualifikasi untuk pemilihan dengan prakualifikasi.

Perhitungan HPS untuk pekerjaan konstruksi telah memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead yang wajar untuk pekerjaan konstruksi yaitu sebesar 15% (Perlem No. 9 Tahun 2018). Untuk keseragaman dalam penelitian ini, diambil nilai biaya tak langsung sebesar 26,5% meliputi:

Overhead = 4%

Biaya tak terduga = 1 %

Keuntungan = 10%

PPN = 10%

PPh = 1,5%

Total biaya tak langsung = 26,5%

(16)

12 C. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Pengadaan adalah kegiatan untuk mendapatkan barang/jasa secara transparan, efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dan penggunanya. Pengadaan barang jasa pemerintah merupakan kegiatan pengadaan oleh kementerian/lembaga perangkat daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan. Sistem pengadaan barang/jasa dibuat dalam rangka memudahkan pemerintah untuk melakukan belanja anggaran dengan lebih efisien, efektif dan ekonomis. Menurut (Perpres, 2018), pengadaan barang/jasa pemerintah meliputi:

a. Barang

Setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna barang.

b. Pekerjaan Konstruksi

Seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi atau pembuatan wujud fisiknya yang meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan.

c. Jasa Konsultansi

Jasa pelayanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adilnya olah pikir (brainware).

d. Jasa Lainnya

Jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan (skilware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas didunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan atau penyedia jasa selaian jasa konsultasi, pelaksana pekerjaan, kontruksi dan pengadaan barang.

Adapun tujuan dari dilakukannya kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah yaitu:

a. Menghasilkan barangjasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan, diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia.

(17)

13

b. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.

c. Meningkatkan peran serta usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah.

d. Meningkatkan peran pelaku usaha nasional.

e. Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa hasil penelitian.

f. Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif.

g. Mendorong pemerataan ekonomi h. Mendorong pengadaan berkelanjutan

1. Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik

Pengadaan barang dan jasa pemerintah selama ini erat dikaitkan dengan Kolusi, Kurupsi dan Nepotisme (KKN). Menurut Udoyono (2012), proses pengadaan barang dan jasa pemerintah secara manual telah mengakibatkan penyalahgunaan anggaran negara mencapai 10 sampai 50 persen. Apabila proses pengadaan dilakukan secara transparan, diikuti dengan jumlah peserta yang cukup banyak, dan mengedepankan proses persaingan yang sehat maka angka penyalahgunaan anggaran tersebut akan dapat ditekan. Atas dasar tersebutlah teknologi dimanfaatkan sebagai fasilitas komunikasi dan pemberian informasi dalam kegiatan pengadaan barang/jasa yang diselenggarakan pemerintah.

Penyelenggaraan pengadaan barang/jasa dilakukan secara elektronik menggunakan sistem informasi yang terdiri atas Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dan sistem pendukung yang dikembangkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). LKPP melakukan pembinaan dan pengawasan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (L.PSE).

Fungsi LPSE meliputi:

a. Pengelolaan seluruh sistem informasi pengadaan barang/jasa dan infrastrukturnya.

b. Pelaksanaan registrasi dan verifikasi pengguna seluruh sistem informasi pengadaan barang jasa.

c. Pengembangan sistem informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan.

(18)

14 2. Pihak-Pihak Yang Terlibat

Adapun pelaku atau pihak yang terlibat selama proses pengadaan barang/jasa meliputi:

a. Pengguna Anggaran (PA)

PA adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran kementerian negara lembaga perangkat daerah.

b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

KPA pada pelaksanaan APBN adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. Sedangkan KPA pada pelaksanaan APBD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi perangkat daerah.

c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara/anggaran belanja daerah.

d. Pejabat Pengadaan

Pejabat pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas melaksanakan pengadaan langsung, penunjukan langsung, dan/atau e-purchasing.

e. Kelompok Kerja Pemilihan (Pokja Pemilihan)

Pokja pemilihan adalah sumber daya manusia yang ditetapkan oleh pimpinan Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) untuk mengelola pemilihan Penyedia.

f. Agen Pengadaan

Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau pelaku usaha yang melaksanakan sebagian atau seluruh pekerjaan pengadaan barang/jasa yang diberi kepercayaan oleh kementerian lembaga/ perangkat daerah sebagai pihak pemberi pekerjaan.

(19)

15

g. Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PjPHP/PPHP)

PjPHP adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa. Sedangkan PPHP adalah tim yang bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan barang jasa

h. Penyelenggara Swakelola

Penyelenggara swakelola adalah tim yang menyelenggarakan kegiatan secara swakelola.

i. Penyedia

Penyedia barang jasa pemerintah adalah pelaku usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak.

Terdapat etika-etika yang harus dipenuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa. etika tersebut meliputi:

a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran, dan ketepatan tujuan pengadaan barang/jasa.

b. Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan pengadaan barang jasa.

c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat persaingan usaha tidak sehat.

d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait.

e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang berakibat persaingan usaha tidak sehat dalam pengadaan barang/jasa.

f. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan negara.

g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi.

h. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan pengadaan barang jasa.

(20)

16 3. Peraturan Terkait

Pengadaan barang jasa pemerintah bersumber dari dana masyarakat dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat, maka perlu aturan yang menjadi rambu-rambu dalam pelaksanaannya. Terdapat beberapa peraturan yang berkaitan dengan pengadaan barang jasa pemerintah dan dapat digunakan sebagai acuan dalam mengikuti tender khususnya untuk pekerjaan konstruksi.

1) Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018

Perpres No. 16 Tahun 2018 merupakan perubahan atas Perpres No. 4 Tahun 2015 yang mengatur tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pengadaan barang/jasa pemerintah mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional untuk peningkatan pelayanan publik dan pengembangan perekonomian nasional dan daerah. Perpres ini terdiri atas 15 Bab dan 94 Pasal yang isinya lebih menekankan pada norma-norma umum dalam pengadaan barang jasa pemerintah. Ketentuan lebih lanjut yang spesifik, diatur dalam peraturan-peraturan lain dibawahnya dengan tetap berpedoman pada norma-norma yang diatur pada perpres ini. Dalam (Perpres, 2018), terdapat beberapa aturan baru dan perubahan istilah dari perpres sebelumnya, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Unit Layanan Pengadaan (ULP) dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) bergabung menjadi Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ)

b. Istilah lelang menjadi tender

c. Istilah Pokja ULP menjadi Pokja pemilihan

d. Istilah dokumen pengadaan menjadi dokumen pemilihan e. Istilah sistem gugur menjadi harga terendah

2) Peraturan Presiden No. 157 Tahun 2014

Perpres No. 157 Tahun 2014 merupakan perubahan atas Perpres Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disingkat LKPP. Perpres ini terdiri atas 8 Bab dan 43 Pasal yang isinya mengenai tugas dan fungsi serta kewenangan LKPP sebagai lembaga pemerintah non-kementerian yang bertanggung jawab kepada

(21)

17

Presiden. Menurut (Perpres, 2014), dalam merumuskan kebijakan dan strategi di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah, LKPP memperhatikan arahan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional, menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan, serta menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi serta memperhatikan masukan dari kementerian/lembaga.

3) Undang-Undang No. 2 Tahun 2017

UU No. 2 Tahun 2017 merupakan perubahan atas UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Undang-undang ini terdiri atas 14 Bab dan 106 Pasal yang dibuat untuk memenuhi tuntutan kebutuhan tata kelola yang baik dan dinamika perkembangan penyelenggaraan jasa konstruksi. Dalam (UU, 2017), tertuang bahwa untuk pembangunan yang difungsikan bagi kepentingan umum, pengguna jasa harus memilih penyedia jasa melalui tender atau pengadaan secara elektronik. Apabila aturan tersebut tidak dipenuhi, maka akan dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis dan/atau penghentian sementara kegiatan layanan jasa konstruksi.

4) Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 9 Tahun 2018

Peraturan LKPP No. 9 Tahun 2018 mengatur tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui penyedia. Peraturan ini memuat 6 Pasal dengan melampirkan pedoman pelaksanaan pengadaan barang;jasa melalui penyedia yang meliputi kegiatan persiapan pengadaan, persiapan pemilihan penyedia, pelaksanaan pemilihan penyedia, pelaksanaan kontrak dan serah terima hasil pekerjaan. Peraturan ini juga membahas terkait Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) serta penyusunan dan penetapan HPS.

Dalam (Perlem, 2018a), dinyatakan bahwa HPS untuk pekerjaan konstruksi telah memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead yang wajar untuk pekerjaan konstruksi yaitu sebesar 15% (lima belas persen).

(22)

18

5) Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 14 Tahun 2018

Peraturan LKPP No. 14Tahun 2018 yang terdiri atas 10 Bab dan 30 Pasal mengatur tentang Unit Kerja PengadaanBarang/Jasa (UKPBJ). Dalam (Perlem. 2018b) diatur mengenai penyesuaian Unit Layanan Pengadaan (ULP) dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) menjadi UKPBJ yang dilaksanakan paling lambat pada 31 Desember 2023. Fungsi tersebut meliputi:

a. Pengelolaan pengadaan barang/jasa.

b. Pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik.

c. Pembinaan sumber daya manusia dan kelembagaan pengadaan barang/jasa.

d. Pelaksanaan pendampingan, konsultasi dan/atau bimbingan teknis pengadaan barang/jasa.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh menteri/kepala lembaga/kepala daerah yang berkaitan dengan tugas dan fungsinya.

D. Tender

Pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara terbuka (untuk umum) dengan pengumuman secara luas melalui media cetak dan papan pengumuman resmi sehingga masyarakat yang berminat serta memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya disebut pelelangan. Saat ini istilah lelang sudah tidak lagi digunakan dan telah diubah menjadi tender. Tender merupakan salah satu dari lima metode pemilihan untuk mendapatkan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang tertuang dalam pasal 28, Perpes No. 16 Tahun 2018.

Adapun kelima metode pemilihan tersebut adalah:

1) E-purchasing

Metode pemilihan ini dilaksanakan untuk barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang sudah tercantum dalam katalog elektronik.

(23)

19 2) Pengadaan langsung

Metode pemilihan ini dilaksanakan untuk barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

3) Penunjukan langsung

Metode pemilihan ini dilaksanakan untuk barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dalam keadaan tertentu, meliputi:

a. Penyelenggaraan penyiapan kegiatan yang mendadak.

b. Barang/jasa yang bersifat rahasia untuk kepentingan negara.

c. Pekerjaan konstruksi bangunan yang merupakan satu kesatuan sistem konstruksi dan tanggung jawab atas risiko kegagalan bangunan yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya.

d. Barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang hanya dapat disediakan oleh 1 (satu) pelaku usaha yang mampu.

e. Pengadaan dan penyaluran benih unggul kepada petani dalam rangka menjamin ketersediaan benih dan pupuk secara tepat dan cepat untuk pelaksanaan peningkatan ketahanan pangan.

f. Pekerjaan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang dilaksanakan oleh pengembang yang bersangkutan.

g. Barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang spesifik dan hanya dapat dilaksanakan oleh pemegang hak paten.

h. Barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang setelah dilakukan tender ulang mengalami kegagalan.

4) Tender cepat

Metode pemilihan ini dilaksanakan ketika spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah dapat ditentukan secara rinci serta pelaku usaha telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia.

5) Tender

Metode pemilihan ini dilaksanakan ketika keempat metode pemilihan penyedia lainnya tidak dapat digunakan.

(24)

20 1. Syarat Mengikuti Tender

Tender secara elektronik (e-tendering) dapat diikuti oleh penyedia yang telah memiliki akun dengan mendaftar secara online pada website LPSE untuk mendapatkan user id. Verifikasi data penyedia yang telah di unggah saat mendaftarkan diri secara online dilakukan pada kantor LPSE yang bersangkutan.

Pada proses verifikasi data, penyedia diharuskan membawa dokumen asli dan salinannya untuk diperiksa oleh verifikator. Adapun dalam LLKPP, 2016) memuat dokumen yang menjadi syarat dalam pembuatan akun adalah sebagai berikut:

a. Akta Pendirian b. KTP Direktur

c. Surat Izin Usaha Perdagangan/Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUP/SIUJK)

d. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) f. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) g. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) h. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

i. Form Keikutsertaan j. Form Pendaftaran

Form keikutsertaan dan form pendaftaran didapatkan ketika telah selesai melakukan pendaftaran online. Setelah verifikator memeriksa kevalidatan data- data perusahaan dan dinyatakan verified maka secara otomatis akun yang dibuat telah dapat digunakan.

2. Proses Tender

Dalam (Perpres, 2018), pada pasal 50 diatur mengenai pemilihan penyedia dalam pelaksanaan pengadaan barang jasa pemerintah. Adapun tahapan pemilihan penyedia melalui tender meliputi:

(25)

21 1) Pelaksanaan kualifikasi

Kualifikasi merupakan evaluasi kompetensi, kemampuan usaha, dan pemenuhan persyaratan sebagai penyedia. Kualifikasi dilakukan dengan pascakualifikasi atau prakuahfikasi.

a. Prakualifikasi

Tahap prakuahfikasi terdin atas:

a) Pengumuman prakualifikasi

b) Pendaftaran dan pengunduhan dokumen kualifikasi c) Pemberian penjelasan

d) Penyampaian dokumen kualifikasi e) Evaluasi kualifikasi

f) Pembuktian kualifikasi

g) Penetapan dan pengumuman hasil kualifikasi h) Sanggah kualifikasi

Pengumuman prakualifikasi dilakukan melalui SPSE dan paling sedikit memuat:

- nama dan alamat pokja pemilihan, - uraian singkat pekerjaan,

- nilai HPS dan nilai pagu anggaran, - persyaratan kualifikasi,

- jadwal pengunduhan dokumen kualifikasi, dan - jadwal penyampaian dokumen kualifikasi.

Pelaksanaan evaluasi kualifikasi untuk pekerjaan konstruksi menggunakan sistem gugur dengan membandingkan persyaratan yang tercantum dalam dokumen kualifikasi dengan dokumen kualifikasi peserta. Evaluasi kualifikasi dilakukan oleh pokja pemilihan terhadap peserta yang mendaftar dan memasukkan dokumen kualifikasi meliputi:

- evaluasi kualifikasi administrasi/legalitas.

- evaluasi kualifikasi teknis, dan/atau - evaluasi kualifikasi keuangan.

(26)

22

Prakualifikasi belum merupakan ajang kompetisi maka data yang kurang masih dapat dilengkapi sampai dengan 3 hari setelah pokja pemilihan menyampaikan hasil evaluasi. Apabila jumlah peserta yang lulus evaluasi dokumen kualifikasi kurang dari 3 peserta, maka prakualifikasi dinyatakan gagal.

b. Pascakualifikasi

Proses pelaksanaan pascakualifikasi dilakukan bersamaan dengan proses pemilihan. Pemberian penjelasan kualifikasi dilakukan bersamaan dengan pemberian penjelasan dokumen pemilihan, lahap pascakualifikasi terdiri atas:

1) Pengumuman tender

2) Pendaftaran dan pengunduhan dokumen 3) Pemberian penjelasan

4) Penyampaian dokumen penawaran

5) Pembukaan dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi 6) Evaluasi administrasi, teknis, harga dan kualifikasi

7) Pembuktian kualifikasi

8) Penetapan dan pengumuman pemenang 9) Masa sanggah

10) Masa sanggah banding

11) Laporan pokja pemilihan kepada PPK.

Pascakualifikasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan evaluasi penawaran dengan menggunakan metode sistem gugur.

2) Pengumuman dan undangan

Pokja Pemilihan mengundang semua peserta tender yang telah lulus prakualifikasi untuk mengikuti proses tender. Undangan mencantumkan hari, tanggal, dan waktu pendaftaran dan pengunduhan dokumen tender.

3) Pendaftaran dan pengambilan dokumen pemilihan

Semua pelaku usaha yang diundang atau yang berminat untuk mengikuti tender melakukan pendaftaran dan mengunduh dokumen pemilihan melalui aplikasi SPSE.

(27)

23 4) Pemberian penjelasan

Pokja pemilihan melaksanakan pemberian penjelasan pemilihan penyedia melalui aplikasi SPSE sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Tujuan pemberian penjelasan adalah untuk memperjelas ruang lingkup paket pengadaan serta syarat dan ketentuan yang tercantum dalam dokumen pemilihan, sehingga terdapat kesamaan pemahaman antara pokja pemilihan dan peserta, sekaligus untuk mendapatkan masukan kemungkinan adanya koreksi atas dokumen pemilihan. Kumpulan tanya jawab dan keterangan lain pada saat pemberian penjelasan merupakan Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP).

5) Penyampaian dokumen penawaran

Peserta pemilihan menyampaikan dokumen penawaran berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Peserta dapat menyampaikan ulang dokumen penawaran untuk mengganti dokumen penawaran sebelumnya sampai dengan batas akhir penyampaian penawaran. Pokja pemilihan dapat melakukan perubahan jadwal penyampaian dokumen penawaran disertai dengan penjelasan alasan perubahan jadwal.

6) Evaluasi dokumen penawaran

Dokumen penawaran yang memenuhi syarat adalah dokumen penawaran yang sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan, tanpa ada penyimpangan yang bersifat penting. Evaluasi dokumen penawaran meliputi:

a. Koreksi Aritmatik

Koreksi aritmatik dilaksanakan pada tahap awal evaluasi sebelum evaluasi administrasi pada tender yang menggunakan metode penyampaian penawaran 1 file.

b. Evaluasi Administrasi

Evaluasi administrasi dilakukan terhadap kelengkapan dan pemenuhan dokumen penawaran administrasi sesuai dengan ketentuan dan syarat- syarat yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan.

(28)

24 c. Evaluasi Teknis

Evaluasi teknis dilakukan terhadap penawaran yang dinyatakan lulus evaluasi administrasi Evaluasi teknis bertujuan untuk menilai apakah penawaran peserta tender memenuhi persyaratan teknis yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan.

d. Evaluasi Harga

Sebelum melakukan evaluasi harga, Pokja pemilihan harus melakukan koreksi aritmatik kewajaran harga apabila harga penawaran lebih rendah dan 80% dan HPS dan harga satuan timpang.

7) Penetapan dan pengumuman pemenang

a) Penetapan calon pemenang dengan metode sistem nilai

- pokja pemilihan menghitung nilai kombinasi hasil penilaian harga dan teknis berdasarkan bobot penilaian yang telah ditetapkan dalam kriteria evaluasi.

- calon pemenang adalah peserta yang memiliki nilai kombinasi tertinggi, dan calon pemenang cadangan adalah peserta yang memiliki nilai kombinasi peringkat dibawahnya.

b) Penetapan calon pemenang dengan metode biaya selama umur ekonomis - pokja pemilihan menghitung biaya selama umur ekonomis

berdasarkan data yang disampaikan dalam penawaran teknis.

- calon pemenang adalah peserta yang memiliki biaya selama umur ekonomis yang terendah, dan calon pemenang cadangan adalah peserta yang memiliki peringkat di bawahnya.

c) Penetapan calon pemenang dengan metode harga terendah

- pokja pemilihan menetapkan calon pemenang dan calon pemenang cadangan berdasarkan peringkat dari harga penawaran yang paling rendah berdasarkan hasil evaluasi harga.

Pokja pemilihan menetapkan pemenang tender, pemenang cadangan 1 dan 2 dan membuat Berita Acara Hasil Pemilihan (BAHP). Pemenang diumumkan oleh Pokja pemilihan melalui aplikasi SPSE.

(29)

25 8) Sanggah

Sanggah merupakan protes dari peserta pemilihan yang merasa dirugikan atas penetapan hasil pemilihan penyedia dengan ketentuan. Sanggahan disampaikan secara elektronik melalui aplikasi SPSE disertai bukti terjadinya penyimpangan, penyimpangan prosedur tersebut meliputi:

a. Kesalahan dalam melakukan evaluasi.

b. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan.

c. Rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya persaingan yang sehat.

d. Penyalahgunaan wewenang oleh Pokja pemilihan, pimpinan UKPBJ, PPK atau pejabat yang berwenang lainnya.

Sanggahan disampaikan dalam waktu 5 hari kerja setelah pengumuman pemenang dan pokja pemilihan wajib memberikan jawaban secara elektronik atas semua sanggahan paling lambat 3 hari kerja setelah akhir masa sanggah.

Apabila sanggahan dinyatakan benar, maka pokja pemilihan menyatakan tender gagal.

9) Sanggah banding

Peserta dapat mengajukan sanggah banding apabila tidak setuju atas jawaban sanggah. Penyanggah menyampaikan sanggah banding secara tertulis kepada KPA paling lambat 5 hari kerja setelah jawaban sanggah dimuat dalam aplikasi SPSE. Penyanggah banding harus menyerahkan Jaminan Sanggah Banding yang ditujukan kepada Pokja Pemilihan sebesar 1% dari nilai total HPS dengan masa berlaku 30 hari kalender sejak tanggal pengajuan sanggah banding. Apabila KPA tidak memberikan jawaban sanggah banding, maka dianggap menerima sanggah banding dan UKPBJ memerintahkan pokja pemilihan melakukan evaluasi ulang atau pemilihan penyedia ulang. Apabila sanggah banding dinyatakan tidak diterima, maka:

a. Pokja pemilihan melanjutkan proses pemilihan dengan menyampaikan hasil pemilihan kepada PPK.

b. UKPBJ mencairkan jaminan sanggah banding dan disetorkan ke kas negara/daerah.

(30)

26

Jadwal pemilihan untuk setiap tahapan ditetapkan berdasarkan alokasi waktu yang cukup bagi pokja pemilihan dan peserta pemilihan sesuai dengan kompleksitas pekerjaan. Pokja pemilihan menyampaikan laporan hasil pemilihan kepada PPK melalui aplikasi SPSE.

3. Tender Gagal

Pokja pemilihan berhak menyatakan kegagalan pada tahap prakualifikasi dan proses tender/seleksi. Khusus untuk kegagalan tender akibat KKN yang melibatkan pokja pemilihan PPK, dinyatakan oleh PA/KPA. Suatu tender dapat dinyatakan gagal apabila

- Terdapat kesalahan dalam proses evaluasi.

- Tidak ada peserta yang menyampaikan dokumen penawaran setelah ada pemberian waktu perpanjangan

- Tidak ada peserta yang lulus evaluasi penawaran

- Ditemukan kesalahan dalam dokumen pemilihan atau tidak sesuai dengan ketentuan yang ada

- Seluruh peserta terlibat Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) - Seluruh peserta terlibat persaingan usaha tidak sehat

- Seluruh penawaran harga tender barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya di atas HPS

- Negosiasi biaya pada seleksi tidak tercapai, dan - KKN melibatkan pokja pemilihan/PPK.

E. Penawaran

Menurut Patmadjaja (1999), penawaran merupakan suatu usulan oleh satu pihak untuk mengerjakan sesuatu bagi kepentingan pihak yang lain menurut persyaratan yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Sedangkan menurut Ervianto (2004), penawaran dapat diartikan sebagai biaya langsung yang ditambah dengan suatu nilai nominal tertentu. Setiap kontraktor memiliki persentase perbandingan yang berbeda antara biaya langsung dengan biaya tidak langsung. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan strategi penawaran tiap

(31)

27

kontraktor. Harga penawaran terendah dalam suatu proyek biasanya didasarkan atas biaya langsung (direct cost) dan proyek tersebut.

Mengajukan harga penawaran yang tinggi akan sangat memungkinkan pesaing yang mengajukan harga lebih rendah akan memenangkan tender tersebut.

Namun apabila menawar terlalu rendah, maka penawar dengan nilai penawaran mendekati owner estimate yang memiliki kesempatan untuk menang. Tujuan dan dilakukannya penawaran, meliputi kemungkinan untuk memenangkan proyek namun dengan tetap memperoleh keuntungan dari harga penawaran yang diajukan. Konsep dasar dalam menentukan strategi penawaran cukup sederhana yaitu hanya ada satu penawar terbaik dalam mengkombinasikan dua hal tersebut.

Terdapat empat jenis penawaran yang selalu diaplikasikan oleh kontraktor, yaitu sebagai berikut:

a. Penawaran dilakukan secara negoisasi

Penawaran jenis ini dilakukan pada proyek yang memerlukan keahlian khusus yang hanya dimiliki oleh satu atau dua kontraktor. Semua bentuk pekerjaan dilakukan secara tawar-menawar dikarenakan belum ada standar harga yang jelas.

b. Penawaran dilakukan secara paket

Penawaran yang mana pemilik proyek telah menetapkan anggarannya dan tidak bisa diganggu gugat.

c. Penawaran dilakukan secara terbuka

Penawaran jenis ini dilakukan secara terbuka dimana harga penawaran bergantung hasil analisis dan diumumkan kepada seluruh peserta tender.

d. Penawaran dilakukan secara tertutup

Penawaran jenis ini dilakukan tertutup dimana harga penawaran tidak diumumkan kepada peserta tender.

Dari keempat jenis penawaran tersebut, penawaran terbuka adalah penawaran yang adil dan kompetitif sehingga penawaran ini seringkah digunakan pada proyek-proyek pemerintah.

(32)

28 1. Evaluasi Penawaran

Dalam (Perpres, 2018), pada pasal 39 disebutkan bahwa terdapat tiga metode yang digunakan untuk mengevaluasi penawaran penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya. Adapun ketiga metode tersebut adalah:

1) Sistem nilai

Metode evaluasi ini digunakan untuk pengadaan barangpekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memperhitungkan penilaian teknis dan harga.

2) Penilaian biaya selama umur ekonomis

Metode evaluasi ini digunakan untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memperhitungkan faktor umur ekonomis, harga, biaya operasional, biaya pemeliharaan, dan nilai sisa dalam jangka waktu operasi tertentu.

3) Harga terendah

Metode evaluasi ini digunakan untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dalam hal harga menjadi dasar penetapan pemenang di antara penawaran yang memenuhi persyaratan teknis.

2. Dokumen Penawaran

Dalam (Perpres, 2018), pada pasal 40 disebutkan bahwa penyampaian dokumen penawaran dalam pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dilakukan dengan tiga metode. Adapun ketiga metode tersebut adalah:

1) 1 (satu) file

Metode satu file digunakan untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang menggunakan metode evaluasi harga terendah.

2) 2 (dua) file

Metode dua file digunakan untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memerlukan penilaian teknis terlebih dahulu.

3) 2 (dua) tahap

Metode dua tahap digunakan untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

- spesifikasi teknisnya belum bisa ditentukan dengan pasti.

(33)

29

- mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan desain penerapan teknologi yang berbeda.

- dimungkinkan perubahan spesifikasi teknis berdasarkan klarifikasi penawaran teknis yang diajukan, atau

- membutuhkan penyetaraan teknis.

F. Strategi Penawaran

Strategi merupakan suatu upaya yang dapat digunakan dalam mendekatkan permasalahan pada kondisi yang nyata. Berbagai strategi berusaha diterapkan oleh peserta tender dalam upaya memenangkan suatu proyek. Menurut Ervianto (2004), beberapa strategi umum yang sering digunakan oleh kontraktor dalam upaya memenangkan tender, yaitu:

a. Strategi kompetitif, merupakan strategi penawaran paling ideal dengan mengasumsikan seluruh pesaing menggunakan strategi yang jujur dalam kompetisi.

b. Strategi menurunkan harga, merupakan strategi yang digunakan oleh peserta tender untuk memenangkan lelang dengan menurunkan harga dan rela mendapatkan keuntungan minimal.

c. Strategi merugi, merupakan strategi yang bertujuan untuk memperoleh simpati dari owner dengan harapan untuk mendapatkan proyek berikutnya.

d. Strategi pembayaran dengan kelonggaran, merupakan strategi yang bertujuan untuk memberikan kelonggaran kepada owner dalam hal pembayaran termin.

Penawaran terhadap suatu proyek oleh kontraktor akan menjadi lebih akurat dan efektif apabila digunakan metode pendekatan dalam menentukan strategi penawarannya. Menurut Patmadjaja (1999), terdapat tiga metode pendekatan untuk menganalisis harga penawaran dengan mengolah data pengalaman-pengalaman penawaran yang lalu. Ketiga metode tersebut adalah Friedman, Gates dan Ackoff & Sasieni.

(34)

30 1. Metode Friedman

Menurut Friedman (1956) dalam Patmadjaja (1999), terdapat dua buah rumusan peluang kemenangan, yaitu untuk penawaran dengan satu pesaing dan dua atau lebih pesaing.

- Menghitung peluang kemenangan untuk penawaran dengan satu pesaing, perumusannya adalah sebagai berikut:

P(CoWin/Bo) = P(Bo<B1) x P(Bo < Bi) x ... x P(Bo<Bn) Dimana:

P(CoWin/Bo) = Peluang kemenangan terhadap satu pesaing P(Bo<Bi) = Peluang kemenangan terhadap pesaing i

- Menghitung peluang kemenangan untuk penawaran dengan dua atau lebih pesaing, perumusannya adaiah sebagai berikut:

P(CoWin/Bo) = P(Bo<Ba)n Dimana:

P(CoWin/Bo) = Peluang kemenangan terhadap dua atau lebih pesaing Ba = Harga penawaran rata-rata

n = Jumlah pesaing

Kemudian dilanjutkan dengan menghitung keuntungan harapan dengan perumusan sebagai berikut:

E(P) = (Bo-Us.C) x P(CoWin/Bo) Dimana:

E(P) = Keuntungan harapan

Bo = Harga penawaran kontraktor

Us = Rasio biaya aktual terhadap biaya estimasi C = Biaya estimasi proyek

Adapun tahapan perhitungan dengan metode Friedman adalah sebagai berikut:

1) Menghitung biaya proyek, dengan mengikuti persamaan maka didapatkan persamaan sebagai berikut:

Biaya Proyek = OH – Biaya tak langsung Biaya Proyek = OE (26,5% x OE)

(35)

31 Biaya Proyek = 73,5% x OE

2) Menghitung nilai mark-up dari sejumlah proyek, dengan rumus:

Mo = x100%

Proyek Biaya

Proyek Biaya

(Penawaran

3) Mengurutkan nilai mark-up dari yang terendah hingga tertinggi untuk memperoleh distribusi frekuensi dan frekuensi kumulatif dari pesaing.

4) Menghitung peluang kemenangan terhadap satu pesaing, dengan rumus:

P(CoWin/Bo) = P(Bo<Ba)

5) Menghitung peluang kemenangan terhadap dua atau lebih pesaing, dengan rumus:

P(CoWin/Bo) - P(Bo < Ba)n

6) Menghitung keuntungan harapan bila mengalahkan satu pe-2 rumus:

E(P) = moxP(Bo<Ba)

7) Menghitung keuntungan harapan bila mengalahkan dua atau lebih pesaing, dengan rumus:

E(P) = mo x [P(Bo<Ba)]n

2. Metode Gates

Menurut Gates (1967) dalam Patmadjaja (1999), terdapat dua buah rumusan peluang kemenangan yang mirip dengan Friedman, yaitu untuk penawaran dengan satu pesaing dan dua atau lebih pesaing.

- Menghitung peluang kemenangan untuk penawaran dengan satu pesaing, perumusannya adalah sebagai berikut:

P(CoWin/BO) =

n

i P Bo Bi

Bi Bo P

0 ( )

) (

1 1

1

Dimana:

P(CoWin/Bo) = Peluang kemenangan terhadap satu pesaing P(Bo<Bi) = Peluang kemenangan terhadap pesaing i

(36)

32

- Menghitung peluang kemenangan untuk penawaran dengan dua atau lebih pesaing, perumusannya adalah sebagai berikut:

P(CoWin/Bo) =

) (

) (

1 1

1 Ba Bo P

Ba Bo n P

 

Dimana:

P(CoWin/Bo) = Peluang kemenangan terhadap dua atau lebih pesaing Ba = Harga penawaran rata-rata

n = Jumlah pesaing

Kemudian dilanjutkan dengan menghitung keuntungan harapan dengan perumusan sebagai berikut

E(P) = (Bo-C) x P(Co Win/Bo) Dimana:

E(P) = Keuntungan harapan

Bo = Harga penawaran kontraktor C = Biaya estimasi proyek

Adapun tahapan perhitungan dengan metode Gates adalah sebagai berikut:

1. Menghitung biaya proyek, dengan menggunakan rumus.

2. Menghitung nilai mark-up dari sejumlah proyek, dengan menggunakan rumus.

3. Mengurutkan nilai mark-up dari yang terendah hingga tertinggi untuk memperoleh distribusi frekuensi dan frekuensi kumulatif dari pesaing.

4. Menghitung peluang kemenangan terhadap satu pesaing, dengan rumus:

P(CoWin//Bo) =

) (

) (

1 1

1 Bi Bo P

Bi Bo P

 

5. Menghitung peluang kemenangan terhadap dua atau lebih pesaing, dengan rumus:

P(CoWin/Bo) =

) (

) (

1 1

1 Ba Bo P

Ba Bo n P

 

(37)

33

6. Menghitung keuntungan harapan bila mengalahkan satu pesaing, dengan rumus:

E(P) = mox

n

i P Bo Bi

Bi Bo P

0 ( )

) (

1 1

1

7. Menghitung keuntungan harapan bila mengalahkan dua atau lebih pesaing, dengan rumus:

E(P) = mox =

) (

) (

1 1

1 Ba Bo P

Ba Bo n P

 

3. Metode Ackoff & Sasieni

Menurut Ackoff dan Sasieni (1968) dalam Patmadjaja (1999), biaya aktual adalah sesuai dengan biaya estimasi proyek seperti yang dirumuskan oleh Gates.

Metode Ackoff & Sasieni ini hanya dapat menentukan peluang kemenangan terhadap satu pesaing saja

Menghitung peluang kemenangan dengan perumusan sebagai berikut:

P(CoWin/Bo) = P(Bo <Bi)

Dimana:

P(CoWin/Bo) = Peluang kemenangan terhadap satu pesaing P(Bo<Bi) = Peluang kemenangan terhadap pesaing i

Kemudian dilanjutkan dengan menghitung keuntungan harapan dengan menggunakan perumusan seperti pada metode Gates.

Adapun tahapan perhitungan dengan metode Ackoff & Sasieni adalah sebagai berikut:

1. Menghitung biaya proyek, dengan menggunakan rumus.

2. Menghitung nilai mark-ap dari sejumlah proyek, dengan menggunakan rumus (2.3).

3. Mengurutkan nilai mark-up dari yang terendah hingga tertinggi untuk memperoleh distribusi frekuensi dan frekuensi kumulatif dan pesaing.

(38)

34

4. Menghitung peluang kemenangan terhadap satu pesaing, dengan menggunakan rumus.

5. Menghitung keuntungan harapan bila mengalahkan satu pesaing, dengan menggunakan rumus.

G. Nilai Mark-Up

Terdapat perbedaan persepsi terkait arti dari istilah mark-up dari sisi manajer proyek dan masyarakat luas. Masyarakat luas cenderung mengartikan mark-up pada suatu proyek konstruksi sebagai sebuah penyelewengan yang harus dipertanggungjawabkan secara hukum dikarenakan membuat biaya pekerjaan menjadi tidak ekonomis. Sehingga apapun bentuk penyelewengan proyek, umumnya akan dikaitkan dengan mark-up yang dilakukan kontraktor. Apabila dipandang dari sisi manajemen proyek, istilah mark-up memiliki artian yang wajar dimana mark-up merupakan selisih antara penawaran dengan rencana anggaran biaya pekerjaan, adapun biaya pekerjaan tersebut terdiri atas biaya langsung yang ditambah dengan biaya tak langsung (Ervianto, 2004).

Menurut Patmadjaja (1999), mark-up adalah harga penawaran yang dibagi dengan biaya estimasi dalam besaran persen. Selain untuk merencanakan berapa keuntungan yang diinginkan, mark-up juga dimaksudkan untuk menutupi biaya tetap perusahaan dan resiko lainnya yang tidak dapat diprediksi. Dalam menentukan besarnya mark-up, kontraktor membutuhkan, hasil kumpulan data- data penawaran yang lalu (historical data) sebagai petunjuk dalam penawaran.

1. Peluang Menjadi Penawar Terendah

Dalam usaha untuk mendapatkan harga penawaran yang kompetitif dapat dilakukan perhitungan peluang kemenangan dari pesaing yang mengajukan penawaran dalam proyek tersebut. Menurut Ervianto (2004), pengaruh dari harga penawaran dengan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan atau proyek dalam kondisi hanya ada satu pesaing dapat dilihat seperti pada grafik berikut.

(39)

35

Gambar Grafik hubungan antara mark-up dengan peluang menjadi penawar terendah

Sumber Ervianto (2004)

Gambar memperlihatkan bahwa grafik antara peluang kemenangan dengan besaran nilai mark-up ditunjukkan berupa garis linier. Rentang peluang kemenangan dari 0% hingga 100% sedangkan rentang nilai mark-up dari 0%

sampai dengan 25%. Berikut merupakan berbagai keadaan antara harga penawaran dengan keuntungan yang dapat dicapai:

1) Apabila menawar dengan harga senilai dengan biaya langsung saja, maka pasti akan mendapatkan pekerjaan tetapi tidak ada keuntungan yang didapat.

2) Apabila menawar 5% diatas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 80%. maka keuntungan yang dapat dicapai adalah sebesar 5%

dari 80% yaitu 4%.

3) Apabila menawar 10% diatas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 60%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah sebesar 10% dari 60% yaitu 6%.

4) Apabila menawar 12,5% diatas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 50%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah sebesar 12,5% dari 50% yaitu 6,25%.

(40)

36

5) Apabila menawar 15% diatas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 40%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah sebesar 15% dari 40% yaitu 6%.

6) Apabila menawar 20% diatas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 20%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah sebesar 20% dari 20% yaitu 4%.

7) Apabila menawar 25% diatas biaya langsung, maka tidak akan mendapatkan pekerjaan sekaligus tidak ada keuntungan yang didapat.

2. Keuntungan Harapan

Keuntungan potensial merupakan selisih antara harga penawaran dengan estimasi biaya, sehingga harga penawaran adalah estimasi biaya proyek ditambah dengan mark-up. Semakin tinggi harga penawaran maka semakin kecil kemungkinan untuk menjadi penawar terendah, sehingga potential profit ini harus dijadikan optimum yang dikenal dengan expected profit maksimum agar menjadi penawar terendah (Clough dan Sears, 1994) dalam (Patmadjaja, 1999). Dibawah ini merupakan perumusan dari Expected Profit:

E(P) = P x (b – c) Dimana :

E(P) = Keuntungan harapan P = Peluang menang b = Penawaran (bid) c = Biaya estimasi (cost)

Untuk menghitung peluang menang terhadap pesaing dibutuhkan data-data penawaran yang lalu dari para pesaing Dengan mencoba-coba besaran mark-up maka akan didapatkan nilai maksimum dari keuntungan harapan, dimana besar mark-up yang menghasilkan keuntungan harapan maksimum disebut mark-up optimum yang nantinya digunakan dalam penawaran. Prosedur tersebut dikenal sebagai strategi penawaran. Estimasi besarnya keuntungan harapan dapat dilihat dengan cara mengkombinasikan antara mark-up dan peluang menjadi penawar terendah seperti diilustrasikan pada gambar berikut.

(41)

37

Gambar Hubungan Expected Profil dan Mark Up (Patmadjaja, 1999)

Sebagai contoh, sesuai dengan gambar terkait kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan atau proyek dalam kondisi hanya ada satu pesaing, kontraktor dapat menghasilkan keuntungan dengan melakukan penawaran sebesar 12,5% diatas biaya langsung. Mark-up 12,5% adalah nilai optimum yang digunakan sebagai dasar penawaran dan menghasilkan keuntungan harapan tertinggi ditunjukkan pada gambar di bawah. Sedangkan kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan harapan untuk nilai mark-up 10% dan 15% adalah sama, hanya saja mark-up dengan nilai 10% dan peluang kemenangan 60% akan lebih realistis dibandingkan nilai mark-up 15% dan peluang kemenangan 40%.

Akan tetapi, semakin kecil nilai mark-up pada suatu penawaran maka resiko yang akan ditanggung kontraktor menjadi semakin besar.

Gambar Grafik hubungan antan mark-up dengan keuntungan harapan Sumber : Ervianto (2004)

(42)

38 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Menghadapi persaingan yang semakin ketat untuk memenangkan tender di dunia proyek konstruksi, menuntut para pelaksana proyek konstruksi, pempunyai pengetahuan, metode, pengalaman yang cukup dan keunggulan-keunggulan strategis di dalam mencapai sasaran dan tujuan setiap pekerjaan atau proyek dan tidak terlepas dari tiga batasan, yang harus dipenuhi seperti biaya atau anggaran, waktu atau jadwal dan mutu atau kinerja, yang mana sifatnya saling tarik menarik satu sama lainnya.

Estimasi biaya memegang peranan penting di dalam memperoleh keuntungan finansial, penentuan estimasi biaya dibutuh pengalaman penawaran yang lalu dengan waktu pengamatan tiga sampai lima tahun. Besaran nilai mark- up yang direncanakan sesuai dengan keuntungan yang diinginkan, menutupi biaya tetap perusahaan dan risiko-risiko lainnya.

Mengetahui besaran nilai mark-up dan melakukan perbandingan terhadap Metode Ackoff & Sasieni, Metode Friedmen dan Metode Gates dapat memberikan peluang memenangkan tender dan keuntungan yang didapat oleh pelaksana konstruksi atau kontraktor di dalam mengambil keputusan penentuan harga penawaran yang sesuai dengan tujuan masing-masing kontraktor.

B. Saran

Besaran nilai mark-up yang memberikan peluang kemenangan perlu pengetahuan dan pengalaman, begitu juga menentukan metode mana yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi, perlu disikapi dan dilakukan secara cermat dan penuh kehati-hatian.

(43)

39

DAFTAR PUSTAKA

Ervianto, W.I. 2004. Teori - Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Andi, Yogyakarta.

__________. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). Andi, Yogyakarta.

LKPP. 2016. Cara Mendaftar Di SPSE.

https: //eproc.lkpp.go.id/faq/category/5/cara-mendaftar-di-spse. Diakses tanggal 18/10/2019.

Patmadjaja. H. 1999. Model Strategi Penawaran Untuk Proyek Konstruksi Di Indonesia. Dimensi Teknik Sipil Vol.l/No.l/Maret 1999.

Perlem. 2018a. Peraturan PKPP No. 14 Tahun 201'S tentang Unit Kerja Pengadaan Barang,/asa (UKPBJ).

__________. 2018b. Peraturan LKPP No. 9 Tahun 201S tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang, Jasa Melalui Penyedia.

Perpres. 2014. Peraturan Presiden No. 157 Tahun 2014 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

. 2018. Peraturan Presiden No. 16 Tahun 20]S tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah.

Soeharto. 1. 1995. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional), ln Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Erlangga, Jakarta.

Tamba, P. 2008. Kinerja Biaya Pelaksanaan Proyek Konstruksi (Study Kasus:

Rumah Tempat Tinggal). Majalah Ilmiah Panorama Nusantara Edisi V/Juli-Desember 2008.

Udoyono, K. 2012. E-Procurement Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Untuk Mewujudkan Akuntabilitas Di Kota Yogyakarta. Jurnal Studi Pemerintahan Vol.3/No.1/Februari 2012.

Undang - Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

Referensi

Dokumen terkait

• (1a) PA pada Pemerintah Daerah mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa secara terbuka kepada masyarakat luas, setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD yang merupakan

Jadw al dan proses pengadaan barang/ jasa lebih lanjut akan diumumkan pada papan pengumuman resmi dan media elekt ronik, sesuai dengan ket ent uan

Dalam upaya memberikan kesempatan secara umum, terbuka, dan adil, dengan ini kami beritahukan pengumuman seleksi umum pengadaan jasa konsultan/ jasa lainnya sebagai

E-Lelang Umum adalah pengadaan barang/jasa pemerintah yang proses pelaksanaannya dilakukan dengan pelelangan umum secara terbuka, dalam rangka mendapatkan barang/jasa, dengan

• (1a) PA pada Pemerintah Daerah mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa secara terbuka kepada masyarakat luas, setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD yang merupakan

• (1a) PA pada Pemerintah Daerah mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa secara terbuka kepada masyarakat luas, setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD yang

Kepada para penyedia yang merasa keberatan atas pengumuman ini dapat mengajukan sanggahan secara tertulis yang ditujukan kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan

E-Lelang Umum adalah pengadaan barang/jasa pemerintah yang proses pelaksanaannya dilakukan dengan pelelangan umum secara terbuka, dalam rangka mendapatkan barang/jasa,