• Tidak ada hasil yang ditemukan

koperasi tepatnya di kota Banda Aceh.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "koperasi tepatnya di kota Banda Aceh."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS A. Reviu Penelitian Terdahulu

Wulandara & Adnan (2019) melakukan penelitian tentang Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Efektivitas Sistem Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banda Aceh).

Penelitian ini mengafirmasi bahwasannya modernisasi sistem administrasi pajak serta seberapa efektivis sistem pajak secara simultan, keduanya mampu memberikan efek untuk mendorong Ketaatan pembayar pajak orang pribadi untuk membayar pajak yang mendaftarkan diri di KPP Pratama Banda Aceh.

Mahfud, Arfan, & Abdullah (2017) melakukan penelitian tentang Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Kesadaran Membayar Pajak dan Kualitas Pelayanan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Studi Empiris Pada Koperasi di Kota Banda Aceh). Penelitian tersebut menyatakan bahwa pengetahuan mengenai perundang-undangan perpajakan, kesadaran menunaikan pembayaran pajak, serta meningkatkan mutu layanan pajak secara bersamaan mampu mempengaruhi ketaatan pembayar pajak koperasi tepatnya di kota Banda Aceh.

Rianty & Syahputera (2020) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak. Penelitian tersebut mengungkapkan akan kesadaran pembayar pajak serta sanksi pajak yang

(2)

mampu memberikan efek untuk mendorong kepatuhan wajib pajak.

Sementara itu Layanan Fiskus tidak memiliki impak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Samadiartha & Darma (2017) melakukan penelitian tentang Dampak Sistem E-Filling, Pengetahuan Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian ini memberikan bukti atas implementasi sistem e-filling, pemahamam tentang pajak, sosialisasi tentang pajak, serta kesadaran membayar pajak mempunyai impak positif yang signifikan untuk mendorong meningkatnya kepatuhan wajib pajak .

Yuliani & Faradiana (2021) melakukan penelitian tentang Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Terhadap Kepatuhan. Penelitian ini membuktikan bahwasannya memodernisasi sistem administrasi pajak yang mencakup e-registration,e- billing, e-filling, layanan fiskus pajak serta sanksi pajak memiliki impak positif terhadap ketaatan wajib pajak.

Akbar, Fathur dan Nuryatno (2018) meneliti tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian ini mengafirmasi bahwasannya modernisasi sistem administrasi pajak tidak memiliki impak terhadap ketaatan pembayar wajib pajak. Pengetahuan ketentuan pajak, sanksi pajak serta peningkatan kualitas layanan fiskus memiliki dampak positif terhadap kepatuhan pembayar pajak.

(3)

Siahaan & Halimatusyadiah (2018) meneliti tentang Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwasannya kesadaran pembayar pajak dan sanksi perpajakan memiliki dampak positif untuk meningkatkan tingkat ketaatan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan sosialisasi perpajakan dan layanan fiskus tidak berdampak apapun terhadap ketaatan pembayar pajak orang pribadi.

B. Tinjauan Pustaka

1. Teori Perilaku Berencana atau Theory of Planned Behavior

Teori Perilaku Berencana atau Theory of Planned Behavior diperkenalkan oleh Azjen pada tahun 1991 TPB digunakan untuk mengkaji perilaku individu sebagai wajib yang dipengaruhi oleh niat.

Munculnya niat untuk berperilaku ditentukan oleh tiga faktor:

a. Behavioral Beliefs merupakan keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut.

b. Normative Beliefs yaitu keyakinan tentang harapan normative orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut.

c. Control Beliefs adalah keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived behavior control.

(4)

2. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan a. Definisi Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang. Rakyat adalah sumber penghasilan negara, dan mereka dimintai sebagian dari pendapatannya melalui pajak, dan darinya merupakan hasil kekayaan alam yang berada di negara tersebut (natural resources). Kedua sumber tersebut ialah sumber yang paling fundamental dan memberikan sumbangsih berupa pendapatan kepada negara. Pendapatan tersebut berguna untuk mengakomodir hajat segala pihak yang ujung-ujungnya akan kembali untuk memenuhi hajat pribadi perindividu seperti Kesehatan masyarakat, Pendidikan, kesejahteraan dan lain-lainnya.

Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Perubahan ketiga UU Nomor 6 Tahun 1983), dimana awal mula substansi dari peraturan perpajakan Indonesia, didefiniskan didalamnya bahwasannya “Pajak merupakan sumbangsih wajib kepada negara yang terhitung sebagai hutang oleh seorang individu atau badan yang bersifat mengikat dan mengacu kepada perundang-undangan, dan timbal baliknya tidak dirasakan secara langsung dan dimanfaatkan demi kebutuhan seluruh elemen dalam suatu negara serta demi menjamin kesejahteraan masyarakat.” Terdapat tiga fungsi pajak yakni fungsi anggaran, fungsi regulasi, fungsi

(5)

stabilitas dan fungsi pemerataan. Pajak juga berperan sebagai sarana pengelola perekonomian serta mengoperasikan kebijakan Indonesia.

b. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan

Tata Usaha atau Administrasi Perpajakan ialah aktivitas penatausahaan serta jasa yang diberikan oleh tiap-tiap indivdidu di dalam organisasi guna terlaksanakannya hak dan kewajiban dalam perpajakan. Tata Usaha yang bagus dikelola dengan akurat dan benar dalam bidang perpajakan yang diperlukan disetiap organisasi, sebab indikator itu mampu mencapai tujuan yang ampuh, dan berdaya guna serta produktif dan tepat saran dalam bidang perpajakan yakni menunaikan minimal pembayaran pajak akan tetapi sesuai kebutuhan yang dibutuhkan. Sasaran administrasi perpajakan yakni guna menciptakan:

1) Ketersediaan dokumen yang berkaitan dengan perpajakan.

2) Ketersediaan informasi dan data yang bersangkutan dengan pajak.

3) Alat guna mewujudkan dan membangun kerja sama antara unit-unit organisasi dan juga sesama pihak, terpenting mengenai perpajakan.

4) Melaksanakan pembinaan, pengoperasian, serta pengawasan terutama mengenai perpajakan.

5) Penetapan keputusan maupun kebijakan terutama mengenai perpajakan.

(6)

Perihal penegakan hak dan kewajiban perpajakan oleh WP yang legal di Indonesia, apa saja hal-hal yang perlu disarankan administrasi perpajakan adalah mengenai kegiatan berikut:

1) Eksistensi WP dan PKP.

2) Registrasi WP dan Legalisasi PKP.

3) Penggantian data, pengalihan dan penghapusan/pencabutan WP dan PKP.

4) Pendataan dan pencatatan.

5) Laporan Keuangan fiskal.

6) Penaksiran pajak.

7) Pemotongan dan pengumpulan pajak.

8) Pelunasan pajak.

9) Pelaporan pajak.

10) Pengecekan pajak.

11) Keberatan, banding dan peninjauan Kembali.

12) Utang pajak dan piutang pajak.

13) Penagihan pajak.

Tujuan dari Modernisasi administrasi perpajakan ialah merestrukturisasi organisasi guna menggapai organisasi yang dicita- citakan secara ampuh dan berdaya guna, memfasilitasi suatu bisnis melalui penggunaan kemajuan teknologi, informasi dan data serta komunikasi, menstimulasi sumber daya manusia dan finalnya yakni pada manifestasi good governance. Manfaat Modernisasi sistem tata

(7)

usaha pajak yakni untuk mendongkrak pendapatan negara lewat pemungutan pajak serta mempermudah pelunasan pajak bagi wajib pajak yang akhirnya para wajib pajak akan melunasi pajak secara tepat waktu.

Sistem administrasi perpajakan diantaranya yakni:

1) Situs internet Ditjen Pajak (http://www.pajak.go.id) memuat peraturan perpajakan dan informasi perpajakan

2) Pengembangan knowledge base di beberapa kanwil yang berisi petunjuk praktis tentang beberapa permasalahan di bidang perpajakan yang dapat dijadikan pedoman oleh fiskus dalam menjawab pertanyaan dari wajib pajak

3) Situs internet Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan sarana komunikasi internal Ditjen Pajak dan sekaligus pintu masuk menuju program aplikasi PK-PM dan MP3

4) Aplikasi PK-PM yang berfungsi menyediakan faktur pajak masukan PKP pembeli dengan faktur pajak keluaran PKP penjual

5) Aplikasi kriteria seleksi sebagai sarana pemilihan pemeriksaan pajak berdasarkan tingkat resiko

6) Aplikasi Monitoring Pelaporan dan Pembayaran Pajak (MP3) yang berfungsi untuk memonitor dan mengawasi penerimaan pajak secara online

7) e-Registration yaitu pendaftaran NPWP secara online melalui internet

(8)

8) e-Filing yaitu sistem menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) secara online

9) e-Billing yaitu Pelunasan online lewat system e-Billing mencakup registrasi partisipan Billing, penyusunan kode Billing, pelunasan sesuai kode Billing, serta perbaikan Billing melalui prosedur modul pendapatan negara.

10) e-SPT yaitu sarana dalam menyampaikan SPT dalam media elektronik

11) e-payment yaitu fasilitas pembayaran online untuk PBB

12) Aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) untuk menggantikan SIP

3. Kualitas Pelayanan Fiskus

Sesuai dengan Ketetapan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 02/PJ/2014, definisi layanan pajak yakni jasa unit kerja dalam lingkup Direktorat Jenderal Pajak untuk rakyat berdasarkan ketetapan pajak yang sah. Ketika pelaksanan tupoksi dilaksanakan dalam Pelayanan fiskus kepada masyarakat dan WP, tiap-tiap kantor di DJP terkhusus KPP terdapat unit-unit privat yang berkewajiban menyuguhkan pelayanan yang diantaranya:

a. Lokasi Pelayanan Terpadu

Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) yakni lokasi layanan pajak terunifikasi melalui prosedur yang terpatok di KPP dalam menyuguhkan layanan pajak. Secara general TPT bertempat di ruang

(9)

depan (lobby) kantor dengan waktu pelayanan pukul 08.00-16.00 waktu setempat.

b. Pelayanan Konsultasi (Helpdesk)

Helpdesk ialah petugas yang mempunyai tuposi untuk melayani masyarakat ataupun WP yang memerlukan informasi perpajakan.

c. Petugas Konseling khusus

Ketika WP mendapat surat panggilan maupun surat yang lainnya yang berhubungan perihal pelaksanaan kewajiban perpajakan, maka KPP menyediakan ruang konsultasi efektif yang melayani jasa penyuluhan khusus berkenaan dengan statistik dan taksiran pajak.

Dalam sesi konseling khusus akan didelegasikan para staff khusus dan telah dipilih oleh KPP untuk melayani para WP yakni Account Representative (AR) disertai dengan Kepala Seksi Pengawasan dan tersedia juga penyuluhan di Ruang konsultasi .

d. Drop Box

Bermula pada tahun 2009, saat SPT Tahunan Pph disampaikan kerap kali terdengar istilah “Drop Box”. Drop Box merupakan wadah lain untuk WP guna mengajukan SPT Tahunan. Wajib Pajak bisa mengajukan SPT Tahunan secara langsung lewat drop Box yang disiapkan oleh DJP dan tersedia dimana saja. Secara umum Drop Box disediakan di lokasi publik yang ramai pengunjung dan banyak orang lalu lalang disekitarnya seperti pusat belanja, pusat bisnis, kawasan

(10)

perusahaan yang karyawannya banyak maupun lokasi-lokasi spesifik lainnya.

e. Pojok Pajak dan Mobil Pajak

Pojok Pajak yakni media konseling serta jasa perpajakan untuk khalayak umum maupun WP guna menunaikan kewajibannya membayar pajak yang berlokasi di pusat-pusat perbelanjaan, bussiness center, pameran-pameran maupun dilokasi-lokasi lain yang telah ditentukan. Mobil Pajak ialah Kendaraan yang dimanfaatkan sebagai media konseling serta jasa perpajakan untuk khalayak umum maupun WP dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan yang diparkir di kawasan-kawasan tertentu di daerah-daerah di Indonesia. Penyuluhan serta jasa yang tersedia di Pojok Pajak dan Mobil Pajak anatar lain yakni:

1) Pengadaan leaflet, katalog, dan media konseling mengenai pajak lainnya.

2) Registrasi NPWP individu pribadi.

3) Penyetoran SPT.

f. Pelayanan Pajak Secara Online

Penerapan pelayanan melalui internet atau daring merupakan perapan dari Direktorat Jenderal Pajak yang biasa disebut e-Tax.

Pelayanan secara daring ini biasanya berupa pendaftaran sebagai WP, pembayaran pajak hingga pelaporan pajak. Sasaran pelayanan online

(11)

yakni guna untuk memberikan kemudahan bagi WP serta sebagai upaya dari pelayanan perpajakan agar mengalami peningkatan.

Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE- 84/PJ/2011 tentang Layanan Prima tercantum didalamnya ketetapan- ketetapan guna mendongkrak mutu layanan dan telah disediakan oleh staff pajak pada pembayar pajak yakni diantaranya:

a. Jadwal layanan yakni dibuka pada pukul 08.00 hingga 16.00 waktu setempat.

b. Staff berinterkasi langsung dengan pembayar pajak patut untuk berperilaku ramah, sopan, cepat, cermat dan juga tidak bertele-tele dalam melayani WP.

c. Staff pelayanan pajak wajib merespon keluhan WP serta wajib memberitahu perihal informasi kepada wajib pajak secara komprehensif dan jelas guna membujuk wajib pajak untuk membayar pajak agar meyakini urgensi pajak, staff pajak juga bisa mengacu kepada buku panduan teknis pelayanan dalam menjalankan tugasnya.

d. Staff pajak seharusnya menerangkan jangka waktu wajib pajak harus menunggu dalam sesi pelayanan.

e. Jika pegawai pajak terpaksa tidak berkesempatan menanggapi laporan ataupun surat yang disetorkan oleh wajib pajak maka pegawai harus menerangkan sejelas-jelasnya serta ramah hingga wajib pajak mencerna dengan benar.

(12)

4. Kesadaran Wajib Pajak a. Wajib Pajak

Berlandaskan pada Undang Undang Tentang Amandemen Atas Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketetapan Umum dan Tata Tertib Perpajakan, wajib pajak ialah individu maupun badan yang telah ditentukan berlandaskan ketentuan perundang-undangan tentang pajak berstatus wajib untuk menunaikan tanggungan pajaknya, mencakup didalamnya penagih pajak atau pemangkas pajak tertentu.

Aktivitas pengelolaan pajak didapati didalamnya ada 5 hal yang patut dilakukan wajib pajak yaitu:

1) Registrasi sebagai Wajib Pajak

Pendaftaran dilaksankaan dengan kesadaran penuh dan penuh kerelaan (voluntary compliance) untuk mendaftarkan diri (self assessment system). Pembayar Pajak dengan tingkat ketaatan rendah, yakni wajib pajak yang sebenarnya telah berstatus wajib sebagai WP namun belum/tidak mendaftarkan diri sebagai WP, sehingga pendaftaran sebagai WP bisa dilakukan secara jabatan oleh KPP (official assessment system).

2) Penghitungan Pajak

Penghitungan atau Penaksiran pajak bisa dilaksanakan oleh, (1) tiap-tiap individu atau perorangan pribadi WP sendiri (self assessment system), (2) dihitung oleh kantor layanan pajak (official assessment system), (3) dihitung oleh pihak ketiga yang menuntaskan pembayaran (withholding system).

(13)

3) Pemangkasan atau Penagihan Pajak

Tanggungan WP yang terdapat prosedur pajak yakni memangkas ataupun memungut perpajakan dalam tiap-tiap pelunasan maupun pembiayaan yang tangguhkan kepada pihak lain atas pajak yang terutang..

4) Pelunasan Pajak

Pajak terutang (limit kewajiban WP sendiri ataupun disebabkan oleh pemangkasan/penagihan pajak) yang wajib dilunasi maupun dibayarkan ke lokasi penyetoran pajak. Media tata usaha yang dipergunakan yakni melalui Surat Setoran Pajak (SSP).

5) Pelaporan Pajak

WP berkewajiban menuntaskan tanggungannya melunasi pajak kemudian dilaporkan ke kantor pajak. Pelaporan pajak yang utama adalah perihal pajak yang mampu dibayarkan maupun dipangkas atau ditagih yang menjadi tanggungannya. Pelaporan pajak wajib dilaporkan ketika jatuh tempo pembayaran pajak yang tepat dibayarkan sekali dalam setahun. Alat yang berguna untuk menyetor pajak yakni Surat Pemberitahuan (SPT).

b. Kesadaran Perpajakan

Kesadaran dalam hal apapun sangat penting dan harus tertanam dalam diri kita sendiri. Masyarakat yang hidup di suatu negara harus patuh akan peraturan-peraturan pemerintah seperti halnya dalam membayar pajak. Kesadaran perpajakan harus tumbuh dalam diri kita

(14)

sendiri dengan cara membayar pajak tepat waktu dengan tujuan meningkatkan penerimaan negara yang mana akan kita rasakan manfaatnya seperti, jalan tol, jembatan dan lain sebagainya. Kesadaran wajib pajak adalah Ketika wajib pajak memahami, mengetahui dan melaksanakan ketentuan-ketentuan perpajakan dengan benar dan tepat.

Aparatur perpajakan mempunyai tugas memberi pemahaman tentang ketentuan perpajakan dan juga mengajak masyarakat agar membayar pajak tepat waktu agar tidak kena sanksi. Semakin tinggi kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak maka semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak untuk meningkatkan penerimaan negara.

Kesadaran dan kepatuhan wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, memahami, dan melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan benar dan sukarela (Intrada et al. 2019)

5. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan berarti tunduk terhadap aturan yang berlaku. Kepatuhan wajib pajak dapat diartikan sebagai patuh atau tunduk akan hak dan kewajiban perpajakan sesuai peraturan perundang-undangan yaitu membayar pajak tepat waktu guna meningkatkan penerimaan negara.

Kepatuhan terhadap peraturan perpajakan bertujuan untuk meningkatkan kepastian penegakan hukum, meningkatkan keterbukaan administrasi perpajakan dan meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak (Undang- Undang 28, 2007). Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 74/PMK.03, 2012), kepatuhan wajib pajak juga dapat diartikan sebagai ketersediaan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan

(15)

aturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan maupun ancaman.

Macam-macam kepatuhan terdiri dari:

1. Kepatuhan Formal yaitu keadaan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya secara formal sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan.

2. Kepatuhan Material yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif memenuhi semua ketentuan material perpajakannya yang sesuai dengan isi undang-undang perpajakan. Kepatuhan material meliputi kepatuhan formal

6. UMKM

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang kemudian diperbaharui menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang membahas mengenai pengertian dari UMKM dijelaskan sebagai berikut:

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah ini.

b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi

(16)

kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam peraturan pemerintah ini.

b. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh seorang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah ini.

Adapun kriteria usaha mikro yaitu:

a. Memiliki karyawan kurang dari 4 orang

b. Aset (Kekayaan bersih) hingga 50 juta per tahun c. Omset penjualan tahunan hingga 300 juta per tahun Kriteria usaha kecil yaitu:

a. Memilki karyawan lebih dari 5 orang dan kurang dari 19 orang b. Aset (kekayaan bersih) dari 50 juta hingga 500 juta

c. Omset penjualan tahunan dari 300 juta hingga 2,5 Miliar Kriteria usaha menengah yaitu:

a. Memiliki karyawan lebih dari 20 hingga 99 orang b. Aset (kekayaan bersih) antara 500 juta hingga 10 Miliar c. Omset penjualan tahunan antara 2,5 Miliar hingga 50 Miliar

(17)

C. Perumusan Hipotesis

1) Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Modernisasi sistem adalah suatu bentuk inovasi atau pembaharuan yang berfungsi untuk mempermudah wajib pajak dalam menjalankan kewajiban pajak. Sistem Administrasi Perpajakan mengalami penyempurnaan yang dulunya hanya berbasis sistem pajak kini menjadi fungsi pajak yang mengutamakan pelayanan masyarakat. Direktorat Jenderal Pajak telah mengenalkan beberapa bentuk layanan yaitu: adanya tenaga account representative, e-registration, e-filling, e-spt, dan e- billing. Penelitian Putra (2020) mengungkapkan bahwa Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan berpengaruh positif terhadap Kepatuhan wajib pajak. Tujuan modernisasi sistem perpajakan ini bertujuan untuk memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya tanpa harus datang ke KPP sehingga wajib pajak akan patuh dalam membayar pajak tepat waktu. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis merumuskan hipotesis:

H1: Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

2. Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pelayanan fiskus diharapkan memiliki kompetensi terkait keahlian, pengetahuan, dan pengalaman dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak dan perundang-undangan perpajakan. Salah satu upaya dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak diantaranya meningkatkan kualitas pelayanan fiskus kepada wajib pajak. Pelayanan kadang juga

(18)

dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu organisasi. Upaya peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara peningkatan kualitas dan kemampuan teknis pegawai dalam bidang perpajakan, perbaikan dalam infrastruktur, seperti: perluasan tempat pelayan terpadu (TPT), penggunaan sistem informasi dan teknologi untuk dapat memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pada penelitian Wulandari (2019) mengungkapkan bahwa kualitas pelayanan fiskus berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak untuk membayar untuk membayar pajak. Pelayanan fiskus bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Kualitas Pelayanan Fiskus berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

3. Pengaruh Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, mengakui, menghargai dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki kesanggupan dan kemauan untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Penelitian Perdana & Dwirandra (2020) mengungkapkan bahwa Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib pajak UMKM. Semakin tinggi kesadaran maka makin tinggi pula kepatuhan wajib pajak dalam membayar kewajiban pajaknya.

(19)

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis merumuskan hipotesis:

H3: Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

D. Kerangka Pemikiran

Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Jika Sistem Administrasi Perpajakan semakin mudah dijangkau, kualitas pelayanan fiskus semakin tinggi sehingga membuat masyarakat paham dan puas, dan juga semakin tinggi kesadaran maka semakin tinggi pula kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat digambarkan hubungan tersebut dalam bagan berikut:

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Modernisasi Sistem

Administrasi Perpajakan (X1)

Kualitas Pelayanan Fiskus (X2)

Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Kesadaran Wajib Pajak (X3)

Referensi

Dokumen terkait

melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang kelembagaan, pemberdayaan, dan sarana prasarana taman kanak-kanak dan sekolah dasar;.. melaksanakan penyiapan

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah siswa dapat memahami dan menguasai konsep mengenai operasi penjumlahan dan pengurangan suku-suku aljabar melalui

Berdasarkan hal-hal tersebut, masalah yang harus dipecahkan adalah memilih strategi pembelajaran yang akan diterapkan pada mata pelajaran matematika sehingga dapat

Guna pengembangan ubijalar dibutuhkan ragam varietas unggul yang sesuai untuk ditanam pada wilayah dataran tinggi Papua dengan tujuan mendukung pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat

Menunjukkan hasil pada kelompok ekperimen nilai minimum pre test pada tindakan pencegahan diare yang dilakukan memiliki nilai (77,5%) pada indikator 2 mengenai

[r]

Faktor internal yang berhubungan dengan Prestasi Belajar Akuntansi adalah Motivasi Belajar. Motivasi Belajar yaitu dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk mencapai

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan yaitu Desa Semangat Gunung dan Desa Merdeka Kecamatan Merdeka,