• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL MODEL MALUNDA (UNIT X)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL MODEL MALUNDA (UNIT X)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL)

MODEL MALUNDA

Jl. Poros Mamuju, Salutambung Kec. Ulumanda. Majene

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG

KPHL MODEL MALUNDA (UNIT X)

DI KABUPATEN MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

DISUSUN OLEH :

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL MALUNDA

MAJENE, 2015

(2)

BUKU RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL MODEL MALUNDA

Digandakan dan dijilid oleh :

Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV Tahun 2015

(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Malunda ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 753/Menhut-II/2012 dengan luas 52.071 ha.

2. Wilayah KPHL Malunda terletak di Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat seluas 52.071 ha. KPHL Model Malunda terletak 118° 46’ 59,2” -119° 04’ 24,4” BT dan 02° 54’ 52” – 03° 28’ 18,7” LS. Seluruh kawasan hutan yang terdapat di Kabupaten Majene menjadi wilayah kerja pengelolaan KPHL Malunda.

3. Wilayah KPHL Malunda dibagi blok-blok pengelolaan yaitu Blok inti (HL) seluas 944,05 ha, blok pemanfaatan (HL) seluas 42.407,12 ha, blok khusus (HL) seluas 1.757,83 ha, Blok pemanfaatan (HPT) seluas 1.796,73 ha, blok pemanfaatan jasa lingkungan (HPT) seluas 1.175,41 ha, blok perlindungan (HPT) seluas 485,04 ha, dan blok pemberdayaan (HPT) seluas 3.504,82 ha. Wilayah tertentu seluas 31.510,69 ha terletak pada blok pemanfaatan (HPT) seluas 1.796,74 ha, pada blok pemanfaatan jasa lingkungan (HPT) seluas 1.175,41 ha dan pada blok pemanfaatan (HL) seluas 28.538,55 ha.

4. Visi KPHL Malunda adalah “Menjadi KPHL Model yang berbasis aneka usaha kehutanan (AUK) yang madani untuk terwujudnya kemandirian petani dan pengelolaan hutan lestari” . Visi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam misi KPHL Malunda, yaitu (1). Penguatan kelembagaan KPHL, (2). Pemantapan kawasan hutan, (3). Pemanfaatan hutan dan pengembangan wirausaha kehutanan, dan (4). Pengembangan AUK sesuai potensi hutan yang terdapat di areal KPHL Malunda, (5). Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS, (6). Pemberdayaan masyrakat di sekitar hutan.

5. Capaian utama yang diharapkan dalam 10 tahun ke depan berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan yang merupakan penjabaran dari misi KPHP Budong- Budong adalah (1). Pemantapan kawasan hutan, (2). Resolusi konflik dan pengendalian perambhan kawasan hutan, (3). Penguatan kelembagaan KPHL Malunda, (4). Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, (5). Pengembangan ekonomi wilayah melalui PAD sektor kehutanan daro KPH, (6). Terdefinisi dengan jelas tupoksi dan peran antara kelembagaan KPHL dengan kelembagaan dinas kehutanan dan perkebunan Kabupaten Majene, (7). Terbangunnya model

(4)

pengawasan dan kolaborasi pengelolaan antar pemegang ijin dengan pengelola KPH.

6. Potensi non kayu yang memungkinkan pada KPHL malunda yaitu berupa rotan, gaharu dan lebah madu.

7. Berdasarkan data yang diperoleh di areal wilayah KPHL Malunda, terdapat flora yang mendominasi yaitu Lewani, Damar-damar, dan Bitti/aholla. Seangkan faunanya diantaranya Burung Alo, Anoa, Kera, Ular dan Rusa.

8. Potensi jasa lingkungan berupa danau, air terjun, pemandangan alam yang indah.

9. Proyeksi kondisi yang diharapkan pada blok-blok pengelolaan yaitu berupa rencana program/kegiatan rehabilitasi areal, perlindungan dan pengamanan hutan, inventarisasi berkala dan penataan areal KHDTK/HHBK, pengembangan plot penelitian, pengembangan skim AUK pola agroforestry, penyadapan getah pohon damar, rotan dan gaharu, pemanfaatan jasa lingkungan untuk wisata alam, air mineral, PLTMH, pengusahaan hutan kayu, pengembangan pola agroforestry penghasil kayu, dan pengembangan pola agroforestry penghasil non kayu.

10. Untuk menarik minat investor untuk terlibat dalam berbagai program pengelolaan KPHL Malunda, maka prioritas arah kebijakan yang perlu diciptakan oleh lembaga KPHL Malunda, meliputi ; (a) Mengurangi biaya transaksi dan praktek ekonomi biaya tinggi baik untuk tahap memulai maupun operasinal bisnis, dan (b) Menata aturan main yang jelas dan pemangkasan birokrasi dengan prinsip transparansi dan tata pemerintahan yang baik.

11. Langkah strategis yang perlu diakukan lembaga KPHL Malunda untuk mewujudkan kebijakan pengembangan investasi diwilayah kerjanya, seperti:

1. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi meliputi:

 Penyerderhanaan prosedur pelayanan penanaman modal

 Pemberian insentive yang menarik

 Konsolidasi perencanaan peluang investasi

 Pengembangan sistim informasi peluang investasi pada KPHL Malunda

 Pengkajian regulasi bidang investasi sektor kehutanan 2. Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi meliputi:

(5)

 Penyediaan sarana dan prasana daerah terkait investasi di sektor usaha kehutanan

 Fasilitasi terwujudnya kerjasama antara usaha besar dan UKM

 Promosi Peluang dan Prospek investasi pada kawasan KPHLMalunda

 Mendorong dan menfasilitasi peningkatan koordinasi dan kerjasama di bidang investasi sektor usaha kehutanan dengan instansi terkait dan dunia usaha

12. Mekanisme pembinaan dan pengawasan pengelolaan hutan meliputi mekanisme pembinaan/pengawasan pengelolaan hutan oleh pemerintah pusat, dan mekanisme pembinaan/pengawasan pengelolaan hutan oleh dinas kehutanan daerah kabupaten. Adapula mekanisme pembinaan manajemen oelh KPHL Malunda terhadap pemegang ijin serta pembinaan organisasi dan SDM internal KPHL Malunda.

13. Pemantauan, evaluasi dan pembuatan laporan adalah kegiatan penting dilaksanakan oleh KPHL Malunda. Metode dan standar pelaksanaannya akan merujuk kepada organisasi standar Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan Kabupaten Majene.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya, buku Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Model Malunda Provinsi Sulawesi Barat dapat diselesaikan. Dalam rangka mendorong beroperasinya KPHP tersebut, Kementerian Kehutanan melalui DIPA BPKH Wilayah VII Makassar Tahun 2013, melakukan fasilitasi Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Model Malunda Provinsi Sulawesi Barat sebagai Rencana Pengelolaan Jangka Panjang 10 tahun (2014 – 2023) yang akan dijadikan acuan bagi pengelola KPHL Model Malunda dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka pendek yang lebih detail.

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan ini telah melalui serangkaian proses yang melibatkan berbagai stakeholder. Serangkaian pembahasan telah dilakukan oleh Tim Kerja yang terdiri atas BPKH Wilayah VII Makassar, pengelola KPHL Model Malunda, Dinas yang membidangi Kehutanan kabupaten Majene, Dinas yang membidangi kehutanan Provinsi Sulawesi Barat serta instansi terkait lainnya yang didampingi oleh Tim Ahli dari Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar. Sebelumnya, draft rencana pengelolaan hutan telah dibahas oleh stakeholder terkait melalui Konsultasi Publik.

Meskipun demikian, disadari bahwa Rencana Pengelolaan Hutan ini masih memiliki banyak kekurangan terlebih bila menyadari kondisi aktual di lapangan yang menuntut agar institusi KPH memiliki dokumen perencanaan yang relatif fleksibel dan mampu menjawab berbagai dinamika perubahan di tingkat tapak. Disamping itu, buku ini masih melalui serangkaian proses penilaian dan pengesahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP. Oleh karena itu, saran-saran dan masukan demi penyempurnaan rencana pengelolaan ini akan diterima dengan baik.

Kepada seluruh pihak yang terlibat dan telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini kami ucapkan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat untuk semua pihak serta akan menjadi dokumen perencanaan yang baik bagi pengelola KPHL Model Malunda Provinsi Sulawesi Barat.

Majene, Desember 2013 Kepala KPHL Model Malunda

(7)
(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB. I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Sasaran ... 4

D. Ruang Lingkup ... 5

E. Batasan Pengertian ……… 5

BAB II. DESKRIPSI KAWASAN... 8

A. Risalah Wilayah KPHL Malunda ... 8

B. Potensi Biofisik Wilayah KPHL malunda ... 19

C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 24

D. ... Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan ... 31

E. ... Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan …………... ... 31

BAB III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN ……… 34

A. ... Visi dan Misi Provinsi Sulawesi Barat dan kabupaten Majene Di Bidang Kehutanan... 34

(9)

B. ... Visi dan Misi KPHL Malunda ….…...……… 37

C. ... Tujuan...

...………. 38

BAB IV. ANALISIS DAN PROYEKSI ... 39 A. ... Blok Inti HL

... 39

B. ... Blok Khusus HL ... 40

C. ... Blok Pemanfaatan HL ... 43 D. ... Blok

Pemanfaatan HPT ... 46 E. ... Blok

Pemberdayaan HPT ... 49 F. ... Blok

Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan HHBK (HPT) ... 51 G. ... Blok

Perlindungan HPT ... 52 BAB V. RENCANA KEGIATAN ... 55

A. ... Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutan ... 55

(10)

B. ... Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu ... 57 1. ... Kegiatan

Pokok dalam Wilayah Tertentu untuk

pengusahaan hasil hutan kayu dan non kayu ... 63 2. ... Kegiatan

Pokok dalam wilayah tertentu pada Blok

Pemanfaatan HPT untuk Hasil Hutan non kayu ... 65 3. ... Kegiatan

Pokok dalam Wilayah tertentu untuk

pengusahaan Jasa Lingkungan ... 65 C. Pemberdayaan Masyarakat ... 66 1. ... Kegiatan

pokok pada Blok Pemberdayaan untuk Skim

HTR atau HKM ... 67 2. ... Kegiatan

Pokok pada Blok Pemberdayaan untuk

Pengusahaan hasil hutan non kayu (HHbK) ... 67 D. ... Pembinaan

dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan

Pengelolaan Kawasan Hutan ... 68 E. ... Penyelenggara

an Rehabilitasi pada Areal di Luar Izin ... 68

1. ... Dasar Hukum Pelaksanaan Rehabilitasi di luar izin ... 68

2. ... Lokasi Penyelenggaraan Rehabilitasi areal KPHL

Malunda ... 70 3. ... Jenis

Komoditas yang diinginkan oleh Masyarakat

dalam Rehabilitasi di luar izin ... 70

(11)

4. ... Model Rehabilitasi Hutan dan Lahan ... 71

5. ... Civil Teknis dalam RHL ... 73

F. ... Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi

Dan Reklamasi pada Areal Yang Sudah ada IPPKH ... 73 G. ... Penyelenggara

an Perlindungan Hutan dan Konservasi

Alam ... 73 H. ... Penyelenggara

an Koordinasi dan Sinkronisasi antar

Pemegang Izin ... 74

I. ... Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Pemangku

Kepentingan ... 75 J. ... Penyediaan

dan Peningkatan Kapasitas SDM ... 77

1. ... Dasar Acuan Peraturan dan Landasan Pemikiran

Penyediaan SDM... 77 2. ... Struktur

Organisasi dan Penyediaan SDM KPHL

Malunda ... 78 K. ... Penyediaan

Pendanaan ... 83 L. ... Pengembanga

n Database ... 86 1. Masalah ... 86

(12)

M. Rasonalisasi Wilayah Kelola ... 86

1. Rasionalisasi Luas Wilayah Kelola Kegiatan Perlindungan dan Pengamanan Hutan... 87

2. Rasionalisasi Luas Wilayah Kelola Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Konservasi SDH ... 88

3. Rasionalisasi Luas Wilayah Kelola Kegiatan Pemungutan HHBK ... 88

N. Review Rencana Pengelolaan (5 Tahun) ... 90

O. Pengembangan Investasi ... 92

BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN ... 96

A. Dasar Hukum ... 96

1. Mekanisme Pembinaan Perencanaan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat ... 96

2. Mekanisme Pembinaan Perencanaan Pengelolaan Hutan oleh Dinas Kehutanan Daerah Kabupaten ... 97

B. Mekanisme Pengawasan Pengelolaan Hutan ... 98

1. Mekanisme Pengawasan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat ... 98

2. Mekanisme Pengawasan Pengelolaan Hutan oleh Kabupaten Majene ... 98

C. Mekanisme Pembinaan Manajemen oleh KPHL Malunda Terhadap Pemegang Izin ... 99

D. Pembinaan Organisasi dan SDM Internal KPHL Malunda 100 1. Pembinaan Teknis ... 100

2. Pengawasan ... 101

3. Pengendalian ... 101

BAB VII. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN ... 102

(13)

A. Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan... 102 B. Pelaporan ... 103 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. ... Sebaran Areal Blok Inti Pada KPHL Malunda ... 12

2. ... Sebaran Areal Blok Pemanfaatan Pada KPHL Malunda ... 12

3. ... Sebaran Areal Blok Khusus Pada KPHL Malunda ... 14

4. ... Sebaran Areal Blok Wilayah Tertentu Pada KPHL Malunda ... 15

5. ... Sebaran AreaL Blok Jasa Lingkungan Pada KPHL Malunda... 17

6. ... Sebaran Areal Blok Perlindungan Pada KPHL Malunda ... 17

7. ... Sebaran Areal Blok Perlindungan Pada KPHL Malunda ... 18

8. ... Keanekaragam

(14)

9. ... Potensi Volume Pohon pada Areal KPHL Malunda ... 20

10. Potensi Jumlah Pohon per Hektar pada Areal KPHL Malunda ... 21 11. Dugaan Rata-rata Potensi Tiang, Pancang dan Semai ……….. 21 12. Potensi Jasa Lingkungan Yang Terdapat Pada KPHL Malunda .... 23 13. jenis Tanaman yang Dibudidayakan Penduduk Desa Sekitar

Areal Eks KPHL Malunda……….. 24 14. Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Tubo terhadap

Kawasan Hutan……… 24 15. ... Tingkat

ketergantungan masyarakat Desa Tubo Selatan

terhadap Kawasan Hutan ……… 27 16. Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Sambabo terhadap

Kawasan Hutan ……… 29 17. Blok Inti HL pada KPHL Malunda ... 39 18. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pada pengelolaan Blok Inti .. 40 19. Blok Khusus HL pada KPHL Malunda … ... 41 20. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pada pengelolaan Blok

Khusus HL ……….. 42 21. Blok Pemanfaatan HL pada KPHL Malunda ... 43 22. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pada pengelolaan

Blok Pemanfaatan HL ……….. 45 23. Blok Pemanfaatan HPT pada KPHL Malunda ... 47 24. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pengelolaan Blok

Pemanfaatan HPT ... 48 25. Blok Pemberdayaan HPT pada KPHL Malunda... 49

26. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pada BlokPemberdayaan HPT 50

(15)

27. Blok Jasa Lingkungan dan HHBK pada KPHL Malunda ... 51 28. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pengelolaan Blok

Jasa Lingkungan dan HHBK(HPT) ... 52 29. Blok Perlindungan HPT pada KPHL Malunda ... 53 30. Proyeksi Kondisi yang diharapkan Pada BlokPerlindungan HPT . 54 31. Blok pada KPHL Malunda yang perlu mendapat prioritas awal

dalam inventarisasi dan penataan hutan ... 56 32. Program dan kegiatan strategis pada blok Pemanfaatan wilayah tertentu di KPHL Malunda ... 58 33. Lokasi yang direncanakan menjadi Wilayah tertentu pengusahaan hutan Kayu dan Non Kayu……… 64

34. Letak dan Luas Blok pemberdayaan KPHL Malunda

Kabupaten Majene ... 66

35. Areal Blok inti dan Blok Perlindungan yang Perlu dilakukan Program Kegiatan Perlindungan dan Konservasi Alam ... 73

36. Jenis Kegiatan dan Bentuk Koordinasi Instansi Terkait

dengan KPHL Malunda ……… 75 37. Pembagian Tugas dan fungsi serta wilayah kerja pada struktur

organisasi KPHL Malunda ... 80 38. Tingkat Pendidikan Formal SDM yang Mengisi Struktur Organisasi KPHL Malunda ………... 81 39. Kelompok Kompetensi Jabatan Struktural dan Kepala Resort

pada KPHL Malunda ……… 82

40. Potensi Sumber Pendanaan yang Dapat Diperoleh dalam

Pengelolaan Areal oleh Lembaga KPHL Malunda ... 85 41. Rencana Kegiatan Pengelolaan Hutan Jangka Panjang

KPHL Malunda Selama Sepuluh Tahun ... 90

(16)

43. Peluang Pengembangan Investasi pada Berbagai Pengelolaan

Hutan oleh KPHL Malunda ……… 94 44. Contoh Format Laporan Evaluasi Kegiatan ………. 103

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 1. Kriteria Blok Arahan Pemanfaatan pada Hutan Lindung……… .. 26 2. Kriteria Blok Arahan Pemanfaatan pada Hutan Produksi……….... .. 27 3. Alur Koordinasi dan Sinergis Pengelolaan Hutan pada Areal KPHL

Malunda………. . 76

4. Bagan struktur organisasi KPHL dan KPHP provinsi/kabupaten/kota

tipe A………. . 77

5. Bagan struktur organisasi KPHL dan KPHP provinsi/kabupaten/kota

tipe B……….. 77

(17)

6. Struktur Organisaisi KPHL Malunda……… . 79

(18)
(19)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Degradasi sumberdaya hutan dari waktu ke waktu memperlihatkan kecenderungan yang semakin meningkat, meskipun program penanggulangannya selalu mengindikasikan adanya peningkatan dari tahun ke tahun, paling tidak dari segi anggarannya. Sementara itu, sejumlah pihak mengindikasikan bahwa masyarakat di sekitar hutan tetap tidak beranjak dari kondisi yang memprihatinkan dan relatif tidak mengalami perbaikan secara signifikan selama beberapa dasa warsa terakhir.

Pengelolaan hutan lestari (PHL) yang sering dikumandangkan oleh banyak pihak, terutama oleh pihak-pihak yang terkait dengan pengurusan, pengelolaan dan penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya hutan, terkesan masih sebatas tataran konsepsi. Hampir semua pihak di berbagai kesempatan berbicara tentang PHL, sementara itu praktek-praktek di lapangan sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip PHL. Para pengelola dan pengguna hutan cenderung ‘sepaham’

menguras potensi hutan untuk kepentingan ekonomi jangka pendek. Perambahan dan konversi kawasan hutan untuk kepentingan non kehutanan serta illegal logging dan atau over cutting masih terus berlanjut hampir di semua bagian wilayah, termasuk di Sulawesi Barat. Sementara itu, para pelaksana kegiatan rehabilitasi hutan (yang rusak) cenderung masih berpola-pikir keproyekan. Kondisi ini lebih diperburuk lagi oleh belum efektifnya pengawasan. Kesemua kondisi termaksud di atas inilah, yang dari waktu ke waktu, telah memunculkan permasalahan berupa semakin meluasnya kawasan hutan yang berubah wujud menjadi lahan kritis atau lahan tidak produktif.

Permasalahan yang disebutkan di atas juga merupakan pencerminan dari belum efektifnya tatakelola sumberdaya hutan dan kehutanan (forest and forestry resources governance), serta belum jelasnya pemisahan antara pengurusan hutan (forest regulation /administration) dan pengelolaan hutan (forest management).

Pembentukan kesatuan pengelolaan hutan (KPH) diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan ini. Melalui pembentukan KPH maka tata kelola hutan

(20)

terjadi pemisahan secara jelas antara pengurusan hutan (oleh Dinas yang mengurusi kehutanan) dengan pengelolaan hutan (oleh pengelola KPH).

Selanjutnya melalui tata kelola yang lebih efektif dan pemisahan tanggung jawab dan wewenang yang lebih jelas dalam pengurusan dan pengelolaan hutan maka diharapkan bahwa :

 Penyusunan perencanaan pengelolaan hutan (yang didasarkan atas data yang akurat dan up to date) akan berlangsung secara lebih baik

 Rehabilitasi dan atau peningkatan produktivitas hutan dan lahan akan terselenggara secara lebih efektif

 Laju degradasi hutan akan dapat diperlambat atau diatasi

 Perlindungan dan pengamanan hutan akan lebih aktif

 Manfaat hutan bagi masyarakat akan dapat ditingkatkan secara nyata dari waktu ke waktu.

 Stabilitas dan kontinyuitas pasokan aneka hasil hutan dan manfaat hutan (termasuk dalam rangka mengantisipasi carbon market) akan lebih terjamin

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas serta dengan memperhatikan amanat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 2004, maka Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Majene juga memiliki tanggung jawab untuk merealisasikan pembentukan dan beroperasinya Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), yang salah satu diantaranya adalah KPHL Malunda. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.722/Menhut-II/2011tgl 20 Desember 2011.

Salah satu langkah awal yang harus dilaksanakan KPHL Malunda Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat yang baru terbentuk adalah menyusun rencana kerja pengelolaan hutan jangka panjang pada seluruh wilayah kerjanya yang berlaku selama jangka sepuluh tahun yang selanjutnya di terjemahkan kedalam rencana hutan jangka pendek setiap tahun. Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Malunda disusun berdasarkan data hasil inventarisasi hasil hutan (kondisi biofisik, sosial ekonomi dan budaya), mengacu pada perencanaan tata ruang wilayah tingkat nasional sampai kabupaten (RKTN, RKTP, RKTK, dan RTRWK), serta dengan memperhatikan aspirasi berbagai sektor yang terkait

(21)

dengan instansi kehutanan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang optimal dan lestari.

Penjabaran dan operasionalisasi dari dokumen perencanaan pengelolaan hutan jangka panjang KPHL Malunda, diharapkan dapat dicapai hal – hal sebagai berikut:

 Menjadi pengungkit dalam memperbaiki tata kelola hutan yang baik (good forestry governance).

 Memastikan semua program pemerintah di bidang kehutanan dapat ditampung di kawasan yang memiliki prioritas pengelolaan yang sama di dalam wilayah KPHL Malunda.

 Meningkatkan kemantapan kawasan hutan, baik secara legal maupun pengakuan para pihak.

 Mengurangi potensi konflik atas kawasan dan sumberdaya hutan.

 Memperkecil laju degradasi hutan serta mempercepat rehabilitasi dan reforestasi.

 Meningkatkan perlindungan dan pengamanan kawasan dan sumberdaya hutan.

 Meningkatkan manfaat hutan bagi masyarakat di dalam dan sekitar hutan.

 Meningkatkan stabilitas supply hasil hutan.

 Menyediakan data dan informasi SDH sebagai dasar penyusunan rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek yang lebih detail.

 Pengelolaan areal KPHL Model Malunda dapat berimplikasi dan berperan dalam peningkatan PAD, pengembangan wilayah kabupaten Majene, peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan ekosistem hutan tetap terjaga fungsinya.

B. Tujuan

Penyusunan rencana pengelolaan jangka panjang KPHL Malunda bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran potensi kawasan hutan yang terdapat di areal KPHL Model Malunda, meliputi aspek biofisik, sosial ekonomi,

(22)

kelembagaan, posisi dan letak strategis wilayah KPHL terhadap ekosistem daerah aliran sungai (DAS) dan rencana pengembangan wilayah (RKTN, RKTP,RKTK dan RTRWK), serta kelembagaan pemerintah dan swasta yang terkait dan dapat berkontribusi dalam pengelolaan KPHL bersangkutan 2. Menyusun tata Hutan KPHL Model Malunda menyangkut pembagian blok

pada seluruh wilayah KPHL

3. Merumuskan rencana pegelolaan hutan jangka sepuluh tahun yang memuat rencana strategi pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan untuk menjamin keberlangsungan perlindungan hutan, pelestarian, pemanfaatan, dan rehabilitasi hutan serta pembinaan kelembagaan KPHL Malunda untuk kepentingan peningkatan profesionalisme pengelolaan hutan di tingkat tapak.

C. Sasaran

Sasaran penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka panjang KPHL Malunda adalah;

1. Sebagai acuan dalam melaksanakan penataan hutan dan pengelolaan hutan berdasarkan karaksteristik kondisi biofisik lahan, potensi hutan, demografi penduduk, rencana tata ruang wilayah kabupaten (RTRWK) serta kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang terdapat pada areal KPHL.

2. Menentukan blok pengelolaan hutan sebagai arahan dan kendali dalam melaksanakan pemanfaatan kawasan hutan dan penggunaan kawasan hutan ditingkat tapak pada seluruh wilayah KPHL.

3. Menetapkan penggunaan dan tata kelola kawasan hutan berdasarkan fungsi – fungsinya sesuai batas adminsitrasi dalam KPHL.

4. Menyusun rencana pengelolaan jangka panjang KPHL Malunda yang memuat rencana perlindungan hutan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi hutan, pemberdayaan masyarakat, sinkronisasi dan sinergitas pengelolaan hutan antar lembaga terkait serta pembinaan kelembangaan KPHL untuk kepentingan peningkatan profesionalisme pengelolaan hutan ditingkat tapak.

(23)

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHL Ganda Dewata adalah:

1. Bab I berisi latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup dan batasan pengertian

2. Bab II berisi gambaran potensi biofisik, sosial ekonomi dan budaya pada wilayah KPHL Malunda

3. Bab III berisi gambaran visi, misi, perubahan yang diharapkan terjadi serta capaian program pengelolaan KPHL Malunda

4. Bab IV berisi analisis proyeksi pengelolaan KPHL Malunda 5. Bab V berisi gambaran rencana pengelolaan KPHL Malunda

6. Bab VI dan bab VII menguraikan mekanisme pembinaan, pengawasan dan pengendalian pengelolaan KPHL Malunda

E. Batasan Pengertian

Kesatuan Pengelolaan Hutan yang disingkat KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efesien dan lestari dan mempunyai batas yang jelas, yang dikelola untuk memenuhi serangkaian tujuan yang ditetapkan secara eksplisit sesuai dengan rencana pengelolaan jangka panjang.

1. DAS adalah daerah yang dibatasi topografi yang menampung dan menyimpan air hujan yang jatuh diatasnya kemudian mengalirkan lewat sungai utama

2. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

3. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

4. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.

5. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.

(24)

6. Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.

7. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.

8. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

9. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

10. Deforestasi adalah perubahan secara permanen dari areal berhutan menjadi tidak berhutan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.

11. Degradasi hutan adalah penurunan kuantitas tutupan hutan dan stok karbon selama periode tertentu yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.

12. Inventarisasi Hutan adalah pengumpulan dan penyusunan data–data mengenai hutan

13. Pembinaan Hutan adalah Kegiatan pembangunan hutan, penanaman dan pemeliharaan hutan serta perlindungan hutan.

14. Penataan Hutan : Kegiatan untuk menyusun rencana – rencana pelaksanaan untuk jangka waktu tertentu

15. Penatagunaan hutan : kegiatan untuk menetapkan hutan berdasarkan fungsinya dalam rangka pengukuhan kawasan hutan

16. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan hutan dan konservasi alam.

17. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.

(25)

18. Penggunaan kawasan hutan adalah merupakan penggunaan untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan.

19. Kesatuan Pengelolaan Hutan, yang selanjutnya disebut KPH, adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.

20. Organisasi kesatuan pengelolaan hutan lindung, yang selanjutnya disebut KPHL, adalah organisasi pengelolaan hutan lindung yang wilayahnya sebagian besar terdiri atas kawasan hutan lindung, yang dikelola Pemerintah Daerah.

21. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup kegiatan pengelompokan sumberdaya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari.

22. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

23. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.

24. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan,kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,kebakaran daya-daya alam, hama, penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

(26)

BAB II. DESKRIPSI KAWASAN

A. Risalah Wilayah KPHL Malunda

1. Letak dan Luas Wilayah KPHL

Wilayah KPHL Malunda terletak di Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat seluas 56.105,06 ha. KPHL Model Malunda terletak 118° 46’ 59,2” - 119° 04’ 24,4” BT dan 02° 54’ 52” – 03° 28’ 18,7” LS. Seluruh kawasan hutan yang terdapat di Kabupaten Majene menjadi wilayah kerja pengelolaan KPHL Malunda.

2. Geologi dan tanah

Secara umum jenis tanah dalam lokasi setiap plot tergolong dalam jenis tanah podsolik, tanah ini merupakan tanah yang memiliki tingkat kesuburan sedang. Tanahnya berwarna merah atau kekuning-kuningan.

Tanah podsolik mempunyai karakteristik tekstur yang lempung atau berpasir dengan PH rendah serta memiliki kandungan unsur aluminum dan besi yang tinggi.Karakteristik lain yang dapat ditemui pada tanah podsolik adalah daya simpan unsur hara sangat rendah karena bersifat lempung yang beraktivitas rendah, kejenuhan unsur basa seperti K, Ca, dan Mg, rendah sehingga tidak memadai untuk tanaman semusim, kadar bahan-bahan organik rendah dan hanya terdapat di permukaan tanah saja, dan penyimpanan air sangat rendah sehingga mudah mengalami kekeringan.Perbaikan sifat fisika tanah ini dapat ditanggulangi dengan perbaikan sifat ketahanan daya penyimpanan air. Sementara itu, perbaikan sifat kimiawinya bisa dilakukan dengan memperbaiki kandungan unsur hara yang ada dalam tanah.Tanah podsolik pada umumnya terletak pada daerah yang memiliki iklim basah dengan curah hujan lebih dari 2500 mm per tahun dan banyak terdapat di daerah-daerah dengan topografi pegunungan.

(27)

3. Topografi

Kondisi Topografi pada areal kegiatan inventarisasi di KPHP Malunda Kab. Majene pada areal plot 1-3 Memiliki topografi yang begunung, bergelombang, dan berbukit-bukit. Dengan ketinggan diatas permukaan laut 185- 205 mdpl pada plot satu, 187-214 mdpl pada plot 2 dan 192-205 mdpl pada plot 3, serta kelerengan rata-rata dari setiap sampel 45% areal tergolong sangat curam, 34% curam, 20 % agak curam.

4. Aksesibilitas Kawasan Hutan

Wilayah KPHL Malunda terletak di jalan provinsi antara makassar- mamuju. Perjalanan menuju wilayah KPHL Malunda dari Ibu Kota Propinsi Sulawesi Barat dapat ditempuh dengan menggunakan sarana transportasi seperti mini bus, truck dan sepeda motor, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam sampai ke batas desa terluar sebelum mencapai kawasan hutan.

5. Sejarah Wilayah KPHL Model Malunda

Pembangunan KPH di Provinsi Sulbar dimulai Tahun 2007 melalui tahapan identifikasi terhadap kondisi obyektif kawasan hutan yang telah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan melalui Keputusan Nomor : 890/Kpts-II/1999 pada 5 (lima) kabupaten yaitu Kabupaten Mamuju, Mamuju Utara, Majene, Polewali Mandar, dan Kabupaten Mamasa. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam menetapkan batas penetapan wilayah antara satu KPH dengan KPH lainnya di Provinsi Sulbar, antara lain adalah: keadaan biofisik sumber daya hutan, batas DAS, keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, batas administrasi wilayah pemerintahan, batas kawasan hutan, batas-batas alam, serta kemungkinan pengembangan wilayah.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, pada tanggal 24 Juli 2007 di Mamuju telah diadakan pertemuan teknis antara Badan Planologi Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat, Dinas-dinas Kabupaten yang mengurusi bidang kehutanan, UPT Kementerian

(28)

Kehutanan, serta Tim Pakar dari Universitas Hasanuddin. Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas penyusunan draft penetapan wilayah KPH yang dilanjutkan dengan konsultasi publik pada tanggal 28 Desember 2007. Konsultasi publik tersebut diikuti oleh BPKH, instansi yang menangani kehutanan di 5 kabupaten, serta stakeholder lainnya yang terkait guna menghimpun masukan dalam menyusun rencana tindak (action plan) pembangunan KPH Provinsi Sulawesi Barat. Pada kedua pertemuan tersebut, telah disepakati bahwa seluruh kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Barat akan dibagi menjadi 11 (sebelas) wilayah KPH, yaitu: KPHL Malunda di Kabupaten Majene, KPHL Mamasa di Kabupaten Mamasa, KPHK Ganda Dewata di Kabupaten Mamasa-Kabupaten Mamuju, KPHP Karama di Kabupaten Mamuju, KPHK Kalumpang di Kabupaten Mamuju, KPHL Pasangkayu di Kabupaten Mamuju Utara, KPHL Lariang di Kabupaten Mamuju Utara, KPHL Sarudu di Kabupaten Mamuju Utara, KPHP Budong–

Lebbo di Kabupaten Mamuju, KPHL di Karossa Kabupaten Mamuju, KPHL Mapilli di Kabupaten Polman. Hasil kesepakatan tersebut di atas, kemudian ditindaklanjuti dengan Usulan Penetapan Wilayah KPH melalui Surat Gubernur Sulawesi Barat Nomor : 522.2/001/I/Dishutbun tanggal 2 Januari 2008 kepada Menteri Kehutanan.

Pada tanggal 1 sampai 5 Desember 2008, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat melaksanakan kegiatan sosialisasi dan fasilitasi dalam rangka penyusunan Action Plan Pembentukan KPH dan Strukturisasi Kelembagaan KPH bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. Peserta sosialisasi tersebut menyepakati untuk merevisi wilayah KPH yang telah disusulkan sebanyak 11 (sebelas) wilayah menjadi 13 (tiga belas) wilayah yaitu: KPHL Pasangkayu, KPHL Lariang, KPHL Sarudu, KPHL Karossa, KPHP Budong-Lebbo, KPHP Karama, KPHK (TSM) Kalumpang, KPHL Malunda, KPHL Mapilli, KPHP Mamasa Barat, KPHL Mamasa Tengah, MPHL Mamasa Timur, dan KPHK (BTN) Ganda Dewata.

Revisi tersebut dilakukan karena adanya aspirasi dari Pemerintah Kabupaten Mamasa untuk membagi wilayah KPH Kabupaten Mamasa menjadi 3 wilayah KPH, dengan mempertimbangkan kondisi, karakteristik, serta aksesibilitas

(29)

wilayah Kabupaten Mamasa. Untuk itu Gubernur Sulawesi Barat melalui suratnya Nomor : 522.2/1175/XII/Dishutbun tanggal 9 Desember 2009 telah mengajukan Revisi Usulan Penetapan Wilayah KPH kepada Menteri Kehutanan.

Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya Menteri Kehutanan melalui Keputusan Nomor : SK.799/Menhut-II/2009 tanggal 7 Desember 2009, telah menetapkan 13 wilayah KPH Provinsi Sulbar dengan total luas

± 1.099.827 ha yang terdiri atas KPHP sebanyak 3 Unit dengan luas total ± 379.153 ha, dan KPHL sebanyak 10 Unit dengan luas total ± 720.674 ha.

KPHL Malunda ditetapkan sebagai KPHL Model berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 753/Menhut-II/2012 tentang Penetapan Wilayah KPHL Malunda. Luas areal KPHL Malunda berdasarkan revisi SK menteri tersebut adalah 52.071 ha.

6. Pembagian Blok

Pembagian blok dilakukan dengan memperhatikan karakteristik biofisik lapangan, kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar, potensi sumberdaya alam, dan keberadaan hak-hak atau izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Selain itu pembagian blok juga mempertimbangkan peta arahan pemanfaatan sebagaimana diarahkan oleh Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN)/Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP)/Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten/Kota (RKTK), dan fungsi kawasan hutan di wilayah KPHL. Berdasarkan overlay dari peta kawasan hutan, RKTN, ijin penggunaan/pemanfaatan, akses jalan dan sungai, penutupan lahan, potensi, serta kondisi sosial dan budaya, wilayah KPHL Malunda dibagi blok-blok pengelolaan sebagai berikut:

(30)

a). Blok Inti

Blok Inti merupakan Blok yang difungsikan sebagai perlindungan tata air dan perlindungan lainnya serta sulit untuk dimanfaatkan. Blok ini diarahkan pada kawasan hutan yang tidak memiliki potensi jasa lingkungan, wisata alam, maupun potensi hasil hutan bukan kayu; relatif jauh dari pemukiman, sulit diakses serta areal-areal yang perlu direhabilitasi.

Berdasarkan hasil interpretasi peta dan hasil konsultasi dengan pihak- pihak yang terkait diidentifikasi areal-areal kawasan hutan yang akan dikelola sebagai blok inti seperti disajiikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran Areal Blok Inti pada KPHL Malunda

BLOK INTI HL

PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha)

SULAWESI BARAT ULUMANDA ULUMANDA MAJENE 356.42

SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 587.63

TOTAL 944.05

Luas wilayah KPHL yang dialokasikan untuk dikelola sebagai blok inti adalah 944,05 ha, tersebar pada 2 (dua) desa di Kabupaten Mejene, yaitu Desa Ulumanda Kecamatan Ulumanda seluas 356,42 Ha dan Desa Lombang Kecamatan Malunda seluas 587,63 Ha.

b). Blok Pemanfaatan HL

Blok Pemanfaatan dengan fungsi kawasan hutan lindung (HL) merupakan blok yang difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Blok pemanfaatan di wilayah KPHL Malunda diarahkan pada desa-desa yang memiliki potensi jasa lingkungan dan wisata alam yang pada saat ini belum dikelola, dapat diakses dengan mudah, serta belum

(31)

ada ijin pemanfaatan oleh pihak ketiga. Sebaran blok pemanfaatan pada areal KPHL Malunda disajikan pada Tabel 2.

Luas wilayah KPHL Malunda yang dialokasikan untuk dikelola sebagai blok pemanfaatan HL adalah 42.407,12 ha, yang tersebar pada 23 (dua puluh tiga) desa di Kabupaten Majene.

Tabel 2. Sebaran Areal Blok Pemanfaatan pada KPHL Malunda BLOK PEMANFAATAN HL

PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha) SULAWESI BARAT ULUMANDA KABIRAAN MAJENE 90.17 SULAWESI BARAT ULUMANDA SAMBABO MAJENE 60.06 SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 190.99 SULAWESI BARAT MALUNDA MEKKATTA MAJENE 666.75 SULAWESI BARAT MALUNDA BAMBANGAN MAJENE 609.41 SULAWESI BARAT MALUNDA BAMBANGAN MAJENE 4.44

SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 174.92

SULAWESI BARAT TUBO ONANG UTARA MAJENE 621.63

SULAWESI BARAT TUBO ONANG MAJENE 1651.50

SULAWESI BARAT TUBO TUBO SELATAN MAJENE 1527.08

SULAWESI BARAT TUBO TUBO MAJENE 920.31

SULAWESI BARAT SENDANA PUNDAU MAJENE 723.80

SULAWESI BARAT SENDANA PUNDAU MAJENE 65.26

SULAWESI BARAT SENDANA PUTTADA MAJENE 2473.62

SULAWESI BARAT SENDANA SENDANA MAJENE 944.10

SULAWESI BARAT SENDANA SENDANA MAJENE 246.66

SULAWESI BARAT TAMMERODO ULIDANG MAJENE 1107.21 SULAWESI BARAT ULUMANDA SAMBABO MAJENE 1650.57 SULAWESI BARAT TAMMERODO SEPPONG MAJENE 576.52 SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 238.01 SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 115.22 SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 342.47 SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 282.88 SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 2061.30 SULAWESI BARAT BANGGAE TIMUR BARUGA DUA MAJENE 21.66

(32)

BLOK PEMANFAATAN HL

PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha)

SULAWESI BARAT SENDANA MOSSO MAJENE 834.94

SULAWESI BARAT ULUMANDA ULUMANDA MAJENE 363.17 SULAWESI BARAT ULUMANDA ULUMANDA MAJENE 1471.77 SULAWESI BARAT ULUMANDA ULUMANDA MAJENE 791.14 SULAWESI BARAT ULUMANDA ULUMANDA MAJENE 7826.72 SULAWESI BARAT MALUNDA MEKKATTA MAJENE 614.63 SULAWESI BARAT MALUNDA BAMBANGAN MAJENE 3693.80 SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 5943.55

SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 99.23

SULAWESI BARAT PAMBOANG BETTENG MAJENE 653.04 SULAWESI BARAT SENDANA MOSSO DUA MAJENE 852.80 SULAWESI BARAT PAMBOANG ADOLANG MAJENE 927.32 SULAWESI BARAT SENDANA TALLUM BANUA MAJENE 539.47 SULAWESI BARAT SENDANA TALLUM BANUA MAJENE 359.07 SULAWESI BARAT SENDANA TALLUM BANUA MAJENE 0.04 SULAWESI BARAT TAMMERODO TALLAMBALAO MAJENE 787.96

TOTAL 42.407,12

c). Blok Khusus

Blok Khusus merupakan Blok yang difungsikan sebagai areal untuk menampung kepentingan-kepentingan khusus yang ada di wilayah KPHL Malunda. Kriteria Blok ini antara lain: terdapat pemakaian wilayah kawasan hutan untuk kepentingan: religi, kebun raya, kawasan dengan tujuan khusus (KHDTK), atau wilayah adat/ulayat.

Blok Khusus di wilayah KPHL Malunda dengan fungsi kawasan hutan lindung (HL) ditujukan untuk mengembnagkan pengelolaan kawasan hutan khusus (KHDTK) di bidang pendidikan untuk memenuhi kebutuhan Tridarma Perguruan Tinggi (Pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat) dari Universitas yang terdapt pada wilayah

(33)

tersebut. Letak KHDTK tersebut secara administrasi terletak di kecamatan Ulumanda, Sendana dan pamboang.

Tabel 3. Sebaran Areal Blok Khusus pada KPHL Malunda

BLOK KHUSUS HL

PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha) SULAWESI

BARAT SENDANA SENDANA MAJENE 1.74

SULAWESI

BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 342.49

SULAWESI

BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 224.23

SULAWESI

BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 238.44

SULAWESI

BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 98.52

SULAWESI

BARAT BANGGAE

TIMUR BARUGA DUA MAJENE 164.96

SULAWESI

BARAT ULUMANDA ULUMANDA MAJENE 281.46

SULAWESI

BARAT PAMBOANG BETTENG MAJENE 53.62

SULAWESI

BARAT SENDANA TALLUM BANUA MAJENE 215.61

SULAWESI

BARAT SENDANA TALLUM BANUA MAJENE 136.75

TOTAL 1.757.83

d). Blok Pemanfaatan HPT

Blok Pemanfaatan HPT pada areal KPHL Malunda di merupakan kawasan hutan produksi terbatas terletak di wilayah administrasi kecamatan Malunda dan kecamatan Ulumanda. Penentuan Blok Pemanfaatan HPT pada wilayah tersebut karena faktor fungsi kawasan hutan pada wilayah tersebut merupakan hutan produksi terbatas, terdapat prasarana jalan sehingga mudah dijangkau, serta terdapat pemukiman penduduk pada wilayah tersebut.

Blok Pemanfaatan HPT merupakan kawasan hutan produksi terbatas yang terletak di wilayah administrasi Kecamatan Malunda dan Kecamatan Ulumanda seluas 1.796,73 Ha (Tabel 4).

(34)

Tabel 4. Sebaran Areal Blok Pemanfaatan HPT pada KPHL Malunda BLOK PEMANFAATAN HPT

PROVINSI KECAMATAN DESA LUAS BLOK (HA) SULAWESI BARAT Malunda

Ulumanda

• Desa Lombang

• Desa Bambangan

• Desa Mekkatta

• Desa Kabiraan

• Desa Sambabo

• Desa Tandeallo

1.796,73

TOTAL 1.796,73

e) Blok Pemanfaatan Jasa Lingkungan

Blok pemanfaatan jasa lingkungan ditujukan untuk mengembangkan potensi air terjun dan pemandian alam yang terdapat dan telah mulai dimanfaatkan penduduk setempat sebagai areal wisata. Luas blok pemanfaatan jasa lingkungan 1.175,41 Ha yang berada di 4 (empat) desa di kabupaten Majene seluruhnya merupakan kawasan hutan produksi terbatas (HPT).

Tabel 5. Sebaran Blok Pemanfaatan Jasa Lingkungan KPHL Malunda

BLOK PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN HPT

PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha) SULAWESI BARAT ULUMANDA KABIRAAN MAJENE 275.30 SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 179.09

SULAWESI BARAT MALUNDA MEKKATTA MAJENE 1.01

SULAWESI BARAT MALUNDA BAMBANGAN MAJENE 720.00

TOTAL 1.175.41

f) Blok Perlindungan

Blok perlindungan pada KPHL Malunda dialokasikan seluas 485,04 Ha merupakan kawasan hutan produksi terbatas (HPT) yang terletak di kecamatan malunda dan ulumanda, dikarenakn areal tersebut kondisi topografinya berat dan jenis tanahnya peka sampai sampai peka terhadap erosi, sehingga mempunyai potensi untuk dijadikan areal budidaya karena solumnya dangkal atau areal berbatu, sehingga dijadikan blok

(35)

perlindungan yang pengelolaan hutannya diarahkan pada program rehabilitasi.

Tabel 6. Sebaran Blok Perlindungan KPHL Malunda

BLOK PERLINDUNGAN HPT

PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha)

SULAWESI BARAT ULUMANDA KABIRAAN MAJENE 0.43

SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 12.36

SULAWESI BARAT MALUNDA MEKKATTA MAJENE 93.77

SULAWESI BARAT MALUNDA BAMBANGAN MAJENE 56.33

SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 120.72

SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 201.43

TOTAL 485.04

g) Blok Pemberdayaan

Blok pemberdayaan seluruhnya merupakan kawasan hutan produksi terbatas (HPT) berada di wilayah administrasi kecamtan malunda, ulumanda dan tubo dengan luas 3.504,82 ha. Penempatan blok pemberdayaan dicirikan dengan terdapat banyaknya masyarakat yang telah bermukim dan melakukan aktivitas budidaya wanatani pada areal kawasan hutan. Faktor lain sehingga areal tersebut sebagai blok pemberdayaan karena banyak akses jalan yang memudahkan untuk menjangkau areal bersangkutan.

Tabel 7. Sebaran Blok Pemberdayaan KPHL Malunda

BLOK PEMBERDAYAAN HPT

PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha)

SULAWESI BARAT ULUMANDA KABIRAAN MAJENE 1382.04

SULAWESI BARAT ULUMANDA KABIRAAN MAJENE 127.18

SULAWESI BARAT TUBO TUBO MAJENE 27.23

SULAWESI BARAT MALUNDA MALUNDA MAJENE 69.24

SULAWESI BARAT ULUMANDA SAMBABO MAJENE 857.56

SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 93.05

SULAWESI BARAT MALUNDA MALIAYA MAJENE 15.15

SULAWESI BARAT MALUNDA MEKKATTA MAJENE 625.91

SULAWESI BARAT MALUNDA BAMBANGAN MAJENE 1051.05

(36)

BLOK PEMBERDAYAAN HPT

PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha)

SULAWESI BARAT MALUNDA BAMBANGAN MAJENE 153.74

SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 1375.71

SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 308.25

TOTAL 3.504,82

Areal Wilayah Tertentu

Mengacu kepada Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.47/Menhut-Ii/2013 Tentang Pedoman, Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi, wilayah tertentu antara lain adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan pemanfaatannya, berada di luar areal ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Penyelenggaraan pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada kawasan hutan lindung, dapat berupa:

pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu.

Pada areal KPHL Malunda, wilayah tertentu diarahkan pada kawasan hutan lindung dan pada kawasan hutan produksi terbatas. Luas wilayah KPHL Malunda yang direncanakan untuk dikelola sebagai wilayah tertentu adalah 31.510,69 ha terdiri dari blok pemanfaatan HPT seluas 1.796,74 ha, blok pemanfaatan jasa lingkungan (HPT) seluas 1.175,41 ha dan blok pemanfaatan HL seluas 28.538,55 ha.

(37)

B. Potensi Biofisik Wilayah KPHL Malunda

1. Kondisi Penutupan Vegetasi

Keadaan umum penutupan vegetasi di KPHL Malunda Kabupaten Majene Sulawesi Barat, masing-masing hampir seluruh tutupan vegetasinya terdiri atas berbagai jenis pohon seperti : Malapao, Bitti/aholla, Kosambi, Ketapang, Damar-damar, Borring, Arogo, Lamarreng, Lewani, Gare-garetan, Ahola, Suka, Lebbo-lebbo, Barru, Landera, Talise, Bayor, Wagang, Cendana dan Palau. Hasil inventarisasi pada wilayah KPH tersebut di sajikan pada Tabel 8 di bawah ini:

Tabel 8. Keanekaragaman Jenis Pohon pada Areal KPHL Malunda

Jenis Plot I Plot

II Plot

III Jumlah k KR plot

terisi F FR diameter

tot D dr INP

Malapao 9 11 7 27 9 7.26 3 1 5.17 613.91 4.9308 8.1409 20.57

Bitti/aholla 6 11 12 29 9.67 7.80 3 1 5.17 673.23 5.9298 9.7902 22.76

Kosambi - 6 3 9 3 2.42 2 0.67 3.45 211.73 0.5865 0.9684 6.84

Ketapang 6 7 2 15 5 4.03 3 1 5.17 327.61 1.4042 2.3183 11.52

Damar-damar 25 11 7 43 14.33 11.56 3 1 5.17 972.80 12.3812 20.4415 37.17

Borring 5 4 1 10 3.33 2.69 3 1 5.17 216.18 0.6114 1.0095 8.87

Arogo 4 3 7 14 4.67 3.76 3 1 5.17 311.33 1.2681 2.0937 11.03

Lamarreng 4 6 5 15 5 4.03 3 1 5.17 373.67 1.8268 3.0161 12.22

Lewani 24 7 15 46 15.33 12.37 3 1 5.17 1039.69 14.1425 23.3494 40.89

Gare-

garetan 10 2 6 18 6 4.84 3 1 5.17 353.19 1.6321 2.6946 12.71

Ahola - 5 3 8 2.67 2.15 2 0.67 3.45 171.96 0.3869 0.6388 6.24

Suka 7 6 2 15 5 4.03 3 1 5.17 342.76 1.5371 2.5378 11.74

Lebbo-lebbo 3 6 3 12 4 3.23 3 1 5.17 274.31 0.9845 1.6254 10.02

Barru 6 3 4 13 4.33 3.49 3 1 5.17 280.44 1.0290 1.6988 10.37

Landera 5 3 4 12 4 3.23 3 1 5.17 284.21 1.0568 1.7448 10.14

Talise 8 5 10 23 7.67 6.18 3 1 5.17 531.47 3.6956 6.1014 17.46

Bayor 10 1 3 14 4.67 3.76 3 1 5.17 322.44 1.3603 2.2458 11.18

Wagang 1 5 5 11 3.67 2.96 3 1 5.17 259.25 0.8794 1.4518 9.58

Cendana 11 4 7 22 7.33 5.91 3 1 5.17 503.60 3.3181 5.4782 16.56

Palau 10 4 2 16 5.33 4.30 3 1 5.17 350.56 1.6078 2.6546 12.13

154 110 108 124.00 100.00 19.33 100.00 8414.35 60.5690 300.00

Sedangkan Untuk Index Nilai Penting (INP) Tegakan Pohon yang secara alami paling potensial untuk tumbuh dan berkembang, berturut-turut adalah Lewani (INP 40,89%), Damar-damar (INP 37,17%), dan

(38)

Bitti/aholla (INP 22.76%), Jika dilihat dari sebaran untuk ketiga jenis tersebut berada pada seluruh plot yang ada.

2. Volume Tegakan

Hasil inventarisasi hutan pada wilayah KPHL Malunda pada 3 unit dengan volume setaip unit contoh dapat di lihat pada Tabel 9 dibawah ini:

Tabel 9. Potensi Volume Pohon pada Areal KPHL Malunda

Volume Pohon/Hektar

No.Plot Volume

1 8.612350426

2 5.855802873

3 6.871365125

Total 21.33951842 Volume

Pohon/Hektar 7.113172808

Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa masing-masing volume plot sebesar 8.612 m3/hektar pada plot 1, plot 2 sebesar 5.855 m3/hektar, sedangkan volume pohon pada plot 3 sebesar 6.871 m3/hektar. Pada unit contoh KPH Malunda memiliki volume pohon rata-rata perhektar sebesar 21.33951842 m3/hektar. Dari volume hektar setiap plot dapat dilihat bahwa kerapatan vegetasi pohon pada plot 1 dan 2 sangat berbeda tingkat kerapatannya. Hal ini mengambarkan bahwa pada unit contoh pada plot 1 memiliki kerapatan vegetasi yang rapat, sedangkan pada unit contoh pada plot 2 memiliki pentupan vegetasi yang cukup kurang apabila dibandingkan dengan unit contoh pada plot 1 dan 3.Jumlah pohon pada unit contoh KPH Malunda berdasarkan hasil ineventarisasi dan pendugaan potensi dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.

(39)

Tabel 10. Potensi Jumlah Pohon per Hektar pada Areal KPHL Malunda

No. Plot Jmlh Pohon/Hektar

1 154

2 110

3 108

Jumlah 372

Rataan 124

Volume pohon perhektar yang dijelaskan pada Tabel 6 di atas, berbanding lurus dengan banyaknya jumlah batang perhektar pada setiap unit contoh per plot. Jumlah batang pada setiap unit contoh dapat dilihat masing-masing jumlah pohon perhektar pada Plot 1 sebesar 154 pohon/hektar, Plot 2 sebesar 110 pohon/hektar, Plot 3 sebesar 108 pohon/hektar. Hal ini juga menggambarkan kerapatan vegetasi yang tinggi pada plot 1 dan sangat berbeda pada plot 2 yang memiliki kerapatan vegetasi yang lebih sedikit.

3. Permudaan

Kondisi permudaan pada ketiga plot tersebut berdasarkan hasil inventrasisasi di lapangan pada KPHL Malunda Sulawesi Barat adalah sebagai berikut:

Tabel 11. Dugaan Rata-rata Potensi Tiang, Pancang dan Semai

NO

PERMUDAAN TINGKAT SEMAI

PERMUDAAN TINGKAT PANCANG

PERMUDAAN TINGKAT TIANG

JUMLAH

JUMLAH BATANG

PER HEKTAR

JUMLAH

JUMLAH BATANG

PER HEKTAR

JUMLAH

JUMLAH BATANG

PER HEKTAR

1 41 41 82 82 97 97

2 28 28 88 88 57 57

3 58 58 59 59 80 80

TOTAL 127 229 234

RATA-RATA 42.3 76.3 78

(40)

Pada Tabel 11 diatas menunjukkan bahwa potensi dugaan pada potensi tiang dan jumlah batang per hektar pada plot 1 adalah 97 batang/ha, pada plot 2 sebanyak 57 batang/ha dan pada plot 3 sebanyak 80 batang/ha dengan dugaan rata-rata pada contoh uji untuk potensi tiang sebesar 78 batang/ha.

Untuk strata pancang jumlah batang pada plot 1 sebanyak 82 batang/ha, plot 2 sebanyak 88 batang/ha, dan plot 3 sebanyak 59 batang/ha dengan dugaan potensi rata-rata pada strata pancang adalah 76.3 batang/ha.

Sedangkan pada strata semai pada plot 1 sebanyak 41 batang/ha, pada plot 2 sebanyak 28 batang/ha dan plot 3 sebanyak 58 batang/ha dengan dugaan rata-rata pada strata semai adalah 42.3 batang/ha. Sedangkan untuk indeks nilai penting pada potensi tiang yang paling potensial untuk sebaran dan pertumbuhanya adalah dengan INP pada tanaman Kosambi 32.98897484 (INP=55,81375), Malapao (INP=46,21936) dan Damar-damar (INP

=21.59159). untuk potensi pancang yang potensial untuk pertumbuhanya adalah jenis tanaman Borring (INP=22,97), dan Malapao (INP=21,65).

Sedangkan untuk potensi semai yang potensial untuk pertumbuhannya adalah jenis tanaman Lammareng (INP=32.47), serta Karre-karre dan Alang- alang (INP=22,60).

4. Potensi Non kayu

Potensi non kayu yang memungkinkan pada KPHL malunda yaitu berupa rotan, gaharu dan lebah madu.

5. Keberadaan Flora dan Fauna

Berdasarkan data yang diperoleh di areal wilayah KPHL Malunda, terdapat flora yang mendominasi yaitu Lewani, Damar-damar, dan Bitti/aholla.

Seangkan faunanya diantaranya Burung Alo, Anoa, Kera, Ular dan Rusa.

Referensi

Dokumen terkait

Jika nilai sumber daya (ekosistem) hutan, ataupun lebih spesifik barang dan jasa hutan telah tersedia informasinya, seperti halnya harga berbagai produk yang ada di pasar,

perkembangan dan persebaran, karakteristik wilayah, dan jajak pendapat; serta karakteristik sumberdaya air yang meliputi potensi sumber mata air, aliran sungai dan

bahwa berdasarkan Pasal 14 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan

perkembangan dan persebaran, karakteristik wilayah, dan jajak pendapat; serta karakteristik sumberdaya air yang meliputi potensi sumber mata air, aliran sungai dan

waktu terbawa arus air. Potensi yang ada di Sampuran Jangga Dolok dapat dilihat pada Tabel 7. Potensi Ekowisata Sampuran Jangga Dolok. Sepanjang perjalanan akan

Sesuai dengan tujuan dan sasaran pengelolaan KPHP tahun 2017, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui instansi UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Model Limau Unit

Sesuai dengan peraturan perundangan maka untuk kawasan hutan yang telah diberikan ijin usaha maka tanggung jawab kegiatan rehabilitasi diserahkan kepada pemilik ijin

RPH-JP KPHL Rinjani Barat merupakan rencana induk dan roh penggerak seluruh aspek kegiatan pengelolaan hutan jangka panjang (10 tahunan) untuk periode 2014-2023, yang