• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FUNGSI PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENGELOLAAN ALOKASI

DANA DESA (ADD)

(Studi Kasus pada Desa Kwala Musam Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Sosial Pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh :

GUNTUR JOYO KUSWORO 130903032

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkankehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin. Shalawat beriring salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para ahlul bait, yang senantiasa menjadi tauladan bagi setiap ummat manusia. Semoga kita mendapat syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Amin

Adapun skripsi ini berjudul “Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana fungsi pengawasan yang dijalankan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Kwala Musam dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD). Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata 1 (S-1) di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan baik itu dari permasalahan penulis maupun dari substansi penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada kedua orang tua tersayang Ibu Pretty Terminayanti dan Bapak Syamsul Qomar yang dengan tulus, sabar, dan penuh kasih sayang telah membesarkan, mendidik, membimbing, dan memberikan dukungan yang terbaik baik moril dan material serta yang selalu mendoakan penulis hingga sampai saat ini. Penulis juga ingin mengucapkan

(3)

banyak terimakasih untuk kakak dan adik penulis, Mbak Kiki, Rangga, Resya yang sudah menjadi motivasi untuk penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.

Selain itu penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung, kepada yang terhormat:

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si.

2. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, MA selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Drs.

M. Husni Thamrin Nst, M.Si yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Terimakasih sekali lagi saya ucapkan.

4. Kepada dosen-dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU yang telah memberikan begitu banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada seluruh Staf Pegawai Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya Bang Rudy dan Kak Dian yang telah banyak membantu segala urusan administrasi sejak awal penulis memulai studi hingga saat ini

6. Kepada perangkat desa Desa Kwala Musam yang memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi dan meluangkan waktu dalam

(4)

melaksanakan wawancara dengan peneliti, serta yang telah membantu memberikan informasi dan data-data yang menyangkut penelitian ini.

7. Kepada informan masyarakat Desa Kwala Musam. Terimakasih sudah memberikan ide-ide, masukan, pendapat dan saling berdiskusi terhadap penelitian yang penulis lakukan.

8. Untuk keluarga penulis seluruh keluarga besar lainnya yang selalu memberikan dukungan baik secara moril dan material dari awal masuk kuliah hingga saat ini.

9. Terima kasih buat teman-teman “Paket 8 (Eight Package)”, Andika aziz Lubis selaku CEO dari eight package yang ulang tahun kita sama, yang paling takut sama pacar wkwk, Istiqomah Nurul Lestari selaku bendahara yang sebenarnya baik tapi sedikit dengki tapi sering memberi hutang disaat penulis membutuhkan, Putri sani (pelangi) yang paling paling bulat paling polos paling jago bahasa inggris, Lia Sabrina yang bercita-cita punya suami kaya raya, yang berjiwa marketing dan bersifat keibuan (tukang merepet), Arief Januari selaku sahabat penulis yang isi kepalanya gatau apa, mungkin banyak genangan air, Widya Wahid sahabat yang bisa dibilang paling dewasa pemikirannya dan selalu menjadi penengah, dan merupakan sahabat pertama penulis di awal perkuliahan dan terakhir Putri Nur Hasanah yang juga menjadi sahabat pertama penulis dari awalperkuliahan, yang juga merupakan kembaran penulis, yang paling banyak membantu penulis, tempat curhat penulis, terimakasih sahabat- sahabat yang sudah menjadi part of my life nya penulis haha semoga kita semua bisa sukses bersama. Amin.

(5)

10. Terimakasih buat Raja Putri Arini Nst yang merupakan motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang selalu ngomel jika penulis mulai malas mengerjakan skripsi, yang selalu memberi warna-warni di kehidupan perkuliahan dan kehidupan sehari penulis (eeaaak). Semoga kita juga bisa sama-sama sukses ya !

11. Untuk finalis menuju puncak Vivi, Loren, Ewik geleng, Etha, Yenny amaya, Omikel, Susan, Itin ranger, Syem, Raja, Bewao. Terima kasih sedalam-dalamnya untuk hari-hari yang telah kita lalui bersama. Terima kasih untuk semangat, doa, dukungan, tawa canda, suka duka, terima kasih untuk setiap permasalahan yang pernah kita alami bersama, yang membuat kita jadi lebih dewasa. Sukses buat kita semua!

12. Untuk teman-teman sekelompok PKL di Desa Tangkidik Tanah Karo, anggota Paket 8 ditambah dengan Geng Seram (Anggi, Iqbal, Kayek) dan Iman. Terimakasih atas kerjasamanya sehingga kegiatan magang kita bisa lancar ya wee.

13. Terima kasih untuk teman-teman Administrasi Negara 2013 untuk setiap dukungan dan semangat serta moment yang dilewati bersama-sama dengan penulis semoga kita semua sukses dengan cara masing-masing.

Medan, 11 Juli 2017 Penulis

Guntur Joyo Kusworo

(6)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi... v

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 10

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.6 Kerangka Teori... 11

1.6.1 Pengertian Pengawasan ... 11

1.6.1.1 Fungsi Pengawasan ... 15

1.6.1.2 Prinsip-Prinsip Pengawasan ... 16

1.6.1.3 Tujuan Pengawasan ... 17

1.6.2 Keuangan Desa... 19

1.6.3 Badan Permusyawaratan Desa ... 19

1.6.3.1 Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ... 22

1.6.4 Alokasi Dana Desa ... 24

(7)

1.6.4.2 Pengelolaan Alokasi Dana Desa ... 25

1.6.4.3 Penggunaan Alokasi Dana Desa ... 27

1.6.4.4 Institusi Pengelola Alokasi Dana Desa ... 29

1.6.4.5 Pertanggung Jawaban Alokasi Dana Desa ... 32

1.6.4.6 Pelaporan Alokasi Dana Desa ... 34

1.7 Definisi Konsep ... 35

1.8 Kategorisasi ... 36

1.9 Sistematika Penulisan ... 37

BAB II Metode Penelitian ... 39

2.1 Bentuk Penelitian ... 39

2.2 Lokasi Penelitian ... 39

2.3 Informan Penelitian ... 39

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 41

2.5 Teknik Analisis Data ... 41

BAB III Deskripsi Lokasi ... 44

3.1 Gambaran Umum Desa Kwala Musam... 44

3.1.1 Data Demografi ... 44

3.1.2 Keadaan Sosial ... 45

3.1.3 Keadaan Ekonomi ... 47

3.2 Struktur Organisasi ... 48

3.2.1 Susunan Perangkat Desa ... 48

3.2.2 Susunan Badan Permusyawartan Desa (BPD) ... 48

3.2.3 Susuna Kepala Dusun ... 49

(8)

3.3 Visi dan Misi Desa Kwala Musam... 50

3.3.1 Visi ... 50

3.3.2 Misi ... 50

BAB IV Hasil Penelitian ... 52

4.1 Penyajian Data ... 53

4.1.2 Identitas Informan Kunci ... 53

4.1.3 Identitas Informan Utama ... 53

4.1.4 Identitas Informan Tambahan ... 54

4.2 Temuan Lapangan Mengenai Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Terhadap Pengelolaan Alokasi Dana Desa ADD Desa Kwala Musam ... 55

4.3 Temuan Lapangan Mengenai Sasaran Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa Terhadap Pengelolaan Alokasi Dana Desa ... 61

4.3.1 Adanya pelaksanaan prinsip-prinsip pengawasan dalam mengelola ADD ... 62

4.3.2 Adanya tujuan yang hendak dicapai dalam melaksanakan fungsi pengawasan dalam pengelolaan ADD ... 65

4.3.3 Adanya proses mekanisme kerja dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan ADD. ... 66

4.3.4 Adanya Tanggung jawab Badan Permusyawaratan Desa dalam melakukan pengawasan pengelolaan ADD ... 66

4.4 Hambatan yang dihadapi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam fungsi pengawasan terhadap Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) ... 70

(9)

BAB V Analisi Data ... 71

5.1 Analisis Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (ADD) terhadap pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) ... 71

5.1.1 Analisis Sumber Daya Manusia ... 71

5.1.2 Indikator Fungsi Pengawasan BPD ... 72

5.1.2.1 Prinsip-Prinsip Pengawasan ... 73

5.1.2.2 Tujuan yang hendak dicapai dalam pengawasan pengeloaan ADD .... 74

5.1.2.3 Proses mekanisme kerja BPD dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan ADD ... 75

5.1.2.4 Adanya Tanggung jawab Badan Permusyawaratan Desa dalam melakukan pengawasan pengelolaan ADD ... 76

5.1.3 Analisis Hambatan yang dihadapi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam fungsi pengawasan terhadap Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) ... 79

BAB VI Penutup ... 81

6.1 Kesimpulan ... 81

6.2 Saran ... 85

DaftarPustaka ... 87

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Peduduk Berdasarkan Dusun ... 46

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 47

Tabel 3.3 Fasilitas Kesehatan Desa Kwala Musam ... 47

Tabel 3.4 Fasilitas Pendidikan Desa Kwala Musam ... 47

Tabel 4.1 Identitas Informan Kunci ... 53

Tabel 4.2 Identitas Informan Utama ... 54

Tabel 4.3 Identitas Informan Tambahan ... 54

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Pemerintah Desa Kwala Musam ... 48

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengawasan (Controlling) merupakan fungsi dan tanggung jawab setiap pemimpin organisasi, kegiatan pengawasan seharusnya menghendaki adanya terlebih dahulu rencana yang disusun dan ditetapkan. Seorang pemimpin hanya dapat melaksanakan pengawasan jika rangkaian tindakan organisasi didasarkan atas rencana yang ditetapkan sebelumnya, selain itu pengawasan adalah masa depan organisasi, artinya dengan adanya pengawasan yang terarah dalam pengelolaan alokasi dana desa akan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Pelaksanaan pengawasan bertujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan- penyimpangan dan berusaha memperbaiki kesalahan- kesalahan bila di temukan, sehingga dengan diadakannya pengawasan diharapkan segala bentuk penyimpangan dalam pengelolaan alokasi dana desa tidak terjadi dan berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dimana Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang

(13)

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan diberikannya kewenangan kepada desa untuk melaksanakan tugas secara mandiri melalui konsep pemberian otonomi desa, maka desa sepatutnya memiliki hak untuk mendapat pembiayaan berupa anggaran khususnya yang berasal dari pemerintah di tingkat atas, yaitu Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 pasal 68 ayat 1 huruf c tentang desa yang mengamanatkan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota, dibagikan kepada desa secara proporsional yang merupakan Alokasi Dana Desa (ADD).

Adanya Alokasi Dana Desa bertujuan untuk terciptannya pembangunan yang merata disetiap desa, dengan pembagunan yang merata diberbagai sektor dengan sendirinya kesejahteraan masyarakat desa akan tercapai. Namun demikian kenyataan saat ini banyak terjadi penyelewengan Alokasi DanaDesa oleh Kepala Desa di berbagi provinsi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pemberitaan diberbagai surat kabar online bahwa Kepala Desa tertangkap tangan menyelewengkan Alokasi Dana Desa. Sebagai contoh kasus penyelewengan ADD yang terjadi, sebagai berikut:

• BELOPA, BKM – Penyidik Polres Luwu menetapkan Sanusi, Kepala Desa Dedeko, Kecamatan Larompong Selatan sebagai tersangka dugaan penyimpangan anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp 124 juta.

“Dia (Kades Dadeko) di duga menyelewengkan ADD selama tiga tahun

(14)

berturut-turut, yakni 2011, 2012 dan 2013. Jumlahnya mencapai Rp 142 juta. Statusnya sudah kita tingkatkan menjadi tersangka.” Kata Kasat Reskrim Polres Luwu, AKBP Muthalib, Selasa (22/10)”.

(http://beritakotamakassar.com/index.php/sulselbar/12665-kadesdedeko- tersangka-penyimpangan-add.html, diakses tanggal 15 Januari. 2017)

• BENGKALIS - Dugaan penyimpangan anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) di desa Semunai kecamatan Pinggir terus ditelusuri Kejaksaan Negeri (Kejari) Bengkalis. Sejumlah saksi termasuk camat Pinggir Kasmarni sudah dipanggil Kejari untuk dimintai keterangan, soal pendistribusian ADD di desa Semunai. Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bengkalis melalui Kasi Pidsus Yanuar Reza meyampaikan soal dilakukannya penyelidikan dugaan penyelewengan ADD pada tahun 2012 dan 2013 di desa Semunai tersebut. Kepala Desa Semunai berikut staf desa bersama dengan pengelola ADD sudah diperiksa soal aliran dana ADD yang diduga ada yang tidak tepat sasaran.(http://riaulantang.com/read- korupsi-rp-2-m-dana-add-desa-semunaiditelusuri.html, diakses tanggal 15 Januari. 2017).

• BONGKARPOSTT.COM, Dugaan penyelewengan Anggaran Dana Desa (ADD) tahun 2011 – 2012 di Desa Bangun Jaya, Kecamatan Tanjung Raya, Mesuji, jalan di tempat. Tidak ada tindak lanjut atas laporan tersebut oleh Inspektorat setempat. Warga desa pun ikut prihatin. “Perbuatan kades kami ini tidak patut ditiru oleh kades lainnya, kami sebagai warga Bangun Jaya mengutuk perbuatan tersebut, semoga ada imbalan dibalik semua penyelewengan anggaran dana yang telah dilakukan dia,” ujar warga

(15)

setempat. Sebelumnya diketahui, Anggaran Dana Desa (ADD) tahun 2011 – 2012 di Desa Bangun Jaya tidak terealisasi sebagaimana mestinya sesuai aturan. Dana yang berkisar Rp 60 jutaan lebih itu raib tanpa ada kabar beritanya. Hal itu terungkap dari Ketua Badan Perwakilan Desa setempat.

(http://bongkarpostt.com/berita/dugaan-penyelewengan-addbangun-jaya- jalan-di-tempat/, diakses tanggal 15 Januari. 2017)

Berdasarkan masalah penyelewengan ADD oleh Kades di atas, mengindikasikan bahwa pengelolaan keuangan desa oleh Kepala Desa tidak dilakukan dengan memperhatikan asas pengelolaan keuangan desa dalam Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 pada Pasal 2 yang menyebutkan bahwa pengeloaan keuangan desa harus dilakukan dengan asas transparansi, akuntabel, serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Hal ini selaras dengan pendapat Fathur Rohman akademisi Universitas Brawijaya Malang dalam jurnal ilmiahnya “ Korupsi di Tingkat Desa”.

Fathur Rohman mengatakan bahwa penyebab penyelewengan dana desa karena kurangnya pengawasan dan keterbukaan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.Selain itu karena Badan Permusyawaran Desa (BPD), organisasi kepemudaan tidak berfungsi.

(http://www.ejournal-unisma.net/governance/article/view/449), diakses tanggal 15 Januari. 2017

Mengingat begitu besarnya kewenangan Kepala Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor72 Tahun 2005 Pasal 14, sehingga perlu dilakukan check and

(16)

balance dalampemerintahan desa. Lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Kepala Desa dalam hal penggunaan Alokasi Dana Desa adalah BPD.Peranan Badan Permusyawaratan Desa sebagai lembaga pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa dituntut tanggungjawab dan kemampuandalam melaksanakan tugas-tugasnya.Sebagaimana diketahui bahwa BPD menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 merupakan lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa bersama Kepala Desa. Oleh karena itu Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga pengawasan pemerintahan desa harus mencermati setiap aliran- aliran dana yang ditetapkan dandisalurkan kepada masing-masing pos pekerjaan yang telah ditetapkan untuk dikerjakan tepat guna dan tepat pengalokasiannya sebagai bentuk pencegahan tindakan penyelewengan.

Untuk menindak lanjuti Peraturan Pemerintah nomor. 72 tahun 2005 tersebut, Pemerintah Kabupaten Langkat mengeluarkan Peraturan Bupati Langkat Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pengalokasian Alokasi Dana Desa (ADD) dan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2007 tentang Keuangan Desa. Adapun Alokasi Dana Desa (ADD) yang diterima Desa Kwala Musam pada tahun 2014 sebesar Rp. 180.000.000 pada tahun 2015 sebesar Rp. 300.060.881 dan tahun 2016 sebesar Rp.514.449.000.

Dengan melihat hal tersebut anggaran yang diberikan kepada Desa Kwala Musam mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Maka muncul pertanyaan apakah Desa Kwala Musam Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat

(17)

itu perlu sebuah lembaga yang melakukan pengawasan. Maka, sebagaiperwujudan demokrasi ditingkat desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang berperan sebagai mitra kerja Pemerintahan Desa dan pengawasan terhadap pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD).

Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APBDes adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berperan sebagai lembaga yang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan Kepala Desa diantaranya adalah pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan dan penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD), dimana tugas dan tanggung jawab Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yaitu membantu dalam memasyarakatkan tujuan, prinsip dan kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) kepada masyarakat, memberikan pengawasan langsung maupun tidak langsungterhadap pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD), memberikan saran-saran terhadap pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD), memastikan adanya keterpaduan dan mencegah terjadinya tumpang tindih kegiatan pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) dan membangun kerja sama yang sinergis dengan Kepala Desa, dalam rangka menyukseskan keberhasilan Alokasi Dan Desa (ADD).

(18)

Adapun beberapa penelitian yang sebelumnya terkait dengan penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Skripsi Alderi tahun 2014, dengan judul “Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa Terhadap Program Alokasi Dana Desa (Studi di Desa Pak Laheng Kecamatan Taho Kabupaten Pontianak)”, Jurusan Ilmu Administrasi Universitas Tanjungpura Kalimantan Barat. Masalah dalam penelitian ini adalah permasalahan yang terjadi di Desa Pak Laheng yaitu penyimpangan dalam penggunaan dana ADD yang masih dalam peroses hukum. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengawasan BPD masih kurang optimal dalam realisasi dana ADD. Dengan bukti bahwa BPD tidak dapat berlaku tegas karena tidak adanya peraturan yang menegaskan tentang prosedur pengawasan yang harus dilakukan oleh BPD dalam mengawasi program ADD. Persamaan skripsi Alderi dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama meneliti pengawan BPD terhadap Pengelolaan Alokasi Dana Desa. Perbedaan dengan penelitan yang akan dilakukan adalah pada fokus penelitiannya. Dimana pada skripsi Alderi mengarah pada pengawasan administratif sedangkan penelitian ini berfokus pada pengawasan politik.

2. Skripsi Ansega Putri Kunang tahun 2012, dengan judul “Analisis Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa Terhadap Kinerja Kepala Desa Kembang Tanjung Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara”, Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung. Dengan hasil penelitian pelaksanaan tugas BPD dalam mengawasai kinerja Kepala Desa Kumbang Tanjung adalah cukup baik berdasarkan data yang diperoleh.

(19)

Pelaksanaan tugas tersebut meliputi pelaksanaan pemerintahan desa, pelaksanaan peraturan desa, pembinaan terhadap organisasi kemasyarakatan, pelaksanaan pembangunan desa, pelaksanaan pembinaan masyarakat, pelaksanaan pembinaan perekonomian, penyelesaian perselisihan dalam masyarakat dan pelaksanaan pelayanan publik terhadap masyarakat desa. Persamaan skripsi Ansega dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti pelaksanaan fungsi pengawan yang dilakukan BPD.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada subyek penelitian selain itu terdapat perbedaan pada metode penelitian yang digunakan, dalam penelitian Ansega menggunakan metode deskriptif kuantitatif sedangkan penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif.

Untuk itu berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian terhadap Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Kwala Musam Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat.

1.2 Fokus Peneltian

Adapun yang menjadi fokus penelitian pada penelitian ini yaitu, sebagai berikut :

1. Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Kwala Musam Kecamatan Batang Seranagan Kabupaten Langkat :

1) Pengawasan bidang pemberdayaan masyarakat tahun anggaran 2016 a) Pengawasan Sumber Daya Manusia

(20)

b) Pengawasan lingkungan c) Pengawasan ekonomi

2) Pengawasan bidang pembangunan tahun anggaran 2016

3) Pengawasan laporan pertanggung jawaban ADD tahun anggaran 2016

2. Faktor penghambat Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Kwala Musam Kecamatan Batang Seranagan Kabupaten Langkat.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimanakah Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Kwala Musam Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat”.

1.4 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentunya mempunyai orientasi atau tujuan yang hendak dicapai. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:“Untuk Mengetahui Bagaimana Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Kwala Musam Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat”.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

(21)

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berfikir dan analisa penulis terutama pada fungsi pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD).

2. Sebagai bahan masukan terhadap pihak- pihak yang menjadi subjek penelitian, khususnya pada Kantor Desa Kwala Musam Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat.

3. Sebagai bahan perbandingan dan refrensi bagi peneliti ataupun pihak lain yang menaruh minat sama untuk meneliti masalah pengawasan badan permusyawaratan desa dalam pengelolaan alokasi dana desa.

1.6 Kerangka Teori

Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar berpikir, yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih (Nawawi;

1987:40). Selanjutnya Singarimbun menyebutkan bahwa teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, dan konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Ringkasnya, teori adalah hubungan satu konsep dengan konsep lainnya untuk menjelaskan gejala tertentu. Adapun teori-teori yang mendasari penelitian ini adalah:

(22)

1.6.1 Pengertian Pengawasan

Sehubungan dengan Pengawasan, terdapat beberapa pengertian dan konsep terkait pengawasan. Adapun pengertian pengawasan menurut Terry dalam Salindeho (1995:25) Pengawasan berarti mendeterminasikan apa yang dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana. Jadi pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan.

Kemudian Fayol dalam Harahap (2001:10) mengemukakan bahwa pengawasan adalah upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dihindari kejadiannya di kemudian hari.

Lebih luas lagi pengertian pengawasan yang dikemukakan Situmorang dan Jusuf (1993:19), menurutnya Dikalangan ahli atau sarjana telah disamakan pengertian controlling ini dengan pengawasan. Jadi pengawasan adalah termasuk pengendalian. Pengendalian berasal dari kata “kendali”, sehingga pengendalian mengandung arti mengarahkan, memperbaiki kegiatan yang salah arah dan meluruskannya menuju arah yang benar. Kenyataan dalam praktek sehari-hari bahwa isitilah controlling itu sama dengan istilah pengawasan dan istilah pengawasan inipun telah mengandung pengertian luas, yakni tidak hanya sifat melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi tadi tetapi juga mengandung pengendalian dalam arti menggerakkan, memperbaiki dan

(23)

meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan.

Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).

Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:

a. mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan;

b. menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;

c. mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Pengawasan Intern dan Ekstern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.”

Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri.

(24)

Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai secara obyektif aktivitas pemerintah.

2. Pengawasan Preventif dan Represif

Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.

Di sisi lain, pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah

(25)

ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.

3. Pengawasan Aktif dan Pasif

Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui “penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti- bukti penerimaan dan pengeluaran.” Di sisi lain, pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid) adalah

“pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.”

4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid).

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, pengawasan ditujukan untuk menghindari terjadinya “korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri.” Dengan dijalankannya pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung

(26)

jawaban anggaran dan kebijakan negara dapat berjalan sebagaimana direncanakan.

1.6.1.1 Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan secara umum dapat mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi prefentif dan fungsi represif. Yang dimaksud dengan fungsi prefentif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum ada kejadian dalam arti lain tindakan ini bisa disebut dengan tindakan berjaga-jaga atau pencegahan. Sedangkan yang dimaksud dengan tindakan represif, yaitu tindakan yang dilakukan setelah adanya kejadian dalam kata lain tindakan ini dapat disebut dengan tindakan langsung.

Pemerintah sebagai wujud dari kedaulatan rakyat mempunyai tugas untuk melaksanakan amanah yang telah diembannya, namun bagaimanapun subjek pemerintah dalam hal ini aparatur pemerintah tidaklah selalu senantiasa melaksanakan fungsi-fungsi yang dimilikinya. Hal ini dikarenakan berbagai kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing individu yang menjalankan. Oleh karena itu perlu adanya suatu lembaga yang dapat mengawasi segala bentuk aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah.

Menurut Prof. Dr. Muchsan SH, dalam pengawasan tersebut meliputi dari perencanaan, pelaksanaan serta hasil dari suatu program pemerintah. Dimana yang menjadi objek dari pengawasan disini meliputi aparatur pemerintah, produk hukum yang dihasilkan, serta sarana yang digunakan oleh pemerintah dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Tahapan awal (tahap perencanaan) didalam pembuatan kebijakan adalah menganalisa kebutuhan dan aspirasi dari masyarakat

(27)

lalu menyesuaikannya dengan undang-undang yang berlaku. Kedua adalah proses perencanaan.

Selepas dari tahap pengawasan, ada tahap pelaksanaan. Pada tahap ini yang berperan sebagai pengawas ada berbagai macam yang secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu lembaga formal dan lembaga nonformal. Yang dimaksud dengan lembaga formal adalah lembaga di yang didasari oleh UUD atau UU, sedangkan lembaga nonformal adalah lembaga independen.

Untuk memaksimalkan fungsi pengawasan, berbagai lembaga pun ikut andil. Dalam hal pengawasan politik, pengawasan ini dilakukan oleh lembaga- lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan Peradilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR).

Berdasarkan paparan di atas, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) turut andil dalam hal pengawasan politik. BPD menjalankan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa oleh pemerintah desa, dimaksudkan sebagai upaya pencegahan, agar pemerintah desa dalam menyelenggarakan pemerintahan desa tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan, berjalan sesuai dengan yang direncanakan, sesuai dengan asas-asas dan bila ditemui kesulitan dapat diupayakan untuk perbaikan.

1.6.1.2 Prinsip- Prinsip Pengawasan

Simbolon (2004: 69) menyatakan bahwa hal ini prinsip pengawasan yaitu sebagai berikut :

1. Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi.

(28)

2. Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.

3. Pengawasan harus berorientasi kepada kebenaran menurut peraturan- peraturan yang berlaku (wetmatigheid), berorientasi terhadap kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan (rechmatigheid) dan berorientasi terhadap tujuan (manfaat) dalam pelaksanaan pekerjaan (doelmatigheid).

4. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerjaan.

5. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti (accurate) dan tepat.

6. Pengawasan harus bersifat terus menerus (continue).

7. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik (feed back) terhadap perbaikan dan penyempurnaan dan kebijaksanaan waktu yang akan datang.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa prinsip- prinsip pengawasan antara lain : adanya rencana tertentu dalam pengawasan dapat segera dilaporkan adanya bentuk penyimpangan, pengawasan harus bersifat fleksibel, dinamis dan ekonomis, pengawasan berorientasi pada tujuan organisasi.

1.6.1.3 Tujuan Pengawasan

Pengawasan pada dasarnya tak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai.

Adapun tujuan dari pengawasan diantaranya ialah:

1. Menjamin ketetapan pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana, kebijkasanaan dan perintah.

(29)

2. Melaksanakan koordinasi kegiatan-kegiatan 3. Mencegah pemborosan dan penyelewengan.

4. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang dihasilkan.

5. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi (pemerintah).

Dengan demikian, sehubungan dengan fungsi pengawasan yang dimiliki oleh BPD, BPD dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa oleh pemerintah desa, dimaksudkan sebagai upaya pencegahan, agar pemerintah desa dalam menyelenggarakan pemerintahan desa tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan, berjalan sesuai dengan yang direncanakan, sesuai dengan asas-asas dan bila ditemui kesulitan dapat diupayakan untuk perbaikan.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Winardi. Ia mengatakan bahwa pengawasan terdiri dari suatu proses yang dibentuk oleh tiga macam langkah yang bersifat universal yakni:

1. Mengukur hasil pekerjaan.

2. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standar dan memastikan perbedaan (apabila ada perbedaan).

3. Mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan.

Menurut Winardi dengan cara yang agak berbeda, dapat dikatakan bahwa pengawasan terdiri dari tindakan-tindakan, pertama keterangan tentang apa yang sedang dilaksanakan, kedua membandingkan hasil-hasil dengan harapan-harapan

(30)

yang menyebabkan timbulnya tindakan, dan ketiga menyetujui hasil-hasil atau menolak hasil-hasil dalam kasus mana perlu ditambahkan penambahan tindakan tindakan perbaikan.

1.6.2 Keuangan Desa

Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa.

Gambar 2.1 Sumber-Sumber Pendapatan Desa

Gambar di atas merupakan sumber-sumber pendapatan desa, dalam penelitian ini, penulis hanya membahas tentang Alokasi Dana Desa (ADD).

1.6.3 Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang sebelumnya disebut dengan Badan Perwakilan Desa (BPD) adalah lembaga yang melakukan fungsi

(31)

pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

Badan Permusyawaratan Desa merupakan Badan Permusyawaratan di tingkat Desa yang turut membahas dan meyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Dalam upaya meningkatkan kinerja kelembagaan di tingkat desa, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa memfasilitasi penyelenggaraan musyawarah desa.

Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah forum musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk memusyawarahkan dan menyepakati hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Hasil musyawarah desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam keputusan hasil musyawarah dijadikan dasar oleh Badan Permusyawaratan Desa dan Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan Pemerintahan Desa.

Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 55 tentang fungsi Badan Permusyawaratan Desa yaitu :

a) Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa

b) Menampung dan menyaluran aspirasi masyarakat desa, dan c) Melakukan pengawasan kinerja kepala desa.

(32)

Dan di dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 61 tentang Hak Badan Permusyawaratan Desa yaitu :

a. Mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa.

b. Menyataan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan Pemberdayaan masyarakat desa, dan

c. Mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Serta UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 63 tentang Kewajiban Badan Permusyawaratan Desa yaitu :

a. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika

b. Melaksanakan kehidupan Demokrasi yang berkeadilan gender dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

c. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat desa.

d. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.

e. Menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat desa

(33)

f. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan desa.

Susunan Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa (Pemdes) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pemdes dipimpin oleh kepala desa dan dibantu perangkat desa yang bertanggung jawab langsung kepada kepala desa.

Badan Permusyawaratan Desa adalah badan yang terdiri atas pemuka masyarakat yang ada di desa dan berfungsi mengayomi adat- istiadat, membuat peraturan desa (Perdes), menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa.

Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun, sama dengan masa jabatan kepala desa, dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Tata cara penetapan anggota dan pimpinan BPD diatur dalam Perda yang berpedoman pada peraturan pemerintah.

1.6.3.1 Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mempunyai fungsi pengawasan yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa, anggaran pendapatan desa dan belanja desa. Prinsip pengawasan yang harus dijalankan bahwa pengawasan bukan mencari kesalahan, melainkan untuk menghindari kesalahan dan kebocoran yang lebih besar. Dengan demikian Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam melaksanakan pengawasan terhadap pemerintah desa hendaknya sudah dimulai sejak perencanaan suatu kegiatan akan dilaksanakan apakah perencanaannya tepat dan apabila dalam pelaksanaannya terdapat gejala-gejala penyimpangan maka sejak awal Badan Permusyawaratan

(34)

memperhatikan/mengindahkan peringatan tersebut, sehingga tidak sempat menjadi masalah besar yang merugikan masyarakat.

Fungsi dalam bidang pengawasan ini meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa, pengawasan terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes), dan pengawasan terhadap keputusan Kepala Desa. Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan ini, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berhak meminta pertanggungjawaban Kepala Desa serta meminta keterangan kepada pemerintah desa. Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam bidang pengawasan meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dengan cara Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mengawasi semua tindakan pemerintah desa dalam menjalankan roda pemerintahan desa yang dilakukan secara langsung atau pun tidak langsung. Pengawasan terhadap APBDes dengan cara Badan Permusyawaratan Desa memantau semua pemasukan dan pengeluaran desa meminta laporan pertanggungjawaban yang menyangkut keuangan desa.

Pengawasan terhadap keputusan kepala desa yaitu dengan cara Badan Permusyawaratan Desa (BPD) melihat dari proses pembuatan sampai isi keputusan tersebut serta mengawasi pelaksanaan keputusan yang telah ditetapkan.

Ketua Panitia Khusus (Pansus) DPRD Sampang Agus Khusnul Yaqin mengungkapkan beberapa fakta baru mengenai penerapan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa. Menurutnya, Kepala Desa (Kades) bisa dengan mudah dicopot dari jabatannya jika terbukti melakukan kesalahan.Bahkan, pemberhentian Kepala Desa itu bisa dilakukan oleh badan Perwakilan Desa (BPD) dan masyarakat secara langsung.

(35)

Menurut Agus Khusnul Yaqin, pengajuan pemberhentian Kades tersebut tentunya harus memenuhi kriteria sebagaimana yang diatur dalam undang-undang.

”Secara redaksional, pada aturan sebelumnya BPD sebenarnya bisa memberhentikan Kades.Tapi, undang-undang yang baru ini lebih simpel dalam mengatur pemberhentian Kades oleh BPD.”

Pada aturan sebelumnya, kata Agus Khusnul Yaqin, BPD ”dapat”

memberhentikan kades. Sementara dalam undang-undang baru ditegaskan bahwa BPD ”bisa” memberhentikan Kades. Setelah ada perubahan redaksional, kata

”dapat” diganti kata ”bisa”. Artinya, pemberhentian Kades benar-benar bisa dilakukan dengan mudah, asal memenuhi kriteria.

“BPD bisa mengajukan pemberhentian kades jika kades terlibat kasus narkoba, kasus tindak kriminal, tindak pidana korupsi, atau tidak menjalankan tugas dengan baik.Termasuk melakukan diskriminasi terhadap kelompok masyarakat.Nanti pengajuan ditujukan ke bupati melalui camat setempat. Setelah disetujui bupati, maka kades sudah bisa dipecat..”

1.6.4 Alokasi Dana Desa

Menurut Peraturan Bupati Langkat Nomor 3 Tahun 2016 tentang PengalokasianAlokasi Dana Desa (ADD) di Kabupaten Langkat, Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah Dana perimbangan yang diterima daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

(36)

Pengalokasian ADD dimaksudkan untuk memberi bantuan dana kepada Pemerintah Desa dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintah desa, pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan pembinaan kemasyarakatan.

Pengalokasian ADD bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik, memberdayakan masyarakat, memberdayakan kelembagaan masyarakat, meningkatkan kesejateraan penyelenggaraan pemerintahan desa, meningkatkan pemerataan pendapatan, mendorong peningkatan swadaya dan gotong royong masyarakat desa, meningkatkan perekonomian masyarakat desa, dan memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan. Alokasi Dana Desa (ADD) menggunakan prinsip demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas.

1.6.4.1 Sumber dan Pengalokasian Alokasi Dana Desa

Berdasarkan Peraturan Bupati Langkat Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pengalokasian Alokasi Dana Desa (ADD) di Kabupaten Langkat, Pemerintah Daerah mengalokasikan ADD dalam APBD setiap tahun anggaran. Ada beberapa indikator untuk menghitung besaran dana yang akan di salurkan oleh pemerintah daerah yaitu Jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkat kesulitan geografis desa dan jumlah perangkat desa.

1.6.4.2 Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Penggunaan ADD terbagi menjadi 2 yaitu untuk penghasilan tetap kepala desa,perangkat desa dan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan pemberdayaan masyarakat dan pembinaan kemasyarakatan.

Dalam hal penggunaan dana ADD yang untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan

(37)

masyarakat serta pembinaan kemasyarakatan dilaksanakan sesuai dengan prioritas dan kebutuhan di desa dengan mengacu pada hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) dan diselaraskan dengan program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ).

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ADD untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat serta pembinaan kemasyarakatan antara lain sebagai berikut :

a) Penggunaan ADD didasarkan pada skala prioritas kebutuhan desa.

b) Penggunaan ADD dimusyawarahkan antara Pemerintahan Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau sebutan lain dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) atau sebutan lain dengan melibatkan lembaga kemasyarakatan yang ada di desa serta unsur masrakat dan hasilnya tertuang dalam Peraturan Desa tentang APB Desa tahun yang bersangkutan.

c) Penggunaan ADD tidak diperbolehkan untuk membiayai kegiatan pembangunan yang tidak memiliki nilai manfaat ekkonomi dan sosial bagi masyarakat dan desa.

Adapun sasaran utama pelaksanaan ADD adalah :

a) Meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa.

b) Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat.

c) Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyaraat.

d) Meningkatkan pelaksanaan pembangunan desa.

e) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(38)

f) Meningkatkan kesejahteraan penyelenggara pemerintah desa.

Pelaksanaan ADD pada kegiatan pemberdayaan masyarakat diharapkan setiap desa menunjukkan serta mengoptimalkan peran Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa ( KPMD ) atau menumbuhkan dan mengembangkan serta menggerakkan prakarsa, partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat.

1.6.4.3 Penggunaan ADD

Alokasi Dana Desa digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:

• Alokasi Dana Desa (ADD) yang digunakan untuk penyelenggaraan Pemerintah Desa Sebesar 30% dari jumlah penerimaan Alokasi Dana Desa (ADD).

• Alokasi Dana Desa (ADD) yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat Desa sebesar 70% .

Alokasi Dana Desa (ADD) yang digunakan belanja aparatur dan operasional Desa yaitu untuk membiayai kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dengan prioritas sebagai berikut:

a. Peningkatan Sumber Daya Manusia Kepala Desa dan Perangkat Desa meliputi Pendidikan, Pelatihan, Pembekalan, Studi Banding

b. Biaya operasional Tim Pelaksana Bidang Pemerintahan.

c. Biaya tunjangan Kepala Desa, Perangkat Desa, tunjangan dan operasional BPD, Honor ketua RT dan RW serta penguatan kelembagaan RT / RW d. Biaya perawatan kantor dan lingkungan Kantor Kepala Desa.

(39)

e. Biaya penyediaan data dan pembuatan pelaporan, pertanggungjawaban meliputi :

a) Pembuatan/Perbaikan monografi, peta dan lain-lain data dinding.

b) Penyusunan APBDes, LPPD dan LKPJ, pelaporan dan pertanggung jawaban penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD).

c) Biaya lain-lain yang perlu dan mendesak, misalnya Penanganan keadaan darurat seperti bencana alam, kebakaran dan sebagainya.

Alokasi Dana Desa (ADD) yang digunakan untuk membiayai kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan prioritas kegiatan seperti:

1. Biaya Pemberdayaan Manusia dan Institusi. Penggunaanya meliputi:

a) Pembinaan Keagamaan.

b) Peningkatan kemampuan Pengelola Lembaga Usaha Milik Desa (BUMDES, LPMD, dsb) dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat.

c) Pelayanan kesehatan masyarakat terutama pada penanganan Gizi Balita melalui POSYANDU

d) Menunjang kegiatan 10 Progaram Pokok PKK, Kesatuan Gerak PKK dan UP2K- PKK.

e) Menunjang kegiatan Anak dan Remaja antara lain pengadaan sarana TPK, TK, sarana Olahraga, Karangtaruna dll.

f) Biaya Musrenbang dan serap aspirasi tingkat dusun / lingkungan g) Peningkatan keamanan dan ketentraman Desa.

(40)

2. Biaya Pemberdayaan Lingkungan. Penggunaanya meliputi:

a) Pembangunan/biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil atau sarana perekonomian Desa seperti pembuatan jalan, talud/irigasi, jembatan, los pasar, lumbung pangan dll.

b) Untuk penghijauan / tanaman hortikultura.

3. Biaya Pemberdayaan usaha/ ekonomi. Penggunaanya meliputi:

a) Pengembangan lembaga simpan pinjam melalui modal usaha dalam bentuk BUMDes, UED-SP, LKPMD, Badan Perkreditan Desa dan lembaga lainnya.

b) Pengembangan usaha mikro dan usaha kecil masyarakat antara lain melalui penambahan modal usaha serta budidaya pemasaran produk.

c) Biaya untuk pengadaan pangan

1.6.4.4 Institusi Pengelola Alokasi Dana Desa (ADD)

Guna menunjang efektivitas pengelolaan dan pelaksanaan bantuan keuangan ADD dibentuk Tim Pembina dan Pengawas Tingkat Kabupaten serta Tim Pembina dan Pengawas Tigkat Kecamatan, sedangkan sebagai pelaksana ADD di desa dibentuk Tim Pelaksana ADD Desa.

1. Tim Pembina dan Pengawas Tingkat Kabupaten

a) Tim Pembina dan Pengawas Tingkat Kabupaten beranggotakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait dan ditetapkan dengan keputusan Bupati.

(41)

b) Tim Pembina dan Pengawas Tingkat Kabupaten mempunyai tugas yaitu sebagai berikut :

1. Merumuskan konsep dasar, kebijakan, maksud dan tujuan, prinsip-prinsip, asas dan mekanisme serta prosedur pengalokasian, pengelolaan dan pelaksanaan ADD.

2. Melakukan sosialisasi, pembinaan, pemantauan, pengawasan, dan pengendalian serta evaluasi pelaksanaan kegiatan ADD agar sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

3. Menyalaraskan kebijakan dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

4. Membahas berbagai kendala dan permasalahan yang timbul untuk merumuskan konsep penyelesaian tindak lanjut dan melaporkan kepada Bupati.

5. Melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Bupati.

c) Untuk membantu kegiatan sosialisasi, pembinaan dan pemantauan, dan pengawasan serta evaluasi kegiatan ADD, Tim pembina dan pengawas tingkat kabupaten dibantu oleh Tim teknis yang keanggotaannya terdiri dari SKPD terkait dan ditetapkan dengan keputusan Bupati.

d) Sekretariat Tim Pembina dan Pengawas Tingkat Kabupaten berada di SKPD yang membidangi pemberdayaan masyarakat dan desa, dan bertindak sebagai penanggung jawab teknis pengelolaan kegiatan ADD.

(42)

2. Tim Pembina dan Pengawas Tingkat Kecamatan

a) Tim Pembina dan Pengawas Tingkat Kecamatan diketuai oleh Camat dengan beranggotakan Sekcam, Kasi yang membidangi urusan pemberdayaan masyarakat dan unsur kecamatan lainnya yang ditunjuk oleh camat dan ditetapkan dengan keputusan Camat.

b) Tim Pembina dan Pengawas Tingkat Kecamatan mempunyai tugas:

1. Melaksanakan pendampingan penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif dan asistensi dalam pelaksanaan ADD.

2. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan ADD mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pemanfaatan dan pelestarian hasil kegiatan.

3. Mengumpulkan data dan meliputi serta melakukan verifikasi terhadap dokumen permohonan pencairan dana ADD beserta berkas persyaratan kelengkapannya dan dokumen pertanggung jawaban Alokasi Dana Desa (ADD) beserta berkas kelengkapannya sebelum dikirim ke penanggung jawab teknis pengelolaan kegiatan ADD.

4. Membantu dan memberikan saran serta masukan dalam pengelolaan dan pelaksanaan ADD mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pemanfaatan dan pelestarian hasil kegiatan.

5. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan ADD.

(43)

6. Mengkoordinasikan, menginventarisasi dan meneruskan laporan pengelolaan ADD mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap pemanfaatan dan pelestarian hasil kegiatan.

7. Melaporkan pelaksanaan ADD seluruh desa di wilayah kerjanya kepada Bupati melalui penanggung jawab teknis pengelolaan kegiatan ADD mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pemanfaatan dan pelestarian hasil kegiatan.

1.6.4.5 Pertanggung Jawaban Alokasi Dana Desa (ADD)

Pertanggung jawaban pengelolaan dan pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) terintegrasi dengan pertanggung jawaban pelaksanaan APB Desa, sehingga bentuk pertanggung jawabannya adalah pertanggung jawaban APB Desa, dalam hal laporan pertanggung jawaban Kepala Desa pada dasarnya bertanggung jawab kepada rakyat desa yang dalam tata cara dan prosedur Pertanggung jawabannya disampaikan kepada Bupati melalui Camat.

Kepala Desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggung jawaban kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Disamping itu juga mempunyai kewajiban menyampaikan informasi pokok- pokok pertanggung jawaban kepada masyarakat.

Untuk pertanggung jawaban ADD maka setiap pengeluaran dan penggunaaan dana ADD harus dipertanggung jawabkan melalui bendahara desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu antara lain sebagai berikut :

(44)

1. Kepala Desa menyusun Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) ADD Desa dan dikirim kepada Penanggung jawab Teknis pengelolaan kegiatan ADD Kecamatan sebanyak 3 rangkap untuk diteliti kebenaran dan kelengkapannya. Adapun kelengkapan SPJ yaitu sebagai berikut : a. Surat pengantar

b. Tembusan Buku Kas Umum (BKU) c. Rekapitulasi Realisasi Belanja d. Rekapitulasi Pembayaran PPN/ PPh

e. Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan (SP3) f. Kwitansi Dinas

g. Bukti Transaksi/ Bukti pendukung lain

2. Setelah dinyatakan lengkap dan benar Tim pembina dan pengawas tingkat Kecamatan bertanggung jawab atas kebenaran formal dan material SPJ ADD Desa, kemudian mengirimkan SPJ ADD Desa ragkap 1 dan 2 kepada penanggung jawab teknis pengelolaan kegiatan ADD dengan berkas kelengkapan yaitu sebagai berikut :

a. Surat pengantar b. Surat pernyataan

c. SPJ ADD beserta berkas kelengkapannya dari masing- masing Desa di wilayah kecamatannya.

3. Penanggung jawab teknis pengelolaan kegiatan ADD meneliti dan bertanggung jawab atas kebenaran formal SPJ ADD Desa setalah SPJ ADD dinyatakan benar maka penanggung jawab teknis pengelolaan

(45)

kegiatan ADD menyampaikan kembali dokumen SPJ ke desa melalui Camat.

4. Penanggung jawab teknis pengelolaan kegiatan ADD menyampaikan laporan realisasi dalam bentuk laporan rekapitulasi realisasi bantuan keuangan ADD kepada Pengguna Anggaran.

5. Pengguna Anggaran meneliti dan memverifikasi selanjutnya menolak atau menyetujui laporan realisasi bantuan keuangan ADD dari penanggung jawab teknis pengelolaan kegiatan ADD.

1.6.4.6 Pelaporan Alokasi Dana Desa (ADD)

Dalam hal pelaporan pengelolaan dan pelaksanaan Alokasi Dana Desa, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Pelaporan diperlukan dalam rangka pengendalian untuk mengetahui perkembangan proses pengelolaan dan pelaksanakan ADD. Adapun jenis pelaporan meliputi :

a. Laporan Berkala

Laporan mengenai pengelolaan dan pelaksanaan ADD yang berisi secara rutin semester atau setiap 6 (enam) bulan.

b. Laporan Akhir

Laporan akhir dari pengelolaan dan pelaksanaan ADD yang berisi perkembangan pelaksanaan dan penyerapan dana, masalah yang dihadapi dan rekomendasi hasil akhir penggunaan ADD. Adapun susunan laporan akhir pengelolaan dan pelaksanaan ADD disusun sesuai dengan format sebagaimana terlampir.

(46)

2. Penyampaian laporan berkala dan laporan berkala dan laporan akhir pengelolaan dan pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) dilaksanakan secara berjenjang yaitu dari Kepala Desa melaporkan kepada tim pembina dan pengawas tingkat kecamatan, dan selanjutnya tim pembina dan pengawas tingkat kecamatan membuat laporan atau rekapitulasi laporan dari masing- masing desa di wilayah kerjanya dan melaporkan kepada bupati lewat penanggung jawab teknis pengelolaan kegiatan Alokasi Dana Desa (ADD).

1.7 Definisi Konsep

Nawawi ( 2005 : 12 ) mengemukakan konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi dasar penelitian ilmu sosial. jelasnya, definisi konsep adalah konsep-konsep yang berupa konstitusi dengan kata- kata yang menggunakan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat ditentukan kebenarannya dengan yang lain. Maka konsep- konsep yang berkaitan dengan peneilitian ini adalah :

a) Pengawasan adalah upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dihindari kejadiannya di kemudian hari.

b) Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwakilan rakyat di tingkat desa yang memiliki kedudukan setara dengan kepala desa dan menjadi mitra kerja kepala desa dalam menjalankan roda

(47)

c) Alokasi Dana Desa (ADD) adalah Dana perimbangan yang diterima daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

d) Pengelolaan Alokasi Dana Desa adalah untuk meningkatkan pelayanan publik, memberdayakan masyarakat, memberdayakan kelembagaan masyarakat, meningkatkan kesejateraan penyelenggaraan pemerintahan desa, meningkatkan pemerataan pendapatan, mendorong peningkatan swadaya dan gotong royong masyarakat desa, meningkatkan perekonomian masyarakat desa, dan memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.

1.8 Kategorisasi

Kategorisasi menunjukkan bagaimana caranya mengetahui suatu variabel penelitian sehingga diketahui dengan jelas apa yang menjadi kategori penelitian pendukung untuk analisa dari variabel tersebut. Pengawasan adalah suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu mengkoreksidengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Suatu sistem pengawasan yang terdiri dari beberapa unsur yaitu unsur rencana organisasi, unsur sistem otorisasi untuk mengadakan hasil pengawasan terhadap hasil dan biaya, unsur pokok yang dilaksanakan dalam penunaian tugas pada tiap bagian organisasi.

Hasil pengawasan ini dapat pula memberikan umpan balik dan digunakan dalam menilai kebijakan pemerintah desa dimasa yang akan datang. Maksud dilakukannya pngawasan ini adalah untuk mencegah penyimpangan-

(48)

penyimpangan dan berusaha memperbaiki kesalahan-kesalahan bila ditemukan, sehingga kegiatan pengawasan Badan Permusyawaratan Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

Untuk memperoleh data dan informasi, pengawasan harus dilakukan berdasarkan standar objektif, teliti, tepat, dan jujur dalam pelaksanaannya.

Kategorisasi dalam penelitian ini adalah :

a) Adanya pelaksanaan prinsip-prinsip pengawasan dalam mengelola ADD.

b) Adanya tujuan yang hendak dicapai dalam melaksanakan fungsi pengawasan dalam pengelolaan ADD.

c) Adanya proses mekanisme kerja dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan ADD.

d) Adanya Tanggung jawab Badan Permusyawaratan Desa dalam melakukan pengawasan pengelolaan ADD.

1.9Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan ini sistematika penulisan terdiri dari lima bab yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu :

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini berisikan pendahuluan yang menguraikan, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep dan sistematika penulian.

(49)

Bab II : Metode Penelitian

Pada bab ini berisikan, Metode Penelitian, Jenis Penelitian, Definisi Konsep, Teknik Pengumpulan Data, Narasumber, Kategorisasi, Teknik Analisis Data, Lokasi Penelitian, Struktur Badan Permusyawaratan Desa.

Bab III : Deskripsi Lokasi

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana penelitian dilakukan

Bab IV : Penyajian Data

Pada bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis.

Bab V :Analisis Data

Pada bab ini berisikan tentang hasil data-data yang diperoleh dari hasil penelitian memberikan interpretasi atas permasalahan yang telah diteliti.

Bab VI : Penutup

Kesimpulam dan saran.

(50)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Dalam menetukan metode penelitian terlebih dahulu diketahui jenis penelitian yang digunakan untuk mengetahui gambaran yang jelas didalam penelitian, serta memahami makna sebenarnya dari jenis penelitian tersebut sehingga memudahkan untuk melakukan langkah selanjutnya dalam proses analisis data.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisis data kualitatif yaitu suatu yang bertujuan menggambarkan apa yang terjadi saat ini di dalamnya terdapat upaya menceritakan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkanfakta- fakta yang tampak atau sebagai mana adanya yang terdapat pada Desa Kwala Musam Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat.

2.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian bertempat di Desa Kwala Musam Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat.

2.3 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian, ia berkewajiban secara sukarela menjadi

(51)

anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal, sebagai anggota tim dengan kebaikannya dan dengan kesukarelaannya informan tersebut dapat memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dan kebudayaannya yang menjadi latar penelitian tersebut.

Pada penelitian ini hanya menggunakan informan sebagai sumber data penelitian, tidak menggunakan populasi dan sampel karena bentuk penelitiannya merupakan deskriptif dengan analisa kualitatif sehingga untuk memperoleh data yang dibutuhkan secara jelas, mendetail, akurat dan terpercaya hanya bisa diperoleh melalui informan. Dalam penelitian ini informan dipilih secara purpose sampling, yaitu penentuan informan secara sengaja dan informan inilah yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Informan penelitian meliputi beberapa macam yaitu (Sutopo, 2002:22).

a) Informan kunci yaitu mereka yang secara lengkap dan mendalam mengetahui serta memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini informan kunci berjumlah 3 (tiga) orang yaitu Kepala Desa Kwala Musam, Sekretaris Desa Kwala Musam, dan Bendahara Desa Kwala Musam.

b) Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini informan utama berjumlah 6 orang yaitu Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan 5 orang Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kwala Musam.

c) Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

(52)

Dalam penelitian ini informan tambahan yaitu anggota masyarakat (tokoh masyarakat) untuk melengkapi hasil wawancara penulis.

2.4 Teknik Pengumpulan Data a) Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara.Teknik ini digunakan dalam tanya jawab lisan yang lebih dari dua orang secara langsung dalam menggali informasi dengan bertatap muka, kemudian akan diperoleh keterangan atau penjelasan yang diperlukan melalui sumber yang berkompeten dan mempunyai terhadap masalah yang diteliti.

b) Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain, buku-buku, artikel, surat kabar, internet dan dokumen. Studi pustaka dilakukan dengan cara mempelajari, mendalami dengan mengutip teori- teori atau konsep dari sejumlah literatur, baik dari buku, jurnal, majalah, koran, atau karya ilmiah lainya yang relevan denga topik, fokus, atau variabel penelitian.

2.5 Teknik Analisis Data

Moleong (2006:247) mengatakan bahwa teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik analisa data kualitatif, yaitu dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul mempelajari data, menelaah, menyusunnya dalam satuan – satuan yang

Referensi

Dokumen terkait

Hasil hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap beban kerja dengan

Usulan perbaikan untuk mode kegagalan jamming yaitu memodifikasi langkah kerja pada gripper bar dengan posisi expand maksimal dengan sudut 72 0 yang sebelumnya

Berikut adalah tahapan, kegiatan, hasil, dan indikator yang diharapkan dalam pengembangan DPL (Tabel 3).. Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah DPL memegang

Meskipun Indonesia luas tetapi cukup sulit untuk mendapatkan lahan yang mempunyai tingkat keksesuaian yang tinggi untuk pengembangan tanaman buah karena sudah dimanfaatkan

Faktor kedua latar belakang pendidikan akan berpengaruh terhadap terbentuknya persepsi atau pemahaman nazhir, karena nazhir yang berpendidikan akan memiliki sikap

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan mengisyaratkan bahwa setiap sekolah pada semua satuan, jenis dan jenjang

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu

Jika benda tersebut dicelupkan ke dalam air yang massa jenisnya 1 gram/cm 3 , maka volume benda yang akan berada di atas permukaan air adalah ….. Bila kita menjatuhkan