• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA KOMPETENSI MENYIAPKAN BENIH SAYURAN : Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI Jurusan Agrobisnis Tanaman Pangandan Hortikultura SMKN 2 Subang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA KOMPETENSI MENYIAPKAN BENIH SAYURAN : Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI Jurusan Agrobisnis Tanaman Pangandan Hortikultura SMKN 2 Subang."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Jubaidah Sitompul, 2012 1.4 PerumusanMasalah ... 1.5 TujuanPenelitian ... 1.6 ManfaatPenelitian ... 1.7 Struktur Organisasi ...

(2)

BAB III.METODOLOGI ... 3.8Tehnik Pengumpulan Data ... 3.9Validasi Data ... 3.10 Jadwal Penelitian ...

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1 DeskripsiHasilPenelitian ... 4.2 Pembahasan ...

(3)

Jubaidah Sitompul, 2012

DAFTAR TABEL

Tabel2.1 Struktur Kurikulum SMK Negeri 2 Subang ... 10

Tabel2.2 ProsedurPembelajaranBerbasis Masalah ... 16

Tabel3.1KriteriaNormalized Gain ... 35

Tabel 3.2KriteriaObservasi guru ... 35

Tabel 3.3 Kriteria Observasi Siwa . ... 36

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian... . 38

Tabel 4.1 Data Hasil Tes siswa siklus I. ... 48

Tabel 4.2 Hasil Observasi Guru siklus I. ... 49

Tebel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I. ... 50

Tabel 4.4 Data Hasil Tes siswa Siklus II. ... 56

Tabel 4.5 Hasil Observasi Guru Siklus II. ... 58

Tebel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II. ... 58

Tabel 4.7 Data Hasil Tes siswa Siklus III. ... 64

Tabel 4.8 Hasil Observasi Guru Siklus III. ... 65

Tebel 4.9 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus III. ... 65

Tabel 4.10 Daftar Nilai Siswa dari Siklus ke Siklus. ... 70

Tabel 4.11 Jumlah Frekuensi dan Persentase Siswa Tuntas dan Belum Tuntas. ... 72

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Tidakan Kelas ... 23

Gambar4.1 Laporan Ketua Kelas Sebelum Pelajaran dimulai ... 43

Gambar 4.2 Siswa Melakukan diskusi kelompok ... 45

Gambar 4.3 Siswa semakin aktif bertanya kepada guru. ... 54

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Rata-rata Nilai Postes Siklus I, II dan III. ... 66

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Persentase KKM Siklus I,II dan III... ... 67

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan nilai N gainSiklus I,II dan III. ... 67

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Persentase KKM Siklus I,II dan III... ... 67

Gambar 4.8 Peningkatan Observasi Guru dan Siswa. ... 75

(5)

Jubaidah Sitompul, 2012

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus SMK Negeri 2 Subang ...

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Bahan Ajar dan

Butir Soal serta kunci jawaban Siklus I,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahan Ajar dan

Butir Soal Serta Kunci Jawaban Siklus II,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Bahan Ajar,

Butir Soal dan Kunci Jawaban Siklus III ...

Lampiran 3. Hasil Lembar Observasi Siswa dan Guru ...

Lampiran 4. Daftar nilai Siswa ...

Lampiran 5. Dokumen Penelitian ...

Lampiran 6. Lembar Judgement Ahli ...

Lampiran 7. Daftar Hadir Siswa ...

Lampiran 8. Surat-surat dan Dokumen Seminar ...

Lampiran 9. Contoh jawaban yang diisi oleh siswa ...

Lampiran 10. Kartu Bimbingan Skripsi ...

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam

kehidupan manusia. Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan

negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui

pendidikan, dimana dengan pendidikan akan dihasilkan generasi yang

berkualitas yang akan berperan dalam pembangunan bangsa dan negara

dalam era globalisasi. Dalam dunia pendidikan selain ada masukan (input),

proses pendidikan juga ada keluaran (output) pendidikan yang merupakan

hasil dari proses pendidikan.

Upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam meningkatkan

hasil pendidikan satu diantaranya yang harus dikembangkan terletak pada

proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan yang paling pokok dalam

proses pendidikan. Dengan demikian, berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan tergantung pada keberhasilan proses belajar-mengajar. Pada

dasarnya tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar dipengaruhi banyak

faktor diantaranya kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, metode

mengajar, materi, sarana dan prasarana, motivasi, alat evaluasi serta

lingkungan yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan

yang bekerja secara terpadu untuk tercapainya peningkatan hasil belajar

siswa. Meskipun tujuan dirumuskan dengan baik, materi yang dipilih sudah

(7)

Jubaidah Sitompul, 2012

yang diharapkan tidak tercapai atau mungkin tujuan tercapai dengan susah

payah. Berdasarkan masalah tersebut maka dicari alternatif dalam proses

pembelajaran maka dipilih metode yang dapat meningkatkan hasil belajar

siswa sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

Kompetensi menyiapkan benih adalah salah satu kompetensi yang

harus dikuasai oleh peserta didik untuk dapat melanjutkan ke sub kompetensi

selanjutnya. Kemampuan menyiapkan benih merupakan kompetensi yang

harus dimiliki oleh siswa SMK pertanian sesuai dengan tujuan kompetensi

yang diharapkan. Kompetensi menyiapkan benih diperlukan pemahaman

mengenai konsep dan materi yang saling berkaitan. Apabila siswa gagal

dalam kompetensi menyiapkan benih maka kemungkinan untuk kompetensi

yang selanjutnya akan mempengaruhi karena inti dunia pertanian adalah

benih, ketika salah memperlakukan benih maka hal tersebut akan

mempengaruhi hasil produksi dalam dunia pertanian. Hal inilah yang

menjadikan kompetensi menyiapkan benih merupakan kompetensi yang

sangat penting untuk menunjang tujuan hasil produksi agar tetap optimal.

Menurut hasil observasi yang dilakukan melalui metode wawancara

dengan guru mata diklat, selama ini peserta didik kesulitan dalam memahami

konsep-konsep yang ada pada materi kompetensi benih yang disampaikan

oleh pendidik. Kesulitan ini disebabkan oleh kemampuan siswa dalam

menyerap dan memahami materi pelajaran serta cara mereka untuk belajar

berbeda-beda sehingga mempengaruhi prestasi belajarnya, selain kesulitan

(8)

kompetensi menyiapkan benih juga kurang menarik karena pembelajaran

yang biasa digunakan adalah pembelajaran berbasis produksi sehingga

diperlukan alternatif pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa agar

siswa dapat lebih mudah dalam memahami materi pelajaran.

Agar siswa dapat memahami materi dengan baik, maka siswa dituntut

untuk menggunakan pola pikir yang terstruktur dan sistematis melalui

tahap-tahap pemecahan yang tepat. Hal ini sejalan dengan penggunaan model

pembelajaran berbasis masalah. Sesuai dengan permasalah yang ada maka

peneliti memandang perlu untuk meneliti tentang “Penerapan Pembelajaran

Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada

Kompetensi Menyiapkan Benih Sayuran (Studi kasus pada siswa kelas XI

Jurusan Agrobisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura SMKN 2

Subang)”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, muncul beberapa masalah yang

memperkuat alasan mengapa permasalahan tersebut diangkat untuk diteliti.

Maka peneliti mengidentifikasikan permasalahan yang ada yaitu sebagai

berikut:

1. Rendahnya hasil belajar karena kurangnya penguasaan materi oleh

siswa dengan rata-rata 70,00.

2. Peserta didik kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang ada

(9)

Jubaidah Sitompul, 2012

3. Cara belajar siswa yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi

prestasi belajar siswa.

4. Diperlukan pembelajaran yang tepat untuk kegiatan

belajar-mengajar. Pembelajaran berdasarkan masalah dapat digunakan oleh

siswa agar mempunyai pola pikir yang terstruktur dan sistematis

melalui tahap-tahap pemecahan masalah yang tepat.

1.3Batasan Masalah

Untuk menghindari penyimpangan tujuan dan penelitian menjadi lebih

terarah, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model Pembelajaran

Berbasis Masalah pada kelas XI APTN (Agrobisnis Produksi

Tanaman Pangan dan Hortikultura).

2. Penerapan pembelajaran berbasis masalah hanya diterapkan pada

kompetensi menyiapkan benih kelas XI APTN (Agrobisnis

Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura) di SMK Negeri 2

Subang.

3. Hasil belajar siswa adalah nilai dari pretest dan posttest kompetensi

menyiapkan benih sayuran.

4. Aktivitas siswaadalah hasil observasi dari setiap siklus

pembelajaran berbasis masalah pada standar kompetensi

menyiapkan benihpada kelas XI APTN (Agrobisnis Produksi

(10)

5. Observasi guru merupakan keterlaksanaan sintaks pembelajaran

berbasis masalah sesuai dengan lembar observasi.

1.4Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

kompetensi menyiapkan benih kelas XI APTN (Agrobisnis Produksi

Tanaman Pangan dan Hortikultura) SMK Negeri 2 Subang.

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam

melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan sebuah alternatif

pada pembelajaran yang diharapkan dapat digunakan oleh guru di SMK

Pertanian untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan khusus dari

penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran

berbasis masalahdapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi

menyiapkan benih kompetensi menyiapkan benih kelas XI APTN

(Agribisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura) di SMK Negeri 2

(11)

Jubaidah Sitompul, 2012 1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Teoritis

Memberikan gambaran umum tingkat efektifitas penerapan

pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar

pada kompetensi menyiapkan benih sayuran.

2. Praktis

a. Dapat memberikan masukan kepada praktisi pendidikan

khususnya guru pengajar, jika hasil penelitian ini

menunjukkan penerapan model pembelajaran berbasis masalah

dapat meningkatkan hasil belajar pada kompetensi menyiapkan

benih sayuran.

b. Peneliti mengharapkan, siswa lebih kritis dalam menanggapi

masalah yang terjadi dilapangan. Penelitian ini diharapkan

(12)

1.7Struktur Organisasi

Struktur organisasi dalam penulisan skripsi tentang pembelajaran

berbasis masalah diuraikan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah,

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang KTSP SMNK 2 Subang, Tujuan lulusan SMKN 2 Program

Studi APTN, Struktur Kurikulum SMKN 2 Subang, Belajar dan

Pembelajaran, Pembelajaran berbasi Masalah, Tujuan Pengajaran

Pembelajaran Berbasis Masalah, Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis

Masalah, Hasil Belajar, Menyiapkan Benih, Persemaian, Media Semai.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang Rencana Penelitian, Desain Penelitian, Metode dan Prosedur

Penelitian, Sumber Data, Defenisi Operasional, Instrumen Penelitian,

Validasi Instrumen, Teknik Pengumpulan dan Analisis Data, Validitas Data

dan Jadwal Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang data Hasil Penelitian, Pembahasan Penelitian

BAB V KASIMPULAN DAN SARAN

(13)

Jubaidah Sitompul, 2012

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Pelaksanaan Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2

Subang Kecamatan Pagaden Kebupaten Subang Jawa Barat.

3.1.2 Subjek Penelitian

Subjek Penelitian adalah siswa kelas XI SMK Negeri 2 Subang jurusan

Agroindustri Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan jumlah siswa

23 orang.

3.2Desain Penelitian

Menurut Ebbutt dalam Kunandar (2011) pengertian PTK adalah

Kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh

sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,

berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tersebut.

Beberapa alasan pemilihan metode penelitian dengan menggunakan

PTK adalah hal pertama dikernakan PTK sangat kondusif untuk membuat

guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya.

Kedua, PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi lebih

professional dalam kegiatan proses KBM. Ketiga, dengan melaksanakan

tahap-tahap dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran

melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.

(14)

Keempat, pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang pengajar

(guru), karena tidak perlu meninggalkan kelas pada saat KBM berlangsung.

Kelima, dengan melaksanakan PTK pengajar menjadi lebih kreatif karena

selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi

dan adaptasi berbagai teori dan taknik pembelajaran serta bahan ajar yang

dipahaminya Rancangan penelitian yang akan digunakan mengacu pada

model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart.Diagram Alur

PTK modifikasi dari berbagai sumber dapat dilihat pada Gambar 3.1

Analisis data dan pembuatan laporan

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaan

Siklus I

Siklus II

Perencanaan

Siklus III

Pengamatan

(15)

Jubaidah Sitompul, 2012 3.3Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan adalah prosedur PTK yang terdiri

dari 4 tahap yaitu, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan/observasi dan refleksi. Refleksi dalam setiap siklus dilakukan

setiap siklus. Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan

siswa saat standar kompetensi menyiapkan benih sayuran dengan penerapan

model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

a. Perencanaan Tindakan (Plan)

Peneliti melakukan perencanaan penelitian yang akan dilakukan di

SMK Negeri 2 Subang yang dimulai dari mengidentifikasi masalah

kemudian membuat rencana kegiatan pembelajaran berdasarkan

analisis masalah yang didapat.Perencanaan tindakan yang

dilakukan mencakup melakukan perencanaan secara sistematis dan

terperinci terhadap perlakuan yang dilakukan kepada peserta didik,

yang meliputi menentukan tempat dan objek penelitian,

merundingkan mitra dan kolaborator, perencanaan persiapan siswa,

mempersipkan masalah, merancang situasi masalah pembuatan

RPP, mempersiapakan fasilitas dan sarana pendukung yang

diperlukan setiap siklusnya, menyusun pedoman observasi dan

merencanakan tindakan perbaikan yang akan dilakukan untuk

memperbaiki tindakan yang kurang pada siklus sebelumnya.

Penelitian dilaksanakan dengan III siklus, dimana standar

(16)

menggunakan 2 kompetensi dasar yaitu Mengidentifikasi benih

dormansi untuk siklus I dan menguji daya kecambah benih untuk

siklus II dan III. Metode yang digunakan dalam setiap siklusnya

adalah menggunakan metode diskusi kelompok untuk

menyelesaikan masalah yang diajukan.

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Tindakan merupakan tahap implementasi dari berbagai rencana

dan kegiatan praktis yang telah dirancang pada tahap sebelumnya

(perencanaan) dan merupakan tindakan yang terkontrol secara

seksama.Tindakan yang akan dilakukan sesuai tahap pembelajaran

berbasis masalah yaitu dengan 5 tahap yang meliputi, orientasi

siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,

bimbingan penyelidikan individual maupun kelompok,

mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan menganalisis

serta mengevaluasi proses pemecahan masalah.

1. Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilakukan dengan penyampaian materi dasar

menyipkan benih yang kemudian dilanjutkan dengan pengajuan

beberapa masalah yang sering terjadi dilapangan dengan

memberikan beberapa gambar benih dormansi. Setelah pengajuan

masalah kemudian siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok

kecil yang yang terdiri dari 4 kelompok dimana setiap kelompok

(17)

Jubaidah Sitompul, 2012

permasalahan yang sama yaitu membahas tentang penyebab benih

dormansi serta dampak benih dormansi bila di tanam langsung

tanpa perlakuan. Untuk mempermudah siswa dalam memecahkan

masalah peneliti menyediakan beberapa jenis benih untuk

didentifikasi dan dilakukan eksperimen untuk memecahkan

masalah kemudian dilakukan persiapan hasil karya sebagai hasil

dari pemecahan masalah yang ditemukan kemudian

dipresentasikan dan disimak oleh kelompok lain untuk

memberikan komentar sesuai pemikiran mereka masing-masing.

Tahap-tahap yang dilakukan sesuai dengan sintaks pembelajaran

berbasis masalah sebagai berikut :

 Kegiatan pendahuluan diawali dengan membuka pelajaran

dengan salam, berdoa, memberikan pretest dan

memberikan gambaran materi.

 Orientasi siswa pada masalah dimulai dengan menjelaskan

Dormansi secara umum dan memberikan beberapa contoh

benih dormansi dengan gambar untuk memunculkan

masalah.

 Mengorganisasikan siswa. Guru membantu siswa membuat

kelompok dan mengidentifikasi tugas belajar terkait dengan

(18)

 Membantu investigasi kelompok. Guru memdukung siswa

untuk mendapatkan informasi yang tepat, melakukan

diskusi dan menganalisi masalah dan solusi.

 Mengembangkan dan mempresentasikan hasil diskusi.

Guru membantu siswa untuk menyiapkan hal-hal yang

perlu disampaikan saat presentasi, membuat laporan

sederhana.

 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah. Guru membantu siswa melakukan refleksi

terhadap investigasi yang mereka lakukan, meluruskan

solusi yang kurang tepat dan membantu siswa untuk

menarik kesimpulan.

 Selama kegiatan berlangsung observer yaitu guru produktif

mencatat segala kegiatan yang ditemukan dalam

pembelajaran dan mengisi lembar observasi baik lembar

observasi kemampuan guru mengelolah sintaks

pembelajaran berbasis masalah maupun lembar observasi

hasil belajar siswa pada penerapan pemebelajaran berbasis

masalah siswa pada saat KBM.

Pada tahap akhir tindakan dilaksanakan post tes untuk

mengetahui hasil belajar yang telah dicapai siswa. Proses

pembelajaran yang lebih lengkap dapat dilihat dalam

(19)

Jubaidah Sitompul, 2012 2. Siklus II

Pelaksanaan siklus II hampir sama dengan siklus I yaitu

pemecahan masalah dengan menggunakan metode diskusi

kelompok. Materi yang disampaikan yaitu pengujian daya

kecambah benih. yang diawali dengan penjelasan materi secara

umum dan pengajuan masalah dalam bentuk gambar-gambar untuk

dipecahkan dan dianalisis. Setiap kelompok berdiskusi

memecahkan masalah yang ada dengan menggunakan bantuan

buku sumber dari perpustakaan dan dari internet. Kemudian siswa

menyiapkan hasil karya yang dibantu oleh guru dan

mempresentasikan hasil pemecahan masalah dan menarik

kesimpulan bersama-sama.

3. Siklus III

Pembelajaran pada siklus III menggunakan materi yang sama

dengan siklus ke II yaitu menguji daya kecambah benih, dalam

siklus ini guru tidak menjelaskan materi tetapi dengan menunjukan

beberapa substrat yang digunakan dalam menguji daya kecambah

benih. Pada tahap ini guru lebih fokus pada penyempurnaan

(20)

c. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan (observasi) dilakukan agar mendukung seluruh hasil

penelitian. Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan. Selain itu, dalam pengamatan dilakukan

juga analisis. Peneliti akan melakukan analisa berdasarkan

pengamatan seluruh pelaksanaan tindakan. Dalam melakukan

observasi peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran

sebagai observer untuk mengamati seluruh proses belajar mengajar

setiap siklusnya. Lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran 3.

Hasil observasi dalam penelitian ini ialah data yang

terdokumentasikan secara langsung selama kegiatan pembelajaran

baik dari siklus I, II da III melalui pengamatan observer sesuai

panduan lembar observasi yang sudah disediakan. Berdasarkan

hasil observasi maka peneliti melakukan diskusi dengan observer

untuk meminta masukan-masukan dalam rangka memperbaiki

untuk siklus berikutnya.

d. Analisis dan Refleksi

Kegiatan refleksi adalah puncak kegiatan penelitian, pada kegiatan

refleksi peneliti mempelajari seluruh hasil penelitian.Dalam tahap

ini penulis akan menganalisa dan menginterpretasikan data dari

hasil observasi, apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai

target yang telah ditentukan atau belum, sehingga dapat ditentukan

(21)

Jubaidah Sitompul, 2012

Refleksi merupakan sarana untuk mengkaji ulang terhadap

tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap subyek

penelitian yang telah dicatat dalam pengamatan. Berdasarkan hasil

pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas

kegiatan dan observasi yang dilakukan. Peneliti memperbaiki

proses pembelajaran yang dianggap kurang pada siklus

sebelumnya. Hal-hal yang diperbaiki diantaranya cara

meningkatkan motivasi, pengelolaan waktu pembelajaran, interaksi

dengan siswa.

3.4Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yakni

siswa, guru, dan teman sejawat serta kolaborator.

1. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa dalam

proses belajar mengajar.

2. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implemetasi pembelajaran

berbasis masalah dan hasil belajar siswa dalam proses

(22)

3.5Defenisi Operasional

Guna menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis

menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah menurut Trianto (2011:89) adalah

interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah

belajar dan lingkungan. lingkungan memberi masukan kepada lingkungan

memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan

sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga

masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari

pemecahannya dengan baik. Pembelajaran berbasis masalah yang digunakan

dalam penelitian ini adalah membahas permasalahan yang terjadi dilapangan

yang relevan dengan kompetensi menyiapkan benih.

Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Sudjana

(2001:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dimaksud disini adalah perubahan

sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengalami

(23)

Jubaidah Sitompul, 2012 3.6Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar Observasi

Lembar obsevasi dapat dilihat pada Lampiran 3, observasi merupakan

suatu pengamatan yang dilakukan dengan teliti secara sistematis untuk

tujuan tertentu, untuk mempermudah proses observasi maka peniliti

menggunakan lembar observasi. Observasi dilaksanakan untuk melihat

aktivitas siswa serta sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran

berbasis masalah dalam kegiatan pembelajaran. Observasi dimulai

dengan tiga tahap yaitu : observasi deskriptif pada tahap ini peneliti

masuk kedalam situasi sosial dan dengan membawa masalah yang

akan diteliti, observasi terfokus pada tahap ini observasi sudah

dipersempit dan untuk difokuskan pada aspek tertentu dan observasi

terseleksi pada tahap ini peneliti sudah mengurai fokus yang

ditemukan secara terperinci. Penelitian ini menggunakan observasi

untuk mencatat aktivitas siswa, aktivitas guru dan mencatat kegiatan

selama pembelajaran berlangsung. Keuntungan yang dapat diperoleh

melalui teknik observasi adalah dapat memperoleh data mengenai

(24)

2.Tes

Tes adalah sebuah alat atau prosedur sistematik bagi pengukuran

sebuah contoh perilaku. Tes yang dilakukan terbagi menjadi 2 (dua)

yaitu pretest yang dilakukan sebelum penerapan pembelajaran dan post

test dilaksanakan setiap akhir pembelajaran. Hal ini dimaksudkan

untuk mengukur hasil belajar yang diperoleh siswa setelah pemberian

tindakan. Test yang diberikan berbentuk esai (uraian) yang

memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan. Untuk menentukan

kriteria soal, apakah soal itu termasuk soal mudah, sedang, atau sukar

maka digunakan judgement ahli dari guru mata pelajaran. Butir soal

dalam setiap sikllusnya terdiri dari 5 butir soal setiap siklusnya

sehingga total seluruh soal adalah 15 soal, soal ini bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah

dipelajari, soal tes dapat dilihat pada Lampiran 2 dan lembar

jadgement dapat dilihat pada Lampiran 6.

3.7Validasi Instrumen

Validasi instumen Pada penelitian ini, menggunakan judgement expert

(validasi pakar) dalam menentukan validasi instrument yang digunakan.

validasi pakar adalah validasi kepada para ahli (expert judgement) mengenai

instrumen yang akan diujikan kepada para siswa untuk memperoleh data. Ahli

yang dilibatkan dalam validasi model evaluasi ahli dalam bidang evaluasi

(25)

Jubaidah Sitompul, 2012

yang digunakan. Sebelum instrumen digunakan untuk mengukur, peneliti

terlebih dahulu melakukan diskusi dan meminta masukan kepada para ahli,

sehingga instrument tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang harus

diukur.

3.8 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

a. Teknik Pengumpulan

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik observasi dan tes. Data yang diperoleh dengan tehnik

observasi dan tes tersebut dikumpulkan secara bertahap pada setiap

pelaksanaan pembelajaran atau setiap siklus.

b. Analisis Data

Penulis menggunakan beberapa teknik dalam mengolah data untuk

memperoleh data yang sama. Data yang diperoleh dari hasil pretest

dan postest dihitung untuk mengetahui nilai Normal Gain, hal ini

dilakukan untuk melihat ada atau tidak peningkatan hasil belajar

siswa setelah penerapan Pembelajaran Berbasis masalah, dengan

(26)

Skala nilai yang digunakan pada data N-gain terdapat pada Tabel

3.1 berikut:

Tabel 3.1 Kriteria NormalizedGain

Skor Kriteria

<g>≤ 0,70 Tinggi

0,70 <<g>≤ 0,30 Sedang

<g>< 0,30 Rendah

Observasi guru

Menjumlahkan indikator keterlaksanaan pembelajaran

pembelajaran berbasis masalah yang terdapat pada lembar

observasi, lembar obsevasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Lembar

observasi yang telah diamati oleh observer dihitung dengan cara:

Skor = � �

Menginterpretasikan nilai hasil observasi dengan Tabel 3.2.

Tabel 3.2Kriteria Observasi Guru

Interval Kategori

3.5 - 4,0 Baik sekali

2,5 - 3,4 Baik

1,5 – 2,4 Cukup

< 1,5 Kurang

Menghitung presentasi keterlaksanaan dengan rumus sebagai

berikut:

(27)

Menghitung observasi aktivitas siswa pada penerapan

pembelajaran berbasis masalah. Observasi keaktifan siswa dapat

dilihat pada Lampiran 3.

Menjumlahkan keterlaksanaan indikator observasi aktivitas siswa

pada penerapan pembelajaran berbasis masalah, lembar observasi

yang telah diamati oleh observer dengan cara:

Skor = � �

Menginterpretasikan nilai hasil observasi dengan Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Observasi Siswa

Interval Kategori

3.5 - 4,0 Baik sekali

2,5 - 3,4 Baik

1,5 – 2,4 Cukup

< 1,5 Kurang

Menghitung persentasi keterlaksanaan dengan rumus sebagai

berikut:

(28)

3.9 Validasi Data

Untuk menguji kebenaran penelitian PTK, maka setiap data yang

diperoleh keabsahannya. Pengecekkan keabsahan data pada penelitian ini

adalah dengan cara Member Cek.

a. Members Check

Members check yaitu mengecek kebenaran dan kesahihan

data temuan dengan cara mengkonfirmasikan dengan sumber data.

Dalam proses ini, data atau informasi tentang keseluruhan

pelaksanaan tindakan yang diperoleh peneliti utama dan peneliti

mitra dikonfirmasi kebenarannya kepada guru kelas melalui

diskusi balikan (refleksi kolaboratif) pada setiap akhir pelaksanaan

(29)

Jubaidah Sitompul, 2012 3.10 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian yang telah dilakukan apat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian

NO. KEGIATAN

MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusunan Proposal

2. Bimbingan Proposal

3. Pembuatan instrument

4. Seminar I (Proposal)

5. Revisi Proposal

6. Pengumpulan Data

7. Seminar II/Hasil Penelitian

8. Revisi Seminar hasil

9. Bimbingan Skripsi

10. Penulisan Naskah Skripsi

11. Ujian Sidang Skripsi

(30)
(31)

Jubaidah Sitompul, 2012

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil

disimpulkan sebagai berikut :

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil

belajar siswa XI jurusan Agrobisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura

(APTN) pada kompetensi menyiapkan benih di SMK Negeri 2 Subang.

Metode penelitian yang digunakan ialah metode Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yang dilaksanakan selama tiga siklus. Tahapan penelitian metode yang

digunakan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi serta

refleksi.

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini terlihat dari naiknya nilai rata-rata

kelas dari siklus ke siklus. Rata-rata nilai pada siklus I sebesar 62,04, siklus II

72,27 dan siklus III 85,22. Peningkatan hasil belajar setelah mengalami

pembelajaran terlihat dari nilai rata-rata N gain dari nilai pre tes ke nilai post

tes. Peningkatan hasil belajar pada siklus I sebesar 0,44 atau masuk dalam

kategori sedang. Siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,61 akan tetapi

masih termasuk kedalam kategori sedang. Siklus ketiga mengalami

peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 1 dan masuk ke dalam

(32)

peningkatan dari siklus ke siklus, siklus I 18,18%, siklus II 54,45% dan siklus

III 95,45%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kajian terhadap penerapan model pembelajaran

berbasis masalah. Peneliti mengemukakan beberapa saran diantaranya

sebagai berikut:

1. Diharapkanpenelitianpembelajaranberbasismasalahinidapatdikembangka

ndenganmenambahkompetensi dan indikatorpenelitianlainnya.

2. Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran berbasis masalah yang telah

dilakukan ada baiknya jika pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru

(33)

Jubaidah Sitompul, 2012

DAFTAR PUSTAKA

Anni C.T.(2004). Psikologi Belajar, Semarang: UPT UNNES.

Arikunto. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi aksara

Cahyono B. (2003). Timun. Semarang: Aneka Illmu

Desai et al. (1997). Dalam jurnal Pengaruh Perlakuan Benih Secara Hayati Pada Benih Padi Terinfeksi Xanthomonas Oryzae Pv. Oryzae Terhadap Mutu Benih Dan Pertumbuhan Bibit [0nline].Tersedia: http://www.searchqu.com. diunduh pada tanggal 23 Januari 2012 pukul 19.40.

Handayani, S dan Sapir. (2009). Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar, Hasil Belajar dan Respon Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Malang. JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009.

Howey, K.R., et al. 2001. Contextual Teaching and Learning Preparing Teacher to Enhance Student Succes in The Work Place and Beyond. Washinton: Eric Clearinghouse on Teaching and Teacher Education.

Kemmis, S., & McTaggart, R. (1988). The action research planner (3rded).

Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Grafindo Persada.

Pelupessi L. (2007). Teknik Semai. Pelatihan Penanaman Hutan di Maluku &

Maluku Utara – Ambon. Ambon. [0nline].Tersedia:

http://www.searchqu.com. diunduh pada tanggal 19 Januari 2012 pukul 13.33.

Rusman. (2001). Mendesain Model-Model Pemebelajaran. Jakarta: Grafindo Persada.

(34)

Sudjana. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja rosdakarya

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfa Beta

Supardi dkk.2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi aksara

SutopoL. (2004). TeknologiBenih. Jakarta: Rajawali.

Tim Penyusun. (2012). KTSP SMK N 2 Subang. Subang.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Univesity Press UPI

Gambar

Gambar 3.1  Diagram Alur Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.2Kriteria Observasi Guru
Tabel 3.3 Kriteria Observasi Siswa
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

dengan good corporate governance saat ini yang dapat digunakan adalah. Corporate Governance Perception Index

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah

Berdasarkan pengepasan pola survival penduduk Pulau Sumatera yang dilakukan terhadap fungsi survival Makeham dan fungsi survival ME, diperoleh perbandingan antara

Giafik Persen Aktivitas Fraksi Etil Asetat Biji, Serabut Buah, dan Daging Buah dari Pare Putih dan Hijau dibandingkan dengan Kontrol Positif Vitamin c, BHT,

beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap dan sempurna, serta menghubungkan kejadian-kejadian dalam urutan yang wajar serta logis. Hubungan antara

yang memiliki pasien skizofrenia seperti Pendamping utama akan mengalami adanya informasi atau psikoedukasi tentang kesulitan untuk menentukan dengan tepat skizofrenia

Jika sekarang massa balok diwakilkan pada 2 titik masing-masing dengan massa ‘m’ dan ‘2m’ seperti pada gambar di bawah ini, dan kemudian ditempatkan 2 mesin pada kedua

Dari suatu barisan aritmatika, suku ketiga adalah 36, jumlah suku kelima dan ketujuh adalah 144.. Jumlah sepuluh suku pertama deret tersebut