• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN MAPLE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN MAPLE."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

iv

Hal.

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ……….. iv

DAFTAR TABEL ……….. vi

DAFTAR GAMBAR ………. ix

DAFTAR DIAGRAM ……… x

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ……… 12

E. Definisi Operasional ………….……… 12

F. Hipotesis ……… 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 15

A. Pemahaman Matematis ……... 15

B. Komunikasi Matematis ... 19

C. Pembelajaran Kooperatif ... 23

D. Pembelajaran Berbantuan Maple ... 30

E. Pembelajaran Konvensional ... 37

F. Teori Belajar yang mendukung ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ..……… 43

A. Disain Penelitian ……….. 43

B. Populasi dan Sampel Penelitian ….…..……….. 44

C. Instrumen Penelitian ……..……….………. 44

D. Pengembangan Bahan Ajar ………...…….…. 52

E. Teknik Analisis Data ….………. 52

(2)

v

A. Analisis Data Kemampuan Pemahaman Matematis ....…… 58

B. Analisis Data Kemampuan Komunikasi Matematis ……… 72

C. Analisis Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis pada Siswa Level Tinggi, Level Sedang dan Level Rendah ………... 85

D. Analisis Sikap Siswa ….………... 106

E. Pembahasan ………...….………... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... ..…… 115

A. Kesimpulan ……….. 115

B. Saran ……..………..………. 117

DAFTAR PUSTAKA .………. 118

(3)

vi

Hal. Tabel 2.1 Pedoman Pemberian Skor perkembangan individu …………. 29 Tabel 2.2 Kriteria untuk Penghargaan Kelompok ... 30 Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Pemahaman Matematis ... 45 Tabel 3.2 Kriteria Penskoran pemahaman Matematis Berdasarkan

Grafik atau Tabel ………. 45

Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Komunikasi Matematis …..…………...… 46 Tabel 3.4 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Kemampuan Pemahaman

Matematis ………....………. 50

Tabel 3.5 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Kemampuan Komunikasi

Matematis ………....………. 51

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Pemahaman Matematis. ……….…... 58 Tabel 4.2 Rata-rata Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Pemahaman

Matematis ...………... 59 Tabel 4.3 Uji Normalitas Pretes Pemahaman Matematis ………. 61 Tabel 4.4 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Pemahaman Matematis …….. 62 Tabel 4.5 Uji Normalitas Postes Pemahaman Matematis ……… 63 Tabel 4.6 Uji Perbedaan Rata-rata Postes Pemahaman Matematis ……. 65 Tabel 4.7 Rata-rata Gain Kemampuan Pemahaman Matematis ……….. 66 Tabel 4.8 Uji Normalitas Gain Kemampuan Pemahaman Matematis .… 67 Tabel 4.9 Uji Homogenitas Gain Kemampuan Pemahaman Matematis .. 68 Tabel 4.10 Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kemampuan Pemahaman

Matematis ………. 70

Tabel 4.11 Uji Lanjutan Perbedaan Rata-rata Gain Kemampuan Pemahaman Matematis ………...…….……… 71 Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Komunikasi

(4)

vii

Matematis ...………... 73 Tabel 4.14 Uji Normalitas Pretes Komunikasi Matematis ………. 75 Tabel 4.15 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Komunikasi Matematis …….. 76 Tabel 4.16 Uji Normalitas Postes Komunikasi Matematis ……… 77 Tabel 4.17 Uji Perbedaan Rata-rata Postes Komunikasi Matematis ……. 78 Tabel 4.18 Rata-rata Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ……….. 79 Tabel 4.19 Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis .… 80 Tabel 4.20 Uji Homogenitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis .. 81 Tabel 4.21 Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis ………. 83

Tabel 4.22 Uji Lanjutan Perbedaan Rata-rata Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ………..….……… 83 Tabel 4.23 Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Gain Pemahaman dan

Komunikasi Matematis Level Tinggi, Sedang dan Rendah …. 86 Tabel 4.24 Uji Homogenitas Gain Kemampuan Pemahaman Matematis

pada Siswa Level Tinggi ………...………... 87 Tabel 4.25 Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kemampuan Pemahaman

Matematis pada Siswa Level Tinggi ………...……. 88 Tabel 4.26 Uji Lanjutan Perbedaan Rata-rata Gain Pemahaman Pada

Level Tinggi ………. 89

Tabel 4.27 Uji Homogenitas Gain Kemampuan Pemahaman Matematis pada Siswa Level sedang …...………...………... 90 Tabel 4.28 Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kemampuan Pemahaman

Matematis pada Siswa Level Sedang ...………...……. 92 Tabel 4.29 Uji Lanjutan Perbedaan Rata-rata Gain Pada Level sedang … 92 Tabel 4.30 Uji Homogenitas Gain Kemampuan Pemahaman Matematis

pada Siswa Level Rendah ..………...………... 94 Tabel 4.31 Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kemampuan Pemahaman

(5)

viii

Level Rendah ………... 96

Tabel 4.33 Uji Homogenitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa Level Tinggi ………...………... 97 Tabel 4.34 Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Siswa Level Tinggi ………...……. 98 Tabel 4.35 Uji Lanjutan Perbedaan Rata-rata Gain Komunikasi Pada

Level Tinggi ………. 99

Tabel 4.36 Uji Homogenitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa Level sedang …...………...………... 101 Tabel 4.37 Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Siswa Level Sedang ...………...……. 102 Tabel 4.28 Uji Lanjutan Perbedaan Rata-rata Gain Pada Level sedang … 103 Tabel 4.39 Uji Homogenitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis

pada Siswa Level Rendah ..………...………... 105 Tabel 4.40 Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Siswa Level Rendah ..………...……. 106 Tabel 4.41 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif Berbantuan

(6)

ix

Hal.

Gambar 2.1 Tutor Metode Pendiferensialan dalam Maple ……… 32

Gambar 2.2 Tampilan Grafik Fungsi pada Maple ………. 34

Gambar 2.3 Tampilan Maplet Builder ………….………. 34

Gambar 2.4 Contoh Hasil Rancangan dengan Maplet ………... 35

(7)

x

Hal. Diagram 4.1 Rata-rata Pretes dan Postes Kemampuan pemahaman

matematis ………... 60

Diagram 4.2 Rata-rata Gain Kemampuan pemahaman matematis ……. 66 Diagram 4.3 Rata-rata Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi

matematis ………... 74

Diagram 4.4 Rata-rata Gain Kemampuan Komunikasi matematis ……. 79 Diagram 4.5 Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Gain Pemahaman

(8)

xi

Hal. A. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN LEMBAR

KEGIATAN SISWA

1. Silabus Bahan Ajar... 123

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen 1 ... 125

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen 1 ... 129

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III Kelas Eksperimen 1 ... 133

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV Kelas Eksperimen 1 ... 137

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen 2 ... 141

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen 2 ... 145

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III Kelas Eksperimen 2 ... 149

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV Kelas Eksperimen 2 ... 153

10. Lembar Kegiatan Siswa I Kelas Eksperimen 1………. 157

11. Lembar Kegiatan Siswa II Kelas Eksperimen 1 .………. 162

12. Lembar Kegiatan Siswa III Kelas Eksperimen 1 ………. 165

13. Lembar Kegiatan Siswa IV Kelas Eksperimen 1 ………. 170

14. Lembar Kegiatan Siswa V Kelas Eksperimen 1 .………. 175

15. Lembar Kegiatan Siswa VI Kelas Eksperimen 1 ………. 180

16. Lembar Kegiatan Siswa VII Kelas Eksperimen 1 ……… 184

17. Lembar Kegiatan Siswa I Kelas Eksperimen 2………. 187

18. Lembar Kegiatan Siswa II Kelas Eksperimen 2 .………. 191

19. Lembar Kegiatan Siswa III Kelas Eksperimen 2 ………. 194

20. Lembar Kegiatan Siswa IV Kelas Eksperimen 2 ………. 198

21. Lembar Kegiatan Siswa V Kelas Eksperimen 2 .………. 202

22. Lembar Kegiatan Siswa VI Kelas Eksperimen 2 ………. 206

(9)

xii

1. Kisi-kisi Soal Kemampuan Pemahaman Matematis ... 213

2. Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis …………... 214

3. Kunci Jawaban Kemampuan Pemahaman Matematis …………. 215

4. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 217

5. Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 218

6. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematis …….. 220

7. Kisi-kisi Skala Sikap Siswa ………... 223

8. Skala Sikap Siswa ………... 224

C. HASIL UJI COBA SOAL 1. Skor Uji Coba Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis … 226 2. Skor Uji Coba Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis … 227 3. Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemahaman Matematis …….………... 228

4. Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis …….………... 232

D. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN 1. Skor Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ………... 236

2. Skor Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ………... 247

3. Skor Siswa Level Tinggi, sedang dan Rendah ……… 258

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk menuju kearah hidup yang lebih baik. Agar tujuan pendidikan bisa tercapai dengan seoptimal mungkin, maka guru sebagai pendidik dituntut untuk selalu mengembangkan proses pembelajaran agar sesuai dengan kondisi dan zaman sekarang. Perubahan orientasi pendidikan dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian menuntut para guru untuk lebih kreatif dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Guru dituntut mampu menggeser penekanan kegiatan pembelajaran dari “apa bahan yang akan dipelajari siswa” ke “bagaimana membelajarkan kompetensi dan memperkaya pengalaman belajar siswa”.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengembangkan program pendidikan yang berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir. Pengembangan kemampuan tersebut antara lain dapat dilakukan melalui matematika yang secara substansial dapat mendorong pengembangan kemampuan berpikir siswa. Karena konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks, sehingga memerlukan kemampuan berpikir matematis yang baik untuk mengatasinya.

(11)

dikomunikasikan atau disampaikan dengan bahasa matematika, serta banyak masalah yang dapat disajikan ke dalam model matematika. Selain itu, dengan mempelajari matematika seseorang terbiasa berpikir secara sistematis, ilmiah, menggunakan logika, kritis, serta dapat meningkatkan daya kreativitasnya. Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa matematika itu penting baik sebagai alat bantu, sebagai ilmu (bagi ilmuwan), sebagai pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap. Banyak perhatian yang difokuskan pada pemahaman siswa terhadap konsep dan juga pada keterampilan berpikir, penalaran, dan penyelesaian masalah dalam matematika (Henningsen dan Stein, 1997).

(12)

siswa sekolah menengah memiliki kemampuan analisis matematis yang rendah, hal

ini disebabkan karena rendahnya pemahaman matematika siswa. Permasalahan ini merupakan tantangan yang harus segera diatasi dan dicari solusi bagaimana agar pembelajaran matematika lebih menarik dan simpel sehingga dapat menarik minat siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya.

Dari uraian di atas tampak bahwa perlu diupayakan pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa. Disamping itu, pembelajaran matematika yang diberikan harus dapat mengasah siswa agar mereka memiliki kemampuan dasar dalam matematika, siswa mampu menyelesaikan masalah, menemukan dan mengkomunikasikan ide-ide yang muncul dalam benak siswa. Sumarmo (2006) mengemukakan bahwa kemampuan dasar matematika yang diharapkan dimiliki siswa pada setiap jenjang sekolah, dapat

diklasifikasikan dalam lima standar yaitu kemampuan: (1) mengenal, memahami dan

menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan ide matematika, (2) menyelesaikan

masalah matematik (mathematical problem solving), (3) bernalar matematik

(mathematical reasoning), (4) melakukan koneksi matematik (mathematical

connection), dan (5) komunikasi matematik (mathematical communication). Untuk itu dalam pembelajaran matematika diharapkan siswa memiliki kemampuan pemahaman dan kemampuan komunikasi matematis yang baik.

(13)

kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan ide-ide matematisnya. Pimm (1996) menyatakan bahwa anak-anak yang diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan baik di saat mereka saling mendengarkan ide yang satu dan yang lain, mendiskusikannya bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya. Ternyata mereka belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka.

(14)

1. Teknologi dapat digunakan untuk management. Dalam hal ini untuk memindahkan data pengetahuan atau arsip siswa dari bentuk buku ke dalam bentuk elektronik. Hal ini dimungkinkan untuk mempercepat proses pencarian arsip data siswa dan materi pembelajaran.

2. Teknologi dapat berperan sebagai alat komunikasi. Guru dan siswa dapat melakukan pembelajaran jarak jauh, dengan menggunakan telekonfrens, atau dengan menggunakan millinglist. Guru dapat mengatur jadwal pembelajaran tidak hanya di dalam kelas tapi juga diluar kelas. Siswa dapat bertanya atau berbagi informasi dengan temannya melalui kelompok milinglist.

3. Teknologi dapat berperan sebagai alat evaluasi. Dengan menggunakan teknologi berupa internet, kita dapat melihat bagaimana sistem pendidikan di sekolah lain. Dengan melihat itu guru atau pakar pendidikan di sekolah tersebut dapat melakukan evaluasi terhadap mutu pendidikan di sekolahnya. 4. Teknologi dapat digunakan sebagai alat bantu memotivasi. Teknologi berupa

komputer dapat melakukan pembelajaran yang berulang tanpa merasa bosan. Siswa tidak perlu merasa malu untuk terus mengulang materi yang mereka anggap kurang dipahami. Siswa dapat terus belajar sampai mereka merasa benar-benar menguasi materi tersebut, sifat komputer yang tidak merasa jenuh dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

(15)

yaitu memberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi terhadap konsep-konsep matematika. Hal ini memberikan cara baru merepresentasikan konsep-konsep secara kompleks, dan membuat arti baru untuk siswa dan guru bisa memanipulasi objek-objek yang abstrak dengan tangannya sendiri.

Teknologi yang digunakan dalam dunia pendidikan seperti komputer, kalkulator grafik, televisi dan lain sebagainya disebut dengan ICT. Beberapa penelitian (Kulik, 1985; dan Bangert-Drowns, 1985 dalam Dahlan, 2009) menunjukkan bahwa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran interaktif dengan media komputer mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam matematika, kecepatan siswa dalam penguasaan konsep yang dipelajarinya lebih tinggi, retensi siswa lebih lama, dan sikap siswa semakin positif. Banyak siswa yang kesulitan dalam mempelajari matematika, dapat memperoleh hasil yang lebih baik setelah diberikan perlakuan dengan belajar menggunakan alat-alat ICT dibandingkan siswa yang belajar tanpa menggunakan ICT atau cara tradisional. Program-program komputer sangat tepat untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran konsep-konsep yang menuntut ketelitian yang tinggi, konsep atau prinsip yang perlu disajikan secara repetitif dan penyelesaian dalam tampilan grafik yang cepat dan akurat.

(16)

rata-rata kelasnya). Perlu disiasati dalam pembelajaran adalah siswa pada level tinggi dan pada level rendah. Jika dalam pembelajaran guru menyamaratakan perlakuan kepada siswanya, secara otomatis ada ketimpangan hasil yang diperoleh antara siswa level rendah dan level tinggi. Ketimpangan yang terjadi mungkin saja siswa pada level rendah menjadi bosan karena tidak mengerti apa yang diajarkan gurunya, atau siswa pada level tinggi yang menjadi bosan, karena pembelajaran tersebut tidak dapat mengakomodasi kemampuannya.

Salah satu cara untuk mengatasi perbedaan individual siswa antara lain dengan pembelajaran berbantuan komputer, sebagaimana menururut Glass (Dahlan, 2009), komputer dapat dimanfaatkan untuk mengatasi perbedaan individual siswa, mengajarkan konsep, melaksanakan perhitungan dan menstimulir belajar siswa. Siswa dapat mengatur kecepatan belajarnya disesuaikan dengan tingkat kemampuannya. Mereka dapat mengulang beberapa kali sampai benar-benar menguasai materi yang harus difahaminya. Ini sangat ideal bagi siswa yang tergolong slow learner. Bagi siswa yang kemampuannya tinggi (fast learner), mereka dapat diberi pengayaan (enrichment) sehingga mereka akan merasa tertantang dan mendapat kesempatan untuk melakukan eksplorasi konsep secara lebih mendalam.

(17)

representasi serta memecahkan masalah matematika dengan software yang cukup interaktif (King & Schattschneider dalam Shamatha, 2004).

Beberapa program komputer dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang interaktif dan dinamis. Media pembelajaran yang interaktif dan dinamis yaitu bahwa media tersebut dapat digunakan secara mandiri maupun kelompok serta media tersebut mampu memberikan pemahaman kepada penggunanya atas permasalahan matematika simbolik yang beraneka ragam (Marjuni, 2007). Dengan bantuan programnya, komputer dapat memberi akses pada siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi konsep matematika, sehingga siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik dalam konsep tersebut.

(18)

Kemampuan Maple yang lain adalah adanya fasilitas perancangan program aplikasi berbasis GUI (graphical user interface) yang disebut Maplet yang bekerja dilingkungan java (java runtime environment). Dengan fitur ini user dimungkinkan untuk merancang interface yang lebih menarik dan interaktif. Fasilitas GUI pada software ini cukup mendukung dalam menghasilkan aplikasi-aplikasi yang interaktif , oleh karena itu Selain dalam bidang pendidikan, riset-riset dalam bidang rekayasa juga banyak yang menggunakan software ini sebagai alat bantu pemodelan dan simulasi (Marjuni, 2007). Sebagaimana diungkapkan Karim (2003) bahwa Maple merupakan alat berharga untuk memvisualisasikan prinsip-prinsip matematika, memverifikasi solusi untuk persamaan, mengeksplorasi ide matematika dan mengembangkan modul matematika.

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif berbantuan Maple lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif berbantuan Maple lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?

3. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif berbantuan Maple lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, ditinjau dari siswa level tinggi, level sedang dan level rendah?

4. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif berbantuan Maple lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, ditinjau dari siswa level tinggi, level sedang dan level rendah?

(20)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif berbantuan Maple, siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Menganalisis peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif berbantuan Maple, siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

3. Menganalisis peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif berbantuan Maple, siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, ditinjau dari siswa level tinggi, level sedang dan level rendah.

4. Menganalisis peningkatan kemampuan Komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif berbantuan Maple, siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, ditinjau dari siswa level tinggi, level sedang dan level rendah.

(21)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, pembelajaran dengan bantuan Maple dapat mempermudah dan mempercepat proses komputasi matematis, menyajikan tampilan grafik dan penyajian materi yang interaktif dan menarik.

2. Bagi siswa, dapat dijadikan media eksplorasi menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman matematis dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam menangkap maksud dari penelitian ini, perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan.

1. Pemahaman matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman relasional, yaitu pemahaman atas konsep matematika dimana siswa dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan.

2. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang ditelaah dalam penelitian ini ialah komunikasi tertulis meliputi menulis apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, menjelaskan ide matematika, menulis strategi penyelesaian, membuat gambar atau grafik serta membuat model atau ekspresi matematik untuk pemecahan masalah.

3. Pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah tipe STAD (Student Team Achivement Division) yaitu model pembelajaran yang mendorong siswa

(22)

prestasi yang maksimal. Dalam STAD terdapat lima komponen utama yaitu, presentasi atau penyajian materi kelas, kegiatan kelompok (teams), kuis, skor perkembangan individu, dan penghargaan kelompok. Maple digunakan pada saat sajian awal materi oleh guru dan saat kegiatan kelompok oleh siswa, 4. Maple adalah software komputasi matematis (simbolik) buatan Waterloo

Maple Inc. Dengan kemampuan menangani berbagai komputasi analitis dan numerik, juga memuat pemrograman Maplet sebagai pemrograman berbasis GUI. Pembelajaran dengan Maple digunakan tutorial interaktif, baik yang sudah tersedia dalam Maple, maupun tutorial yang dirancang sendiri.

5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dimana guru menyampaikan materi pelajaran di depan kelas dan siswa hanya mencatat, mendengarkan, bertanya dan mengerjakan soal secara individu maupun secara berkelompok.

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif berbantuan Maple lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

(23)

3. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif berbantuan Maple lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, ditinjau dari siswa level tinggi, level sedang dan level rendah.

(24)

43 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif berbantuan Maple, model kooperatif dan pembelajaran konvensional. Karena adanya manipulasi perlakuan maka metode yang digunakan metode eksperimen.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Pretest-Postest Control Group Design” (Desain Kelompok Pretes-Postes), dan pengambilan

sampel dilakukan secara acak kelas. Tes matematika dilakukan dua kali yaitu sebelum proses pembelajaran, yang disebut pretes dan sesudah proses pembelajaran, yang disebut postes. Secara singkat, disain penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

A O X1 O

A O X2 O

A O O

Keterangan :

A : pengambilan sampel secara acak kelas O : pretes dan postes

(25)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Jurusan IPA SMA Negeri 17 Garut yang tersebar pada 4 kelas, dan yang menjadi sampel penelitian adalah sebanyak tiga kelas yang diambil secara random. Dari ketiga kelas tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kelompok pembelajaran, yaitu kelompok pembelajaran kooperatif berbantuan Maple, pembelajaran kooperatif dan pembelajaran konvensional. Kelas XI IPA 3 dijadikan sebagai kelompok eksperimen 1 dimana diterapkan model pembelajaran kooperatif berbantuan Maple, sedangkan kelas XI IPA 1 dijadikan sebagai kelompok eksperimen 2 dimana diterapkan model pembelajaran kooperatif dan kelas XI IPA 4 dijadikan kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah tes yang merupakan tes untuk mengukur kemampuan pemahaman matematis dan tes untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa. Untuk mengukur peningkatan kemampuan pemahaman dan peningkatan kemampuan komunikasi, tes dilakukan sebanya dua kali yaitu tes awal dan tes akhir.

(26)

Tabel 3.1

Kriteria Penskoran Pemahaman Matematis

Skor Kriteria Jawaban dan Alasan

4 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika secara lengkap, penggunaan istilah dan notasi matematika secara tepat, penggunaan algoritma secara lengkap dan benar.

3 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika secara hampir lengkap, penggunaan istilah dan notasi matematika hampir benar, penggunaan algoritma secara lengkap, perhitungan secara umum benar, namun mengandung sedikit kesalahan.

2 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika kurang lengkap dan perhitungan masih terdapat sedikit kesalahan.

1 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika sangat terbatas dan sebagian besar jawaban masih mengandung perhitungan yang salah.

0 Tidak menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika.

Apabila terdapat siswa dalam menyelesaikan soal untuk mendukung argumentasinya disertai gambar, grafik atau tabel, maka pemberian skornya menggunakan kriteria seperti tertera pada Tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2

Kriteria Penskoran Pemahaman Matematis Berdasarkan Grafik atau Tabel

Skor Kriteria Jawaban dan Alasan

(27)

panduan penskoran rubrik analitik, yaitu memberikan penilaian terhadap aspek-aspek kemampuan komunikasi matematika yang disebut Holistic Scoring Rubrics (Sofyan, 2008: 55) seperti tertera pada Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3

Kriteria Penskoran Komunikasi Matematis

Kriteria 1 2 3

Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika Membuat model situasi

(28)

Sebelum soal ini digunakan terlebih dahulu diujicobakan dengan maksud untuk mengukur validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembedanya. 1) Validitas

Uji validitas yang berkenaan dengan validitas isi dan validitas wajah dilakukan melalui pertimbangan berbagai pihak yang berkompeten.

Perhitungan validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson

( )( )

adalah skor tiap item /faktor dan Y adalah skor total. X = Nilai rata-rata soal tes pertama perorangan

X = Jumlah skor per item

Y = Jumlah kuadrat skor total

XY = perkalian skor per item (X) dan skor total perorangan (Y). X

Y

= jumlah perkalian skor per item (X) dan skor total perorangan (Y)

(29)

Tolak ukur dalam validasi soal tes dalam penelitian ini menggunakan ukuran yang dibuat J. P Guilford yaitu:

0,90 < ≤ 1,0 validitas sangat tinggi (sangat baik).

0,7 < ≤ 0,90 validitas tinggi (baik).

0,40 < ≤ 0,7 valditas sedang (cukup).

0,20 < ≤ 0,40 validitas rendah (kurang).

0,00 < ≤ 0,20 validitas sangat rendah, dan

≤ 0,00 tidak valid.

2) Reliabilitas

Untuk menentukan reliabilitas tes uraian, menggunakan rumus Alpha Cronbach.

r : adalah koefisien reliabilitas

n : banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

2

i

S : jumlah variansi skor dari tiap butir item

2

t

S : Variansi skor total

Dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes umumnya digunakan patokan sebagai berikut:

≤ 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah.

0,20 < ≤ 0,40 derajat reliabilitas rendah.

0,40 < ≤ 0,60 derajat reliabilitas sedang.

0,60 < ≤ 0,80 derajat reliabilitas tinggi.

(30)

3) Tingkat Kesukaran

JSA = Jumlah siswa dari kelompok atas

= 0,00 soal terlalu sukar

0,00 < ≤ 0,30 soal sukar

JSA = Jumlah siswa dari kelompok atas Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah:

≤ 0,00 sangat jelek

0,00 < ≤ 0,20 Jelek

0,20 < ≤ 0,40 cukup

0,40 < ≤ 0,70 baik

(31)

Hasil perhitungan validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda untuk soal pemahaman matematis disajikan pada Tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.4

Rekapitulasi Analisis Butir Soal Kemampuan Pemahaman Matematis No.

Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran Reliabilitas tes

xy

r Kriteria DP Kriteria TK Kriteria r11 Kriteria

1 0,746 Valid 0,47 Baik 0,54 Sedang

0,773 Tinggi 2a 0,743 Valid 0,58 Baik 0,68 Sedang

2b 0,788 Valid 0,56 Baik 0,67 Sedang 3 0,689 Valid 0,36 Cukup 0,79 Mudah 4 0,247 Tidak

Valid

Hasil analisis menunjukkan bahwa soal pemahaman matematis untuk nomor 4 tidak valid, oleh karena itu tidak digunakan pada penelitian sedangkan soal pemahaman matematis yang lain telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan pada penelitian. Kisi-kisi, perangkat soal, hasil uji coba serta perhitungan validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran tes kemampuan pemahaman matematis selengkapnya disajikan pada lampiran.

(32)

Tabel 3.5

Rekapitulasi Analisis Butir Soal Kemampuan Komunikasi Matematis No.

Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran Reliabilitas tes

xy

r Kriteria DP Kriteria TK Kriteria r11 Kriteria

1a 0,630 Valid 0,28 Cukup 0,64 Sedang

0,780 Tinggi 1b 0,779 Valid 0,67 Baik 0,42 Sedang

1c 0,692 Valid 0,33 Cukup 0,25 Sukar 2a 0,559 Valid 0,28 Cukup 0,64 Sedang 2b 0,776 Valid 0,50 Baik 0,44 Sedang 2c 0,731 Valid 0,33 Cukup 0,177 Sukar

Hasil analisis menunjukkan bahwa soal kemampuan komunikasi matematis telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan pada penelitian. Kisi-kisi, perangkat soal, hasil uji coba serta perhitungan validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran tes kemampuan pemahaman matematis selengkapnya disajikan pada lampiran.

(33)

D. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan Siswa yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar Kegiatan Siswa terdiri dari masalah-masalah yang harus dipecahkan oleh siswa yang dapat mengembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa. Lembar Kegiatan Siswa tersebut dirancang dalam model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran kooperatif berbantuan Maple.

Bahan ajar dirancang sesuai dengan paham konstruktivisme, agar siswa memiliki peran yang sangat besar dalam upaya memahami, menemukan, mengembangkan, serta menerapkan konsep, prosedur, maupun prinsip dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Sedangkan peran guru lebih bersifat sebagai fasilitator.

E. Teknik Analisis Data

Adapun uji statistik yang digunakan adalah untuk menguji kesamaan rata-rata dari ketiga kelompok sampel. Untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan, terlebih dahulu diuji normalitas data dan homogenitas varians. Data yang diperoleh secara lebih jelas dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(34)

sebelum dan setelah pembelajaran kooperatif dan dengan skor siswa yang diperoleh dari hasil tes siswa sebelum dan setelah pembelajaran konvensional. Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yang dikembangkan oleh Hake (1999) sebagai berikut:

Gain ternormalisasi (g) =

Kategori gain ternormalisasi (g) menurut Hake (1999) adalah : g〈0,3 ; rendah

0,3 ≤ g 〈0,7 ; sedang 0,7 ≤ g ; tinggi

2. Menghitung statististik deskriptif tes awal dan tes akhir untuk memberikan gambaran umum kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan dan kemampuan akhir setelah siswa diberi perlakuan.

3. Menghitung statististik deskriptif gain ternormalisasi (g) untuk memberikan gambaran umum peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis antara sebelum dan sesudah pembelajaran.

4. Menguji normalitas distribusi skor awal dan skor akhir pada setiap kelompok sampel dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat:

(35)

k = banyaknya kelas

o

f = frekuensi yang diamati

e

f = frekuensi yang diharapkan.

Langkah berikutnya adalah membandingkan χ2hitungdengan χ2tabel dengan derajad kebebasan (dk) = J -3. Dalam hal ini J menyatakan banyaknya kelas interval. Jika χ2hitung 〈 χ2tabel, maka dapat dinamakan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

Pengujian normalitas data dengan bantuan program SPSS yaitu menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan kriteria pengujian jika nilai probabilitas (sig) lebih besar dari α, maka H0 diterima yang berarti data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

5. Apabila data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians. Pengujian homogenitas varians antar kelompok dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians tiap kelompok sama ataukah berbeda. Uji statistiknya menggunakan uji Bartlett dengan rumus:

Koefisien Bartlett = = ∑ ! − 1

(36)

Jika # $!%&'( < # )*+,- maka Ha ditolak dan H0 diterima. Sedangkan jika # $!%&'(> # )*+,- maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dengan /0 = 1 − 1 pada taraf nyata α= 0,05

Uji homogenitas varians dengan bantuan program SPSS menggunakan uji Levene Statistic, dengan kriteria pengujian yaitu, jika nilai probabilitas (sig)

lebih besar dari α, maka H0 diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan variansi dari setiap kelompok data (homogen).

6. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan mengenai kemampuan pemahaman dan kemampuan komunikasi matematis dari ketiga kelompok sampel, digunakan uji statistik sebagai berikut:

a. Jika data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogenitas varian dipenuhi, maka untuk menguji kesamaan rata-rata digunakan analisis varians satu jalur (one-way ANOVA) dengan menggunakan bantuan program SPSS, kriteria pengujian adalah terima H0 jika nilai probabilitas (sig) lebih besar dari α yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan diantara ketiga kelompok data. Sebaliknya jika nilai probabilitas (sig) lebih kecil dari α maka H0 ditolak dan terima HA, artinya minimal ada dua kelompok data yang berbeda diantara ketiga kelompok data tersebut.

(37)

Adapun kriteria perbedaan tersebut signifikan jika nilai probabilitas (sig) lebih kecil dari α.

b. Jika data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal digunakan uji statistik non parametrik dalam hal ini uji Kruskall-Wallis dengan kriteria pengujian yaitu jika probabilitas (sig) lebih besar dari α , maka 23 diterima, artinya tida terdapat perbedaan yang signifikan.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Prosedur dalam penelitian ini adalah:

1. Melakukan studi pendahuluan, yaitu mengidentifikasi dan merumuskan masalah, dan melakukan studi literatur.

2. Menyusun instrumen penelitian dan bahan ajar. 3. Menguji coba instrumen

4. menganalisis hasil uji coba instrumen.

5. Menentukan subyek penelitian, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 6. Memberikan pretes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan awal berpikir matematis siswa pada tingkat koneksi dan tingkat analisis.

(38)

8. Memberikan postes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa. 9. Mengolah dan menganalisis data.

10. Menyimpulkan hasil penelitian.

Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian

(39)

115 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis antara siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif berbantuan Maple, siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif, dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional dimana rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif berbantuan Maple lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif dan lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

(40)

3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis pada siswa level tinggi, level sedang dan level rendah dimana peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa dengan pembelajaran kooperatif berbantuan Maple lebih baik dari peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa dengan pembelajaran kooperatif dan lebih baik dari peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa dengan pembelajaran konvensional pada setiap level.

4. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada siswa level tinggi yang mendapat pembelajaran kooperatif berbantuan Maple lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional, demikian juga pada siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional, sedangkan pada siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif berbantuan Maple dengan siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tidak ada perbedaan yang signifikan. Pada siswa level sedang, perbedaan hanya terjadi pada siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif berbantuan Maple dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional dimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif berbantuan Maple lebih baik daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Sedangkan pada level rendah tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis yang signifikan. 5. Dari hasil angket menunjukan sikap siswa yang sedang dan baik (positif)

(41)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengusulkan beberapa rekomendasi berikut.

1. Pendekatan pembelajaran kooperatif berbantuan Maple hendaknya terus dikembangkan dan dijadikan alternatif pilihan guru dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan pendekatan tersebut secara umum memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis. Guru sebagai fasilitator juga disarankan untuk selalu mendorong siswa untuk mencoba hal baru yang berkaitan dengan penggunaan program Maple pada saat pembelajaran.

2. Karena pembelajaran kooperatif berbantuan Maple dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis, maka perlu dukungan dari lembaga/instansi terkait untuk mensosialisasikan penerapan model pembelajaran kooperatif berbantuan Maple di sekolah melalui MGMP, seminar, lokakaya, atau melalui pelatihan guru, selain itu kelengkapan saranan dan prasarana juga harus diperhatikan karena pembelajaran ini menuntut penggunaan computer sebagai salah satu pelengkapnya.

(42)

118

DAFTAR PUSTAKA

Almeqdadi, F. (2000). The Effect of Using The Geometr’s Sketchpad (GSP) on Jordanian Students’ Understanding Some Geometrical Consept. [Online]. Tersedia: http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/almeqdadi.pdf. (17 Oktober 2010).

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dahlan, J. A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Pemahaman Matematik Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Melalui Pendekatan Open-Ended. Disertasi pada PPs UPI. Bandung : Tidak Dipublikasikan.

Dahlan, J. A. (2009). Pengembangan Model Computer-Based E-Learning untuk Meningkatkan High-Order Mathematical Thinking Siswa SMA. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi TA. 2009/2010 UPI Bandung : Tidak Dipublikasikan.

Depdiknas (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta : Depdiknas.

Gani, R.A. (2007). Pengaruh Pembelajaran Metode Inkuiri Model Alberta terhadap Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi. UPI: Tidak diterbitkan.

Hake, R.R. (1999).Analyzing Change/ Gain Scores.[Online].Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzing-Gain.pdf. (25 Januari 2011).

Henningsen, M. Dan Stein, M. K. (1997). Mathematical Task and Student Cognition: Classroom Based faktors That Support and Inhibit High Level Thinking and Reasoning. Journal for Research in Mathematics Education. 28

Jiang, Z. (2008), Explorations and Reasoning in the Dynamic Geometry

Environment. [Online]. Tersedia:

(43)

Karli, H. dan Yuliariatiningsih, MS. (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi: Model-model Pembelajaran. Bandung : Bina Media Informasi.

Marjuni, A. (2007), Media Pembelajaran Matematika dengan Maplet, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nanang. (2009). Studi Perbandingan Kombinasi Pembelajaran Kontekstual dan Metakognitif Terhadap Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP. Disertasi pada SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

NCTM. (2000). Principles And Standards For School Mathematics. Virginia: NCTM

Nirmala. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Tesis pada SPs UPI: Tidak Diterbitkan.

Pimm, D. (1996). Meaningful Communication Among Children: Data Collection. Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Virginia: NCTM

Ruseffendi, H.E.T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung: Diktat.

Sabandar, J. (2007). Berpikir Reflektif. Makalah pada Seminar Nasional Matematika 2007. Bandung : tidak dipublikasikan.

Sadiman, Arief S. (2008). Media Pendidikan ,Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sanjaya, W. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana prenada media group.

Shamata, H. J. (2004). Technology-Supported Mathematics Activities Situated Within an Effective Learning Environment Theoretical Framework.

[Online]. Tersedia:

http://www.citejournal.org/vol3/iss4/mathematics/article1.cfm. (01 Februari 2011)

(44)

Slavin, RE. (1995). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Boston : Allyn and Bacon.

Sofyan, D. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis pada SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Suherman, E., dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan dan Penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi pada PPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Seminar Tingkat Nasional FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (2006). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada

Siswa Sekolah Menengah. [Online]. Tersedia:

http://math.sps.upi.edu/?p=64.http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyz ing-Gain.pdf. (3 Januari 2011).

Sumarmo, U. (2010). Berfikir dan Disposisi MAtematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. [Online]. Tersedia:

http://math.sps.upi.edu/?p=58 (3 Januari 2011).

Supardi. (2009). Meningkatkan Kemampuan Analisis Matematika Siswa melalui

Reciprocal Teaching. Tesis pada SPs UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

TIMSS, (2003). International Students Achievement In Mathematics. [Online]. Tersedia: http://timss:bc.edu/timss2003i/pdf/T03imath01.pdf. (22 Februari 2011).

Turmudi. (2009). Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika, Referensi untuk Guru Matematika SMA/MA, Mahasiswa, dan Umum. Jakarta : PT Leuser Cita Pustaka.

(45)

Usdiyana, D., dkk. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Pengajaran MIPA Vol. 13 No. 1

Wardani, S. (2003). “Kajian Pembelajaran Matematika dengan Model Belajar Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang Mendukung Empat Pilar Pendidikan Abad 21”. Wawasan Tridharma. (2),7-11.

Gambar

Gambar  2.1
grafik 2D, 3D dan animasi dapat dilakukan dengan menggunakan perintah-
Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Pemahaman Matematis
Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Komunikasi Matematis
+4

Referensi

Dokumen terkait

Parameter yang digunakan dalam perbandingan metode ini adalah parameter rasio (Rc, Cr), Space savings (Ss), Redundancy data (Rd), waktu yang dibutuhkan selama

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH DEKONSEN

- Melakukan Penkes tentang kebersihan diri, terutama kulit dibagian ekstremitas bawah.. Universitas

Teknologi yang digunakan pada perencanaan ini adalah WLL Ericsson DRA-1900 akses radio lokal loop yang berbasis DECT dan menggunakan teknologi low–power microcell

Dengan semakin banyaknya rental-rental VCD di pelosok daerah, maka seiring dengan kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut untuk diciptakannya suatu solusi aplikasi

Menyikapi permasalahan yang timbul dalam pendidikan matematika sekolah seperti yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait

Penulisan ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pentingnya suatu pemasaran guna meningkatkan hasil dari penjualan suatu produk barang yang diproduksi oleh perusahaan,

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi teknis yang kami lakukan pada proses Seleksi Sederhana untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dan Sertifikasi ISO 9001:2008