TARI KEJEI PADA MASYARAKAT SUKU REJANG DI
KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhiSebagiandariSyaratuntukmemperolehGelarSarjanaPendidik anJurusanPendidikanSeniTari
Oleh :
INGE METASYA SULPURAS 0900308
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Inge Metasya Sulpuras, 2013
TARI
KEJEI
PADA MASYARAKAT SUKU
REJANG
DI KABUPATEN REJANG
LEBONG PROVINSI BENGKULU
Oleh
Inge Metasya Sulpuras
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Inge Metasya Sulpuras 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
INGE METASYA SULPURAS
TARI KEJEI PADA MASYARAKAT SUKU REJANG DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dra.Desfina, M.Hum. NIP. 196102201990032001
Pembimbing II
AgusBudiman, M.Pd. NIP. 197703122005011002
Mengetahui
KetuaJurusanPendidikanSeniTari
Inge Metasya Sulpuras, 2013
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “TARI KEJEI PADA MASYARAKAT SUKU REJANG
DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU”. Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini adalah belum adanya penjelasan yang mendetail dan komprehensif mengenai tari Kejei yang ada pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu, padahal tarian ini merupakan tarian adat milik masyarakat suku Rejang yang menjadi kebanggaan, dan ciri khas, serta mempunyai peranan tersendiri bagi suku Rejang selaku masyarakat pemiliknya. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian antara lain : 1) Bagaimana latar belakang Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ?; 2) Bagaimana bentuk penyajian Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ?; 3) Bagaimana struktur gerak Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ?. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan kulitatif dengan model deskriptif analisis. Diharapkan peneliti dapat memaparkan hasil penelitian secara deskriptif, dan menganalisis hasil penelitian mengenai latar belakang tari Kejei pada masyarakat suku Rejang, bentuk penyajian maupun struktur gerak dari tari Kejei pada masyarakat suku Rejang itu sendiri. Instrumen yang peneliti gunakan untuk menghimpun data dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur. Dari pembahasan dan anilisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tari Kejei yang ada pada masyarakat suku Rejang yang merupakan tarian adat, yang diwarisi secara turun menurun dari leluhur mereka. Tari ini berlatarbelakang dari sebuah ceritira turun temurun tentang ungkapan bahagia, wujud syukur kepada sang pencipta, dan suka cita atas anugrah dari Yang Maha Kuasa. Bentuk penyajian tari Kejei pun sangat sederhana, penggunaan penei sebagai syarat pengikat, busana adat dan riasan korektif sebagai penyempurna penampilan, serta pola lantai dan gerakan yang sederhana namun syarat akan makna bagi masyarakat pemiliknya.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR GAMBAR...vi
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR LAMPIRAN...x
BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Sistematika Penulisan ... Error! Bookmark not defined. BAB IIKAJIAN TEORITIS ... Error! Bookmark not defined.
A. Teori Seni Pertunjukan ... Error! Bookmark not defined. B. Seni dan Masyarakat ... Error! Bookmark not defined. C. Teori Bentuk... Error! Bookmark not defined. D. Tata Rias dan Busana dalam Tari... Error! Bookmark not defined. E. Musik Pengiring ... Error! Bookmark not defined. BAB IIIMETODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
Inge Metasya Sulpuras, 2013
E. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. F. Langkah-Langkah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Pra Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Pelaksanaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3. Pasca Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not
defined.
A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Latar belakang Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang
Lebong Provinsi Bengkulu ... Error! Bookmark not defined. 3. Bentuk Penyajian tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten
Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ... Error! Bookmark not defined. 4. Struktur Gerak tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang
Lebong Provinsi Bengkulu ... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1. Latar Belakang Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu ... Error! Bookmark not defined. 2. Bentuk Penyajian Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten
Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ... Error! Bookmark not defined. 3. Struktur Gerak dalam Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten
Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ... Error! Bookmark not defined. BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta wilayah Kab. Rejang Lebong...34
Gambar 4.2 Balei Kejei ... 39
Gambar 4.3 Penei ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.4 Musik pengiring ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.5 Rias wanita ...45
Gambar 4.5 Rias wajah wanita ...45
Gambar 4.7 Songket pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.8 Baju pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.9 Selempang pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 10 Cuk uleu pria ... 48
Gambar 4.11 Busana pria (depan) ... 48
Gambar 4.12 Busana pria (belakang)...48
Gambar 4.13 Kain songket wanita ... 49
Gambar 4.14 Baju kurung wanita ... 49
Inge Metasya Sulpuras, 2013
Gambar 4.26 Busana wanita (belakang) ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.27 Gerak
masuk...Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.28 Pola lantai ke-1 gerak masuk ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.29 Duduk nyambei wanita (1) ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.30 Duduk nyambei wanita (2) ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.31 Duduk nyambei pria ... 57
Gambar 4.32 Pola lantai ke-2 gerak duduk nyambei ... 58
Gambar 4.33 Gerak sembah pria ... 58
Gambar 4.34 Gerak sembah wanita ... 60
Gambar 4.35 Pola lantai ke-3 gerak sembah ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.36 Gerak wanita setelah sembah ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.37 Gerak pria setelah sembah bagian 1Error! Bookmark not defined. Gambar 4.38 Gerak pria setelah sembah bagian 2Error! Bookmark not defined. Gambar 4.39 Gerak matah dayung wanita ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.40 Gerak tetap 1 wanita ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.41 Gerak matah dayung pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.42 Gerak tetap 1 pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.43 Pola lantai ke-4 gerak tetap 1 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.44 Pola lantai ke-5 gerak tetap 1 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.45 Pola lantai ke-6 gerak tetap 1 ... 67
Gambar 4.46 Pola lantai ke-7 gerak tetap 1 ... 67
Gambar 4.47 Pola lantai ke-8 gerak tetap 1 ... 68
Gambar 4.48 Gerak matah dayung wanita ... 69
Gambar 4.49 Gerak tetap 2 wanita ... 69
Gambar 4.53 Pola lantai ke-10 gerak tetap 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.54 Pola lantai ke-11 gerak tetap 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.55 Pola lantai ke-12 gerak tetap 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.56 Gerak matah dayung wanita ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.57 Gerak tetap 1 wanita ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.58 Gerak matah dayung pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.59 Gerak tetap 1 pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.60 Pola lantai ke-13 gerak tetap 1 ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.61 Pola lantai ke-14 gerak tetap 1 ... 77
Gambar 4.62 Pola lantai ke-15 gerak tetap 1 ... 77
Gambar 4.63 Pola lantai ke-16 gerak tetap 1 ... 78
Gambar 4.64 Gerak matah dayung wanita ... 79
Gambar 4.65 Gerak tetap 2 wanita ... 79
Gambar 4.66 Gerak tetap 2 pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.67 Pola lantai ke-17 gerak tetap 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.68 Pola lantai ke-18 gerak tetap 2 ... 81
Gambar 4.69 Pola lantai ke-19 gerak tetap 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.70 Pola lantai ke-20 gerak tetap 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.71 Pola lantai ke-21 gerak tetap 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.72 Duduk nyambei wanita ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.73 Duduk nyambei pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.74 Gerak sembah pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.75 Gerak sembah wanita ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.76 Pola lantai ke-22 gerak sembah ... 87
Gambar 4.77 Pola lantai ke-23 gerak pulang bagian 1 ... 87
Gambar 4.78 Pola lantai ke-24 gerak pulang bagian 2 ... 88
Gambar 4.79 Pola lantai ke-25 gerak pulang bagian 3 ... 88
Inge Metasya Sulpuras, 2013
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Pedoman Wawancara...103
Pedoman Observasi...104
Narasumber...105
Dokumentasi...107
1
Inge Metasya Sulpuras, 2013
Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tari merupakan ekspresi jiwa yang diungkapkan dalam bentuk gerak
tubuh yang memiliki nilai estetika. Tari sebagai karya seni dapat dimaknai sebagai
suatu ekspresi perasaan dalam diri manusia yang diolah oleh imajinasi dan
diaktualisasikan dalam media gerak. Sumandiyo (2005:13) menyatakan bahwa :
Seni tari sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis, kehadirannya tidak bersifat independen. Dilihat secara tekstual, tari dapat dipahami dari bentuk dan tekhnik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk atau penataan koreografi) atau tekhnik penarinya (analisis cara melakukan atau keterampilan). Sementara dilihat secara kontekstual yang berhubungan dengan ilmu sosiologi maupun antropologi, tari adalah bagian dari immanent dan integral dari dinamika sosio-kultural masyarakat.
Berdasarkan pemaparan diatas, tari merupakan ungkapan estestis dari
ekspresi jiwa manusia yang secara tekstual dapat dipahami melalui bentuk
penyajiannya, tekhnik yang berkaitan dengan komposisinya, analisis penataan
koreografinya, segala elemen dalam penyajiannya bahkan tekhnik atau
keterampilan para penarinya. Gambaran budaya tempat tari itu berada, ekspresi
masyarakat dari tempat tari itutercipta dan berkembang. Tari di Indonesia
mulanya berasal dari gerakan-gerakan ritual yang berfungsi sebagai alat upacara
menurut sejarahnya, seperti persembahan kepada leluhur dan nenek moyang
(animisme). Semakin hari keberagaman tarian di Indonesia pun semakin
mengalami perkembangan, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini.
Soedarsono (2010:5) mengutarakan bahwa :
2
Inge Metasya Sulpuras, 2013
agama Islam dari Arab, agama Katolik, Kristen dan Protestan dari Eropa, agama Konghucu dari Cina, dan ditambah dengan Kepercayaan Kepada Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, wajarlah apabila sebagai akibat dari pengaruh budaya-budaya besar itu Indonesia menjadi sangat kaya akan seni pertunjukan. Namun perlu dicatat, bahwa pengaruh-pengaruh itu kemudian ditanggapi secara kreatif dan menyatu dengan seni pertunjukan Indonesia sebelum datangnya pengaruh asing.
Pernyataan di atas jelas sekali memaparkan bahwa keberadaan seni
pertunjukan khususnya tari di Indonesia terus mengalami perkembangan dari
masa ke masa. Meski berbagai faktor yang telah diungkap oleh Soedarsono
mengenai perkembangan seni pertunjukan di Indonesia, masyarakat Indonesia
tidak semata-mata menerima mentah-mentah apa yang mereka dapat dari luar.
Tapi semua itu mengalami penyaringan dan disesuaikan dengan kebudayaan yang
dianut, sehingga menghasilkan keberagaman bentuk seni (tari) yang indah dan
menjadi ciri khas dari masing-masing suku bangsa.
Sebuah tarian selain menjadi ciri khas dari masyarakat pemiliknya, tarian
juga diyakini memiliki peranan dan fungsi tersendiri dalam setiap penyajiannya.
Setiap zaman, setiap kelompok etnis, serta setiap lingkungan masyarakat,
mempunyai berbagai bentuk seni pertunjukan yang mempunyai fungsi primer dan
sekunder yang berbeda pula. Dalam sumber yang sama Soedarsono (2010:123)
menyatakan bahwa :
Secara garis besar seni pertunjukan memiliki tiga fungsi primer, yaitu (1) sebagai sarana ritual; (2) sebagai ungkapan pribadi yang pada umumnya berupa hiburan pribadi; (3) sebagai presentasi estetis. … Pada pertunjukan ritual ini penikmatnya adalah para penguasa dunia atas serta bawah, sedangkan manusia sendiri lebih mememeentingkan upacara itu daripada menikmati bentuknya. Fungsi primer yang kedua adalah sebagai ungkapan dan hiburan pribadi, keterlibatan penikmat sama dengan fungsi pertama. … Seni pertunjukan yang berfungsi sebagai penyajian estetis memerlukan penggarapan yang sangat serius, karena penikmat yang pada umumnya membeli karcis, menuntut sajian pertunjukan yang baik.
Eksistensi seni pertunjukan di Indonesia selain mengalami perkembangan
juga mengalami pasang-surut dari masa ke masanya, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yang dipaparkan oleh Soedarsono, diantaranya perubahan politik,
bentuk-3
Inge Metasya Sulpuras, 2013
Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bentuk pertunjukan yang lain, termasuk juga dana/biaya. Namun hal itu tidak
semata-mata membuat tarian di Indonesia menjadi hilang, berbagai penyesuaian
dilakukan untuk tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan asli milik bangsa
Indonesia yang menjadi ciri khas masing-masing suku bangsa.
Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian
barat daya pulau Sumatera yang mempunyai berbagai macam bentuk tarian, baik
tarian adat yang berkaitan dengan kepercayaan lama sebagai penolak balak, dan
pemujaan, sendratari, maupun tari-tarian kreasi sebagai tarian hiburan. Provinsi
yang berdiri pada tanggal 16 November 1968 ini memiliki banyak suku bangsa
yang menempatinya, diantaranya Suku Serawai, Suku Melayu, Suku Lembak,
Suku Muko-muko, Suku Pekal, Suku Enggano dan Suku Rejang yang masing
masing suku mempunyai kesenian tradisional sebagai ciri khas dan jati diri
mereka sebagai masyarakat pemiliknya. Suku Serawai mempunyai tari Andun
yang ditarikan oleh bujang gadis suku Serawai untuk menyambut tamu dan juga
sebagai sarana mencari jodoh bagi para penarinya.
Suku Rejang merupakan salah satu suku tertua di Pulau Sumatera yang
menduduki sebagian besar wilayah di Provinsi Bengkulu. Suku Rejangyang terdiri
dari 4 mergo atau dikenal dengan sebutan Rejang Pat Petulai yang berarti Rejang
empat petulai yaitu Mergo Bermani atau Bermano, Mergo Bejinggo, Mergo
Sepanjang Jiwo dan Mergo Bimbo tersebar di Kabupaten Kepahiang, Kabupaten
Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Lebong dan sebagian
besar wilayah Kabupaten Rejang Lebong. Suku ini tidak adaptif terhadap
perkembangan di luar daerah. Ini dikarenakan kultur masyarakat Rejang yang
sulit untuk menerima pendapat di luar dari pendapat kelaziman menurut pendapat
mereka, dan ini menjadi bukti keyakinan dan ketaatan mereka terhadap
adat-istiadat yang berlaku sejak dahulu kala. Hingga saat ini mayoritas suku Rejang
masih mempertahankan kebudayaan mereka, tidak heran jika hukum adat yang
berupa denda dan cuci kampung masih dipertahankan hingga sekarang
(Musiardanis). Setiap suku bangsa memiliki cara tersendiri dalam mewujudkan
rasa syukur, rasa cinta, dan wujud penghormatan mereka terhadap sesama maupun
4
Inge Metasya Sulpuras, 2013
berbagai macam kesenian yang mereka balut dengan prosesi tradisi untuk
memuliakan adat istiadatnya, salah satunya Tari Kejei.
Tari Kejei merupakan salah satu bentuk tari adat dari suku Rejang yang
memiliki makna dan nilai tinggi bagi masyarakat pemiliknya. Menurut
masyarakat pemiliknya tarian ini pertama kali dilaporkan oleh seorang pedagang
Pasee, bernama Hassanuddin Al-Pasee yang berniaga ke Bengkulu pada tahun
1468. Tari Kejei yang mulanya bernama ta’ei jang pada awalnya ditarikan oleh
anak sangei yaitupara muda-mudi di desa pada malam hari di tengah-tengah
penerangan lampion yang dilakukan pada setiap musim panen raya datang,
ataupun pada perhelatan besar yang terjadi di masyarakat Rejang dalam kurun
waktu yang cukup panjang dan disajikan membentuk lingkaran dengan
berhadap-hadapan searah menyerupai jarum jam. Namun belum diketahui pasti bagaimana
latar belakang tari Kejei yang ada pada masyarakat suku Rejang di Provinsi
Bengkulu.
Tari ini termasuk tarian sakral yang diyakini masyarakat mengandung
nilai-nilai mistik, sehingga hanya dilaksanakan masyarakat suku Rejang dalam
acara menyambut para biku, perkawinan dan adat marga dan pelaksanaan tari ini
disertai pemotongan kerbau atau sapi sebagai syaratnya. Tari Kejei merupakan tari
adat yang menjadi kebanggan dan ciri khas masyarakat Rejang. Menurut
Soemardjo (2001:70) dalam Purwanti (2012), adapun jenis-jenis tarian
berdasarkan fungsinya, yaitu :
Tarian sakral hanya dilakukan atas perintah kepala suku atau pawing yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah demi kepentingan seuruh penduduk. Tari adat yang dilangsungkan pada acara keluarga dan tari profane yang bersifat pesta gembira bersama setelah berhasil menyelesaikan suatu masalah demi kepentingan penduduk.
Perkembangannya hingga saat ini, tari Kejei disajikan selain pada
perhelatan besar masyarakat suku Rejang dalam menyambut tamu agung pada
kedatangan pertama, tetapi juga disajikan pada Uleak besar atau pesta pernikahan
masyarakat suku Rejang. Banyak keunikan dari tari Kejei yang menarik untuk
disimak, dan terdapat ketentuan-ketentuan khusus dalam penyajiannya. Tari ini
5
Inge Metasya Sulpuras, 2013
Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
jumlah ganjil, misalnya 5 pasang, 7 bahkan 9 pasang. Menurut kepercayaan
masyarakat pemiliknya tari ini hanya bisa ditarikan oleh wanita yang masih
perawan, atau bisa ditarikan dalam keadaan suci. Namun belum ada penjelasan
khusus mengenai makna suci disini. Hanya terdapat dua tipe gerakan dalam tari
Kejei yaitu gerak tetap dan gerak peralihan, serta lintasan memutar menyerupai
jarum jam dan penghormatan ke empat arah mata angin.
Terdapat tempat khusus untuk pertunjukan tari ini, yaitu Balei Kejei yang
berarti Balai Kejei, dan kehadiran penei yaitu sejumlah sesaji yang harus dipenuhi
sebagai syarat pengikatnya. Busana yang dikenakan dalam penyajian tari ini yaitu
pakaian adat masyarakat suku Rejang, dengan riasan cantik sebagai pemanisnya.
Musik yang mengiringi tari Kejei pun cenderung sederhana berasal dari alat musik
khas suku Rejang yang pasti mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat suku
Rejang sebagai pemiliknya.
Tradisi menyakralkan setiap tahapan kehidupan manusia yang penting,
seperti kelahiran, kehamilan peralihan usia, pernikahan dan kematian tidak
dibiarkan berlalu begitu saja. Tradisi menahannya dengan upacara yang berisi
persyaratan yang tak boleh ditawar, agar tertoreh dalam batin dan menimbulkan
rasa hormat. Akan tetapi modernisasi yang memuliakan efisiensi, efektifitas dan
menghitung segalanya. Di segala sektor kehidupan telah terjadi perkembangan,
hingga penyesuaian yang juga terjadi pada tari Kejei. Tari dikategorikan sebagai
tari ritual apabila memenuhi kriteria khusus, yang diantaranya sebagai berikut :
waktu terpilih, tempat terpilih, penari terpilih dan adanya sesaji dalam
penyajiannya, baik sebelum maupun pada saat tari ini dipertunjukkan, begitu pula
dengan tari Kejei.
Dewasa ini tari Kejei memiliki peranan tersendiri bagi masyarakat suku
Rejang dengan segala persyaratan yang mengikatnya. Namun demikian, belum
ada penjelasan yang mendetail dan konprehensif mengenai Tari Kejei pada
masyarakat Suku Rejang. Hal ini dipahami bahwa suatu hal berperan jika suatu
hal tersebut berdampak pada hal lain baik dari aspek fungsinya maupun
kegunaannya. Berangkat dari hal itu, peneliti merasa perlu untuk melakukan
6
Inge Metasya Sulpuras, 2013
mengetahui latar belakang tari tersebut tapi juga memberi pengetahuan kepada
khalayak tentang keberadaan tari Kejei pada masyarakat suku Rejang, bagaimana
bentuk penyajiannya dan makna apa saja yang terkandung didalamnya. Atas dasar itulah peneliti memilih judul “TARI KEJEI PADA SUKU REJANG DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang belakang masalah yang
dikemukakan diatas, maka peneliti merumuskan beberapa masalah dalam bentuk
pertanyaan, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di
Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ?
2. Bagaimana bentuk penyajian Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di
Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ?
3. Bagaimana struktur gerak Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di
Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
permasalahan yang ada di lapangan, dan mencari jawaban melalui berbagai
sumber yang diterima berupa deskripsi dari permasalahan dirumusan masalah.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah di atas yaitu :
- Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana latar belakang tari Kejei
pada masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi
7
Inge Metasya Sulpuras, 2013
Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
- Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk penyajian Tari Kejei pada
masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu
- Untuk mengetahui dan mendeskripsikan struktur gerak Tari Kejei pada
masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan tujuan penelitian di atas, peneliti
berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Peneliti
a. Menambah ilmu, wawasan dan pengetahuan lebih lanjut bagi peneliti
mengenai latar belakang tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di
Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu
b. Mengetahui bentuk penyajiannya Tari Kejei pada masyarakat Suku
Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu
c. Mengetahui bagaimana struktur gerak Tari Kejei pada masyarakat
Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu
2. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung
Memberikan kontribusi di dalam menambah sumber pustaka (literature)
khususnya pada Jurusan Pendidikan Seni Tari mengenai Tari Kejei pada
masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu yang
dapat disajikan dan menjadi bacaan bagi para mahasiswa yang masih menimba
ilmu di Universitas Pendidikan Indonesia, dan diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan.
3. Masyarakat Umum
Meningkatkan kecintaan dan kebanggaan terhadap kesenian daerah
setempat, dapat menambah wawasan dan informasi bagi masyarakat umum, serta
memperkenalkan salah satu kesenian masyarakat suku Rejang, yaitu Tari Kejeidi
8
Inge Metasya Sulpuras, 2013
4. Seniman dan Masyarakat Suku Rejang
Memberikan kontribusi bagi perkembangan kesenian asli masyarakat suku
Rejang, dan menambah sumber pustaka yang dapat disajikan kepada khalayak
umum sebagai dokumentasi.
5. Pemerintah Setempat
Menambah pembendahraan laporan mengenai seni budaya daerah Provinsi
Bengkulu, memperhatikan Tari Kejei milik masyarakat suku Rejang dan
kesenian-kesenian lainnya, serta melestarikan Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di
Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.
E. Struktur Organisasi
Skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab di dalamnya terdiri dari
beberapa sub bab yang saling berketerkaitan satu sama yang lain mengenai penelitian yang berjudul “Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu”. Bab I berisi tentang latar belakang penelitian
ini, diikuti rumusan masalah, tujuan serta manfaat dalam penelitian ini.
Bab II dalam skripsi ini berisi tentang kajian teoritis, atau teori-teori yang
menguatkan dalam penelitian ini. Teori yang pertama mengenai teori seni
pertunjukan, teori ini memaparkan tentang perkembangan seni pertunjukan di
Indonesia, mulai dari masuknya seni pertunjukan di Indonesia, faktor yang
mempengaruhi perkembangannya, hingga fungsi dari seni pertunjukan itu sendiri.
Teori yang kedua yaitu teori seni dan masyarakat, teori ini menguatkan tentang
keterkaitan antara seni dan masyarakat itu sendiri, Bagaimana seni merupakan
hasil dari masyarakat, cerminan dari masyarakat pemiliknya. Berikutnya teori
bentuk, teori bentuk penyajian berisi tentang bagaimana penyajian suatu kesenian
mempunyai suatu bentuk tersendiri. Teroi struktur gerak merupakan teori ketiga
dalam bab 2 ini, yang mana teori ini memaparkan bahwa suatu tarian terdiri dari
unsur-unsur gerak yang tersusun menjadi struktur gerak. Selanjutnya teori tata rias
9
Inge Metasya Sulpuras, 2013
Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dlama suatu tarian. Teori yang terakhir yaitu teori musik tari, teori musik tari
berisi tentang bagaimana musik memberikan arti ataupun makna tersendiri dalam
penyajian sebuah tarian.
Metode penelitian yang dipaparkan dalam bab III berisi tentang prosedur
ataupun langkah-langkah yang dilakukan peneliti selama menjalankan penelitian.
Bab ini berisi tentang lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode
penelitian, definisi operasional, tekhnik pengumpulan data, instrumen penelitian,
tekhnik pengolahan dan analisis data, dan sub bab yang terakhir yaitu
langkah-langkah penelitian.
Bab IV dalam skripsi ini merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam
penelitian ini. Pada sub bab yang pertama menjelaskan hasil penelitian tentang
Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi
Bengkulu, bagaimanalatar belakangnya, bagaimana bentuk penyajiannya, dan
bagaimana struktur geraknya. Sedangkan untuk sub bab yang kedua berisi tentang
pembahasan hasil penelitian, yaitu analisis peneliti terhadap hasil penelitian
menggunakan teori-teori yang terdapat pada bab II.
Kesimpulan dan saran dalam penelitian ini dipaparkan pada bab V.
Kesimpulan yang menjawab lpermalahan dalam rumusan maslah, dan saran-saran
yang membangun terkait dengan penelitian ini, baik untuk subjek penelitian,
maupun hal lain yang terkait dengan subjek penelitian itu sendiri yaitu Tari Kejei
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Curup ibukota Kabupaten Rejang
Lebong, tepatnya di Badan Musyawarah Adat Rejang Kabupaten Rejang Lebong,
Provinsi Bengkulu, dengan subjek penelitian yang dipilih adalah Tari Kejei pada
masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Alasan
pemilihan lokasi ini karena suku yang terdiri dari 4 mergo atau dikenal dengan
sebutan Rejang Pat Petulai yang berarti Rejang empat petulai menempati
kabupaten Kepahiang, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah,
Kabupaten Lebong dan sebagian besar wilayah kabupaten Rejang Lebong.
Kabupaten Rejang Lebong merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Bengkulu
yang ±43% penduduknya merupakan Suku Rejang yang terbagi ke 15 kecamatan
di Kabupaten Rejang Lebong. Selain kota Curup yang sekaligus yang sekaligus
menjadi pusat pemerintahan di Kabupaten Rejang Lebong diharapkan dapat
menghasilkan data yang akurat pada proses pencgumpulan data, baik observasi,
dokumentasi dan pustaka, maupun data hasil wawancara dengan masyarakat
pendukung.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penggunaan metode dalam sebuah penelitian adalah syarat mutlak untuk
dapat kedalaman dari sebuah masalah. Ketepatan menggunakan metode dalam
penelitian merupakan cara atau alat untuk mencapai keberhasilan penelitian.
Metode erat hubungannya dengan prosedur, suatu proses atau tekhnik yang
sistematik dalam penyidikan suatu ilmu tertentu untuk mendapatkan objek yang
26
Inge Metasya Sulpuras, 2013
penelitian dilaksanakan” (Iqsan, 2002:21). Kelebihan metode dalam penelitian adalah membantu memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan permasalahan
penelitian, selain itu kepentingan metode dalam penelitian adalah sebagai
prosedur dan tekhnik penelitian yang berfungsi untuk mengarahkan proses
berfikir peneliti, guna mendapatkan hasil data yang akurat pada kebenaran data.
Ibrahim (2007:16) dalam Kurnia (2010) menjelaskan sebagai berikut :
Metodologi penelitian sangat menentukan dalam upaya menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian. Dengan kata lain, metodologi penelitian akan memberikan petunjuk terhadap pelaksanaan penelitian atau petunjuk bagaimana penelitian itu dilaksanakan. Bagaimana prosedurnya, jenis data mana yang harus dikumpulkan, alat apa yang digunakan untuk memperoleh data tersebut, darimana memperolehnya, berapa banyak yang diperlukan, bagaimana harus ditampilkan, dan lain-lain.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan kulitatif
dengan model deskriptif analisis. Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan dengan
cara melihat obyek kajian dilihat sebagai suatu sistem, dengan kata lain dilihat
sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang terkait. Soegiyono (2011:15)
mengungkapkan :
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, tekhnik pengumpulan dengan trianggulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk
memdeskripsikan atau menggambarkan peristiwa dan kejadian pada saat
penelitian berlangsung, serta untuk menyusun fakta yang ada di lapangan.
Surakhmad (1958: 139) mendefinisikan tentang metode deskriptif yang peneliti
gunakan pada penelitian ini sebagai berikut :
27
diklasifikasikan untuk dijadikan acuan sebagai bahan analisis pada langkah berikutnya agar menghasilkan kesimpulan dan implikasi pada langkah yang bermakna secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta yang diteliti.
Metode ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan memaparkan seluruh
hasil penelitian sesuai dengan keadaan di lapangan, yang memiliki cara penulisan
dengan memaparkan hasil penelitian, baik secara empiris maupun secara teoritis.
Penelitian deskriptif analisis juga merupakan gambaran yang sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta serta ciri khas tertentu yang terdapat dalam
subjek penelitian yang dalam hal ini yaitu tari Kejei pada masyarakat suku Rejang
di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Dengan kata lain, peneliti dapat
menggambarkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat penelitian
berlangsung sesuai dengan penemuan di lapangan. Penelitian ini tidak terbatas
pada pendeskripsian data sebagaimana adanya yang diperoleh, akan tetapi dengan
penarikan kesimpulan sebagai pertimbangan dalam pemecahan masalah.
Adapun ciri-ciri terkait metode deskriptif analisis yaitu :
1. Merumuskan dan memusatkan diri pada pemecahan masalah yang terjadi
pada masa sekarang, pada masa aktual.
2. Data dikumpulkan, mula-mula disusun,dijelaskan dan kemudian
dianalisis karena itu sering disebut analisis.
C. Definisi Operasional
Untuk menegaskan definisi fokus kajian penelitian dan menghindari salah
penafisiran, peneliti perlu menyampaikan penjelasan tentang beberapa istilah
dalam bentuk definisi operasional dari judul penelitian yang diangkat :
Tari Kejei merupakan salah satu bentuk tari adat darisuku Rejang yang
memiliki makna dan nilai yang sangat tinggi yang biasa ditampilkan dalam acara
tertentu pada suku tersebut. Tari ini adalah tarian sakral yang diyakini masyarakat
mengandung nilai-nilai mistik, sehingga hanya dilaksanakan masyarakat suku
28
Inge Metasya Sulpuras, 2013
Suku Rejang merupakan salah satu suku tertua di pulau Sumateraselain
suku bangsa Melayu yang menyebar sampai ke daerah Lebong, Kepahiang,
Curupdi Provinsi Bengkulu dan sampai di tepi sungai ulu musi di perbatasan
dengan Sumatera Selatan.
Kabupaten Rejang Lebong merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Bengkulu yang sebagian besar wilayahnya dihuni oleh ± 43% masyarakat suku
Rejang dari 4 Mergo suku Rejang itu sendiri, yaitu Mergo Bermani atau Bemano,
Mergo Bejinggo, Mergo Sepanjang Jiwo dan Mergo Bimbo yang tersebar di 15
kecamatannya.
Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian
barat daya pulau Sumatera yang berdiri pada tanggal 16 November 1968 dan
mempunyai 9 kabupaten dan 1 kotamadya, yaitu Kabupaten Bengkulu Utara,
Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten
Kepahiang, Kabupaten Rejang lebong, Kabupaten Lebong, Kabupaten Kaur,
Kabupaten Seluma, Kabupaten Muko-Muko, dan Kota Bengkulu.
D. Tekhnik Pengumpulan Data
Data merupakan bahan penting yang akan bermanfaat untuk menjawab
permasalahan, mencari apa saja yang ingin digunakan untuk mencapai tujuan
penelitian, sebagai bukti pencarian fakta, dan membuktikan hipotesis penelitian,
dengan demikian data merupakan kunci pokok dalam kegiatan penelitian
sekaligus menemukan mutu hasil penelitian. Pengumpulan data adalah pencatatan
peristiwa-peristiwa, kejadian, hal-hal, keterangan-keterangan atau
karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen yang akan menunjang dan mendukung
penelitian. Pemilihan tekhnik pengumpulan data harus disesuaikan dengan metode
penelitian yang dipilih. Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini antara lain :
1. Observasi
29
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan” (Hadi dalam Soegiyono,
2012). Dalam penelitian ini peneliti memilih tekhnik observasi, karena sebagai
tekhnik pengumpulan data observasi mempunyai ciri yang spesifik yaitu tidak
terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sugiyono
(2011:311) berpendapat mengenai tekhnik pengumpulan data dengan observasi
sebagai berikut :
Penelitian ini menggunakan tekhnik observasi moderat (moderate
partisipacion). Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi
orang dalam dan orang luar. Penelitidalam mengumpulkan data ikut observasi
partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya. Dalam penelitian ini
peneliti memusatkan perhatian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan objek
yang diteliti, dengan cara terjun langsung dan mengamati tentang Tari Kejei pada
masyarakat suku Rejang di Kota Curup, tepatnya di Badan Musyawarah Adat
Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Ikut terjun langsung ke dalam
hal-hal yang masih bisa dilakukan oleh peneliti, dan mengamati secara detail tentang
30
Inge Metasya Sulpuras, 2013
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara pengambilan data yang dilakukan
melalui kegiatan komunikasi lisan dalam bentuk terstruktur, semi terstruktur, dan
tak terstruktur. Menurut Guba dan Lincoln (1985) tujuan wawancara adalah
mengkonstruksi menggali orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kompleksitas yang dialami pada masa
lalu; memproyeksikan harapan-harapan agar dialami pada masa yang akan dating,
memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan (dalam
Kasmahidayat, 2010:65). Wawancara digunakan untuk mendapatkan data dan
informasi mengenai objek penelitian yang akan diteliti dengan metode tanya
jawab yang akan sangat membantu peneliti dalam mengumpulkan informasi dan
data mengenai penelitian ini. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara
terbuka dan langsung kepada informan, dalam hal ini para Pemangku Adat suku
Rejang yang terhimpun dalam Badan Musyawarah Adat Kabupaten Rejang
Lebong, penata musik, penanggungg jawab sanggar Gading Mas dengan bantuan
recorder, handycam, dan alat bantu lainnya. Tekhnik wawancara yang peneliti
gunakan ialah wawancara semiterstruktur. Hal ini dimaksudkan untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan leluasa, namun tetap
menggunakan pedoman wawancara sebagai instrumen penelitian. Terdapat
narasumber primer dan sekunder dalam penelitian ini, yang mana keduanya
sangat membantu peneliti dalam mengumpulkan data dan menguji keabsahan
data. Narasumber dalam penelitian ini terdiri dari pengurus BMA Rejang
Kabupaten Rejang Lebong, serta penata tari dan musik tari Kejei itu sendiri,
sedangkan narasumber sekunder dalam penelitian ini yaitu masyarakat suku
Rejang dan warga Kabupaten Rejang Lebong namun bukan masyarakat suku
Rejang.
3. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu, dapat berupa
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Tekhnik
31
data penelitian. Pendokumentasian merupakan pelengkap dari metode observasi
dan wawancara yang peneliti pilih guna memperkuat hasil yang diperoleh lebih
kredibel atau dapat lebih dipercaya karena di dukung dengan bukti baik audio,
visual maupun video audio-visual menggunakan alat bantu berupa camera,
handycamdan alat bantu lainnya ketika penelitian berlangsung.
4. Studi Literatur
Studi literatur merupakan tekhnik pengumpulan data yang diperlukan
dengan cara menelaah beberapa sumber, seperti buku, majalah, artikel, dan jurnal,
baik dari perpustakaan maupun referensi sebagai bahan rujukan. Buku-buku
tersebut diantaranya Buku Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, Tari
Sunda Dulu, Kini dan Esok, Pertumbuhan Seni Pertunjukan, Seni, Tradisi,
Masyarakat dan buku tentang seni pertunjukan lainnya yang peneliti cantumkan
dalam latar belakang masalah dan Teori Seni Pertunjukan pada Bab 2, Filsafat
Seni pada Teri Seni dan Pertunjukan pada Bab 2 serta membantu peneliti untuk
memahami lebih lanjut dalam pemaparan analisis penelitian pada Bab 4, Metode
Penelitian Pendidikan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Metode Penelitian
Kebudayaan yang peneliti gunakan selama penelitian dan proses penggarapan Bab
3, Estetika Sebagai Sebuah Pengantar, Agama dalam Transformasi Budaya
Nusantara,Suku Rejang dan buku-buku pendukung lainnya yang membantu
peneliti baik selama penelitian maupun dalam penyelesaian penyusunan laporan
hasil penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam pengumpulan
data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2011:305) “Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. ... Penelitian kualitatif sebagai human
instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
32
Inge Metasya Sulpuras, 2013
data maupun yang mengolah dan menganalisis data dengan berbagai tahapannya.
Selain itu instrumen penelitian yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data
ialah pedoman observasi dan wawancara.
Pedoman observasi yang peneliti lakukan yaitu observasi secara langsung
ke lapangan dengan menggunakan alat bantu berupa camera, handycam, dan alat
bantu lainnya. Dan pedoman wawancara sebagai panduan peneliti dalam menggali
informasi dan mengumpulkan data dari narasumber mengenai subjek penelitian
tari Kejei dan rumusan masalah pada penelitian ini, yang meliputi latar belakang
tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi
Bengkulu, bentuk penyajian tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten
Rejang Lebong Provinisi Bengkulu dan struktur gerak tari Kejei pada masyarakat
suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.
F. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data
Seluruh data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan studi
dokumentasi dan pustaka dikumpulkan dan selanjutnya dianalisis sesuai metode
yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, yaitu deskriptif analisis yang
diharapkan dengan bukti otentik yang telah didapatkan akan menambah validitas
hasil penelitian. Data yang telah terkumpul dari berbagai sumber diolah, diseleksi
atas dasar realibitas dan validitasnya, data yang kurang lengkap digugurkan atau
dilengkapi dengan subtitusi. Selanjutnya data yang telah lulus seleksi disusun agar
memudahkan dalam pengolahan selanjutunya. Adapun langkah-langkah yang
akan dilakukan dalam pengolahan data sebagai berikut :
1. Menyusun data sesuai dengan permasalahannya
2. Menyesuaikan data yang diperoleh di lapangan dengan sumber-sumber
data yang tertulis dan data yang di dapat dari narasumber
3. Menarik kesimpulan dari data yang telah disusun
33
dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis,
menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian” (Patton, 1980:263). Analisis data digunakan secara mendalam dan menyeluruh termasuk pemaparan kaidah-kaidah penelitian. Menurut Kasmahidayat (2010:66) menyatakan bahwa “Analisis data penelitian budaya merupakan tahapan pengolahan seluruh proses pengkajian hasil wawancara,
pengamatan, dan dokumentasi yang telah terkumpul, untuk melahirkan kedalaman analisis dalam penelitian”. Langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam menganalisis data di antaranya :
1) Reduksi Data
2) Penyajian Data, dan
3) Menarik Kesimpulan
Untuk menguji kredibilitas dan keabsahan data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik triangulasi. Triangulasi
adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan, atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Ada empat kriteria keabsahan data yang digunakan dalam
penelitian kualitatif, yakni kepercayaan (credibility), keterampilan
(transferability), kebergantungan (dependenability), dan kepastian
(confirmability).
G. Langkah-Langkah Penelitian
1. Pra Penelitian a. Survei
Langkah pertama yang dilakukan peneliti dalam penulisan skripsi
ini adalah survei yang dilakukan pada bulan Agustus 2012 di
Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Rejang Lebong. Survei ini
dimaksudkan untuk menentukan dan mengetahui objek yang akan
diteliti mengenai tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Provinsi
34
Inge Metasya Sulpuras, 2013
b. Perumusan Judul dan Topik Penelitian
Setelah melakukan survey, peneliti kemudian merumuskan judul
dan masalah-masalah yang akan diajukan kepada dewan skripsi sesuai
dengan topik penelitian. Adapun judul yang telah disetujui ialah : “Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu”.
c. Penyusunan dan Sidang proposal
Penyusunan proposal dilakukan setelah judul yang disetujui oleh
dewan skripsi diumumkan pada September 2012. Setelah penyusunan
proposal selesai, diadakan sidang proposal penelitian pada Oktober
2012. Kritik dan saran hasil sidang proposal diolah kembali dalam
bentuk revisi guna kepentingan penelitian agar didapatkan data yang
akurat.
d. Penyelesaian Administrasi Penelitian
Persiapan lainnya yang menjadi perhatian penting peneliti sebelum
terjun langsung ke lapangan untuk melakukan penelitian adalah
mempersiapkan segala administrasi yang berhubungan dengan
penelitian, baik selama penelitian ini berlangsung hingga selesai.
Seperti surat izin penelitian dari Rektorat Kemahasiswaan Universitas
Pendidikan Indonesia kepada Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat, Surat Keputusan Pentuan Pembimbing, dan
lainnya.
e. Penentuan Instrumen Penelitian
Bertolak pada pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian dapat
ditentukan data apa yang dibutuhkan oleh peneliti. Berdasarkan jenis
data tersebut disiapkan instrument yang dapat mendukung
pengumpulan data untuk menjawab rumusan masalah secara objektif,
35
2. Pelaksanaan Penelitian a. Pengumpulan Data
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data yang diperlukan
menggunakan bantuan instrument penelitian seperti observasi di Badan
Musyawarah Adat (BMA) Rejang Kabupaten Rejang Lebong pada
bulan Januari 2013, wawancara dengan pengurus BMA Rejang
Kabupaten Rejang Lebong, pelatih tari dan musik Sanggar Gading
Mas BMA Rejang Kabupaten Rejang Lebong pada bulan Januari 2013,
studi dokumentasi dan studi literatur yang peneliti gunakan pada
penelitian ini yaitu di BMA Rejang Kabupaten Rejang Lebong, Dinas
Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Rejang Lebong dan Sanggar
Gading Mas BMA Rejang Kabupaten Rejang Lebong dan studi
pustaka pada berbagai sumber rujukan buku buku pendukung lainnya.
Data tersebut harus valid dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya, terutama terkait dengan fokus penelitian Tari Kejei pada
Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi
Bengkulu.
b. Pengolahan Data
Untuk menguji kebenaran dan keabsahan informasi data, dilakukan
pengolahan dari data yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara di BMA Rejang Kabupaten Rejang Lebong dan Sanggar
Gading Mas BMA Rejang Kabupaten Rejang Lebong, lalu
dikumpulkan untuk selanjutnya dianilisis dan disesuaikan dengan
kepentingan penelitian. Uraian yang diperoleh kemudian disusun
secara sitematis untuk dijadikan bahan laporan penelitian.
c. Penulisan Laporan Penelitian
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam penulisan
laporan penelitian adalah :
1. Semua data yang telah diolah, dianalisis, dan disusun berdasarkan
pertanyaan penelitian, setelah itu dikumpulkan untuk dijadikan
36
Inge Metasya Sulpuras, 2013
2. Data yang telah dikumpulkan kemudian disusun menjadi bab demi
bab sesuai dengan sistematika penulisan karya ilmiah
3. Pedoman buku yang digunakan peneliti adalah Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2012
4. Penulisan dan penyusunan laporan penelitian tidak lepas dari
proses bimbingan, baik dari pembimbing I ibu Dra. Desfina, M.
Hum., maupun pembimbing II bapak Agus Budiman, M. Pd.
Terdapat revisi yang dilakukan hasil dari proses bimbingan, karena
tahap ini diharapkan dapat menghasilkan laporan penelitian yang
sempurna.
5. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah semua data disusun.
Kegiatan ini dilakukan berdasarkan dari hasil keseluruhan data
yang diperoleh dari ba I sampai bab IV dalam laporan penelitian.
3. Pasca Penelitian a. Sidang
Setelah penulisan dan penyusunan laporan selesai, dilakukan pra
sidang, hal ini dimaksudkan jika terdapat kesalahan dalam penulisan
laporan penelitian dapat diperbaiki sebelum sidang. Kemudian sidang
dilaksanakan sebagai tahap akhir dalam penulisan laporan penelitian.
b. Penggandaan Laporan
Penggandaan laporan diperlukan selain sebagai kelengkapan sidang
dan pra sidang, tapi juga sebagai arsip untuk pembimbing, jurusan,
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tari Kejei pada masyarakat suku
Rejang yang telah dilaksanakan selama bulan Januari hingga Maret 2013 di Badan
Musyawarah Adat Rejang Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu dan
sanggar binaannya sanggar Gading Mas, Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang
di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu bermula dari ceritera
turun-temurun nenek moyang mereka, tentang wujud syukur seorang saudagar kaya
yang akhirnya dikaruniai seorang anak setelah sekian lama oleh Yang Maha
Kuasa. Namun belum adanya bukti otentik serta penjelasan yang mendetail dan
komprehensif mengenai sejarah dan latar belakang tari Kejei yang ada hingga saat
ini memicu timbulnya banyak versi yang berkembang di kalangan masyarakat.
Tari Kejei milik masyarakat suku Rejang hingga saat ini merupakan tari tradisi,
tarian adat milik masyarakat suku Rejang yang telah ada sejak zaman leluhur. Tari
ini menjadi sarana komunikasi kepada Yang Maha Pencipta atas wujud syukur,
wujud penghormatan kepada leluhur dan nenek moyang, serta wujud cinta
kepada sesamanya, baik kepada para tetamu, para penonton dan antar anak sangei
atau penari itu sendiri. Kesenian mencerminkan nilai-nilai yang dianut suatu
masyarakat dan sekaligus merupakan cara untuk mewariskan nilai-nilai tersebut
kepada generasi berikutnya dengan berbagai fungsi seni lainnya. Masyarakat suku
Rejang sangat meyakini bahwa tari Kejei merupakan tarian suci, yang mempunyai
makna dalam setiap geraknya, arti dalam setiap lantunan melodinya, yang
sepatutnya harus tetap lestari hingga kapanpun kepada generasi penerusnya,untuk
menghormati jasa leluhur mereka.
Tari Kejei disajikan dalam bentuk tari berpasangan berkelompok, yang
104
Inge Metasya Sulpuras, 2013
struktur penyajiannya terdapat dua tahapan, yaitu tahap persiapan dan
pelaksanaan. Pada tahap persiapan terdapat dua unsur yang mempunyai
keterkaitan antara satu sama lain baik dalam tahap persiapan maupun
pelaksanaannya yaitu Balei Kejei dan Penei. Tari kejei dapat dikategorikan
sebagai tari ritual berdasarkan fungsi primer seni pertunjukan, karena dalam
penyajiannya tari ini ditarikan dalam bentuk kelompok dengan minimal 3 pasang
penari (anak sangei) dalam jumlah ganjil, hal ini diyakini mejadi suatu ketetapan
dalam setiap penyajiannya karena menurut leluhur masyarakat suku Rejang
jumlah ganjil pada penari nantinya akan digenapkan oleh para dewa-dewa. Pola
dan lintasan dalam tari Kejei hanya mengelilingi penei yang merupakam lambang
kemakmuran bagi masyarakat suku Rejang, dengan harapan semoga masyarakat
suku Rejang akan terus makmur dalam mengarungi setiap langkah dalam
kehidupannya.
Dengan melihat data yang terkumpul melalui hasil penelitian, gerakan
yang terdapat dalam tari Kejei cenderung sederhana, namun syarat akan makna.
Adapun struktur gerak dalam tari Kejei terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian
awal-tengah-akhir, yang mana setiap bagiannya terdiri dari :
Bagian Awal
- Duduk Nyambei (sambei pengela)
- Sembah
Bagian Tengah
- Matah dayung + gerakan tetap 1
- Matah dayung + gerakan tetap 2
- Matah dayung + gerakan tetap 1
- Matah dayung + gerakan tetap 2
Bagian akhir
- Duduk Nyambei (sambei andak)
- Sembah
Gerakan yang terdapat dalam tari Kejei cenderung sederhana dan terdapat
105
sebanyak tiga kali menghadap ke depan, dan tiga kali pula menghadap ke
pasangan masing-masing hal ini diyakini sebagai suatu bentuk penghormatan baik
kepada tetamu dan para penonton, maupun kepada pasangan masing-masing.
Kemudian gerakan tetap 1 pada anak sangei wanita yaitu kedua tangan diletakkan
didepan dada yang berarti bahwa mereka masih suci/perawan, dan gerakan tetap 1
pada anak sangei pria yaitu posisi kedua tangan diangkat tegak lurus sejajar
wajah, ini merupakan gerak stabik yang dalam masyarakat Rejang merupakan
simbol salam, maupun penghormatan, hal ini pun juga diyakini bahwa pria harus
tegap dalam memperlihatkan jati dirinya, baik kepada tetamu maupun
pasangannya. Namun untuk gerak matah dayung hanya sebagai variasi gerakan
dan merupakan gerakan peralihan.
Tari Kejei merupakan tarian sakral bagi masyarakat suku Rejang, yang
dalam setiap penyajiannya terikat oleh persyaratan sebagai pemenuhan kebutuhan,
yang menjadi kesatuan agar pesan yang ingin disampaikan dapat tersirat. Tari
Kejei merupakan wujud syukur kepada sang pencipta, wujud penghormatan
kepada nenek moyang dan para leluhur, dalam penyajiannya pun mengundang
para leluhur, yang menggenapkan penampilan tari Kejei itu sendiri.
B. Saran
Merujuk dari hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti mengemukakan
beberapa saran kepada beberapa pihak dalam rangka upaya pelestarian tari Kejei
pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu,
diantaranya :
1. Masyarakat Suku Rejang
Masyarakat suku Rejang selaku pemilik tarian ini hendaknya lebih gencar
lagi dalam mensosialisasikan dan mengembangkan tari Kejei ini. Selalu
menghadirkan tari Kejei dalam perhelatan besar apapun, seperti pesta
pernikahan, khitanan, juga perayaan lain. Agar tarian ini bisa lebih dikenal
lagi oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya Provinsi Bengkulu.
106
Inge Metasya Sulpuras, 2013
Hendaknya kalangan masyarakat umum lebih mencintai seni budaya
setempat, kearifan budaya lokal agar potensi daerah dapat lebih tergali.
Tari Kejei merupakan salah satu bentuk kesenian lokal yang mengandung
nilai yang yang sangat tinggi bagi masyarakat suku Rejang, dengan
dorongan dan perhatian lebih dari masyarakat umum seyogyanya tari ini
akan makin berkembang dan tetap lestari.
3. Pemerintah Provinsi Bengkulu khususnya Kabupaten Rejang Lebong
Pemerintah Provinsi Bengkulu khususnya Kabupaten Rejang Lebong
selaku pemerintah setempat diharapkan lebih maksimal lagi dalam upaya
pelestarian tari Kejei milik masyarakat suku Rejang ini, karena tarian ini
selain menjadi ciri khas dari masyarakat suku Rejang selaku pemilik tarian
ini, tapi juga ciri khas dari Kabupaten Rejang Lebong itu sendiri.
4. Kalangan Akademis
Agar senantiasa ditumbuhkan rasa keingintahuan yang lebih mendalam
terhadap kesenian daerah setempat, khususnya Tari Kejei yang ada di
Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Karena banyak hal berupa
warisan yang belum bahkan tidak terwariskan pada generasi sekarang ini
akibat upaya pendokumentasia dalam bentuk penelitian masih sangat
minim, sehingga penelitian yang lebih bersifat ekploratif masih perlu
digalakan lagi dalam rangka pemberian informasi serta tentunya lebih
memperkenalkan kekayaan budaya yang dimiliki kepada generasi
107
DAFTAR PUSTAKA
Kasmahidayat, Yuliawan. (2010). Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.
Kayam, Umar. (1981). Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.
Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kumpulan Makalah Workshop dan Seminar Nasional “Seni dan Pendidikan Seni Ke 6”. (2012).
Kurnia, Bangkit. (2010). Penyajian Tari “Srimpian” pada Pertunjukan Lais di Desa Cibunar Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut. Bandung: laporan penelitian UPI.
Laporan “Lokakarya Pembaruan Tari Adat dan Busana Adat Resmi Kabupaten Rejang Lebong”. (2010).
Marlinda. (2011). Tari Cendrawasih sebagai Tari Persembahan pada Lingkung Seni Kencana Arum. Bandung: laporan penelitian UPI.
Maryaeni. (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Mulyana, Deddy. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Murgiyanto. (1983). Kereografi. Jakarta: Depdikbud.
Margiyanto, Sal. (2004). Tradisi dan Inovasi Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2012). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Pratami, Nurlita Febriani. (2011). Tari Goyor di Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor. Bandung: laporan penelitian UPI.
Purwanti, Suci. (2012). Simbol dan Makna Tari Persembahan di Provinsi Riau. Bandung: laporan penelitian UPI.
Rohayani, Heny. (2007). Pendidikan Tari dan Drama. Bandung: UPI.
108
Inge Metasya Sulpuras, 2013
Soedarsono. (2010). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sari, Amelia Novia. (2012). Analisis Dokumentasi Tari Sriwijaya The Peninsula Dalam Upacara Pembukaan SEA GAMES ke XXVI di Palembang Sumatera Selatan. Bandung: laporan penelitian UPI.
Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.
Sonia, Reni. (2012). Simbol dan Makna Seni Bedawang dalam Upacara Khitanan di Desa Rancaekek Kulon Kabupaten Bandung. Bandung: laporan penelitian UPI.
Sumardjo, Jacob dkk. (2000). Filasafat Seni. Bandung: ITB Press.
Sumardjo, Jacob dkk. (2001). Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung: STSI Press.
Sumaryono, dkk. (2006). Tari Tontonan Buku Pelajaran Kesenian Nusantara. Jakarta: Ford Foundation.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumber Lainnya
Blog, Pemula. (2010). Gambaran Umum Kabupaten Rejang
Lebong”.[Online].Tersedia:http://spsbappeda.blogspot.com/2010/08/gamb aran-umum-kab-rejang-lebong.html#more[Maret 2013]
Indra, D. Tutandi. (2009). Tari Kejei.[Online].Tersedia:http://rejang-lebong.blogspot.com/2009/tari-kejei.html[Maret 2012, Oktober 2012]
Khusnul, Timy. (2012). Fungsi Musik dalam Tari.[Online].Tersedia:
http://tkhusnul.blogspot.com/2012/03/fungsi-musik-dalam-tari.html[November, 2012]