• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARI KEJEI PADA MASYARAKAT SUKU REJANG DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TARI KEJEI PADA MASYARAKAT SUKU REJANG DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

TARI KEJEI PADA MASYARAKAT SUKU REJANG DI

KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandariSyaratuntukmemperolehGelarSarjanaPendidik anJurusanPendidikanSeniTari

Oleh :

INGE METASYA SULPURAS 0900308

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Inge Metasya Sulpuras, 2013

TARI

KEJEI

PADA MASYARAKAT SUKU

REJANG

DI KABUPATEN REJANG

LEBONG PROVINSI BENGKULU

Oleh

Inge Metasya Sulpuras

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Inge Metasya Sulpuras 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

INGE METASYA SULPURAS

TARI KEJEI PADA MASYARAKAT SUKU REJANG DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dra.Desfina, M.Hum. NIP. 196102201990032001

Pembimbing II

AgusBudiman, M.Pd. NIP. 197703122005011002

Mengetahui

KetuaJurusanPendidikanSeniTari

(4)

Inge Metasya Sulpuras, 2013

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “TARI KEJEI PADA MASYARAKAT SUKU REJANG

DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU”. Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini adalah belum adanya penjelasan yang mendetail dan komprehensif mengenai tari Kejei yang ada pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu, padahal tarian ini merupakan tarian adat milik masyarakat suku Rejang yang menjadi kebanggaan, dan ciri khas, serta mempunyai peranan tersendiri bagi suku Rejang selaku masyarakat pemiliknya. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian antara lain : 1) Bagaimana latar belakang Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ?; 2) Bagaimana bentuk penyajian Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ?; 3) Bagaimana struktur gerak Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ?. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan kulitatif dengan model deskriptif analisis. Diharapkan peneliti dapat memaparkan hasil penelitian secara deskriptif, dan menganalisis hasil penelitian mengenai latar belakang tari Kejei pada masyarakat suku Rejang, bentuk penyajian maupun struktur gerak dari tari Kejei pada masyarakat suku Rejang itu sendiri. Instrumen yang peneliti gunakan untuk menghimpun data dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur. Dari pembahasan dan anilisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tari Kejei yang ada pada masyarakat suku Rejang yang merupakan tarian adat, yang diwarisi secara turun menurun dari leluhur mereka. Tari ini berlatarbelakang dari sebuah ceritira turun temurun tentang ungkapan bahagia, wujud syukur kepada sang pencipta, dan suka cita atas anugrah dari Yang Maha Kuasa. Bentuk penyajian tari Kejei pun sangat sederhana, penggunaan penei sebagai syarat pengikat, busana adat dan riasan korektif sebagai penyempurna penampilan, serta pola lantai dan gerakan yang sederhana namun syarat akan makna bagi masyarakat pemiliknya.

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR GAMBAR...vi

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Sistematika Penulisan ... Error! Bookmark not defined. BAB IIKAJIAN TEORITIS ... Error! Bookmark not defined.

A. Teori Seni Pertunjukan ... Error! Bookmark not defined. B. Seni dan Masyarakat ... Error! Bookmark not defined. C. Teori Bentuk... Error! Bookmark not defined. D. Tata Rias dan Busana dalam Tari... Error! Bookmark not defined. E. Musik Pengiring ... Error! Bookmark not defined. BAB IIIMETODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

(6)

Inge Metasya Sulpuras, 2013

E. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. F. Langkah-Langkah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Pra Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Pelaksanaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3. Pasca Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Latar belakang Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang

Lebong Provinsi Bengkulu ... Error! Bookmark not defined. 3. Bentuk Penyajian tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten

Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ... Error! Bookmark not defined. 4. Struktur Gerak tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang

Lebong Provinsi Bengkulu ... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Latar Belakang Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu ... Error! Bookmark not defined. 2. Bentuk Penyajian Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten

Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ... Error! Bookmark not defined. 3. Struktur Gerak dalam Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten

Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ... Error! Bookmark not defined. BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta wilayah Kab. Rejang Lebong...34

Gambar 4.2 Balei Kejei ... 39

Gambar 4.3 Penei ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.4 Musik pengiring ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.5 Rias wanita ...45

Gambar 4.5 Rias wajah wanita ...45

Gambar 4.7 Songket pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.8 Baju pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.9 Selempang pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 10 Cuk uleu pria ... 48

Gambar 4.11 Busana pria (depan) ... 48

Gambar 4.12 Busana pria (belakang)...48

Gambar 4.13 Kain songket wanita ... 49

Gambar 4.14 Baju kurung wanita ... 49

(8)

Inge Metasya Sulpuras, 2013

Gambar 4.26 Busana wanita (belakang) ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.27 Gerak

masuk...Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.28 Pola lantai ke-1 gerak masuk ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.29 Duduk nyambei wanita (1) ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.30 Duduk nyambei wanita (2) ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.31 Duduk nyambei pria ... 57

Gambar 4.32 Pola lantai ke-2 gerak duduk nyambei ... 58

Gambar 4.33 Gerak sembah pria ... 58

Gambar 4.34 Gerak sembah wanita ... 60

Gambar 4.35 Pola lantai ke-3 gerak sembah ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.36 Gerak wanita setelah sembah ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.37 Gerak pria setelah sembah bagian 1Error! Bookmark not defined. Gambar 4.38 Gerak pria setelah sembah bagian 2Error! Bookmark not defined. Gambar 4.39 Gerak matah dayung wanita ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.40 Gerak tetap 1 wanita ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.41 Gerak matah dayung pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.42 Gerak tetap 1 pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.43 Pola lantai ke-4 gerak tetap 1 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.44 Pola lantai ke-5 gerak tetap 1 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.45 Pola lantai ke-6 gerak tetap 1 ... 67

Gambar 4.46 Pola lantai ke-7 gerak tetap 1 ... 67

Gambar 4.47 Pola lantai ke-8 gerak tetap 1 ... 68

Gambar 4.48 Gerak matah dayung wanita ... 69

Gambar 4.49 Gerak tetap 2 wanita ... 69

(9)

Gambar 4.53 Pola lantai ke-10 gerak tetap 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.54 Pola lantai ke-11 gerak tetap 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.55 Pola lantai ke-12 gerak tetap 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.56 Gerak matah dayung wanita ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.57 Gerak tetap 1 wanita ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.58 Gerak matah dayung pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.59 Gerak tetap 1 pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.60 Pola lantai ke-13 gerak tetap 1 ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.61 Pola lantai ke-14 gerak tetap 1 ... 77

Gambar 4.62 Pola lantai ke-15 gerak tetap 1 ... 77

Gambar 4.63 Pola lantai ke-16 gerak tetap 1 ... 78

Gambar 4.64 Gerak matah dayung wanita ... 79

Gambar 4.65 Gerak tetap 2 wanita ... 79

Gambar 4.66 Gerak tetap 2 pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.67 Pola lantai ke-17 gerak tetap 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.68 Pola lantai ke-18 gerak tetap 2 ... 81

Gambar 4.69 Pola lantai ke-19 gerak tetap 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.70 Pola lantai ke-20 gerak tetap 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.71 Pola lantai ke-21 gerak tetap 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.72 Duduk nyambei wanita ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.73 Duduk nyambei pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.74 Gerak sembah pria ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.75 Gerak sembah wanita ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.76 Pola lantai ke-22 gerak sembah ... 87

Gambar 4.77 Pola lantai ke-23 gerak pulang bagian 1 ... 87

Gambar 4.78 Pola lantai ke-24 gerak pulang bagian 2 ... 88

Gambar 4.79 Pola lantai ke-25 gerak pulang bagian 3 ... 88

(10)

Inge Metasya Sulpuras, 2013

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman Wawancara...103

Pedoman Observasi...104

Narasumber...105

Dokumentasi...107

(12)

1

Inge Metasya Sulpuras, 2013

Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tari merupakan ekspresi jiwa yang diungkapkan dalam bentuk gerak

tubuh yang memiliki nilai estetika. Tari sebagai karya seni dapat dimaknai sebagai

suatu ekspresi perasaan dalam diri manusia yang diolah oleh imajinasi dan

diaktualisasikan dalam media gerak. Sumandiyo (2005:13) menyatakan bahwa :

Seni tari sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis, kehadirannya tidak bersifat independen. Dilihat secara tekstual, tari dapat dipahami dari bentuk dan tekhnik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk atau penataan koreografi) atau tekhnik penarinya (analisis cara melakukan atau keterampilan). Sementara dilihat secara kontekstual yang berhubungan dengan ilmu sosiologi maupun antropologi, tari adalah bagian dari immanent dan integral dari dinamika sosio-kultural masyarakat.

Berdasarkan pemaparan diatas, tari merupakan ungkapan estestis dari

ekspresi jiwa manusia yang secara tekstual dapat dipahami melalui bentuk

penyajiannya, tekhnik yang berkaitan dengan komposisinya, analisis penataan

koreografinya, segala elemen dalam penyajiannya bahkan tekhnik atau

keterampilan para penarinya. Gambaran budaya tempat tari itu berada, ekspresi

masyarakat dari tempat tari itutercipta dan berkembang. Tari di Indonesia

mulanya berasal dari gerakan-gerakan ritual yang berfungsi sebagai alat upacara

menurut sejarahnya, seperti persembahan kepada leluhur dan nenek moyang

(animisme). Semakin hari keberagaman tarian di Indonesia pun semakin

mengalami perkembangan, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini.

Soedarsono (2010:5) mengutarakan bahwa :

(13)

2

Inge Metasya Sulpuras, 2013

agama Islam dari Arab, agama Katolik, Kristen dan Protestan dari Eropa, agama Konghucu dari Cina, dan ditambah dengan Kepercayaan Kepada Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, wajarlah apabila sebagai akibat dari pengaruh budaya-budaya besar itu Indonesia menjadi sangat kaya akan seni pertunjukan. Namun perlu dicatat, bahwa pengaruh-pengaruh itu kemudian ditanggapi secara kreatif dan menyatu dengan seni pertunjukan Indonesia sebelum datangnya pengaruh asing.

Pernyataan di atas jelas sekali memaparkan bahwa keberadaan seni

pertunjukan khususnya tari di Indonesia terus mengalami perkembangan dari

masa ke masa. Meski berbagai faktor yang telah diungkap oleh Soedarsono

mengenai perkembangan seni pertunjukan di Indonesia, masyarakat Indonesia

tidak semata-mata menerima mentah-mentah apa yang mereka dapat dari luar.

Tapi semua itu mengalami penyaringan dan disesuaikan dengan kebudayaan yang

dianut, sehingga menghasilkan keberagaman bentuk seni (tari) yang indah dan

menjadi ciri khas dari masing-masing suku bangsa.

Sebuah tarian selain menjadi ciri khas dari masyarakat pemiliknya, tarian

juga diyakini memiliki peranan dan fungsi tersendiri dalam setiap penyajiannya.

Setiap zaman, setiap kelompok etnis, serta setiap lingkungan masyarakat,

mempunyai berbagai bentuk seni pertunjukan yang mempunyai fungsi primer dan

sekunder yang berbeda pula. Dalam sumber yang sama Soedarsono (2010:123)

menyatakan bahwa :

Secara garis besar seni pertunjukan memiliki tiga fungsi primer, yaitu (1) sebagai sarana ritual; (2) sebagai ungkapan pribadi yang pada umumnya berupa hiburan pribadi; (3) sebagai presentasi estetis. … Pada pertunjukan ritual ini penikmatnya adalah para penguasa dunia atas serta bawah, sedangkan manusia sendiri lebih mememeentingkan upacara itu daripada menikmati bentuknya. Fungsi primer yang kedua adalah sebagai ungkapan dan hiburan pribadi, keterlibatan penikmat sama dengan fungsi pertama. … Seni pertunjukan yang berfungsi sebagai penyajian estetis memerlukan penggarapan yang sangat serius, karena penikmat yang pada umumnya membeli karcis, menuntut sajian pertunjukan yang baik.

Eksistensi seni pertunjukan di Indonesia selain mengalami perkembangan

juga mengalami pasang-surut dari masa ke masanya, hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor yang dipaparkan oleh Soedarsono, diantaranya perubahan politik,

(14)

bentuk-3

Inge Metasya Sulpuras, 2013

Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bentuk pertunjukan yang lain, termasuk juga dana/biaya. Namun hal itu tidak

semata-mata membuat tarian di Indonesia menjadi hilang, berbagai penyesuaian

dilakukan untuk tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan asli milik bangsa

Indonesia yang menjadi ciri khas masing-masing suku bangsa.

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian

barat daya pulau Sumatera yang mempunyai berbagai macam bentuk tarian, baik

tarian adat yang berkaitan dengan kepercayaan lama sebagai penolak balak, dan

pemujaan, sendratari, maupun tari-tarian kreasi sebagai tarian hiburan. Provinsi

yang berdiri pada tanggal 16 November 1968 ini memiliki banyak suku bangsa

yang menempatinya, diantaranya Suku Serawai, Suku Melayu, Suku Lembak,

Suku Muko-muko, Suku Pekal, Suku Enggano dan Suku Rejang yang masing

masing suku mempunyai kesenian tradisional sebagai ciri khas dan jati diri

mereka sebagai masyarakat pemiliknya. Suku Serawai mempunyai tari Andun

yang ditarikan oleh bujang gadis suku Serawai untuk menyambut tamu dan juga

sebagai sarana mencari jodoh bagi para penarinya.

Suku Rejang merupakan salah satu suku tertua di Pulau Sumatera yang

menduduki sebagian besar wilayah di Provinsi Bengkulu. Suku Rejangyang terdiri

dari 4 mergo atau dikenal dengan sebutan Rejang Pat Petulai yang berarti Rejang

empat petulai yaitu Mergo Bermani atau Bermano, Mergo Bejinggo, Mergo

Sepanjang Jiwo dan Mergo Bimbo tersebar di Kabupaten Kepahiang, Kabupaten

Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Lebong dan sebagian

besar wilayah Kabupaten Rejang Lebong. Suku ini tidak adaptif terhadap

perkembangan di luar daerah. Ini dikarenakan kultur masyarakat Rejang yang

sulit untuk menerima pendapat di luar dari pendapat kelaziman menurut pendapat

mereka, dan ini menjadi bukti keyakinan dan ketaatan mereka terhadap

adat-istiadat yang berlaku sejak dahulu kala. Hingga saat ini mayoritas suku Rejang

masih mempertahankan kebudayaan mereka, tidak heran jika hukum adat yang

berupa denda dan cuci kampung masih dipertahankan hingga sekarang

(Musiardanis). Setiap suku bangsa memiliki cara tersendiri dalam mewujudkan

rasa syukur, rasa cinta, dan wujud penghormatan mereka terhadap sesama maupun

(15)

4

Inge Metasya Sulpuras, 2013

berbagai macam kesenian yang mereka balut dengan prosesi tradisi untuk

memuliakan adat istiadatnya, salah satunya Tari Kejei.

Tari Kejei merupakan salah satu bentuk tari adat dari suku Rejang yang

memiliki makna dan nilai tinggi bagi masyarakat pemiliknya. Menurut

masyarakat pemiliknya tarian ini pertama kali dilaporkan oleh seorang pedagang

Pasee, bernama Hassanuddin Al-Pasee yang berniaga ke Bengkulu pada tahun

1468. Tari Kejei yang mulanya bernama ta’ei jang pada awalnya ditarikan oleh

anak sangei yaitupara muda-mudi di desa pada malam hari di tengah-tengah

penerangan lampion yang dilakukan pada setiap musim panen raya datang,

ataupun pada perhelatan besar yang terjadi di masyarakat Rejang dalam kurun

waktu yang cukup panjang dan disajikan membentuk lingkaran dengan

berhadap-hadapan searah menyerupai jarum jam. Namun belum diketahui pasti bagaimana

latar belakang tari Kejei yang ada pada masyarakat suku Rejang di Provinsi

Bengkulu.

Tari ini termasuk tarian sakral yang diyakini masyarakat mengandung

nilai-nilai mistik, sehingga hanya dilaksanakan masyarakat suku Rejang dalam

acara menyambut para biku, perkawinan dan adat marga dan pelaksanaan tari ini

disertai pemotongan kerbau atau sapi sebagai syaratnya. Tari Kejei merupakan tari

adat yang menjadi kebanggan dan ciri khas masyarakat Rejang. Menurut

Soemardjo (2001:70) dalam Purwanti (2012), adapun jenis-jenis tarian

berdasarkan fungsinya, yaitu :

Tarian sakral hanya dilakukan atas perintah kepala suku atau pawing yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah demi kepentingan seuruh penduduk. Tari adat yang dilangsungkan pada acara keluarga dan tari profane yang bersifat pesta gembira bersama setelah berhasil menyelesaikan suatu masalah demi kepentingan penduduk.

Perkembangannya hingga saat ini, tari Kejei disajikan selain pada

perhelatan besar masyarakat suku Rejang dalam menyambut tamu agung pada

kedatangan pertama, tetapi juga disajikan pada Uleak besar atau pesta pernikahan

masyarakat suku Rejang. Banyak keunikan dari tari Kejei yang menarik untuk

disimak, dan terdapat ketentuan-ketentuan khusus dalam penyajiannya. Tari ini

(16)

5

Inge Metasya Sulpuras, 2013

Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

jumlah ganjil, misalnya 5 pasang, 7 bahkan 9 pasang. Menurut kepercayaan

masyarakat pemiliknya tari ini hanya bisa ditarikan oleh wanita yang masih

perawan, atau bisa ditarikan dalam keadaan suci. Namun belum ada penjelasan

khusus mengenai makna suci disini. Hanya terdapat dua tipe gerakan dalam tari

Kejei yaitu gerak tetap dan gerak peralihan, serta lintasan memutar menyerupai

jarum jam dan penghormatan ke empat arah mata angin.

Terdapat tempat khusus untuk pertunjukan tari ini, yaitu Balei Kejei yang

berarti Balai Kejei, dan kehadiran penei yaitu sejumlah sesaji yang harus dipenuhi

sebagai syarat pengikatnya. Busana yang dikenakan dalam penyajian tari ini yaitu

pakaian adat masyarakat suku Rejang, dengan riasan cantik sebagai pemanisnya.

Musik yang mengiringi tari Kejei pun cenderung sederhana berasal dari alat musik

khas suku Rejang yang pasti mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat suku

Rejang sebagai pemiliknya.

Tradisi menyakralkan setiap tahapan kehidupan manusia yang penting,

seperti kelahiran, kehamilan peralihan usia, pernikahan dan kematian tidak

dibiarkan berlalu begitu saja. Tradisi menahannya dengan upacara yang berisi

persyaratan yang tak boleh ditawar, agar tertoreh dalam batin dan menimbulkan

rasa hormat. Akan tetapi modernisasi yang memuliakan efisiensi, efektifitas dan

menghitung segalanya. Di segala sektor kehidupan telah terjadi perkembangan,

hingga penyesuaian yang juga terjadi pada tari Kejei. Tari dikategorikan sebagai

tari ritual apabila memenuhi kriteria khusus, yang diantaranya sebagai berikut :

waktu terpilih, tempat terpilih, penari terpilih dan adanya sesaji dalam

penyajiannya, baik sebelum maupun pada saat tari ini dipertunjukkan, begitu pula

dengan tari Kejei.

Dewasa ini tari Kejei memiliki peranan tersendiri bagi masyarakat suku

Rejang dengan segala persyaratan yang mengikatnya. Namun demikian, belum

ada penjelasan yang mendetail dan konprehensif mengenai Tari Kejei pada

masyarakat Suku Rejang. Hal ini dipahami bahwa suatu hal berperan jika suatu

hal tersebut berdampak pada hal lain baik dari aspek fungsinya maupun

kegunaannya. Berangkat dari hal itu, peneliti merasa perlu untuk melakukan

(17)

6

Inge Metasya Sulpuras, 2013

mengetahui latar belakang tari tersebut tapi juga memberi pengetahuan kepada

khalayak tentang keberadaan tari Kejei pada masyarakat suku Rejang, bagaimana

bentuk penyajiannya dan makna apa saja yang terkandung didalamnya. Atas dasar itulah peneliti memilih judul “TARI KEJEI PADA SUKU REJANG DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang belakang masalah yang

dikemukakan diatas, maka peneliti merumuskan beberapa masalah dalam bentuk

pertanyaan, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di

Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ?

2. Bagaimana bentuk penyajian Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di

Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ?

3. Bagaimana struktur gerak Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di

Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

permasalahan yang ada di lapangan, dan mencari jawaban melalui berbagai

sumber yang diterima berupa deskripsi dari permasalahan dirumusan masalah.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini berdasarkan latar belakang dan

rumusan masalah di atas yaitu :

- Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana latar belakang tari Kejei

pada masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi

(18)

7

Inge Metasya Sulpuras, 2013

Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

- Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk penyajian Tari Kejei pada

masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu

- Untuk mengetahui dan mendeskripsikan struktur gerak Tari Kejei pada

masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan tujuan penelitian di atas, peneliti

berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Peneliti

a. Menambah ilmu, wawasan dan pengetahuan lebih lanjut bagi peneliti

mengenai latar belakang tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di

Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu

b. Mengetahui bentuk penyajiannya Tari Kejei pada masyarakat Suku

Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu

c. Mengetahui bagaimana struktur gerak Tari Kejei pada masyarakat

Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu

2. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung

Memberikan kontribusi di dalam menambah sumber pustaka (literature)

khususnya pada Jurusan Pendidikan Seni Tari mengenai Tari Kejei pada

masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu yang

dapat disajikan dan menjadi bacaan bagi para mahasiswa yang masih menimba

ilmu di Universitas Pendidikan Indonesia, dan diharapkan dapat memberikan

sumbangan ilmu pengetahuan.

3. Masyarakat Umum

Meningkatkan kecintaan dan kebanggaan terhadap kesenian daerah

setempat, dapat menambah wawasan dan informasi bagi masyarakat umum, serta

memperkenalkan salah satu kesenian masyarakat suku Rejang, yaitu Tari Kejeidi

(19)

8

Inge Metasya Sulpuras, 2013

4. Seniman dan Masyarakat Suku Rejang

Memberikan kontribusi bagi perkembangan kesenian asli masyarakat suku

Rejang, dan menambah sumber pustaka yang dapat disajikan kepada khalayak

umum sebagai dokumentasi.

5. Pemerintah Setempat

Menambah pembendahraan laporan mengenai seni budaya daerah Provinsi

Bengkulu, memperhatikan Tari Kejei milik masyarakat suku Rejang dan

kesenian-kesenian lainnya, serta melestarikan Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di

Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.

E. Struktur Organisasi

Skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab di dalamnya terdiri dari

beberapa sub bab yang saling berketerkaitan satu sama yang lain mengenai penelitian yang berjudul “Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu”. Bab I berisi tentang latar belakang penelitian

ini, diikuti rumusan masalah, tujuan serta manfaat dalam penelitian ini.

Bab II dalam skripsi ini berisi tentang kajian teoritis, atau teori-teori yang

menguatkan dalam penelitian ini. Teori yang pertama mengenai teori seni

pertunjukan, teori ini memaparkan tentang perkembangan seni pertunjukan di

Indonesia, mulai dari masuknya seni pertunjukan di Indonesia, faktor yang

mempengaruhi perkembangannya, hingga fungsi dari seni pertunjukan itu sendiri.

Teori yang kedua yaitu teori seni dan masyarakat, teori ini menguatkan tentang

keterkaitan antara seni dan masyarakat itu sendiri, Bagaimana seni merupakan

hasil dari masyarakat, cerminan dari masyarakat pemiliknya. Berikutnya teori

bentuk, teori bentuk penyajian berisi tentang bagaimana penyajian suatu kesenian

mempunyai suatu bentuk tersendiri. Teroi struktur gerak merupakan teori ketiga

dalam bab 2 ini, yang mana teori ini memaparkan bahwa suatu tarian terdiri dari

unsur-unsur gerak yang tersusun menjadi struktur gerak. Selanjutnya teori tata rias

(20)

9

Inge Metasya Sulpuras, 2013

Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dlama suatu tarian. Teori yang terakhir yaitu teori musik tari, teori musik tari

berisi tentang bagaimana musik memberikan arti ataupun makna tersendiri dalam

penyajian sebuah tarian.

Metode penelitian yang dipaparkan dalam bab III berisi tentang prosedur

ataupun langkah-langkah yang dilakukan peneliti selama menjalankan penelitian.

Bab ini berisi tentang lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode

penelitian, definisi operasional, tekhnik pengumpulan data, instrumen penelitian,

tekhnik pengolahan dan analisis data, dan sub bab yang terakhir yaitu

langkah-langkah penelitian.

Bab IV dalam skripsi ini merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam

penelitian ini. Pada sub bab yang pertama menjelaskan hasil penelitian tentang

Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi

Bengkulu, bagaimanalatar belakangnya, bagaimana bentuk penyajiannya, dan

bagaimana struktur geraknya. Sedangkan untuk sub bab yang kedua berisi tentang

pembahasan hasil penelitian, yaitu analisis peneliti terhadap hasil penelitian

menggunakan teori-teori yang terdapat pada bab II.

Kesimpulan dan saran dalam penelitian ini dipaparkan pada bab V.

Kesimpulan yang menjawab lpermalahan dalam rumusan maslah, dan saran-saran

yang membangun terkait dengan penelitian ini, baik untuk subjek penelitian,

maupun hal lain yang terkait dengan subjek penelitian itu sendiri yaitu Tari Kejei

(21)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Curup ibukota Kabupaten Rejang

Lebong, tepatnya di Badan Musyawarah Adat Rejang Kabupaten Rejang Lebong,

Provinsi Bengkulu, dengan subjek penelitian yang dipilih adalah Tari Kejei pada

masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Alasan

pemilihan lokasi ini karena suku yang terdiri dari 4 mergo atau dikenal dengan

sebutan Rejang Pat Petulai yang berarti Rejang empat petulai menempati

kabupaten Kepahiang, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah,

Kabupaten Lebong dan sebagian besar wilayah kabupaten Rejang Lebong.

Kabupaten Rejang Lebong merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Bengkulu

yang ±43% penduduknya merupakan Suku Rejang yang terbagi ke 15 kecamatan

di Kabupaten Rejang Lebong. Selain kota Curup yang sekaligus yang sekaligus

menjadi pusat pemerintahan di Kabupaten Rejang Lebong diharapkan dapat

menghasilkan data yang akurat pada proses pencgumpulan data, baik observasi,

dokumentasi dan pustaka, maupun data hasil wawancara dengan masyarakat

pendukung.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penggunaan metode dalam sebuah penelitian adalah syarat mutlak untuk

dapat kedalaman dari sebuah masalah. Ketepatan menggunakan metode dalam

penelitian merupakan cara atau alat untuk mencapai keberhasilan penelitian.

Metode erat hubungannya dengan prosedur, suatu proses atau tekhnik yang

sistematik dalam penyidikan suatu ilmu tertentu untuk mendapatkan objek yang

(22)

26

Inge Metasya Sulpuras, 2013

penelitian dilaksanakan” (Iqsan, 2002:21). Kelebihan metode dalam penelitian adalah membantu memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan permasalahan

penelitian, selain itu kepentingan metode dalam penelitian adalah sebagai

prosedur dan tekhnik penelitian yang berfungsi untuk mengarahkan proses

berfikir peneliti, guna mendapatkan hasil data yang akurat pada kebenaran data.

Ibrahim (2007:16) dalam Kurnia (2010) menjelaskan sebagai berikut :

Metodologi penelitian sangat menentukan dalam upaya menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian. Dengan kata lain, metodologi penelitian akan memberikan petunjuk terhadap pelaksanaan penelitian atau petunjuk bagaimana penelitian itu dilaksanakan. Bagaimana prosedurnya, jenis data mana yang harus dikumpulkan, alat apa yang digunakan untuk memperoleh data tersebut, darimana memperolehnya, berapa banyak yang diperlukan, bagaimana harus ditampilkan, dan lain-lain.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan kulitatif

dengan model deskriptif analisis. Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan dengan

cara melihat obyek kajian dilihat sebagai suatu sistem, dengan kata lain dilihat

sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang terkait. Soegiyono (2011:15)

mengungkapkan :

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, tekhnik pengumpulan dengan trianggulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk

memdeskripsikan atau menggambarkan peristiwa dan kejadian pada saat

penelitian berlangsung, serta untuk menyusun fakta yang ada di lapangan.

Surakhmad (1958: 139) mendefinisikan tentang metode deskriptif yang peneliti

gunakan pada penelitian ini sebagai berikut :

(23)

27

diklasifikasikan untuk dijadikan acuan sebagai bahan analisis pada langkah berikutnya agar menghasilkan kesimpulan dan implikasi pada langkah yang bermakna secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta yang diteliti.

Metode ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan memaparkan seluruh

hasil penelitian sesuai dengan keadaan di lapangan, yang memiliki cara penulisan

dengan memaparkan hasil penelitian, baik secara empiris maupun secara teoritis.

Penelitian deskriptif analisis juga merupakan gambaran yang sistematis, faktual

dan akurat mengenai fakta-fakta serta ciri khas tertentu yang terdapat dalam

subjek penelitian yang dalam hal ini yaitu tari Kejei pada masyarakat suku Rejang

di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Dengan kata lain, peneliti dapat

menggambarkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat penelitian

berlangsung sesuai dengan penemuan di lapangan. Penelitian ini tidak terbatas

pada pendeskripsian data sebagaimana adanya yang diperoleh, akan tetapi dengan

penarikan kesimpulan sebagai pertimbangan dalam pemecahan masalah.

Adapun ciri-ciri terkait metode deskriptif analisis yaitu :

1. Merumuskan dan memusatkan diri pada pemecahan masalah yang terjadi

pada masa sekarang, pada masa aktual.

2. Data dikumpulkan, mula-mula disusun,dijelaskan dan kemudian

dianalisis karena itu sering disebut analisis.

C. Definisi Operasional

Untuk menegaskan definisi fokus kajian penelitian dan menghindari salah

penafisiran, peneliti perlu menyampaikan penjelasan tentang beberapa istilah

dalam bentuk definisi operasional dari judul penelitian yang diangkat :

Tari Kejei merupakan salah satu bentuk tari adat darisuku Rejang yang

memiliki makna dan nilai yang sangat tinggi yang biasa ditampilkan dalam acara

tertentu pada suku tersebut. Tari ini adalah tarian sakral yang diyakini masyarakat

mengandung nilai-nilai mistik, sehingga hanya dilaksanakan masyarakat suku

(24)

28

Inge Metasya Sulpuras, 2013

Suku Rejang merupakan salah satu suku tertua di pulau Sumateraselain

suku bangsa Melayu yang menyebar sampai ke daerah Lebong, Kepahiang,

Curupdi Provinsi Bengkulu dan sampai di tepi sungai ulu musi di perbatasan

dengan Sumatera Selatan.

Kabupaten Rejang Lebong merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi

Bengkulu yang sebagian besar wilayahnya dihuni oleh ± 43% masyarakat suku

Rejang dari 4 Mergo suku Rejang itu sendiri, yaitu Mergo Bermani atau Bemano,

Mergo Bejinggo, Mergo Sepanjang Jiwo dan Mergo Bimbo yang tersebar di 15

kecamatannya.

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian

barat daya pulau Sumatera yang berdiri pada tanggal 16 November 1968 dan

mempunyai 9 kabupaten dan 1 kotamadya, yaitu Kabupaten Bengkulu Utara,

Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten

Kepahiang, Kabupaten Rejang lebong, Kabupaten Lebong, Kabupaten Kaur,

Kabupaten Seluma, Kabupaten Muko-Muko, dan Kota Bengkulu.

D. Tekhnik Pengumpulan Data

Data merupakan bahan penting yang akan bermanfaat untuk menjawab

permasalahan, mencari apa saja yang ingin digunakan untuk mencapai tujuan

penelitian, sebagai bukti pencarian fakta, dan membuktikan hipotesis penelitian,

dengan demikian data merupakan kunci pokok dalam kegiatan penelitian

sekaligus menemukan mutu hasil penelitian. Pengumpulan data adalah pencatatan

peristiwa-peristiwa, kejadian, hal-hal, keterangan-keterangan atau

karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen yang akan menunjang dan mendukung

penelitian. Pemilihan tekhnik pengumpulan data harus disesuaikan dengan metode

penelitian yang dipilih. Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan pada

penelitian ini antara lain :

1. Observasi

(25)

29

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan” (Hadi dalam Soegiyono,

2012). Dalam penelitian ini peneliti memilih tekhnik observasi, karena sebagai

tekhnik pengumpulan data observasi mempunyai ciri yang spesifik yaitu tidak

terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sugiyono

(2011:311) berpendapat mengenai tekhnik pengumpulan data dengan observasi

sebagai berikut :

Penelitian ini menggunakan tekhnik observasi moderat (moderate

partisipacion). Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi

orang dalam dan orang luar. Penelitidalam mengumpulkan data ikut observasi

partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya. Dalam penelitian ini

peneliti memusatkan perhatian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan objek

yang diteliti, dengan cara terjun langsung dan mengamati tentang Tari Kejei pada

masyarakat suku Rejang di Kota Curup, tepatnya di Badan Musyawarah Adat

Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Ikut terjun langsung ke dalam

hal-hal yang masih bisa dilakukan oleh peneliti, dan mengamati secara detail tentang

(26)

30

Inge Metasya Sulpuras, 2013

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara pengambilan data yang dilakukan

melalui kegiatan komunikasi lisan dalam bentuk terstruktur, semi terstruktur, dan

tak terstruktur. Menurut Guba dan Lincoln (1985) tujuan wawancara adalah

mengkonstruksi menggali orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan,

motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kompleksitas yang dialami pada masa

lalu; memproyeksikan harapan-harapan agar dialami pada masa yang akan dating,

memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan (dalam

Kasmahidayat, 2010:65). Wawancara digunakan untuk mendapatkan data dan

informasi mengenai objek penelitian yang akan diteliti dengan metode tanya

jawab yang akan sangat membantu peneliti dalam mengumpulkan informasi dan

data mengenai penelitian ini. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara

terbuka dan langsung kepada informan, dalam hal ini para Pemangku Adat suku

Rejang yang terhimpun dalam Badan Musyawarah Adat Kabupaten Rejang

Lebong, penata musik, penanggungg jawab sanggar Gading Mas dengan bantuan

recorder, handycam, dan alat bantu lainnya. Tekhnik wawancara yang peneliti

gunakan ialah wawancara semiterstruktur. Hal ini dimaksudkan untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan leluasa, namun tetap

menggunakan pedoman wawancara sebagai instrumen penelitian. Terdapat

narasumber primer dan sekunder dalam penelitian ini, yang mana keduanya

sangat membantu peneliti dalam mengumpulkan data dan menguji keabsahan

data. Narasumber dalam penelitian ini terdiri dari pengurus BMA Rejang

Kabupaten Rejang Lebong, serta penata tari dan musik tari Kejei itu sendiri,

sedangkan narasumber sekunder dalam penelitian ini yaitu masyarakat suku

Rejang dan warga Kabupaten Rejang Lebong namun bukan masyarakat suku

Rejang.

3. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu, dapat berupa

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Tekhnik

(27)

31

data penelitian. Pendokumentasian merupakan pelengkap dari metode observasi

dan wawancara yang peneliti pilih guna memperkuat hasil yang diperoleh lebih

kredibel atau dapat lebih dipercaya karena di dukung dengan bukti baik audio,

visual maupun video audio-visual menggunakan alat bantu berupa camera,

handycamdan alat bantu lainnya ketika penelitian berlangsung.

4. Studi Literatur

Studi literatur merupakan tekhnik pengumpulan data yang diperlukan

dengan cara menelaah beberapa sumber, seperti buku, majalah, artikel, dan jurnal,

baik dari perpustakaan maupun referensi sebagai bahan rujukan. Buku-buku

tersebut diantaranya Buku Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, Tari

Sunda Dulu, Kini dan Esok, Pertumbuhan Seni Pertunjukan, Seni, Tradisi,

Masyarakat dan buku tentang seni pertunjukan lainnya yang peneliti cantumkan

dalam latar belakang masalah dan Teori Seni Pertunjukan pada Bab 2, Filsafat

Seni pada Teri Seni dan Pertunjukan pada Bab 2 serta membantu peneliti untuk

memahami lebih lanjut dalam pemaparan analisis penelitian pada Bab 4, Metode

Penelitian Pendidikan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Metode Penelitian

Kebudayaan yang peneliti gunakan selama penelitian dan proses penggarapan Bab

3, Estetika Sebagai Sebuah Pengantar, Agama dalam Transformasi Budaya

Nusantara,Suku Rejang dan buku-buku pendukung lainnya yang membantu

peneliti baik selama penelitian maupun dalam penyelesaian penyusunan laporan

hasil penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam pengumpulan

data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2011:305) “Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. ... Penelitian kualitatif sebagai human

instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai

(28)

32

Inge Metasya Sulpuras, 2013

data maupun yang mengolah dan menganalisis data dengan berbagai tahapannya.

Selain itu instrumen penelitian yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data

ialah pedoman observasi dan wawancara.

Pedoman observasi yang peneliti lakukan yaitu observasi secara langsung

ke lapangan dengan menggunakan alat bantu berupa camera, handycam, dan alat

bantu lainnya. Dan pedoman wawancara sebagai panduan peneliti dalam menggali

informasi dan mengumpulkan data dari narasumber mengenai subjek penelitian

tari Kejei dan rumusan masalah pada penelitian ini, yang meliputi latar belakang

tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi

Bengkulu, bentuk penyajian tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten

Rejang Lebong Provinisi Bengkulu dan struktur gerak tari Kejei pada masyarakat

suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.

F. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan studi

dokumentasi dan pustaka dikumpulkan dan selanjutnya dianalisis sesuai metode

yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, yaitu deskriptif analisis yang

diharapkan dengan bukti otentik yang telah didapatkan akan menambah validitas

hasil penelitian. Data yang telah terkumpul dari berbagai sumber diolah, diseleksi

atas dasar realibitas dan validitasnya, data yang kurang lengkap digugurkan atau

dilengkapi dengan subtitusi. Selanjutnya data yang telah lulus seleksi disusun agar

memudahkan dalam pengolahan selanjutunya. Adapun langkah-langkah yang

akan dilakukan dalam pengolahan data sebagai berikut :

1. Menyusun data sesuai dengan permasalahannya

2. Menyesuaikan data yang diperoleh di lapangan dengan sumber-sumber

data yang tertulis dan data yang di dapat dari narasumber

3. Menarik kesimpulan dari data yang telah disusun

(29)

33

dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis,

menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian” (Patton, 1980:263). Analisis data digunakan secara mendalam dan menyeluruh termasuk pemaparan kaidah-kaidah penelitian. Menurut Kasmahidayat (2010:66) menyatakan bahwa “Analisis data penelitian budaya merupakan tahapan pengolahan seluruh proses pengkajian hasil wawancara,

pengamatan, dan dokumentasi yang telah terkumpul, untuk melahirkan kedalaman analisis dalam penelitian”. Langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam menganalisis data di antaranya :

1) Reduksi Data

2) Penyajian Data, dan

3) Menarik Kesimpulan

Untuk menguji kredibilitas dan keabsahan data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik triangulasi. Triangulasi

adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan, atau sebagai pembanding

terhadap data itu. Ada empat kriteria keabsahan data yang digunakan dalam

penelitian kualitatif, yakni kepercayaan (credibility), keterampilan

(transferability), kebergantungan (dependenability), dan kepastian

(confirmability).

G. Langkah-Langkah Penelitian

1. Pra Penelitian a. Survei

Langkah pertama yang dilakukan peneliti dalam penulisan skripsi

ini adalah survei yang dilakukan pada bulan Agustus 2012 di

Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Rejang Lebong. Survei ini

dimaksudkan untuk menentukan dan mengetahui objek yang akan

diteliti mengenai tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Provinsi

(30)

34

Inge Metasya Sulpuras, 2013

b. Perumusan Judul dan Topik Penelitian

Setelah melakukan survey, peneliti kemudian merumuskan judul

dan masalah-masalah yang akan diajukan kepada dewan skripsi sesuai

dengan topik penelitian. Adapun judul yang telah disetujui ialah : “Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu”.

c. Penyusunan dan Sidang proposal

Penyusunan proposal dilakukan setelah judul yang disetujui oleh

dewan skripsi diumumkan pada September 2012. Setelah penyusunan

proposal selesai, diadakan sidang proposal penelitian pada Oktober

2012. Kritik dan saran hasil sidang proposal diolah kembali dalam

bentuk revisi guna kepentingan penelitian agar didapatkan data yang

akurat.

d. Penyelesaian Administrasi Penelitian

Persiapan lainnya yang menjadi perhatian penting peneliti sebelum

terjun langsung ke lapangan untuk melakukan penelitian adalah

mempersiapkan segala administrasi yang berhubungan dengan

penelitian, baik selama penelitian ini berlangsung hingga selesai.

Seperti surat izin penelitian dari Rektorat Kemahasiswaan Universitas

Pendidikan Indonesia kepada Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan

Perlindungan Masyarakat, Surat Keputusan Pentuan Pembimbing, dan

lainnya.

e. Penentuan Instrumen Penelitian

Bertolak pada pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian dapat

ditentukan data apa yang dibutuhkan oleh peneliti. Berdasarkan jenis

data tersebut disiapkan instrument yang dapat mendukung

pengumpulan data untuk menjawab rumusan masalah secara objektif,

(31)

35

2. Pelaksanaan Penelitian a. Pengumpulan Data

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data yang diperlukan

menggunakan bantuan instrument penelitian seperti observasi di Badan

Musyawarah Adat (BMA) Rejang Kabupaten Rejang Lebong pada

bulan Januari 2013, wawancara dengan pengurus BMA Rejang

Kabupaten Rejang Lebong, pelatih tari dan musik Sanggar Gading

Mas BMA Rejang Kabupaten Rejang Lebong pada bulan Januari 2013,

studi dokumentasi dan studi literatur yang peneliti gunakan pada

penelitian ini yaitu di BMA Rejang Kabupaten Rejang Lebong, Dinas

Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Rejang Lebong dan Sanggar

Gading Mas BMA Rejang Kabupaten Rejang Lebong dan studi

pustaka pada berbagai sumber rujukan buku buku pendukung lainnya.

Data tersebut harus valid dan dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya, terutama terkait dengan fokus penelitian Tari Kejei pada

Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi

Bengkulu.

b. Pengolahan Data

Untuk menguji kebenaran dan keabsahan informasi data, dilakukan

pengolahan dari data yang diperoleh dari hasil observasi dan

wawancara di BMA Rejang Kabupaten Rejang Lebong dan Sanggar

Gading Mas BMA Rejang Kabupaten Rejang Lebong, lalu

dikumpulkan untuk selanjutnya dianilisis dan disesuaikan dengan

kepentingan penelitian. Uraian yang diperoleh kemudian disusun

secara sitematis untuk dijadikan bahan laporan penelitian.

c. Penulisan Laporan Penelitian

Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam penulisan

laporan penelitian adalah :

1. Semua data yang telah diolah, dianalisis, dan disusun berdasarkan

pertanyaan penelitian, setelah itu dikumpulkan untuk dijadikan

(32)

36

Inge Metasya Sulpuras, 2013

2. Data yang telah dikumpulkan kemudian disusun menjadi bab demi

bab sesuai dengan sistematika penulisan karya ilmiah

3. Pedoman buku yang digunakan peneliti adalah Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2012

4. Penulisan dan penyusunan laporan penelitian tidak lepas dari

proses bimbingan, baik dari pembimbing I ibu Dra. Desfina, M.

Hum., maupun pembimbing II bapak Agus Budiman, M. Pd.

Terdapat revisi yang dilakukan hasil dari proses bimbingan, karena

tahap ini diharapkan dapat menghasilkan laporan penelitian yang

sempurna.

5. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah semua data disusun.

Kegiatan ini dilakukan berdasarkan dari hasil keseluruhan data

yang diperoleh dari ba I sampai bab IV dalam laporan penelitian.

3. Pasca Penelitian a. Sidang

Setelah penulisan dan penyusunan laporan selesai, dilakukan pra

sidang, hal ini dimaksudkan jika terdapat kesalahan dalam penulisan

laporan penelitian dapat diperbaiki sebelum sidang. Kemudian sidang

dilaksanakan sebagai tahap akhir dalam penulisan laporan penelitian.

b. Penggandaan Laporan

Penggandaan laporan diperlukan selain sebagai kelengkapan sidang

dan pra sidang, tapi juga sebagai arsip untuk pembimbing, jurusan,

(33)

103

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tari Kejei pada masyarakat suku

Rejang yang telah dilaksanakan selama bulan Januari hingga Maret 2013 di Badan

Musyawarah Adat Rejang Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu dan

sanggar binaannya sanggar Gading Mas, Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang

di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu bermula dari ceritera

turun-temurun nenek moyang mereka, tentang wujud syukur seorang saudagar kaya

yang akhirnya dikaruniai seorang anak setelah sekian lama oleh Yang Maha

Kuasa. Namun belum adanya bukti otentik serta penjelasan yang mendetail dan

komprehensif mengenai sejarah dan latar belakang tari Kejei yang ada hingga saat

ini memicu timbulnya banyak versi yang berkembang di kalangan masyarakat.

Tari Kejei milik masyarakat suku Rejang hingga saat ini merupakan tari tradisi,

tarian adat milik masyarakat suku Rejang yang telah ada sejak zaman leluhur. Tari

ini menjadi sarana komunikasi kepada Yang Maha Pencipta atas wujud syukur,

wujud penghormatan kepada leluhur dan nenek moyang, serta wujud cinta

kepada sesamanya, baik kepada para tetamu, para penonton dan antar anak sangei

atau penari itu sendiri. Kesenian mencerminkan nilai-nilai yang dianut suatu

masyarakat dan sekaligus merupakan cara untuk mewariskan nilai-nilai tersebut

kepada generasi berikutnya dengan berbagai fungsi seni lainnya. Masyarakat suku

Rejang sangat meyakini bahwa tari Kejei merupakan tarian suci, yang mempunyai

makna dalam setiap geraknya, arti dalam setiap lantunan melodinya, yang

sepatutnya harus tetap lestari hingga kapanpun kepada generasi penerusnya,untuk

menghormati jasa leluhur mereka.

Tari Kejei disajikan dalam bentuk tari berpasangan berkelompok, yang

(34)

104

Inge Metasya Sulpuras, 2013

struktur penyajiannya terdapat dua tahapan, yaitu tahap persiapan dan

pelaksanaan. Pada tahap persiapan terdapat dua unsur yang mempunyai

keterkaitan antara satu sama lain baik dalam tahap persiapan maupun

pelaksanaannya yaitu Balei Kejei dan Penei. Tari kejei dapat dikategorikan

sebagai tari ritual berdasarkan fungsi primer seni pertunjukan, karena dalam

penyajiannya tari ini ditarikan dalam bentuk kelompok dengan minimal 3 pasang

penari (anak sangei) dalam jumlah ganjil, hal ini diyakini mejadi suatu ketetapan

dalam setiap penyajiannya karena menurut leluhur masyarakat suku Rejang

jumlah ganjil pada penari nantinya akan digenapkan oleh para dewa-dewa. Pola

dan lintasan dalam tari Kejei hanya mengelilingi penei yang merupakam lambang

kemakmuran bagi masyarakat suku Rejang, dengan harapan semoga masyarakat

suku Rejang akan terus makmur dalam mengarungi setiap langkah dalam

kehidupannya.

Dengan melihat data yang terkumpul melalui hasil penelitian, gerakan

yang terdapat dalam tari Kejei cenderung sederhana, namun syarat akan makna.

Adapun struktur gerak dalam tari Kejei terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian

awal-tengah-akhir, yang mana setiap bagiannya terdiri dari :

Bagian Awal

- Duduk Nyambei (sambei pengela)

- Sembah

Bagian Tengah

- Matah dayung + gerakan tetap 1

- Matah dayung + gerakan tetap 2

- Matah dayung + gerakan tetap 1

- Matah dayung + gerakan tetap 2

Bagian akhir

- Duduk Nyambei (sambei andak)

- Sembah

Gerakan yang terdapat dalam tari Kejei cenderung sederhana dan terdapat

(35)

105

sebanyak tiga kali menghadap ke depan, dan tiga kali pula menghadap ke

pasangan masing-masing hal ini diyakini sebagai suatu bentuk penghormatan baik

kepada tetamu dan para penonton, maupun kepada pasangan masing-masing.

Kemudian gerakan tetap 1 pada anak sangei wanita yaitu kedua tangan diletakkan

didepan dada yang berarti bahwa mereka masih suci/perawan, dan gerakan tetap 1

pada anak sangei pria yaitu posisi kedua tangan diangkat tegak lurus sejajar

wajah, ini merupakan gerak stabik yang dalam masyarakat Rejang merupakan

simbol salam, maupun penghormatan, hal ini pun juga diyakini bahwa pria harus

tegap dalam memperlihatkan jati dirinya, baik kepada tetamu maupun

pasangannya. Namun untuk gerak matah dayung hanya sebagai variasi gerakan

dan merupakan gerakan peralihan.

Tari Kejei merupakan tarian sakral bagi masyarakat suku Rejang, yang

dalam setiap penyajiannya terikat oleh persyaratan sebagai pemenuhan kebutuhan,

yang menjadi kesatuan agar pesan yang ingin disampaikan dapat tersirat. Tari

Kejei merupakan wujud syukur kepada sang pencipta, wujud penghormatan

kepada nenek moyang dan para leluhur, dalam penyajiannya pun mengundang

para leluhur, yang menggenapkan penampilan tari Kejei itu sendiri.

B. Saran

Merujuk dari hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti mengemukakan

beberapa saran kepada beberapa pihak dalam rangka upaya pelestarian tari Kejei

pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu,

diantaranya :

1. Masyarakat Suku Rejang

Masyarakat suku Rejang selaku pemilik tarian ini hendaknya lebih gencar

lagi dalam mensosialisasikan dan mengembangkan tari Kejei ini. Selalu

menghadirkan tari Kejei dalam perhelatan besar apapun, seperti pesta

pernikahan, khitanan, juga perayaan lain. Agar tarian ini bisa lebih dikenal

lagi oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya Provinsi Bengkulu.

(36)

106

Inge Metasya Sulpuras, 2013

Hendaknya kalangan masyarakat umum lebih mencintai seni budaya

setempat, kearifan budaya lokal agar potensi daerah dapat lebih tergali.

Tari Kejei merupakan salah satu bentuk kesenian lokal yang mengandung

nilai yang yang sangat tinggi bagi masyarakat suku Rejang, dengan

dorongan dan perhatian lebih dari masyarakat umum seyogyanya tari ini

akan makin berkembang dan tetap lestari.

3. Pemerintah Provinsi Bengkulu khususnya Kabupaten Rejang Lebong

Pemerintah Provinsi Bengkulu khususnya Kabupaten Rejang Lebong

selaku pemerintah setempat diharapkan lebih maksimal lagi dalam upaya

pelestarian tari Kejei milik masyarakat suku Rejang ini, karena tarian ini

selain menjadi ciri khas dari masyarakat suku Rejang selaku pemilik tarian

ini, tapi juga ciri khas dari Kabupaten Rejang Lebong itu sendiri.

4. Kalangan Akademis

Agar senantiasa ditumbuhkan rasa keingintahuan yang lebih mendalam

terhadap kesenian daerah setempat, khususnya Tari Kejei yang ada di

Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Karena banyak hal berupa

warisan yang belum bahkan tidak terwariskan pada generasi sekarang ini

akibat upaya pendokumentasia dalam bentuk penelitian masih sangat

minim, sehingga penelitian yang lebih bersifat ekploratif masih perlu

digalakan lagi dalam rangka pemberian informasi serta tentunya lebih

memperkenalkan kekayaan budaya yang dimiliki kepada generasi

(37)

107

DAFTAR PUSTAKA

Kasmahidayat, Yuliawan. (2010). Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.

Kayam, Umar. (1981). Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.

Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Kumpulan Makalah Workshop dan Seminar Nasional “Seni dan Pendidikan Seni Ke 6”. (2012).

Kurnia, Bangkit. (2010). Penyajian Tari “Srimpian” pada Pertunjukan Lais di Desa Cibunar Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut. Bandung: laporan penelitian UPI.

Laporan “Lokakarya Pembaruan Tari Adat dan Busana Adat Resmi Kabupaten Rejang Lebong”. (2010).

Marlinda. (2011). Tari Cendrawasih sebagai Tari Persembahan pada Lingkung Seni Kencana Arum. Bandung: laporan penelitian UPI.

Maryaeni. (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Mulyana, Deddy. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Murgiyanto. (1983). Kereografi. Jakarta: Depdikbud.

Margiyanto, Sal. (2004). Tradisi dan Inovasi Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2012). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Pratami, Nurlita Febriani. (2011). Tari Goyor di Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor. Bandung: laporan penelitian UPI.

Purwanti, Suci. (2012). Simbol dan Makna Tari Persembahan di Provinsi Riau. Bandung: laporan penelitian UPI.

Rohayani, Heny. (2007). Pendidikan Tari dan Drama. Bandung: UPI.

(38)

108

Inge Metasya Sulpuras, 2013

Soedarsono. (2010). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sari, Amelia Novia. (2012). Analisis Dokumentasi Tari Sriwijaya The Peninsula Dalam Upacara Pembukaan SEA GAMES ke XXVI di Palembang Sumatera Selatan. Bandung: laporan penelitian UPI.

Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.

Sonia, Reni. (2012). Simbol dan Makna Seni Bedawang dalam Upacara Khitanan di Desa Rancaekek Kulon Kabupaten Bandung. Bandung: laporan penelitian UPI.

Sumardjo, Jacob dkk. (2000). Filasafat Seni. Bandung: ITB Press.

Sumardjo, Jacob dkk. (2001). Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung: STSI Press.

Sumaryono, dkk. (2006). Tari Tontonan Buku Pelajaran Kesenian Nusantara. Jakarta: Ford Foundation.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumber Lainnya

Blog, Pemula. (2010). Gambaran Umum Kabupaten Rejang

Lebong”.[Online].Tersedia:http://spsbappeda.blogspot.com/2010/08/gamb aran-umum-kab-rejang-lebong.html#more[Maret 2013]

Indra, D. Tutandi. (2009). Tari Kejei.[Online].Tersedia:http://rejang-lebong.blogspot.com/2009/tari-kejei.html[Maret 2012, Oktober 2012]

Khusnul, Timy. (2012). Fungsi Musik dalam Tari.[Online].Tersedia:

http://tkhusnul.blogspot.com/2012/03/fungsi-musik-dalam-tari.html[November, 2012]

Gambar

Tabel 4.1 Aksesoris wanita....................................................................................51

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Individu dan Kelompok Laporan dan unjuk Kerja Uraian Objektif - Jelaskan sumber– sumber energi panas - Jelaskan adanya perpindahan panas - Buatlah daftar

Dari hasil penelitian ini, terungkap bahwa: (1) Supervisi Manajerial berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Kinerja Kepala Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri

Lingkup penelitian meliputi pembuatan: paduan U-7Mo dengan teknik peleburan, pembuatan serbuk U-7Mo dengan dikikir dan hydride - dehydride - grinding mill, IEB U-7Mo/Al

Dari hasil analisis diatas dapat dinyatakan bahwa alat TGDTA yang berada di laboratorium Instalasi Radiometalurgi BATAN mampu digunakan untuk menganalis

Dari hasil interpretasi seismik be- rupa penarikan patahan dan marker horison yang telah disajikan dalam peta struktur kedalaman, bahwa pada bagian tengah daerah

 peserta memerlukan pelayanan kesehatan ruukan &in*kat ;anutan atas indikasi medis sesuai den*an sisitem ruukan yan* diatur dalam ketentuan peraturan

Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data) untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatan-kegiatan yang

Hal ini sebabkan karena pada metode ini bunga yang dibebankan dihitung dari saldo awal pokok pinjaman setelah dikurangi dengan uang muka, sehingga jumlah pembayaran yang