PENGARUH PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE
SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI
TERHADAP HASIL BELAJAR
(STUDY EKPERIMEN KELAS XI SMAN 2 TANJUNGPINANG)
Oleh
RIANA MAGASING NIM : 1006967
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa thesis berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Hutan Mangrove sebagai sumber Pembelajaran Geografi Terhadap hasil belajar (Studi Quasi Ekperimen pada pembelajaran geografi Kelas XI IPS SMAN 2
Tanjungpinang)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat akademik.
Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya, apabila dikemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini. Atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 8 November 2012
Yang membuat pernyataan.
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
Dr. Epon Ningrum, M.Pd
Pembimbing II
Prof. Dr. Darsiharjo, M.S
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Geografi
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
SMAN 2 Tanjungpinang) Oleh Riana Magasing, NIM. 1006967
Pembimbing I : Dr. Epon Ningrum, M.Pd. Pembimbing II : Prof Dr. Darsiharjo, M.S
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan hutan mangrove sebagai sumber pembelajaran geografi terhadap hasil belajar. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi eksperimental research) dengan design
Non equivalent (Pre-tes and Post-test) control group design. Kelompok eksperimen
menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar dan kelompok kontrol menggunakan media visual sebagai sumber belajar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test, observasi dan angket. Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh peserta didik SMA Negeri 2 dan sampel berdasarkan pertimbangan hasil nilai, materi pelajaran dan jumlah jam pertemuan serta nilai rata-rata kelas yang relatif homogen. Dipilih dua kelas yaitu kelas XI IPS-1 sebagai kelompok kontrol dan kelas XI IPS-3 sebagai kelompok eksperimen.
Analisis data dalam penelitian ini menghitung nilai pre-test dan post-test,
menghitung peningkatan hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, menganalisis kendala belajar menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan dengan analisis data. Skor yang diperoleh pre-test kelompok eksperimen sebelum menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar mendapatkan nilai rata-rata adalah 4,97. Sedangkan nilai rata-rata dari hasil Post-Test setelah menggunakan lingkungan hutan mangrove sebagai sumber belajar didapat 6,38. Disimpulkan bahwa pembelajaran di lingkungan hutan mangrove sebagai sumber belajar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Skor yang diperoleh pre-test kelompok kontrol sebelum menggunakan media visual sebagai sumber belajar mendapatkan nilai rata-rata 5,21. Setelah pembelajaran dengan menggunakan media visual sebagai sumber belajar pada kelompok kontrol dapat meningkatkan hasil belajar, yang dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata post-test menjadi 6,00. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media visual sebagai sumber belajar dapat juga meningkatkan hasil belajar peserta didik. Disimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan hasil nilai rata-rata setelah pembelajaran pada kelompok eksperimen sebesar 7,00 dan pada kelompok kontrol dengan hasil nilai rata-rata setelah pembelajaran sebesar 6,6. Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa To > Tt(5%). Karena To > Tt(5%) maka hipotesis nihil (Ho) yang diajukan ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar pada kelompok eksperimen yang menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar dengan kelompok kontrol yang menggunakan media visual sebagai sumber belajar.
(Quasi Experiment Study on geography learning class XI IPS SMAN 2 Tanjungpinang)
By Riana Magasing, NIM. 1006967
Counsellor I : Dr. Epon Ningrum, M. Pd. Counsellor II : Prof Dr. Darsiharjo, M. S
ABSTRAC
This research intent to know forest exploit influence mangrove as source of geography learning to usufruct studying. This research utilize pseudo experiment method( experimental quasi research ) with design Non equivalent ( Pre-tests and
Post-test ) control is design's group. Experiment group utilize mangrove's forest as
source of studying and control group utilize visual's media as source of studying. Instrument that is utilized in this research is test, observation and questionnaire. Population in observational it covers all participant be taught by SMA N 2 and sample bases result judgment assess, tutorial material and total meet hour and relative class average value homogeneous. Chosen two classes which is class XI IPS 1 as agglomerate as controls and class XI IPS 3 as experiments group.
Base observational result to be gotten difference pre-test and post-test on experiment group and control group. It proved by analysis. Acquired score pre-test experiment group before utilize mangrove's forest as source of studying gets average value be 4,97. Meanwhile average value of result Post-Test after utilizes environmentally mangrove's forest as source of studying is gotten 6,38. Concluded that learning at environmentally mangrove's forest as source of studying can increase participant studying result is taught. Acquired score pre-test group controls before utilize visual's media as source of studying gets average value 5,21. After learning by use of media visual as source of studying on control group gets to increase studying result, one that proved by average value step-up post is test as 6,00. Can be concluded that learning by use of media visual as source of studying can also increase participant studying result is taught. Concluded available result step-up studies on experiment group and control group. With afters average value result learning on experiment group as big as 7,00 and on group controls with afters average value result learning as big as 6,6. Base statistical test gets to be known that To> Tt (5%). Since To> Tt (5%) therefore naught hypothesis (Ho ) one that is proposed rejected. This matter exists distinctive significan one among usufructs studying on experiment group which utilize mangrove's forest as source of studying with control group which utilize visuil media as source of studying.
Recommended by teacher get to utilize environments as source of outdoor good studyings environmental classes and also at within class. Faced constraint in learning by utilizes mangrove's forest as source of studying for student is time, orderliness, location, source or relevant book. Meanwhile teacher constraint require time that long, observation, location, preparation and cost.
Halaman
A. Hakekat geografi dan Pembelajaran Geografi ... 22
1. Defenisi Pembelajaran dan Pembelajaran geografi ... 22
2. Komponen-Komponen Pembelajaran ... 24
3. Hakekat Pembelajaran Geografi ... 30
4. Tujuan Pembelajaran Geografi ... 31
5. Ruang Lingkup Pembelajaran Geografi ... 32
6. Karakteristik Pengajaran Geografi ... 33
7. Metode Pendekatan Geografi ... 33
B. Sumber Belajar ... 35
1. Pengertian Sumber Belajar ... 35
2. Jenis-jenis Sumber Belajar ... 36
3. Manfaat dan Fungsi Sumber Belajar ... 37
C. Hutan Mangrove sebagai Sumber Pembelajaran ... 38
D. Hasil Belajar ... 43
1. Pengertian dan Defenisi Hasil Belajar ... 43
2. Faktor-faktor yang berpengaruh ... 44
3. Komponen-Komponen Hasil Belajar ... 45
4. Cara Menilai Hasil Belajar ... 48
E. Metode Pembelajaran ... 50
1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 50
2. Metode Karyawisata ... 51
3. Metode Penugasan ... 54
F. Kerangka Pemikiran ... 57
G. Hipotesis ... 58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 59
1. Desain Penelitian ... 59
2. Populasi dan Sampel ... 60
3. Pelaksanaan Pembelajaran ... 63
4. Variabel Penelitian ... 67
5. Instrumen Penelitian ... 67
6. Analisa Data ... 75
7. Teknik Pengolahan Data ... 77
8. Alur Penelitian ... 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79
A. Deskripsi Lokasi penelitian ... 79
1. Lokasi Sekolah... 80
2. Jumlah Peserta didik dan kelas ... 81
3. Jumlah Guru... 85
4. Sarana dan Prasarana ... 87
2. Data hasil Pre-test dan Post-test pada kelompok Kontrol ... 95
3. Hasil Belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 97
C. Analisis Data Penelitian ... 104
1. Uji Normalitas Data ... 104
2. Uji Homogenitas Data ... 108
3. Uji Hipotesis Penelitian ... 111
4. Kendala Siswa ... 118
5. Kendala Guru ... 118
D. Pembahasan ... 119
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 123
A. Kesimpulan ... 123
B. Rekomendasi ... 126
DAFTAR PUSTAKA ... 127
LAMPIRAN ... 132
Bagan
1.1. Alur sumber belajar ... 8
2.1. Hubungan tujuan pembelajaran dengan proses belajar mengajar dan hasil belajar ... 48
2.2. Kerangka Alur Pemikiran ... 57
3.1. Alur penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 63
3.2. Variabel Penelitian ... 67
Gambar
4.1. Hasil belajar Kelompok Eksperimen ... 98
4. 2. Hasil Belajar Kelompok Kontrol ... 100
4. 3. Perbandingan Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok
Lampiran
1. Peta Kota Tanjungpinang ... 132
2. Peta Sebaran Mangrove... 133
3. Silabus Pelaksanaan Pembelajaran ... 134
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Eksperimen ... 135
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelompok kontrol ... 140
6. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelompok Eksperimen ... 145
7. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 148
8. Soal Pre-Test dan Post-Test ... 149
9. Angket Guru ... 150
10. Angket Peserta Didik ... 151
11. Dokumentasi Kegiatan Kelompok Eksperomen ... 152
12. Dokumentasi Kegiatan Kelompok Kontrol... 154
13. Hasil pre test kelas eksperimen ... 156
14. Hasil pre test kelas kontrol ... 157
15. Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 158
16. Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 159
17. Hasil analisa Gain ternormalisasi kelompok eksperimen ... 160
Tabel
4.16. Hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol ... 101
4.17. Uji Gain Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol 103 4.18. Test Of Normality Pre Test Kelompok Eksperimen (SPSS) ... 105
4.19. Tabel Of Normality Post Tes Kelompok Eksperimen (SPSS) ... 105
4.20. Tabel Test Of Normality Pre Test Kelompok Kontrol... 106
4.21. Tabel test of Normality post test kelompok kontrol... 107
4.22. Tabel Test Of Homogeneity Of Variance Pre Test Kelompok Eksperimen ... 108
4.23. Tabel of Homogeneity Of Variance Post Test Kelompok Eksperimen ... 109
4.27. Tabel One Sample Test Metode Karya Wisata ... 113
4.28. Tabel One Sample Test Metode Penugasan ... 114
4.29. Tabel One Sample Test Metode Penugasan ... 115
4.30. Tabel Group Stastistik Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan
Kelompok Kontrol ... 116
4.31. Independent samples Tes hasil belajar kelompok kontrol dan kelompok
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha yang terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Jadi, pendidikan ini berkaitan
erat dengan belajar dan pembelajaran. Selintas kata belajar dan pembelajaran
mungkin hampir sama, akan tetapi sesungguhnya keduanya ini berbeda, hanya
antara belajar dan pembelajaran ini mempunyai hubungan yang sangat erat dan
saling mempunyai pengaruh bukan merupakan sesuatu yang terpisah ataupun
bertentangan. Belajar merupakan suatu kegiatan perubahan pola perilaku individu
untuk berusaha atau berlatih agar dapat memperoleh suatu pengetahuan,
keterampilan, serta perilaku dengan cara mengolah bahan belajar. Jadi, artinya
bahwa peserta didik yang mengalami proses belajar akan menimbulkan suatu
perubahan perilaku dimana peserta didik yang semulanya belum tahu menjadi
tahu. Hal ini terjadi karena mengalami suatu pengalaman maupun latihan.
Tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang RI No
29 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan
bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab. Untuk itu pendidikan sangat diperlukan dan
peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi yang dimiliki
sehingga dapat melahirkan manusia yang mempunyai kompetensi yang berbeda
dan terwujudnya sumberdaya manusia yang memiliki pemikiran kritis, sistematis,
logis, kreatif dan kemauan untuk bekerjasama secara efektif.
Peningkatan mutu pendidikan dapat kita lakukan dengan berbagai cara,
salah satunya adalah dengan berusaha untuk memahami bagaimana peserta didik
belajar dan bagaimana informasi yang diperoleh dapat di proses dalam pikiran
mereka. Dengan kata lain kita perlu menyadari bahwa peserta didik merupakan
sumber daya manusia sebagai aset bangsa sangat berharga. Oleh sebab itu perlu
diupayakan penerapan iklim belajar yang tepat untuk menciptakan lulusan yang
benar-benar kreatif, inovatif dan berkeinginan untuk maju melalui pemanfaatan
sumber belajar untuk mengembangkan potensinya seara utuh dan optimal.
Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan
dengan kemampuan peserta didik dalam menyerap atau memahami suatu bahan
yang telah diajarkan. Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2006:3) “Hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dan dari sisi
siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar”.
Kemampuan peserta didik dalam menyerap atau memahami suatu bahan
yang telah diajarkan dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh
guru. Salah satu upaya mengukur hasil belajar peserta didik dilihat dari hasil
belajar peserta didik itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses
dikemukakan oleh Ahmadi (1984:35) bahwa “Hasil belajar adalah hasil yang
dicapai dalam suatu usaha dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi
belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes”. Hasil belajar dalam
penelitian ini diperoleh melalui tes yang diberikan pada setiap akhir siklus.
Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa
mengenal batas usia dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha
yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah
perilakunya. Dengan demikian hasil dari kegiatan belajar adalah berupa
perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Tentu saja
perubahan yang diharapkan adalah perubahan ke arah yang positif. Jadi sebagai
pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar adalah terjadinya
perubahan perilaku pada diri orang tersebut. Perubahan perilaku tersebut misalnya
dapat berupa dari tidak tahu sama sekali menjadi samar samar, dari kurang
mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi terampil, dari anak
pembangkang menjadi penurut, dari pembohong menjadi jujur, dari kurang taqwa
menjadi lebih taqwa dan lain-lainnya. Jadi perubahan sebagai hasil kegiatan
belajar dapat berupa aspek kognitif, psikomotor maupun afektif.
Kegiatan belajar sering dikaitkan dengan kegiatan mengajar. Begitu
eratnya kaitan itu sehingga keduanya sulit dipisahkan. Dalam percakapan sehari
hari kita secara spontan sering mengucapkan istilah kegiatan belajar mengajar
menjadi satu kesatuan. Bahwa kedua kegiatan tersebut berkaitan erat agar terjadi
kegiatan belajar harus selalu ada orang yang mengajar, setiap kegiatan mengajar
dalam setiap kegiatan belajar tidak harus selalu ada orang yang mengajar.
Kegiatan belajar bisa saja terjadi walaupun tidak ada kegiatan mengajar. Begitu
pula sebaliknya kegiatan mengajar tidak selalu dapat menghasilkan kegiatan
belajar.
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh pembelajaran karena pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didiknya.
guna untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan dasar yang
dimilikinya serta membangun kreatifitas berfikir peserta didik tersebut yang
menekankan pada sumber belajar serta lingkungan yang ada di sekitarnya. Unsur
pembelajaran yaitu dapat meliputi pendidik, peserta didik, sumber belajar serta
lingkungan. Dari proses pembelajaran peserta didik akan memperoleh hasil
belajar yang merupakan hasil dari suatu interaksi yaitu tindak belajar. Kegiatan
pembelajaran ini lebih menekankan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan
belajar mengajar sehingga peserta didik tidak pasif agar melatih peserta didik
untuk berfikir sesuai kemampuannya guna untuk memperoleh suatu pengetahuan.
Belajar dan pembelajaran diarahkan dengan tujuan untuk membangun suatu kemampuan berfikir peserta didik serta menerima materi pelajaran yang ada dalam proses pembelajaran, dimana pengetahuan yang diperoleh peserta didik ini dapat diperoleh dari luar diri akan tetapi harus dikonstruksi atau dipupuk dari diri masing-masing peserta didik. Kegiatan belajar akan berhasil apabila proses pembelajaran yang terjadi berjalan dengan baik dan lancar. (Opini, 2011: http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/30/ hubungan- antara-belajar-dan-pembelajaran/)
Sumber belajar adalah sarana atau fasilitas pendidikan yang merupakan
komponen penting dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam melaksanakan
disekitarnya karena pemanfaatan sumber belajar merupakan hal yang sangat
penting dalam konteks belajar mengajar. Karena memanfaatkan sumber belajar
dapat membantu dan memberikan kesempatan belajar serta dapat
memberikan pembelajaran yang nyata kepada peserta didik. Akhmad Sudrajat,
(2012:http://sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/8/2/2012).
Sumber belajar memiliki fungsi :
1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju
belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan
(b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih
banyak membina dan mengembangkan gairah.
2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,
dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b)
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannnya.
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a)
perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b)
pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan
kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih
kongkrit.
5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan
antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang
6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan
informasi yang mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti
penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil
pembelajaran peserta didik.
Menurut Akhmad Sudrajat
(2012:http://sumber-belajar-untuk-mengefektifkan–pembelajaran-siswa /8/2/2012). Ada berapa jenis sumber belajar
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber
belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen
sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan
bersifat formal.
2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu
sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan
keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran.
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat
berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat dan
sebagainya (2) orang: guru, instruktur, peserta didik, ahli, nara sumber, tokoh
masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku,
transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran,
relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras,
komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin,
diskusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan
biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas,
studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan
sebagainya.
Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai
berikut: (1) ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis:
tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3) mudah: dekat dan
tersedia di sekitar lingkungan kita; (4) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk
berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses
dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar
siswa.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan
memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran
peserta didik. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1)
lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat
digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan
lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam
dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi
dalam memelihara dan melestarikan alam.
Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan
dengan membawa peserta didik ke lingkungan seperti survey, karyawisata,
kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond yang pada dasarnya
merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka.
Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara
membawa lingkungan ke dalam kelas seperti menghadirkan nara sumber untuk
menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar berjalan efektif maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi serta tindak lanjutnya. Secara skematik prosedur merancang sumber
belajar dapat mengikuti alur sumber belajar yang dijelaskan pada Bagan 1.1
dibawah ini.
Bagan 1. 1 Alur sumber belajar
Pada bagan 1.1 dijelaskan alur sumber belajar langkah pertama harus
mempelajari kurikulum, langkah kedua menetapkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar, langkah yang ketiga memilih dan menentukan jenis dan
sumber belajar, untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang
tinggi dan sulit untuk mendapatkannya yang kadang-kadang pada akhirnya akan
membebani orang tua peserta didik untuk mengeluarkan dana pendidikan yang
lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan
menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Demikian pula dalam
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh
dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah
pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi
kepentingan belajar peserta didik. Tidak sedikit sekolah-sekolah yang memiliki
halaman atau pekarangan yang cukup luas namun keberadaannya seringkali
ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak
mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga.
Menurut Maryani (2007:931) Kurikulum pembelajaran geografi bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inquiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.
Pembelajaran geografi berbasis lingkungan mampu
menumbuhkembangkan cara berpikir, bersikap dan berprilaku yang bertanggungjawab selaku individual, warga masyarakat dan warga negara. Selain itu pembelajaran geografi juga bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif untuk perbaikan segala ketimpangan dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi, baik menimpa dirinya maupun masyarakat. (Maryani,2010:872).
Menurut Maryani (2007:931) saat disekolahan ilmu geografi sering
dianggap tidak menarik untuk di pelajari. Hal ini disebabkan beberapa faktor: (1)
pelajaran geografi sering terjebak dalam aspek kognitif tingkat rendah yaitu
menghafal nama-nama tempat, sungai dan gunung atau sejumlah fakta lainnya.
(2). Ilmu geografi seringkali dikaitkan dengan ilmu yang hanya mampu membuat
peta, (3). Geografi hanya mengambarkan tentang perjalanan-perjalanan manusia
dipermukaan bumi, (4). Proses pembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat
verbal, kurang melibatkan fakta-fakta aktual, tidak menggunakan media kongkrit
dan teknologi mutakhir. (5). Kurang aplikabel dalam memecahkan masalah yang
berkembang saat ini.
Sapriya (2009:48) misi pembelajaran geografi mengembangkan:
1. Kompetensi Intelektual/akademik berupa cerdas dan berwawasan luas
2. Kompetensi personal dalam bentuk tanggungjawab, disiplin dan kepribadian
unggul lainnya
3. Kompetensi sosial dalam bentuk kerjasama, menghargai hukum, norma dan
4. Kompetensi vokasional dalam bentuk mengembangkan keterampilan hidup
yang sesuai dengan sumberdaya atau potensi daerah.
Sumaatmaja (1997:12) mengemukakan bahwa:
Pengajaran geografi merupakan pengajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahan. Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya.
Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara
membawa lingkungan ke dalam kelas seperti menayangkan fakta-fakta yang ada
dilingkungan tempat tinggal melalui pembelajaran dengan media Visual. Agar
penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif maka perlu
dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya.
Lingkungan hutan mangrove di Kota Tanjungpinang berfungsi sebagai
tempat berkembangbiak ikan, penahan lumpur dan pencegah abrasi pantai.
Kerusakan mangrove di Kota Tanjungpinang yang diakibatkan reklamasi dan
pengembangan kawasan pemukiman, membuat Keberadaan hutan mangrove di
Kota Tanjungpinang mulai terancam. Sedikit demi sedikit lahan mangrove mulai
beralih fungsi. Padahal hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat
penting bagi ekosistem air dan alam sekitarnya.
hutan mangrove Indonesia. (Blog hijau, 2012: http://farisyalwan. blogspot. com/html.)
Hernanda, Bisnis Indonesia (artikel 02/05/11) mengemukakan bahwa:
Hutan mangrove di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dinilai sangat potensial untuk dikembangkan menjadi hutan produksi dimasa mendatang. Tidak hanya untuk dimanfaatkan kayunya tetapi juga untuk pengembangan benih ikan laut.. Pelestarian hutan mangrove juga membantu mengatasi masalah erosi laut dan pengikisan daratan oleh ombak air laut. Kerusakan hutan mangrove diperkirakan telah mencapai belasan ribu hektare di Kepulauan Riau. Hal ini akibat pertambangan bauksit dan belasan ribu hektare lagi lahan penambangan dalam 10 tahun ini. Anehnya, para wali kota dan bupati memberikan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan areal 100 hektare rata-rata bagi pengusaha, hanya berdasarkan Upaya Kelestarian Lingkungan (UKL) dan Upaya Pengendalian Lingkungan (UPL) tanpa Amdal.
Menurut Santoso, F (2010: http://nasional.kompas.com/24/12/2010) dengan
wawancaranya bersama Beny bahwa:
Kondisi Masyarakat Pesisir Semakin Terimpit karena ribuan ikan kerapu yang pernah dibudidaya di perairan Los Senggarang Tanjungpinang mati karena air laut tercemar. Pencemaran air laut itu diduga berasal dari area pertambangan bauksit yang berjarak sekitar 500 meter di sekitar lokasi budidaya ikan kerapu tersebut. Budidaya ikan kerapu sebenarnya dibuka sejak tahun 2007. Waktu itu, ia mengembangkan 74 petak tambak dengan jumlah bibit ikan kerapu 60.000 ekor, akan tetapi sejak akhir 2008 air laut tercemar. Akibatnya ribuan ikan kerapu yang dibudidaya pun mati mengambang. Area pertambangan yang muncul secara sporadis dibeberapa titik dapat mencemari sungai-sungai hutan mangrove dan air laut.
Hutan mangrove diangkat sebagai sumber pembelajaran di Kota
Tanjungpinang dengan alasan karena keberadaan hutan mangrove secara ekonomi
sangat dibutuhkan oleh manusia karena hutan mangrove memiliki fungsi dan
manfaat yang sangat penting bagi ekosistem hutan, air dan alam sekitarnya.
Tanjungpinang untuk memperhatikan tata ruang daerah mereka
masing-masing. “Pembangunan yang dilakukan di Kepri harus memperhatikan aspek kehidupan masyarakat untuk 10 tahun atau 20 tahun mendatang. Jangan sampai anak cucu kita sebagai generasi penerus bangsa menjadi sengsara akibat tindakan yang salah” (Tn, 2012: http://www. Haluan kepri. com. 20/1/2012)
Kerusakan hutan mangrove itu tidak saja berdampak pada kondisi ekologi
atau daya dukung lingkungan tetapi lebih jauh lagi dengan kondisi sosial
masyarakat Kepri dikemudian hari. Kawasan hutan mangrove merupakan
kawasan lalu lintas umum seperti kawasan hutan mangrove yang berada di
kecamatan bukit bestari jaraknya sangat dekat sekitar dua km dari sekolah
menengah atas tempat dilakukan penelitian ini. Perlu dilakukan penelitian huatan
mangrove sebagai sumber belajar karena degradasi kawasan pesisir terutama
hutan mangrove akan berdampak terhadap kehidupan masyarakat. Seperti yang
dikemukakan oleh Rorogo (2005:111) :
Degradasi kawasan pesisir dan hutan mangrove diduga akan berpengaruh terhadap lingkungan hidup dan kehidupan masyarakat Kota Tanjungpinang di masa yang akan datang. Proses degradasi sumberdaya alam pesisir dan hutan mangrove ini perlu mendapatkan kajian mendalam supaya dapat memberikan antisipasi sejak dini agar tidak menimbulkan kerugian besar di masa yang akan datang.
Dari uraian di atas maka perlu kiranya menjadikan lingkungan sebagai
sumber pembelajaran Geografi disekolah karena lingkungan memberikan manfaat
bagi manusia. Soerjani dkk (1987 : 13) mengemukakan sebagai berikut:
Pentingnya lingkungan sebagai bahan pengajaran disekolah sebagai bukti
bahwa dipermukaan bumi terdapat interaksi baik manusia dengan manusia dan
manusia dengan alam. Adanya interaksi tersebut dapat dilihat hasilnya sebagai
media pengajaran disekolah sehingga proses pembelajaran dikelas bukan hanya
bukti-bukti yang ada didalam buku saja atau alat peraga saja melainkan peserta
didik diajak untuk berpikir dan membuktikan bahwa lingkungan tempat tinggal
disekitar peserta didik dapat dijadikan sumber belajar dan dapat dimanfaatkan
dalam pembelajaran geografi disekolah. Hasil belajar diperoleh pada akhir proses
pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam menyerap
atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan dan diukur setelah selesai
pembelajaran dengan perolehan nilai berdasarkan tes.
Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai hasil belajar. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan Abdurrahman (2003: 28) bahwa ”belajar
merupakan proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar
atau yang disebut hasil belajar yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap”. Perubahan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti pembelajaran
terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan
aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian,
kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi
pekerti dan sikap. Sumber belajar sebagaimana di ketahui adalah sarana atau
fasilitas pendidikan yang merupakan komponen penting untuk terlaksananya
proses belajar mengajar di sekolah. Dalam melaksanakan kegitan belajar mengajar
belajar merupakan hal yang sangat penting dalam konteks belajar mengajar. Oleh
karena itu penulis merencanakan melakukan penelitian tentang pengaruh
pemanfaatan hutan mangrove sebagai sumber pembelajaran geografi terhadap
hasil belajar peserta didik di Kota Tanjungpinang.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini digambarkan sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen
yang menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar?
2. Apakah terdapat perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok kontrol yang
menggunakan media visual sebagai sumber belajar?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar pada kelompok eksperimen yang
menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar dengan kelompok
kontrol yang menggunakan media visual sebagai sumber belajar?
4. Apa kendala yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran dengan
menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar?
5. Apa kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran menggunakan hutan
mangrove sebagai sumber belajar?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
hasil belajar peserta didik di Kota Tanjungpinang. Adapun tujuan khusus dari
penelitian ini antara lain:
1. Untuk membandingkan perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok
eksperimen yang menggunakan hutan sebagai mangrove sebagai sumber
belajar?
2. Untuk membandingkan perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok
kontrol yang tidak menggunakan media visual sebagai sumber belajar?
3. Untuk membedakan hasil belajar kelompok eksperimen yang menggunakan
hutan mangrove sebagai sumber belajar dengan kelompok kontrol yang
menggunakan media visual sebagai sumber belajar?
4. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran
dengan menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar.
5. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran dengan
menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar
4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah secara teoritis dapat
memberikan sumbangan pembelajaran geografi dan pemanfaatan hutan mangrove
sebagai sumber belajar. Secara praktis di harapkan dapat memberikan informasi
mengenai variasi sumber belajar dalam pembelajaran geografi dan diharapkan
dapat mempersiapkan peserta didik menghadapi masalah lingkungan akibat dari
1. Sebagai sumbangan pemikiran pada dinas pendidikan Propinsi Kepulauan
Riau dalam mengembangkan Lingkungan sebagai sumber belajar dan
mengembangkan kreativitas guru dalam mengembangkan hasil belajar.
2. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar.
3. Untuk memperluas wawasan metode pembelajaran dalam memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar.
4. Pemanfaatan hutan mangrove sebagai sumber pembelajaran pada mata
pelajaran Geografi di Kota Tanjungpinang.
5. Mengetahui efektivitas hutan mangrove sebagai sumber belajar dalam
meningkatkan hasil belajar.
5. Definisi Operasional
a. Sumber belajar
Sumber belajar adalah semua unsur yang bisa dipakai oleh peserta didik
baik sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan peserta didik lainnya. Pengertian
sumber belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua sumber daya
yang dapat dimanfaatkan oleh guru maupun peserta didik dalam proses belajar
mengajar geografi di sekolah.
b. Hutan Mangrove
Secara umum hutan mangrove atau mangrove mempunyai definisi
sebagai hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak di garis
penting bagi ekosistem hutan, air dan alam sekitarnya. Fungsi atau manfaat hutan
mangrove dapat ditinjau dari sisi fisik, biologi maupun ekonomi. Fisiografi
kepulauan mempengaruhi ekosistem-ekosistem yang terbentuk di kawasan
Kepulauan Riau yang didominasi oleh ekosistem laut dangkal. Ekosistem alami
yang terdapat di wilayah pesisir Kepulauan Riau berturut-turut dari darat adalah
perairan laut dangkal, terumbu karang, padang lamun, rumput laut, mangrove dan
pantai.
Ekosistem mangrove adalah salah satu ekosistem subur yang terdapat di
Kepulauan Riau. Wilayah Kepulauan Riau memiliki ciri khas tersendiri yaitu
terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan dan
pertemuan antara laut Cina Selatan, Selat Malaka dan Selat Karimata. Kepulauan
Riau terdiri dari 1.062 buah pulau dan tidak kurang dari 345 buah diantaranya
sudah berpenghuni sedangkan sisanya walaupun belum berpenghuni tapi sebagian
pulau-pulau ini sebagian besar ditutupi oleh air laut.
c. Hasil Belajar
Evaluasi berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan
pembelajaran telah dicapai atau kemajuan belajar peserta didik dan mengukur
tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Kegiatan
evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengukur pencapaian hasil belajar yang
ditujukan untuk pemberian nilai kepada peserta didik, karena nilai merupakan
suatu yang amat penting karena nilai merupakan cermin dari suatu keberhasilan
belajar-mengajar. Untuk mengukur hasil belajar maka tolak ukurnya adalah tujuan
psikomotor (keterampilan peserta didik), afektif (sikap peserta didik). Diukur
dengan instrumen test dan tugas.
d. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah proses belajar mengajar peserta didik diajak
ke luar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut
Roestiyah (2001:85):
Karya wisata bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah. teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab. Dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya agar nantinya dapat mengambil kesimpulan dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
Menurut Roestiyah (2001:85) Kelebihan dan kekurangan metode karya
wisata adalah kelebihan metode karya wisata yaitu karyawisata menerapkan
prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam
pengajaran. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan
dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat. Pengajaran dapat lebih
merangsang kreativitas anak. Kekurangan metode karyawisata:
1. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
3. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan
utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
4. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak
didik di lapangan.
5. Biayanya cukup mahal.
6. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata
dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
e. Metode Penugasan
Pengertian metode pemberian tugas menurut Sagala (2006:219) “Metode
pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan
tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan kemudian hasil
pelaksanaan tugas itu dilaporkan kepada guru”.
Setiawan, D (2012: http://sdn2-ketro.blogspot.com/2011/02/metoda–
pembelajaran-diskusi-simulasi .html?m=1) tujuan penggunaan metode pemberian
tugas adalah “Untuk memperdalam bahan ajar yang ada, untuk mengecek
penguasaan siswa terhadap bahan yang telah dipelajari, untuk membuat siswa
aktif belajar baik secara individu maupun kelompok”.
Setiawan, D (2012: http://sdn2-ketro.blogspot.com/2011/02/metoda–
pembelajaran-diskusi-simulasi .html?m=1) Alasan penggunaan metode
pemberian tugas adalah karena dengan metode tersebut 1) Siswa diaktifkan baik
secara mental maupun fisik dalam menguasai materi pelajaran 2) Siswa akan lebih
mudah menguasai materi pelajarann dan siswa diperluas pengetahuannya tentang
dipelajari dari materi ajar yang telah ada sehingga dapat dikembangkan sikap
ingin tahu dan haus ilmu pengetahuan 4) Siswa akan termotivasi belajar dan
dilatih memecahkan masalah.
Setiawan, D (2012: http://sdn2-ketro.blogspot.com/2011/02/metoda–
pembelajaran -diskusi-simulasi .html?m=1) menyatakan bahwa:
Kelebihan dan kelemahan metode pemberian tugas adalah: Pengetahuan yang dipelajari lebih meresap, tahan lama, dan lebih otentik, melatih siswa untuk berani mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan siswa tentang apa yang dipelajari, siswa dilatih kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri, metode ini jika dilakukan berbagai variasi dapat menggairahkan siswa belajar. Beberapa kelemahan dari metode pemberian tugas dalam pembelajaran adalah: bagi siswa yang malas cenderung melakukan kecurangan atau mereka hanya meniru pekerjaan orang lain, ada kalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain sehingga siswa tidak meperoleh hasil belajar apa-apa, jika tugas yang diberikan siswa terlalu berat dapat menimbulkan stress pada siswa, ada kalanya guru memberi tugas tanpa menyebutkan sumbernya akibatnya siswa sulit untuk menyelesaikannya.
f. Kelompok Eksperimen
Kelompok eksperimen adalah kelompok yang melakukan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar,
diharapkan dengan metode pembelajaran ini peserta didik dapat memanfaatkan
lingkungan sebagai tempat belajar dan meningkatkan hasil belajar peserta didik.
g. Kelompok Kontrol
Kelompok kontrol adalah kelas yang melakukan kegiatan pembelajaran
hutan mangrove dengan menggunakan media visual sebagai sumber belajar yaitu
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen,
dengan dua variabel yaitu variabel bebas (independen variabel) dan variabel
terikat (dependen variabel). Jenis desain quasi eksperimen yang peneliti gunakan
dalam kajian ini adalah desain non ekuivalen pre-test dan post-test control group.
Menurut Campbell (1966:47):
One of the most wedespread eksperimental design in education research involves an experimental group and control group both given a pretest and a posttest, but in wich the control sampling equivalence. Rather, the group sonstitute naturally assembled collective such as classrooms, as similar as availability permits but yet not so similar that one can dispense with the pretest. The asigment of X to one group or the other is assumed to be random and under the experimenter’s control.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, bentuk desain eksperimen
yang digunakan adalah “Pre-test and Post-test Control Group Design”. Desain
eksperimen dijelaskan pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Eksperimen
Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test
Eksperimen O1 X1 O1
Kontrol O2 X2 O2
Keterangan : O1 = Pre-test
O2 = Post-test
X1= Pembelajaran menggunakan hutan mangrove sebagai
sumber belajar
X2= Pembelajaran menggunakan media visual sebagai
sumber belajar
Desain ini digunakan khusus untuk penelitian yang ingin membandingkan
dua perlakuan yang berbeda. Alasan digunakan desain ini karena adanya
observasi awal yang menghasilkan data-data yang hampir sama dari setiap
kelompok. Dengan kata lain, hasil observasi awal tidak menunjukkan perbedaan
yang sangat berarti. Alasan ini juga menjadi alasan yang terkuat untuk melakukan
tretmen yang berbeda sesuai dengan yang diungkap oleh Milan and Sally
(1989:315) “Bahwa hampir tidak adanya perbedaan kondisi awal (usia,
pengalaman pembelajaran, nilai rata-rata, atau komposisi kelas yang lain)”.
Penelitian eksperimen ini melibatkan satu kelompok eksperimen dan satu
kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut sama-sama diberi pre test, setelah itu
kedua kelompok ini diberi perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen diberi
perlakuan dengan hutan mangrove sebagai sumber belajar dan kelompok kontrol
menggunakan media visual sebagai sumber belajar.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut Gay dalam Sevilla, et al, (1993: 160) mendefenisikan “Populasi
sebagai kelompok tempat penelitian akan menggeneralisasikan hasil
generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang
kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh peserta didik SMA Negeri 2
Tanjungpinang semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah dari populasi
ini adalah peserta didik kelas XI IPS yang terdiri dari dua kelas berjumlah 58
peserta didik.
b. Sampel
Menurut Sumaatmaja (1988:122) “Sampel adalah sebagian dari populasi
yang mewakili populasi yang bersangkutan”, sedangkan menurut Fergusan dalam
Sevila, et al (1993: 160), “Sampel beberapa bagian kecil atau cuplikan yang
ditarik dari populasi atau porsi dari suatu populasi”.
Menurut Ali (1996:54) “Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil
dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh
populasi yang diambil menggunakan teknik tertentu”.
Kriteria sampel diambil dari keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi dari
populasi dan besarnya sampel belum ada ketentuan yang jelas tentang batas
minimal besarnya sampel yang dapat diambil dan dapat mewakili suatu populasi
yang akan diteliti. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini yaitu probabilita
yang diartikan sebagai suatu teknik penarikan sampel yang mendasarkan bahwa
setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
sampel. Jenis dari teknik penarikan sampel probabilitas dalam penelitian ini yaitu
Berdasarkan pertimbangan hasil nilai pada tabel 3.2 materi pelajaran dan
jumlah jam pertemuan serta nilai rata-rata kelas yang relatif homogen. Maka
dipilihlah dua kelas yaitu kelas XI IPS-1 sebagai kelompok kontrol dan kelas XI
IPS-3 sebagai kelompok eksperimen untuk dijadikan sampel penelitian, dengan
cara melihat hasil rata-rata kelas semester ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012.
Seperti yang dijelaskan pada tabel 3.2 berikut
Tabel 3.2
Hasil belajar kelas XI IPS SMA N 2 Tanjungpinang
No Kelas
Sumber : Hasil belajar semester ganjil SMA N 2 Tanjungpinang tahun pelajaran 2012/2013
Dari data nilai yang diperoleh, bahwa dua kelas yang akan dijadikan
sampel nilai rata-rata kelas tersebut mendekati dan relatif sama. Dua kelas inilah
yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Selanjutnya dari kedua
kelas ini dipilih kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan cara diundi.
Dengan melihat hasil belajar berdasarkan nilai rata-rata kelas kelas XI IPS
SMA Negeri 2 Tamjungpinang maka ditentukankan kelompok eksperimen dan
Bagan 3.1
Alur penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Sumber: dikembangkan oleh peneliti
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana proses pembelajaran yang diamanatkan oleh standar proses
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang memuat
identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD),
indikator pencapaian Kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi
waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan
sumber belajar silabus dan RPP merupakan administrasi yang penting dalam
pembelajaran, karena dapat memetakan program pembelajaran.
Tahap ini adalah tahap memberikan perlakuan yang berbeda pada kedua
kelas yang menjadi sampel penelitian. Sebelum melaksanakan proses
Melihat rata-rata kelas nilai UTS Geografi kelas XI semester Ganjil Tp. 2011/2012
Mencari dua kelas yang nilai rata-rata Kelasnya hampir sama/mendekati
Terpilih dua kelas
Dua kelas tersebut diundi
pembelajaran, peneliti dan guru baik di kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol mendiskusikan tentang persiapan dan langkah-langkah yang akan
dilaksanakan selama proses perlakuan. Diskusi peneliti dengan guru di kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara terpisah dan keduanya tidak
pernah dipertemukan. hal ini untuk menghindari kesubjektivitasan dari kedua guru
tersebut. Kedua guru mempelajari rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
disiapkan, juga mempelajari alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran. Khusus guru di kelompok eksperimen, peneliti memberikan model
pembelajaran karya wisata dengan hutan magrove sebagai sumber belajar.
Sedangkan dikelompok kontrol peneliti memberikan model pembelajaran
penugasan dengan sumber belajar media visual. Pengamatan difokuskan pada
peran guru dan bagaimana proses pembelajaran yang terjadi. Agar proses
pembelajaran dapat terekam dengan baik, peneliti menggunakan lembar observasi
yang telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian penting selama proses
pembelajaran.
a. Pembelajaran pada Kelompok Eksperimen
Pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan hutan mangrove
sebagai sumber belajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok dengan pengelompokan
yang bervasiasi berdasarkan kemampuan dan jenis kelamin.
2. Guru memberikan intruksi penggunaan lembar observasi
5. Kelompok memberikan laporan.
6. Guru merefleksi hasil kerja kelompok
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan metoda karya wisata
1. Kegiatan pembukaan, kegiatan pembukaan ini dilaksanakan di sekolah
sebelum berangkat kelokasi karya wisata. Kegiatan pembukaan meliputi :
mengingatkan kembali pelajaran yang pernah diberikan, memotivasi peserta
didik dengan membuat kaitan materi pelajaran yang akan dipelajari dengan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat (yang hidup di sekitar hutan
mangrove, kepada pengelola mangrove dan flora dan fauna yang hidup
disekitar hutan mangrove) melalui pertanyaan-pertanyaan yang tertuang
dalam lembar kerja, mengemukakan tujuan pelajaran yang akan dipelajari dan
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pelajaran
tersebut selama karya wisata, mengemukakan tata tertib selama karya wisata
2. Kegiatan inti, melakukan oservasi terhadap objek sasaran belajar lalu
mendeskrepsikan dalam bentuk kalimat, mengambil gambarnya dan
sebagainya, mewawancarai nara sumber (pengelola hutan mangrove,
masyarakat yang hidup di sekitar hutan mangrove, flora dan fauna yang ada
di sekitar hutan mangrove). Mencatat informasi yang disampaikan secara
lisan oleh narasumber sesuai dengan skenario yang disiapkan guru yang
tertuang dalam lembar observasi.
3. Kegiatan penutup, kegiatan mengakhiri karya wisata ini dilakukan ketika
masih berada dilokasi wisata atau setelah kembali ke sekolah. Kegiatannya
membuat rangkuman, melakukan presentasi perwakilan kelompok dan
evaluasi proses.
b. Pembelajaran pada Kelompok Kontrol
Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan media visual sebagai
sumber belajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Kegiatan pembukaan, mengajukan pertanyaan apresepsi untuk mengingatkan
peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan, memotivasi peserta didik
dengan mengemukakan cerita yang ada di masyarakat yang ada kaitannya
dengan materi yang akan diajarkan, mengemukakan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.
2. Kegiatan inti, guru menerangkan secara garis besar materi pelajaran yang akan
diajarkan, guru menjelaskan rincian tugas dan cara mengerjakannya, peserta
didik mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk atau cara penyelesaian tugas
yang diberikan oleh guru, guru meminta peserta didik melaporkan hasil
penyelesaian tugasnya tepat waktu, guru memeriksa hasil penyelesaian tugas
peserta didik.
3. Kegiatan penutup, guru menyuruh peserta didik merangkum materi yang
diajarkan melalui kegiatan pemberian tugas itu, Kegiatannya meliputi:
menyuruh peserta didik melaporkan hasil penugasan dan membuat rangkuman,
4. Variabel Penelitian
Sedangkan variabel penelitiannya terdiri dari dua variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hutan mangrove
sebagai sumber belajar dan pembelajaran hutan mangrove dengan media visual.
Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar peserta didik seperti yang
dijelaskan pada bagan 3.2 dibawah ini.
Bagan 3.2
Variabel Penelitian
Variabel terikat
Variabel bebas
Sumber: Dikembangkan oleh peneliti
5. Intrumen Penelitian
Sesuai dengan jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
instrumen penelitian yang digunakan adalah:
a. Test
Penyusunan test hasil belajar dimulai dengan menyusun kisi-kisi soal yang
dikonsultasikan dengan pembimbing dan dilakukan uji coba test. Test diuji
cobakan untuk mengetahui validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan
tingkat kesukaran. Alat test yang akan digunakan dalam mengukur hasil belajar Hasil belajar peserta didik
Test
LKS
dalam bentuk pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol diperoleh dari hasil uji coba yang diberikan kepada peserta didik yang
telah mempelajari materi yang sama. Dari hasil test tersebut kemudian di analisis
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya.
Berikut rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas butir soal,
realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus:
1. Validitas butir soal
Untuk variabel hasil belajar, dihitung validitas butir soal dengan cara
menghitung korelasi antara skor butir soal X dengan skor total Y dengan
rumus korelasi produk moment sebagai berikut:
(Supranata, 2004:58) Keterangan :
Rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y
N = cacah subyek uji coba
∑X = jumlah skor butir
∑Y = jumlah skor faktor
Kriteria penafsiran indeks korelasi product moment adalah:
Antara 0,800 - 1,000 Sangat Tinggi
Antara 0,600 - 1,799 Tinggi
Antara 0,400 - 0,599 Cukup
Antara 0,200 - 0,399 Rendah
Antara 0,000 - 0,199 Sangat Rendah
rxy = N∑XY – (∑X)(∑Y)
(Ridwan, 2007:98).
2. Reliabilitas Test
Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus K-R.20, yaitu:
Keterangan:
DP = indeks daya pembeda
∑A = jumlah peserta test yang menjawab benar pada
kelompok atas
∑B = jumlah peserta test yang menjawab benar pada
kelompok bawah
nA = jumlah peserta test kelompok atas
nB = jumlah peserta test kelompok bawah
klasifikasi daya pembeda adalah:
DP ≤ 0,00 : sangat rendah
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 : rendah
0,20 ≤ DP ≤ 0,40 : cukup/sedang
0,40 ≤ DP ≤ 0,70 : baik
0,70 ≤ DP ≤ 1,00 : sangat baik
(Suherman, 2003:161)
4. Tingkat Kesukaran
(Surapranata, 2004:12)
Keterangan :
P = proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran
∑x = banyaknya peserta tes yang menjawab benar
Sm = skor maksimum
N = jumlah peserta test
Kriteria tingkat kesukaran biasanya dibedakan menjadi 3 kategori yaitu:
P < 0,3 Sukar
P = ∑x
0,3 ≤ p ≥ 0,7 Sedang
P > 0,7 Mudah
(Surapranata, 2004:21)
5. Kriteria Pemilihan Soal
Kriteria pemilihan soal yang digunakan adalah kriteria menurut Surapranata,
(2004:47) yaitu tingkat kesukaran, dan daya pembeda, seperti yang
dijelaskan pada tabel 3.3 dibawah ini.
Tabel 3.3 Kriteria pemilihan soal
KRITERIA KOEFISIEN KEPUTUSAN
Tingkat kesukaran 0,30 s/d 0,70
0,10 s/d 0,29
Berdasarkan kriteria pemilihan soal pilihan ganda dengan mengacu pada
validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran maka
dapat diambil 30 soal untuk di jadikan instrumen pre-test dan post-test.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Pengertian lembar kerja siswa dalam kamus bahasa Indonesia kata lembar
Jadi dapat dikatakan bahwa lembar kerja siswa berarti helai bagi peserta didik
dalam melakukan kegiatan baik kegiatan intra-kurikuler maupun kegiatan
ko-kurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang
didapat. Menurut hasil perumusan lembar kerja siswa pada tanggal 18 Januari
1988, lembar kerja siswa mengandung pengertian yang mencakup (1). Rangkaian
tugas individual dan kelompok, (2). Pencapaian materi secara sistematis, (3).
Sebagai alat untuk menanamkan solidaritas anak, (4). Sebagai alat untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan anak untuk mendiskusikan materi, (5).
Sebagai sarana untuk menanamkan konsep (Sartika, 2008:http://alliciakomputer.
blogspot.com/2008/05/peran-lembar-kerja-siswa-lks-dalam.html?m=1).
Dari beberapa pengertian diatas Sartika (2008: http://alliciakomputer.
blogspot.com/2008/05/peran-lembar-kerja-siswa-lks-dalam.html?m=1)
menyimpulkan bahwa “Lembar kerja siswa berarti lembaran duplikat yang berisi
uraian singkat materi dan soal-soal yang disusun langkah demi langkah secara
teratur dan sistematis yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran sehingga mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran
yang didapat”.
Fungsi lembar kerja siswa menurut Ashar dalam Sartika (2008:
http://alliciakomputer.blogspot.com/2008/05/peran-lembar-kerja-siswa-lks-dalam.
html?m=1) dalam bukunya berjudul proses belajar mengajar pola CBSA, lembar
kerja siswa berfungsi: “(1). Bagi guru untuk menuntun peserta didik akan
berbagai kegiatan yang perlu diberikannya dan mempertimbangkannya pada diri
peserta didik dapat bekerja melakukan kegiatan-kegiatan yang menuju ke arah
tujuan yang hendak dicapai”. Menurut Ahmad Buhari dkk dalam Sartika (2008:
http://alliciakomputer.blogspot.com/2008/05/peran-lembar-kerja-siswa-lks-dalam.
html?m=1) “Lembar kerja peserta didik berfungsi sebagai sarana untuk
mengaktifkan peserta didik, merangsang belajar peserta didik untuk
menyampaikan informasi agar memahami dan menghayati suatu konsep, melatih
keberanian mengemukakan pendapat secara sistematis serta melatih peserta didik
mengambil kesimpulan sendiri”.
Tujuan penggunaan lembar kerja peserta didik oleh guru di kelas adalah :
(1). Melatih para peserta didik lebih mendalami ilmu yang telah dipelajari untuk
tercipta dasar pengetahuan yang lebih baik untuk belajar pada tahap berikutnya,
(2). Melatih para peserta didik untuk bekerja sungguh-sungguh dengan cermat
serta berpikir jujur, sistematis, rasional dalam sistem kerja yang praktis, (3).
Melatih para peserta didik membuat laporan praktis percobaan, sekaligus
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang persoalan yang sudah dipraktekkan.
Dengan demikian fungsi dan tujuan lembar kerja peserta didik ini sesuai bagi para
pengajaran yaitu peserta didik aktif berbuat dan berpikir dalam belajar. Repetisi
dan menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan dan permasalahan dan melatih
keberanian mengemukakan pendapat secara tertulis.
c. Angket
Angket peserta didik berisi pernyataan untuk mengungkap kendala belajar
dan pendapat tentang pembelajaran hutan mangrove sebagai sumber belajar serta
guru berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengungkapkan kendala yang dihadapi
guru dalam pembelajaran menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar
secara terencana, terarah, efektif, bermakna dan relevan dengan yang diajarkan
sesuai kebutuhan peserta didik untuk mengenal lingkungan dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Observasi
Observasi dilakukan oleh observer untuk memperoleh gambaran secara
langsung aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Yang
bertindak sebagai observer adalah penulis dan dibantu oleh satu orang guru
Geografi. Observasi dilakukan sejak awal pembelajaran sampai guru menutup
pelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan.
e. Studi Dokumentasi
Menurut kamus bahasa Indonesia arti dari kata Dokumentasi adalah sesuatu
yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau
keterangan. Menurut Burhan Bungin dalam Tn (2009:http://adzelgar
.wordpressi.com/2009/02/02/studi-dokumen-dalam-penelitian -kuantitatif/) bahan
dokumen itu berbeda secara gradual dengan literatur, dimana literatur merupakan
bahan-bahan yang diterbitkan sedangkan dokumenter adalah informasi yang
disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter.
Teknik studi dokumentasi merupakan pengumpulan data sekunder. Data
sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dari laporan orang atau
Riana Magasing, 2013
Pengaruh Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Sumber Pembelajaran Geografi Terhadap Hasil Belajar
sesungguhnya adalah data yang asli. Data-data yang diperoleh berupa profil
sekolah, jumlah peserta didik dan yang lainnya yang berhubungan dengan sekolah
tempat penelitian.
6. Analisis Data
Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:
a. Menghitung nilai pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
b. Menghitung peningkatan hasil belajar antara kelompok eksperimen yang
menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar dan kelompok kontrol
yang menggunakan media visual sebagai sumber belajar.
c. Menganalisis kendala belajar peserta didik dan guru yang menggunakan hutan
mangrove sebagai sumber belajar .
Data yang dikumpulkan untuk diolah dan dianalisis adalah hasil pre-test dan
post-test peserta didik baik dari kelompok eksperimen maupun dari kelompok
kontrol. Data yang diperoleh kemudian dianalisis, sebelum menganalisis data
maka dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai pra syarat untuk
menentukan analisis selanjutnya. Apakah akan menggunakan uji statistik
parametrik atau non parametrik, berikut penjelasannya.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah penyebaran kedua
populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahuinya peneliti
menggunakan uji Kai/Chi kuadrat (X2). Satu populasi dapat berdistribusi