• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP HASIL BELAJAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP HASIL BELAJAR."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE

SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI

TERHADAP HASIL BELAJAR

(STUDY EKPERIMEN KELAS XI SMAN 2 TANJUNGPINANG)

Oleh

RIANA MAGASING NIM : 1006967

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa thesis berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Hutan Mangrove sebagai sumber Pembelajaran Geografi Terhadap hasil belajar (Studi Quasi Ekperimen pada pembelajaran geografi Kelas XI IPS SMAN 2

Tanjungpinang)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat akademik.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya, apabila dikemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini. Atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 8 November 2012

Yang membuat pernyataan.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. Epon Ningrum, M.Pd

Pembimbing II

Prof. Dr. Darsiharjo, M.S

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Geografi

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

SMAN 2 Tanjungpinang) Oleh Riana Magasing, NIM. 1006967

Pembimbing I : Dr. Epon Ningrum, M.Pd. Pembimbing II : Prof Dr. Darsiharjo, M.S

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan hutan mangrove sebagai sumber pembelajaran geografi terhadap hasil belajar. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi eksperimental research) dengan design

Non equivalent (Pre-tes and Post-test) control group design. Kelompok eksperimen

menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar dan kelompok kontrol menggunakan media visual sebagai sumber belajar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test, observasi dan angket. Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh peserta didik SMA Negeri 2 dan sampel berdasarkan pertimbangan hasil nilai, materi pelajaran dan jumlah jam pertemuan serta nilai rata-rata kelas yang relatif homogen. Dipilih dua kelas yaitu kelas XI IPS-1 sebagai kelompok kontrol dan kelas XI IPS-3 sebagai kelompok eksperimen.

Analisis data dalam penelitian ini menghitung nilai pre-test dan post-test,

menghitung peningkatan hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol, menganalisis kendala belajar menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan dengan analisis data. Skor yang diperoleh pre-test kelompok eksperimen sebelum menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar mendapatkan nilai rata-rata adalah 4,97. Sedangkan nilai rata-rata dari hasil Post-Test setelah menggunakan lingkungan hutan mangrove sebagai sumber belajar didapat 6,38. Disimpulkan bahwa pembelajaran di lingkungan hutan mangrove sebagai sumber belajar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Skor yang diperoleh pre-test kelompok kontrol sebelum menggunakan media visual sebagai sumber belajar mendapatkan nilai rata-rata 5,21. Setelah pembelajaran dengan menggunakan media visual sebagai sumber belajar pada kelompok kontrol dapat meningkatkan hasil belajar, yang dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata post-test menjadi 6,00. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media visual sebagai sumber belajar dapat juga meningkatkan hasil belajar peserta didik. Disimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan hasil nilai rata-rata setelah pembelajaran pada kelompok eksperimen sebesar 7,00 dan pada kelompok kontrol dengan hasil nilai rata-rata setelah pembelajaran sebesar 6,6. Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa To > Tt(5%). Karena To > Tt(5%) maka hipotesis nihil (Ho) yang diajukan ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar pada kelompok eksperimen yang menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar dengan kelompok kontrol yang menggunakan media visual sebagai sumber belajar.

(5)

(Quasi Experiment Study on geography learning class XI IPS SMAN 2 Tanjungpinang)

By Riana Magasing, NIM. 1006967

Counsellor I : Dr. Epon Ningrum, M. Pd. Counsellor II : Prof Dr. Darsiharjo, M. S

ABSTRAC

This research intent to know forest exploit influence mangrove as source of geography learning to usufruct studying. This research utilize pseudo experiment method( experimental quasi research ) with design Non equivalent ( Pre-tests and

Post-test ) control is design's group. Experiment group utilize mangrove's forest as

source of studying and control group utilize visual's media as source of studying. Instrument that is utilized in this research is test, observation and questionnaire. Population in observational it covers all participant be taught by SMA N 2 and sample bases result judgment assess, tutorial material and total meet hour and relative class average value homogeneous. Chosen two classes which is class XI IPS 1 as agglomerate as controls and class XI IPS 3 as experiments group.

Base observational result to be gotten difference pre-test and post-test on experiment group and control group. It proved by analysis. Acquired score pre-test experiment group before utilize mangrove's forest as source of studying gets average value be 4,97. Meanwhile average value of result Post-Test after utilizes environmentally mangrove's forest as source of studying is gotten 6,38. Concluded that learning at environmentally mangrove's forest as source of studying can increase participant studying result is taught. Acquired score pre-test group controls before utilize visual's media as source of studying gets average value 5,21. After learning by use of media visual as source of studying on control group gets to increase studying result, one that proved by average value step-up post is test as 6,00. Can be concluded that learning by use of media visual as source of studying can also increase participant studying result is taught. Concluded available result step-up studies on experiment group and control group. With afters average value result learning on experiment group as big as 7,00 and on group controls with afters average value result learning as big as 6,6. Base statistical test gets to be known that To> Tt (5%). Since To> Tt (5%) therefore naught hypothesis (Ho ) one that is proposed rejected. This matter exists distinctive significan one among usufructs studying on experiment group which utilize mangrove's forest as source of studying with control group which utilize visuil media as source of studying.

Recommended by teacher get to utilize environments as source of outdoor good studyings environmental classes and also at within class. Faced constraint in learning by utilizes mangrove's forest as source of studying for student is time, orderliness, location, source or relevant book. Meanwhile teacher constraint require time that long, observation, location, preparation and cost.

(6)

Halaman

A. Hakekat geografi dan Pembelajaran Geografi ... 22

1. Defenisi Pembelajaran dan Pembelajaran geografi ... 22

2. Komponen-Komponen Pembelajaran ... 24

3. Hakekat Pembelajaran Geografi ... 30

4. Tujuan Pembelajaran Geografi ... 31

5. Ruang Lingkup Pembelajaran Geografi ... 32

6. Karakteristik Pengajaran Geografi ... 33

7. Metode Pendekatan Geografi ... 33

B. Sumber Belajar ... 35

1. Pengertian Sumber Belajar ... 35

2. Jenis-jenis Sumber Belajar ... 36

3. Manfaat dan Fungsi Sumber Belajar ... 37

C. Hutan Mangrove sebagai Sumber Pembelajaran ... 38

(7)

D. Hasil Belajar ... 43

1. Pengertian dan Defenisi Hasil Belajar ... 43

2. Faktor-faktor yang berpengaruh ... 44

3. Komponen-Komponen Hasil Belajar ... 45

4. Cara Menilai Hasil Belajar ... 48

E. Metode Pembelajaran ... 50

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 50

2. Metode Karyawisata ... 51

3. Metode Penugasan ... 54

F. Kerangka Pemikiran ... 57

G. Hipotesis ... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 59

1. Desain Penelitian ... 59

2. Populasi dan Sampel ... 60

3. Pelaksanaan Pembelajaran ... 63

4. Variabel Penelitian ... 67

5. Instrumen Penelitian ... 67

6. Analisa Data ... 75

7. Teknik Pengolahan Data ... 77

8. Alur Penelitian ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

A. Deskripsi Lokasi penelitian ... 79

1. Lokasi Sekolah... 80

2. Jumlah Peserta didik dan kelas ... 81

3. Jumlah Guru... 85

4. Sarana dan Prasarana ... 87

(8)

2. Data hasil Pre-test dan Post-test pada kelompok Kontrol ... 95

3. Hasil Belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 97

C. Analisis Data Penelitian ... 104

1. Uji Normalitas Data ... 104

2. Uji Homogenitas Data ... 108

3. Uji Hipotesis Penelitian ... 111

4. Kendala Siswa ... 118

5. Kendala Guru ... 118

D. Pembahasan ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 123

A. Kesimpulan ... 123

B. Rekomendasi ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127

LAMPIRAN ... 132

(9)

Bagan

1.1. Alur sumber belajar ... 8

2.1. Hubungan tujuan pembelajaran dengan proses belajar mengajar dan hasil belajar ... 48

2.2. Kerangka Alur Pemikiran ... 57

3.1. Alur penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 63

3.2. Variabel Penelitian ... 67

(10)

Gambar

4.1. Hasil belajar Kelompok Eksperimen ... 98

4. 2. Hasil Belajar Kelompok Kontrol ... 100

4. 3. Perbandingan Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok

(11)

Lampiran

1. Peta Kota Tanjungpinang ... 132

2. Peta Sebaran Mangrove... 133

3. Silabus Pelaksanaan Pembelajaran ... 134

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Eksperimen ... 135

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelompok kontrol ... 140

6. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelompok Eksperimen ... 145

7. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 148

8. Soal Pre-Test dan Post-Test ... 149

9. Angket Guru ... 150

10. Angket Peserta Didik ... 151

11. Dokumentasi Kegiatan Kelompok Eksperomen ... 152

12. Dokumentasi Kegiatan Kelompok Kontrol... 154

13. Hasil pre test kelas eksperimen ... 156

14. Hasil pre test kelas kontrol ... 157

15. Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 158

16. Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 159

17. Hasil analisa Gain ternormalisasi kelompok eksperimen ... 160

(12)

Tabel

4.16. Hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol ... 101

4.17. Uji Gain Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol 103 4.18. Test Of Normality Pre Test Kelompok Eksperimen (SPSS) ... 105

4.19. Tabel Of Normality Post Tes Kelompok Eksperimen (SPSS) ... 105

4.20. Tabel Test Of Normality Pre Test Kelompok Kontrol... 106

4.21. Tabel test of Normality post test kelompok kontrol... 107

4.22. Tabel Test Of Homogeneity Of Variance Pre Test Kelompok Eksperimen ... 108

4.23. Tabel of Homogeneity Of Variance Post Test Kelompok Eksperimen ... 109

(13)

4.27. Tabel One Sample Test Metode Karya Wisata ... 113

4.28. Tabel One Sample Test Metode Penugasan ... 114

4.29. Tabel One Sample Test Metode Penugasan ... 115

4.30. Tabel Group Stastistik Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan

Kelompok Kontrol ... 116

4.31. Independent samples Tes hasil belajar kelompok kontrol dan kelompok

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha yang terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat

mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Jadi, pendidikan ini berkaitan

erat dengan belajar dan pembelajaran. Selintas kata belajar dan pembelajaran

mungkin hampir sama, akan tetapi sesungguhnya keduanya ini berbeda, hanya

antara belajar dan pembelajaran ini mempunyai hubungan yang sangat erat dan

saling mempunyai pengaruh bukan merupakan sesuatu yang terpisah ataupun

bertentangan. Belajar merupakan suatu kegiatan perubahan pola perilaku individu

untuk berusaha atau berlatih agar dapat memperoleh suatu pengetahuan,

keterampilan, serta perilaku dengan cara mengolah bahan belajar. Jadi, artinya

bahwa peserta didik yang mengalami proses belajar akan menimbulkan suatu

perubahan perilaku dimana peserta didik yang semulanya belum tahu menjadi

tahu. Hal ini terjadi karena mengalami suatu pengalaman maupun latihan.

Tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang RI No

29 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan

bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab. Untuk itu pendidikan sangat diperlukan dan

(15)

peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi yang dimiliki

sehingga dapat melahirkan manusia yang mempunyai kompetensi yang berbeda

dan terwujudnya sumberdaya manusia yang memiliki pemikiran kritis, sistematis,

logis, kreatif dan kemauan untuk bekerjasama secara efektif.

Peningkatan mutu pendidikan dapat kita lakukan dengan berbagai cara,

salah satunya adalah dengan berusaha untuk memahami bagaimana peserta didik

belajar dan bagaimana informasi yang diperoleh dapat di proses dalam pikiran

mereka. Dengan kata lain kita perlu menyadari bahwa peserta didik merupakan

sumber daya manusia sebagai aset bangsa sangat berharga. Oleh sebab itu perlu

diupayakan penerapan iklim belajar yang tepat untuk menciptakan lulusan yang

benar-benar kreatif, inovatif dan berkeinginan untuk maju melalui pemanfaatan

sumber belajar untuk mengembangkan potensinya seara utuh dan optimal.

Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan

dengan kemampuan peserta didik dalam menyerap atau memahami suatu bahan

yang telah diajarkan. Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2006:3) “Hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi

guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dan dari sisi

siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar”.

Kemampuan peserta didik dalam menyerap atau memahami suatu bahan

yang telah diajarkan dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh

guru. Salah satu upaya mengukur hasil belajar peserta didik dilihat dari hasil

belajar peserta didik itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses

(16)

dikemukakan oleh Ahmadi (1984:35) bahwa “Hasil belajar adalah hasil yang

dicapai dalam suatu usaha dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi

belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes”. Hasil belajar dalam

penelitian ini diperoleh melalui tes yang diberikan pada setiap akhir siklus.

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa

mengenal batas usia dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha

yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah

perilakunya. Dengan demikian hasil dari kegiatan belajar adalah berupa

perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Tentu saja

perubahan yang diharapkan adalah perubahan ke arah yang positif. Jadi sebagai

pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar adalah terjadinya

perubahan perilaku pada diri orang tersebut. Perubahan perilaku tersebut misalnya

dapat berupa dari tidak tahu sama sekali menjadi samar samar, dari kurang

mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi terampil, dari anak

pembangkang menjadi penurut, dari pembohong menjadi jujur, dari kurang taqwa

menjadi lebih taqwa dan lain-lainnya. Jadi perubahan sebagai hasil kegiatan

belajar dapat berupa aspek kognitif, psikomotor maupun afektif.

Kegiatan belajar sering dikaitkan dengan kegiatan mengajar. Begitu

eratnya kaitan itu sehingga keduanya sulit dipisahkan. Dalam percakapan sehari

hari kita secara spontan sering mengucapkan istilah kegiatan belajar mengajar

menjadi satu kesatuan. Bahwa kedua kegiatan tersebut berkaitan erat agar terjadi

kegiatan belajar harus selalu ada orang yang mengajar, setiap kegiatan mengajar

(17)

dalam setiap kegiatan belajar tidak harus selalu ada orang yang mengajar.

Kegiatan belajar bisa saja terjadi walaupun tidak ada kegiatan mengajar. Begitu

pula sebaliknya kegiatan mengajar tidak selalu dapat menghasilkan kegiatan

belajar.

Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh pembelajaran karena pembelajaran

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didiknya.

guna untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan dasar yang

dimilikinya serta membangun kreatifitas berfikir peserta didik tersebut yang

menekankan pada sumber belajar serta lingkungan yang ada di sekitarnya. Unsur

pembelajaran yaitu dapat meliputi pendidik, peserta didik, sumber belajar serta

lingkungan. Dari proses pembelajaran peserta didik akan memperoleh hasil

belajar yang merupakan hasil dari suatu interaksi yaitu tindak belajar. Kegiatan

pembelajaran ini lebih menekankan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan

belajar mengajar sehingga peserta didik tidak pasif agar melatih peserta didik

untuk berfikir sesuai kemampuannya guna untuk memperoleh suatu pengetahuan.

Belajar dan pembelajaran diarahkan dengan tujuan untuk membangun suatu kemampuan berfikir peserta didik serta menerima materi pelajaran yang ada dalam proses pembelajaran, dimana pengetahuan yang diperoleh peserta didik ini dapat diperoleh dari luar diri akan tetapi harus dikonstruksi atau dipupuk dari diri masing-masing peserta didik. Kegiatan belajar akan berhasil apabila proses pembelajaran yang terjadi berjalan dengan baik dan lancar. (Opini, 2011: http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/30/ hubungan- antara-belajar-dan-pembelajaran/)

Sumber belajar adalah sarana atau fasilitas pendidikan yang merupakan

komponen penting dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam melaksanakan

(18)

disekitarnya karena pemanfaatan sumber belajar merupakan hal yang sangat

penting dalam konteks belajar mengajar. Karena memanfaatkan sumber belajar

dapat membantu dan memberikan kesempatan belajar serta dapat

memberikan pembelajaran yang nyata kepada peserta didik. Akhmad Sudrajat,

(2012:http://sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/8/2/2012).

Sumber belajar memiliki fungsi :

1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju

belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan

(b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih

banyak membina dan mengembangkan gairah.

2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,

dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b)

memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan

kemampuannnya.

3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a)

perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b)

pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.

4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan

kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih

kongkrit.

5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan

antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang

(19)

6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan

informasi yang mampu menembus batas geografis.

Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti

penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil

pembelajaran peserta didik.

Menurut Akhmad Sudrajat

(2012:http://sumber-belajar-untuk-mengefektifkan–pembelajaran-siswa /8/2/2012). Ada berapa jenis sumber belajar

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber

belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen

sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan

bersifat formal.

2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu

sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan

keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk

keperluan pembelajaran.

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat

berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat dan

sebagainya (2) orang: guru, instruktur, peserta didik, ahli, nara sumber, tokoh

masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku,

transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran,

relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras,

komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin,

(20)

diskusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan

biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas,

studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan

sebagainya.

Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai

berikut: (1) ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis:

tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3) mudah: dekat dan

tersedia di sekitar lingkungan kita; (4) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk

berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses

dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar

siswa.

Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan

memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran

peserta didik. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.

Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1)

lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat

digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan

lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam

dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi

dalam memelihara dan melestarikan alam.

Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan

dengan membawa peserta didik ke lingkungan seperti survey, karyawisata,

(21)

kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond yang pada dasarnya

merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka.

Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara

membawa lingkungan ke dalam kelas seperti menghadirkan nara sumber untuk

menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai

sumber belajar berjalan efektif maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi serta tindak lanjutnya. Secara skematik prosedur merancang sumber

belajar dapat mengikuti alur sumber belajar yang dijelaskan pada Bagan 1.1

dibawah ini.

Bagan 1. 1 Alur sumber belajar

(22)

Pada bagan 1.1 dijelaskan alur sumber belajar langkah pertama harus

mempelajari kurikulum, langkah kedua menetapkan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar, langkah yang ketiga memilih dan menentukan jenis dan

sumber belajar, untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang

tinggi dan sulit untuk mendapatkannya yang kadang-kadang pada akhirnya akan

membebani orang tua peserta didik untuk mengeluarkan dana pendidikan yang

lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan

menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Demikian pula dalam

memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh

dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah

pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi

kepentingan belajar peserta didik. Tidak sedikit sekolah-sekolah yang memiliki

halaman atau pekarangan yang cukup luas namun keberadaannya seringkali

ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak

mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga.

Menurut Maryani (2007:931) Kurikulum pembelajaran geografi bertujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inquiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

(23)

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.

Pembelajaran geografi berbasis lingkungan mampu

menumbuhkembangkan cara berpikir, bersikap dan berprilaku yang bertanggungjawab selaku individual, warga masyarakat dan warga negara. Selain itu pembelajaran geografi juga bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif untuk perbaikan segala ketimpangan dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi, baik menimpa dirinya maupun masyarakat. (Maryani,2010:872).

Menurut Maryani (2007:931) saat disekolahan ilmu geografi sering

dianggap tidak menarik untuk di pelajari. Hal ini disebabkan beberapa faktor: (1)

pelajaran geografi sering terjebak dalam aspek kognitif tingkat rendah yaitu

menghafal nama-nama tempat, sungai dan gunung atau sejumlah fakta lainnya.

(2). Ilmu geografi seringkali dikaitkan dengan ilmu yang hanya mampu membuat

peta, (3). Geografi hanya mengambarkan tentang perjalanan-perjalanan manusia

dipermukaan bumi, (4). Proses pembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat

verbal, kurang melibatkan fakta-fakta aktual, tidak menggunakan media kongkrit

dan teknologi mutakhir. (5). Kurang aplikabel dalam memecahkan masalah yang

berkembang saat ini.

Sapriya (2009:48) misi pembelajaran geografi mengembangkan:

1. Kompetensi Intelektual/akademik berupa cerdas dan berwawasan luas

2. Kompetensi personal dalam bentuk tanggungjawab, disiplin dan kepribadian

unggul lainnya

3. Kompetensi sosial dalam bentuk kerjasama, menghargai hukum, norma dan

(24)

4. Kompetensi vokasional dalam bentuk mengembangkan keterampilan hidup

yang sesuai dengan sumberdaya atau potensi daerah.

Sumaatmaja (1997:12) mengemukakan bahwa:

Pengajaran geografi merupakan pengajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahan. Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya.

Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara

membawa lingkungan ke dalam kelas seperti menayangkan fakta-fakta yang ada

dilingkungan tempat tinggal melalui pembelajaran dengan media Visual. Agar

penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif maka perlu

dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya.

Lingkungan hutan mangrove di Kota Tanjungpinang berfungsi sebagai

tempat berkembangbiak ikan, penahan lumpur dan pencegah abrasi pantai.

Kerusakan mangrove di Kota Tanjungpinang yang diakibatkan reklamasi dan

pengembangan kawasan pemukiman, membuat Keberadaan hutan mangrove di

Kota Tanjungpinang mulai terancam. Sedikit demi sedikit lahan mangrove mulai

beralih fungsi. Padahal hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat

penting bagi ekosistem air dan alam sekitarnya.

(25)

hutan mangrove Indonesia. (Blog hijau, 2012: http://farisyalwan. blogspot. com/html.)

Hernanda, Bisnis Indonesia (artikel 02/05/11) mengemukakan bahwa:

Hutan mangrove di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dinilai sangat potensial untuk dikembangkan menjadi hutan produksi dimasa mendatang. Tidak hanya untuk dimanfaatkan kayunya tetapi juga untuk pengembangan benih ikan laut.. Pelestarian hutan mangrove juga membantu mengatasi masalah erosi laut dan pengikisan daratan oleh ombak air laut. Kerusakan hutan mangrove diperkirakan telah mencapai belasan ribu hektare di Kepulauan Riau. Hal ini akibat pertambangan bauksit dan belasan ribu hektare lagi lahan penambangan dalam 10 tahun ini. Anehnya, para wali kota dan bupati memberikan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan areal 100 hektare rata-rata bagi pengusaha, hanya berdasarkan Upaya Kelestarian Lingkungan (UKL) dan Upaya Pengendalian Lingkungan (UPL) tanpa Amdal.

Menurut Santoso, F (2010: http://nasional.kompas.com/24/12/2010) dengan

wawancaranya bersama Beny bahwa:

Kondisi Masyarakat Pesisir Semakin Terimpit karena ribuan ikan kerapu yang pernah dibudidaya di perairan Los Senggarang Tanjungpinang mati karena air laut tercemar. Pencemaran air laut itu diduga berasal dari area pertambangan bauksit yang berjarak sekitar 500 meter di sekitar lokasi budidaya ikan kerapu tersebut. Budidaya ikan kerapu sebenarnya dibuka sejak tahun 2007. Waktu itu, ia mengembangkan 74 petak tambak dengan jumlah bibit ikan kerapu 60.000 ekor, akan tetapi sejak akhir 2008 air laut tercemar. Akibatnya ribuan ikan kerapu yang dibudidaya pun mati mengambang. Area pertambangan yang muncul secara sporadis dibeberapa titik dapat mencemari sungai-sungai hutan mangrove dan air laut.

Hutan mangrove diangkat sebagai sumber pembelajaran di Kota

Tanjungpinang dengan alasan karena keberadaan hutan mangrove secara ekonomi

sangat dibutuhkan oleh manusia karena hutan mangrove memiliki fungsi dan

manfaat yang sangat penting bagi ekosistem hutan, air dan alam sekitarnya.

(26)

Tanjungpinang untuk memperhatikan tata ruang daerah mereka

masing-masing. “Pembangunan yang dilakukan di Kepri harus memperhatikan aspek kehidupan masyarakat untuk 10 tahun atau 20 tahun mendatang. Jangan sampai anak cucu kita sebagai generasi penerus bangsa menjadi sengsara akibat tindakan yang salah” (Tn, 2012: http://www. Haluan kepri. com. 20/1/2012)

Kerusakan hutan mangrove itu tidak saja berdampak pada kondisi ekologi

atau daya dukung lingkungan tetapi lebih jauh lagi dengan kondisi sosial

masyarakat Kepri dikemudian hari. Kawasan hutan mangrove merupakan

kawasan lalu lintas umum seperti kawasan hutan mangrove yang berada di

kecamatan bukit bestari jaraknya sangat dekat sekitar dua km dari sekolah

menengah atas tempat dilakukan penelitian ini. Perlu dilakukan penelitian huatan

mangrove sebagai sumber belajar karena degradasi kawasan pesisir terutama

hutan mangrove akan berdampak terhadap kehidupan masyarakat. Seperti yang

dikemukakan oleh Rorogo (2005:111) :

Degradasi kawasan pesisir dan hutan mangrove diduga akan berpengaruh terhadap lingkungan hidup dan kehidupan masyarakat Kota Tanjungpinang di masa yang akan datang. Proses degradasi sumberdaya alam pesisir dan hutan mangrove ini perlu mendapatkan kajian mendalam supaya dapat memberikan antisipasi sejak dini agar tidak menimbulkan kerugian besar di masa yang akan datang.

Dari uraian di atas maka perlu kiranya menjadikan lingkungan sebagai

sumber pembelajaran Geografi disekolah karena lingkungan memberikan manfaat

bagi manusia. Soerjani dkk (1987 : 13) mengemukakan sebagai berikut:

(27)

Pentingnya lingkungan sebagai bahan pengajaran disekolah sebagai bukti

bahwa dipermukaan bumi terdapat interaksi baik manusia dengan manusia dan

manusia dengan alam. Adanya interaksi tersebut dapat dilihat hasilnya sebagai

media pengajaran disekolah sehingga proses pembelajaran dikelas bukan hanya

bukti-bukti yang ada didalam buku saja atau alat peraga saja melainkan peserta

didik diajak untuk berpikir dan membuktikan bahwa lingkungan tempat tinggal

disekitar peserta didik dapat dijadikan sumber belajar dan dapat dimanfaatkan

dalam pembelajaran geografi disekolah. Hasil belajar diperoleh pada akhir proses

pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam menyerap

atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan dan diukur setelah selesai

pembelajaran dengan perolehan nilai berdasarkan tes.

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai hasil belajar. Hal ini

sesuai dengan yang dikemukakan Abdurrahman (2003: 28) bahwa ”belajar

merupakan proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar

atau yang disebut hasil belajar yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif

menetap”. Perubahan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti pembelajaran

terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan

aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian,

kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi

pekerti dan sikap. Sumber belajar sebagaimana di ketahui adalah sarana atau

fasilitas pendidikan yang merupakan komponen penting untuk terlaksananya

proses belajar mengajar di sekolah. Dalam melaksanakan kegitan belajar mengajar

(28)

belajar merupakan hal yang sangat penting dalam konteks belajar mengajar. Oleh

karena itu penulis merencanakan melakukan penelitian tentang pengaruh

pemanfaatan hutan mangrove sebagai sumber pembelajaran geografi terhadap

hasil belajar peserta didik di Kota Tanjungpinang.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini digambarkan sebagai

berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen

yang menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar?

2. Apakah terdapat perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok kontrol yang

menggunakan media visual sebagai sumber belajar?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar pada kelompok eksperimen yang

menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar dengan kelompok

kontrol yang menggunakan media visual sebagai sumber belajar?

4. Apa kendala yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran dengan

menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar?

5. Apa kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran menggunakan hutan

mangrove sebagai sumber belajar?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh

(29)

hasil belajar peserta didik di Kota Tanjungpinang. Adapun tujuan khusus dari

penelitian ini antara lain:

1. Untuk membandingkan perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok

eksperimen yang menggunakan hutan sebagai mangrove sebagai sumber

belajar?

2. Untuk membandingkan perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok

kontrol yang tidak menggunakan media visual sebagai sumber belajar?

3. Untuk membedakan hasil belajar kelompok eksperimen yang menggunakan

hutan mangrove sebagai sumber belajar dengan kelompok kontrol yang

menggunakan media visual sebagai sumber belajar?

4. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran

dengan menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar.

5. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran dengan

menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar

4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah secara teoritis dapat

memberikan sumbangan pembelajaran geografi dan pemanfaatan hutan mangrove

sebagai sumber belajar. Secara praktis di harapkan dapat memberikan informasi

mengenai variasi sumber belajar dalam pembelajaran geografi dan diharapkan

dapat mempersiapkan peserta didik menghadapi masalah lingkungan akibat dari

(30)

1. Sebagai sumbangan pemikiran pada dinas pendidikan Propinsi Kepulauan

Riau dalam mengembangkan Lingkungan sebagai sumber belajar dan

mengembangkan kreativitas guru dalam mengembangkan hasil belajar.

2. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam memanfaatkan

lingkungan sebagai sumber belajar.

3. Untuk memperluas wawasan metode pembelajaran dalam memanfaatkan

lingkungan sebagai sumber belajar.

4. Pemanfaatan hutan mangrove sebagai sumber pembelajaran pada mata

pelajaran Geografi di Kota Tanjungpinang.

5. Mengetahui efektivitas hutan mangrove sebagai sumber belajar dalam

meningkatkan hasil belajar.

5. Definisi Operasional

a. Sumber belajar

Sumber belajar adalah semua unsur yang bisa dipakai oleh peserta didik

baik sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan peserta didik lainnya. Pengertian

sumber belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua sumber daya

yang dapat dimanfaatkan oleh guru maupun peserta didik dalam proses belajar

mengajar geografi di sekolah.

b. Hutan Mangrove

Secara umum hutan mangrove atau mangrove mempunyai definisi

sebagai hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak di garis

(31)

penting bagi ekosistem hutan, air dan alam sekitarnya. Fungsi atau manfaat hutan

mangrove dapat ditinjau dari sisi fisik, biologi maupun ekonomi. Fisiografi

kepulauan mempengaruhi ekosistem-ekosistem yang terbentuk di kawasan

Kepulauan Riau yang didominasi oleh ekosistem laut dangkal. Ekosistem alami

yang terdapat di wilayah pesisir Kepulauan Riau berturut-turut dari darat adalah

perairan laut dangkal, terumbu karang, padang lamun, rumput laut, mangrove dan

pantai.

Ekosistem mangrove adalah salah satu ekosistem subur yang terdapat di

Kepulauan Riau. Wilayah Kepulauan Riau memiliki ciri khas tersendiri yaitu

terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan dan

pertemuan antara laut Cina Selatan, Selat Malaka dan Selat Karimata. Kepulauan

Riau terdiri dari 1.062 buah pulau dan tidak kurang dari 345 buah diantaranya

sudah berpenghuni sedangkan sisanya walaupun belum berpenghuni tapi sebagian

pulau-pulau ini sebagian besar ditutupi oleh air laut.

c. Hasil Belajar

Evaluasi berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan

pembelajaran telah dicapai atau kemajuan belajar peserta didik dan mengukur

tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Kegiatan

evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengukur pencapaian hasil belajar yang

ditujukan untuk pemberian nilai kepada peserta didik, karena nilai merupakan

suatu yang amat penting karena nilai merupakan cermin dari suatu keberhasilan

belajar-mengajar. Untuk mengukur hasil belajar maka tolak ukurnya adalah tujuan

(32)

psikomotor (keterampilan peserta didik), afektif (sikap peserta didik). Diukur

dengan instrumen test dan tugas.

d. Metode Karya Wisata

Metode karya wisata adalah proses belajar mengajar peserta didik diajak

ke luar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut

Roestiyah (2001:85):

Karya wisata bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah. teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab. Dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya agar nantinya dapat mengambil kesimpulan dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.

Menurut Roestiyah (2001:85) Kelebihan dan kekurangan metode karya

wisata adalah kelebihan metode karya wisata yaitu karyawisata menerapkan

prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam

pengajaran. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan

dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat. Pengajaran dapat lebih

merangsang kreativitas anak. Kekurangan metode karyawisata:

1. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.

(33)

3. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan

utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.

4. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak

didik di lapangan.

5. Biayanya cukup mahal.

6. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata

dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

e. Metode Penugasan

Pengertian metode pemberian tugas menurut Sagala (2006:219) “Metode

pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan

tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan kemudian hasil

pelaksanaan tugas itu dilaporkan kepada guru”.

Setiawan, D (2012: http://sdn2-ketro.blogspot.com/2011/02/metoda–

pembelajaran-diskusi-simulasi .html?m=1) tujuan penggunaan metode pemberian

tugas adalah “Untuk memperdalam bahan ajar yang ada, untuk mengecek

penguasaan siswa terhadap bahan yang telah dipelajari, untuk membuat siswa

aktif belajar baik secara individu maupun kelompok”.

Setiawan, D (2012: http://sdn2-ketro.blogspot.com/2011/02/metoda–

pembelajaran-diskusi-simulasi .html?m=1) Alasan penggunaan metode

pemberian tugas adalah karena dengan metode tersebut 1) Siswa diaktifkan baik

secara mental maupun fisik dalam menguasai materi pelajaran 2) Siswa akan lebih

mudah menguasai materi pelajarann dan siswa diperluas pengetahuannya tentang

(34)

dipelajari dari materi ajar yang telah ada sehingga dapat dikembangkan sikap

ingin tahu dan haus ilmu pengetahuan 4) Siswa akan termotivasi belajar dan

dilatih memecahkan masalah.

Setiawan, D (2012: http://sdn2-ketro.blogspot.com/2011/02/metoda–

pembelajaran -diskusi-simulasi .html?m=1) menyatakan bahwa:

Kelebihan dan kelemahan metode pemberian tugas adalah: Pengetahuan yang dipelajari lebih meresap, tahan lama, dan lebih otentik, melatih siswa untuk berani mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan siswa tentang apa yang dipelajari, siswa dilatih kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri, metode ini jika dilakukan berbagai variasi dapat menggairahkan siswa belajar. Beberapa kelemahan dari metode pemberian tugas dalam pembelajaran adalah: bagi siswa yang malas cenderung melakukan kecurangan atau mereka hanya meniru pekerjaan orang lain, ada kalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain sehingga siswa tidak meperoleh hasil belajar apa-apa, jika tugas yang diberikan siswa terlalu berat dapat menimbulkan stress pada siswa, ada kalanya guru memberi tugas tanpa menyebutkan sumbernya akibatnya siswa sulit untuk menyelesaikannya.

f. Kelompok Eksperimen

Kelompok eksperimen adalah kelompok yang melakukan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar,

diharapkan dengan metode pembelajaran ini peserta didik dapat memanfaatkan

lingkungan sebagai tempat belajar dan meningkatkan hasil belajar peserta didik.

g. Kelompok Kontrol

Kelompok kontrol adalah kelas yang melakukan kegiatan pembelajaran

hutan mangrove dengan menggunakan media visual sebagai sumber belajar yaitu

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen,

dengan dua variabel yaitu variabel bebas (independen variabel) dan variabel

terikat (dependen variabel). Jenis desain quasi eksperimen yang peneliti gunakan

dalam kajian ini adalah desain non ekuivalen pre-test dan post-test control group.

Menurut Campbell (1966:47):

One of the most wedespread eksperimental design in education research involves an experimental group and control group both given a pretest and a posttest, but in wich the control sampling equivalence. Rather, the group sonstitute naturally assembled collective such as classrooms, as similar as availability permits but yet not so similar that one can dispense with the pretest. The asigment of X to one group or the other is assumed to be random and under the experimenter’s control.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, bentuk desain eksperimen

yang digunakan adalah “Pre-test and Post-test Control Group Design”. Desain

eksperimen dijelaskan pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Eksperimen

Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test

Eksperimen O1 X1 O1

Kontrol O2 X2 O2

(36)

Keterangan : O1 = Pre-test

O2 = Post-test

X1= Pembelajaran menggunakan hutan mangrove sebagai

sumber belajar

X2= Pembelajaran menggunakan media visual sebagai

sumber belajar

Desain ini digunakan khusus untuk penelitian yang ingin membandingkan

dua perlakuan yang berbeda. Alasan digunakan desain ini karena adanya

observasi awal yang menghasilkan data-data yang hampir sama dari setiap

kelompok. Dengan kata lain, hasil observasi awal tidak menunjukkan perbedaan

yang sangat berarti. Alasan ini juga menjadi alasan yang terkuat untuk melakukan

tretmen yang berbeda sesuai dengan yang diungkap oleh Milan and Sally

(1989:315) “Bahwa hampir tidak adanya perbedaan kondisi awal (usia,

pengalaman pembelajaran, nilai rata-rata, atau komposisi kelas yang lain)”.

Penelitian eksperimen ini melibatkan satu kelompok eksperimen dan satu

kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut sama-sama diberi pre test, setelah itu

kedua kelompok ini diberi perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen diberi

perlakuan dengan hutan mangrove sebagai sumber belajar dan kelompok kontrol

menggunakan media visual sebagai sumber belajar.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Gay dalam Sevilla, et al, (1993: 160) mendefenisikan “Populasi

sebagai kelompok tempat penelitian akan menggeneralisasikan hasil

(37)

generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang

kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh peserta didik SMA Negeri 2

Tanjungpinang semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah dari populasi

ini adalah peserta didik kelas XI IPS yang terdiri dari dua kelas berjumlah 58

peserta didik.

b. Sampel

Menurut Sumaatmaja (1988:122) “Sampel adalah sebagian dari populasi

yang mewakili populasi yang bersangkutan”, sedangkan menurut Fergusan dalam

Sevila, et al (1993: 160), “Sampel beberapa bagian kecil atau cuplikan yang

ditarik dari populasi atau porsi dari suatu populasi”.

Menurut Ali (1996:54) “Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil

dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh

populasi yang diambil menggunakan teknik tertentu”.

Kriteria sampel diambil dari keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi dari

populasi dan besarnya sampel belum ada ketentuan yang jelas tentang batas

minimal besarnya sampel yang dapat diambil dan dapat mewakili suatu populasi

yang akan diteliti. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini yaitu probabilita

yang diartikan sebagai suatu teknik penarikan sampel yang mendasarkan bahwa

setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

sampel. Jenis dari teknik penarikan sampel probabilitas dalam penelitian ini yaitu

(38)

Berdasarkan pertimbangan hasil nilai pada tabel 3.2 materi pelajaran dan

jumlah jam pertemuan serta nilai rata-rata kelas yang relatif homogen. Maka

dipilihlah dua kelas yaitu kelas XI IPS-1 sebagai kelompok kontrol dan kelas XI

IPS-3 sebagai kelompok eksperimen untuk dijadikan sampel penelitian, dengan

cara melihat hasil rata-rata kelas semester ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012.

Seperti yang dijelaskan pada tabel 3.2 berikut

Tabel 3.2

Hasil belajar kelas XI IPS SMA N 2 Tanjungpinang

No Kelas

Sumber : Hasil belajar semester ganjil SMA N 2 Tanjungpinang tahun pelajaran 2012/2013

Dari data nilai yang diperoleh, bahwa dua kelas yang akan dijadikan

sampel nilai rata-rata kelas tersebut mendekati dan relatif sama. Dua kelas inilah

yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Selanjutnya dari kedua

kelas ini dipilih kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan cara diundi.

Dengan melihat hasil belajar berdasarkan nilai rata-rata kelas kelas XI IPS

SMA Negeri 2 Tamjungpinang maka ditentukankan kelompok eksperimen dan

(39)

Bagan 3.1

Alur penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Sumber: dikembangkan oleh peneliti

3. Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana proses pembelajaran yang diamanatkan oleh standar proses

meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang memuat

identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD),

indikator pencapaian Kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi

waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan

sumber belajar silabus dan RPP merupakan administrasi yang penting dalam

pembelajaran, karena dapat memetakan program pembelajaran.

Tahap ini adalah tahap memberikan perlakuan yang berbeda pada kedua

kelas yang menjadi sampel penelitian. Sebelum melaksanakan proses

Melihat rata-rata kelas nilai UTS Geografi kelas XI semester Ganjil Tp. 2011/2012

Mencari dua kelas yang nilai rata-rata Kelasnya hampir sama/mendekati

Terpilih dua kelas

Dua kelas tersebut diundi

(40)

pembelajaran, peneliti dan guru baik di kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol mendiskusikan tentang persiapan dan langkah-langkah yang akan

dilaksanakan selama proses perlakuan. Diskusi peneliti dengan guru di kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara terpisah dan keduanya tidak

pernah dipertemukan. hal ini untuk menghindari kesubjektivitasan dari kedua guru

tersebut. Kedua guru mempelajari rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah

disiapkan, juga mempelajari alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran. Khusus guru di kelompok eksperimen, peneliti memberikan model

pembelajaran karya wisata dengan hutan magrove sebagai sumber belajar.

Sedangkan dikelompok kontrol peneliti memberikan model pembelajaran

penugasan dengan sumber belajar media visual. Pengamatan difokuskan pada

peran guru dan bagaimana proses pembelajaran yang terjadi. Agar proses

pembelajaran dapat terekam dengan baik, peneliti menggunakan lembar observasi

yang telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian penting selama proses

pembelajaran.

a. Pembelajaran pada Kelompok Eksperimen

Pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan hutan mangrove

sebagai sumber belajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok dengan pengelompokan

yang bervasiasi berdasarkan kemampuan dan jenis kelamin.

2. Guru memberikan intruksi penggunaan lembar observasi

(41)

5. Kelompok memberikan laporan.

6. Guru merefleksi hasil kerja kelompok

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan metoda karya wisata

1. Kegiatan pembukaan, kegiatan pembukaan ini dilaksanakan di sekolah

sebelum berangkat kelokasi karya wisata. Kegiatan pembukaan meliputi :

mengingatkan kembali pelajaran yang pernah diberikan, memotivasi peserta

didik dengan membuat kaitan materi pelajaran yang akan dipelajari dengan

peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat (yang hidup di sekitar hutan

mangrove, kepada pengelola mangrove dan flora dan fauna yang hidup

disekitar hutan mangrove) melalui pertanyaan-pertanyaan yang tertuang

dalam lembar kerja, mengemukakan tujuan pelajaran yang akan dipelajari dan

kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pelajaran

tersebut selama karya wisata, mengemukakan tata tertib selama karya wisata

2. Kegiatan inti, melakukan oservasi terhadap objek sasaran belajar lalu

mendeskrepsikan dalam bentuk kalimat, mengambil gambarnya dan

sebagainya, mewawancarai nara sumber (pengelola hutan mangrove,

masyarakat yang hidup di sekitar hutan mangrove, flora dan fauna yang ada

di sekitar hutan mangrove). Mencatat informasi yang disampaikan secara

lisan oleh narasumber sesuai dengan skenario yang disiapkan guru yang

tertuang dalam lembar observasi.

3. Kegiatan penutup, kegiatan mengakhiri karya wisata ini dilakukan ketika

masih berada dilokasi wisata atau setelah kembali ke sekolah. Kegiatannya

(42)

membuat rangkuman, melakukan presentasi perwakilan kelompok dan

evaluasi proses.

b. Pembelajaran pada Kelompok Kontrol

Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan media visual sebagai

sumber belajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Kegiatan pembukaan, mengajukan pertanyaan apresepsi untuk mengingatkan

peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan, memotivasi peserta didik

dengan mengemukakan cerita yang ada di masyarakat yang ada kaitannya

dengan materi yang akan diajarkan, mengemukakan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai.

2. Kegiatan inti, guru menerangkan secara garis besar materi pelajaran yang akan

diajarkan, guru menjelaskan rincian tugas dan cara mengerjakannya, peserta

didik mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk atau cara penyelesaian tugas

yang diberikan oleh guru, guru meminta peserta didik melaporkan hasil

penyelesaian tugasnya tepat waktu, guru memeriksa hasil penyelesaian tugas

peserta didik.

3. Kegiatan penutup, guru menyuruh peserta didik merangkum materi yang

diajarkan melalui kegiatan pemberian tugas itu, Kegiatannya meliputi:

menyuruh peserta didik melaporkan hasil penugasan dan membuat rangkuman,

(43)

4. Variabel Penelitian

Sedangkan variabel penelitiannya terdiri dari dua variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hutan mangrove

sebagai sumber belajar dan pembelajaran hutan mangrove dengan media visual.

Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar peserta didik seperti yang

dijelaskan pada bagan 3.2 dibawah ini.

Bagan 3.2

Variabel Penelitian

Variabel terikat

Variabel bebas

Sumber: Dikembangkan oleh peneliti

5. Intrumen Penelitian

Sesuai dengan jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka

instrumen penelitian yang digunakan adalah:

a. Test

Penyusunan test hasil belajar dimulai dengan menyusun kisi-kisi soal yang

dikonsultasikan dengan pembimbing dan dilakukan uji coba test. Test diuji

cobakan untuk mengetahui validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan

tingkat kesukaran. Alat test yang akan digunakan dalam mengukur hasil belajar Hasil belajar peserta didik

 Test

 LKS

(44)

dalam bentuk pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol diperoleh dari hasil uji coba yang diberikan kepada peserta didik yang

telah mempelajari materi yang sama. Dari hasil test tersebut kemudian di analisis

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya.

Berikut rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas butir soal,

realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus:

1. Validitas butir soal

Untuk variabel hasil belajar, dihitung validitas butir soal dengan cara

menghitung korelasi antara skor butir soal X dengan skor total Y dengan

rumus korelasi produk moment sebagai berikut:

(Supranata, 2004:58) Keterangan :

Rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y

N = cacah subyek uji coba

∑X = jumlah skor butir

∑Y = jumlah skor faktor

Kriteria penafsiran indeks korelasi product moment adalah:

Antara 0,800 - 1,000 Sangat Tinggi

Antara 0,600 - 1,799 Tinggi

Antara 0,400 - 0,599 Cukup

Antara 0,200 - 0,399 Rendah

Antara 0,000 - 0,199 Sangat Rendah

rxy = N∑XY – (∑X)(∑Y)

(45)

(Ridwan, 2007:98).

2. Reliabilitas Test

Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus K-R.20, yaitu:

(46)

Keterangan:

DP = indeks daya pembeda

∑A = jumlah peserta test yang menjawab benar pada

kelompok atas

∑B = jumlah peserta test yang menjawab benar pada

kelompok bawah

nA = jumlah peserta test kelompok atas

nB = jumlah peserta test kelompok bawah

klasifikasi daya pembeda adalah:

DP ≤ 0,00 : sangat rendah

0,00 ≤ DP ≤ 0,20 : rendah

0,20 ≤ DP ≤ 0,40 : cukup/sedang

0,40 ≤ DP ≤ 0,70 : baik

0,70 ≤ DP ≤ 1,00 : sangat baik

(Suherman, 2003:161)

4. Tingkat Kesukaran

(Surapranata, 2004:12)

Keterangan :

P = proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran

∑x = banyaknya peserta tes yang menjawab benar

Sm = skor maksimum

N = jumlah peserta test

Kriteria tingkat kesukaran biasanya dibedakan menjadi 3 kategori yaitu:

P < 0,3 Sukar

P = ∑x

(47)

0,3 ≤ p ≥ 0,7 Sedang

P > 0,7 Mudah

(Surapranata, 2004:21)

5. Kriteria Pemilihan Soal

Kriteria pemilihan soal yang digunakan adalah kriteria menurut Surapranata,

(2004:47) yaitu tingkat kesukaran, dan daya pembeda, seperti yang

dijelaskan pada tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.3 Kriteria pemilihan soal

KRITERIA KOEFISIEN KEPUTUSAN

Tingkat kesukaran 0,30 s/d 0,70

0,10 s/d 0,29

Berdasarkan kriteria pemilihan soal pilihan ganda dengan mengacu pada

validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran maka

dapat diambil 30 soal untuk di jadikan instrumen pre-test dan post-test.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Pengertian lembar kerja siswa dalam kamus bahasa Indonesia kata lembar

(48)

Jadi dapat dikatakan bahwa lembar kerja siswa berarti helai bagi peserta didik

dalam melakukan kegiatan baik kegiatan intra-kurikuler maupun kegiatan

ko-kurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang

didapat. Menurut hasil perumusan lembar kerja siswa pada tanggal 18 Januari

1988, lembar kerja siswa mengandung pengertian yang mencakup (1). Rangkaian

tugas individual dan kelompok, (2). Pencapaian materi secara sistematis, (3).

Sebagai alat untuk menanamkan solidaritas anak, (4). Sebagai alat untuk

mengetahui sejauh mana kemampuan anak untuk mendiskusikan materi, (5).

Sebagai sarana untuk menanamkan konsep (Sartika, 2008:http://alliciakomputer.

blogspot.com/2008/05/peran-lembar-kerja-siswa-lks-dalam.html?m=1).

Dari beberapa pengertian diatas Sartika (2008: http://alliciakomputer.

blogspot.com/2008/05/peran-lembar-kerja-siswa-lks-dalam.html?m=1)

menyimpulkan bahwa “Lembar kerja siswa berarti lembaran duplikat yang berisi

uraian singkat materi dan soal-soal yang disusun langkah demi langkah secara

teratur dan sistematis yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran sehingga mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran

yang didapat”.

Fungsi lembar kerja siswa menurut Ashar dalam Sartika (2008:

http://alliciakomputer.blogspot.com/2008/05/peran-lembar-kerja-siswa-lks-dalam.

html?m=1) dalam bukunya berjudul proses belajar mengajar pola CBSA, lembar

kerja siswa berfungsi: “(1). Bagi guru untuk menuntun peserta didik akan

berbagai kegiatan yang perlu diberikannya dan mempertimbangkannya pada diri

(49)

peserta didik dapat bekerja melakukan kegiatan-kegiatan yang menuju ke arah

tujuan yang hendak dicapai”. Menurut Ahmad Buhari dkk dalam Sartika (2008:

http://alliciakomputer.blogspot.com/2008/05/peran-lembar-kerja-siswa-lks-dalam.

html?m=1) “Lembar kerja peserta didik berfungsi sebagai sarana untuk

mengaktifkan peserta didik, merangsang belajar peserta didik untuk

menyampaikan informasi agar memahami dan menghayati suatu konsep, melatih

keberanian mengemukakan pendapat secara sistematis serta melatih peserta didik

mengambil kesimpulan sendiri”.

Tujuan penggunaan lembar kerja peserta didik oleh guru di kelas adalah :

(1). Melatih para peserta didik lebih mendalami ilmu yang telah dipelajari untuk

tercipta dasar pengetahuan yang lebih baik untuk belajar pada tahap berikutnya,

(2). Melatih para peserta didik untuk bekerja sungguh-sungguh dengan cermat

serta berpikir jujur, sistematis, rasional dalam sistem kerja yang praktis, (3).

Melatih para peserta didik membuat laporan praktis percobaan, sekaligus

menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang persoalan yang sudah dipraktekkan.

Dengan demikian fungsi dan tujuan lembar kerja peserta didik ini sesuai bagi para

pengajaran yaitu peserta didik aktif berbuat dan berpikir dalam belajar. Repetisi

dan menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan dan permasalahan dan melatih

keberanian mengemukakan pendapat secara tertulis.

c. Angket

Angket peserta didik berisi pernyataan untuk mengungkap kendala belajar

dan pendapat tentang pembelajaran hutan mangrove sebagai sumber belajar serta

(50)

guru berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengungkapkan kendala yang dihadapi

guru dalam pembelajaran menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar

secara terencana, terarah, efektif, bermakna dan relevan dengan yang diajarkan

sesuai kebutuhan peserta didik untuk mengenal lingkungan dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Observasi

Observasi dilakukan oleh observer untuk memperoleh gambaran secara

langsung aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Yang

bertindak sebagai observer adalah penulis dan dibantu oleh satu orang guru

Geografi. Observasi dilakukan sejak awal pembelajaran sampai guru menutup

pelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan.

e. Studi Dokumentasi

Menurut kamus bahasa Indonesia arti dari kata Dokumentasi adalah sesuatu

yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau

keterangan. Menurut Burhan Bungin dalam Tn (2009:http://adzelgar

.wordpressi.com/2009/02/02/studi-dokumen-dalam-penelitian -kuantitatif/) bahan

dokumen itu berbeda secara gradual dengan literatur, dimana literatur merupakan

bahan-bahan yang diterbitkan sedangkan dokumenter adalah informasi yang

disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter.

Teknik studi dokumentasi merupakan pengumpulan data sekunder. Data

sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dari laporan orang atau

(51)

Riana Magasing, 2013

Pengaruh Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Sumber Pembelajaran Geografi Terhadap Hasil Belajar

sesungguhnya adalah data yang asli. Data-data yang diperoleh berupa profil

sekolah, jumlah peserta didik dan yang lainnya yang berhubungan dengan sekolah

tempat penelitian.

6. Analisis Data

Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

a. Menghitung nilai pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

b. Menghitung peningkatan hasil belajar antara kelompok eksperimen yang

menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar dan kelompok kontrol

yang menggunakan media visual sebagai sumber belajar.

c. Menganalisis kendala belajar peserta didik dan guru yang menggunakan hutan

mangrove sebagai sumber belajar .

Data yang dikumpulkan untuk diolah dan dianalisis adalah hasil pre-test dan

post-test peserta didik baik dari kelompok eksperimen maupun dari kelompok

kontrol. Data yang diperoleh kemudian dianalisis, sebelum menganalisis data

maka dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai pra syarat untuk

menentukan analisis selanjutnya. Apakah akan menggunakan uji statistik

parametrik atau non parametrik, berikut penjelasannya.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah penyebaran kedua

populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahuinya peneliti

menggunakan uji Kai/Chi kuadrat (X2). Satu populasi dapat berdistribusi

Gambar

Gambar  4.1.  Hasil belajar Kelompok Eksperimen ......................................................
Tabel 3.1.     Desain Eksperimen...............................................................................
Tabel 3.1 Desain Eksperimen
Tabel 3.2   Hasil  belajar kelas XI IPS SMA N 2 Tanjungpinang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari tabulasi silang penilaian hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan kejadian iritasi vagina saat menstruasi di SMP Negeri 8 Manado menunjukan

b. Tiap peserta menerima dokumen kelengkapan Rakernas pada saat kedatangan dan mendaftarkan sebagai peserta Rakernas. Dokumen dibagikan kepada peserta Rakernas yang memiliki

1) Memperkenalkan objek wisata agar menarik wisatawan bisa dilakukan melalui pramuwisata, atau travel biro yang menangani wisatawan mencapai tujuan wisata, dengan

Rumput laut Eucheuma cottonii 5 Kg dapat menghasilkan biogas dengan tekanan 14,90 Psi pada hari ke 24 dan hasil karakterisasi yang terdapat dalam proses pembuatan biogas

Penelitian ini bertujuan: (1) Mengetahui tingkat adversity quotient peserta didik MTs Darul Karomah (2) Mengetahui tingkat kecerdasan intelektual peserta didik MTs

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi, kecernaan nutrien, perubahan bobot badan, dan status fisiologi kambing Bligon jantan yang diberi perlakuan pembatasan pakan

We work with Cambridge schools around the world to transform teaching practice and