Halaman
ABSTRAK ... i
PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Kegunaan Penelitian ... 9
E. Asumsi Penelitian ... 9
F. Definisi Oprasional ... 10
G. Metodologi Penelitian ... 11
H. Lokasi dan Sumber Informasi ... 12
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini ... 14
1. Konsep Anak Usia Dini ... ... 14
2. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini ... 16
3. Tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini ... 26
B. Konsep Dasar Bimbingan di TK ... 47
1. Makna Bimbingan Bagi Anak TK ... 47
2. Tujuan Bimbinagn di TK ... 50
3. Fungsi Bimbingan di TK ... 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metodologi ... 65
B. Populasi dan Sampel ... 68
C. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 70
D. Pengolahan dan Analisis Data ... 75
E. Keabsahan Hasil Penelitian ... 77
F. Prosedur Penelitian ... 79
G. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 81
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 82
1. Upaya Bimbingan yang telah Dilakukan oleh Guru untuk Mengoptimalkan Perkembangan Kognitif Anak-Anak TK di Kec. Jatinangor ... 82
2. Pencapaian Tugas-Tugas Perkembangan Kognitif Anak-Anak TK di Kec. Jatinangor 89 3. Kendala-Kendala yang Dihadapi guru dalam Mengoptimalkan Perkembangan Kognitif Anak-Anak TK di Kec. Jatinangor ... 98
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...104
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMONDASI A. Kesimpulan ... 123
B. Rekomondasi ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 126
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia di muka bumi termasuk bangsa
Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat.
Tanpa pendidikan, manusia mustahil dapat hidup bahagia dan berkembang sejalan
dengan cita-citanya baik secara lahir maupun bathin.
Pendidikan dalam pembangunan bangsa dan negara merupakan masalah
penting dan fundamental serta memerlukan tinjauan dari berbagai aspek.
Mengingat pentingnya peranan pendidikan bagi tata kehidupan peribadi maupun
masyarakat, maka dalam rangka pengembangan watak bangsa haruslah berpegang
dan bertumpu pada landasan pendidikan yang kuat. Untuk mewujudkan itu, maka
tidak ada jalan lain adalah dengan menyiapkan sistem pendidikan nasional yang
memperlihatkan jati diri bangsa.
Kehidupan bangsa dan negara serta tujuan terbentuknya negara harus
terefleksikan dalam sistem pendidikan nasional. Dimana tujuan terbentuknya
negara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat, yaitu”..pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejah-teraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut serta dalam perdamaian dunia...”
Undang-Undang No. 20/2003 Bab II pasal 3, menjelaskan bahwa :
“Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa”.
Pendidikan merupakan usaha sadar, karena disadari adanya unsur
kesengajaan dari pendidikan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi anak
dan juga pendidikan sifatnya berlangsung seumur hidup, baik yang berlangsung di
dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan sangat penting untuk memelihara dan melindungi norma dan
nilai kehidupan positif yang telah ada di masyarakat suatu negara dari pengaruh
negative perkembangan iptek dan globalisasi. Proses pendidikan benar dan
bermutu memberikan bekal dan kekuatan untuk memelihara jati diri dari pengaruh
negative globalisasi tersebut, bukan hanya untuk kepentingan individu peserta
didik, tetapi juga untuk kepentingan bangsa dan negara.
Oleh karena proses pendidikan itu terjadi di masyarakat, menggunakan
berbagai sumber daya masyarakat dan untuk masyarakat, maka pendidikan
dituntut untuk mampu memperhitungkan dan melakukan antisipasi terhadap
kebutuhan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, ekonomi, politik
dan kenegaraan secara simultan. Pengembangan pendidikan untuk kepentingan
masa depan bangsa dan negara yang lebih baik perlu dirancang secara terpadu
sejalan dengan aspek aspek tersebut di atas, sehingga pendidikan merupakan
wahana pengembangan sumber daya manusia yang mampu menjadi subjek
Untuk menjawab tantangan itu semua, perlu ditanamkan sebuah kesadaran
pada masyarakat akan pentingnya sebuah landasan pendidikan semenjak dini
untuk menghadapi era modernisasi dan globalisasi tersebut. Dewasa ini sudah
mulai dikembangkan program pendidikan anak usia dini (PAUD) sebagai bagian
dari system pendidikan di Indonesia, tersirat dalam amandemen UUD 1945 pasal
28b ayat 2 yaitu : Negara menjamin, pengembangan dan perlindungan anak
terhadap eksploitasi dan kekerasan. Pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi
konvensi hak anak melalui kepres No.36 tahun 1990 yang mengandung kewajiban
Negara untuk memenuhi hak anak anak. Secara khusus pemerintah juga telah
mengeluarkan UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No
27/1990 tentang pendidikan pra sekolah, PP No.39/1992 mengenai peran serta
masyarakat dalam pendidikan Nasional.
Sebagian masyarakat dan orang tua mulai menyadari betapa pentingnya
layanan pendidikan yang bermutu diberikan pada anak usia dini (PAUD) sebagai
basis untuk pengembangan potensi anak pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Untuk itu orang tua atau pun guru harus mampu memberikan kebebasan
yang wajar, agar anak di masa yang akan datang tidak terhambat baik itu
kecerdasan intelektualnya, maupun kecerdasan yang lainnya. Para orangtua atau
pun guru harus memiliki pemahaman, bahwa anak merupakan individu yang perlu
dijaga, dipelihara, namun bukan untuk dimiliki seutuhnya, karena mereka
merupakan pribadi yang unik, memiliki kemampuan yang berbeda antar satu
Salah satu proses perkembangan individu adalah perkembangan kognitif.
Proses perkembangan kognitif melibatkan perubahan-perubahan dalam
kemampuan dan pola berpikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu
memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas seperti
mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata
menjadi satu kalimat, menghafal sajak atau do’a, memecahkan soal-soal
matematika, dan menceritakan pengalaman, merefleksikan peran merupakan
proses kognitif dalam perkembangan individu.
Proses perkembangan kognitif perlu dibedakan dengan perubahan dalam
arti belajar. Perkembangan kognitif mengacu kepada perubahan-perubahan
penting dalam pola dan kemampuan berpikir serta kemahiran berbahasa, tetapi
belajar cenderung lebih terbatas pada perubahan-perubahan sebagai hasil dari
pengalaman atau peristiwa yang relatif spesifik. Selain itu, perubahan-perubahan
yang dipelajari seringkali dipelajari dalam waktu yang singkat, tetapi
perkembangan kognitif terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama. (Santrock
dan Yussen, 1992; Seifert dan Hoffnung, 1991).
Perkembangan fungsi-fungsi kognitif menurut Loree (1970 : 77) dapat
dipaparkan dengan dua cara, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan
fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif dapat dikembangngkan berdasarkan hasil
laporan studi pengukuran dengan menggunakan tes inteligensi sebagai alat
ukurnya. Dalam satu penyelidikan longitudinal mengenai kecerdasan yang
dilakukan Bloom (Saidah, 2003:54) ditemukan bahwa kira-kira 50% variabelitas
pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau pada akhir dasawarsa
kedua. Whiterington (1952 : 150) dan Loree (1970 : 79) juga menegaskan bahwa
laju perkembangan IQ tersebut bersifat constant proporsional.
Perkembangan perilaku kognitif secara kualitatif diteliti oleh Piaget mulai
dari tahun 1920 sampai dengan 1964 bersama teman-temannya. Piaget membagi
perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku itu ke dalam empat tahapan utama yang
secara kualitatif setiap tahapan menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda.
Tahapan tersebut adalah :
1. Sensori-Motor Period (0-2) Tahun 2. Pre-operational Period (2-7) tahun
3. Concrete Operasional Period (7-11 or 12 ) tahun
4. Formal operational period (11 ; 0 atau 12 ; 0 – 14 ; 0 atau 15 ; 0)
Disinilah keberadaan guru sangat diperlukan oleh anak bukan hanya
sebagai pendidik tapi sekaligus sebagai pembimbing. Keterlibatan guru secara
aktif dalam program bimbingan dipertegas dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak
2004 bahwa layanan bimbingan di Taman Kanak-Kanak sekaligus dilaksanakan
oleh guru. Dalam pelaksanannya guru perlu bekerja sama dengan orang tua dan
pihak-pihak lain yang terkait seperti dokter, psikolog dan ahli pendidikan.
Secara sederhana tugas guru adalah mengarahkan dan membimbing para
murid agar semakin meningkatkan pengetahuannya, semakin mahir
keterampilannya dan semakin terbina dan berkembang potensinya. Sedangkan
Tugas pokok guru adalah mengajar dan mendidik. Mengajar mengacu pada
melakukan sesuatu, sedangkan mendidik itu mengacu pada upaya membina
kepribadian dan karakter si anak dengan nilai-nilai tertentu, sehingga nilai-nilai
tersebut mewarnai kehidupannya dalam bentuk perilaku dan pola hidup sebagai
manusia yang memiliki akhlak yang mulia (Abuddin Nata 2001:134-136).
Nampaknya guru sebenarnya dengan tidak sengaja telah melaksanaan
penerapan peranan bimbingan terhadap anak. Dalam beberapa kegiatan telah
tersirat beberapa unsur bimbingan namun masih diberikan dalam wujud yang
belum teratur dan ada kalanya kurang terarah. Penerapan bimbingan guru di
Taman Kanak-Kanak terutama terhadap perkembangan kognitif anak, menurut
hasil survai awal penulis ke 16 Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Jatinangor
Kab. Sumedang bahwa pada dasarnya guru di enam belas Taman Kanak-Kanak
tersebut telah berupaya mengintegrasikan kegiatan bimbingan pada saat sedang
belajar ataupun bermain.
Beberapa kasus sebagai cuplikan dapat dikemukakan, diantaranya: Guru X
dikelasnya terdapat beberapa anak yang menunjukan perilaku agresif seperti suka
mengganggu teman, merebut mainan teman, membuat gaduh, jalan-jalan kesana
kemari tanpa henti, memukul teman dan berteriak-teriak. Tindakan yang
dilakukan oleh guru adalah mengelompokkan tersendiri anak-anak yang
berperilaku agresif tersebut, supaya guru dapat memberi perhatian dengan penuh.
Guru Y, dikelasnya terdapat anak yang pendiam tidak mau berkomunikasi
dengan siapapun bahkan dengan gurunya, dalam kegiatan baik di kelas ataupun di
luar kelas tidak mau melakukan, dia hanya melihat temannya beraktivitas. Dari
sekolah sedang jika di rumah dia aktif dan penurut. Langkah yang dilakukan guru
adalah terus membujuk agar anak mau beraktivitas, dengan jalan pertama dilatih
bermain dengan ibu guru sendiri kemudian diminta untuk menunjuk teman untuk
diajak bermain, biarkan anak memilih sendiri teman yang akan diajak bermain.
Guru Z, di kelasnya ada beberapa murid yang selalu ditunggu oleh ibunya
atau pengasuhnya, tindakan guru adalah berusaha mendisiplinkan kepada anak
dan menyuruh orang tua atau pengasuh untuk menjauh dari anak dan membiarkan
anak menangis atau memberontak, nanti guru yang akan mengatasinya.
Berdasarkan beberapa sudut pandang dan fenomena di lapangan yang telah
diuraikan di atas, ditegaskan bahwa perlu adanya upaya guru dalam melakukan
bimbingan sehingga perkembangan anak menjadi optimal terutama mengenai
perkembangan kognitif. Hasil penelitian selanjutnya dituangkan dalam bentuk
tesis dengan judul “Bimbingan Guru dalam mengoptimalkan Perkembangan
Kognitif Anak Usia Dini (Studi deskriptif di Taman Kanak-Kanak Kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penelitian ini
difokuskan pada pertanyaan: Bagaimana upaya bimbingan guru dalam
mengoptimalkan perkembangan kognitif anak usia dini.
Untuk mengarahkan jawaban pada fokus penelitian, dibuat beberapa
1. Bagaiamana Upaya bimbingan yang dilakukan oleh guru TK se-kecamatan
Jatinangor Kab. sumedang untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif
anak usia dini?
2. Bagaimana profil perkembangan kognitif anak usia dini di TK Kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang ditinjau dari perspektif guru?
3. Kendala apa yang dihadapi guru dalam mengoptimalkan perkembangan
kognitif anak usia dini?
4. Bagaimana bentuk program bimbingan guru untuk mengoptimalkan
perkembangan kognitif anak usia dini?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara
deskriptif tentang pemahamn guru terhadap perkembangan kognitif anak usia dini
dan upaya bimbinannya di TK Kec. Jatinangor, kab. Sumedang, berikut beberapa
tujuan perantara yang harus dicapai:
1. Mendeskripsikan atas data-data yang diperoleh tentang upaya bimbingan yang
dilakukan guru dalam mengoptimalkan perkembangan kognitif anak usia dini
di TK Kec. Jatinangor Kab. Sumedang.
2. Mendeskripsikan atas data-data yang diperoleh tentang profil perkembangan
kognitif anak usia dini di TK kec. Jatinangor, Kab. Sumedang.
3. Mendeskripsikan atas data-data yang diperoleh tentang kendala-kendala yang
dihadapi guru dalam mengoptimalkan perkembangan kognitif anak usia dini
4. Melakukan analisis terhadap temuan-temuan penelitian untuk menyusun
program bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan untuk mengoptimalkan
perkembangan kognitif anak usia dini.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah pertama, untuk mengembangkan teori dan khazanah keilmuan dalam bidang Psikologi pendidikan. Kedua, untuk membantu masyarakat terutama para pendidik memperoleh informasi sekaligus
masukan bagi optimalisasi perkembangan kognitif anak usia dini dan upaya
bimbinganya secara optimal.
Adapun secara praktis penelitian ini dapat berguna untuk kepentingan
aplikasi di lapangan terutama yang berkaitan dengan pembahasan dalam
penelitian. Dan secara khusus kegunaan praktis penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif bagi peningkatan mutu guru anak usia dini, dan
dapat dijadikan referensi bagi peneliti dalam bidang pendidikan, serta dapat
dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
E. Asumsi Penelitian
Penelitian ini dilandasi oleh beberapa anggapan dasar sebagai berikut:
1. Lima puluh persen (50%) variabelitas perkembangan kognitif anak usia dini
terjadi pada usia 0 – 4 tahun (Bloom dalam Saidah, 2003:54)
2. Empat tahun pertama kehidupan anak adalah kurun waktu seorang anak
sangat peka terhadap kaya miskinnya lingkungan akan stimulasi (Bloom
3. Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 bahwa layanan bimbingan di
Taman Kanak-Kanak sekaligus dilaksanakan oleh guru. Dalam pelaksanannya
guru perlu bekerja sama dengan orang tua dan pihak-pihak lain yang terkait
seperti dokter, psikolog dan ahli pendidikan.
F. Definisi Operasional
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, masyarakat dan
kehidupan pada umumnya. Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak
memaksakan kehendak sendiri, tetapi berperan sebagai fasilitator.
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia
yang potensial di bidang pembangunan. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata
sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of value dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.
Perkembangan kognitif adalah suatu proses yang menggambarkan
bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berfikir.
Menurut Jean Peaget (1886-1980) semua anak memiliki pola perkembangan
kognitif yang sama yaitu melalui empat tahapan: 1) sensori Motorik, 2) pra
operasional, 3) konkret operasional, dan 4) formal operasional. Keempat tahapan
Anak usia Dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik yaitu memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecenderungan dan sisio-emosional,
bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Kelompok manusia yang
berusia antara 0 – 6 tahun ( menurut Undang Undang Sisdiknas ). Dan berusia 0 –
8 tahun menurut pakar pendidikan ( Dedi suryadi : 2003 )
G. Metodologi Penelitian 1. Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendeketan kualitatif. yaitu meneliti langsung pada situasi
penelitian yang sedang terjadi secara wajar tanpa adanya perlakuan dan intervensi
dari peneliti, atau memanipulasi subjek penelitian, sehingga diperoleh data
deskriptif tentang perilaku manusia (Nasution, 1992). Metode ini merupakan
sebuah desain penelitian yang menggambarkan hasil-hasil temuan penelitian
secara mendalam.
2. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah guru-guru dari 16 TK di kecamatan
Jatinagor Kabupaten Sumedang. Kemudian teknik pengambilan sampel digunakan
teknik non-probability sampling yaitu sampling pertimbangan yang memiliki
tujuan tertentu (purposive sampling) (Sugiarto et. Al., 2003: 40-42). Adapun
3. Instrumen penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini teridiri dari tiga bagian, yaitu:
(1) Data tentang upaya bimbingan yang dilakukan oleh guru di taman
Kanak-Kanak dalam mengoptimalkan perkembangan kognitif anak usia dini, (2) data
mengenai perkembangan kognitif anak usia dini di TK se-kecamatan Jatinangor
kab. Sumedang, (3) Data tentang kendala-kendala yang dihadapi guru untuk
mengoptimalkan perkembangan kognitif anak usia dini. Data pertama dan ketiga
diperoleh melalui wawancara dan observasi, sedangkan data kedua diperoleh
melalui angket yang dibuat secara khusus. Adapun uraian lengkap mengenai hal
ini akan disajikan pada bab III penelitian ini.
4. Analisis Data
Analisis data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari tiga
instrumen yang dikembangkan.Terdapat dua langkah yang ditempuh dalam
analisis data, yaitu verifikasi data dan kalkulasi data bagi data hasil dari instrumen
kedua, serta pengelompokkan bagi data hasil instrumen kesatu dan ketiga
(wawancara dan observasi). Adapun uraian lengkap mengenai hal ini akan
disajikan pada bab III penelitian ini.
H. Lokasi dan Sumber Informasi 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 16 (enam belas) Taman Kanak-Kanak
2. Sumber Informasi
Informasi yang berkaitan dengan penelitian ini diperoleh dari
sumber-sumber sebagai berikut:
a. Anak-anak TK se-Kecamatan Jatinangor
b. Dinas Pendidikan (KCD) Kecamatan Jatinangor
c. Guru-guru dari enam belas Taman Kanak-Kanak yang ada di
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metodologi
Mengacu pada permasalahan yang diteliti maka penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh gambaran empirik mengenai upaya bimbingan guru dalam
mengoptimalkan perkembangan kognitif anak usia dini. Jadi kegiatan selama
proses belajar berlangsung, baik di dalam dan di luar ruangan sampai kegiatan
bermain serta fasilitas yang ada juga menjadi perhatian penulis.
Selama proses tersebut penulis melakukan pengamatan terhadap guru dan
anak-anak TK dan fokus perhatian pada proses bimbingan yang berkaitan dengan
perkembangan kognitif. Disamping, itu juga dilakukan studi dokumentasi selama
penelitian berlangsung dan selama penelitian penulis melakukan wawancara dan
diskusi dengan guru dan kepala sekolah setelah selesai melakukan kegiatan
ataupun disela-sela kegiatan.
Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriftif
analitik dengan pendekatan kualitatif, yaitu meneliti langsung pada situasi
penelitian yang sedang terjadi secara wajar tanpa adanya perlakuan dan intervensi
dari peneliti, atau memanipulasi subjek penelitian, sehingga diperoleh data
deskriptif tentang perilaku manusia (Nasution, 1992). Lebih lanjut Udin S. Saud
(2007:77) menyatakan Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
ditunjukan untuk mengembangkan fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan
manipulasi atau pengubahan pada vaiabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan
angka-angka, contoh: Bagaimana kemampuan membaca anak TK?.
Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif menurut Nasution (2003: 9) adalah:
1. Sumber data ialah situasi yang wajar atau “natural setting”. 2. Peneliti sebagai instrumen penelitian.
3. Sangat deskriptif.
4. Mementingkan proses maupun produk, jadi juga memperhatikan bagaimana perkembangan terjadinya sesuatu.
5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan sehingga dapat memahami masalah atau situasi.
6. Mengutamakan data langsung atau “first hand”.
7. Dilakukannya triangulasi yaitu data atau informasi dari satu pihak harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain. 8. Menonjolkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat
data dengan sangat terinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan masalah yang diteliti.
9. Subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti. 10.Mengutamakan perspektif emik yaitu mementingkan pandangan
responden, peneliti tidak mendesakkan pandangannya sendiri.
11.Verifikasi melalui kasus yang bertentangan untuk memperoleh hasil yang lebih dapat dipercaya.
12.Sampling yang purposif.
13.Menggunakan “audit trial” yaitu menelusuri atau melacak untuk mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan.
14.Partisipasi tanpa mengganggu. Peneliti tidak menonjolkan diri sehingga diperoleh situasi yang wajar atau alamiah.
15.Mengadakan analisis sejak awal.
16.Disain penelitian tampil dalam proses penelitian.
Dalam penelitian ini penulis berupaya melakukan pencatatan terhadap
masalah-masalah ataupun kejadian-kejadian yang muncul yang terkait dengan
obyek yang diteliti yakni upaya guru dalam membimbing anak yang berkaitan
dengan perkembangan kognitif tersebut. Setelah mencatat kejadian yang muncul
kemudian dideskripsikan secara apa adanya seperti yang diungkapkan oleh
Moleong (1989:79) bahwa hakekat metode deskriptif yang, berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang, dan perilaku yang dapat diamati.
bimbingan untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak. Berkaitan dengan
hal itu, berikut dijelaskan beberapa definisi operasional penelitian.
1. Program Bimbingan
Program bimbingan dalam penelitian ini adalah serangkaian kegiatan
yang sistematis dan terarah dengan tujuan untuk mengoptimalkan perkembangan
kognitif anak. Proses perumusan program bimbingan yang dimaksud didasarkan
atas: 1) analisis empiris tentang upaya bimbingan yang telah dilakukan Guru;
2) tingkat pencapaian terhadap tugas-tugas perkembangan kognitif anak; 3)
kendala-kendala yang dihadapi guru dalam mengoptimalkan perkembangan
kognitif anak; dan 4) Melakukan analisa terhadap temuan-temuan penelitian untuk
menyusun program bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan untuk
mengoptimalkan perkembangan kognitif anak.
2. Mengoptimalkan Perkembangan Kognitif Anak
Pengertian kognitif pada penelitian ini meliputi aspek-aspek struktur intelek
yang digunakan untuk mengetahui sesuatu sebagai hasil dari interaksi antara
kematangan organisme dan pengaruh lingkungan. Artinya, individu (anak)
menyesuaikan diri terhadap objek-objek di lingkungannya melalui proses
interaksi yang dinamis.
Perkembangan kognitif pada penelitian ini dilandasi teori kognitif
Piaget yang diperkaya oleh buku Bahan Penyuluhan dan Pemantauan
Perkembangan Anak. Berdasarkan teorinya Piaget, anak berada pada masa sensori
-motoris menuju masa masa pra-operasional, yaitu suatu periode ketika bayi
lingkungannya melalui objek-objek di sekitarnya.
Berdasarkan tinjauan teoretik, perkembangan kognitif anak
memiliki tujuh aspek yang oleh Piaget disebut sebagai sub-masa, yaitu: a)
modifikasi refleks; b) reaksi pengulangan pertama; c) reaksi pengulangan
kedua; d) koordinasi reaksi-reaksi sekunder; e) reaksi pengulangan ketiga; f)
permulaan berpikir; dan g) permulaan mengenal simbol.
Berdasarkan paparan di atas, mengoptimalkan perkembangan kognitif
pada penelitian ini maksudnya adalah mendorong tercapainya perkembangan yang
optimal pada anak khususnya berkaitan dengan penguasaan
kemampuan-kemampuan pada tujuh aspek (submass) perkembangan kognitif.
B. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah guru-guru dari 16 TK di kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dengan teknik sampling purposive yaitu guru-guru TK dengan kriteria masa kerja di atas lima tahun, maka dari 16 TK tersebut
akan diambil guru-guru dari setiap TK untuk menjadi sampel penelitian yang
sesuai dengan kriteria tersebut.
Teknik purposive sampling yakni penentuan sampel oleh peneliti berdasarkan tujuan penelitian dan sampel tersebut dianggap representatif, dengan
artian sampel tersebut dapat memberikan data yang dibutuhkan. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (1993: 102) subjek penelitian yaitu:
”benda, hal, orang dan tempat dimana data yang dipermasalahkan melekat.
Udin Syaefudin Sa’ud (2007: 140) menjelaskan bahwa sampel purposif
yang kaya dengan informasi. Pemilihan sampel dilakukan karena memang
menjadi sumber dan kaya dengan informasi tentang fenomena yang ingin diteliti.
Kekuatan dari sampel purposif adalah dari sedikit kasus yang diteliti secara
mendalam memberikan banyak pemahaman tentang suatu topik.
Sejalan dengan itu (Nasution, 2003: 11) mengemukakan bahwa penelitian
kualitatif pada dasarnya tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak.
Subyek penelitian biasanya sedikit dan dipilih secara purposif, yang penting
subyek tersebut dapat memberikan informasi secara tuntas sehingga mampu
[image:20.595.113.513.241.746.2]mengungkap permasalahan penelitian.
Tabel 1
Jumlah Sampel Penelitian
No Nama TK Jumlah Guru Jumlah
L P
1. Ilma Baits 2 2
2. Melati 2 2
3. Aisyiyah 4 4
4. Darul Hikam 3 3
5. Al-Ma’sum I 3 3
6. Al-Ma’sum II 3 3
7. Bahagia 3 3
8. PGRI Murai 2 2
9. Kuncup Kartika 4 4
10. Bhayangkari 43 5 5
11. Ananda 2 2
12 Cahaya Bagja 4 4
13. Al-Ittihad 2 2
15. Baiturrahman 1 1
16. Al-Ifah 1 1
Jumlah 40
C. Pengembangan Instrumen Penelitian
Untuk mengungkap data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
teknik yang digunakan adalah observasi yang didukung oleh wawancara,
angket/kuesioner dan dilengkapi dengan studi dokumentasi. Instrumen utama
penelitian adalah peneliti sendiri, karena dalam penelitian kualitatif, peneliti
adalah “key instrument” atau alat penelitian utama untuk merekam informasi yang dibutuhkan dalam penelitian (Nasution, 2003: 9).
Adapun instrumen-instrumen penelitian yang dipergunakan ialah
Observasi, wawancara, angket atau koesioner, dan dokumentasi.
1. Observasi ialah mempelajari perilaku objek penelitian dan makna dari
perilaku tersebut; observasi meliputi kunjungan ke tempat penelitian (site visit) dan pencatatan perilaku objek penelitian. Penelitian ini menggunakan metode observasi terstruktur (structured observation), yakni observasi yang memakai pedoman observasi, dan observasi pasif, yaitu peneliti
datang ke tempat kegiatan objek yang diteliti tetapi tidak terlibat dalam
kegiatan itu.
2. Wawancara merupakan pertemuan antara dua orang (pewawancara dan
orang yang diwawancarai) untuk bertukar informasi dan gagasan dengan
cara tanya-jawab dalam rangka memahami suatu topik. Penelitian evaluatif
wawancara yang memakai pertanyaan-pertanyaan tertulis sebagai
pedoman wawancara yang diajukan kepada responden, dan
wawancarannya direkam dengan alat bantu tape recorder atau alat perekam lain.
3. Angket atau kuesioner ialah instrumen tertulis yang berisi daftar
pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara khusus dan digunakan
untuk menggali dan menghimpun keterangan dan/atau informasi yang
dibutuhkan dan relevan untuk dianalisis. Kuesioner yang digunakan adalah
kuesioner tidak langsung, dimana guru diminta menjawab tentang anak
didiknya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2006:
152) bahwa dipandang dari jawaban yang diberikan kuesioner terbagi dua
yaitu kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner
langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya, sedangkan kuesioner
tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.
4. Analisis dokumen adalah menganalisis dokumen-dokumen (records) yang ada sebagai sumber data. Dokumen ialah tulisan-tulisan atau angka-angka
statistik yang sengaja dibuat untuk tujuan evaluasi atau untuk
dipergunakan oleh orang lain.
Selanjutnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari tiga
bagian, yaitu: 1) data tentang upaya bimbingan yang telah dilakukan oleh Guru
untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak; 2) tingkat pencapaian
tugas-tugas perkembangan kognitif anak yang dihasilkan dari responden; dan 3)
perkembangan kognitif anak. Data pertama dan ketiga diperoleh melalui
observasi dan wawancara yang kemudian disebut instrumen A dan C, sedangkan
data kedua diperoleh melalui angket yang kemudian disebut instrumen B.
Instrumen A, B, dan C dikembangkan melalui beberapa langkah
berikut.
1. Penelusuran konsep, yakni: a) inti dari upaya bimbingan dari Surya (1992);
b) teori perkembangan kognitif yang dirujuk dari Matlin (1994), kemudian
diperkaya oleh buku panduan Bahan Penyuluhan dan Pemantauan
Perkembangan Anak dimensi KC (kecerdasan); dan c) konsep kendala
(barrier) dari Chaplin (2000).
2. Pengembangan kisi-kisi, yang selanjutnya berdasarkan kisi-kisi tersebut
dikembangkan pada draf instrumen.
3. Setelah draf instrumen sementara tersebut tersusun, selanjutnya dilakukan
penimbangan dengan dosen pembimbing. Kemudian setelah disepakati
kesesuaiannya terutama antara indikator dan pernyataannya, dilakukan revisi
yang selanjutnya dibuat bentuk akhir untuk dilakukan uji lapangan sekaligus
pengambilan data terhadap anggota sampel dan sumber informasi (data).
Berikut adalah kisi-kisi instrumen A, B, dan C.
Instrumen pertama yang kemudian disebut instrumen A (pedoman
wawancara) dikembangkan berdasarkan inti dari upaya bimbingan, yaitu
terletak pada pemahaman dan bantuan (Surya, 1992). Berdasarkan hal itu
Tabel 2
Kisi-kisi Instrumen A Pedoman Wawancara tentang Upaya Bimbingan yang diberikan guru TK
Variabel Aspek Indikator Butir Soal ∑
U p ay a b im b in g an y an g d il ak u k an g u
ru Pemahaman Mengenali karekteristik
perkembangan kognitif anak
1,2,3,4 4
Mengetahui kebutuhan-kebutuhan perkembangan kognitif anak
5,6 2
Bantuan Mengetahui kemungkinan
Usaha-usaha bantuan yang dapat diberikan
7,8 2
Melaksanakan bantun yang paling tepat
9,10,11 3
Melakukan evaluasi hasil pemberian bantuan
12,13,14,15 4
[image:24.595.108.529.164.747.2]JUMLAH 15
Table 3
Kisi-kisi Instrumen B Mengukur Tingkat Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Variabel Aspek Sub-aspek Indikator Butir ∑
P er k em b an g an k o g n it if A n ak
1.Memori 1.1 Sensory dan short-term memory
1.1.1. Menyebutkan kembali objek yang telah diperlihatkan dalam waktu singkat
1. 8
1.1.2. Mengenali benda melalui sensor (neuromuscular) atau sentuhan anggota badan
2.
1.2. Long-term memory
1.2.1. Memiliki ingatan panjangterhadap sesuatu yang telah diperlihatkan dalam waktu lampau
3.
1.2.2. Memiliki kemampuan untuk menyebutkan kembali benda-benda yang dilihat denagn jumlah yang banyak (diatas delapan buah)
4.
1.3. Memory Strategis
1.3.1. Melakukan latihan dalam bentuk pengulangan untuk mengingat suatu objek
5.
1.3.2. Melakukan
pengorganisasian benda
Variabel Aspek Sub-aspek Indikator Butir ∑ yang diamati
1.3.3. Memiliki kemampuan dalam membuat perumpamaan
7.
1.3.4. Mengenali objek melalui isyarat
8.
2.Metakogni si
2.1.Meta-memory 2.1.1. Mengetahui bagaiman cara mengingat sesuatu
9. 5
2.1.2. Memiliki kesadaran saat berlangsungnya proses mengingat
10.
2.1.3. Memiliki akurasi yang tinggi dalam
memprediksi sesuatu
11.
2.2.Meta-comprehension
2.2.1. Mengerti tentang sesuatu yang telah dipelajari
12.
2.2.2. memiliki kesadran tentang apa yang telah dipelajari
13.
3. Bahasa 3.1. Words 3.1.1. Memiliki kemampuan
dalam mengkelompokan kata
14. 5.
3.1.2. Memiliki kemampuam merangkai kata atau kalimat
15.
3.2. Syntax 3.2.1. Memahami kalimat yang dibuat sendiri maupun lawan bicara
16.
3.2.2. Mengetahui apa yang semestinya dikatakan berdasarkan situasi
17.
3.3. Pragmatics 3.3.1. Memilki kemampuan untuk berbicara sesuai dengan lawan bicara
18.
JUMLAH 18
Selanjutnya instrumen C atau pedoman wawancara tentang kendala
yang dihadapi guru dalam mengoptimalkan perkembangan kognitif anak usia
Tabel 4
Kisi-kisi Instrumen Pedoman Wawancara tentang kendala Yang dihadapi Guru TK
Variabel Aspek Indikator Butir soal ∑
K en d al a y an g d ih ad ap i g u ru
1. Sosial 1.1.Hubungan dengan anggota 1, 2, 3, 4 4
1.2. Hubungan dengan tetangga
(masyarakat sekitar)
5, 6, 7, 8, 4
2.Pengetahuan 2.1. Tingkat pendidikan 9, 10, 11, 3
2.2. Pengalaman 12, 13 2
3. Ekonomi 3.1. Pendapatan Keuangan 14, 15, 16 3
3.2. Pekerjaan 17, 18 2
Jumlah 17
D. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data diperoleh dan terkumpul, maka analisis data dilakukan
berdasarkan data yang diperoleh dari tiga instrumen. Terdapat dua langkah yang
ditempuh dalam analisis data, yaitu verifikasi data dan kalkulasi data bagi data
hasil dari instrumen kedua, serta pengelompokkan bagi data hasil instrumen satu
dan ketiga (wawancara). Selanjutnya data yang telah diverifiaksi dan dikalkulasi
di diinterpretasikan untuk diperoleh kesimpulan yang bersifat kualitatif.
Dalam menganalisis data penelitian, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif. Teknik ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang upaya
bimbingan guru di TK se-kecamatan Jatinangor, perkembangan kognitif anak usia
dini, dan kendala-kendala apa yang dihadapi guru dalam mengoptimalkan
Prosedur analisis data dalam penelitian ini mengikuti apa yang
dikemukakan oleh Miles & Huberman (Nasution, 2003: 129) yaitu: (1) reduksi
data, (2) display data, dan (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi.
[image:27.595.112.512.175.612.2]
Gambar 1.1. Model Analisis Interaktif (Miles& Huberman, 1984)
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah pencatatan kembali dalam bentuk uraian atau laporan
secara terinci dan sistematis yang dapat digunakan dalam menganalisa data.
Laporan yang direduksi itu dirangkum, dipilih hal-hal pokok dan penting, dan
diberi susunan yang sistematis agar lebih mudah untuk dikendalikan. Data
yang direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil
pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari data yang diperlukan.
2. Display Data
Display data adalah upaya untuk melihat gambaran keseluruhan atau
bagian-bagian tertentu dari sebuah penelitian.
3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Sejak semula peneliti mencari makna data atau kesimpulan dari data yang
telah dikumpulkan. Untuk mencapai tujuan ini peneliti perlu mencari pola, Data
Collection
Data Reduction
Data Display
tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis, dan
sebagainya. Setelah data bertambah dan analisis dilakukan secara terus
menerus, kesimpulan dari makna data akan lebih grounded. Hal ini dapat dilakukan dengan verifikasi selama penelitian berlangsung.
E. Keabsahan Hasil Penelitian
Menurut Sugiono (2007: 270) kriteria keabsahan penelitian dalam
penelitian kualitatif meliputi uji: (1) kredibilitas, (2) transferabilitas, (3)
dependabilitas, dan (4) konfirmabilitas.
1. Kredibilitas
Kredibilitas dalam penelitian kualitatif menggambarkan kecocokan konsep
peneliti dengan konsep yang ada pada responden, dan menunjukkan seberapa
jauh kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya. Untuk mencapai kredibilitas
yang diharapkan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalui
triangulasi, penggunaan bahan referensi dan member check.
Dalam penelitian ini untuk mengecek kredibilitas data dilakukan dengan
triangulasi teknik. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sugiono (2007: 274)
bahwa triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara dicek dengan
observasi, dokumentasi atau kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat
Dokumen
Gambar 1.2. Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
2. Transferabilitas
Transferabilitas atau keteralihan adalah sampai sejauh mana hasil penelitian
dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi yang berbeda. Untuk
melakukan suatu pengalihan, peneliti harus mencari dan mengumpulkan
kejadian empiris tentang kesamaan konsep, dan peneliti bertanggung jawab
menyediakan data empiris untuk membuat keputusan tentang pengalihan
tersebut. Dalam hal ini peneliti hanya melihat transferabilitas hanya sebagai
suatu kemungkinan. Apakah hasil penelitiannya dapat diterapkan, diserahkan
kepada pembaca atau pemakai. Bila pemakai melihat ada kesesuaian bagi
situasi yang dihadapinya maka disitu tampak adanya transfer, walaupun dapat
diduga bahwa tidak ada dua situasi yang sama sehingga perlu penyesuaian
menurut keadaan masing-masing.
3. Dependabilitas
Dependabilitas atau ketergantungan adalah sejauh mana hasil penelitian
bergantung pada keadaan. Dependabilitas dapat dilakukan dengan audit trial, yaitu dengan mempelajari laporan-laporan lapangan dan laporan-laporan
selanjutnya., sampai laporan penelitian ini selesai dengan tujuan mengetahui
tingkat kekonsistenan peneliti dalam setiap segmen penelitian. Wawancara
Dokumen
4. Konfirmabilitas
Konfirmabilitas atau objektivitas adalah sejauh mana hasil penelitian dapat
dibuktikan kebenarannya. Apakah penelitian cocok atau sesuai dengan data
yang telah dikumpulkan, dan juga konfirmabilitas mengandung makna sejauh
mana keutuhan hasil penelitian tidak mengandung unsur-unsur yang saling
bertentangan.
F. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini dilakukan melalui
beberapa tahap kegiatan, yakni tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan,
tahap analisis data, dan tahap pelaporan. Langkah-langkah pengumpulan data
yang ditempuh dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Moleong yaitu:
1. Pra-lapangan
Tahap pra-lapangan bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan
lengkap mengenai masalah yang akan diteliti. Tahap pra-lapangan
dilaksanakan peneliti sebelum pengumpulan data. Dalam tahap ini peneliti
pada mulanya melakukan studi kepustakaan sebagai bahan rujukan yang
dijadikan dasar dalam menentukan fokus penelitian. Langkah selanjutnya
adalah penentuan lapangan penelitian dengan jalan mempertimbangkan teori
substantif dan dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan
masalah penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan studi pendahuluan ke
Taman Kanak-kanak yang ada di kecamatan Jatinangor Kab. Sumedang untuk
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan
penelitian. Demi kelancaran tahap ini, maka peneliti harus memahami
beberapa hal yakni pemahaman tentang latar belakang penelitian, tata cara
memasuki lapangan, dan peran sertanya dalam mengumpulkan data.
Pemahaman terhadap latar belakang penelitian bertujuan untuk
menghindarkan peneliti dari data yang kurang diperlukan dalam sebuah
penelitian. Tugas peneliti mengumpulkan data yang relevan sebanyak
mungkin dari sudut pandang informan tanpa mempengaruhinya. Selain itu
agar data dapat diperoleh dengan baik maka peneliti harus melakukan
hubungan yang akrab dengan responden, memahami etika di daerah latar
penelitian dan tetap menyadari perannya sebagai peneliti.
3. Tahap Analisis Data
Tahap ini berlangsung dari awal hingga akhir penelitian, seperti yang
dijelaskan oleh Nasution (2003: 138) bahwa dalam penelitian kualitatif,
analisis data dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum
terjun ke lapangan, selama berlangsungnya penelitian, terus sampai penulisan
hasil penelitian.
4. Tahap Pelaporan
Tahap ini merupakan tahap akhir penelitian, hal ini dilakukan dengan maksud
G. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 16 (enam belas) Taman Kanak-Kanak
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang yang dilaksanakan pada bulan Maret
sampai dengan Oktober 2009.
2. Sumber Informasi
Informasi yang berkaitan dengan penelitian ini diperoleh dari
sumber-sumber sebagai berikut:
a. Dinas Pendidikan (KCD) Kecamatan Jatinangor
b. Guru-guru dari 16 (enam belas) Taman Kanak-Kanak yang ada di
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan
Penulis dalam bab ini akan memberikan suatu kesimpulan dari penelitian
yang telah dilaksanakan di seluruh Taman Kanak-Kanak se-kecamatan
Jatinangor kabupaten Sumedang, yaitu:
1. Kemampuan guru dalam hal ini sebagai responden masih belum optimal
dalam melakukan bantuan bimbingan untuk mengoptimalkan
perkembangan kognitif anak usia dini, ini dapat dilihat dari hasil
wawancara. Faktor penyebab dikarenakan belum lengkapnya sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh setiap Taman Kanak-kanak serta adanya
sebagian guru yang kurang memamami tentang perkembangan kognitif
anak usia dini.
2. Perkembangan kognitif anak usia dini sangat bervariasi, ini bisa dilihat beragamnya
kemampuan kognitif anak dari yang sudah memahami memory terutama
pada sub aspek sensory, shortterm memory, sub aspek longterm memory
dan sub aspek memory strategis, tetapi ada juga yang belum dapat
memahami sub aspek sensory, sub aspek shortterrrt memory, sub aspek
longterm memory dan sub aspek memory startegis.
Faktor penyebab dari anak yang belum dapat mencapai tugas-tugas
perkembangan, ini disebabkan kemampuan kognitif anak itu sendiri, kurang
sosialisasi dengan lingkungan dan kurang diberikan latihan-latihan stimulasi
tugas-tugas perkembangan, kurangnya sarana dan prasarana edukatif sehingga
tugas-tugas perkembangan yang seharusnya dilalui oleh anak.
3. Terdapat dua faktor Kendala yang dihadapi guru dalam mengoptimalkan
perkembangan kognitif anak :
a. Faktor Intern
1) Anak itu sendiri yang disebabkan karena mereka (anak) mempunyai
kemampuan yang beragam.
2) Ada sebagian responden yang belum memahami apa itu
perkembangan kognitif anak. Sehingga berimplikasi terhadap
pelayanan bimbingan yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan dan karakteristik anak usia dini.
3) Ada beberapa responden dalam memberikan bimbingan merasa
kurang searah dengan guru lain dalam memberikan bimbingan
dikarenakan guru tersebut belum memahami perkembangan kognitif
anak usia dini. Sehingga bimbingan yang diberikan oleh responden
dalam penelitian ini berbeda dengan guru lain yang belum
mengetahuai perkembnagan kognitif anak usia dini.
4) Kurangnya kontribusi dari kepala sekolah dan pengawas berkenaan
dengan perkembangan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan perkembangan kognitif anak usia dini.
b. Faktor Ekstern
1) Ada sebagian Taman Kanak-Kanak yang masih minim fasilitas
permainan edukatif, sehingga proses bimbingan yang memerlukan
2). Honorarium yang diterima guru merupakan kendala yang sangat kuat
dalam rangka mengoptimalakan perkembangan kognitif.
3). Sikap dan perhatian orang tua, terdapat sikap dari beberapa orang tua
yang tidak mendukung pengembangan kognitif anak.
Keseluruhan hasil penelitian ini oleh peneliti di analisa sehingga
menghasilkan suatu program tentang upaya bimbingan untuk mengoptimalkan
perkembangan kognitif anak usia dini, sehingga setiap guru pada sampel
penelitian dapat memberikan tugas-tugas perkembangan dengan memberikan
latihan-latihan, stimulasi-stimulasi kepada anak didiknya, sehingga anak dapat
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tingkatan usianya.
B. Rekomendasi
1. Untuk Guru dan Kepala Sekolah
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi
guru-guru dan para kepala sekolah TK khusunya yang ada di Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang dalam rangka mengoptimalkan perkembangan kognitif
anak usia dini.
2. Untuk peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
penulis, dalam hal ini penulis hanya menyentuh perkembangan aspek kognitif
anak, tentunya masih banyak aspek-aspek perkembangan lain yang belum
tersentuh oleh peneliti, maka penulis berharap peneliti selanjutnya dapat
melanjutkan penelitian ini mengenai aspek-aspek perkembangan lainnya, seperti
DAFTAR PUSTAKA
Ambron, Sueann Robinson. (1981). Child Development. New York: Holt Rinehart & Winston.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, S. (1988). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Chaplin, J.P. (1979). Dictionary of Psychology. New York : Dell Publishing Co. Inc. terj. Kartini Kartono (cet. Ke-8), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Cooles, Robert. (1997). The Moral Intellegence of Children. New York : Random House, Inc.
Depdikbud, (1994). Kurikulum Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Dikdasmen. Depdikbud, (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta.
Desmita, (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Fieldmen, Robert S. (1996). Understanding Psychology, New York: McGraw Hill. Goleman, Daniel. (1995). Emotional Intelegertce. New York: Bantam Book. Gunawan, W. Adi. (2004). Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia.
Hasan, F. (1986). Alam pikiran al-Gozali Mengenai Pendidikan dan Ilmu, (Terjemahan Harry Noer Ali) Bandung: Diponegoro
Hidayat. (1986). Penuntun Pengajaran seni Suara, Seni Musik, Bandung: Pelita Masa Hurlock, Elizabeth B. (1980). Developmental Phsychology. (Terjemah). Ed. V.
Jakarta: Erlangga
Izzati, Eka, R. (2005). Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakarta: Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Jamaris, Martini. (2005). Asesmen Perkembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Berbasis Kecerdasan Jamak. Jurnal Pendidikan Usia Dini. Program Studi Pendidikan Usia Dini PPs UNJ.
Myers, David G. (1996). Eksploring Psychology, New York: Worth Publishers. Moleong, Lexi J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT Tarsito. Nata, Abuddin. (2001). Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Natawijaya, Rochman, (1984). Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah, Bandung: Abadin.
Nurihsan, Juntika. (2003). Bimbingan dan Konseling. Bandung: PPB FIP & UPT Layanan BK UPI.
Nurihsan, A. Juntika. (2007). Modul Psikologi Perkembangan. Bandung: UPI Peraturan Pemerintah No. 27 tahun. (1990). Tentang Pendidikan Pra Sekolah
Purwakania Hasan Aliah B. (2006). Psikologi Perkembangan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Robert J. Sternberg, (2008). Psikologi kognitif/Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sardiman, (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sa’ud, Udin. S. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.
Shertzer, Bruce.,& Stone Shelley C., (1980). Fundamentals Of Counseling. Boston: Houngton, Mifflin Company.
Singgih, D. Gunarsa. (1983). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Sugiono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supriadi, Dedi. (1998). Potret Pendidikan Taman Kanak-Kanak, Implikasi pada Tenaga Kependidikan, Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Depdikbud
Surya, Mohammad. (1994). Dasar-Dasar Konseling Pendidikan. Bandung: Bhakti Winava.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional. (2005). Jakarta: Sinar grafika.
Wahab, Rohman Solehudin. (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik.
Jakarta: DEPDIKBUD.
William Crain. (2007). Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi (Terjemahan).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winarno Surakhman,. (1998). Penelitian-Penelitian Ilmiah. Bandung: PT. Tarsito. Wingkel. (1991). Bimbingan dan Konseling di Instituti Pendidikan. Jakart: Gramedia
Widiasarana.
Yusuf Syamsu LN. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.