• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor-Faktor Motivasi Perawat Pelaksana dengan Pelaksanaan Pendokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Sawahlunto Tahun 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Faktor-Faktor Motivasi Perawat Pelaksana dengan Pelaksanaan Pendokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Sawahlunto Tahun 2012."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI PERAWAT PELAKSANA

DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASI ASUHAN

KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP

RSUD SAWAHLUNTO

2012

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan

Pendidikan Strata I Keperawatan

TESIS

Oleh:

REFNI LAILA NIM: 1021224011

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

(2)

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI PERAWAT PELAKSANA

DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASI ASUHAN

KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP

RSUD SAWAHLUNTO

2012

Thesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen Ilmu Keperawatan

TESIS

Oleh:

REFNI LAILA NIM: 1021224011

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang integral dari sistim

pelayanan kesehatan sehingga pelayanan keperawatan mempunyai arti

penting bagi pasien khususnya untuk penyembuhan maupun rehabitasi di

rumah sakit. Berkembangnya permintaan masyarakat terhadap pelayanan

keperawatan yang berkualitas maka pelayanan keperawatan menjadi

pertimbangan penting dalam pengembangan rumah sakit (Martini, 2007:3).

Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan

yang bersifat profesional dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia meliputi

bio-psiko-sosio - kultural dan spiritual yang dapat ditunjuk pada individu dan

masyarakat dalam rentang sehat, sakit (Martini, 2007:3). Tugas perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan

pasien, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan rencana

tindakan, mengevaluasi hasil asuhan keperawatan, mendokumentasikan

asuhan keperawatan, berperan serta dalam melakukan penyuluhan (Martini,

2007:3).

Dokumentasi asuhan keperawatan sebagai salah satu alat bukti

tanggung jawab dan tanggung gugat dari perawat dalam menjalankan tugas,

menurut Jieger (2001) dalam Kozier (2004:89) dokumentasi keperawatan

(4)

perawat meliputi aspek pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan

evaluasi. Pendokumentasian merupakan sarana bukti informasi antar perawat

dengan perawat. Dokumentasi juga merupakan payung atau pelindung

hukum bagi perawat terhadap tuntutan oleh pasien Dokumentasi

keperawatan menghasilkan multifungsi dan tujuan bagi perawat dan pasien.

Potter (2005:63) menguraikan empat tujuan dokumentasi

keperawatan yaitu; 1) menghindari kesalahan, tumpang tindih dan

ketidaklengkapan informasi dalam askep, 2) terbinanya koordinasi yang baik

dan dinamis antar sesama perawat atau pihak lain melalui komunikasi

tulisan, 3) meningkatkan efisiensi dan efektifitas tenaga keperawatan, 4)

perawat dapat perlindungan secara hukum, terjaminya kualitas asuhan

keperawatan. Tujuan pendokumentasian adalah dokumentasi yang sangat

penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan bukan hanya

syarat untuk akreditasi tetapi juga syarat hukum ditatanan perawatan

kesehatan.

Pendokumentasian asuhan keperawatan memiliki berbagai macam

model-model yang menjadi acuan dalam proses pelaksanaannya oleh

perawat. Weed (1960) dalam Kozier (2004) model pendokumentasian

adalah merupakan cara menggunakan dokumentasi dalam penerapan proses

asuhan keperawatan. Model pendokumentasian keperawatan ada enam

macam yaitu; 1) source oriented record (SOR) model ini menempatkan

catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan. 2)

Problem oriented record (POR) adalah pendekatan orientasi masalah

(5)

notes (PN) bersifat catatan data pasien. 4) Charting by exception (CBE)

adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif hasil atau

penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar. 5) Problem

intervension and evaluation system (PIE ) adalah suatu pendekatan orientasi

– proses pada dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan

diagnosa keperawatan. 6) Filling oriented care unnonymous system (FOCUS

) adalah suatu proses orientasi dan fokus terhadap kejanggalan yang

ditemukan pada klien (Kozier, 2004:92)

Pendokumentasian keperawatan dalam menerapkan dokumentasi

harus memperhatikan mutu dan karekteristik data pendokumentasian.

Setiadi (2004:39) menguraikan mutu dan karekteristik data dalam

pendokumentasian dibagi menjadi 3 jenis yaitu; 1) Lengkap adalah seluruh

data yang diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien

dicatat dengan terperinci dimana data yang terkumpul harus lengkap, guna

membantu mengatasi masalah klien yang adequat. 2) Akurat dan nyata

adalah dalam pengumpulan data ada kemungkinan terjadi salah paham.

Untuk mencegah hal tersebut, maka perawat harus berfikir akurasi dan nyata

untuk membuktikan benar tidaknya apa yang telah didengar, dilihat, diamati

dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data

yang sekiranya meragukan. 3) Relevan adalah pencatatan data yang

komprehensif biasanya banyak sekali data yang harus dikumpulkan,

sehingga menyita waktu perawat untuk mengidentifikasi.

Kondisi yang seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data

(6)

dengan masalah klien yang merupakan data fokus terhadap klien sesuai

dengan situasi khusus.

Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan dokumentasi

keperawatan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti

yaitu; 1) kurang pemahaman dasar-dasar dokumentasi keperawatan, 2)

kurangnya kesadaran akan pentingnya dokumentasi keperawatan, 3)

dokumentasi keperawatan dianggap beban, 4) keterbatasan tenaga ,5)

ketiadaan pengadaan lembar format dokumentasi keperawatan oleh institusi,

tidak semua tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dapat

didokumentasikan dengan baik dan motivasi yang kurang (Waruna,

2003:123)

Permasalahan yang muncul dalam pendokumentasian keperawatan.

Menurut penelitian yang dilakukan Waruna (2003) di RS Santa Elizabeth

Medan menyatakan dokumentasi proses asuhan keperawatan di Rumah Sakit

seharusnya dilakukan oleh tenaga profesional dengan tingkat pendidikan

minimal D3 dan dari hasil penelitiannya ditemukan 31,8% perawat tidak

melakukan pendokumentasian keperawatan dengan baik dan benar.

Penelitian yang dilakukan oleh Suwanto (2004) dan Setiyarini (2004)

mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

pendokumentasian adalah; 1) manajemen keperawatan, 2) motivasi, 3)

sarana, 4) waktu, 5) pendidikan, 6) usia dan pelatihan serta jumlah tenaga

yang tidak sesuai dengan standar. Penelitian yang dilakukan Khristina

mengatakan faktor motivasi dan tenaga yang paling dominan mempengaruhi

(7)

tenaga yang kurang akan menurunkan kualitas pelaksanaan dokumentasi tapi

dengan adanya tiga diatas maka kualitas pendokumentasian keperawatan

makin baik dan akurat.

Motivasi merupakan salah satu faktor pendorong yang ada di dalam

diri manusia untuk bergerak melakukan hal apapun baik yang sudah

dilakukan maupun yang belum dilaksanakan. Menurut Stoner dan Freeman

(2000) motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi

kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Motivasi adalah serangkaian

usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga individu mau

melakukan tindakan dalam pencapaian tujuan.

Teori yang sering digunakan dalam menguatkan motivasi yaitu teori

Maslow (2001) mengatakan bahwa kebutuhan manusia tersusun atas suatu

hirarki yaitu; 1) fisiologi, 2) keamanan dan keselamatan, 3) rasa memiliki, 4)

harga diri dan 5) aktualisasi diri. Sedangkan ERG mengatakan bahwa

memandang kebutuhan manusia berdasarkan hirarki tapi tiga hirarki yaitu

eksistensi, keterkaitan dan pertumbuhan.

Herzberg (1966) dalam Marelli (2008) mengemukakan teori motivasi

berdasar teori dua faktor yaitu; 1) faktor extrinsic factor yaitu merupakan

faktor yang tidak mendorong minat para pegawai untuk berforma baik, akan

tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak dapat memuaskan dalam berbagai

hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak menyenangkan,

faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial. 2) faktor-faktor intrinsic

factor merupakan faktor yang mendorong semangat guna mencapai kinerja

(8)

motivasi) lebih memungkinkan seseorang untuk berforma tinggi daripada

pemuasan kebutuhan lebih rendah.

Mc.Clellan (1961) dalam Hasibuan (2002:125) mengatakan bahwa

melalui kehidupan dalam suatu budaya, seseorang belajar tentang

kebutuhannya. Ada tiga kebutuhan yaitu 1) kebutuhan berprestasi misalnya

menyelesaikan pekerjaan yang menantang, memenangkan kompetisi, bisa

menyelesaikan masalah dengan baik. 2) Kebutuhan menjalin hubungan atau

berafiliasi yaitu menjalin hubungan persahabatan, 3) Kebutuhan berkuasa

yaitu kekuasaan untuk memerintah orang lain atau kekuasaan untuk

menentukan kebijakan.

Fenomena rendahnya untuk melengkapi pengisian dokumentasi

asuhan keperawatan pada liest disebabkan lemahnya tentang pemahaman

perawat dalam pengisian dokumentasi asuhan keperawatan selain itu, beban

kerja yang tinggi juga mempengaruhi dalam pengisian dokumentasi.

Hariyati (2002) banyak pihak menyebutkan kurangnya pendokumentasian

keperawatan disebabkan karena banyak yang tidak tahu data apa saja yang

harus di masukkan dan bagaimana cara dokumentasi yang benar, sehingga

dokumentasi keperawatan tidak lengkap dan menjadi permasalahan yang

(9)

Penelitian Pribadi (2009), di Rumah Sakit Kelet Jepara tentang

analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan sikap dan

motivasi pelaksanaan analisis dokumentasi keperawatan dengan hasil

pengetahuan perawat mengenai dokumentasi asuhan keperawatan baik

51,6%, faktor motivasi perawat baik 54,8% dan pelaksanaan dokumentasi

asuhan keperawatan baik 58,1%.

Widayatun (2000) yang mempengaruhi motivasi perawat dalam

melaksanakan dokumentasi dipengaruhi oleh faktor-faktor Instrinsik dan

Ekstrinsik, beban kerja , reward terhadap hasil kerja. Faktor intrinsik terdiri

dari prestasi, pengakuan, sifat pekerjaan, tanggung jawab, pengembangan

potensi. Penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Lukman (2002)

pendokumentasian yang dilakukan di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam

RSUD kota Salatiga yang meneliti tentang hubungan pengetahuan, sikap dan

motivasi dengan pendokumentasian keperawatan dengan hasil pengetahuan

perawat terhadap pendokumentasian 40%, sikap perawat 55% dan motivasi

perawat 53%, serta hasil pelaksanaan dokumentasi keperawatan

menunjukkan 43%. Hal ini menunjukkan hubungan pengetahuan dan

motivasi dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian.

Rumah sakit Sawahlunto merupakan rumah sakit milik daerah dengan

tipe C yang telah menjadi Badan Layanan Umum Daerah ( BLUD ) dan

telah terakreditasi. Pada saat ini RSUD Sawahlunto memiliki tempat tidur

sebanyak 151 buah. Berdasarkan data yang ada di Rumah Sakit Sawahlunto

tentang BOR (Bed Occupation Rate) pada tahun 2011 adalah 65,5%. Jumlah

(10)

latar belakang pendidikan untuk keperawatan adalah S1 keperawatan 17

orang (10,8%), D3 Keperawatan 93 orang (59,2%), D3 kebidanan 16 orang

(10,1%), bidan 7 orang (4,45%) dan SPK 18 orang (11, 5%) didapat dari

pelaporan medical record pada tahun 2011.

Survey yang peneliti lakukan pada 8 Januari 2012 didapatkan model

pendokumentasian di rumah sakit berupa pengisian format dimana 85%

pengisian dokumentasi tidak lengkap dari wawancara dengan Kepala Seksi

Keperawatan, Kepala Ruangan dan perawat pelaksana mengatakan tidak

terisinya blangko dokumentasi disebabkan tenaga kerja yang kurang,

motivasi yang rendah, beban kerja yang banyak, reward yang tidak ada, latar

pendidikan dan usia serta dalam kenaikan pangkat sama tahun

pengangkatannya jadi perawat yang ada di rumah sakit menyatakan di isi

atau tidak di isi sama saja. Pengisian dokumentasi dilakukan pada saat

akreditasi pada tahun 2004 saja. Observasi dilakukan hampir pada seluruh

ruangan terhadap pendokumentasi keperawatan dan ditemukan tidak

lengkap pengisiannya dokumentasi asuhan keperawatan, tidak adanya tim

mutu keperawatan sebagai pengontrol dalam pembuatan pendokumentasian

dan supervisi yang belum berjalan dengan optimal.

Perbandingan jumlah tenaga perawat yang bertugas di rawat inap

dengan jumlah kapasitas tempat tidur sebesar 2 :1 artinya dua pasien dirawat

oleh satu perawat. Hal ini belum sesuai dengan Permenkes No. 262/

MenKes/ per/ VII/ 1997 untuk Rumah Sakit tipe C yaitu dengan rasio 1 : 1

(11)

Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang integral dari sistim

pelayanan kesehatan sehingga pelayanan keperawatan mempunyai arti

penting bagi pasien khususnya untuk penyembuhan maupun rehabilitasi di

rumah sakit. Semakin berkembangnya permintaan masyarakat terhadap

pelayanan keperawatan yang berkualitas maka pelayanan keperawatan

menjadi pertimbangan penting dalam pengembangan rumah sakit. Pelayanan

keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat

profesional dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia meliputi

bio-psiko-sosio - kultural dan spiritual yang dapat ditunjukan pada individu dan

masyarakat dalam rentang sehat, sakit. Tugas perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan pasien, merencanakan

tindakan keperawatan, melaksanakan rencana tindakan, mengevaluasi hasil

asuhan keperawatan, mendokumentasikan asuhan keperawatan, berperan

serta dalam melakukan penyuluhan menurut (Depkes RI, 2001).

Menghadapi kondisi yang demikian itu perawat rumah sakit perlu

memahami dan menyadari bahwa apa yang dilakukan pelayanan terhadap

pasien harus dilakukan secara profesional disertai rasa tanggung jawab dan

tanggung gugat. Undang-undang No 23 tahun 1992 merupakan wujud

rambu-rambu atas hak dan kewajiban tenaga kesehatan termasuk para

perawat dalam menjalankan tugas-tugas pelayanan. Dokumentasi

keperawatan dalam bentuk dokumen asuhan keperawatan merupakan salah

satu alat pembuktian atas perbuatan perawat selama menjalankan tugas

(12)

Setiyarini (2004) mengemukakan faktor yang mempengaruhi dalam

pelaksanakan pendokumentasian adalah pengetahuan, usia dan motivasi.

Kurang patuhnya perawat dalam menerapkan catatan dokumentasi asuhan

keperawatan akan berakibat rendahnya mutu kelengkapan dokumentasi.

B. Identifikasi Masalah.

Pendokumentasi asuhan keperawatan merupakan aspek penting

dalam memberikan asuhan keperawatan karena pendokumentasian dapat

dijadikan sebagai salah satu indikator akuntabilitas perawat atau tanggung

gugat perawat yaitu perawat dapat digugat secara hukum. Kegiatan

pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan salah satu kegiatan yang

dilaksanakan di rumah sakit tetapi pada pelaksanaan pendokumentasian yang

dilakukan perawat masih banyak belum terisi dengan berbagai kendala

berupa motivasi yang kurang, jumlah tenaga yang kurang, beban kerja yang

berat dan pengontrolan yang kurang. Hal ini terjadi pada perawat di RSU

Sawahlunto, oleh sebab itu peneliti merasa tertarik menganalisa hubungan

faktor-faktor motivasi dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan

(13)

C. Tujuan penelitian.

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi hubungan faktor-faktor motivasi perawat pelaksana

dengan pelaksanaan pendokumentasi asuhan keperawatan di Ruang

Rawat Inap RSU Sawahlunto.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah teridentifikasinya:

a. Distribusi frekwensi gambaran faktor motivasi intrinsik perawat

pelaksana meliputi prestasi, pengakuan, dan tanggung jawab di rawat

inap rumah sakit Sawahlunto.

b. Distribusi frekwensi gambaran faktor motivasi ekstrinsik perawat

pelaksana meliputi insentif, kondisi kerja, kebijakan dan mutu di

rawat inap rumah sakit Sawahlunto.

c. Distribusi frekwensi gambaran pelaksanaan pendokumentasian

dirawat inap rumah sakit Sawahlunto

d. Hubungan faktor motivasi intrinsik perawat pelaksana meliputi

prestasi, pengakuan, dan tanggung jawab dengan pelaksanaan

pendokumentasi asuhan keperawatan di rawat inap rumah sakit

Sawahlunto.

f. Hubungan faktor motivasi ekstrinsik perawat pelaksana meliputi

insentif, kondisi kerja, kebijakan dan mutu dengan pelaksanaan

pendokumentasi asuhan keperawatan di rawat inap rumah sakit

(14)

g. Faktor yang dominan dalam hubungan motivasi intrinsik (prestasi,

tanggungjawab dan pengakuan), motivasi ekstrinsik (reward, kondisi

kerja, prosedur, mutu dan kebijakan) dengan pelaksanaan

pendokumentasi asuhan keperawatan di rawat inap rumah sakit

Sawahlunto.

D. Manfaat Penelitian.

1. Pengembangan Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi Rumah

sakit terutama pelayanan keperawatan mengetahui permasalahan yang

menyebabkan pendokumentasian tidak dilakukan dan akan bermanfaat

bagi manajerial rumah sakit terkait peningkatan kualitas asuhan

keperawatan serta memberi masukan untuk meningkatkan motivasi pada

perawat dalam melakukan pendokumentasian askep di rawat inap rumah

sakit Sawahlunto.

2. Pengembangan Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan ilmu

pengetahuan untuk pengembangan penelitian terkait hubungan

faktor-faktor motivasi dengan pelaksanaan pendokumentasi di Rumah Sakit.

3. Pengembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan peneliti tentang

konsep-konsep penelitian dan meningkatkan ilmu pengetahuan peneliti

serta menerapkan ilmu-ilmu hasil studi yang telah peneliti terima di

bangku kuliah khususnya tentang pentingnya kelengkapan dokumentasi

(15)

akan mampu meningkatkan profesionalisme dalam kinerja keperawatan

dan memperkaya wawasan, pengetahuan akan pentingnya dilaksanakan

(16)

UNIVERSITAS ANDALAS

Hubungan Faktor-Faktor Motivasi Perawat Pelaksana dengan Pelaksanaan Pendokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Sawahlunto Tahun 2012

vii + 133 halaman, 17 tabel, 2 skema dan 6 lampiran

ABSTRAK

Dokumentasi asuhan keperawatan sebagai salah satu alat bukti tanggung jawab dan tanggung gugat dari perawat dalam menjalankan tugas, sarana bukti informasi antar perawat dengan perawat dan juga merupakan payung atau pelindung hukum bagi perawat. Survey yang peneliti lakukan pada 8 Januari 2012 didapatkan model berupa pengisian format dimana 85% pengisian dokumentasi keperawatan di rumah sakit tidak lengkap dari wawancara dengan Kepala Seksi Keperawatan, Kepala Ruangan dan perawat pelaksana. Tujuan penelitian untuk mengukur hubungan faktor-faktor motivasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan pendokumentasi asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Sawahlunto. Desain penelitian menggunakan metode riset kuantitatif dengan deskriptif korelasi melalui pendekatan “cross sectional“. Jumlah sampel 60 perawat. Analisis data menggunakan Chi-Square dan regresi logistik. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan motivasi intrinsik (prestasi p=0,05, tanggung jawab p=0,025 dan pengakuan p=0,043) dan ekstrinsik (reward p=0,05, kondisi kerja p=0,045, prosedur p=0,05, mutu p=0,043 dan kebijakan p=0,048) dengan pelaksanaan pendokumentasi asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Sawahlunto (rata-rata p value < 0,05). Hasil uji multivariat diperoleh motivasi intrinsik (prestasi, tanggungjawab, pengakuan) dan motivasi ekstrinsik (kebijakan) sebagai variabel dominan yang mempengaruhi pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. Pihak Manajemen rumah sakit disarankan untuk menetapkan kebijakan pemberlakuan dan evaluasi proses pelaksanaan pendokumentasi asuhan keperawatan secara konsisten dan berkelanjutan.

Kata kunci : Motivasi, pendokumentasian, perawat.

(17)

DAFTAR ISI

halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang ... 1

B Identifikasi Masalah ... 10

C Tujuan Penelitian ... 10

D Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Konsep Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ... 13

B Manajemen Pelayanan Keperawatan ... 39

C Konsep Motivasi ... 43

D Kerangka Teori... 56

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFENISI OPERASIONAL A Kerangka Konsep ... 57

B Hipotesa ... 59

(18)

BAB IV METODE PENELITIAN

A Desain Penelitian ... 63

B Lokasi dan Waktu Penelitian ... 64

C Populasi dan Sampel ... 64

D Instrumen Penelitian... 66

E Validitas Dan Realiabilitas ... 68

F Teknik Pengumpulan Data ... 72

G Etika Penelitian ... 73

H Pengolahan Data... 75

I Analisis Data ... 76

BAB V HASIL PENELITIAN A Analisa Univariat ... 80

B Analisa Bivariat ... 87

C Analisa Multivariat... 95

BAB VI HASIL PEMBAHASAN A Interprestasi Hasil Penelitian... 102

B Keterbatasan Penelitian ... 124

C Implikasi Hasil Penelitian terhadap Pelayanan dan Penelitian Keperawatan ... 125 96 BAB VII KESIMPULAN SARAN A Kesimpulan ... 131

B Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA

(19)

DAFTAR TABEL

halaman

1. Tabel 3.1 Defenisi Operasional Penelitian ... 60

2. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Perawat Pelaksana Menurut Motivasi Intrinsik dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSU Sawahlunto Tahun 2012 ... 81

3. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Perawat Pelaksana Menurut Motivasi Ekstrinsik dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSU Sawahlunto Tahun 2012 ... 83

4. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Perawat Pelaksana Menurut Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSU Sawahlunto Tahun 2012 ... 85

5. Tabel 5.4 Analisa Bivariat Motivasi Intrinsik (Prestasi) dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan oleh Perawat di Ruang Rawat Inap ... 87

6. Tabel 5.5 Analisa Bivariat Motivasi Intrinsik (Tanggung Jawab) dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan oleh Perawat di Ruang Rawat Inap ... 88

7. Tabel 5.6 Analisa Bivariat Motivasi Intrinsik (Pengakuan) dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan oleh Perawat di Ruang Rawat Inap ... 89

8. Tabel 5.7 Analisa Bivariat Motivasi Ekstrinsik (Reward) dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan oleh Perawat di Ruang Rawat Inap ... 90

9. Tabel 5.8 Analisa Bivariat Motivasi Ekstrinsik (Kondisi Kerja) dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan oleh Perawat di Ruang Rawat Inap ... 91

10. Tabel 5.9 Analisa Bivariat Motivasi Ekstrinsik (Prosedur) dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan oleh Perawat di Ruang Rawat Inap ... 92

(20)

12. Tabel 5.11 Analisa Bivariat Motivasi Ekstrinsik (Kebijakan) dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan oleh Perawat di Ruang Rawat Inap ... 94

13. Tabel 5.12 Hasil Bivariat Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat Motivasi Intrinsik (Prestasi, Tanggung Jawab, Pengakuan), Motivasi Ekstrinsik (Reward, Kondisi Kerja, Prosedur, Mutu dan Kebijakan) dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan oleh Perawat di Ruang Rawat Inap ... 96

14. Tabel 5.13 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Berganda antara Variabel Motivasi Intrinsik (Prestasi, Tanggung Jawab, Pengakuan), Motivasi Ekstrinsik (Reward, Kondisi Kerja, Prosedur, Mutu dan Kebijakan) dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan oleh Perawat di Ruang Rawat Inap ... 97

15. Tabel 5.14 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Berganda antara Variabel Motivasi Intrinsik (Prestasi, Tanggung Jawab, Pengakuan), Motivasi Ekstrinsik (Kondisi Kerja dan Kebijakan) dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan oleh Perawat di Ruang Rawat Inap ... 98

16. Tabel 5.15 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Berganda antara Variabel Motivasi Intrinsik (Prestasi, Tanggung Jawab, Pengakuan), Motivasi Ekstrinsik (Kebijakan) dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan oleh Perawat di Ruang Rawat Inap ... 99

(21)

DAFTAR GAMBAR

halaman

1. Skema 2.1 Kerangka Teoritis ... 56

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran I Instrumen penelitian

2. Lampiran II Master tabel penelitian

3. Lampiran III Hasil pengolahan data spss

4. Lampiran IV Surat izin penelitian

5. Lampiran V Surat Permohonan Menjadi Responden

6. Lampiran VI Surat Informed Consent (Format Persetujuan)

Referensi

Dokumen terkait

A significant positive spatial association was identified for both the slope preferences by car and bus where zones with a preference towards longer or shorter trips tended to

pengaruh variabel bebas (X) yang terdiri dari Desain Produk (X 1 ), Citra Merek (X 2 ) dan Harga (X 3 ) terhadap variabel terikat (Y) yaitu Keputusan Pembelian.. 3.11.2

www.hukumonline.com PRODUKSI MINYAK, GAS DAN PANAS BUMI 1120 dan produksi  Pemeliharaan fasilitas produksi  Pemeliharaan fasilitas penyimpanan  IPAL yang mengolah

Undang-Undang tersebut memiliki jangkauan yurisdiksi tidak semata-mata untuk perbuatan hukum yang berlaku di Indonesia dan/atau dilakukan oleh warga negara Indonesia,

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan pada masa mendatang diperoleh varietas-varietas kapas baru dengan kandungan gosipol tinggi, tidak berbulu, dan braktea buah yang

Maka berdasar pada perbedaan dan alasan yang telah di paparkan diatas maka penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “ Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga

Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi konsumen terhadap kualitas poduk atau

Terlihat dari garis putus-putus menunjukkan pola liputan awan terpusat di Laut Cina Selatan dan sekitar pulau Kalimantan, hal ini sesuai dengan teori Chang,