EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MULTIMEDIA
PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA RANAH KOGNITIF
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
Oleh : Karisma Sugiman
0909178
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
EFEKTIVITAS MODEL PEMBE LAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
RANAH KOGNITIF
Oleh Karisma Sugiman
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Karisma Sugiman 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
KARISMA SUGIMAN NIM. 0909178
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
RANAH KOGNITIF
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Dedi Rohendi, M.T. NIP. 196705241993021001
Pembimbing II
Jajang Kusnendar, M.T. NIP. 197506012008121001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA RANAH KOGNITIF
Karisma Sugiman NIM. 0909178
Pembimbing I : Dedi Rohendi, Dr. MT. Pembimbing II : Jajang Kusnendar, MT.
Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer, FPMIPA-UPI
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian eksperimen semu mengenai penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia pembelajaran untuk menguji keefektivitasannya dalam meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas XI di salah satu SMA di Kabupaten Cirebon, dengan desain penelitian Nonequivalent
Control Group Design. Pada kelompok eksperimen diterapkan model
pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia pembelajaran sedangkan pada kelompok kontrol diterapkan pembelajaran konvensional yang biasa digunakan sebelumnya. Dari perbandingan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> dan dari tes hasil belajar pada ranah kognitif, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia pembelajaran efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa ranah kognitif yang lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran konvensional. Respon siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia menunjukkan hasil yang positif.
Kata kunci : Learning Cycle 5E, Quantum Teaching, multimedia pembelajaran,
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA RANAH KOGNITIF
Karisma Sugiman NIM. 0909178
Pembimbing I : Dedi Rohendi, Dr. MT. Pembimbing II : Jajang Kusnendar, MT.
Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer, FPMIPA-UPI
ABSTRACT
Quasi-experimental research has been conducted on the application of 5E Learning Cycle learning model with the approach of multimedia assisted learning Quantum Teaching to test keefektivitasannya in improving learning outcomes in the cognitive domain on the subjects of Information Technology and Communication . The research was conducted on the students of class XI in one of the high school in Cirebon , the research design Nonequivalent Control Group Design . In the experimental group applied learning model 5E Learning Cycle with Quantum Teaching approach of multimedia assisted learning is applied while the control group used the conventional learning earlier . From the comparison of the average normalized gain <g> and from tests on cognitive learning outcomes , it can be concluded that the 5E Learning Cycle model of learning with multimedia -assisted approach to Quantum Teaching learning can effectively improve the cognitive outcomes of student learning better than using learning model conventional. Students' response to the 5E Learning Cycle model of learning with multimedia -assisted approach to Quantum Teaching shows positive results .
Keywords: Learning Cycle 5E, Quantum Teaching, multimedia learning,
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Definisi Operasional ... 7
1.6 Hipotesis Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Efektivitas ... 9
2.2 Model Pembelajaran Learning Cycle 5E ... 10
2.3 Quantum Teaching ... 11
2.4 Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan Pendekatan Quantum Teaching Berbantuan Multimedia Pembelajaran ... 16
2.5 Multimedia Pembelajaran ... 17
2.5.1 Definisi Multimedia ... 17
2.5.2 Keistimewaan Multimedia ... 18
2.5.3 Karakteristik Media Dalam Multimedia Pembelajaran ... 19
2.5.4 Metodologi Pengembangan Multimedia ... 19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 27
3.2 Populasi dan Sampel ... 28
3.3 Bahan Ajar ... 28
3.3.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 28
3.3.2. Multimedia Pembelajaran ... 28
3.4 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran... 28
3.5 Instrumen Penelitian ... 30
3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 32
3.7 Uji Coba Instrumen ... 33
3.8.1. Analisis Validitas... 37
3.8.2. Analisis Reliabilitas ... 38
3.8.3. Analisis Tingkat Kesukaran ... 39
3.8.4. Analisis Daya Pembeda ... 39
3.9 Analisis Data ... 40
3.9.1. Uji Normalitas Distribusi ... 40
3.9.2. Uji Homogenitas ... 43
4.1.1 Pengembangan Multimedia Pembelajaran Sebagai Alat Bantu pada Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan
Pendekatan Quantum Teaching ... 48
4.1.2 Pelaksanaan Penelitian ... 53
4.1.3 Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 54
4.1.4 Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan Pendekatan Quantum Teaching Berbantuan Multimedia ... 58
4.2 Pembahasan ... 59
4.2.1 Pelaksanaan Pembelajaran ... 59
4.2.2 Hasil Belajar pada Ranah Kognitif ... 59
4.2.3 Sikap Siswa Terhadap Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan Pendekatan Quantum Teaching Berbantuan Multimedia 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 64
5.2 Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN :
LAMPIRAN A. STUDI PENDAHULUAN
LAMPIRAN B. PERANGKAT PEMBELAJARAN LAMPIRAN C. INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN D. ANALISIS TES UJI COBA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.
Persepsi lama tentang proses pembelajaran yang bersumber pada teori tabula rasa John Locke dimana pikiran seseorang (siswa) seperti kertas kosong dan siap menunggu coretan-coretan dari luar (guru) (Sadirman, 2003:97), sepertinya kurang tepat lagi digunakan oleh para pendidik saat ini. Tuntutan pendidikan sudah banyak berubah, pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan teori belajar kontruktivisme bahwa seseorang harus membangun sendiri pengetahuannya. Proses pengetahuan tersebut dilakukan melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan. Para konstruktivis percaya bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa), tetapi siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman dan pengetahuan mereka (Suparno, 1997:132).
Dalam pendidikan di sekolah siswa dituntut untuk belajar. Belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).
akan diketahui hasil belajar siswa selama mengikuti proses belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu: 1) faktor internal, ialah faktor yang berasal dari dalam diri anak/siswa itu sendiri. 2) faktor eksternal, ialah faktor yang berasal dari luar diri anak/siswa. Faktor internal meliputi: motovasi, sikap, perasaan, emosi, dan intelegensi. Sedangkan faktor eksternal meliputi: bahan pelajaran, metode mengajar, media pendidikan dan lingkungan
kelas maupun di luar kelas (Dimyati dan Mudjono, 2006).
Dari faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, dapat dilihat salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar adalah karena model pembelajaran yang diterapkan oleh guru itu sendiri. Berdasarkan pengamatan peneliti selama melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di salah satu SMA di Bandung, masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional dimana guru yang lebih berperan aktif selama pembelajaran berlangsung. Dengan banyaknya peran guru dalam proses belajar mengajar ini membuat para siswanya pasif atau dengan kata lain siswa belajar lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada siswa.
Dengan menggunakannya model pembelajaran konvensional ini, hasil belajar yang diperoleh siswa kurang maksimal. Berdasarkan wawancara yang di lakukan oleh Vaika (2012) terhadap guru TIK SMA Negeri di OKU Timur Sumatera Selatan, didapatkan fakta bahwa hasil belajar terutama pada ranah kognitif sangatlah rendah yaitu hanya berkisar 30% dari seluruh siswa di kelas yang memiliki nilai mencapai KKM.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan langkah-langkah sistematis
agar bisa tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh seorang pendidik. Dalam hal ini pendidik perlu menggunakan model pembelajaran yang
lebih menarik lagi, agar siswa bisa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Leaerning Cycle yang sesuai dengan teori belajar kontruktivisme. Model
pembelajaran Learning Cycle ini pada awalnya diajukan oleh Robert Karplus pada awal tahun 1960-an. Pada proses awal perkembangannya, model ini menggunakan istilah exploration, invention dan discovery. Isitilah-istilah tersebut lebih lanjut dimodifikasi menjadi fase exploration (eksplorasi), term introduction (pengenalan konsep), dan concept application (aplikasi konsep). Model pembelajaran ini
kemudian berkembang menjadi 5 fase yang sering disebut dengan Learning Cycle 5E. Tahap-tahap tersebut yaitu Engage (ide), Explore (menyelidiki), Explain (menjelaskan), Elaborate (menerapkan), Evaluate (Menilai) (Bybee et.al 2006:3).
Seperti apa yang sudah dijelaskan di atas bahwa model pembelajaran
Learning Cycle ini termasuk dalam teori belajar kontruktivisme, dalam
pembelajarannya siswa dituntut mengkontruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman baru berupa fakta atau peristiwa yang dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki serta mengaplikasikan. Selain itu dalam
Learning Cycle, guru harus memperhatikan pengetahuan yang dimiliki siswa
dalam konteks pembelajarannya.
Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle yang menunjukkan bahwa model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa :
Shofiyudin (2011) Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas peningkatan kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi yaitu 0.510 dibandingkan dengan kemampuan kognitif siswa di kelas control yaitu 0,02. Ini membuktikan bahwa model pembelajaran learning cycle dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran.
bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbasis multimedia lebih baik dari pembelajaran konvensional dalam meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran TIK.
Selain menggunakan model pembelajaran Learning Cycle penulis juga mencoba sesuatu yang baru, dengan menggunakan pendekatan Quantum Teaching sebagai pendekatan yang akan digunakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan model Learning Cycle saja. Selain daripada itu, peneliti juga menggunakan model Learning Cycle dengan 5 tahapan atau yang biasa disebut dengan Learning Cycle 5E, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan model Learning Cycle dengan 7 tahapan atau Learning Cycle 7E. Alasan lainnya kenapa peneliti tidak menggunakan Learning Cycle 7E adalah, karena pada tahapan yang ada pada Learning Cycle 7E tapi tidak ada di Learning Cycle 5E dapat digantikan dengan tahapan-tahapan yang ada pada Quantum Teaching.
Menurut DePorte (2010:31) ;
Quantum Teaching menunjukkan kepada anda cara menjadi guru yang
lebih baik. Quantu Teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar anda lewat pemanduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang anda ajarkan. Dengan menggunakan metodologi Quantum Teaching, anda akan dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa.
Quantum Teaching merupakan konsep yang diturunkan dari Quantum
Learning yang mempunyai motto membiasakan belajar nyaman dan
menyenangkan. Dari konsep Quantum Learning yang diterapkan dalam dunia bisnis, maka dibuatlah Quantum business, begitu pula konsep Quantum Learning yang akan diterapkan dalam interaksi belajar mengajar, maka dirancanglah konsep
Quantum Teaching. Sudah ada pula penelitian yang mengangkat judul tentang
pendekatan Quantum Teaching, oleh Mulyana (2011) dalam penelitian tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan
Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif C3
(Aplikasi).
Seperti apa yang sudah diuraikan di atas, salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah media yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan menggunakan media pembelajaran, siswa akan merasa lebih tertarik lagi untuk mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung sehingga pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa itu sendiri. Sudjana & Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
Dalam hal ini penulis akan menggunakan Multimedia pembelajaran sebagai alat bantu media pembelajaran. Multimedia merupakan salah satu media pembelajaran yang bervariatif, dengan adanya berbagai paduan antara teks, suara, video, animasi, dan interaksi sehingga terjadi kesinambungan penggunaan pancaindera yang dapat memudahkan materi terserap secara optimal.
Berdasarkan apa yang tertulis diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “ Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan Pendekatan Quantum Teaching Berbantuan Multimedia Pembelajaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif.”
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :
1. Apakah model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan
Quantum Teaching berbantuan multimedia efektif dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa yang lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran konvensional?
2. Bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia efektif dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa yang lebih baik
daripada menggunakan model pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui Bagaimana sikap siswa terhadap model
pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum
Teaching berbantuan multimedia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat, antara lain :
1. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, terutama untuk meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa.
2. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan yang sangat bermaanfaat bagi seorang guru TIK, karena mungkin bisa menambah wawasan seorang guru, khususnya guru TIK tentang model pembelajaran pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan yang berguna bagi sekolah itu sendiri, dalam rangka membenahi model pembelajaran yang sudah ada menjadi model pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya, khususnya pada mata pelajaran TIK untuk meningkatkan hasil belajar siswanya.
4. Bagi peneliti
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian bagi penelitian yang sedang maupun akan berjalan.
1.5 DEFINISI OPERASIONAL
1. Efektivitas
Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya (Handayaningrat, 1994:16). Tujuan di sini adalah siswa yang harus mencapai nilai KKM pada soal postes. Jika jumlah siswa yang
membandingkan model pembelajaran mana yang lebih efektif ketika diterapkan pada suatu pembelajaran. Mergendoller (Gumilar, 2009: 46) mengemukakan bahwa jika hasil rata-rata gain yang dinormalisasi dari suatu pembelajaran lebih tinggi dari hasil rata-rata gain yang dinormalisasi dari pembelajaran lainnya, maka dikatakan bahwa pembelajaran tersebut lebih efektif dalam meningkatkan suatu kompetensi dibandingkan pembelajaran lain.
2. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Model pembelajaran Learning Cycle ini pada awalnya diajukan oleh Robert Karplus pada awal tahun 1960-an. Model pembelajaran Learning
Cycle ini termasuk dalam teori belajar kontruktivisme, dimana siswa dituntut
mengkontruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman baru berupa fakta atau peristiwa yang dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki serta mengaplikasikan konsep tersebut dalam situasi yang berbeda. Dalam model pembelajaran ini terdiri dari 5 fase, yaitu : Engage (ide), Explore (menyelidiki), Explain (menjelaskan), Elaborate (menerapkan), Evaluate (Menilai) (Bybee et.al,2006:3).
3. Model Learning Cycle 5E Dengan Pendekatan Quantum Teaching Berbantuan Multimedia Pembelajaran
Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran, sedangkan Quantum Teaching ini suatu pendekatan. Jadi dalam pelaksanaannya, peneliti akan mengimplementasikan suatu model pembelajaran yang akan dibantu dengan suatu pendekatan. Peneliti juga akan menggunakan Multimedia sebagai media ajar atau alat bantu pembelajaran. Jadi, implementasi model pembelajaran Learning Cycle dengan pendekatan Quantum Teaching ini dalam
pembelajarannya akan menggunakan multimedia pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran.
4. Hasil Belajar Ranah Kognitif
proses pretes dan postes yang soalnya berupa pilihan ganda, meliputi jenjang hafalan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3).
1.6 HIPOTESIS
Setelah melakukan kajian teori, maka didapatkan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 Peningkatatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang menggunakan
model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum
Teaching berbantuan multimedia lebih efektif daripada dengan yang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan Quasi Experimental Design, bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design. Desain
penelitan yang akan digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya saja pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok control tidak dipilih secara random. Kelompok eksperimen pada penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia, sedangkan kelompok kontrol hanya menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam pelaksanaannya kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol akan diberikan soal pretes terlebih dahulu. Dan pada tahap akhir penelitian, kelompok eksperimen maupun kontrol akan diberi postes. Berikut gambar pola desain penelitian.
Gambar 3.1 Pola Desain Penelitian
(Sugiono, 2012:116)
Keterangan:
O1 = pretes kelas eksperimen dan kontrol O2 = postes kelas eksperimen dan kontrol
X = penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan
Quantum Teaching
O1 X O2
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah siswa siswi kelas XI SMA Negeri 1 Gegesik tahun ajaran 2013/2014. Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik Sampling Purposive. Teknik Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:124). Hal ini dilakukan karena sebelum menentukan sampel, peneliti
mempertimbangkan hal-hal tertentu terlebih dahulu. Yang dimaksud dengan pertimbangan tertentu dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan dua kelas yakni kelas kontrol dan eksperimen, dimana kelas kontrol dan eksperimen tersebut harus mempunyai kemampuan yang sama atau hampir sama. Untuk mengetahui hal tersebut peneliti akan mewawancarai guru mata pelajaran yang bersangkutan terlebih dahulu.
3.3 Bahan Ajar
3.3.1 Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksaan Pembelajaran disusun menjadi tiga pertemuan, dimana kelas kontrol dengan tiga pertemuan dan kelas eksperimen yang akan diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia juga tiga pertemuan.
3.3.2 Multimedia Pembelajaran
Multimedia Pembelajaran ini akan digunakan sebagai alat bantu pembelajaran pada kelas eksperimen saja. Sedangkan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional tidak menggunakan alat bantu
pembelajaran.
3.4 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran
1. Tahap Analisis
Pada tahap ini ditetapkan tujuan pengembangan software, baik bagi pelajar, guru dan maupun bagi lingkungan. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan studi literatur dengan mempelajari kurikulum terlebih
dahulu. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran. Setelah melakukan wawancara dan mempelajari kurikulum dicarilah solusi agar tercapainya tujuan dari pembuatan multimedia pembelajaran.
2. Tahap Desain
Setelah melaksanakan tahap analisis, berikutnya adalah tahap desain. Desain multimedia dirancang berdasarkan tahap-tahap dari model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching. Akan tetapi multimedia pembelajaran ini tidak digunakan di setiap tahap-tahap tersebut, karena dalam pembelajarannya nanti multimedia ini hanya sebagai alat bantu pembelajaran, bukan pembelajaran yang berbasis multimedia, hal ini mengacu pada judul yang digunakan peneliti.
3. Tahap Pengembangan
Pada tahap pengembangan software dibuatlah flowchart dan storyboard. Flowchart adalah adalah diagram yang memberikan gambaran alur dari scene (tampilan) satu ke scene lainnya. Dalam flowchart view dapat dilihat
komponen yang terdapat dalam suatu scene dengan penjelasan yang diperlukan. Sedangakan storyboard adalah perencanaan yang
suara, audio, video, grafik dan animasi yang akan dituangkan dalam multimedia pembelajaran. setelah pengembangan software selesai, maka multimedia pembelajaran tersebut dinilai oleh para ahli multimedia. Jika ada kekurangan pada multimedia pembelajaran yang sudah dinilai akan diperbaiki terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai alat bantu pembelajaran.
4. Tahap Implementasi
Setelah multimedia pembelajaran dinyatakan layak sebagai alat bantu pembelajaran, maka multimedia tersebut diimplementasikan pada kelas eksperimen. Para peserta didik dapat menggunakan software multimedia ini secara interaktif.
5. Tahap evaluasi
Tahap akhir dari pengembangan multimedia adalah tahap evaluasi atau tahap penilaian. Penilaian tersebut dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan multimedia pembelajaran yang sudah digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Penilaian tersebut dapat dilakukan dengan cara menganalisis efektivitasnya sebagai alat bantu pembelajaran dalam model pembelajaran Learning Cycle dengan pendekatan Quantum Teaching dan melihat respon siswa terhadap multimedia yang sudah digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Efektivitas dapat diperoleh dari analisis peningkatan hasil postes kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Sedangkan respon siswa dapat diperoleh dari hasil penyebaran angket.
3.5 Intrumen Penelitian
Instrument penelitian digunakan sebagai alat ukur dalam sebuah
Berikut adalah intrumen penelitian yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian ini:
1. Tes Hasil Belajar Ranah Kogintif
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Instrumen tes ini digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif. Intrumen tes yang digunakan dalam bentuk soal pilihan ganda, soal-soal yang terdapat pada instrument tes tersebut mengacu pada hasil belajar ranah kognitif pada kemampuan hafalan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3). Soal yang digunakan berjumlah 30 soal.
2. Angket atau Kuesioner
Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia pembelajaran. Angket yang digunakan dalam bentuk angket skala sikap, yaitu skala likert. Seperti apa yang dijelaskan oleh Sugiyono (2012:134), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial.
Dalam angket skala likert ini siswa memberikan jawaban tentang pendapatnya, yang dimana jawaban tersebut sudah disediakan oleh peneliti. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2012:135). Pilihan jawaban yang akan digunakan adalah: sangat setuju (ST), setuju (S),
ragu-ragu (RG), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).
Dalam lembar observasi berisikan sebuah daftar kegiatan selama melakukan penelitian. Lembar observasi diisi oleh observer yang mengamati secara langsung keterlaksaan pembelajaran. Dalam mengisi lembar observasi ini observer hanya memberi tanda checklist (√) jika kegiatan yang dimaksud terlaksana.
3.6 Prosedur Pelaksaan Penelitian
Berikut adalah prosedur pelaksanaan penelitiannya: 1. Tahap Persiapan
a. Membuat rancangan penelitian dan kemudian membuat proposal penelitian.
b. Membuat RPP dan skenario pembelajaran. c. Menyusun instrumen penelitian.
d. Membuat multimedia. e. Judgement.
f. Melakukan Uji Coba Instrument untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas.
g. Melakukan Revisi atau perbaikan instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Memberikan perlakuan / mengimplementasikan model pembelajaran
pada kelas eksperimen. c. Melakukan observasi.
d. Memberikan post-test setelah pembelajaran. e. Memberikan Angket pada kelas eksperimen.
3. Tahap Analisis Data
4. Tahap Akhir
a. Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.
Diagram Alur Prosedur Penelitian:
Gambar 3.2 Alur Penelitian
3.7 Uji Coba Instrumen
Tes hasil belajar ranah kognitif yang akan digunakan dalam penelitian ini sebelumnya akan di analisis terlebih dahulu. Analisis instrumen tes hasil belajar
Mengolah data
Menganalisis data
Membuat kesimpulan dan saran
Kelas kontrol
pre-test
post-test
Perbaikan Membuat rancangan
penelitian beserta proposal
Perizinan penelitian
Membuat RPP dan skenario pembelajaran
Menyusun instrumen
Judgement
Uji Coba Instrumen
Kelas eksperimen
pre-test
post-test Memberikan
perlakuan Observasi
ranah kognitif meliputi validitas tes, reliabilitas tes, taraf kesukaran, dan daya pembeda tes yang dijelaskan sebagai berikut:
3.7.1 Validitas
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam artian memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan
kriterium (Arikunto, 2012:85). Dalam penelitian kali ini akan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar.
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
(Arikunto, 2012:87) Keterangan :
: koefesien validitas
: jumlah siswa
∑ : jumlah skor total soal dikalikan jumlah skor total siswa
∑ : jumlah skor total soal
∑ : jumlah skor total siswa
∑ : jumlah skor total soal dikuadratkan
∑ : jumlah skor total siswa dikuadratkan
Interpretasi mengenai besarnya koefesien korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kriteria Validitas Soal
Koefesien Korelasi Kriteria Validitas
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
3.7.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama (Arikunto, 2012:104). Untuk mencari reliabilitas akan menggunakan rumus K-R 20.
∑
(Arikunto, 2012:115) Keterangan :
: koefisien reliabilitas alat evaluasi
n : banyak butir soal
: proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir
soal ke-i
: proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir
soal ke-i, jadi
: varians skor total
Interpretasi Reliabilitas instrument adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Soal
Koefesien Korelasi Kriteria Validitas
0,81 – 1,0 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah tidak terlalu sukar (Arikunto, 2012:222). Dalam hal ini untuk mencari taraf kesukaran butir soal tersebut menggunakan rumus berikut:
(Arikunto, 2012:222) Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Klasifikasi
0,00 – 0,30 Cukup
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
3.7.4 Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2012:226). Rumus yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
(Arikunto, 2012:228) Keterangan :
Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Klasifikasi
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
Negatif Tidak baik
3.8 Hasil Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen soal digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa ranah kognitif, terlebih dahulu instrumen tersebut di-judgement atau
dipertimbangkan kemudian diuji coba. Hal tersebut bertujuan agar instrumen soal yang akan digunakan benar-benar dapat mengukur apakah hasil belajar siswa ranah kognitif meningkat atau tidak. Untuk judgement instrumen soal dilakukan oleh dua dosen, kemudian setelah judgement ada beberapa soal yang harus diperbaiki kata-katanya. Setelah tahap judgement selesai kemudian instrumen soal tersebut diuji cobakan pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Gegesik Kabupaten Cirebon. Uji coba instrumen dilakukan pada hari senin, 28 Oktober 2013. Intrumen soal yang diuji berjumlah 30 soal untuk pretes dan 30 soal untuk postes. Setelah melakukan uji intrumen kemudian hasil uji intrumen dianalisis, tahap analisis data ini meliputi uji validitas, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Setelah melewati tahap analisis hasil uji instrumen, soal tersebut sudah bisa digunakan dalam penelitian sebagai alat ukur untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif.
3.8.1 Analisis Validitas
Tabel 3.5
Rekapitulasi Analisis Validitas Butir Soal Uji Instrumen (Pretes)
Kategori
Validitas Jumlah Soal Nomor Soal
Sangat Tinggi 1 18
Tinggi 14 2, 5, 6, 9, 12, 13, 14, 15, 22, 25, 27, 28, 29, 30
Cukup 11 3, 4, 10, 11, 16, 19, 20, 21, 23, 24, 26
Rendah 3 7, 8, 17
Sangat Rendah 1 1
Tabel 3.6
Rekapitulasi Analisis Validitas Butir Soal Uji Instrumen (Postes)
Kategori
Validitas Jumlah Soal Nomor Soal
Sangat Tinggi 2 5, 12
Tinggi 10 2, 7, 12, 16, 18, 20, 21, 23, 26, 27 Cukup 14 1, 3, 4, 6, 9, 14, 15, 17, 18, 24, 25,
28, 29 ,30
Rendah 2 13, 22
Sangat Rendah 2 8, 10
3.8.2 Analisis Reliabilitas
r11 = 0,962. Hasil perhitungan tersebut kemudian di cocokan dengan kriteria
realibilitas dan kedua nilai tersebut termasuk dalam kategori sangat tinggi.
3.8.3 Analisis Tingkat Kesukaran
Berikut ini adalah tabel hasil analisis tingkat kesukaran instrumen soal
pretes dan postes.
Tabel 3.7
Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Instrumen (pretes)
Kategori Tingkat
Kesukaran Jumlah Soal Nomor Soal
Sangat Sukar - -
Sukar - -
Sedang 27 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23,
24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
Mudah 3 1, 5, 20
Tabel 3.8
Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Instrumen (Postes)
Kategori Tingkat
Kesukaran Jumlah Soal Nomor Soal
Sangat Sukar - -
Sukar 1 10
Sedang 29 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,
26, 27, 28, 29, 30
3.8.4 Analisis Daya Pembeda
Berikut ini adalah tabel hasil analisis daya pembeda instrumen soal pretes dan postes.
Tabel 3.9
Rekapitulasi Daya Pembeda Butir Soal Instrumen Uji Instrumen (Pretes)
Kategori Daya Pembeda Jumlah Soal Nomor Soal
Sangat Jelek/Dibuang - -
Jelek - -
Cukup 7 1, 7, 8, 11, 16, 17, 19
Baik 20 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 13, 14, 18, 20, 21, 23, 24, 25, 26,
27, 28, 29, 30
Sangat Baik 3 9, 15, 22
Tabel 3.10
Rekapitulasi Daya Pembeda Butir Soal Instrumen Uji Instrumen (Postes)
Kategori Daya Pembeda Jumlah Soal Nomor Soal
Sangat Jelek/Dibuang 1 8
Jelek 1 10
Cukup 2 13, 22
Baik 17 1, 2, 3, 4, 9, 14, 17, 19, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
Sangat Baik 9 6, 7, 11, 12, 15, 16, 18, 20
Data yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah berupa data yang diperoleh dari hasil postes dan pretes, kemudian adalagi data yang diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada siswa.
3.9.1 Uji Normalitas Distribusi
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran distribusi data yang
diperoleh. Hal ini berkaitan dengan sampel yang diambil. Melalui Uji Normalitas peneliti bisa mengetahui apakah sampel yang diambil mewakili populasi ataukah tidak. Uji normalitas dilakukan pada data skor postes dan pretes. Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan selanjutnya.
Menurut Panggabean (2001, 132), langkah-langkah penyelidikan distribusi normal adalah:
1) Hitung mean skor kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 2) Hitung standar deviasi.
3) Buat daftar frekuensi observasi (Oi) dan frekuensi (Ei) sebagai berikut:
a. Tentukan banyaknya kelas (k) dengan rumus: k = 1 + 3,3 log n
n = jumlah siswa
b. Tentukan panjang kelas (p) dengan rumus:
r = Rentang (skor terbesar - skor terkecil)
k = Banyak kelas
c. Menghitung rata-rata dan standar deviasi dari data yang akan diuji normalitasnya.
Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) dari gain digunakan persamaan:
Sedangkan untuk menghitung besarnya standar deviasai dari gain digunakan persamaan:
√
∑ ̅̅ = nilai rata-rata gain
= nilai gain yang diperoleh siswa
n = jumlah siswa
S = standar deviasi
d. Menentukan nilai baku z dengan menggunakan persamaan :
̅
bk = batas kelas
e. Mencari luas daerah dibawah kurva normal (l) untuk setiap kelas interval.
| | l = luas kelas interval
l1 = luas daerah batas bawah kelas interval (p bb)
l2 = luas daerah batas atas kelas interval (p ba)
f. Mencari frekuensi observasi (Oi) dengan menghitung banyaknya respon yang termasuk pada interval yang telah ditentukan.
g. Mencari frekuensi harapan Ei dengan persamaan berikut :
h. Hitung Chi Square χ2 dengan rumus:
∑
= chi kuadrat hasil perhitungan
Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi yang diharapkan i. Tentukan derajat kebebasan dengan rumus:
4) Tentukan nilai χ2 dari daftar chi kuadrat (nilai tabel). 5) Menentukan nilai normalitas.
Bila χ2 hitung < χ2
tabel, maka disimpulkan bahwa data sampel berdistribusi normal.
Bila χ2 hitung > χ2
tabel, maka disimpulkan bahwa data sampel tidak berdistribusi normal.
Setelah dilakukan uji normalitas, jika diketahui datanya berdistribusi normal maka digunakan uji statistik parametrik. Untuk menggunakan uji statistik parametrik yang tepat untuk digunakan kita memerlukan satu uji lagi yaitu uji homogenitas.
3.9.2 Uji Homogenitas
Menurut Panggabean (2001, 132), untuk menguji homogenitas variansi digunakan formula:
Dimana s2b = variansi yang lebih besar s2k = variansi yang lebih kecil
Dan derajat kebebasan : v = (ni– 1) ; n = banyaknya sampel
Kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah variansi homogen atau tidak adalah bila hitung< F tabel, maka variansi homogenya.
3.9.3 Uji-t
Menurut Panggabean (2001, 132), untuk mengetahui ada perbedaan mean (M) antara dua kelompok dengan sampel besar (n ≥ 30) digunakan formula:
√
M2 : mean sampel kelompok kontrol
N1 : jumlah sampel kelompok eksperimen
N2 : jumlah sampel kelompok kontrol
s12 : variansi sampel kelompok eksperimen
s22 : variansi sampel kelompok kontrol
Setelah mendapatkan hasil dari uji-t kemudian melakukan pengujian
hipotesis dengan melihat mengkonsultasikan thitung dengan ttabel.
3.9.4 Uji Wilcoxon
Apabila pada Uji Normalitas menghasilkan data dengan distribusi yang tidak normal, maka pengolahan data dilakukan secara statistik non parametrik yaitu dengan menggunakan Uji Wolcoxon. Langkah – langkah yang dilakukan dengan Uji Wilcoxon adalah:
1. Membuat daftar rank (tingkatan).
2. Menentukan nilai W, yaitu bilangan yang paling kecil dari jumlah rank positif dan jumlah rank negatif. nilai W diambil salah satunya.
3. Menentukan nilai W dari tabel. Jika , maka nilai W dihitung
dengan rumus :
√
untuk taraf signifikasi 1%
untuk taraf signifikasi 5% 4. Pengujian Hipotesis
Jika , maka kedua perlakuan berbeda.
Jika , maka kedua perlakuan berbeda.
3.9.5 Data Skor Tes
kelas ekperimen dan kelas kontrol. Kemudian ditentukan besarnya gain dengan perhitungan sebagai berikut:
G = skor post test – skor pre test
Peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif siswa setelah melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia pembelajaran dicari
dengan menghitung rata – rata gain yang dinormalisasi berdasarkan kriteria menurut Hake R.R (1998). Rumus yang digunakan untuk menghitung gain yang dinormalisasi adalah :
Interpretasi terhadap nilai gain yang dinormalisasi ditunjukan sebagai berikut:
Tabel 3.11 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
Nilai <g> Klasifikasi
Tinggi
Sedang
Rendah
Setelah nilai rata-rata gain yang dinormalisasi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh, maka selanjutnya dapat dibandingkan untuk melihat peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswanya. Mergendoller (Gumilar, 2009: 46) mengemukakan bahwa jika hasil rata-rata gain yang dinormalisasi dari suatu
Alur pengolahan data untuk membuktikan hipotesis mengenai hasil belajar pada ranah kognitif ditunjukan sebagai berikut:
Gambar 3.3 Alur Uji Statistik
Data skor tes yang diperoleh dari penelitian ini berupa skor pretes dan postes dari tes hasil belajar ranah kognitif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan angket respon siswa yang diberikan pada kelas eksperimen. Untuk menguji hipotesis, maka digunakan rumus uji-t untuk mengetahui adanya perbedaan skor tes hasil belajar ranah kognitif.
3.9.6 Angket
Seperti apa yang sudah dijelaskan sebelumnya, angket ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia pembelajaran. Dalam angket jawabannya sudah di sediakan oleh peneliti, sangat setuju (ST), setuju (S), ragu-ragu (RG), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Menurut
Sugiyono (2012:135). Bagi suatu pernyataan yang mendukung suatu sikap positif, skor yang diberikan untuk SS=5, S=4, N=3, TS=2, dan STS=1.
DATA
UJI NORMALITAS UJI WILCOXON
UJI HOMOGENITAS
PENGUJIAN HIPOTESIS DENGAN UJI -t
KESIMPULAN
Tidak
Sedangkan bagi pernyataan yang mendukung sikap negatif, diberikan nilai-nilai sebaliknya yaitu SS=1, S=2, N= 3, TS=4, dan STS=5.
Untuk mengolah data hasil skala sikap berdasarkan skala Likert menurut Suherman dan Sukjaya (1990:237), dihitung dengan mencari rata-rata skor masing-masing siswa, yaitu dengan menghitung jumlah skor masing-masing siswa dibagi dengan jumlah pertanyaan.
Apabila dituliskan dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut:
X=
F = jumlah siswa yang memilih setiap kategori
Setelah nilai rata-rata siswa diperoleh maka, menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 237), Jika nilai perhitungan skor rerata lebih dari 3 artinya respon siswa positif dan bila nilai perhitungan skor rerata kurang dari 3 artinya respon siswa negatif. Rerata skor siswa makin mendekati 5, sikap siswa semakin positif. Sebaliknya jika mendekati 1, sikap siswa makin negatif.
3.9.7 Lembar Observasi
Data obserrvasi berisikan mengenai keterlaksanaan model yang diterapkan pada kelas eksperimen. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
∑
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari data hasil penelitian, pengolahan data, analisis serta pembahasan data maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum
Teaching berbantuan multimedia efektif dapat meningkatkan hasil belajar
ranah kognitif siswa yang lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran konvensional. Peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif
pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia
memperoleh gain rata-rata sebesar 35,78 dan nilai <g> sebesar 0,57 dengan kategori sedang dari rata-rata pretes sebesar 31,50 dan postes sebesar 73,28. Sedangkan untuk kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional memperoleh gain rata-rata sebesar 24,84 dan nilai <g> sebesar 0,38 dengan kategori sedang dari rata-rata pretes sebesar 34,69 dan postes sebesar 59,53. Dari perhitungan uji perbedaan dua rata-rata dan pengujian hipotesis satu pihak didapatkan hasil thitung 6,48 > ttabel 1,99.
2. Model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum
Teaching berbantuan multimedia pembelajaran mendapatkan respon positif
dari siswa. Dari hasil pengolahan data angket respon siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia pembelajaran memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,81, hal ini menunjukan bahwa respon siswa positif terhadap model pembelajaran
Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan
multimedia pembelajaran.
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat diajukan beberapa saran, diantaranya adalah:
1. Multimedia yang digunakan sebagai alat bantu dalam model pembelajaran
Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching ini hendaknya
diperbaiki lagi agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Pada tahap penilaian dalam pengembangan multimedia diperoleh hasil nilai rata-rata peningkatan pretes dan postes (nilai rata-rata gain yang ternormalisasi) dengan kategori sedang. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan untuk mencapai nilai rata-rata gain yang ternormalisasi dengan kategori tinggi.
2. Multimedia pembelajaran yang digunakan hendaknya dipersiapkan dengan
matang sebelum melakukan penelitian. Sehingga dapat memaksimalkan hasil yang didapat.
3. Multimedia yang digunakan hendaknya selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Materi, kurikulum, dan tujuan harus berkesesuaian dengan situasi dan kondisi pada masa itu. Misalnya pada materi Email, dalam kenyataannya situs Yahoo dan Gmail akan selalu berkembang, baik dari tampilan situsnya maupun fiturnya akan selalu diperbaharui. Sehingga sangat disarankan untuk menyesuaikan dengan kondisi zaman dimana multimedia tersebut akan digunakan.
4. Hendaknya siswa mendapat rentang waktu yang cukup lama (setidaknya seminggu karena siswa harus membagi waktunya dengan pelajaran yang lain) sebelum pelaksanaan postes agar siswa dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi postes sehingga diharapkan nilai rata-rata postes siswa akan memenuhi KKM.
DAFTAR PUSTAKA
Akar, E. (2005). Effectiveness of 5E Learning Cycle Model on Students Undestanding of Acid-Base Concepts. Thesis Middle East Technical Uneversity: Tidak diterbitkan.
Arifiansyah, R. (2012). Penerapan Model Learning Cycle 7E Berbasis
Multimedia untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pokok Bahasan Perangkat Keras Untuk Akses Internet. Skripsi. Tidak
Diterbitkan.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Bybee, W. Roger et al. (2006). “The BSCS 5E Instructional model: Orign,
Effectivenes, and Application” [Online]. Tersedia:
http://www.bscs.org/pdf/bscs5eexecsummary.pdf. [September 2012]
DePorter, Bobbi, Reardon, Mark dan Singer-Nourie, Sarah. (2010). “Quantum Teaching – Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas.”
Bandung : Kafia.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Georgopolous, Tannenbaum. (1985). Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Gumilar, Irvan. (2009). Penggunaan Media Simulasi Virtual Pada Pembelajaran
Konseptual Interaktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi Siswa Kelas X. Skripsi pada Jurusan
Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Hadayaninrat, Soerwarno. (1994). Pengantar Ilmu Administrasi Manajemen. Jakarta: Gunung Agung.
Miftahul, A’la. (2010). Quantum Teaching (Buku Pintar dan Praktis).
Yogyakarta: Diva Press.
Mulyana. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team
Assisted Individualization) Dengan Pendekatan Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Teknologi Infornasi dan Komunikasi. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: SPS Universitas Pendidikan Indonesia.
Panggabean, Luhut P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Sadirman, A.M. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Shofiyudin, M. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa. Skripsi.
Tidak Diterbitkan.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Steers, Ricard M. (1986). Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Sudjana dan Rivai. (1992). Video Sebagai Media Penyebaran Inovasi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido Offset.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suparno, S.J. (1997). Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta: Kanisius.
Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Evaluasi Pendidikan Metematika. Bandung: Wijaya Kusumah.
Vaika, Fitrianto D. (2012). Efektivitas Model Pembelajaran Novick Berbantuan