• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA RANAH KOGNITIF.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA RANAH KOGNITIF."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MULTIMEDIA

PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA RANAH KOGNITIF

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

Oleh : Karisma Sugiman

0909178

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBE LAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

RANAH KOGNITIF

Oleh Karisma Sugiman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Karisma Sugiman 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

KARISMA SUGIMAN NIM. 0909178

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

RANAH KOGNITIF

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Dedi Rohendi, M.T. NIP. 196705241993021001

Pembimbing II

Jajang Kusnendar, M.T. NIP. 197506012008121001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

(4)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA RANAH KOGNITIF

Karisma Sugiman NIM. 0909178

Pembimbing I : Dedi Rohendi, Dr. MT. Pembimbing II : Jajang Kusnendar, MT.

Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer, FPMIPA-UPI

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian eksperimen semu mengenai penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia pembelajaran untuk menguji keefektivitasannya dalam meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas XI di salah satu SMA di Kabupaten Cirebon, dengan desain penelitian Nonequivalent

Control Group Design. Pada kelompok eksperimen diterapkan model

pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia pembelajaran sedangkan pada kelompok kontrol diterapkan pembelajaran konvensional yang biasa digunakan sebelumnya. Dari perbandingan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> dan dari tes hasil belajar pada ranah kognitif, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia pembelajaran efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa ranah kognitif yang lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran konvensional. Respon siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia menunjukkan hasil yang positif.

Kata kunci : Learning Cycle 5E, Quantum Teaching, multimedia pembelajaran,

(5)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA RANAH KOGNITIF

Karisma Sugiman NIM. 0909178

Pembimbing I : Dedi Rohendi, Dr. MT. Pembimbing II : Jajang Kusnendar, MT.

Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer, FPMIPA-UPI

ABSTRACT

Quasi-experimental research has been conducted on the application of 5E Learning Cycle learning model with the approach of multimedia assisted learning Quantum Teaching to test keefektivitasannya in improving learning outcomes in the cognitive domain on the subjects of Information Technology and Communication . The research was conducted on the students of class XI in one of the high school in Cirebon , the research design Nonequivalent Control Group Design . In the experimental group applied learning model 5E Learning Cycle with Quantum Teaching approach of multimedia assisted learning is applied while the control group used the conventional learning earlier . From the comparison of the average normalized gain <g> and from tests on cognitive learning outcomes , it can be concluded that the 5E Learning Cycle model of learning with multimedia -assisted approach to Quantum Teaching learning can effectively improve the cognitive outcomes of student learning better than using learning model conventional. Students' response to the 5E Learning Cycle model of learning with multimedia -assisted approach to Quantum Teaching shows positive results .

Keywords: Learning Cycle 5E, Quantum Teaching, multimedia learning,

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Definisi Operasional ... 7

1.6 Hipotesis Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Efektivitas ... 9

2.2 Model Pembelajaran Learning Cycle 5E ... 10

2.3 Quantum Teaching ... 11

2.4 Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan Pendekatan Quantum Teaching Berbantuan Multimedia Pembelajaran ... 16

2.5 Multimedia Pembelajaran ... 17

2.5.1 Definisi Multimedia ... 17

2.5.2 Keistimewaan Multimedia ... 18

2.5.3 Karakteristik Media Dalam Multimedia Pembelajaran ... 19

2.5.4 Metodologi Pengembangan Multimedia ... 19

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 27

3.2 Populasi dan Sampel ... 28

3.3 Bahan Ajar ... 28

3.3.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 28

3.3.2. Multimedia Pembelajaran ... 28

3.4 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran... 28

3.5 Instrumen Penelitian ... 30

3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 32

3.7 Uji Coba Instrumen ... 33

3.8.1. Analisis Validitas... 37

3.8.2. Analisis Reliabilitas ... 38

3.8.3. Analisis Tingkat Kesukaran ... 39

3.8.4. Analisis Daya Pembeda ... 39

3.9 Analisis Data ... 40

3.9.1. Uji Normalitas Distribusi ... 40

3.9.2. Uji Homogenitas ... 43

(8)

4.1.1 Pengembangan Multimedia Pembelajaran Sebagai Alat Bantu pada Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan

Pendekatan Quantum Teaching ... 48

4.1.2 Pelaksanaan Penelitian ... 53

4.1.3 Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 54

4.1.4 Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan Pendekatan Quantum Teaching Berbantuan Multimedia ... 58

4.2 Pembahasan ... 59

4.2.1 Pelaksanaan Pembelajaran ... 59

4.2.2 Hasil Belajar pada Ranah Kognitif ... 59

4.2.3 Sikap Siswa Terhadap Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan Pendekatan Quantum Teaching Berbantuan Multimedia 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN :

LAMPIRAN A. STUDI PENDAHULUAN

LAMPIRAN B. PERANGKAT PEMBELAJARAN LAMPIRAN C. INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN D. ANALISIS TES UJI COBA

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Persepsi lama tentang proses pembelajaran yang bersumber pada teori tabula rasa John Locke dimana pikiran seseorang (siswa) seperti kertas kosong dan siap menunggu coretan-coretan dari luar (guru) (Sadirman, 2003:97), sepertinya kurang tepat lagi digunakan oleh para pendidik saat ini. Tuntutan pendidikan sudah banyak berubah, pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan teori belajar kontruktivisme bahwa seseorang harus membangun sendiri pengetahuannya. Proses pengetahuan tersebut dilakukan melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan. Para konstruktivis percaya bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa), tetapi siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman dan pengetahuan mereka (Suparno, 1997:132).

Dalam pendidikan di sekolah siswa dituntut untuk belajar. Belajar ialah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).

(10)

akan diketahui hasil belajar siswa selama mengikuti proses belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu: 1) faktor internal, ialah faktor yang berasal dari dalam diri anak/siswa itu sendiri. 2) faktor eksternal, ialah faktor yang berasal dari luar diri anak/siswa. Faktor internal meliputi: motovasi, sikap, perasaan, emosi, dan intelegensi. Sedangkan faktor eksternal meliputi: bahan pelajaran, metode mengajar, media pendidikan dan lingkungan

kelas maupun di luar kelas (Dimyati dan Mudjono, 2006).

Dari faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, dapat dilihat salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar adalah karena model pembelajaran yang diterapkan oleh guru itu sendiri. Berdasarkan pengamatan peneliti selama melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di salah satu SMA di Bandung, masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional dimana guru yang lebih berperan aktif selama pembelajaran berlangsung. Dengan banyaknya peran guru dalam proses belajar mengajar ini membuat para siswanya pasif atau dengan kata lain siswa belajar lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada siswa.

Dengan menggunakannya model pembelajaran konvensional ini, hasil belajar yang diperoleh siswa kurang maksimal. Berdasarkan wawancara yang di lakukan oleh Vaika (2012) terhadap guru TIK SMA Negeri di OKU Timur Sumatera Selatan, didapatkan fakta bahwa hasil belajar terutama pada ranah kognitif sangatlah rendah yaitu hanya berkisar 30% dari seluruh siswa di kelas yang memiliki nilai mencapai KKM.

Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan langkah-langkah sistematis

agar bisa tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh seorang pendidik. Dalam hal ini pendidik perlu menggunakan model pembelajaran yang

lebih menarik lagi, agar siswa bisa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

(11)

Leaerning Cycle yang sesuai dengan teori belajar kontruktivisme. Model

pembelajaran Learning Cycle ini pada awalnya diajukan oleh Robert Karplus pada awal tahun 1960-an. Pada proses awal perkembangannya, model ini menggunakan istilah exploration, invention dan discovery. Isitilah-istilah tersebut lebih lanjut dimodifikasi menjadi fase exploration (eksplorasi), term introduction (pengenalan konsep), dan concept application (aplikasi konsep). Model pembelajaran ini

kemudian berkembang menjadi 5 fase yang sering disebut dengan Learning Cycle 5E. Tahap-tahap tersebut yaitu Engage (ide), Explore (menyelidiki), Explain (menjelaskan), Elaborate (menerapkan), Evaluate (Menilai) (Bybee et.al 2006:3).

Seperti apa yang sudah dijelaskan di atas bahwa model pembelajaran

Learning Cycle ini termasuk dalam teori belajar kontruktivisme, dalam

pembelajarannya siswa dituntut mengkontruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman baru berupa fakta atau peristiwa yang dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki serta mengaplikasikan. Selain itu dalam

Learning Cycle, guru harus memperhatikan pengetahuan yang dimiliki siswa

dalam konteks pembelajarannya.

Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle yang menunjukkan bahwa model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa :

 Shofiyudin (2011) Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas peningkatan kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi yaitu 0.510 dibandingkan dengan kemampuan kognitif siswa di kelas control yaitu 0,02. Ini membuktikan bahwa model pembelajaran learning cycle dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran.

(12)

bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbasis multimedia lebih baik dari pembelajaran konvensional dalam meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran TIK.

Selain menggunakan model pembelajaran Learning Cycle penulis juga mencoba sesuatu yang baru, dengan menggunakan pendekatan Quantum Teaching sebagai pendekatan yang akan digunakan selama proses pembelajaran

berlangsung. Hal ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan model Learning Cycle saja. Selain daripada itu, peneliti juga menggunakan model Learning Cycle dengan 5 tahapan atau yang biasa disebut dengan Learning Cycle 5E, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan model Learning Cycle dengan 7 tahapan atau Learning Cycle 7E. Alasan lainnya kenapa peneliti tidak menggunakan Learning Cycle 7E adalah, karena pada tahapan yang ada pada Learning Cycle 7E tapi tidak ada di Learning Cycle 5E dapat digantikan dengan tahapan-tahapan yang ada pada Quantum Teaching.

Menurut DePorte (2010:31) ;

Quantum Teaching menunjukkan kepada anda cara menjadi guru yang

lebih baik. Quantu Teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar anda lewat pemanduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang anda ajarkan. Dengan menggunakan metodologi Quantum Teaching, anda akan dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa.

(13)

Quantum Teaching merupakan konsep yang diturunkan dari Quantum

Learning yang mempunyai motto membiasakan belajar nyaman dan

menyenangkan. Dari konsep Quantum Learning yang diterapkan dalam dunia bisnis, maka dibuatlah Quantum business, begitu pula konsep Quantum Learning yang akan diterapkan dalam interaksi belajar mengajar, maka dirancanglah konsep

Quantum Teaching. Sudah ada pula penelitian yang mengangkat judul tentang

pendekatan Quantum Teaching, oleh Mulyana (2011) dalam penelitian tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan

Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif C3

(Aplikasi).

Seperti apa yang sudah diuraikan di atas, salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah media yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan menggunakan media pembelajaran, siswa akan merasa lebih tertarik lagi untuk mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung sehingga pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa itu sendiri. Sudjana & Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru

tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

(14)

Dalam hal ini penulis akan menggunakan Multimedia pembelajaran sebagai alat bantu media pembelajaran. Multimedia merupakan salah satu media pembelajaran yang bervariatif, dengan adanya berbagai paduan antara teks, suara, video, animasi, dan interaksi sehingga terjadi kesinambungan penggunaan pancaindera yang dapat memudahkan materi terserap secara optimal.

Berdasarkan apa yang tertulis diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “ Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan Pendekatan Quantum Teaching Berbantuan Multimedia Pembelajaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif.”

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :

1. Apakah model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan

Quantum Teaching berbantuan multimedia efektif dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa yang lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia efektif dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa yang lebih baik

daripada menggunakan model pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui Bagaimana sikap siswa terhadap model

pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum

Teaching berbantuan multimedia.

(15)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat, antara lain :

1. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, terutama untuk meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan yang sangat bermaanfaat bagi seorang guru TIK, karena mungkin bisa menambah wawasan seorang guru, khususnya guru TIK tentang model pembelajaran pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan yang berguna bagi sekolah itu sendiri, dalam rangka membenahi model pembelajaran yang sudah ada menjadi model pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya, khususnya pada mata pelajaran TIK untuk meningkatkan hasil belajar siswanya.

4. Bagi peneliti

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian bagi penelitian yang sedang maupun akan berjalan.

1.5 DEFINISI OPERASIONAL

1. Efektivitas

Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya (Handayaningrat, 1994:16). Tujuan di sini adalah siswa yang harus mencapai nilai KKM pada soal postes. Jika jumlah siswa yang

(16)

membandingkan model pembelajaran mana yang lebih efektif ketika diterapkan pada suatu pembelajaran. Mergendoller (Gumilar, 2009: 46) mengemukakan bahwa jika hasil rata-rata gain yang dinormalisasi dari suatu pembelajaran lebih tinggi dari hasil rata-rata gain yang dinormalisasi dari pembelajaran lainnya, maka dikatakan bahwa pembelajaran tersebut lebih efektif dalam meningkatkan suatu kompetensi dibandingkan pembelajaran lain.

2. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E

Model pembelajaran Learning Cycle ini pada awalnya diajukan oleh Robert Karplus pada awal tahun 1960-an. Model pembelajaran Learning

Cycle ini termasuk dalam teori belajar kontruktivisme, dimana siswa dituntut

mengkontruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman baru berupa fakta atau peristiwa yang dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki serta mengaplikasikan konsep tersebut dalam situasi yang berbeda. Dalam model pembelajaran ini terdiri dari 5 fase, yaitu : Engage (ide), Explore (menyelidiki), Explain (menjelaskan), Elaborate (menerapkan), Evaluate (Menilai) (Bybee et.al,2006:3).

3. Model Learning Cycle 5E Dengan Pendekatan Quantum Teaching Berbantuan Multimedia Pembelajaran

Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran, sedangkan Quantum Teaching ini suatu pendekatan. Jadi dalam pelaksanaannya, peneliti akan mengimplementasikan suatu model pembelajaran yang akan dibantu dengan suatu pendekatan. Peneliti juga akan menggunakan Multimedia sebagai media ajar atau alat bantu pembelajaran. Jadi, implementasi model pembelajaran Learning Cycle dengan pendekatan Quantum Teaching ini dalam

pembelajarannya akan menggunakan multimedia pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran.

4. Hasil Belajar Ranah Kognitif

(17)

proses pretes dan postes yang soalnya berupa pilihan ganda, meliputi jenjang hafalan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3).

1.6 HIPOTESIS

Setelah melakukan kajian teori, maka didapatkan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 Peningkatatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang menggunakan

model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum

Teaching berbantuan multimedia lebih efektif daripada dengan yang

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Quasi Experimental Design, bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design. Desain

penelitan yang akan digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya saja pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok control tidak dipilih secara random. Kelompok eksperimen pada penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia, sedangkan kelompok kontrol hanya menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam pelaksanaannya kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol akan diberikan soal pretes terlebih dahulu. Dan pada tahap akhir penelitian, kelompok eksperimen maupun kontrol akan diberi postes. Berikut gambar pola desain penelitian.

Gambar 3.1 Pola Desain Penelitian

(Sugiono, 2012:116)

Keterangan:

O1 = pretes kelas eksperimen dan kontrol O2 = postes kelas eksperimen dan kontrol

X = penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan

Quantum Teaching

O1 X O2

(19)

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah siswa siswi kelas XI SMA Negeri 1 Gegesik tahun ajaran 2013/2014. Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik Sampling Purposive. Teknik Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:124). Hal ini dilakukan karena sebelum menentukan sampel, peneliti

mempertimbangkan hal-hal tertentu terlebih dahulu. Yang dimaksud dengan pertimbangan tertentu dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan dua kelas yakni kelas kontrol dan eksperimen, dimana kelas kontrol dan eksperimen tersebut harus mempunyai kemampuan yang sama atau hampir sama. Untuk mengetahui hal tersebut peneliti akan mewawancarai guru mata pelajaran yang bersangkutan terlebih dahulu.

3.3 Bahan Ajar

3.3.1 Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksaan Pembelajaran disusun menjadi tiga pertemuan, dimana kelas kontrol dengan tiga pertemuan dan kelas eksperimen yang akan diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia juga tiga pertemuan.

3.3.2 Multimedia Pembelajaran

Multimedia Pembelajaran ini akan digunakan sebagai alat bantu pembelajaran pada kelas eksperimen saja. Sedangkan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional tidak menggunakan alat bantu

pembelajaran.

3.4 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran

(20)

1. Tahap Analisis

Pada tahap ini ditetapkan tujuan pengembangan software, baik bagi pelajar, guru dan maupun bagi lingkungan. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan studi literatur dengan mempelajari kurikulum terlebih

dahulu. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran. Setelah melakukan wawancara dan mempelajari kurikulum dicarilah solusi agar tercapainya tujuan dari pembuatan multimedia pembelajaran.

2. Tahap Desain

Setelah melaksanakan tahap analisis, berikutnya adalah tahap desain. Desain multimedia dirancang berdasarkan tahap-tahap dari model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching. Akan tetapi multimedia pembelajaran ini tidak digunakan di setiap tahap-tahap tersebut, karena dalam pembelajarannya nanti multimedia ini hanya sebagai alat bantu pembelajaran, bukan pembelajaran yang berbasis multimedia, hal ini mengacu pada judul yang digunakan peneliti.

3. Tahap Pengembangan

Pada tahap pengembangan software dibuatlah flowchart dan storyboard. Flowchart adalah adalah diagram yang memberikan gambaran alur dari scene (tampilan) satu ke scene lainnya. Dalam flowchart view dapat dilihat

komponen yang terdapat dalam suatu scene dengan penjelasan yang diperlukan. Sedangakan storyboard adalah perencanaan yang

(21)

suara, audio, video, grafik dan animasi yang akan dituangkan dalam multimedia pembelajaran. setelah pengembangan software selesai, maka multimedia pembelajaran tersebut dinilai oleh para ahli multimedia. Jika ada kekurangan pada multimedia pembelajaran yang sudah dinilai akan diperbaiki terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai alat bantu pembelajaran.

4. Tahap Implementasi

Setelah multimedia pembelajaran dinyatakan layak sebagai alat bantu pembelajaran, maka multimedia tersebut diimplementasikan pada kelas eksperimen. Para peserta didik dapat menggunakan software multimedia ini secara interaktif.

5. Tahap evaluasi

Tahap akhir dari pengembangan multimedia adalah tahap evaluasi atau tahap penilaian. Penilaian tersebut dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan multimedia pembelajaran yang sudah digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Penilaian tersebut dapat dilakukan dengan cara menganalisis efektivitasnya sebagai alat bantu pembelajaran dalam model pembelajaran Learning Cycle dengan pendekatan Quantum Teaching dan melihat respon siswa terhadap multimedia yang sudah digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Efektivitas dapat diperoleh dari analisis peningkatan hasil postes kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Sedangkan respon siswa dapat diperoleh dari hasil penyebaran angket.

3.5 Intrumen Penelitian

Instrument penelitian digunakan sebagai alat ukur dalam sebuah

(22)

Berikut adalah intrumen penelitian yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian ini:

1. Tes Hasil Belajar Ranah Kogintif

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Instrumen tes ini digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif. Intrumen tes yang digunakan dalam bentuk soal pilihan ganda, soal-soal yang terdapat pada instrument tes tersebut mengacu pada hasil belajar ranah kognitif pada kemampuan hafalan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3). Soal yang digunakan berjumlah 30 soal.

2. Angket atau Kuesioner

Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia pembelajaran. Angket yang digunakan dalam bentuk angket skala sikap, yaitu skala likert. Seperti apa yang dijelaskan oleh Sugiyono (2012:134), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial.

Dalam angket skala likert ini siswa memberikan jawaban tentang pendapatnya, yang dimana jawaban tersebut sudah disediakan oleh peneliti. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2012:135). Pilihan jawaban yang akan digunakan adalah: sangat setuju (ST), setuju (S),

ragu-ragu (RG), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).

(23)

Dalam lembar observasi berisikan sebuah daftar kegiatan selama melakukan penelitian. Lembar observasi diisi oleh observer yang mengamati secara langsung keterlaksaan pembelajaran. Dalam mengisi lembar observasi ini observer hanya memberi tanda checklist (√) jika kegiatan yang dimaksud terlaksana.

3.6 Prosedur Pelaksaan Penelitian

Berikut adalah prosedur pelaksanaan penelitiannya: 1. Tahap Persiapan

a. Membuat rancangan penelitian dan kemudian membuat proposal penelitian.

b. Membuat RPP dan skenario pembelajaran. c. Menyusun instrumen penelitian.

d. Membuat multimedia. e. Judgement.

f. Melakukan Uji Coba Instrument untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas.

g. Melakukan Revisi atau perbaikan instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Memberikan perlakuan / mengimplementasikan model pembelajaran

pada kelas eksperimen. c. Melakukan observasi.

d. Memberikan post-test setelah pembelajaran. e. Memberikan Angket pada kelas eksperimen.

3. Tahap Analisis Data

(24)

4. Tahap Akhir

a. Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.

(25)

Diagram Alur Prosedur Penelitian:

Gambar 3.2 Alur Penelitian

3.7 Uji Coba Instrumen

Tes hasil belajar ranah kognitif yang akan digunakan dalam penelitian ini sebelumnya akan di analisis terlebih dahulu. Analisis instrumen tes hasil belajar

Mengolah data

Menganalisis data

Membuat kesimpulan dan saran

Kelas kontrol

pre-test

post-test

Perbaikan Membuat rancangan

penelitian beserta proposal

Perizinan penelitian

Membuat RPP dan skenario pembelajaran

Menyusun instrumen

Judgement

Uji Coba Instrumen

Kelas eksperimen

pre-test

post-test Memberikan

perlakuan Observasi

(26)

ranah kognitif meliputi validitas tes, reliabilitas tes, taraf kesukaran, dan daya pembeda tes yang dijelaskan sebagai berikut:

3.7.1 Validitas

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam artian memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan

kriterium (Arikunto, 2012:85). Dalam penelitian kali ini akan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar.

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

(Arikunto, 2012:87) Keterangan :

: koefesien validitas

: jumlah siswa

∑ : jumlah skor total soal dikalikan jumlah skor total siswa

∑ : jumlah skor total soal

∑ : jumlah skor total siswa

∑ : jumlah skor total soal dikuadratkan

∑ : jumlah skor total siswa dikuadratkan

Interpretasi mengenai besarnya koefesien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Validitas Soal

Koefesien Korelasi Kriteria Validitas

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

(27)

3.7.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama (Arikunto, 2012:104). Untuk mencari reliabilitas akan menggunakan rumus K-R 20.

(Arikunto, 2012:115) Keterangan :

: koefisien reliabilitas alat evaluasi

n : banyak butir soal

: proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir

soal ke-i

: proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir

soal ke-i, jadi

: varians skor total

Interpretasi Reliabilitas instrument adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Soal

Koefesien Korelasi Kriteria Validitas

0,81 – 1,0 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

(28)

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah tidak terlalu sukar (Arikunto, 2012:222). Dalam hal ini untuk mencari taraf kesukaran butir soal tersebut menggunakan rumus berikut:

(Arikunto, 2012:222) Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Klasifikasi

0,00 – 0,30 Cukup

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

3.7.4 Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2012:226). Rumus yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

(Arikunto, 2012:228) Keterangan :

Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

(29)
(30)

Klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Klasifikasi

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik sekali

Negatif Tidak baik

3.8 Hasil Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen soal digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa ranah kognitif, terlebih dahulu instrumen tersebut di-judgement atau

dipertimbangkan kemudian diuji coba. Hal tersebut bertujuan agar instrumen soal yang akan digunakan benar-benar dapat mengukur apakah hasil belajar siswa ranah kognitif meningkat atau tidak. Untuk judgement instrumen soal dilakukan oleh dua dosen, kemudian setelah judgement ada beberapa soal yang harus diperbaiki kata-katanya. Setelah tahap judgement selesai kemudian instrumen soal tersebut diuji cobakan pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Gegesik Kabupaten Cirebon. Uji coba instrumen dilakukan pada hari senin, 28 Oktober 2013. Intrumen soal yang diuji berjumlah 30 soal untuk pretes dan 30 soal untuk postes. Setelah melakukan uji intrumen kemudian hasil uji intrumen dianalisis, tahap analisis data ini meliputi uji validitas, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Setelah melewati tahap analisis hasil uji instrumen, soal tersebut sudah bisa digunakan dalam penelitian sebagai alat ukur untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif.

3.8.1 Analisis Validitas

(31)

Tabel 3.5

Rekapitulasi Analisis Validitas Butir Soal Uji Instrumen (Pretes)

Kategori

Validitas Jumlah Soal Nomor Soal

Sangat Tinggi 1 18

Tinggi 14 2, 5, 6, 9, 12, 13, 14, 15, 22, 25, 27, 28, 29, 30

Cukup 11 3, 4, 10, 11, 16, 19, 20, 21, 23, 24, 26

Rendah 3 7, 8, 17

Sangat Rendah 1 1

Tabel 3.6

Rekapitulasi Analisis Validitas Butir Soal Uji Instrumen (Postes)

Kategori

Validitas Jumlah Soal Nomor Soal

Sangat Tinggi 2 5, 12

Tinggi 10 2, 7, 12, 16, 18, 20, 21, 23, 26, 27 Cukup 14 1, 3, 4, 6, 9, 14, 15, 17, 18, 24, 25,

28, 29 ,30

Rendah 2 13, 22

Sangat Rendah 2 8, 10

3.8.2 Analisis Reliabilitas

(32)

r11 = 0,962. Hasil perhitungan tersebut kemudian di cocokan dengan kriteria

realibilitas dan kedua nilai tersebut termasuk dalam kategori sangat tinggi.

3.8.3 Analisis Tingkat Kesukaran

Berikut ini adalah tabel hasil analisis tingkat kesukaran instrumen soal

pretes dan postes.

Tabel 3.7

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Instrumen (pretes)

Kategori Tingkat

Kesukaran Jumlah Soal Nomor Soal

Sangat Sukar - -

Sukar - -

Sedang 27 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23,

24, 25, 26, 27, 28, 29, 30

Mudah 3 1, 5, 20

Tabel 3.8

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Instrumen (Postes)

Kategori Tingkat

Kesukaran Jumlah Soal Nomor Soal

Sangat Sukar - -

Sukar 1 10

Sedang 29 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,

26, 27, 28, 29, 30

(33)

3.8.4 Analisis Daya Pembeda

Berikut ini adalah tabel hasil analisis daya pembeda instrumen soal pretes dan postes.

Tabel 3.9

Rekapitulasi Daya Pembeda Butir Soal Instrumen Uji Instrumen (Pretes)

Kategori Daya Pembeda Jumlah Soal Nomor Soal

Sangat Jelek/Dibuang - -

Jelek - -

Cukup 7 1, 7, 8, 11, 16, 17, 19

Baik 20 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 13, 14, 18, 20, 21, 23, 24, 25, 26,

27, 28, 29, 30

Sangat Baik 3 9, 15, 22

Tabel 3.10

Rekapitulasi Daya Pembeda Butir Soal Instrumen Uji Instrumen (Postes)

Kategori Daya Pembeda Jumlah Soal Nomor Soal

Sangat Jelek/Dibuang 1 8

Jelek 1 10

Cukup 2 13, 22

Baik 17 1, 2, 3, 4, 9, 14, 17, 19, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30

Sangat Baik 9 6, 7, 11, 12, 15, 16, 18, 20

(34)

Data yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah berupa data yang diperoleh dari hasil postes dan pretes, kemudian adalagi data yang diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada siswa.

3.9.1 Uji Normalitas Distribusi

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran distribusi data yang

diperoleh. Hal ini berkaitan dengan sampel yang diambil. Melalui Uji Normalitas peneliti bisa mengetahui apakah sampel yang diambil mewakili populasi ataukah tidak. Uji normalitas dilakukan pada data skor postes dan pretes. Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan selanjutnya.

Menurut Panggabean (2001, 132), langkah-langkah penyelidikan distribusi normal adalah:

1) Hitung mean skor kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 2) Hitung standar deviasi.

3) Buat daftar frekuensi observasi (Oi) dan frekuensi (Ei) sebagai berikut:

a. Tentukan banyaknya kelas (k) dengan rumus: k = 1 + 3,3 log n

n = jumlah siswa

b. Tentukan panjang kelas (p) dengan rumus:

r = Rentang (skor terbesar - skor terkecil)

k = Banyak kelas

c. Menghitung rata-rata dan standar deviasi dari data yang akan diuji normalitasnya.

Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) dari gain digunakan persamaan:

(35)

Sedangkan untuk menghitung besarnya standar deviasai dari gain digunakan persamaan:

̅

̅ = nilai rata-rata gain

= nilai gain yang diperoleh siswa

n = jumlah siswa

S = standar deviasi

d. Menentukan nilai baku z dengan menggunakan persamaan :

̅

bk = batas kelas

e. Mencari luas daerah dibawah kurva normal (l) untuk setiap kelas interval.

| | l = luas kelas interval

l1 = luas daerah batas bawah kelas interval (p bb)

l2 = luas daerah batas atas kelas interval (p ba)

f. Mencari frekuensi observasi (Oi) dengan menghitung banyaknya respon yang termasuk pada interval yang telah ditentukan.

g. Mencari frekuensi harapan Ei dengan persamaan berikut :

h. Hitung Chi Square χ2 dengan rumus:

= chi kuadrat hasil perhitungan

Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi yang diharapkan i. Tentukan derajat kebebasan dengan rumus:

(36)

4) Tentukan nilai χ2 dari daftar chi kuadrat (nilai tabel). 5) Menentukan nilai normalitas.

 Bila χ2 hitung < χ2

tabel, maka disimpulkan bahwa data sampel berdistribusi normal.

 Bila χ2 hitung > χ2

tabel, maka disimpulkan bahwa data sampel tidak berdistribusi normal.

Setelah dilakukan uji normalitas, jika diketahui datanya berdistribusi normal maka digunakan uji statistik parametrik. Untuk menggunakan uji statistik parametrik yang tepat untuk digunakan kita memerlukan satu uji lagi yaitu uji homogenitas.

3.9.2 Uji Homogenitas

Menurut Panggabean (2001, 132), untuk menguji homogenitas variansi digunakan formula:

Dimana s2b = variansi yang lebih besar s2k = variansi yang lebih kecil

Dan derajat kebebasan : v = (ni– 1) ; n = banyaknya sampel

Kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah variansi homogen atau tidak adalah bila hitung< F tabel, maka variansi homogenya.

3.9.3 Uji-t

Menurut Panggabean (2001, 132), untuk mengetahui ada perbedaan mean (M) antara dua kelompok dengan sampel besar (n ≥ 30) digunakan formula:

(37)

M2 : mean sampel kelompok kontrol

N1 : jumlah sampel kelompok eksperimen

N2 : jumlah sampel kelompok kontrol

s12 : variansi sampel kelompok eksperimen

s22 : variansi sampel kelompok kontrol

Setelah mendapatkan hasil dari uji-t kemudian melakukan pengujian

hipotesis dengan melihat mengkonsultasikan thitung dengan ttabel.

3.9.4 Uji Wilcoxon

Apabila pada Uji Normalitas menghasilkan data dengan distribusi yang tidak normal, maka pengolahan data dilakukan secara statistik non parametrik yaitu dengan menggunakan Uji Wolcoxon. Langkah – langkah yang dilakukan dengan Uji Wilcoxon adalah:

1. Membuat daftar rank (tingkatan).

2. Menentukan nilai W, yaitu bilangan yang paling kecil dari jumlah rank positif dan jumlah rank negatif. nilai W diambil salah satunya.

3. Menentukan nilai W dari tabel. Jika , maka nilai W dihitung

dengan rumus :

untuk taraf signifikasi 1%

untuk taraf signifikasi 5% 4. Pengujian Hipotesis

Jika , maka kedua perlakuan berbeda.

Jika , maka kedua perlakuan berbeda.

3.9.5 Data Skor Tes

(38)

kelas ekperimen dan kelas kontrol. Kemudian ditentukan besarnya gain dengan perhitungan sebagai berikut:

G = skor post test skor pre test

Peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif siswa setelah melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia pembelajaran dicari

dengan menghitung rata – rata gain yang dinormalisasi berdasarkan kriteria menurut Hake R.R (1998). Rumus yang digunakan untuk menghitung gain yang dinormalisasi adalah :

Interpretasi terhadap nilai gain yang dinormalisasi ditunjukan sebagai berikut:

Tabel 3.11 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi

Nilai <g> Klasifikasi

Tinggi

Sedang

Rendah

Setelah nilai rata-rata gain yang dinormalisasi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh, maka selanjutnya dapat dibandingkan untuk melihat peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswanya. Mergendoller (Gumilar, 2009: 46) mengemukakan bahwa jika hasil rata-rata gain yang dinormalisasi dari suatu

(39)

Alur pengolahan data untuk membuktikan hipotesis mengenai hasil belajar pada ranah kognitif ditunjukan sebagai berikut:

Gambar 3.3 Alur Uji Statistik

Data skor tes yang diperoleh dari penelitian ini berupa skor pretes dan postes dari tes hasil belajar ranah kognitif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan angket respon siswa yang diberikan pada kelas eksperimen. Untuk menguji hipotesis, maka digunakan rumus uji-t untuk mengetahui adanya perbedaan skor tes hasil belajar ranah kognitif.

3.9.6 Angket

Seperti apa yang sudah dijelaskan sebelumnya, angket ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia pembelajaran. Dalam angket jawabannya sudah di sediakan oleh peneliti, sangat setuju (ST), setuju (S), ragu-ragu (RG), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Menurut

Sugiyono (2012:135). Bagi suatu pernyataan yang mendukung suatu sikap positif, skor yang diberikan untuk SS=5, S=4, N=3, TS=2, dan STS=1.

DATA

UJI NORMALITAS UJI WILCOXON

UJI HOMOGENITAS

PENGUJIAN HIPOTESIS DENGAN UJI -t

KESIMPULAN

Tidak

(40)

Sedangkan bagi pernyataan yang mendukung sikap negatif, diberikan nilai-nilai sebaliknya yaitu SS=1, S=2, N= 3, TS=4, dan STS=5.

Untuk mengolah data hasil skala sikap berdasarkan skala Likert menurut Suherman dan Sukjaya (1990:237), dihitung dengan mencari rata-rata skor masing-masing siswa, yaitu dengan menghitung jumlah skor masing-masing siswa dibagi dengan jumlah pertanyaan.

Apabila dituliskan dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut:

X=

F = jumlah siswa yang memilih setiap kategori

Setelah nilai rata-rata siswa diperoleh maka, menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 237), Jika nilai perhitungan skor rerata lebih dari 3 artinya respon siswa positif dan bila nilai perhitungan skor rerata kurang dari 3 artinya respon siswa negatif. Rerata skor siswa makin mendekati 5, sikap siswa semakin positif. Sebaliknya jika mendekati 1, sikap siswa makin negatif.

3.9.7 Lembar Observasi

Data obserrvasi berisikan mengenai keterlaksanaan model yang diterapkan pada kelas eksperimen. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

(41)
(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari data hasil penelitian, pengolahan data, analisis serta pembahasan data maka didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum

Teaching berbantuan multimedia efektif dapat meningkatkan hasil belajar

ranah kognitif siswa yang lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran konvensional. Peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif

pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Learning

Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia

memperoleh gain rata-rata sebesar 35,78 dan nilai <g> sebesar 0,57 dengan kategori sedang dari rata-rata pretes sebesar 31,50 dan postes sebesar 73,28. Sedangkan untuk kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional memperoleh gain rata-rata sebesar 24,84 dan nilai <g> sebesar 0,38 dengan kategori sedang dari rata-rata pretes sebesar 34,69 dan postes sebesar 59,53. Dari perhitungan uji perbedaan dua rata-rata dan pengujian hipotesis satu pihak didapatkan hasil thitung 6,48 > ttabel 1,99.

2. Model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum

Teaching berbantuan multimedia pembelajaran mendapatkan respon positif

dari siswa. Dari hasil pengolahan data angket respon siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan multimedia pembelajaran memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,81, hal ini menunjukan bahwa respon siswa positif terhadap model pembelajaran

Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching berbantuan

multimedia pembelajaran.

(43)

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat diajukan beberapa saran, diantaranya adalah:

1. Multimedia yang digunakan sebagai alat bantu dalam model pembelajaran

Learning Cycle 5E dengan pendekatan Quantum Teaching ini hendaknya

diperbaiki lagi agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Pada tahap penilaian dalam pengembangan multimedia diperoleh hasil nilai rata-rata peningkatan pretes dan postes (nilai rata-rata gain yang ternormalisasi) dengan kategori sedang. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan untuk mencapai nilai rata-rata gain yang ternormalisasi dengan kategori tinggi.

2. Multimedia pembelajaran yang digunakan hendaknya dipersiapkan dengan

matang sebelum melakukan penelitian. Sehingga dapat memaksimalkan hasil yang didapat.

3. Multimedia yang digunakan hendaknya selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Materi, kurikulum, dan tujuan harus berkesesuaian dengan situasi dan kondisi pada masa itu. Misalnya pada materi Email, dalam kenyataannya situs Yahoo dan Gmail akan selalu berkembang, baik dari tampilan situsnya maupun fiturnya akan selalu diperbaharui. Sehingga sangat disarankan untuk menyesuaikan dengan kondisi zaman dimana multimedia tersebut akan digunakan.

4. Hendaknya siswa mendapat rentang waktu yang cukup lama (setidaknya seminggu karena siswa harus membagi waktunya dengan pelajaran yang lain) sebelum pelaksanaan postes agar siswa dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi postes sehingga diharapkan nilai rata-rata postes siswa akan memenuhi KKM.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Akar, E. (2005). Effectiveness of 5E Learning Cycle Model on Students Undestanding of Acid-Base Concepts. Thesis Middle East Technical Uneversity: Tidak diterbitkan.

Arifiansyah, R. (2012). Penerapan Model Learning Cycle 7E Berbasis

Multimedia untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pokok Bahasan Perangkat Keras Untuk Akses Internet. Skripsi. Tidak

Diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Bybee, W. Roger et al. (2006). “The BSCS 5E Instructional model: Orign,

Effectivenes, and Application” [Online]. Tersedia:

http://www.bscs.org/pdf/bscs5eexecsummary.pdf. [September 2012]

DePorter, Bobbi, Reardon, Mark dan Singer-Nourie, Sarah. (2010). “Quantum Teaching – Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas.

Bandung : Kafia.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Georgopolous, Tannenbaum. (1985). Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Gumilar, Irvan. (2009). Penggunaan Media Simulasi Virtual Pada Pembelajaran

Konseptual Interaktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi Siswa Kelas X. Skripsi pada Jurusan

Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Hadayaninrat, Soerwarno. (1994). Pengantar Ilmu Administrasi Manajemen. Jakarta: Gunung Agung.

(45)

Miftahul, A’la. (2010). Quantum Teaching (Buku Pintar dan Praktis).

Yogyakarta: Diva Press.

Mulyana. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team

Assisted Individualization) Dengan Pendekatan Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Teknologi Infornasi dan Komunikasi. Skripsi. Tidak Diterbitkan.

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: SPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Panggabean, Luhut P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Sadirman, A.M. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Shofiyudin, M. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle

Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa. Skripsi.

Tidak Diterbitkan.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Steers, Ricard M. (1986). Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Sudjana dan Rivai. (1992). Video Sebagai Media Penyebaran Inovasi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido Offset.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparno, S.J. (1997). Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta: Kanisius.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Evaluasi Pendidikan Metematika. Bandung: Wijaya Kusumah.

Vaika, Fitrianto D. (2012). Efektivitas Model Pembelajaran Novick Berbantuan

Gambar

Gambar 3.1 Pola Desain Penelitian
Tabel 3.1 Kriteria Validitas Soal
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Soal
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran
+6

Referensi

Dokumen terkait

Seandainya dilihat secara utuh, baik dalam konteks keseluruhan pemikiran Ibnu Taimiyyah maupun dalam konteks di mana kalimat yang dikutip tersebut maka para pembaca yang jujur

menyekolahkan anaknya di sekolah SD Tarbiyatul Islam, juga sebagai mitra dalam pengembangan MBS,dan juga ikut mendukung program-program yang ada pada sekolah atau yang

(2) Dalam hal terjadi perubahan terhadap kelas jabatan di lingkungan Badan SAR Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kelas jabatan ditetapkan oleh Kepala Badan SAR

Jika banyak berisi ikan koki adalah x, dan banyak kolam berisi ikan koi adalah y, maka model matematika untuk masalah ini adalah ….. Rudi seorang pedagang

Kepada peserta yang merasa keberatan atas penetapan ini, diberikan hak untuk menyampaikan sanggahan-sanggahan mulai tanggal 14 Februari 2013 sampai dengan tanggal

 Siswa dapat Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.  Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan

Hal ini tertuang pada penyajian berita-berita yang ekslusif, dapat dibaca dengan cepat, tata wajah tampilan yang fleksibel dan menarik serta lebih menekankan

An Investigation Into The Relationship Between Emotional Intelligence And Students’ English Speaking Ability.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |