• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas VB Sekolah Dasar Negeri 1 Cibodas Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

NOVI DWI PUSPARINI 1003564

JURUSAN PEDAGOGIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

(Penelitian Tindakan Kelas VB Sekolah Dasar Negeri 1 Cibodas Kabupaten Bandung Barat)

Oleh

Novi Dwi Pusparini

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Novi Dwi Pusparini 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GRAFIK ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Hipotesis Tindakan ... F. Penjelasan Istilah ...

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTU MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA MATA PELAJARA BAHASA INDONESIA

A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ....

(5)

3. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ...

2. Karakteristik Mode

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ...

3. Langkah-langkah Model Pemwbelajaran Kooperatif Tipe Jigsa ...

4. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsa ...

D.Penelitian yang Relevan ... E. Kerangka Berpikir ...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(6)

G. Analisis dan Interpretasi Data ... H. Jadwal Penelitian ...

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Awal Penelitian ... B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus ...

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I

a. Perencanaan Pembelajaran Siklus I ... b.Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I ... c. Observasi Siklus I ... d.Refleksi ... 2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II

a. Perencanaan Pembelajaran Siklus II ... b.Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II ...

c. Observasi Siklus

...

d.Refleksi ...

3. Deskripsi Pelaksanaa

Penelitian Siklus III

a. Perencanaan Pembelajaran Siklus III ...

b. Pelaksanaan Tindaka

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

(7)

B. Rekomendasi ...

(8)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Oleh

NOVI DWI PUSPARINI 1003564

Penelitian ini berkenaan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada mata pelajaran bahasa indonesia. Hakikat dari penelitian ini adalah mengenai kemampuan berbicara peserta didik VB SDN 1 Cibodas yang dalam pembelajarannya relatif rendah. Tidak lebih dari 6 orang dari 30 peserta didik yang terbiasa berbicara. Rata-rata mereka berbicara dengan suara yang rendah, kosakata yang terbatas serta telihat malu-malu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, hasil belajar menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran unsur-unsur intrinsik cerita dalam topik berbicara yang mampu meningkatkan kemampuan berbicara pasa peserta didik kelas VB SDN 1 Cibodas. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan Mc Taggart dengan tiga siklus. Adapun cara interpretasi data adalah melalui observasi proses belajar peserta didik dengan menngunakan lembar penilaian kinerja kemampuan berbicara yang diperoleh dari aktivitas selama proses belajar. Menganalisa kemampuan peserta didik menggunakan LKS dan tes evaluasi yang diperoleh dari nilai peserta didik selama dan setelah proses pembelajaran. Hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: pada siklus I persentasi kelulusan hanya mencapai 30% dan yang tidak lulus banyak 70%. Kondisi tersebut terlihat dari peserta didik dengan aspek lafal dengan kategori kuat sebanyak 1 orang, cukup sebanyak 8 orang, dan lemah sebanyak 21 orang. Persentasi kelulusan pada siklus II meningkat menjadi 83,30%. Dengan penjabaran kategori sangat kuat berjumlah 1 orang, kuat 6 orang, cukup 18 orang, dan lemah 5 orang. Persentasi kelulusan pada siklus III mencapai 100%. Dengan penjabaran kategori sangat kuat meningkat menjadi 5 orang, kuat 22 orang, dan cukup 3 orang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajarn kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada materi unsur-unsur intrinsik cerita. Berdasarkan penelitian tersebut ada saran yang hendak disampaikan, yaitu guru mencoba untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini pada materi lain dan orang tua hendaknya lebih intensif dalam memberikan pembelajaran peserta didik di rumah tentang berbicara.

(9)

The reality of the research is about speaking ability in the fourth grade students at SDN 1 Cibodas relatively low in the process of learning. No more than 6 students of 30 students habitual speaking. On average they spoken with a low voice, limited vocabulary and than looks sheepish. The research metode is a classroom action research of the Kemmis and Mc Taggart models in three cycles. The results of the study by using jigsaw cooperative learning model on Indonesian subject is: in cycle I, passing percentage only 30% and didn’t pass 70%. The condition in seen from pronunciation’s student with the powerful category is 1 student, the precise category is 8 students, and the low category 21 students. The passing percentage in cycle II increase to 83,30%. With the reduction the very powerful category is 1 student, the powerful category is 6 students, the precise category is 18 students, and the low category is 5 students. The passing percentage in cycle III up to 100%. With the reduction the very powerful category becomed 5 students, the powerful is 22 students, and the precise category is 3 students. Based on the results it can be concluded that the application of jigsaw cooperative learning model can improve the spaking ability on the Indonesian subject in a story intrinsik elements.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pertama ini, penulis akan menguraikan mengenai latar belakang penemuan masalah sehingga penulis membuat sebuah rumusan beserta tujuan masalahnya terlebih dahulu agar dapat meningkatkan kemampuan berbicara, yang kemudian dari rumusan masalah tersebut akan dijawab pada bab selanjutnya yaitu bab IV. Kemudian penulis juga membuat sebuat hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan.

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik dalam hal ini adalah seorang guru untuk membelajarkan peserta didik yang sedang mengalami proses belajar. Untuk menjalankan suatu pembelajaran, seorang guru harus mempelajari kurikulum yang sedang berlaku yang nantinya guru tersebut harus membuat suatu desain pembelajaran dengan memperhatikan aspek-aspek tertentu seperti kemampuan awal peserta didik, tujuan yang akan dicapai, metode yang akan digunakan beserta media pembelajaran untuk memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran adalah suatu target yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan lain yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu tujuan-tujuan pendidikan dan tujuan-tujuan pendidikan nasional. Tujuan-tujuan itu bertingkat, bersinergi dan berakumulasi untuk menuju tujuan yang lebih tinggi lagi tingkatannya yaitu untuk membangun peserta didik yang sesuai dengan yang dicita-citakan.

(11)

Berdasarkan Bab II Pasal 3 UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional (Indonesia) adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Banyak cara untuk mencapai tujuan tersebut, diantaranya melalui pembelajaran bahasa Indonesia. Satu dari tujuh tujuan utama mata pelajaran bahasa Indonesia itu sendiri adalah berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

Peneliti mengetahui, bahwa berbicara merupakan suatu kemampuan berbahasa dan kemampuan berbicara merupakan aspek yang harus dimiliki oleh setiap orang. Kemampuan berbicara mempunyai peranan sosial yang sangat vital dalam berkomunikasi. Saat seorang bayi lahir, sebenarnya ia sudah belajar menyuarakan lambang-lambang bunyi bicara melalui tangisan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Tanda dari suara tangisan itu baru menandakan adanya potensi dasar kemampuan berbicara dari seorang anak yang perlu distimuli dan dikembangkan lebih lanjut oleh lingkungannya melalui berbagai latihan dan pembelajaran. Orang akan merasa terusik jika anaknya lahir tanpa suara tangisan.

(12)

Powers (dalam Tarigan. 2008. hlm. 9) mengemukakan bahwa:

Ujaran sebagai suatu cara berkomunikasi sangat memengaruhi kehidupan-kehidupan individual kita. Dalam sitem inilah kita saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan, dan keinginan dengan bantuan lambang-lambang yang disebut dengan kata-kata. Sistem inilah yang memberi keefektifan bagi individu dalam mendirikan hubungan mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya. Agaknya tidak perlu disangsikan lagi bahwa ujaran hanyalah merupakan ekspresi dari gagasan-gagasan pribadi seseorang dan menekankan hubungan-hubungan yang bersifat dua arah, memberi – dan – menerima.

Maka dari itu, setiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya. Kemampuan berbicara memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang menuntut kemampuan berbicara. Contohnya dalam lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan anak, dan antara anak-anak itu sendiri. Di luar lingkungan keluarga juga terjadi pembicaraan antara tetangga dengan tetangga, antar teman sepermainan, rekan kerja, teman perkuliahan dan sebagainya. Semua situasi tersebut menuntut agar kita mampu dan terampil berbicara.

(13)

manusia karena sebagian besar aktivitas kehidupan manusia membutuhkan dukungan kemampuan berbicara.

Berbicara sangat berkaitan erat dengan mata pelajaran bahasa Indonesia, karena ruang lingkup bahasa Indonesia mencangkup komponen kemampuan bersastra dan berbahasa yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Yang akan menjadi pembahasan dalam penulisan ini adalah aspek berbicara. Berbicara memiliki fungsi yang dapat diaplikasikan untuk mentransfer ilmu atau informasi yang didapat kepada orang lain dengan cara menyampaikannya melalui bahasa lisan.

(14)

berbicara peserta didik sangat rendah. Dan, kalaupun ada beberapa dari mereka yang memiliki keberanian untuk berbicara, sekitar 4 sampai 6 peserta didik namun berbicaranya kurang lantang.

Mengingat pentingnya hal tersebut, maka model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menjadi sebuah alternatif yang baik untuk digunakan pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi pokok berbicara dalam meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik kelas 5B. Dalam proses pembelajarannya, model ini lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan berbicaranya dengan cara mengeluarkan ide-ide lalu membagikannya kepada peserta didik yang lainnya dengan cara melisankan apa yang terdapat dipikirannya. Dalam proses peningkatannya, secara garis besar terbagi menjadi 3 langkah, yaitu melatih berbicara dalam kelompok kecil, kelompok sedang lalu kelompok besar. Kemampuan berbicara dalam kelompok merupakan proses panjang, namun itu merupakan proses yang bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw peserta didik bekerja sama dengan peserta didik lain, mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan kemampuan berbicara. Selain itu, teknik ini juga mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Metode ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul,

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Penelitian Tindakan Kelas VB Sekolah Dasar Negeri 1 Cibodas Kabupaten Bandung Barat)”

(15)

Agar dapat meningkatkan kemampuan berbicara, maka yang menjadi pertanyaan peneliti adalah bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas 5B di SDN 1 Cibodas. Selanjutnya penulis merumuskan permasalahan yang disajikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1.Bagaimanakah perencanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran unsur-unsur intrinsik cerita dalam topik berbicara yang mampu meningkatkan kemampuan berbicara pada peserta didik kelas VB SDN 1 Cibodas?

2.Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran unsur-unsur intrinsik cerita dalam topik berbicara yang mampu meningkatkan kemampuan berbicara pada peserta didik kelas VB SDN 1 Cibodas?

3.Bagaimanakah hasil belajar menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran unsur-unsur intrinsik cerita dalam topik berbicara yang mampu meningkatkan kemampuan berbicara pasa peserta didik kelas VB SDN 1 Cibodas?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan yang telah dibuat, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara pada peserta didik kelas 5B pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi pokok berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Untuk mendeskripsikan :

(16)

2.Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran unsur-unsur intrinsik cerita dalam topik berbicara yang mampu meningkatkan kemampuan berbicara pada peserta didik kelas VB SDN 1 Cibodas.

3.Hasil belajar menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran unsur-unsur intrinsik cerita dalam topik berbicara yang mampu meningkatkan kemampuan berbicara pasa peserta didik kelas VB SDN 1 Cibodas?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini, diharapkan untuk mencapai sasaran yang diharapkan peneliti, selain itu juga diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1.Bagi peserta didik :

a. Meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik.

b. Meningkatkan rasa percaya diri dalam mengemukakan pendapat.

2.Bagi Guru :

a. Memotivasi guru agar lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran.

b. Meningkatkan kemampuan profesional guru.

c. Dapat mengembangkan dan menerapkan model model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi lain.

d. Sebagai rekomendasi terhadap guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.

3.Bagi Sekolah :

(17)

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan peneliti sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : “Jika peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas 5B SDN 1 Cibodas, maka dapat meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik.”

F. Penjelasan Istilah

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaraan kooperatif dalam penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual yang menekankan pada sistem kerja sama antar peserta didik dalam kelompok kecil secara heterogen dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Dalam kelompok kecil tersebut peserta didik saling berketergantungan positif untuk menunjang hasil belajarnya. Salah satu contoh metode dari pembelajaran kooperatif yaitu jigsaw.

Metode jigsaw adalah metode yang termasuk ke dalam bagian dari model Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran ini mengandalkan sistem kerjasama antar kelompok kecil, setiap peserta didik mempunyai tanggung jawab terhadap materi yang telah diberikan dan juga bersifat ketergantungan secara positif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jumlah dari kelompok kecil dalam metode jigsaw terdiri dari 4 sampai 7 orang. Keberhasilan pembelajaran akan tergantung dari aktivitas masing-masing kelompok yang dilakukan.

2. Kemampuan Berbicara

(18)
(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab III ini yang akan dibahas oleh peneliti adalah mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, seperti metode yang akan dipakai untuk penelitian, desain penelitian, subjek dan objek penelitian, waktu dan tempat pelaksnaan penelitian serta prosedur penelitian.

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan penting dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Hopkins (dalam Wiriaatmadja. 2008. hlm. 11 ) menjelaskan bahwa : Pengertian penelitian tindakan kelas, untuk mengidentifikasi penelitian kelas, adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan subtantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi.

Sedangkan Kemmis (dalam Wiriaatmadja. 2008. hlm. 12) menjelaskan bahwa:

Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.

(20)

Menurut Sanford (dalam Taniredja. 2012. hlm. 16) menyebutkan bahwa „PTK merupakan suatu kegiatan siklus yang bersifat menyeluruh yang terdiri atas analisis, penemuan fakta, konseptualis, perencanaan, pelaksanaan, penemuan fakta tambahan, dan evaluasi‟.

B.Desain Penelitian

Pada penelitian ini model PTK yang digunakan adalah model Kemmis dan McTaggart. Model ini dikembangkan dari model Kurt Lewin. Hanya saja Kemmis dan mcTaggart pada komponen acting (tindakan) dan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan.

Menurut Depdiknas (dalam Taniredja. 2012. hlm. 24) menjelaskan bahwa:

„Model Kemmis dan mcTaggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat-perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, yang dinilai sebagau satu siklus‟.

(21)

Gambar 3.1

Penelitian Tindakan Model Kemmis& McTagart

C. Subjek dan Objek Penelitian

Identifikasi masalah

Perencanaan I

refleksi I

pelaksanaan & observasi I

Perencanaan II

refleksi II

pelaksanaan & observasi II

Perencanaan III

refleksi III

pelaksanaan & observasi III

(22)

Subjek penelitian ini adalah peserta didik yang berada di kelas 5B semester II SDN 1 Cibodas, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 30 orang. Peneliti memilih sekolah tersebut dikarenakan latar belakang dari masalah yang terjadi ketika peneliti sedang melaksanakan PLP yang berlangsung dari bulan Februari-April 2014.

Untuk objek penelitiannya adalah kegiatan proses pembelajaran pada materi unsur-unsur cerita dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat pada peserta didik kelas 5B semester genap Tahun Pelajaran 2013/214, Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Februari-Juni 2014.

E.Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini direncanakan terdiri dari 3 siklus, dengan tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan perubahan yang ingin dicapai.

Prosedur pada tindakan pertama adalah membuat terlebih dahulu rencana pelaksanaan pembelajaran, setelah rencana pelaksanaan pembelajaran tersusun dengan matang barulah pelaksanaan tindakan dilakukan. Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, peneliti mengamati proses setiap kegiatan dan aktivitas keseluruhan baik peserta didik ataupun guru.

Proses pengamatan tindakan dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi, wawancara dan cacatan lapangan. Setelah mengobservasi langkah selanjutya adalah refleksi dari semua kegiatan.

(23)

Sebelum penelitian tindakan ini dilaksanakan, terlebih dahulu disusun perencanaan yang sistematis sehingga akan memudahkan peneliti dalam pelaksanaan tindakan. Pada tahap perencanaan hal-hal yang dilakukan adalah :

a. Mengobservasi sekolah dasar untuk mengidentifikasi masalah, lokasi penelitian dan meminta izin penelitian.

b. Memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk mempermudah penyampaian pesan (materi).

c. Memilih materi yang sesuai.

d. Membuat instrumen pembelajaran yang selanjut akan dituangkan ke dalam bentuk RPP (terlampir).

e. Lembaran observasi f. Lembar wawancara g. Catatan lapangan

2.Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ,peneliti melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya.

a. Guru membimbing peserta didik dalam pembentukkan kelompok. b. Menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti

proses pembelajaran.

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan (appersepsi).

d. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang ingin dicapai.

(24)

f. Guru mengajukan pertanyaan mengenai cerita yang pernah dibacakan peserat didik.

g. Guru mengajukan pertanyaan mengenai pemahaman awal peserta didik mengenai definisi unsur-unsur intrinsik dalam sebuah cerita.

h. Guru mengajukan pertanyaan mengenai pemahaman awal peserta didik mengenai macam-macam unsur-unsur intrinsik dalam sebuah cerita. i. Peserta didik dengan bimbingan guru mendefinisikan unsur-unsur

intrinsik cerita.

j. Peserta didik dengan bimbingan guru menyebutkan unsur-unsur intrinsik cerita.

k. Peserta didik dengan bimbingan guru menjelaskan unsur-unsur intrinsik cerita.

l. Peserta didik diberikan bahan ajar beserta lembar kerja siswa.

m. Ketua kelompok membagi submateri kepada masing-masing anggota. n. Masing-masing anggota kelompok berpencar dari kelompok asal lalu

berkumpul bersama anggota kelompok lain yang memiliki submateri yang sama (kelompok ahli).

o. Peserta didik dalam kelompok ahli mendiskusikan submateri yang telah didapat sebelumnya.

p. Setelah selesai berdiskusi di kelompok ahli, peserta didik kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan hasil diskusinya di kelompok ahli. q. Peserta didik bersama kelompok asal mengidentifikasi unsur-unsur

cerita “Putri Gisela.”

r. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan secara kelompok.

s. Peserta didik diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya.

t. Peserta didik yang lain diberikan kesempatan oleh guru untuk menjawab pertanyaan.

(25)

w. Melakukan evaluasi pembelajaran hari ini.

x. Mengajukan pertanyaan sekitar materi yang telah diajarkan. y. Memberi tugas/PR.

z. Guru memberitahukan materi yang akan dipelajari selanjutnya.

3. Pengamatan (Observation)

Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung karena untuk mengetahui :

a. Situasi belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas. b. Kemampuan berbicara peserta didik.

c. Sikap peserta didik saat berdiskusi, tanya jawab, dan sebagainya. d. Kemampuan peserta didik saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari

guru.

4.Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi dan penjelasan terhadap semua data atau informasi yang dikumpulkan siklus I. Berdasarkan data-data yang telah terkumpul, maka peneliti melakukan refleksi, sehingga dapat diketahui akan hasil dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Hasil analisis dan interpretasi tersebut sebagai dasar untuk melakukan evaluasi sehingga dapat diketahui apakah tindakan yang telah dilaksanakan telah berhasil dan dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Jika terdapat kekurangan maka dapat diperbaiki pada siklus II.

(26)

F.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti, dimana sebagai alat atau perlengkapan yang dapat digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.

Adapun yang menjadi instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1.Teknik Penilaian a. Penilaian proses

b. Tes tertulis (tes tertulis) 2.Teknik Non Test

a. Lembar observasi peserta didik

Lembar observasi peserta didik digunakan untuk mengumpulkan data tentang kegiatan peserta didik selama proses pembelajaran.

b. Lembar observasi guru

Lembar observasi guru digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan yang menggambarkan kinerja guru pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan yaitu pada saat proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi unsur-unsur cerita.

c. Catatan lapangan

(27)

guna untuk mengumpulkan data tentang keadaan proses pembelajaran berlangsung.

G. Analisis Dan Interpretasi Data

Analisis data adalah pengkajian yang dilakukan oleh peneliti di lapangan untuk melakukan penerapan pada tindakan kelas. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada hasil pengamatan berupa perilaku dan hasil kerja peserta didik.

Aspek-aspek yang menjadi bahan analisis adalah: 1. Pembentukan pemahaman tema cerita.

Peserta didik mampu mengidentifikasi tema, topik dan judul. 2. Pembentukan pemahaman pelaku dan penokohan.

Peserta didik mampu mengidentifikasi pelaku beserta wataknya dalam model cerita melalui dialog, perilaku.

3. Pembentukan pemahaman latar cerita.

Peserta didik mampu mengidentifikasi latar atau tempat terjadinya kegiatan dalam cerita kemudian menentukan tempat, waktu dan suasana cerita.

(28)

Peserta didik mampu mengidentifikasi rangkaian cerita dalam model cerita, mengidentifikasi bagian awal, isi dan akhir cerita.

Adapun proses pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Observasi

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi untuk menemukan masalah dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian untuk melihat secara dekat kegiatan yang dilakukan serta menentukan rencana yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini dilakukan kepada guru wali kelas dan kepada peserta didik kelas VB dan juga pada seluruh peserta didik kelas VB SDN 1 Cibodas.

3. Catatan lapangan

Peneliti menambahkan catatan lapangan seagai catatan peneliti mengenai segala sesuatu yang terjadi pada saat pengamatan berlangsung. Segala sesuatu yang dianggap dapat membatu peneliti dicatat secara singkat tanpa harus menuruti aturan-aturan tertentu.

Tabel 3.1

(29)

No Kegiatan proses yang

2 Menganalisa kemampuan peserta didik

Pada lembar penilaian kinerja kemampuan berbicara skor yang diberikan antara 1-5 dengan deskripsi penilaian (terlampir). Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung hasil kemampuan berbicara peserta didik.

N =

Keterangan :

(30)

% kemampuan berbicara = x 100%

∑x = nilai maksimal yang didapat

y = jumlah indikator aspek kemampuan berbicara

Keterangan :

% kemampuan berbicara: persentase kemampuan berbicara peserta didik

: jumlah keseluruhan nilai aspek yang diperoleh

y : jumlah nilai aspek kemampuan berbicara

Tabel 3.2

Konversi Kategori Kemampuan Berbicara

Persentase Kategori

20% - 38% Sangat Lemah (SL)

40% - 59% Lemah (L)

60% - 79% Cukup (C)

80% - 99% Kuat (K)

100% Sangat Kuat (SK)

(31)

% kelulusan = x 100 %

Keterangan :

% kelulusan : persentase kelulusan perkelas ∑x : jumlah peserta didik yang lulus y : banyaknya peserta didik

H. Jadwal Penelitian

Tabel 3.3

Jadwal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Kegiatan

Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Observasi lapangan

(32)

Pengajuan proposal

Seminar proposal

Penelitian

(33)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan pengolahan dan analisis data pada pembahasan sebelumnya terhadap hasil penelitian dalam penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan di kelas VB SDN 1 Cibodas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi unsur-unsur intrinsik cerita untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahwa hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jisaw mampu memberikan stimulus terhadap peningkatan kemampuan berbicara peserta didik, adapun kesimpulan yang lebih spesifik adalah :

1. Perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi unsur-unsur intrinsik cerita dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas VB SDN 1 Cibodas telah disusun dengan baik dan disusun berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pokok, Alokasi Waktu, Metode Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Media dan Sumber Belajar, serta Penilaian. Perencanaan setiap seiklus mengalami perubahan guna memperbaiki kesalahan atau kekurangan pada siklus sebelumnya. perencanaan ini juga dijadikan acuan atau rambu-rambu selama penelitian berlangsung.

(34)

dengan suara yang lantang, kosakata yang cukup baik, intonasi yang sesuai dll. Hal ini terlihat dari meningkatnya kemampuan berbicara peserta didik dari siklus ke siklus.

3. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik kelas VB ternyata dapat digunakan. Terlihat dari persentasi kelulusan pada siklus I sebesar 66,7% dan yang tidak lulus banyak 33,3%. Pada siklus II mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu dengan persentasi kelulusan pada siklus II dan siklus III sebesar 100%. Pada siklus II masih ada peserta didik yang kemampuan berbicaranya dalam keadaan cukup tetapi pada siklus III hasil kemampuan berbicara peserta didik terbagi menjadi 2 kategori yaitu sangat baik dan baik.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik ternyata dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berbicara. Dengan demikian dapat direkomendasikan:

1. Kegiatan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jisaw untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sehingga guru dan pembaca dapat menerapkan model ini dalam pembelajaran.

2. Hasil penelitian menunjukan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jisaw untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik yang mendapat hasil maksimal memberikan rekomendasi dan referensi bagi SDN 1 Cibodas untuk meningkatkan kemampuan berbicara. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan model

(35)

mampu meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2010). Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. Bandung: CV.Maulana Media Grafika.

BSNP. (2006). Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: BSNP.

Depdiknas. (2006). Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tersedia di : http://www.alfirosyadi.files.wordpress.com.html. Diakses 30 Juni 2014.

Faozi, A.W. (2013). Peningkatan Kemampuan Memahami Paragraf dalam Wacana Bahasa Indonesa Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Bagi Siswa Kelas VI A SDN Jatayu Bandung. (Skripsi). Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hamidah, Siti. (2013). Penerapan Metode Storytelling Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak dan Berbicara Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. (Skripsi). Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Isjoni. (2013). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

KBBI Online. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online]. Tersedia di: http://www.kbbi.web.id. Diakses 17 Maret 2014.

Komalasari, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Lie, A. (2007). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Majid, A. (2013). Strategi pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakaya Offset. Pakpahan, E. (2013). Faktor Kebahasaan Sebagai Penunjang Keefektifan

Berbicara. [Online]. Tersedia di:

http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.com/2013/06/faktor-kebahasaan-sebagai-penunjang.html?m=1. Diakses 15 Juli 2014.

Resmini, N. dkk. (2009). Pembinaan dan Pengembangan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Press.

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

(37)

Sudrajat, A. (2008). Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik

Jigsaw. [Online]. Tersedia di:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/. Diakses 13 April 2014.

Syaripudin, T. & Kurniasih. (2009). Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung: Percikan Ilmu.

Taniredja, T. dkk. (2012).Penelitian Tindakan Kelas untuk Mengembangkan Profesi Guru. Bandung : Alfabeta.

Tarigan, H.G. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

(38)

No Aspek Berbicara Penilaian

Sumber : Cahyani dan hodijah (dalam Siti Hamidah. Penerapan Metode Storytelling untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Dan Berbicara Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar) Keterangan :

1. Lafal

5 = lafal setiap bunyi jelas tanpa adanya pengaruh lafal bahasa daerah atau asing. 4 = lafal setiap bunyi bahasa jelas tetapi terdapat campuran bahasa daerah atau asing. 3 = terdapat kesalahan lafal tetapi secara keseluruhan masih dapat diterima.

2 = kesalahan lafal dan intonasi tetapi secara keseluruhan masih dapat diterima.

1 = terdapat banyak kesalahan lafal yang membuat tuturan peserta didik seperti bukan bahasa Indonesia.

2. Struktur Bahasa

5 = struktur bahasa sesuai dengan aturan Ejaan Yang Disempurnakan.

4 = struktur bahasa sesuai dengan aturan Ejaan Yang Disempurnakan hanya saja masih terdapat sedikit kesalahan.

3 = ada beberapa kesalahan, tetapi tidak terlalu merusak bahasa yang baik. 2 = hampir merusak bahasa yang baik.

1 = struktur bahasa yang sangat kacau yang menggambarkan ketidak tahuan. 3. Kosakata

5 = penggunaan kosakata tepat dalam berbicara.

4 = penggunaan kosakata tepat dalam berbicara tetapi masih terdapat sedikit kasalahan. 3 = pemilihan kosakata sering tidak tepat dan keterbatasan penggunaan.

2 = penggunaan kosakata sangat terbatas.

1 = penggunaan kosakata tidak tepat dalam berbicara.

4. Tekanan dan Nada

(39)

Kriteria nilai :

Point 5 = sangat kuat Point 4 = kuat

Point 3 = cukup Point 2 = lemah

Point 1 = sangat lemah

(40)

No Aspek Berbicara Penilaian

Sumber : Cahyani dan hodijah (dalam Siti Hamidah. Penerapan Metode Storytelling untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Dan Berbicara Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar) Keterangan :

1. Lafal

5 = lafal setiap bunyi jelas tanpa adanya pengaruh lafal bahasa daerah atau asing. 4 = lafal setiap bunyi bahasa jelas tetapi terdapat campuran bahasa daerah atau asing. 3 = terdapat kesalahan lafal tetapi secara keseluruhan masih dapat diterima.

2 = kesalahan lafal dan intonasi tetapi secara keseluruhan masih dapat diterima.

1 = terdapat banyak kesalahan lafal yang membuat tuturan peserta didik seperti bukan bahasa Indonesia.

2. Struktur Bahasa

5 = struktur bahasa sesuai dengan aturan Ejaan Yang Disempurnakan.

4 = struktur bahasa sesuai dengan aturan Ejaan Yang Disempurnakan hanya saja masih terdapat sedikit kesalahan.

3 = ada beberapa kesalahan, tetapi tidak terlalu merusak bahasa yang baik. 2 = hampir merusak bahasa yang baik.

1 = struktur bahasa yang sangat kacau yang menggambarkan ketidak tahuan. 3. Kosakata

5 = penggunaan kosakata tepat dalam berbicara.

4 = penggunaan kosakata tepat dalam berbicara tetapi masih terdapat sedikit kasalahan. 3 = pemilihan kosakata sering tidak tepat dan keterbatasan penggunaan.

2 = penggunaan kosakata sangat terbatas.

1 = penggunaan kosakata tidak tepat dalam berbicara.

4. Tekanan dan Nada

(41)

Kriteria nilai :

Point 5 = sangat kuat Point 4 = kuat

Point 3 = cukup Point 2 = lemah

Point 1 = sangat lemah

(42)

No Aspek Berbicara Penilaian

Sumber : Cahyani dan hodijah (dalam Siti Hamidah. Penerapan Metode Storytelling untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Dan Berbicara Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar) Keterangan :

1. Lafal

5 = lafal setiap bunyi jelas tanpa adanya pengaruh lafal bahasa daerah atau asing. 4 = lafal setiap bunyi bahasa jelas tetapi terdapat campuran bahasa daerah atau asing. 3 = terdapat kesalahan lafal tetapi secara keseluruhan masih dapat diterima.

2 = kesalahan lafal dan intonasi tetapi secara keseluruhan masih dapat diterima.

1 = terdapat banyak kesalahan lafal yang membuat tuturan peserta didik seperti bukan bahasa Indonesia.

2. Struktur Bahasa

5 = struktur bahasa sesuai dengan aturan Ejaan Yang Disempurnakan.

4 = struktur bahasa sesuai dengan aturan Ejaan Yang Disempurnakan hanya saja masih terdapat sedikit kesalahan.

3 = ada beberapa kesalahan, tetapi tidak terlalu merusak bahasa yang baik. 2 = hampir merusak bahasa yang baik.

1 = struktur bahasa yang sangat kacau yang menggambarkan ketidak tahuan. 3. Kosakata

5 = penggunaan kosakata tepat dalam berbicara.

4 = penggunaan kosakata tepat dalam berbicara tetapi masih terdapat sedikit kasalahan. 3 = pemilihan kosakata sering tidak tepat dan keterbatasan penggunaan.

2 = penggunaan kosakata sangat terbatas.

1 = penggunaan kosakata tidak tepat dalam berbicara.

4. Tekanan dan Nada

(43)

Kriteria nilai :

Point 5 = sangat kuat Point 4 = kuat

Point 3 = cukup Point 2 = lemah

Point 1 = sangat lemah

Gambar

Gambar 3.1                      Penelitian Tindakan Model Kemmis& McTagart
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Referensi

Dokumen terkait

hari jadi kelompok lansia Ngudi Waras RW IV Tejokusuman ke-13 beberapa waktu lalu / diisi dengan berbagai kegiatan seperti melantunkan tembang-tembang / berjoget bersama / dan

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah

Analisis teknikal menggunakan data historis dari perilaku pasar untuk perhitungan menggunakan software metastock yang digunakan untuk menentukan waktu jual, waktu beli, dan waktu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar fluor air sumur dengan fluorosis gigi pada anak di Dusun 1 Desa Sitiris-Tiris Kecamatan Andam Dewi, Tapanuli

Data Tes Awal Gerak Dasar Passing Kaki Bagian Dalam ..c. Jadwal

kooperatif tipe teams games tournament (TGT) ini siswa akan dengan mudah mengikuti pembelajaran gerak dasar passing dengan menggunakan kaki bagian dalam dan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian dan analisis pada tahun 2005 menunjukan hubungan yang positif dan memberikan pengaruh yang signifikan antara perubahan IHSG