• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN INDEKS ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) PADA LINGKUNGAN BANGUNAN :Studi Kasus Kampung Adat Dukuh di Kabupaten Garut dan Kampung Adat Naga di Kabupaten Tasikmalaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGUKURAN INDEKS ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) PADA LINGKUNGAN BANGUNAN :Studi Kasus Kampung Adat Dukuh di Kabupaten Garut dan Kampung Adat Naga di Kabupaten Tasikmalaya."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN INDEKS ARSITEKTUR HIJAU (GREEN

ARCHITECTURE) PADA LINGKUNGAN BANGUNAN

(Studi Kasus : Kampung Adat Dukuh di Kabupaten Garut dan Kampung Adat Naga di

Kabupaten Tasikmalaya)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Teknik Arsitektur

Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI

Oleh

Fachrurrozi Ramadhan

1000813

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau

(Green Architecture) pada Lingkungan Bangunan (Studi Kasus : Kampung Adat

Dukuh di Kabupaten Garut dan Kampung Adat Naga di Kabupaten Tasikmalaya)

sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari

karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung resiko / sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim

dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 24 Juni 2014

Yang membuat pernyataan.

(3)
(4)

Oleh:

Fachrurrozi Ramadhan 1000813

ABSTRAK

Kerusakan lingkungan merupakan akibat dari perilaku konsumtif manusia yang menyebabkan terjadinya eksploitasi alam secara berlebihan. Kerusakan lingkungan memberikan dampak negatif terhadap kehidupan manusia. Diperlukan tindakan untuk mengatasi kerusakan lingkungan seperti pengelolaan lingkungan yang baik demi keberlangsungan hidup manusia. Faktor pengelolaan lingkungan merupakan suatu landasan untuk memahami perencanaan arsitektur secara lebih baik. Dalam perspektif lebih luas, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan global alami yang meliputi unsur bumi, udara, air, dan energi yang perlu dilestarikan. Maka dari pada itu, penelitian ini mencoba membahas eksistensi kampung adat dalam konteks wawasan arsitektur hijau pada lingkungan bangunan.

Metode penelitian yang digunakan ialah mixed methods dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, studi wawancara, dokumentasi pada kampung adat. Kampung adat yang diteliti ialah Kampung Adat Naga dan Kampung Adat Dukuh. Objek yang diteliti ialah perilaku masyarakat Kampung Adat Naga dan Kampung Adat Dukuh dalam mengelola lingkungan bangunan berdasarkan parameter arsitektur hijau yang digunakan dalam penelitan ini. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengukur tingkat penerapan konsep arsitektur hijau berdasarkan pada parameter penelitan yang mengadopsi sistem rating GBCI, serta mengkaji dan membandingkan penerapan arsitektur hijau pada kedua kampung.

Hasil dari penelitian ini ialah keberlangsungan lingkungan tempat masyarakat adat tinggal tidak terlepas dari cara mereka memanfaatkan air, menggunakan energi serta mengolah limbah. Walaupun secara umum perilaku mereka dalam memperlakukan lingkungan masih dilakukan secara sederhana atau tradisional, serta masih didasari oleh larangan adat dan mitos. Persentase penerapan konsep arsitektur hijau pada kampung adat dukuh sebesar 65,35%, dan Kampung Adat Naga sebesar 68.38 %. Secara khusus, aspek pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air, serta aspek penggunaan energi merupakan aspek yang paling menonjol dalam penerapannya di kedua kampung tersebut. Pada aspek pengelolaan sampah kedua kampung memperoleh nilai minimal dalam penerapannya. Secara keseluruhan lingkungan bangunan kedua kampung tersebut dalam penerapan konsep arsitektur hijau mendapat kategori yang “Baik”.

Katakunci : Pengelolaan lingkungan, kampung adat, arsitektur hijau, PENGUKURAN INDEKS ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE)

PADA LINGKUNGAN BANGUNAN

(5)

By: negative impact to human life. Necessary action to overcome the environmental damage such as good environmental management for the continuation of human life. Management of environmental factor is a foundation for understanding the architectural planning better. In a broader perspective, the environment is a global natural environment that includes elements of earth, air, water, and energy that needs to be conserved. And of that, this study tries to discuss the existence of traditional village in the insight of green architecture context on the building environment.

The research method employed mixed method with descriptive approach. The data ware collected through observation, interview, study documentation in the traditional village. The traditional villages which studied were Indigenous Village of Naga and Indigenous Village of Dukuh. The object of study were behaviors of the people of Indigenous Village of Naga and Indigenous Village of Dukuh in managing of the building environment by green architecture parameters which used in this study. The data processing were done by measuring the level of application of the green architecture concept based on parameters study that adopts from Green Building Council Indonesia (GBCI) rating system. as well as reviewing and comparing the application of green architecture at the both of villages.

The results of this study are sustainability of the environment where the indigenous peoples live results from the way they use water, energy, and waste processing. Although in general, their behaviors to treat the environment were still done in simple or traditional, and still are based on the prohibition of customs and myths. Percentage of application of the green architecture concept at the Indigenous Village of Dukuh by 65.35%, and at Indigenous Village of Naga by 68.38 %. In particular, aspects of water conservation, as well as aspects of energy efficiency and conservation were the most prominent aspects in the implementation at the both of villages. At the aspect of waste management, both of villages had a minimum value on its implementation. Overall, the building environment of the village in the application of the green arsitketur concept had the Good category.

Keywords: environmental management, indigenous villages, green architecture, environment building.

MEASUREMENTS OF GREEN ARCHITECTURE INDEX ON BUILDING ENVIRONMENT

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...ii

LEMBAR PENGESAHAN ...iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT ...v

KATA PENGANTAR ...vi

UCAPAN TERIMAKASIH ...vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR DIAGRAM ...xvi

DAFTAR TABEL...xiix

DAFTAR BAGAN ...xix

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...3

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ...4

1. Pembatasan Masalah ...4

2. Perumusan Masalah ...4

D. Penjelasan Istilah dalam Judul ...5

E. Tujuan Penelitian ...6

(7)

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Arsitektur Berkelanjutan ... 8

2. Arsitektur Hijau ... 9

3. Pengukuran dan Srandar Pengukuran Arsitektur Hijau ...10

4. Manajemen Lingkungan Bangunan ...13

B. Anggapan Dasar ...28

C. Penelitian Terdahulu ...28

BAB III METODELOGI PENELITIAN ...31

A. Metode Penelitian ...31

B. Data dan Sumber Data ...31

C. Lokasi dan Objek Penelitian ...32

1. Lokasi Penelitian ...32

2. Objek Penelitian ...32

D. Instrumen Pengumpulan Data ...33

E. Rancangan Analisa Data ...34

F. Rancangan Penelitian ...36

G. Alur Prosedur Penelitian ...36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...38

A. Hasil Penelitian ...38

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...39

(8)

b. Kampung Dukuh ...44

B. Hasil Analisa Data ...49

1. Analisa Deskriptif ...49

a. Analisa Deskriptif Terhadap Konsep Arsitektur Hijau pada Aspek Lingkungan Bangunan di Kampung Naga ... 49

b. Analisa Deskriptif Terhadap Konsep Arsitektur Hijau pada Aspek Lingkungan Bangunan di Kampung Dukuh ... 66

2. Analisa Indeks Arsitektur Hijau pada Lingkungan Bangunan .... 78

a. Analisa Indeks Arsitektur Hijau pada Lingkungan Bangunan di Kampung Naga ... 78

b. Analisa Indeks Arsitektur Hijau pada Lingkungan Bangunan di Kampung Dukuh ... 91

3. Perbandingan Konsep Arsitektur Hijau pada Lingkungan Bangunan di Kampung Naga dan Kampung Dukuh ... 98

a. Pengelolaan Limbah ... 99

b. Pemanfaatan Air Minum atau Air Bersih ... 100

c. Sistem Daur Ulang Air ... 102

d. Sumber Air Alternatif... 104

e. Irigasi Hemat Air ... 105

f. Sistem Penggunaan Energi ... 106

g. Pemanfaatan Energi Terbarukan ... 107

C. PEMBAHASAN 1. Penerapan Konsep Arsitektur Hijau pada Lingkungan Bangunan pada Kampung Naga dan Kampung Dukuh ... 109

a. Dasar Pengelolaan Sampah ... 109

b. Pengelolaan Sampah Lanjutan... 111

(9)

2. Hasil Penilaian Penerpan Konsep Arsitektur Hijau pada

Lingkungan Bangunan ... 124

a. Kampung Naga ... 124

b. Kampung Dukuh ... 126

c. Perbandingan Presentasi Penerapan Konsep Arsitektur Hijau pada Kampung Naga dan Kampung Dukuh ... 127

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...127

A. Kesimpulan ...127

B. Saran ...129

DAFTAR PUSTAKA ...131

(10)

DAFTAR GAMBAR

No

Hal

2.1. Proses Pemilahan Sampah Berdasarkan Jenis ...17

2.2. Proses Pengelolaan Sampah Terpadu ...18

2.3. Proses Pengolahan Air Bersih Dengan Teknologi Saringan Pasir Lambat "Up Flow" ... 22

2.4. Jarak Minimal Peletakan Septic Tank dengan Sumur ... 24

2.5. Sistem Pengolahan Air Limbah Secara Alami ... 25

2.6. Alur Sistem Pengelolaan Dan Pemanfaatan Air ... 27

4.1. Peta Provinsi Jawa Barat ... 38

4.2. Peta Kabupaten Tasikmalaya... 39

4.3. Permukiman Kampung Adat Naga ... 40

4.4. Pola Peruntukan Lahan pada Kampung Adat Naga ... 42

4.5. Bangunannnnn Rumah Tinggal Di Kampung Naga... 43

4.6. Peta Kabupaten Garut ... 44

4.7. Permukikman Kampung Adat Dukuh ... 44

4.8. Aktivitas Membaca Al-Qur’an Pada Malamhari Di Madrasah Kampung Dukuh ... 46

4.9. Tanah Adat Kampung Dukuh ... 48

4.10. Fasilitas Tempat Pembuangan Sampah Rumah Tangga yang Digunakan di Kampung Naga ... 51

4.11. Kondisi Lingkungan Bangunannnnn Rumah Tinggal Kampung Naga yang Bersih ... 51

4.12. Perilaku Masyarakat Adat dalam Mengelola Sampah Lanjutan ... 52

4.13. Fasilitas tempat Pembuangan Sampah Umum ... 54

4.14. Fasilitas Pembuangan Sampah Akhir di Kampung Naga ... 55

(11)

4.16. Sistem Ditribusi Air di Kampung Naga ... 57

4.17. Sumber air dari sungai CiwulanSumber air dari mata air ... 57

4.18. Sistem Ditribusi Ari Dikampung Naga ... 59

4.19. Aktivitas Mencuci Yang Dilakuan Di Luar Bangunannnnn Rumah Tinggal ... 60

4.20. Dimensi Bak Distribusi Air yang Bersumber dari Sungai Ciwulan ... 61

4.21. Dimensi Bak Penyaringan Dari Kolom Penampungan ... 61

4.22. Alur sistem pengelolaan air limbah di Kampung Naga ... 62

4.23. Bak Penyaringan Air Merupakan Salah Satu Teknologi Pengelolaan Air yang Digunakan pada Kampung Naga ... 63

4.24. Penggunaan Tungku Untuk Aktivitas Memasak ... 64

4.25. Material Bangunan Rumah Adat Kampung Naga Mudah Terbakar ... 65

4.26. Sumber Penerangan pada Malam Hari Menggunakan Lampu Templok ... 65

4.27. Sampah Rumah Tangga Di Kampung Dukuh ... 66

4.28. Fasilitas Tempat Pembuangan Sampah yang Digunakan di Kampung Dukuh .... 67

4.29. Kondisi Lingkungan Kampung Dukuh ... 68

4.30. Kondisi Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kampung Dukuh ... 69

4.31. Sumber Mata Air yang Digunkan oleh Masyarakat Kampung Dukuh ... 70

4.32. Kolam Penampungan yang Berfungsi sebagai Kolam Penyaring Air Bersih ... 71

4.33. Fasilitas MKC di Kampung Dukuh ... 72

4.34. Jaringan Distribusi Air dari Tanah Keramat yang Menggunakan Bambu ... 73

4.35. Jaringan Distribusi Air dari PDAM ... 73

4.36. Kondisi Balong yang Terdapat di Atas Kamar Mandi Warga ... 74

4.37. Sumber Air untuk Wudhu Menggunkan Air dari Mata Air dan Juga Tampungan Air Hujan ... 75

4.38. Kondisi Sawah yang Kering ... 76

4.39. Penggunaan Lampu Templok untuk Penerangan di Malam Hari ... 77

4.40. Perbandingan Kualitas Sumber Mata Air Kampung Naga dan Kampung Dukuh ... 101

(12)

4.42. Sampah rumah tangga pada Kampung Naga dan Kampung Dukuh ... 111

4.43. Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kampung Naga ... 113

4.44. Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kampung Dukuh ... 114

4.45. Sistem Pengelolaan dan Pemanfaaatan Air di Kampung Naga ... 121

(13)

DAFTAR DIAGRAM

No

Hal

4.1. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Aspek Penglolaan Limbah ...78

4.2. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Aspek Penglolaan Limbah di

Kampung Naga ... 79

4.3. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Aspek Pemanfaatan Air Minum

Atau Air Bersih ... 80

4.4. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Aspek Pemanfaatan Air Minum

Atau Air Bersih di Kampung Naga ... 81

4.5. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Sistem Daur Ulang Air ... 82

4.6. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Sistem Daur Ulang Air pada

Kampung Naga ... 83

4.7. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Pemanfaatan Sumber air

Alternatif ... 84

4.8. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Penerapan Irigasi Hemat Air ... 85

4.9. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Penerapan Irigasi Hemat Air

pada Kampung Naga ... 86

4.10. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Sistem Penggunaan Energi ... 87

4.11. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Sistem Penggunaan Energi pada

Kampung Naga ... 88

4.12. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Pemanfaatan Sumber Energi

Terbarukan ... 89

4.13. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Pemanfaatan Sumber Energi

Terbarukan pada Kampung Naga ... 90

4.14. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Pengelolaan Limbah Kampung

Dukuh ... 91

4.15. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Pemanfaatan Air Minum

(14)

4.16. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Sistem Daur Ulang Air

Kampung Dukuh ... 93

4.17. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Pemanfaatan Sumber Air

Alternatif Kampung Dukuh ... 94

4.18. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Sistem Irigasi Hemat Air

Kampung Dukuh ... 95

4.19. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Sistem Penggunaan Energi

Kampung Dukuh ... 96

4.20. Grafik Penilaian Indeks Arsitektur Hijau pada Pemanfaatan Sumber Energi

Terbarukan Kampung Dukuh ... 97

4.21. Grafik Hasil Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau pada Praktek Pengelolaan

Limbah ... 99

4.22. Grafik Hasil Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau pada Sistem Pemanfaatan

Air Bersih ... 101

4.23. Grafik Hasil Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau pada Sistem Daur Ulang Air . 103

4.24. Grafik Hasil Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau pada Sistem Pemanfaatan

Sumber Air Alternatif ... 104

4.25. Grafik Hasil Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau pada Sistem Irigasi Hemat

Air ... 105

4.26. Grafik Hasil Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau pada Sistem Penggunaan

Energi ... 107

4.27. Grafik Hasil Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau pada Sistem Penggunaan

Energi Terbarukan ... 108

4.28. Grafik Hasil Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau pada Kampung Naga ... 125

4.29. Grafik Hasil Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau pada Kampung Dukuh ... 126

4.30. Perbandingan Presentase penerapan Konsep Arsitektur Hijau pada Kedua

(15)

DAFTAR TABEL

No

Hal

2.1. Besarnya timbulan sampah berdasarkan sumbernya...16

3.1. Indikator Manjemen Lingkungan ...33

3.2. Rancangan Anlisa Data ...34

4.1. Hasil Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau pada Kampung Naga ...124

(16)

DAFTAR BAGAN

No

Hal

2.1 Alur Sistem Pengolahan Air Limbah Terpadu Atau Teknis...25

3.1. Kerangka Berfikir Penelitian ...35

3.2. Alur Prosedur Penelitian ...36

4.1. Pola Perilaku Masyarakat Mengelola Sampah ...53

4.2. Alur pemanfaaatan sumber air bersih ...59

4.3. Sistem pengelolaan air limbah di Kampung Naga ...62

4.4. Pola Prilku Masyarakat Kampung Dukuh dalam Mengelola Sampah ...68

4.5. Alur Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Air Bersih ...71

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri kontruksi dan meningkatnya pembangunan gedung

dan infrastruktur di negara-negara berkembang seperti Indonesia berperan besar

terjadinya global warming. Hal ini dikarenakan pembangunan membutuhkan

sumber daya alam sebagai sumber material, baik pada saat pembangunan maupun

pada saat perawatannya. Faktor inilah yang menyebabkan terjadinya eksploitasi

sumberdaya alam yang tidak ramah lingkungan. Berdasarkan survey IPCC

(2006),yang merupakan lembaga penelitian dibawah WMO United Nations,

menyatakan gedung-gedung besar dapat mengkonsumsi 40% dari minyak bumi

dan sumberdaya alam dan 60% dari konsumsi listrik dunia.

Selain itu, kurangnya kesadaran tentang cara mengelola lingkungan baik

lingkungan dalam skala makro dan lingkungan dalam skala mikro menyebabkan

terjadinya degradasi kualitas lingkungan. Kondisi ini dapat dijumpai pada

kota-kota besar di Indonesia. Seperti prilaku masyarakat dan pelaku industri yang

membuang limbah ke sungai, penggunaan dan pengelolaan energi yang tidak

ramah lingkungan, sehingga membuat kualitas udara dan air menjadi rusak.

Berdasarkan penelitian BPLHD (2008), menyatakan bahwa kualitas air

sungai-sungai besar di provinsi Jawa Barat menunjukan status mutu D atau dalam kondisi

sangat buruk. Kualitas air sungai-sungai di Jawa Barat mengandung bakteri koli

tinja yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh sistem pembungan air kotor langsung ke

sungai tanpa melalui proses pengelolaan limbah yang ramah lingkungan.

Penyebab lain terjadinya degradasi kualitas lingkungan ialah prilaku

masyarakat dalam mengelola sampah atau limbah padat. Berdasarkan

Undang-Undang nomer 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Dalam pasal 13

tertera bahwa pengelola kawasan pemukiman, kawasan komersial, kawasan,

kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas

(18)

Namun pada kenyataanya hal ini menjadi kontras dengan kondisi di

lapangan. Seperti pada beberapa sungai di kota besar di Indonesia yang berubah

menjadi tempat pembuangan sampah umum bagi warga sekitar dan juga tempat

pembuangan akhir limbah industri di sekitar sungai. Prilaku ini dapat membawa

dampak buruk bagi kualitas lingkungan dan juga dapat menimbulkan dampak

buruk bagi masyarakat sekitar.

Pencarian solusi untuk mengatasi kondisi seperti ini perlu melibatkan

berbagai disiplim ilmu, salah satunya ialah disiplin ilmu arsitektur. Dalam disiplin

ilmu arsitektur terdapat beberapa konsep yang dapat menjadi solusi untuk

mengatasi global warming dan degradasi kualitas lingkungan, salah satunya yaitu

konsep arsitektur berkelanjutan.

Selain Suistainable Architecture, juga terdapat konsep Green Architecture

yang merupakan turunan dari konsep Suistainable Architecture. Pada dasarnya

konsep Green Architecture lebih mengarah pada mengefisiensikan pemakaian

energi, air, dan bahan-bahan, mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan

melalui tata letak, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan bangunan, penggunaan

material reuse, recycle,renewable (Mauro Rahardjo dalam Nurkhamdani,

2010:51).

Budaya berasitektur masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Hal ini dapat

dilihat pada karakteristik buntukan arsitekur lokal yang berbeda-bada di setiap

daerah di Indonesia. Namun dari perbedaan tersebut terdapat persamaan dalam

berarsitektur masyarakat Indonesia, yaitu selaras dengan alam sekitarnya. Selain

bentukan arsitekturnya, prilaku masyarakat Indonesia pada dasarnya selalu

berdampingan dengan alam dalam bentuk budaya dan tradisi. Contoh nyata

budaya dan tradisi masyarakat Indonesia dapat ditemukan pada masyarakat

kampung adat dalam bentuk arsitektur tradisionalnya.

Kegiatan atau aktivitas masyarakat tradisional sangat sederhana. Bentuk

kegiatan atau aktivitas yang masih terkait dengan kebutuhan dasar hidup manusia

seperti makan, tidur, mencari makan, membuat tempat berteduh, membuat

peralatan-peralatan yang terkait dengan aktivitas pengumumpulan bahan makanan

(19)

pengelolaan lingkungan, dalam pemanfaatan energi, serta pemanfaatan air

dilakukuan secara sederhana dan juga mempertimbangkan pada kelestarian

lingkungan.

Pada umumnya, masyarakat tradisional masih sangat percaya terhadap mitos.

Mitos dan keyakinan terhadap hal-hal yang bersifat abstrak (gaib) seperti halnya

kepercayaan bahwa sungai, danau, hutan, bukit, gunung, dan benda-benda alam

lainnya meiliki makhluk penunggu. Hal tersebutlah merupakan faktor yang turut

menjaga lingkungan tetap lestari tanpa pengrusakan.

Selain kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib, masyarakat tradisional juga

memiliki peraturan adat-istiadat yang mengatur mereka secara terikat.

Aturan-atruan tersebut merupakan panduan mereka dalam bertindak, berprilaku terhadap

alam dan sesama manusia. Walaupun banyak aturan tersebut tidak tertulis, namun

semua anggota masyarakat wajib patuh menjalankannya. Ada rasa ketakutan akan

mendapat malapetaka serta ketakutan akan tersingkir dari komunitas apabilla

melanggar aturan adat istiadat.

Pada sisi inilah, penelitian ini ingin mengetahui dan menggali nilai-nilai luhur

yang terkadung dalam arsitektur tradisional yang dapat digunakan sebagai rujukan

dan contoh bagi arsitektur modern dalam penerapan arsitektur yang berkelanjutan.

Untuk ini peneliti mengangkat judul penelitian dengan judul :

“Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau (Green Architecture) Pada Lingkungan Bangunan ” (Study Kasus : Kampung Adat Dukuh di

Kabupaten Garut dan Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dijabarkan masalah yang

menjadi fokus pada penelitian ini adalah :

1. Fenomena global warming yang terjadi akibat rusaknya lapiasan ozon

yang berasal dari gas buang CO2 hasil pembaran dan juga gas

(20)

2. Prilaku masyarakat dalam mengelola lingkungan yang kurang baik

sehingga menyebabkan terjadinya global warming dan juga degradasi

kualitas lingkungan.

3. Kearifan lokal masyarakat tradisional dalam penanganan global warming

kurang terekspos.

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penelitian mengenai arsitektur hijau mencakup spektrum penelitian yang

sangat luas. Pada penelitian ini penulis membatasi penelitian pada masalah

yang akan diteliti agar proses pengambilan data yang fokus juga agar

diperoleh pemecahan masalah yang tepat. Batasan masalah tersebut adalah :

1) Aspek arsitektur hijau yang diteliti yaitu lingkungan bangunan.

2) Pada penelitian ini, aspek yang di teliti adalah :

 Dasar pengolahan sampah dan pengolahan sampah lanjutan.

 Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air pada lingkungan bangunan.

 Penggunaan energi pada tapak.

3) Penelitian ini dilakukan pada dua kampung yang memliki

karakteristik daerah yang berbeda yaitu Kampung Naga mewakili

perkampungan di daerah dataran tinggi dan kampung Dukuh

mewakili perkampungan di daerah pesisir pantai.

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian diungkap dalam bentuk sebuah

pertanyaan besar peneliatian yang menagacu kepada pembatasan masalah di

atas adalah “bagaimana dan berapa besar indeks arsitektur hijau pada

lingkungan bangunan di Kampung Adat Dukuh dan Kampung Adat Naga ?”

Pertanyaan penelitian tersebut di atas jabarkan lagi berdasarkan aspek

(21)

1) Bagaimana kaidah arsitektur hijau (green architecture) diterapkan

pada lingkungan bangunan Kampung Adat Naga dan Kampung Adat

Dukuh ?

2) Seberapa besar indeks arsitektur hijau (green architecture) pada

lingkungan bangunan Kampung Adat Naga dan Kampung Adat

Dukuh ?

D. Penjelasan Istilah Dalam Judul

Untuk mengurangi terjadinya kesalah pahaman definisi, maka penulis merasa

perlu untuk menjabarkan istilah atau frase yang terdapat dalam judul penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Arsitektur Hijau atau Green Architecture

Arsitektur hijau atau green architecture adalah suatu pendekatan pada

bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan

pada kesehatan manusia dan lingkungan. Arsitektur hijau meliputi lebih dari

hanya sekedar bangunan tempat bernaung manusia dengan segala fungsinya

(Nirwono Yoga dalam Nurkamdhani, 2010). Pada intinya Arsitektur hijau

diibaratkan keselarasan hidup manusia dan alam yang terangkum dalam

konsep arsitektur hijau.

2. Lingkungan Bangunan

Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar subyek

manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal

yang terkait dengan: tanah, udara, air, sumberdaya alam, flora, fauna,

manusia, dan hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu

lingkungan adalah manusia. Sementara itu bangunan ialah wujud fisik hasil

pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukan baik yang ada

di atas tanah ataupun di air (Heinz Frick, 2006). Jadi dapat disimpulkan

lingkungan bangunan merupakan merupakan elemen-element yang

(22)

3. Kampung Adat

Kampung Adat merupakan kampung yang masih memegang teguh

terhadap wujud dan gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai, budaya,

hukum, dan aturan yang dengan yang lainnya berkaitan menjadi suatu system

dalam kearifan lokal pada kampung tersebut.

4. Kesimpulan Deskripsi Judul

Kesimpulan deskripsi judul penelitian ini ialah mengukur dan menganalisa

elemen-element yang mendukung keberadaan suatu bangunan pada kampung

yang masih memegang teguh terhadap keariafan lokal yang hidup selaras

dengan alam.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah tersebut diatas maka penulis mempunyai

tujuan besar pada penelitian ini yaitu mengetahui dan menganalisa penerapan

arsitektur hijau pada lingkungan bangunan di Kampung Adat Dukuh dan

Kampung Adat Naga. Tujuan besar tersebut dijabarkan lagi berdasarkan indikator

dalam manajemen lingkungan bangunan, yaitu untuk :

1. Mengidentifikasi penerapan konsep arsitektur hijau (green architecture)

pada lingkungan bangunan Kampung Adat Naga dan Kampung Adat

Dukuh.

2. Menganalisa pernerapan konsep arsitektur hijau (green architecture) pada

(23)

F. Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, yaitu sebagai ajang menambah pengetahuan, pengalaman

penulis dalam bidang penelitian dari segi praktis maupun teoritis.

2. Bagi lembaga, yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun bahan

pembelajaran yang dapat mendukung proses pendidikan sehingga

lembaga dapat menghasilkan anak didik yang siap menghadapi

globalisasi dunia yang dinamis dan insan-insan yang berkualitas.

3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu sebagai ajang menambah

sumber mengenai kolerasi arsitektur modern dan arsitektur tradisonal

yang berwawasan green architecture dan sustainable architecture.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dan sebagai referensi bagi akademisi lain yang

melakukan penelitian serupa.

Secara keseluruhan diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

sumbangsih bagi kemajuan arsitektur lokal pada khususnya dan dunia pendidikan

(24)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan (mixed methods)

antara metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif.

Penggunaan metode penelitian gabungan (mixed methods) dilakukan secara

bersamaan dengan tujuan untuk saling melengkapi gambaran hasil studi

mengenai fenomena yang diteliti dan untuk memperkuat analisis penelitian.

Penelitian ini secara komprehensif akan melakukan pengukuran dan

analisis terhadap aspek-aspek untuk mengukur indeks arsitektur hijau.

Sehingga penelitian ini menggunakan metode kuantitiatif. Tolak ukur dalam

penentuan indeks arsitektur hijau pada kampung adat yaitu mengadopsi

pengukuran sistem rating GREENSHIP dari GBCI yang dimodifikasi

berdasarkan kebutuhan yang terkait pada aspek penelitaian .

Penelitian ini juga melakukan observasi langsung untuk melakukan

review terhadap berbagai dokumen, foto-foto dan juga artefak yang ada.

Dalam hal ini peneliti mengunakan metode penelitian kualitatif.

Pendekatan penelitian ini mengunakan pendekatan deskriptif, yaitu

mengambarkan fenomena aktual yang ditemukan pada saat pengumpulan data

dan menganalisanya, setelah itu mengevaluasi hasil temuan dilapangan.

Sejalan dengan itu, peneliti akan menganalisis implementasi konsep

arsitektur hijau yaitu pada lingkungan bangunan rumah masyarakat adat

Kampung Dukuh kabupaten Garut dan Kampung Naga kabupaten

(25)

B. Data dan Sumber Data

Keberadaan data dan sumber data merupakan hal terpenting dalam sebuah

penelitian, sebab segala informasi guna menunjang penelitian diperoleh dari

data. Adapun data dan sumber data yang diperlukan untuk penelitian ini

adalah :

a. Data tentang indeks Arsitektur Hijau pada lingkungan bangunan di

Kampung Adat.

Data ini didapat dari obsevasi langsung tentang parameter observasi

yang telah ditentukan, dan juga didapat dari masyarakat adat melalui

metode wawancara.

b. Data mengenai karakteristik arsitektur tardisional Kampung Adat.

Data ini didapat dari dokumentasi tertulis dan gambar yang didapat

dari kajian pustaka yang terkait dengan topik penelitian. Dan juga

observasi lapangan.

C. Lokasi dan Objek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah dua kampung adat yang dianggap mewakili

budaya dan tradisi masyarakat Jawa Barat. Kedua kampung adat itu, adalah

Kampung Naga di Tasikmalaya dan Kampung Dukuh di Garut. Pemilihan

kampung ini didasarkan kepada tingkat daya tahan (relatif) kampung adat

tersebut terhadap perubahan, keunikan karakteristik arsitektur, dan kekayaan

kearifan budaya lokal.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah cara mengelola lingkungan bangunan pada

arsitektur tradisional di Kampung Dukuh di Garut dan Kampung Naga di

Tasikmalaya yang diterapkan oleh masyarakat adat dalam konteks arsitektur

(26)

D. Instrumen Pengumpul Data

Salah satu kegiatan dalam penelitian ini adalah mementukan cara mengukur

variable penelitian dan alat pengumpulan data. Untuk mengukur variabel

diperlukan instrumen penelitian dan instrument ini berfungsi untuk digunakan

mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian

ini dibagi pada tiga cara, yaitu :

1. Observasi

2. Studi wawancara

3. Dokumentasi

Alat pengumpulan data yang utama digunakan adalah mengadaptasi indeks

arsitektur hijau yang terbitkan oleh GBCI (Green Building Council Indonesia).

Sedangkan aspek dan indikator yang akan diukur adalah:

1 Pengelolaan lingkungan bangunan

 Dasar pengolahan sampah.

 Pengolahan sampah lanjutan.

 Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya air pada lingkungan

bangunan.

 Penggunaan energi pada tapak.

(27)

E. Rancangan Analisis Data

Seluruh pengolahan data kuantitatif menggunakan program komputer Microsoft Excel, kemudian dianalisis secara kualitatif melalui konfirmasi kepada teori dan ahli.

Penelitian yang menggunakan pendekatan yaitu kuantitatif, memerlukan analisis melalui dua tahapan, yang digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.2. Rancangan Anlisa Data Sumber : Dokumentasi penelitian

Penelitian ini menggunakan parameter pengkategorian tingkat

tinggi rendahnya penerapan indek arsitektur hijau dengan sistem penilain

yang mengadopsi sistem rating GBCI. Parameter penelitian ini

menyesuaikan dengan kondisi dan karakteristik perkampungan di

Indonesia. Sistem rating GBCI tidak dapat digunakan pada penliaan

arsitektur hijau pada kampung adat, sistem rating GBCI berorientasi pada

sertifikasi gedung.

No Teknik Analisis Spektrum Kajian

1 Analisis Kuantitatif

 Analisis yang bersifat pengukuran terhadap aspek dan indikator indeks arsitektur hijau.

Pengkategorisasian tingkat tinggi rendahnya

asitektur hijau akan menggunakan parameter

penelitian yang mengadopsi sistem rating

GBCI.

3 Analisis Kualitatif

 Analisis yang bersifat kualitatif dengan mengkaji dan membandingkan kedua temuan

penelitian di atas, serta konfirmasi dengan

(28)

Tabel 3.3. Standar Nilai Indeks Arsitektur pada Setiap Aspek Sumber : Dokumentasi penelitian

Penentuan nilai indeks arsitektur hijau pada lingkungan kampung adat pada

penelitian ini menggunkan persamaan seperti di bawah ini :

 > 75 % = Sangat Baik

 50% - 75 % = Baik

 25% - 50% = Cukup Baik

 < 24 % = Kurang Baik

Sementara untuk kategorisasi tingkat penerapan arsitektur hijau pada

setiap aspeknya menggunakan persamaan seperti dibawah ini :

Tingkat kehijauan pada aspek =

 > 75 % = Sangat Baik

 50% - 74 % = Baik

 25% - 49% = Cukup

 < 24 % = Kurang

NO INDEKS PENGUKURAN NILAI %

1 Praktek Pengelolaan Limbah 8 21,05

2 Air Minum 6 15,78

3 Recycled Water 5 13,16

4 Sumber Air Alternatif 4 10.53

5 Irigasi Hemat Air 2 5,25

6 Sistem Pemakaian Energi 5 13,16

7 Sumber Energi Terbarukan 8 21,05

(29)

F. Rancangan Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan dengan mengikuti kerangka berfikir

paradigmatik sebagai berikut.

Bagan 3.1 .Kerangka berfikir penelitian

Sumber : Dokumentasi penelitian

A. Alur Prosedur Penelitian

Dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, disusun

prosedur penelitian, yang digambarkan dalam tabel berikut:

TAHAP PENELITIAN LUARAN INDIKATOR CAPAIAN

Perumusan masalah Rumusan masalah  Batasan dan kejelasan rumusan

masalah

Pengkajian dan

pengembangan

teori

 Kajian pustaka: Arsitektur

berkelanjutan;

Arsitektur Hijau;

(30)

Indeks Bangunan

Hijau GBCI: Hasil

penelitian yang

relevan

Studi pendahuluan  Gambaran umum

tentang objek dan

Pengumpulan data  Data hasil

pengukuran indeks

arsitektur hijau

 Kelengkapan

 Keakuratan

 Relevansi

Pengolahan data Hasil pengolahan data  Ketepatan teknik analisis data

 Interpretasi yang komprehensif

 Konsep yang digambarkan secara komprehensif melalui

Bagan 3.2 :Alur prosedur penelitian

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kampung Naga dan Kampung Dukuh sebagai perwujudan arsitektur

vernakuler Sunda yang merupakan hasil proses berbudaya yang berlangsung

sangat lama. Nilai yang tergambar dalam pandangan dan cara hidup

masyarakat Kampung Naga dan Kampung Dukuh memberikan pengaruh

terhadap arsitektur pada banguan di kampung tersebut. Pandangan dan cara

hidup masyarakat Kampung Naga dan Kampung Dukuh yaitu hidup

sederhana dan berdampingan dengan alam. Pandangan dan cara hidup yang

dianut dan dijalankan tersebut juga mempengaruhi pola atau cara masyarakat

dalam berperilaku terhadap sesama manusia dan alam.

Keberlangsungan lingkungan tempat masyarakat adat tinggal tidak terlepas

dari cara mereka memanfaatakan air, menggunakan energi serta mengolah

limbah. Walupun secara umum perilaku mereka dalam memperlakukan

lingkungan masih dilakukan secara sederhana atau tradisional, serta masih

didasari oleh larangan adat dan mitos.

Presentase penerapan konsep arsitektur hijau pada Kampung Dukuh

sebesar 65,35%, dan Kampung Naga sebesar 68.38 %. Dengan demikian

lingkungan bangunan kedua kampung tersebut memenuhi kriteria minimal

arsitektur hijau.

Berikut beberapa kesmpulan terkait dengan pengukuran penerapan konsep

arsitektur hijau pada lingkungan bangunan di Kampung Naga dan Kampung

Dukuh :

1. Secara umum, sejalan dengan pandangan dan cara hidup masyarakat

(32)

alam demi keberlangsungan kehidupan mereka, konsep arsitektur hijau

juga memiliki maksud dan tujuan untuk merealisasikan kehidupan

manusia yang berkalanjutan.

2. Demi menjaga pasokan air bersih untuk konsumsi, terdapat aturan yang

mengkeramatkan daerah resapan air yang terdapat sumber mata air yang

mereka gunkan untuk kebutuhan sehari-hari. Adanya aturan tersebut demi

menjaga kualitas serta kuantitas sumber air.

3. Masyarakat Kampung Naga dan Kampung Dukuh hemat dalam

penggunaan air. Mereka menggunkan air untuk kebutuhan sehari hari

seperti memasak dan minum sesuai dengan kebutuhan. Sementara untuk

kebutuhan MCK air yang digunakan merupakan air yang bersumber dari

sungai dan juga mata air yang dialirkan ke fasilitas MCK yang terdapat

kolam atau balong di bawahnya. Untuk sumber pengairan pertanian

menggunkan air hujan.

4. Proses daur ulang air pada kampung tersebut berjalan secara sederhana,

tetapi tidak menyebakan terjadinya pencemaran lingkungan. Sebelum air

dialirkan kesungai, terlebih dahulu mengalami proses daur ulang secara

alami dengan memanfaatkan ikan air tawar sebagai mediator dalam

pengolahan limbah, serta penggunaan kolam-kolam penyaringan dengan

sistem terasering.

5. Penggunaan energi pada bangunan maupun kawasan sangat minim,

walaupun masih menggunakan energi fosil. Dalam hal pemenuhan

kebutuhan pemerangan atau pencahayaan hanya di berikan seperlunya

sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu, bahan bakar yang digunakan

untuk ativitas memasak yaitu menggunkan kayu bakar yang tersedia

disekitar lingkungan mereka.

6. Praktek pengolahan limbah atau sampah pada kedua kampung tersebut

masih ditangani secara sederhana, yaitu dengan cara dibakar.

7. Masyarakat Kampung Naga dan Kapung Dukuh pada umumnya masih

(33)

8. Bentuk keariafan dalam mengelola sampah yang diterapkan pada kedua

kampung tersebut yaitu penempatan tempat sampah yang terletak diluar

area pemukiman. Tempat yang dijadikan sebagai TPA yaitu daerah yang

terdapat tanaman bambu. Pemilihan tempat tersebut dikarenakan dapat

menimalisir dampak yang ditimbulkan oleh sampah seperti aroma yang

kurang sedap yang dapat menggangu kenyamanan mereka.

9. Kampung Naga dan Kampung Dukuh memperoleh nilai maksimal pada

aspek konsumsi energi, pemanfaatan energi terbarukan, serta pengelolaan

dan pemanfaatan sumber daya air.

10. Pada aspek pengelolaan sampah perlu penangan khusus agar tidak atau

tindakan perbaikan supaya kondisi lingkungan kampung tersebut tetap

terjaga dengan baik. Perlunya penangan khusus pada aspek pengelolaan

limbah dikarenakan penggunaan produk-produk modern yang

berkemasan plastik, streoform, botol mineral tidak mungkin

terhindarkan, sehingga perlu ada edukasi kepada warga tentang bagaimana

pengelolaan sampah-sampah tersebut sehingga tidak merusak lingkungan.

B. Saran

Beberapa saran terkait dengan permasalahan yang penulis temui dalam

penelitian ini antara lain :

1. Perlu adanya penganan yang lebih lanjut dalam sistem tata kelola air,

pengelolaan sampah pada kedua kampung. Masyarkat adat tidak

seharusnya tidak tertutup pada perkembangan teknologi tepat guna,

terutama pada penerapan teknolgi dalam pengelolaan sampah dan air

limbah.

2. Masyarakat adat seharunya lebih memaksimalkan pemanfaatan

sumber energi alternatif yang tersedia di sekitar lingkungan kampung.

Seperti pemanfaatan bahan bakar mabati untuk mengantikan

(34)

pohon damar untuk bahan bakar penerangan. Seperti yang pernah

dilakukan oleh leluhur mereka sebelum masuknya bahan bakar

minyak.

3. Keariafan lokal masyarakat Kampung Naga dan Kampung Dukuh

yang masih bertahan hingga sekarang, hendaknya terus dipelihara dan

terus membudayakan hidup yang selar dengan alam. Edukasi terhadap

generasi mereka bahwa identitas mereka sebagai masyarakat adat

perlu di lestarikan.

4. Khusus pada Kampung Dukuh, perlu perhatian serius dari pemerintah

tentang alih fungsi tanah ulayat menjadi hutan tanaman industry yang

menyebabkan berkuranganya area rasapan air sehinngga terjadi krisis

air yang melanda kampung ini.

5. Kondisi Kampung Dukuh yang mengalami krisis air bersih,

seharusnya tidak menolak bantuan air bersih dari PDAM untuk

memenuhi kebutuhan air bersih warga kampung.

6. Khusus pada sistem Greenship GBCI sebagai lembaga yang

mengeluarkan standar bangunan hijau di Indonesia, perlu

mempertimbangkan aspek kearifan lokal masyarakat Indonesia dalam

penilaiannya.

7. Para praktisi bangunan dapat mengunkan menerapkan cara-cara

seperti masyarakat adat dalam merancang rumah tinggal serta

lingkungan, sehingga dapat menimalisir pengrusakan alam,

pengrusakan lingkungan, dan pemanasana global.

8. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dikarenakan berbagai

keterbatasan selama melakukan penelitian ini. Seperti belum

terlaksanya penelitian tentang kualitas air pada kedua kampung. serta

alat ukur pada penelitian ini masih terdapat kelemahan pada aspek

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus.(2009). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Bandung : Maulana Media Grafiaka.

Anggreni, M. W. (2012). Pengelolaan Limbah Padat Sebagai Bagian Penerpan Konsep Green Building (Studi Kasus : Kantor Pusat PT. Pertamina, Jakarta). Skripsi Sarjana Pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok : tidak diterbitkan.

Attmann, Osman (2009). “Green Architecture : Advanced Technologies

and Materials” International Code Council.

Auliya, Z. (2012). Pengaruh Material Resources and Cycle Terhadap Biaya Konstruksi Green Building Dibandingkan dengan Conventional Building. Skripsi Sarjana Pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok : tidak diterbitkan.

Barliana, M. Syaom.(2010). Tradisionalitas dan Modernitas Tipologi ArsitekturMasjid. Bandung: Metatekstur Penerbit Diskursus.

Barliana, M. Syaom., Nuryanto., Cahyani, D. (2012). Pola Pembelajaran Pewarisan Tradisi Arsitektur Berkelanjutan: Dari Etnoarsitektur Ke Etnopedagogi. Makalah pada Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2012.

Damanhuri, E. (2011). Diktat Kuliah TL-3104 Pengelolaan Sampah. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Darmanto, D. dan Wiguna, I. (2013). Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS. Jurnal Teknik Pomits. 2. (2). 30-37. Issn: 2337-3539.

Dewi, G. (2010). Arsitektur Vernakuler Minangkabau (Kajian Arsitektur dan Eksistensi Tumah Gadang Dilihat dari Pengaruh serta Perubahan Nilai Budaya). Skripsi Sarjana Pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok : tidak diterbitkan.

Efendi, R. Et al. (2009). Risalah Masyarakat Adat Kampung Dukuh. Jatinangor : Jurusan Antropologi FISIP Unpad.

Fauzi, R. H.(2009). Pemulung dan Sustainable Archirtecture Ditinjau dari Sudut Pandang Everyday (Studi Kasus : Pemulung di Kampung Lio, Depok). Skripsi Sarjana Pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok : tidak diterbitkan.

(36)

Frick, H. dan Mulyani, T.H (2006). Arsitektur Ekologis. Yogyakarta : Kasinus.

Galih, P. E.et al. (2012). Tipologi Nusantara Green Architecture (Dalam Rangka Konservasi dan Pengembangan Arsitektur Nusantara Bagi Perbaikan Kualitas Lingkungan Binaa). Jurnal RUAS, Volume 10 N0 2, Desember 2012, ISSN 1693-3702.

Handayani, Sri (2009). Arsitektur dan Lingkungam. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Konsil Bangunan Hijau Indonesia (2011). Greenship Existing Building Version 1.0 -Ringkasan Tolok Ukur. Divisi Rating & Teknologi, Green Building Council Indonesia.

Ismoyo IH. 1994. Kamus Istilah Lingkungan. Jakarta : PT. Bina Rena Pariwara.

Karyono, T.Harsono. (2010). Green Architectuer Pengantar PemahamanArsitektur Hijau di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers.

Kementrian Negara Lingkungan Hidup. (2010). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan. Jakarta : Kementrian Negara Lingkungan Hidup.

Kementrian Negara Lingkungan Hidup. (2005). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (Rkl) Dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Jakarta : Kementrian Negara Lingkungan Hidup.

Kementerian Pekerjaan Umum. (2013). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomer 3 Tahun 2013 tentang Penyelengaraan Prasarana dan Sarana dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Jakarta : Kementerian Pekerjaan Umum.

Kementerian Pekerjaan Umum. (2011). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomer 06/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air. Jakarta : Kementerian Pekerjaan Umum.

(37)

Kementerian Kesehatan. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syara Kualitas Air Minum Jakarta : Kementerian Kesehatan.

Moleong, Lexy J. (2010). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nugrahaeni, R., Suprijanto.I. (2010). Interpretasi Makna Bangunan Tradisional Sonaf di Kampung Maslete (Bangunan Tradisional Atoni, Kabupaten Timor Tengah Utara, Propinsi NTT). Makalah pada Seminar Jelajah Arsitektur Nusantara ITS 2010. Surabaya.

Nurkamdani. (2010), Green Urban Vertical Container House Dengan Pendekatan Green Metabolist. Tugas Akhir Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta : tidak diterbitkan.

Pangarsa, Galih W. Titisari, Ema Y. Ridjal, M. dan Ernawati, Jenny.

(2012). “Tipologi Nusantara Green Architectur : Dalam Rangka

KonservasiDan Pengembangan Arsitektur Nusantara Bagi

Perbaikan KualitasLingkungan Binaan”. Jurnal RUAS. 10, (2),

ISSN 1693-3702.

Priatman, Jimmy. (2002). “Energy-Efficient Architecture”Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau. Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur. 2 . (30). 2301-9271.

Rachman, S.N.A.A. (2011). Strategi Berkelanjutan pada Bangunan (Kajian Strategi Berkelanjutan Non-Kualifikasi Sistem Rating GREENSHIP). Skripsi Sarjana Pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok : tidak diterbitkan.

Republik Indonesia. (1982). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta : Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Pengelolaan Sampah. Jakarta : Sekretariat Negara.

Satwiko, Prasasto & Tim Scan (2010). “Konsep Scan Dalam

Pengembangan Arsitektur Dan Pengabdian Pada Masyarakat Tahun 2010-2020”.Yogyakarta : Universitas Atma Jaya.

Siswanto, B. (2005). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.

SNI
 S
 04‐1993‐03
 Standar
 Spesifikasi
 Timbulan
 Sampah
 untuk

(38)

Soesanto, S. Soewasti., Irianti, S. (2001). Pengelolaan Sumber Daya Air Berwawasan Kesehatan. Jurnal Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 11, (01), 45-49.

Steele, James (1997). Sustainable Architecture; Principles, Paradigms, and Case Studies. New York: McGraw-Hill.

Suhandri. (1996). Arahan Prioritas Pelayanan Air Bersih di Kotamadya Bengkulu. Tugas Akhir Departemen Teknik Planologi Institut Teknologi Bandung. Bandung : tidak diterbitkan.

Sukawi. (2008). Ekologi Asitektur : Menuju Perancangan Arsitektur Hemat Energi dan Berkelanjutan. Jurnal Simposium Nasioanal RAPI VII, 2008, ISSN : 1412-9612.Soesanto, S. Soewasti., Irianti, S. (2001). Pengelolaan Sumber Daya Air Berwawasan Kesehatan. Jurnal Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 11, (01), 45-49.

Ven, C. Van De. (1995). Ruang dalam Arsitektur. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Wahyudi, A. (2010). Perancangan Bangunan Tradisional Sunda sebagai Pendekatan KeariFan Lokal, Ramah Lingkungan dan Hemat Energi. Jurnal Local Wisdom.

Wangunwijaya, Y.B. (2009). Wastu Citra. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Widaningsih, L., Cahyani, D., Ramadhan, F.(2013). Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Binaan(Kajian Terhadap Pola Pengelolaan Alam dan Lingkungan di Kampung Naga, Jawa Barat). Makalah pada FPTK Expo 2013. Bandung.

Widaningsih, L., Cahyani, D. (2013). Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau (Green Building) Pada Arsitektur Tradisional di Jawa Barat (Sebuah Penelitian Arsitektur Berkelanjutan pada Kampung Adat di Jawa Barat). Proposal Penelitian dan Pengembangan Kelompok Bidang Keilmuan (PPKBK) UPI Bandung : tidak diterbitkan. Widaningsih, L., Cahyani, D. (2013). Pengukuran Indeks Arsitektur

Hijau (Green Building) Pada Arsitektur Tradisional di Jawa Barat (Sebuah Penelitian Arsitektur Berkelanjutan pada Kampung Adat di Jawa Barat). Laporan Penelitian dan Pengembangan Kelompok Bidang Keilmuan (PPKBK) UPI Bandung : tidak diterbitkan.

(39)

Sumber Dari Internet

Anonim. (2012). Pemukiman Tradisional Kampung Dukuh. [online]. Tersedia :http://pariwisata.garutkab.go.id/index.php?mindex=daf_d et_budaya&s_name=Pemukiman_Tradisional&id_det=39. [4 Mai 2014]

BPLH Jawa Barat. (2013). Kondisi Umum Daerah Jawa Barat. [online]. Tersedia : http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/kondisi-umum-daerah-jabar?showall=1. [2 Desember 2013]

IPCC. (2006). 2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. [online]. Tersedia : http://www.ipcc.ch/pdf/activity/ 2006gls-brochure.pdf. [2 Desember 2013]

Kusuma, Barry. (2013). Mengunjungi dan Mempelajari Budaya Kampung Naga. Trevel Kompas. Tersedia : http://travel.kompas.com/read/2013/09/18/0812396/Mengunjungi.d an.Mempelajari.Budaya.Kampung.Naga. [4 Mai 2014]

Permana, R. (2007, Juli). Sistem Pengelolaan Airpada Masyarakat Kampung Naga. Percik. [online]. Halaman 14-16. Tersedia : http://www.ampl.or.id. [4 Mai 2014]

Rikin , A.S. (2012). Bambu Menyimpan Manfaat di Masa Depan. [online]. Tersedia : http://www.suarapembaruan.com/home/bambu-menyimpan-manfaat-di-masa-depan/25265. [1 Juni 2014]

Safari, Irianto. (2012). Menengok Perkembangan Bangunan Hijau di Singapura. [online]. Tersedia : http://www.hijauku.com/2012/04/28

/menengok-perkembangan-bangunan-hijau-di- singapura /. [2

Desember 2013]

(40)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Surat Tugas Dosen Pembimbing I

Surat Tugas Dosen Pembimbing II

Lembar Usulan Perbaikan Draf Skrispsi Seminar 1

Lembar Bimbinngan Skripsi

Instumen Penelitian

Standar Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau

Halis Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau pada Kampung Adat

Gambar

Tabel  3.1.  Indikator Manjemen Lingkungan Sumber : Dokumentasi penelitian
Tabel 3.2.  Rancangan Anlisa DataSumber : Dokumentasi penelitian
Tabel 3.3. Standar Nilai Indeks Arsitektur pada Setiap Aspek Sumber : Dokumentasi penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kampung ini masih memegang teguh filosofi arsitektur tradisonal sunda seperti Luhur- Handap,Wadah Eusi dan Kaca-Kaca.Kampung Dukuh merupakan kesatuan pemukiman dengan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah (1) kegiatan pariwisata di Kampung Naga merupakan wisata budaya tentang kampung adat dan keunikan budaya masyarakat setempat

Penelitian yang tinjauan konsep desain berkelanjutan pada arsitektur rumah tinggal di kampung naga ini akan menganalisis sekaligus mendeskripsikan elemen-elemen

Pada telaah awal, terlihat bahwa kesenian Terebamg Sejak di masyarakat adat tersebut memiliki makna dan fungsi yang melekat dengan aktivitas adat istiadat masyarakat Kampung

Ruang-ruang budaya yang tebentuk dari kosmologi dan aturan adat di Kampung Naga yaitu Ruang Pamali, Ruang Sakral, dan Ruang gender, elemen-elemen ruang di dalamnya memberi

Berikut ini merupakan leksikon-leksikon konsep nasi yang digunakan masyarakat adat Kampung Naga: ditutu ‘ditumbuk’, ditapian ‘diayak menggunakan pengayak beras’, diisikan

Lembaga pemerintahan di Kampung Naga terdiri atas RT, RW dan Kadus (Kepala Dusun). Segala sesuatu yang berhubungan dengan adat istiadat dan aturan hukum adat diurusi

Tetapi dalam hal pembagian harta waris, masih berbeda dengan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Hukum Islam, dimana pembagian harta waris di Kampung Naga dilaksanakan ketika pewaris