ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI SISWA
TUNANETRA PADA MATERI BANGUN DATAR
DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
(Sebuah Studi Kasus)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Maria Karina Metta Hanjani
1303226
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
ANALISIS PROSES BRPIKIR GEOMETRI SISWA TUNANETRA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN
TEORI VAN HIELE (SEBUAH STUDI KASUS)
Oleh
Maria Karina Metta Hanjani
S.Pd. Universitas Sanata Dharma, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Matematika
© Maria Karina Metta Hanjani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Analisis Proses Berpikir Geometri Siswa Tunanetra Pada Materi Bangun Datar dengan Menggunakan Teori Van Hiele(Sebuah Studi Kasus)” ini beserta seluruhh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juli 2015
MARIA KARINA METTA HANJANI
ANALISIS PROSES BRPIKIR GEOMETRI SISWA TUNANETRA PADA
MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN
TEORI VAN HIELE (SEBUAH STUDI KASUS)
Disetujui dan Disahkan Oleh:
Pembimbing
Bana G. Kartasasmita, Ph.D
NIP. 130676130
Mengetahui,
Sekretaris Departemen Pendidikan Matematika,
Maria Karina Metta Hanjani , 2015
ABSTRAK
Maria Karina Metta Hanjani , 2015
ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI SISWA TUNANETRA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... .iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Operasional ... 7
BAB II. LANDASAN TEORITIS ... 8
Maria Karina Metta Hanjani , 2015
ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI SISWA TUNANETRA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Pembelajaran Geometri menurut Van Hiele ... 14
C. Tunanetra ... 18
D. Bangun Datar ... 27
E. Penelitian-penelitian yang Relevan ... 28
F. Penelitian Kualitatif ... 30
BAB III. METODE PENELITIAN ... 31
A. Metode Penelitian ... 31
B. Subyek Penelitian ... 31
C. Teknik Pengumpulan Data... 32
D. Instrumen Penelitian ... 34
E. Keabsahan Data ... 34
F. Analisis Data ... 35
G. Bagan Pelaksanaan Penelitian ... 37
H. Jadwal Penelitian ... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Hasil Penelitian ... 38
B. Pembahasan ... 51
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 119
A. Kesimpulan ... 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan setiap manusia.Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan seperti yang tertuang dalam pasal 31 UUD 1945 “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”.Begitu pula dengan siswa berkebutuhan khusus, mereka berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang sesuai demi perkembangannya sebagai manusia yang mandiri dan bermanfaat. Hal ini didukung oleh UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tertuang dalam Bab IV pasal 5 ayat 2 “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Sekolah Luar Biasa yang disebut sebagai SLB merupakan lembaga pendidikan formal yang disediakan oleh pemerintah
untuk memberikan pendidikan dan pengajaran bagi siswa berkebutuhan khusus sesuai dengan kekhususannya.SLB yang mendidik siswa tunanetra
disebut SLB A.
Maria Karina Metta Hanjani , 2015
ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI SISWA TUNANETRA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kehidupan rutin, hingga pada bentuk yang sangat kompleks. Sejalan dengan sifat kegiatan manusia yang tidak statis, pandangan “mathematics as a human activity”memuat makna matematika sebagai suatu poses yang aktif, dinamik, dan generatif.Wahyudin (2008) juga menekankan bahwa “perlu memahami dan mampu menggunakan matematika di dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam dunia kerja”.Gauss, mengatakan bahwa ‘Matematika adalah ratu dari sains‘. Sir Michael Atiyah, salah satu ahli Matematika dan mantan presiden Royal Society menambahkan bahwa Matematika adalah ratu sekaligus pelayan bagi sains. Matematika menjadi dasar dalam berbagai aspek kehidupan.Oleh karena itulah, Matematika dirasa sangat perlu dipelajari dan dipahami oleh siswa tunanetra, selain untuk membantu siswa dalam memahami pelajaran yang lain, matematika juga melatih siswa untuk berpikir logis dan sistematis dalam perkembangan kehidupannya.
Pada matematika SMP terdapat beberapa materi yang harus dikuasi oleh siswa, seperti yang sudah dijelaskan di atas, dan salah satunya adalah geometri. Kennedy, Tipps, dan Johnson (2007) mengungkapkan bahwa pembelajaran geometri merupakan dasar bagi beberapa topik dalam matematika, seperti pembagian, pengukuran, probabilitas, dan juga sistem bilangan dan operasi. Usiskin (1982) menyajikan pula alasan mengapa Geometri diajarkan di sekolah, yaitu:
1. geometri merupakan satu-satunya ilmu yang dapat mengaitkan matematika dengan bentuk fisik dunia nyata
2. geometri satu-satunya yang memungkinkan ide-ide dari bidang matematika yang lain untuk di gambar
3. geometri dapat memberikan contoh yang tidak tunggal tentang sistem
matematika.
3
tunanetra.Hal ini tampak pada penelitian Hanjani (2010) tentang pembelajaran PMRI dalam materi fungsi dengan menggunakan permainan sepakbola.Papan tersebut berbentuk segiempat yang memanfaatkan garis lurus dalam permainannya guna membantu siswa tunanetra memahami titik koordinat. Pembelajaran dengan media tersebut akan lebih sulit dipahami siswa tunanetra jika tidak ada pemahaman dasar tentang garis dan bidang
datar Dengan demikian tampak bahwa pengetahuan geometri penting bagi siswa tunanetra dalam mempelajari materi yang lain.
Tidak dapat dipungkiri perlu dilakukan usaha yang lebih, dalam melaksanakan pembelajaran geometri pada siswa tunanetra.Hal tersebut dikarenakan siswa tunanetra mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika yang banyak menggunakan simbol-simbol dan gambar. Cara siswa tunanetra untuk memvisualisasikan suatu benda, tidak dengan cara melihat tetapi dengan meraba (Susanto, 2012). Oleh karena itu siswa tunantera membutuhkan huruf Braille dalam membaca dan menulis.Untuk lebih memahami matematika biasanya guru perlu membantu siswa dalam mengkonkretkan matematika, misal “2” sebagai simbol angka dua dan permukaan meja untuk membantu siswa memahami persegi panjang.Untuk itu, diperlukan suatu pembelajaran geometri yang tepat bagi siswa tunanetra.
Berkaitan dengan pembelajaran geometri terdapat suatu teori berpikir yang berhubungan dengan pembelajaran geometri.Dua orang pendidik berkebangsaan Belanda Pierre Marie Van Hiele bersama istrinya Dina Van Hiele-Geldof sekitar tahun 1950-an mengembangkan sebuah teori berpikir tentang geometri yang kini telah diakui secara internasional sebagai Teori
Van Hiele. Teori berpikir Van Hiele sangat berkaitan dengan pembelajaran geometri di sekolah. Teori tersebut membagi tingkat berpikir seseorang
Maria Karina Metta Hanjani , 2015
ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI SISWA TUNANETRA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seseorang berpikir dan tipe ide-ide geometri apa yang dipikirkan, bukan menunjukkan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki siswa. Sedangkan untuk membantu meningkatkan level berpikir geometri siswa dari tingkat dasar ke tingkat berikutnya secara berurutan, Van Hiele mengorganisir pembelajaran ke dalam lima tahap (yang disebut 5 tahap pembelajaran Van hiele). Setiap tahap pembelajaran merujuk pada kegiatan pencapaian tujuan pembelajaran dan peran guru dalam proses pembelajaran (Nur’aeni, 2008). Kelima tahap tersebut yaitu, (l) tahap inquiry, (2) tahap orientasi terarah(directed orientation), (3) tahap explanation, (4) tahap free orientation, (5) tahap integration (Usiskin, 1982).
Setiap tahap pembelajaran merujuk pada kegiatan pencapaian tujuan pembelajaran dan peran guru dalam prosesnya terdapat situasi yang membantu siswa dalam memahami konsep dan mengekspresikan konsep secara lisan maupun tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri dan pada akhirnya sampai menggunakan kosakata yang tepat dan benar dalam pengungkapan konsepnya (Nur’aeni, 2008).Oleh karena itu pembelajaran geometri Van Hiele dirasa sesuai dalam mengembangkan pemahaman siswa khususnya siswa tunanetra tentang geometri.Alasan pemilihan teori Van Hiele sebagai dasar pengembangan pemahaman geometi siswa adalah sebagai berikut (Nur’eani, 2010):
1. Teori Van Hiele memfokuskan pada belajar geometri
2. Teori Van Hiele menyediakan tingkatan yang hirarkis pemahaman dalam belajar geometri, di mana setiap tingkat menunjukkan proses berpikir yang digunakan seseorang dalam belajar konsep geometri
3. Setiap tingkatan memiliki simbol dan bahasa sendiri
4. Teori Van Hiele menyediakan deskriptor umum pada setiap tingkatan yang
dapat dijabarkan ke dalam deskriptor yang lebih operasional dan tahap-tahap pembelajaran dapat dikembangkan pada setiap tingkatan
5
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Analisis Proses Berpikir Geometri Siswa Tunanetra Pada Materi Bangun Datar dengan Menggunakan Teori Van Hiele (Sebuah Studi Kasus)”. Diharapkan dengan diketahuinya tingkat berpikir geometri siswa tunanetra melalui Van Hiele Geometry Test (VHGT),hal ini dapat menjadi dasar bagi guru dan atau peneliti dalam melaksanakan pembelajaran
geometri yang tepat bagi siswa tunantera.
Setelah diketahui tingkat berpikir geometri siswa, akan dilakukan juga usaha peningkatan tingkat berpikir siswa tunanetra dengan pembelajaran geometri berdasarkan teori Van Hiele. Pada bagian inilah, analisis kualitatif dilakukan dengan memperhatikan setiap proses yang ada.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana analisis proses berpikir geometri siswa tunanetra pada materi bangun datar berdasarkan Teori Van Hiele
Selanjutnya rumusan masalah di atas diuraikan menjadi beberapa sub rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana level berpikir geometri siswa tunanetra pada materi bangun datar sebelum pembelajaran dengan Teori Van Hiele?
2. Bagaimana analisis proses pembelajaran geometri dengan Teori Van Hiele?
3. Bagaimana peningkatan level berpikir geometri siswa tunanetra pada materi bangun datar setelah pembelajaran dengan Teori Van Hiele?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
Maria Karina Metta Hanjani , 2015
ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI SISWA TUNANETRA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Memperoleh deskripsi tentang analisis proses pembelajaran geometri dengan Teori Van Hiele?
3. Memperoleh deskripsi tentang perkembangan level berpikir geometri siswa tunanetra pada materi bangun datar setelah pembelajaran dengan Teori Van Hiele?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Proses pembelajaran geometri dengan menggunakan model pembelajaran Van Hiele dalam memahami segiempat, sekiranya dapat memberikan pengalaman belajar yang berkesan, sehingga siswa dapat mengembangkan pemahaman dan ketertarikannya terhadap matematika khususnya geometri.
2. Bagi guru
a. Mengetahui tingkat berpikir geometri siswa sehingga dapat dipertimbangkan metode pembelajaran geometri yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa
b. Menjadi informasi mengenai penerapan model pembelajaran Van Hiele dalam pembelajaran geometri sehari-hari
c. Menjadi alternatif model pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan matematika khususnya kemampuan berpikir geometri siswa
3. Bagi peneliti
b. Mengetahui tingkat berpikir geometri siswa tunanetra yang diharapkan akan menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya dalam bidang pendidikan matematika bagi siswa tunanetra pada khususnya
dan siswa berkebutuhan khusus pada umumnya.
7
mempersiapkan proses kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik dari sebelumnya
4.Bagi LPTK, khususnya Program Studi Pendidikan Matematika dan Pendidikan Luar Biasa
a. Memberikan gambaran tentang tingkat berpikir geometri siswa tunanetra, sehingga mampu dirancang suatu model pembelajaran
geometri yang sesuai dengan tingkat berpikir geometri
b. Sebagai landasan penelitian pendidikan metematika selanjutnya dengan siswa berkebutuhan khusus sebagai subyeknya
c. Sebagai landasan kurikulum guna mempersiapkan calon guru matematika yang nantinya akan mengajarar di Sekolah Luar Biasa (SLB).
E. Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan salah tafsir atau pemahaman berbeda, maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tingkat Berpikir Geometri Van Hiele
Tingkat berpikir yang dilalui sesEorang dalam mempelajari geometri, level berpikir geometri Van Hiele tersebut adalah: visualisasi, analisis, deduksi informal, deduksi, dan rigor.
2. Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele
Model pembelajaran Van Hiele merupakan tahapan-tahapan pembelajaran yang menuntun siswa dalam meningkatkan level berpikir geometrinya ke level selanjutnya. Tahapan-tahapan tersebut adalah: (l) tahap inquiry, (2) tahap orientasi terarah (directed orientation), (3) tahap explanation, (4) tahap free orientation, (5) tahap integration
3.Bangun Datar
31
Maria Karina Metta Hanjani , 2015
ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI SISWA TUNANETRA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan jenis studi kasus dan
menggunakan pendekatan kualitatif.Pendekatan kualitatif untuk meneliti sesuatu dari prosesnya (Moleong, 2001).Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian dilakukan.S Penelitian deskriptif dengan studi kasus ini, memberikan kemungkinan pada peneliti untuk memperoleh wawasan yang mendalam mengenai aspek-aspek dasar perilaku manusia.Kendati memiliki kedalaman, studi kasus sering tidak pempunyai keluasan, karena informasi yang diperoleh hanya tentang individu atau kelompok individu yang merupakan kekecualian, bukan mewakili populasinya (Ary, 2011).
Dalam penelitian ini akan dianalis proses berpikir geometri siswa tunanetra dalam memahami segiempat dengan menggunakan teori berpikir Van Hiele kemudian akan dilakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Van Hiele untuk melihat proses perkembangan level berpikir geometrinya.
B. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Bandung yang beralamat di Jl. Padjajaran, Cicendo, Bandung.SLB ini merupakan SLB tunanetra yang terdiri dari SD LB hingga SMA LB. Dalam penelitian ini subyek yang diambil merupakan siswa SMP LB kelas VIII.Kelas VIII terdiri dari dua kelas, yaitu VIIIA dan VIIIB.Terdapat perbedaan antara kedua kelas tersebut.Kelas VIIIA
32
Penelitian ini dilakukan di kelas VIIIA yang melibatkan 6 siswa yang teridi dari 5 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan. Untuk selanjutnya keenam siswa tersebutakan disebut sebagai siswa 1, siswa 2, siswa 3, siswa 4, siswa 5, dan siswa 6
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan, wawancara, dan tes.
1. Pengamatan
Pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek, sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data; pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek. (Moleong, 2007:175)
Pengamatan ini dilakukan untuk melihat proses pembelajaran siswa tunanetra dengan metode yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. 2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertayaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong, 2007:186).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada guru dan siswa. Wawancara pada guru dilakukan untuk mengetahui karakteristik, kemampuan dan keaktifan siswa kelas VIII dan siswa yang berumur 14
33
Maria Karina Metta Hanjani , 2015
ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI SISWA TUNANETRA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Tes
Tes dilaksanakan sebanyak 2 kali.Tes pertama merupakan tes lisan yang mengukur pemahaman siswa tentang konsep bangun datar.Sedangkan tes kedua berupa tes tertulis dengan menggunakan huruf Braille.
4.Lembar Observasi
Lembar observasi terdiri dari lembar observasi aktifitas guru
(peneliti) dan lembar observasi keaktifan siswa yang digunakan untuk mengukur keberhasilan peneliti dalam pembelajaran dan keaktifan siswa dalam kelas atau keterlibatan siswa dalampembelajaran.Pengamatan dengan menggunakan lembar observasi inidilakukan oleh observer (bukan peneliti).
Lembar observasi disusun berdasarkan bentuk Skala Likert yang terdiri dari empat pilihan respon, yaitu Sangat Kurang, Kurang, CukupBaik dan Sangat Baik.Pernyataan diberikan skor berturut-turut yaitu 1, 2, 3, 4, 5.Pemberian skor tersebut bertujuan untuk menghindari respon mahasiswa yang ragu-ragu. Kemudian skor dianalisis dengan menghitung total skor setiap item pernyataan berdasarkan rumus berikut.
100%
34
Selain itu dapat pula dilihat isteraksi antara pengajar dan siswa dalam pembelajaran geometri.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, sedangkan instumen bantu dalam penelitian ini adalah berupa tes. Tes untuk mengukur pemahaman siswa, digunakan tes lisan yang terdiri dari 26 soal
berdasarkan indikator pemahaman yang telah diadaptasi dari deskriptor Van Hielle berdasarkan level berpikir siswa. Sedangkan tes untuk mengukur kemampuan berpikir geometri siswa tunanetra, menggunakan van Hiele Geometry Test (VHGT) yang dikembangkan oleh The Cognitive Development
and Achievement in Secondary School Geometry Project (CDASSG). VHGT
merupakan tes pilihan ganda yang berisi 25 butir soal dengan 5 soal di tiap level berpikir van Hiele.
Pada VHGT untuk mengukur level 5 mengandung soal-soal yang mengharuskan siswa untuk menarik kesimpulan berdasarkan silogisme pada kalimat sebelumnya.Soal-soal tersebut berkaitan dengan materi logika matematika yang baru diterima siswa di Indonesia pada jenjang SMA (Nopriana, 2013). Maka dari itu, dalam penelitian ini yang subyek penelitiannya merupakan siswa tunantera SMPLB kelas VIII, VHGT yang diberikan hanya 15 soal yang berisi soal-soal pada tingkat berpikir 1, 2, dan 3.Soal VHGT yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi siswa tunanetra.
E. Keabsahan Data
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang ada
35
Maria Karina Metta Hanjani , 2015
ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI SISWA TUNANETRA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Triagulasi sumber dilakukan dengan caracross-check data berupa fakta dari sumber lainnya dan menggunakan informan yang berbeda. Triangulasi ini dilakukan dengan cara mencari orang-orang yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu siswa, guru mata pelajaran, dan observer. Selain itu, informasi yang diperoleh dari sumber lain, seperti kepala sekolah dengan wawancara tidak terstruktur.
Triangulasi metode dilakukan dengan beberapa metode pengumpulan data.Selain dengan wawancara mendalam terhadap siswa, dilakukan juga observasi dan rekaman video untuk memastikan keadaan yang sebenarnya.
Triangulasi data dilakukan dengan cara meminta umpan balik dari siswa yang berguna untuk perbaikan kualitas laporan, data, dan kesimpulan, yang diperoleh dari data tersebut. Dalam triangulasi data, peneliti memeriksa kembali jawaban yang diberikan siswa dengan cara menanyakan kembali maksud dari jawaban siswa untuk memastikan kebenaran jawaban.
F. Analisis Data
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:
1. Mentranskrip data verbal hasil wawancara yang telah diperoleh
2. Menelaah seluruh data yang didapat dari rekaman video, wawancara, tes, dan catatan lapangan
3. Mereduksi data untuk memperoleh data yang lebih fokus terhadap permasalahan
4. Menyusun data
5. Menganalisis level berpikir geometri siswa dalam VHGT.
Dalam instrumen VHGT yang disusun oleh Usiskin, setiap tingkat
terdapat lima pertanyaan. Berdasarkan jawaban yang benar, maka diberikan kriteria sebagai berikut (Usiskin, 1982):
36
b. Menentukan level berpikir Van Hiele dengan ketentuan sebagai berikut
Siswa dianggap berada pada level tertentu jika dapat mengerjakan dengan benar 3 dari 5 soal di setiap sub tesnya
Siswa dapat dikatakan berada level n+1 jika siswa sudah lulus pada level n
Level 0 diberikan kepada siswa yang tidak dapat menjawab 3 dari 5 soal pada semua subtes.
Jika terdapat siswa yang memenuhi kriteria pada level tertentu (dapat menjawab 3 dari 5 soal pada subtes) tetapi tidak memenuhi pada level sebelumnya, maka siswa tersebut dikategorikan sebagai “nofit” (tidak dapat ditentukan level berpikir geometri berdasarkan teori Van Hiele) .
6. Menganalisis proses pembelajaran geometri dengan Teori Van Hiele 7. Menganalisis perkembangan level berpikir geometri siswa setelah
pembelajaran.
37
Maria Karina Metta Hanjani , 2015
ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI SISWA TUNANETRA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan dan telah dilaksanakan
pada bulan Januari – Juli 2015.Tahapan pelaksanaan penelitian secara rinci dapat dilihat pada lampiran.
Gambar 3.1. Flowcart Pelaksanaan Penelitian
119
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulanyang dapat disajikan dalam penelitian ini adalah dari hasil VHGT sebelum dan sesudah pembelajaran terjadi peningkatan yang cukup signifikan.Hasil VHGT sebelum pembelajaran menunjukkan bahwa terdapat satu siswa yang berada pada level 1, yaitu Siswa 1 dan keemapat siswa yang lain masih berada level 0. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 1 siswa yang sudah menngenal bangun datar berdasarkan bentuknya, walupun belum sampai pada tahap mengenal sifat pada tiap bangun.Sedangkan keempat siswa lainnya, dapat dikatakan belum dapat memahami bentuk-bentuk bangun datar.
Pembelajaran geometri dengan teori Van Hiele bertujuan untuk meningkatkan level berpikir geometri siswa. Pada setiap pertemuan selalu berpegang pada 5 langkah pembelajaran, yakni (l) tahap inquiry, (2) tahap orientasi terarah(directed orientation), (3) tahap explanation, (4) tahap free orientation, (5) tahap integration. Dari skor observasi guru (penelti) dan
keaktifan siswa menunjukkan adanya keberhasilan dalam proses pembelbelajaran geometri dengan teori Van Hiele. Hal ini ditunjukkan pula dengan adanya peningkatan level berpikir geometri siswa.
120
Maria Karina Metta Hanjani , 2015
ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI SISWA TUNANETRA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
matematis lebih tinggi dibandingkan keempat siswa yang lain. Siswa 3 dan Siswa 4 dikategorikan memiliki kemampuan matematis sedang, namun jiika dilihat kembali dari hasil rekaman video, Siswa 3 dan Siswa 4 tampak sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan berbagai alat peraga yang disajikan. Mereka juga kerap bertanya jika ada sesuatu yang kurang diengerti.Antusiasme dalam pembelajaran juga tampak pada
Siswa 1 dan Siswa 2.Bahkan mereka sangat antusias dalam memberikan pengarahan bagi teman sekelompoknya yang kurang mengerti.
Kesesuaian juga tampak pada peningkatan level Siswa 5 dan Siswa
6. Jika dibandingkan dengan hasil observasi dan wawancara tentang keampuan matematis mereka, Siswa 5 dan Siswa 6memang memiliki kemampuan matematis yang kurang dibandingkan dengan keempat siswa lainnya. Siswa 5 mengalami peningkatan 2 level, hal ini masuk akal jika dilihat kembali dalam rekaman video pada saat pembelajaran.Siswa 5 memang lebih aktif dalam pembelajaran dibandingkan dengan Siswa 6. Siswa 5 selalu ingin mencoba dan melakukan apa yang diarahkan peneliti. Berbeda dengan Siswa 6, dalam rekaman video pembelajaran, Siswa 6 memang tampak mengalami kesulitan dalam ngikuti pembelajaran dan selalu ingin dibantu oleh teman sekelompoknya yaitu Siswa 1. Maka dari itu, peningkatan level yang terjadi pada Siswa 6 dapat dikatakan sesuai dengan kondisi dan keadaan Siswa 6 sendiri.
B. Saran
Mengacu kepada hasil penelitian dan kendala-kendala yang ada
121
Peneltian serupa juga dapat dilakukan pada sekolah disabilitas yang lain, seperti tunarungu atau tunagrahita. Dengan adanya penelitian-penelitian serupa dengan subyek penelitian-penelitian siswa penyandang disabilitas, tentunya akan memperkaya karya ilmiah di bidang pendidikan matematika, tentunya tidak menutup kemungkinan pada bidang matematika selain geometri, seperti aljabar atau statistik. Dari hasil pencarian peneliti,
122
Maria Karina Metta Hanjani , 2015
ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI SISWA TUNANETRA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Ary, D. (2011).Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Creswell, J. W. (2014). Research Desain: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Crowley, M. L. (1987). The Van Hiele Model of the Development of Geometric Thought – Learning and Teaching Geometri, K-12.Yearbook of the NCTM, pp.1-16.
Fuys, D., Dorothy, G., Rosamond, T. 1988. The Van Hiele Model of Thinking in Geometry among Adolescents.Journal for Research in Mathematics Education, monograph no.3.NCTM.
Kennedy, L.; Tipps, S.; Johnson, A. 2007.Guiding Children’s Learning of Mathematics-eleven edition.Tersedia di: Google Books [Diakses 6 November 2014].
Kohanová, I. (2006). Teaching Mathematics to Non-sighted Students: Withspecialization in Solid Geometry.(Doctoral Thesis). Comenius University, Bratislava.
Khotimah, H. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Geometri dengan Teori Van Hiele.Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan FMIPA UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Lestariyani, S. (2013). Identifikasi Tahap Berpikir Geometri Siswa SMP Negeri 2 Ambarawa Berdasarkan Teori Van Hiele.Skripsi.Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Nopriana, T. (2013).Penerapan Model Pembelajaran Geometri Van Hiele sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Geometrid dan Disposisi Matematis pada Siswa SMP.(Tesis Program Magister Sekolah Pascasarjana). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Nur’aeni, E. (2008). Teori Van hiele dan Komunikasi Matematik (Apa, Mengapa
Dan Bagaimana). MakalahSemnas Matematika dan Pendidikan Matematika.
123
Berbasis Teori Van Hiele.(Disertasi Program Doktoral Sekolah Pascasarjana). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Purwanta, S.A. (2009). Pengelolaan Pembelajaran bagi Tunanetra.Makalah. Yogyakarta: Tidak diterbitkan.
Rudiyandi, S. (2002).Buku Pegangan Kuliah Pendidikan Anak Tunanetra. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sumarmo, U. (2004). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa Sekolah Menengah.(Makalah Lokakarya TOT Peneliti Matematika di UNNES).FMIPA UPI Bandung.
Susanto. (2012). Analisis Proses Pembelajaran Siswa Tunanetra dalam Memahami Segiempat di SLB Taman Pendidikan dan Asuhan Jember Kaitanya dengan Tingkat Berpikir Van Hiele..Jurnal AKSIOMA, Volume 01 Nomor 01
Tarsidi, D. (2009). Dampak Ketunanetraan terhadap Fungsi Kognitif Anak. Tersedia di: http://file.upi.edu/Direktori/ FIP/JUR. PEND.
LUARBIASA/195106011979031-DIDITARSIDI/MakalahArtikel_Tarsidi_PLB/DampakKetunanetraanerh adapFungsiKognitifAnak.pdf[ Diakses 14 Desember 2013]
Usiskin, Z. (1982). Van Hiele Levels and Achievement in Secondary School Geometry. Department of Education, The University of Chicago.
Van de Walle, John A. (2007). Elementary and Middle School Mathematics. Pearson Education, Inc.:USA.