PENGETAHUAN LOKAL MENGENAI BOTANI DALAM PERIBAHASA BAHASA INDONESIA
YANG BERKAITAN DENGAN TUMBUHAN (KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra
oleh Resa Sindi Harja
NIM 1005718
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BOTANI DALAM PERIBAHASA
BAHASA INDONESIA YANG
BERKAITAN DENGAN TUMBUHAN
(KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)
Oleh Resa Sindi Harja
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Resa Sindi Harja2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
RESA SINDI HARJA
SKRIPSI
PENGETAHUAN LOKAL MENGENAI BOTANI DALAM PERIBAHASA BAHASA INDONESIA
YANG BERKAITAN DENGAN TUMBUHAN (KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Mahmud Fasya, S. Pd., M. A. NIP 197712092005011001
Pembimbing II
Sri Wiyanti, S. S., M. Hum. NIP 197803282006042001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGETAHUAN LOKAL MENGENAI BOTANI DALAM PERIBAHASA BAHASA INDONESIA
YANG BERKAITAN DENGAN TUMBUHAN (KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)
Resa Sindi Harja NIM 1005718
ABSTRAK
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGETAHUAN LOKAL MENGENAI BOTANI DALAM PERIBAHASA BAHASA INDONESIA
YANG BERKAITAN DENGAN TUMBUHAN (KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)
Resa Sindi Harja NIM 1005718
ABSTRACT
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ix DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERSEMBAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR DIAGRAM ...xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Masalah Penelitian ... 3
1. Identifikasi Masalah... 3
2. Batasan Masalah ... 3
3. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
1. Manfaat Teoretis ... 6
2. Manfaat Praktis ... 6
BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN DAN ANTROPOLINGUISTIK,
BOTANI, DAN PERIBAHASA BAHASA INDONESIA ... 8
A. Telaah Kepustakaan ... 8
B. Antropolinguistik, Botani, dan Peribahasa Bahasa Indonesia ... 8
1. Antropolinguistik ... 8
2. Botani ... 11
3. Struktur Tumbuhan ... 14
a. Akar ... 15
b. Batang ... 15
c. Daun ... 16
d. Bunga ... 16
4. Peribahasa Bahasa Indonesia ... 16
5. Fungsi Sintaksis ... 20
a. Subjek ... 20
b. Predikat ... 21
c. Objek ... 22
d. Pelengkap ... 23
e. Keterangan ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Sumber Data Penelitian ... 26
B. Data atau Korpus Penelitian ... 27
C. Metode Penelitian... 27
D. Definisi Operasional... 28
E. Instrumen Penelitian... 29
1. Kartu Data ... 29
2. Lembaran Format Pertanyaan ... 29
F. Teknik Pengumpulan Data ... 30
xi
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 33
A. Bentuk dan Makna Peribahasa Bahasa Indonesia yang Terbentuk dari Unsur Tumbuhan, Jenis-jenis Tumbuhan, dan Hal-hal yang Berkaitan dengan Tumbuhan ... 33
1. Struktur atau Unsur Tumbuhan ... 33
2. Jenis-jenis Tumbuhan... 53
3. Hal-hal yang Berkaitan dengan Tumbuhan... 87
B. Fungsi Sosial-Budaya dari Peribahasa Bahasa Indonesia yang Terbentuk dari Unsur Tumbuhan, Jenis-jenis Tumbuhan, dan Hal-hal yang Berkaitan dengan Tumbuhan ... 95
1. Fungsi Sebagai Alat Pengesahan Pranata-pranata dan Lembaga Kebudayaan ... 96
2. Fungsi Menasihati ... 97
3. Fungsi Memperindah Tuturan ... 98
4. Fungsi Hiburan ... 99
5. Fungsi Menyindir ...101
C. Cerminan Pengetahuan Lokal Mengenai Botani dalam Peribahasa Bahasa Indonesia yang Terbentuk dari Unsur Tumbuhan, Jenis-jenis Tumbuhan, dan Hal-hal yang Berkaitan dengan Tumbuhan ...102
1. Orang Melayu Memiliki Pengetahuan Lokal Mengenai Struktur atau Unsur Tumbuhan ...102
2. Orang Melayu Memiliki Pengetahuan Lokal Mengenai Jenis-jenis Tumbuhan ...130
3. Orang Melayu Memiliki Pengetahuan Lokal Mengenai Hal-hal- yang Berkaitan dengan Tumbuhan ...169
D. Persepsi Penutur Bahasa Indonesia Saat Ini Terhadap Peribahasa Bahasa Indonesia yang Terbentuk dari Unsur Tumbuhan, Jenis-jenis Tumbuhan,
dan Hal-hal yang Berkaitan dengan Tumbuhan ...180
1. Sensoris ...180
a. Pendengaran ...180
b. Penglihatan ...214
2. Area Perasaan, Sikap, Keinginan, dan Harapan ...247
a. Komponen Perasaan ...247
b. Komponen Sikap ...247
c. Komponen Keinginan ...248
d. Komponen Harapan ...248
3. Pengalaman Sensoris ...249
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...251
A. Simpulan ...251
B. Rekomendasi ...252
DAFTAR PUSTAKA ...254 LAMPIRAN
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia memiliki begitu banyak peribahasa. Gandasudirja (1986) mendokumentasikan 700 peribahasa; Kristono (1984) melaporkan 1.001 peribahasa; Santoso (2000) mencatat 2.200 peribahasa; Tim Generasi Cerdas (2010) mengungkapkan 3.000 peribahasa. Bahkan, Arifin dan Bagas Pratama
(2004) mengumpulkan 7.700 peribahasa. Dari sekian banyak peribahasa tersebut, terdapat sejumlah peribahasa yang berkaitan dengan tumbuhan, seperti unsur-unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan.
“Bagai air di daun talas” merupakan salah satu peribahasa yang terbentuk
oleh unsur tumbuhan yang memiliki makna tidak mempunyai pendirian. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa masyarakat Melayu memahami karakteristik daun talas yang bersifat licin.
Dalam konteks ilmu pengetahuan modern, hal itu sepadan dengan pemahaman yang menunjukkan bahwa ada zat lilin yang terkandung dalam daun talas sehingga air yang jatuh ke permukaan daun talas akan banyak bergerak. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat Melayu memiliki pengetahuan lokal yang kuat mengenai ilmu tumbuhan.
Contoh peribahasa di atas merupakan bentuk bahasa yang akan dikaji dengan antropolinguistik. Antropolinguistik merupakan ilmu multidisipliner karena gabungan dari ilmu antropologi dan ilmu linguistik. Dengan menggunakan pisau analisis antropolinguistik, penelitian ini akan mengungkapkan pengetahuan lokal (local knowledge) mengenai botani yang menunjukkan karakter unsur-unsur
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kekhawatiran tersebut menjadi pemicu bagi penulis untuk melakukan penelitian ini. Selain itu, ketertarikan penulis untuk mengaji peribahasa bahasa Indonesia diperkuat dengan adanya beberapa generasi muda yang tidak mengetahui fungsi peribahasa. Hal itu ditunjukkan dengan sikap mereka yang menganggap bahwa peribahasa hanya identik dengan sastra. Pernyataan penulis di atas diperkuat oleh tulisan Rahardjo (2011) mengenai pengalaman menasihati anaknya yang masih remaja berikut:
Suatu kali anak saya yang masih SMA kelas 2 mengeluh karena tugasnya sangat banyak sehingga tidak ada waktu untuk bersantai-santai. Karena itu,
saya menasihatinya dengan menggunakan peribahasa “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian”, dengan harapan menyadarkannya bahwa saat ini memang saat untuk bekerja keras, bukan waktu untuk
bersenang-senang. Tanpa diduga secara spontan dia bilang “bapak kok seperti main drama saja pakai peribahasa segala”.
Pengalaman Rahardjo di atas dapat diartikan bahwa hanya pelajar yang memiliki latar belakang program studi bahasa dan sastra yang senang dengan
peribahasa. Namun, hal tersebut harus segera dikoreksi karena maksud dari contoh peribahasa di atas untuk menasihati. Representasi generasi muda mengenai peribahasa harus segera diluruskan karena pelajaran bahasa Indonesia di bangku sekolah dasar, menengah pertama, dan menengah atas hanya berjumlah empat jam dalam seminggu. Oleh sebab itu, penelitian ini dinilai wajib oleh penulis demi berlakunya peribahasa sebagai ajaran moral.
Selain itu, penelitian ini dinilai wajib untuk dilakukan karena adanya isu pemanasan global atau global warming. Pemanasan global telah mengubah alam menjadi tidak bersahabat dengan manusia yang ditandai hadirnya bencana alam yang disebabkan oleh manusia itu sendiri.
3
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian mengenai peribahasa telah banyak dilakukan sebelumnya, seperti Oktavianus (2008) menggunakan data peribahasa bahasa daerah, yaitu bahasa Minangkabau. Selaras dengan Oktavianus, Untoro (2009) juga menggunakan data peribahasa bahasa-bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Madura, Minangkabau, dan lain-lain.
Sementara itu, Yohani (2008) menggunakan data peribahasa bahasa Jepang dengan pisau analisis kajian budaya. Lalu, Hasanah (2012) menjadikan peribahasa bahasa Jepang dan peribahasa bahasa Jawa sebagai objek kajiannya.
Selain itu, Pulungan (2011) menggunakan data peribahasa bahasa Indonesia sebagai objek kajiannya. Sejalan dengan Pulungan, Susanti (2012) juga menggunakan data peribahasa bahasa Indonesia yang dikhususkan pada peribahasa yang mengandung unsur metafora hewan.
Penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini. Perbedaan tersebut meliputi 1) data-data yang digunakan berupa lema peribahasa yang terbentuk oleh unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan; 2) penelitian ini lebih menekankan pada pengetahuan lokal mengenai botani, khususnya karakter pada morfologi atau bagian-bagian tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan.
B. Masalah Penelitian
Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan masalah penelitian yang meliputi 1) identifikasi masalah, 2) batasan masalah, dan 3) rumusan masalah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan pengidentifikasian masalah.
Adapun identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut.
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
muda Indonesia untuk melupakan kebudayaan leluhur yang terekam dalam peribahasa bahasa Indonesia.
2) Hubungan antara manusia dan alam (tumbuhan) yang kurang harmonis menyebabkan kondisi alam memburuk yang ditandai dengan adanya isu pemanasan global (global warming).
3) Pengetahuan orang Melayu mengenai botani atau karakter tumbuhan yang terekam dalam peribahasa bahasa Indonesia dikhawatirkan akan hilang jika peribahasa tersebut sudah tidak dikenal atau digunakan lagi oleh penutur saat
ini.
2. Batasan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah, penulis akan menguraikan batasan masalah. Berikut ini adalah batasan masalah dalam penelitian ini.
1) Peribahasa yang dijadikan objek kajian pada penulisan ini berupa peribahasa yang bersumber dari buku yang berjudul Kamus Peribahasa karya J. S. Badudu (2008), 700 Peribahasa Indonesia dan Tambahannya karya Gandasudirja (1986), dan Bunga Rampai Peribahasa dan Pantun karya Hidayat (2004).
2) Pengklasifikasian dan pendeskripsian peribahasa bahasa Indonesia didasarkan pada unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan.
3) Pendeskripsian unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan hanya meliputi fungsi sintaksis yang diduduki oleh unsur-unsur tersebut.
4) Pendeskripsian pengetahuan lokal mengenai botani yang terdapat dalam peribahasa bahasa Indonesia tersebut hanya meliputi karakteristik yang
5
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5) Responden yang diambil merupakan siswa-siswi sekolah menengah atas negeri di Kota Bandung yang dipilih dengan teknik simple random sampling (pengambilan sampel secara acak sederhana).
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah, penulis akan merumuskan masalah penelitian dengan rincian sebagai berikut.
1) Bagaimana bentuk dan makna peribahasa bahasa Indonesia yang terbentuk
dari unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan?
2) Bagaimana fungsi sosial-budaya dari peribahasa bahasa Indonesia yang terbentuk dari unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan?
3) Bagaimana cerminan pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang terbentuk dari unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan?
4) Bagaimana persepsi penutur bahasa Indonesia saat ini terhadap peribahasa bahasa Indonesia yang terbentuk dari unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1) bentuk dan makna peribahasa bahasa Indonesia yang terbentuk dari unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan;
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang terbentuk dari unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan;
4) persepsi penutur bahasa Indonesia saat ini terhadap peribahasa bahasa Indonesia yang terbentuk dari unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Berikut ini adalah uraian dari manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat:
1) memberikan wawasan tambahan bagi perkembangan ilmu antropolinguistik dan botani melalui peribahasa bahasa Indonesia, khususnya peribahasa bahasa Indonesia yang terbentuk dari unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan;
2) menambah wawasan bagi penulis mengenai peribahasa bahasa Indonesia yang terbentuk dari unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan;
3) menjadi pustaka acuan untuk penulisan selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penulis berharap agar melalui penelitian ini dapat:
1) menimbulkan penilaian dan pandangan yang lebih komprehensif terhadap
7
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) dijadikan upaya pemertahanan terhadap ilmu pengetahuan tumbuhan (botani) dan upaya untuk menjaga keharmonisan manusia dengan alam yang terekam dalam peribahasa bahasa Indonesia yang terbentuk dari unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri atas lima bab. Bab satu adalah pendahuluan terdiri atas latar belakang masalah, masalah penelitian yang terbagi menjadi identifikasi
masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya, manfaat penelitian yang terbagi menjadi manfaat teoretis dan manfaat praktis, serta struktur organisasi skripsi.
Bab dua terdiri atas telaah pustaka dan antropolinguistik, botani, dan peribahasa bahasa Indonesia. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah antropolinguistik, botani, entobiologi dan etnobotani, struktur tumbuhan, dan peribahasa bahasa Indonesia.
Bab tiga adalah metode penelitian yang terdiri atas sumber data penelitian, data atau korpus penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Kemudian, bab empat adalah pembahasan hasil penelitian yang terdiri atas bentuk dan makna peribahasa bahasa Indonesia yang terbentuk dari unsur-unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan, fungsi sosial-budaya dari peribahasa bahasa Indonesia yang terbentuk dari unsur-unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan, cerminan pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang terbentuk dari unsur-unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan, dan persepsi penutur bahasa Indonesia saat ini
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
26 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Sumber Data Penelitian
Lofland (dalam Kuswarno, 2008: 60) menyatakan bahwa sumber yang utama dalam penulisan kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen, dan lain-lain. Hal tersebut berbeda dengan penelitian kuantitatif yang menggunakan proses statistika dalam pengolahan
data-data yang berupa angka.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kumpulan peribahasa bahasa Indonesia yang telah dibukukan. Peribahasa tersebut bersumber dari buku kumpulan peribahasa yang berjudul Kamus Peribahasa karya J. S. Badudu (2008), 700 Peribahasa Indonesia dan Tambahannya karya Gandasudirja (1986), dan Bunga Rampai Peribahasa dan Pantun karya Hidayat (2004).
Pemilihan sumber data tersebut didasarkan pada pengalaman J. S. Badudu sebagai pakar bahasa Indonesia dan merupakan guru besar linguistik untuk Universitas Padjadjaran Bandung sehingga penulis menilai bahwa pemahaman beliau mengenai bahasa Indonesia sangat kuat. Hal tersebut dibuktikan oleh beliau dengan menulis beberapa buku mengenai bahasa Indonesia, seperti Pelik-pelik Bahasa Indonesia, Membina Bahasa Indonesia Baku (2 jilid), Bahasa Indonesia:
Anda bertanya? Inilah jawabnya, Ejaan Bahasa Indonesia, Kamus Peribahasa,
Kamus Ungkapan, dan lain-lain.
Kamus Peribahasa yang penulis pilih ini memiliki kelebihan dibandingkan
dengan kamus-kamus peribahasa bahasa Indonesia yang lainnya. Kelebihan tersebut terletak pada aspek makna. Aspek makna yang disajikan dalam Kamus Peribahasa tersebut terdiri atas dua arti, yaitu arti sebenarnya dan arti kiasan,
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya, penggunaan dokumen 700 Peribahasa Indonesia dan Tambahannya karya Gandasudirja (1986) dan Bunga Rampai Peribahasa dan Pantun karya Hidayat (2004) sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah
pelengkap dari dokumen utama. Data-data yang bersumber dari dokumen utama perlu ditambah dari data-data dokumen pelengkap agar data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terpenuhi. Data-data tersebut merupakan data primer atau utama.
Selanjutnya, sumber data sekunder atau penunjang dalam penelitian ini
diambil dari persepsi penutur bahasa Indonesia saat ini. Penutur bahasa Indonesia saat ini meliputi siswa-siswi sekolah menengah atas negeri se-Kota Bandung.
B. Data atau Korpus Penelitian
Data atau korpus dalam penelitian kali ini meliputi data primer dan data sekunder. Berikut adalah uraian-uraiannya.
1) Data primer dalam penelitian ini adalah lema peribahasa bahasa Indonesia yang menggunakan unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan. Pemilihan peribahasa tersebut dilatarbelakangi keunikan unsur tumbuhan,jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan yang jarang digunakan atau dipahami dalam tuturan sehari-hari, seperti miang, punggur, bijan, telang, embacang, aur, gaharu, dan mumbang.
2) Data sekunder dalam penelitian ini adalah persepsi penutur bahasa Indonesia saat ini mengenai peribahasa bahasa Indonesia.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini berhubungan dengan bahasa (peribahasa) dan ilmu
28
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Etnografi komunikasi adalah pengajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, seperti cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaan (Kuswarno, 2008: 11). Secara sempit, metode etnografi komunikasi ini meliputi bahasa lisan karena dalam aplikasinya penulis dituntut untuk mengikuti kehidupan masyarakat yang akan diteliti, termasuk tuturannya.
Namun, Hymes (1972; 1973; 1980) mengungkapkan bahwa metode etnografi komunikasi tidak hanya meliputi bahasa lisan, tetapi juga meliputi
bahasa tulisan. Hal tersebut sejalan dengan Kuswarno (2008: 59) yang menyebutkan bahwa etnografi komunikasi yang meliputi bahasa tulisan atau interpretasi teks adalah ilmu atau seni yang diaplikasikan pada tulisan dan bukan ujaran, dan khususnya pada teks-teks. Dari interprerasi teks tersebut, penulis akan menemukan informasi mengenai pola-pola penggunaan bahasa, dan kebudayaan orang-orang yang membacanya.
Selain itu, metode lain yang mendukung penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif ini merupakan metode yang akan mendeskripsikan hal-hal yang akan dibahas secara sistematis sesuai dengan fakta yang ada.
D. Definisi Operasional
Pada bagian ini, penulis akan mendeskripsikan beberapa definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini.
1) Pengetahuan lokal mengenai botani adalah ilmu pengetahuan lokal masyarakat Melayu tentang karakteristik tumbuhan yang terdapat pada morfologi atau bagian-bagian tumbuhan.
2) Peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan adalah satuan
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Antropolinguistik adalah ilmu makro linguistik yang mengaitkan faktor di luar bahasa, seperti budaya atau ilmu pengetahuan lokal (local knowledge), seperti pengetahuan ilmu tumbuhan (botani).
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah kartu data dan lembaran format pertanyaan. Berikut adalah rincian dari instrumen yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Kartu Data
Kartu data ini memuat bentuk peribahasa, unsur pembentuk, fungsi sintaksis unsur pembentuk, makna, karakter tumbuhan atau unsur tumbuhan, dan keterangan. Berikut adalah contoh kartu data yang digunakan dalam penelitian ini.
No.
Bentuk Peribahasa
Unsur Pembentuk
Fungsi Sintaksis Unsur Pembentuk
Makna
Karakter Tumbuhan Keterangan
Tabel 3.1 Contoh kartu data.
2. Lembaran Format Pertanyaan
30
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akan diberikan kepada 100 responden. Penulis mengambil 100 responden karena mengacu pada teori Hendry (2010). Hendry (2010) menyebutkan bahwa dalam pemilihan survey dibutuhkan responden minimal 100.
Responden merupakan orang-orang yang sengaja melaporkan perilaku dan pemikiran mereka sendiri (Kuswarno, 2008: 64). Responden tersebut meliputi penutur bahasa Indonesia saat ini yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas negeri di Kota Bandung.
Pemilihan responden tersebut berdasarkan pada pembelajaran bahasa
Indonesia, khususnya mengenai peribahasa yang sudah tidak diajarkan secara eksplisit sehingga penulis menilai siswa-siswi sekolah menengah atas tidak tahu secara jelas mengenai peribahasa. Selain itu, pemilihan siswa-siswi sekolah menengah atas sebagai responden karena usia siswa-siswi tersebut termasuk usia ‘matang’ dan remaja. Seperti yang diungkapkan oleh Darajat (1990: 23) bahwa remaja merupakan masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa yang mengalami perkembangan fisik dan psikisnya, serta cara berpikir. Cara berpikir itulah yang akan memengaruhi remaja dalam berbahasa. Alasan lain yang lebih menguatkan penulis untuk memilih anak-anak sekolah menengah atas sebagai reponden adalah kemunculan tulisan Rahardjo (2011) mengenai anaknya yang duduk di kelas dua SMA yang menyatakan bahwa menggunakan peribahasa itu identik dengan bermain drama.
F. Teknik Pengumpulan Data
Cresweel mengemukakan tiga teknik utama dalam pengumpulan data studi etnografi komunikasi, yaitu partisipan observer, wawancara, dan telaah atau analisis dokumen (Kuswarno, 2008: 47-48). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan telaah atau analisis dokumen dan
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bentuk lain dari analisis dokumen ini adalah content analysis and semiotic analysis. Kuswarno (2008: 60) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan
content analysis dalam penelitian etnografi komunikasi adalah upaya-upaya
menginterpretasikan makna dari teks, selain mengadakan perhitungan terhadap kode dan kategori-kategori yang khusus. Lalu, yang dimaksud dengan semiotic analysis adalah upaya untuk menangkap makna dari kata.
Tidak semua dokumen dapat menjadi bahan analisis, dokumen yang dimaksud haruslah dokumen yang dapat mengungkapkan bagaimana subjek penulisan mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan dan situasi yang dihadapinya pada suatu saat, dan bagaimana kaitan antara definisi diri tersebut dalam hubungannya dengan orang-orang di sekelilingnya dengan tindakan-tindakannya itu (Kuswarno, 2008: 59).
Selanjutnya, teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Teknik ini sama dengan teknik wawancara tidak berstruktur. Oleh sebab itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber tidak memiliki alternatif respon yang ditentukan sebelumnya (Kuswarno, 2008: 54).
Untuk mengumpulkan data sekunder, penulis akan menyebarkan lembaran format pertanyaan dengan teknik simple random sampling (pengambilan sampel secara acak sederhana) (Fraenkel dan Wallen: 1990). Sesuai dengan batasan masalah, penulis mengambil populasi dari sekolah menengah atas negeri di Kota Bandung. Dari 27 sekolah menengah atas negeri di Kota Bandung, penulis akan mengundi sekolah tersebut berdasarkan rayon. Selanjutnya, penulis akan mendapatkan empat nama sekolah menengah atas negeri dan mengampil 25 siswa-siswi dari masing-masing sekolah tersebut sehingga berjumlah 100 responden.
Penulis menggunakan teknik simple random sampling tersebut karena penulis menganggap bahwa populasi siswa-siswa sekolah menengah atas atau sederajat itu homogen. Pernyataan penulis tersebut dilatarbelakangi oleh tidak
32
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
negeri tidak mengetahui peribahasa bahasa Indonesia, khususnya peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan.
G. Teknik Pengolahan Data
Pada tahap ini, setelah penulis mengumpulkan data melalui analisis dokumen, penulis akan melakukan hal-hal berikut.
1) Proses pemilihan data didasarkan pada data peribahasa yang hanya menggunakan unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang
berkaitan dengan tumbuhan.
2) Setelah itu, penulis akan memperoleh data yang diinginkan dan akan dilanjutkan pada pengisian kartu data yang meliputi, bentuk peribahasa, unsur pembentuk, makna, dan karakter tumbuhan.
3) Kemudian, penulis akan mendeskripsikan data-data tersebut yang meliputi bentuk peribahasa, makna, dan karakter tumbuhan.
4) Tahap selanjutnya, penulis akan mendeskripsikan fungsi sosial-budaya yang terdapat dalam peribahasa tersebut dan cerminan pengetahuan lokal mengenai botani yang meliputi karakter tumbuhan atau unsur tumbuhan tersebut. 5) Untuk mengolah data sekunder, penulis akan mengklasifikasikan
jawaban-jawaban yang dipilih dari format pertanyaan tersebut.
6) Kemudian, pada akhirnya, penulis akan mengetahui persepsi penutur bahasa Indonesia saat ini mengenai peribahasa bahasa Indonesia.
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
251 BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil deskripsi dan analisis data pada bagian sebelumnya, penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut.
1) Peribahasa bahasa Indonesia yang terbentuk oleh unsur tumbuhan diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan struktur atau unsur
tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan. Ada 19 struktur atau unsur tumbuhan yang membentuk peribahasa bahasa Indonesia. Kesembilan belas unsur tersebut adalah akar, batang, benih, biji, buah, bunga, daun, duri, gagang, mayang, miang, mumbang,
pucuk, ranting, ruas, buku, seludang, tunas, dan ulam. Selanjutnya, ada 8 jenis tumbuhan yang membentuk peribahasa bahasa Indonesia, yaitu bambu, biji-bijian, buah-buahan, palem, rumput, sayur-sayuran, umbi-umbian, dan jenis tumbuhan lain. Kemudian, ada 7 hal-hal yang berkaitan dengan
tumbuhan yang membentuk peribahasa bahasa Indonesia, yaitu ampas, getah, kayu, punggur, santan, sekam, dan sepah. Dari pernyataan tersebut, unsur akar lebih banyak hadir dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa orang Melayu sangat dekat dengan unsur akar. Selain itu, fungsi sintaksis yang sering hadir adalah fungsi subjek. Hal tersebut menunjukkan bahwa posisi struktur atau unsur tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan dianggap penting oleh orang Melayu. Pernyataan tersebut didasari oleh posisi fungsi subjek yang merupakan inti penceritaan atau tema yang diceritakan.
252
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kebudayaan, fungsi menasihati, memperindah tuturan, hiburan, dan menyindir.
3) Cerminan pengetahuan lokal yang terdapat dalam peribahasa bahasa Indonesia dikelompokkan menjadi empat kelompok. Pertama, orang Melayu memiliki pengetahuan lokal mengenai unsur tumbuhan, seperti unsur akar yang memiliki karakteristik sebagai pusat pertumbuhan tumbuhan karena berfungsi sebagai pengatur aliran air. Kedua, orang Melayu memiliki pengetahuan lokal mengenai jenis-jenis tanaman, seperti jenis aur (yang
termasuk ke dalam kelompok bambu) yang memiliki karakteristik tumbuh di tebing dan menghisap makanan dari tanah tebing tersebut. Ketiga, orang Melayu memiliki pengetahuan lokal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tumbuhan, seperti ampas yang memiliki karakteristik sebagai sisa dari buah kelapa atau lainnya yang sudah tidak memiliki sari-sari lagi karena sudah diperas untuk kepentingan memasak dan lain-lain. Keempat, orang Melayu memiliki pengetahuan lokal mengenai fungsi-fungsi tumbuhan, seperti fungsi rotan yang memiliki karakteristik batang yang lentur sehingga mudah untuk
dibentuk dan dibuat perabot rumah (kursi, meja, lemari, dan lain-lain).
4) Persepsi penutur bahasa Indonesia saat ini terhadap peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan tergolong biasa saja. Hal tersebut dibuktikan dengan perasaan, keinginan, sikap, dan harapan mereka terhadap peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan yang lebih memilih pada frekuensi “biasa”. Pernyataan itu menunjukkan bahwa mereka tidak peduli apabila peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan tidak digunakan lagi. Untuk aspek sensoris pendengaran dan penglihatan, persepsi penutur bahasa Indonesia saat ini tergolong dalam pewaris pasif karena mereka hanya sebatas mengetahui tanpa mewariskan
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Rekomendasi
Berdasarkan temuan penelitian, penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut.
1) Penelitian ini hanya meneliti tumbuhan yang ada dalam peribahasa bahasa Indonesia dari segi antropolinguistik. Unsur tumbuhan yang terdapat dalam peribahasa bahasa Indonesia dikaji berdasarkan fungsi sintaksis saja. Unsur tumbuhan tersebut dapat dikaji lagi lebih mendalam dari segi etimologi
sehingga dapat diketahui unsur tumbuhan apa saja yang diserap dari bahasa Melayu dan yang murni berasal dari bahasa Indonesia.
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
254
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. (1987) Dasar pengetahuan ilmu tanaman. Bandung: Angkasa.
Agustono, Budi dan Takari Muhammah. (2013) Adat perkawinan di kerajaan
haru bahagian Utara Sumatera abad kedua belas. Tersedia di:
http://daherlin.wordpress.com/tag/adat-perkawinan-di-kerajaan-haru-bahagian-Utara-Sumatera-abad-kedua-belas /. [Diakses 10 Agustus 2014]
Alwi, Hasan dkk. (2008) Tata bahasa baku bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Badudu, J.S. (2008) Kamus peribahasa. Jakarta: Kompas.
Chaer, Abdul. (2007) Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Daherlin. (2011) Zat yang terkandung dalam daun sirih. Tersedia di: http://daherlin.wordpress.com/tag/zat-yang-terkandung-dalam-daun-sirih/.
[Diakses 6 Juli 2014]
Damaianti, Vismaia dan Nunung Sitaresmi. (2005) Sintaksis bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi.
Danandjaja, James. (1984) Folklor Indonesia ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Temprint.
Darajat, Zakiah. (1990) Kesehatan mental. Jakarta: Haji Masagung.
Depdiknas. (2008) Kamus besar bahasa Indonesia. Edisi keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Duranti, Alessandro. (1997) Linguistic anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.
Faisal. (2010) Manuskrip perubatan Melayu-Islam di Fatani: Ulasan terhadap manuskrip Kitab Tayyib al-Ihsan fi Tibb al-Insan karya Syeikh Ahmad al-Fatani. Tersedia di:
http://scholar.google.com/citations?view_op=view_citation&continue=/scholar%3 Fhl%3Did%26as_sdt%3D0,5%26scilib%3D1&citilm=1&citation_for_view=djBS xckAAAAJ:W7OEmFMy1HYC&hl=id&oi=p. [Diakses10 Agustus 2014 ]
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fraenkel & Wallen. (1990) How to design and evaluate research in education. New York: Mc Graw Hill Publishers.
Foley, William A. (1997) Anthropological linguistic: An introduction. Massachusets: Blackwell Publishers.
Gandasudirja, R. H Maskar. (1986) 700 peribahasa Indonesia dan tambahannya buku ekonomi. Bantul: Toko Buku Ekonomi.
Geertz, Clifford. (2003) Pengetahuan lokal. Yogyakarta: Rumah Peneribitan Merapi.
Hamamah, Fatan. (1990) Potensi tumbuh-tumbuhan sebagai ubat-ubatan. Tersedia:
http://scholar.google.com/citations?view_op=view_citation&continue=/scholar%3 Fhl%3Did%26start%3D10%26as_sdt%3D0,5%26scilib%3D1&citilm=1&citation _for_view=djBSxckAAAAJ:qjMakFHDy7sC&hl=id&oi=p. [Diakses 10 agustus 2011]
Hariyadi, Bambang. (2011) Obat rajo obat ditawar :Tumbuhan obat dan pengobatan tradisional masyarakat serampas – Jambi. Tersedia di: http://scholar.google.com/citations?view_op=view_citation&continue=/scholar%3 Fhl%3Did%26start%3D10%26as_sdt%3D0,5%26scilib%3D1&citilm=1&citation _for_view=djBSxckAAAAJ:9yKSN-GCB0IC&hl=id&oi=p. [Diakses 10 Agustus 2014]
Hasanah, Nisa Uswatun. (2012) Makna peribahasa Jepang dengan peribahasa Jawa yang berkaitan dengan perilaku manusia (pendekatan linguistik kognitif)”. Skripsi mahasiswi UNPAD jurusan Bahasa dan Sastra Jepang. Bandung: tidak diterbitkan.
Hendry. (2010) Populasi dan sampel. Tersedia di: https://teoridaring.wordpress.com/2010/01/24/populasi-dan-sampel/comment-page-4/. [Diakses 1 Juli 2014]
Hidayat, Syamsul. (2004) Bunga rampai peribahasa & pantun untuk: SD, SMP, SMA, dan umum. Surabaya: APOLLO.
Hutomo, Saripan Sadi. (1991) Mutiara yang terlupakan pengantar studi sastra lisan. Jawa Timur: Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia.
256
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hymes, Dell. (1973) Toward ethnographies of communication: The analysis of communicative eevents. Dalam Pier Paolo Giglioli, Ed. Language and social Context. Australia: Penguin Books Australia Ltd.
Hymes, Dell. (1980) Foundations in sociolinguistics: An ethnographics approach. Philade lpia: University of Pennsylvania Press.
Januminro, CFM. (2000) Rotan Indonesia potensi budidaya pemungutan pengolahan standar mutu dan prospek pengusahaan. Yogyakarta: Kanisius. Joong, Bin Hyun. (2010) Pengantar etnobotani. Tersedia di: http://bhimashraf.blogspot.com/2010/12/pengantar-etnobotani.html. [Diakses 14 Agustus 2014]
Karmana, Oman. (2008) Biologi buku pelajaran untuk kelas x semester 1 sekolah menegah atas. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Koentjaraningrat. (1990) Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. (2001) Kamus linguistik. Edisi ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kristono, Iwan dan S. Kristanto. (1984) 1001 peribahasa Indonesia. Solo: Tiga Serangkai.
Kuswarno, Engkus. (2008) Etnografi komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran.
Lubis, Idrus dkk.. (1993) Tata bahasa Melayu Riau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Malayan, Deutro. (2012) Suku Melayu Langkat maya-maya. Tersedia di:
http://deutromalayan.blogspot.com/2012/10/suku-melayu-langkat-maya-maya.html. [Diakses 18 Agustus 2014]
Meuraxa, Dada. (1974) Sejarah kebudayaan Sumatera. Medan: Firma Hasmar.
Oktavianus dan Lindawati. (2008) Rekonstruksi nilai budaya dari peribahasa Minangkabau dan pembudiyaannya dalam upaya memperkokoh filosofi adat Basandi sarak-sarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK)”. Ringkasan laporan penulisan fundamental. ---
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pulungan, Anni Holila. (2011) Kajian etnolinguistik terhadap peribahasa dalam bahasa Indonesia: Sebuah tinjauan pragmatik force (daya pragmatik). Penulisan Dosen Universitas Negeri Medan Fakultas Bahasa dan Seni. Medan: tidak diterbitkan.
Purwanto, Y. (1999) Peran dan peluang etnobotani masa kini di Indonesia dalam menunjuang upaya konservasi dan pengembangan keanekaragaman hayati. Prosiding seminar hasil-hasil penelitian bidang ilmu hayati. Bogor: Laboratorium etnobotani, Balitbang-Botani-Puslitbang Biologi, LIPI.
Rahardjo, Mudjia. (2011) Peribahasa sebagai ajaran moral. Tersedia di: http://mudjiarahardjo.com/artikel/344-peribahasa-sebagai-ajaran-moral.html. [Diakses 23 April 2013].
Riduwan. (2008). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rosidiani, Erta Puri. (2011) Etnobilogi (ethnobiology). Tersedia di: http://ertapuri.blogspot.com/2011/02/etnobiologi-ethnobiology.html?m=1.
[Diakses 31 Maret 2014].
Santoso, L. H. (2000) Kamus lengkap 2200 peribahasa Indonesia. Surabaya: Pustaka Agung.
Sibarani, Robert. (2004) Antropolinguistik. Medan: PODA.
Sudana, Dadang dkk.. (2012) Eksplorasi nilai pendidikan lingkungan hidup dalam leksikon etnobotani:Kajian etnopedagogi di Kampung Naga, Kabupaten
Takari, Muhamad. (2013) Kesenian Melayu kesinambungan, perubahan, dan
strategi budaya. Tersedia di:
http://scholar.google.com/citations?view_op=view_citation&continue=/scholar%3 Fhl%3Did%26start%3D10%26as_sdt%3D0,5%26scilib%3D1&citilm=1&citation _for_view=djBSxckAAAAJ:qjMakFHDy7sC&hl=id&oi=p. [Diakses 10 Agustus 2014]
Tasikmalaya. Makalah Hibah Penulisan UPI 2012. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sullivan, Yuliz. (2013) Keanekaragaman hayati tumbuhan. Tersedia di:
258
Resa Sindi Harja, 2014
Pengetahuan lokal mengenai botani dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berkaitan dengan tumbuhan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Susanti, Rika. (2012) Metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia (suatu kajian linguistik antropologis). Skripsi mahasiswi UPI jurusan bahasa dan sastra Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.
Syamsuri, Istamar, dkk.. (2004) Biologi untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Tim Generasi Cerdas. (2010) 3000 peribahasa&pantun paling populer. Jakarta Timur: Generasi Cerdas.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi, dkk.. (1983) Botani umum 1. Bandung: Angkasa.
Untoro, Setyo. (2009) Peribahasa bahasa-bahasa daerah sebagai cermin keanekaragaman budaya di Indonesia. Makalah Ringkas KIMLI. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas.
Wibowo, Agus Budi, dkk.. (1998) Budaya kerja masyarakat Melayu dalam
menghadapi era globalisasi di Medan Labuhan. Tersedia di:
http://www.academia.edu/3350227/Budaya_Kerja_Masyarakat_Melayu_dalam_ Menghadapai_Era_Globalisasi_di_Medan_Labuhan. [Diakses 18 agustus 2014]