PENANGKAPAN IKAN DENGAN
PURSE SEINE
MODUL TEACHING FACTORY
Purse Seine adalah alat tangkap yang bagian utamanya adalah jaring, dipergunakan untuk menangkap ikan pelagis besar atau ikan pelagis kecil yang bergerombol atau berada disekitar rumpon.
Dengan membaca modul ini, peserta didik lebih memahami usaha penangkapan ikan dengan purse seine mulai dari persiapan berlayar, menentukan daerah penangkapan ikan, teknik pengoperasian alat tangkap, jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan dan teknik penanganan ikan hasil tangkapan diatas kapal.
PENANGKAPAN IKAN DENGAN PURSE SEINE
JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16 GEDUNG MINA BAHARI III LANTAI 8 TELEPON : (021) - 3513300 (HUNTING) EXT : 6815, 6816 FAKSIMILIE (021) - 3513313
SURAT ELEKTRONIK pusdik@kkp.go.id KOTAK POS 4130 JKP 10041 JAKARTA PUSAT KODE POS 10110
PUSAT PENDIDIKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN PUSAT PENDIDIKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan
A-PDF Watermark DEMO: Purchase from www.A-PDF.com to remove the watermarkKATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan tersusunnya modul Penangkapan Ikan dengan Purse Seine ini. Modul ini disusun sebagai panduan
bagi siswa /guru dalam mengimplementasikan pendekatan belajar TEFA, sehingga peserta didik dapat melaksanakan kegiatan produksi secara mandiri tanpa harus selalu didampingi oleh guru.
Modul ini berisi tentang tahapan kegiatan produksi yang meliputi input, proses, dan output yang dapat digunakan oleh seluruh peserta didik pada semua tingkatan / kelas di SUPM. Dengan menjalankan / melaksanakan seluruh tahapan prosedur yang ada pada modul ini, peserta didik akan dapat mengasah aspek psikomotorik (keterampilan) dan afektif (sikap). Sedangkan hal-hal yang terkait dengan aspek kognitif (pengetahuan), peserta didik harus aktif mengikuti materi teori dari pembelajaran di ruang kelas dan membaca dari sumber-sumber referensi di perpustakaan.
Jakarta, Desember 2012 Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR TABEL ... vi PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Deskripsi Singkat ... 3 C. Tujuan Pembelajaran ... 4UNIT KOMPETENSI 1 PERSIAPAN BERLAYAR A. Persiapan Perbekalan ... 6
B. Mempersiapkan Dokumen Kapal ... 10
UNIT KOMPETENSI 2 KAPAL PUKAT CINCIN (PURSEINER) ... 15
UNIT KOMPETENSI 3 PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) A. Bentuk Umum Pukan Cincin (Purse Seine) ... 20
B. Klasifikasi Pukat Cincin ... 20
C. Bentuk dasar jaring utama ... 22
D. Bagian-Bagian Pukat Cincin ... 23
UNIT KOMPETENSI 4 DAERAH PENANGKAPAN IKAN A. Lokasi Daerah Penangkapan ... 29
B. Tanda-tanda adanya kawanan ikan ... 30
UNIT KOMPETENSI 5
TEKNIK PENGOPERASIAN PURSE SEINE
A. Pencarian kawanan ikan atau pencarian
posisi rumpon (searching) ... 34 B. Penurunan jaring (setting) ... 35 C. Penarikan tali kerut (pursing) ... 35 D. Penarikan/pengangkatan jaring ke atas
kapal (hauling) ... 36 E. Pengangkatan ikan ke atas kapal (brailling) ... 36
UNIT KOMPETENSI 6
PENANGANAN IKAN HASIL TANGKAPAN
A. Penanganan dan Penempatan Ikan Secara
Higienis di atas Kapal ... 39 B. Pembekuan Ikan ... 50 C. Proses pengenyahan panas atau penurunan suhu
selama ikan dibekukan ... 51
EVALUASI ... 54
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kapal pukat cincin kecil ... 16
2. Kapal pukat cincin besar ... 16
3. Bentuk umum pukat cincin ... 20
4. Pukat cincin dengan kantong di salah satu ujung jaring.. 21
5. Pukat cincin dengan kantong di tengah jaring ... 22
6. Purse seine bentuk segi empat ... 22
7. Purse seine bentuk trapesium ... 23
8. Purse seine bentuk lekuk ... 23
9. Tali ris atas, pelampung dan selvedge ... 25
10. Tali ris bawah, pemberat, selvedge dan ring ... 25
11. Bentuk-bentuk Tali Cincin ... 26
12. Pelampung pukat cincin ... 27
13. Pemberat dan tali ring dari rantai ... 28
14. Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPP-RI) ... 30
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kebutuhan air tawar awak kapal per hari ... 8
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pukat cincin atau biasa sisebut dengan “Purse Seine“ adalah alat penangkap ikan yang dipergunakan untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombol seperti: Kembung, Lemuru, Layang, Tongkol, Cakalang, dan lain sebagainya.
Purse Seine adalah alat penangkap ikan yang bagian
utamanya adalah jaring, dipergunakan untuk menangkap ikan pelagis besar atau ikan pelagis kecil sesuai dengan ukuran dan jumlah yang banyak. Alat penangkap ikan jenis purse seine terdiri dari kantong (bag, bunt), badan jaring, tepi jaring, pelampung (float), tali pelampung (float
line), sayap (wing), pemberat (singker lead), tali penarik
(purse line), tali cincin (tali kang), cincin (ring), dan selvage. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan dari Purse seine adalah ikan – ikan pelagis yang membentuk gerombolan/kawanan berada dekat permukaan air (sea
surface). Sangat diharapkan pula densitas shoal
(gerombolan/kawanan) tersebut tinggi, yang berarti jarak ikan dengan ikan yang lainnya harus sedekat mungkin (Ayodhyoa, 1981).
Purse seine dioperasikan dengan cara melingkarkan
jaring mengelilingi kawanan ikan, sehingga kawanan ikan tidak dapat meloloskan diri secara horizontal. Setelah pelingkaran selesai jaring dikerutkan dengan cara menarik tali kerut, sampai tali pemberat menyatu dan bagian bawah jaring tertutup, sehingga kawanan ikan tidak dapat
meloloskan diri secara vertical maupun horizontal. Kawanan ikan digiring ke bagian kantong yang terdapat diujung jaring di salah satu sisi jaring dengan cara menarik jaring ke kapal dan akhirnya ikan hasil tangkapan diangkat ke atas kapal (Ayodhyoa, 1981).
Purse Seine dikenal juga sebagai Pukat Cincin atau
Pukat Lingkar. Alat tangkap ini berbentuk persegi panjang dengan pelampung (Floats) di bagian atas dan pemberat (Sinkers) serta cincin besi (Rings) di bagian bawah. Pada saat dioperasikan, kapal yang membawa alat penangkap ikan jenis ini melingkari sekawanan ikan yang telah dikumpulkan dengan pemikat rumpon dan lampu berkekuatan tinggi. Setelah lingkaran terbentuk sempurna, maka tali kolor (Purse Line) yang terdapat di bagian bawah akan ditarik melewati cincin-cincin besi yang bergelantungan di bagian bawah jaring sehingga alat tangkap ini akan mengerucut dan berbentuk seperti mangkok dengan segerombolan ikan yang terkurung di dalamnya.
Selanjutnya seluruh jaring akan ditarik ke sisi kapal dan ikan yang tertangkap akan terkumpul di bagian kantong jaring secara otomatis. Jenis ikan sasaran purse
seine Laut Jawa adalah jenis-jenis ikan pelagis kecil seperti
Selar, Layang, Kembung, Tongkol, Bawal, Kayul dsb. Meski demikian, kadang kala tertangkap pula jenis-jenis ikan lainnya meski jumlahnya sangat sedikit seperti Kakap, Tenggiri, Baronang dan ikan-ikan dasar lainnya
Purse seine dibagi menjadi dua, yaitu purse seine
dengan kontong (bunt) di tenggah dan kantong di pinggir.
Pada purse seine kantong di tenggah biasanya penarikan jaring dilakukan dari ke dua ujungnya, purse seine ini biasanya ditarik dengan tenaga manusia. Sedangkan yang kantongnya di pingging biasanya ditarik dengan mesin penarik (power block) yang digerakan dengan hidrolik. Pengoperasian purse seine dapat dilakukan dengan satu buah dan lebih dari satu buah kapal, hal ini tergantung dari ukuran kapal, ukuran jaring, dan jenis ikan yang akan tangkapan.
Modul Teknik Pengoperasian Purse Seine ini disusun sebagai panduan belajar para siswa Sekolah Usaha Perikanan Menengah supaya para siswa dapat mengerti tentang cara Pengoperasian Purse Seine. Modul ini bermanfaat sebagai bahan acuan para guru dalam memberikan materi mengenai Penangkapan Ikan dengan Purse Seine, sehingga para siswa dapat melakukan kegiatan penangkapan ikan di lapangan dengan benar, baik dari persiapan di darat. Alat penangkap ikan, kapal yang digunakan, daerah penangkapan ikan, teknik pengoperasian dan jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
B. Deskripsi Singkat
Modul dengan judul Penangkapan Ikan Dengan Purse
Seine ini berisi uraian mengenai persiapan kapal sebelum
melakukan operasi, kapal Purse Seine, jaring Purse Seine, daerah penangkapan ikan, teknik pengoperasian Purse Seine, jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan dan teknik penanganan ikan hasil tangkapan di atas kapal.
Modul ini disusun secara sederhana, menggunakan bahasa yang mudah dipahami para siswa setingkat SUPM. Sehingga diharapkan para siswa dapat mempelajari dan menerapkannya dengan baik.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Utama
Setelah mempelajari modul ini para siswa diharapkan mampu mengerti dan memahami usaha penangkapan ikan dengan Pukat Cincin (Purse Seine). 2. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari modul ini para siswa diharapkan mampu menerapkan usaha penangkapan ikan dengan Pukat Cincin (Purse Seine).
UNIT KOMPETENSI 1 PERSIAPAN BERLAYAR Standar Unit Kompetensi :
Setelah mempelajari materi ini, siswa mampu mempersiapkan dukumentasi kapal sebelum berlayar untuk menuju daerah penangkapan ikan.
Indikator Keberhasilan :
1. Mampu mepersiapkan Perbekalan kapal sebelum berlayar.
2. Mampu meprsiapkan Dukumentasi kapal sebelum berlayar.
Uraian Materi :
Perbekalan dan Dokumentasi kapal merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan di laut. Karena faktor keselamatan jiwa manusian dikapal dan faktor keselamatan kapal itu sendiri menjadi penting untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Persiapan perbekalan terdiri dari persiapan perbekalan untuk operasional kapal dan persiapan perbekalan untuk kosumsi awak kapal. Perbekalan untuk operasional kapal terdiri dari: Bahan Bakar Minyak (BBM) Diesel, Minyak Pelumas ( Oli ), Air Tawar, Umpan, Cadangan Alat Tangkap, Bahan Dan Peralatan Perawatan Kapal, Serta Suku Cadang Mesin. Sedangkan perbekalan untuk
kebutuhan konsumsi awak kapal yaitu : Beras, Air Minum, Lauk pauk, dan Makanan Ringan (Snack).
A. Persiapan Perbekalan
Pada persiapan perbekalan terdiri dari persiapan perbekalan untuk operasional kapal dan persiapan perbekalan untuk kosumsi awak kapal.
1. Perbekalan untuk operasional kapal terdiri dari : a) Mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) Diesel ke
dalam tangki,
Pada waktu mengisi Bahan bakar minyak perlu menghitung jumlah yang akan dimuat atau diisikan ke dalam tangki. Hal ini tergantung kepada lamanya operasi dalam satu trip dan kapasitas tangki BBM dan konsumsi setiap harinya. BBM merupakan komponen biaya yang paling besar dalam pengoperasian Pukat Cincin, yaitu berkisar antara 60 – 70% dari total biaya operasional kapal dalam satu trip penangkapan ikan.
Perhitungan kosumsi pemakaian bahan bakar minyak dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
С = 0,75 х Р(mах) х (S/d) х t 0,001
Dimana :
C = Kosumsi BBM dalam satu hari (liter)
0,75 = Koefisiensi rata-rata pemakaian BBM
pada operasi penangkapan dengan
pukat cincin. Sewaktu jalan berkisar antara 0,7 – 0,8, sewaktu penangkapan berkisar antara 0,5 – 0,8
P(max) = Daya maksimum kekuatam mesin
dalam HP
S = Nilai spesifik pemakaian BBM solar/HP/jam yaitu 200gr/HP/jam
d = densitas BBM yaitu 0,84
t = waktu pemakaian dalam jam
Contoh perhitungan BBM :
Sebuah kapal purse seine dengan panjang seluruhnya (length over al ) 27 m memiliki motor induk (main engine) 300 HP dan motor bantu (generator engine) 150 HP, jika akan beroperasi selama 30 hari, berapa BBM dan oil yang diperlukan dalam operasi penangkapan tersebut?
Jawab :
С = 0,75 х Р(mах) х (S/d) х t 0,001
= 0,75 x 450 x (160/0,84) x 24 x 0,001 x 30 = 46285 ltr = 46,kl (kilo liter, tapi biasanya
kl ini disebut dengan ton)
Jadi kebutuhan BBM dalam 30 hari = 46,3 + 5%
= 48,60 kl.
b) Menyiapkan Minyak Pelumas (Oli)
Pemakaian minyak pelumas (oli) 1 – 3 % dari pemakaian BBM, rata-rata 2%. Jadi pemakaian oil dalam 30 hari = 48,600 ltr x 2% = 972 ltr.
c) Mengisi Air Tawar ke dalam tangki air tawar
Air tawar di kapal pukat cincin dibutuhkan antara lain yaitu: memasak, minum, pendingin motor diesel. Kebutuhan air bagi awak kapal dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan air tawar awak kapal per hari
No Ukuran panjang
kapal (m) Kebutuhan air tawar/hari
1 ≤ 10m 10 s/d 15 liter 2 ≥ 10 m - 20 m 5 s/d 25 liter 3 > 20m 25 s/d 30 liter
Pada contoh kasus kapal purse seine panjang 27m yang diawaki oleh 12 orang, maka kebutuhan air dalam 1 bulan = 12 x 30 x 30 ltr = 108.000 ltr (108 kl). Jika kapal tidak memiliki tangki air tawar sebesar itu, maka kapal harus dilengkapi dengan mesin pembuat air tawar (destiling plan) untuk mencukupi keperluan air tawar. Sedangkan kebutuhan air tawar untuk pendinginan motor diesel tidak terlalu banyak, sebab sebelum berangkat telah di isi penuh,
pada umumnya air pendingin ini hanya memerlukan penambahan yang relatfif kecil.
d) Menyiapkan Cadangan jaring,
e) Menyiapkan alat-alat menjurai untuk perbaikan jaring
f) Bahan dan Peralatan Perawatan Kapal, Serta g) Suku Cadang Mesin.
h) Pengisian Es Curah
Kesegaran ikan hasil tangkapan harus dijaga supaya tidak menurun, sebab semenjak ikan tertangkap dan mati kemuduran mutu telah terjadi. Untuk menjaga mutu dan kesegaran ikan diperlukan media pendingin. Pada penangkapan ikan dengan tujuan ikan hasil tangkapan yang segar biasanya dilakukan dengan menggunakan es curah. Ikan yang telah dibersihkan disimpan dalam palkah dengan timbunan es curah, jika palkah berpendingin hanya digunakan untuk mempertahankan suhu palkah tetap berada pada ± 10oC. Sedangkan pada penangkapan ikan
dengan tujuan beku biasanya ikan hasil tangkapan akan disimpan dalam palkah dengan media pendingin sistim Air Garam Dingin (Brine
System).
Kebutuhan es curah tergantung dari: target hasil tangkapan yang akan dicapai, kapasitas palkah, dan keadaan suhu lingkungan. Adapun kebutuhan es curah untuk mendinginkan hasil tangkapan, sehingga dapat digunakan untuk
mempertahankan ikan ≥ 10 hari, yaitu: di daerah iklim sedang 0,5 ton untuk setiap 1 ton hasil tangkapan, dan di daerah tropis diperlukan 1 ton es untuk mendinginkan 1 ton ikan hasil tangkapan. Kebutuhan ini akan berkurang antara 30% - 50%, jika palkah berpendingin (Prado and Drimiere, 1971 dalam BPPI,1991).
2. Sedangkan perbekalan untuk kebutuhan konsumsi awak kapal yaitu :
a) Menyiapkan Beras,
b) Menyiapkan Lauk pauk untuk kebutuhan selama pelayaran, dan
c) Menyiapkan Makanan atau Minuman Ringan. Kebutuhan perbekalan kapal untuk awak kapal seperti: Beras, Gula, Teh, Kopi, Susu, Makanan Ringan dan Obat-obatan. Beras merupakan Kebutuhan utama sebagai bahan makanan, awak kapal. Dengan kondisi kerja yang sangat berat memerlukan konsumsi makanan yang relatif banyak, yaitu antara 600 gram – 800 gram beras/orang/hari.
B. Mempersiapan Dukumen Kapal
Kapal harus memperoleh Surat Izin Berlayar (SIB) dari Syahbandar dimana kapal tersebut bersandar/ berlabuh. Surat Izin Berlayar yaitu surat izin yang dikeluarkan oleh Syahbandar yang menyatakan bahwa kapal boleh berlayar. Kapal harus segera berlayar paling
lambat 2 x 24 jam setelah memperoleh SIB. Jika dalam batas waktu tersebut kapal belum berangkat, maka kapal harus memperbaharui SIB. Syarat memperoleh SIB antara lain sebagai berikut :
1. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP); adalah surat yang dikeluarkan oleh Dirjen Perikanan Tangkap untuk kapal ≥ 60 GT dan kapal ≥ 30 GT untuk kapal yang dioperasikan di perairan bebas, sedangkan kapal yang beruukuran ≥ 30 GT – 60 GT dikeluarkan oleh Kepala dinas Kelautan dan Perikanan tingkat Propinsi dan untuk kapal < 30 GT dikeluarkan oleh Kepala dinas Kelautan dan Perikanan tingkat Kota atau Kabupaten. Masa berlaku SIUP adalah selama perusahaan masih menjalankan usaha perikanan. 2. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) adalah surat izin
yang memberikan kewenangan kepada kapal untuk menggunakan alat tangkap tertentu dan daerah penangkapan yang di izinkan, SIPI merupakan kesatuan dari SIUP. Masa berlaku SIPI adalah 3 tahun untuk kapal pukat cincin, pukat cincin, jaring insang hanyut, dan huhate. Sedangkan untuk kapal penangkap jenis lain selama 2 tahun.
3. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI); yaitu surat izin yang diberikan kepada kapal yang dipergunakan untuk mengangkut dan menyimpan ikan. Jika kapal penangkap yang sekaligus untuk membawa hasil tangkapan, maka kapal tersebut harus memiliki SIKPI. Masa berlaku SIKPI adalah 3 tahun untuk kapal pukat cincin, pukat cincin, jaring insang
hanyut, dan huhate. Sedangkan untuk kapal penangkap jenis lain selama 2 tahun.
4. Sertifikat Laik Operasi (SLO) kapal perikanan; adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa kapal perikanan telah memenuhi persyaratan administrasi dan kelayakan teknis untuk melakukan kegiatan perikanan. SLO diterbitkan oleh Pengawas Perikanan di pelabuhan dimana kapal bersandar. SLO berlaku 2 x 2 jam.
5. Surat Laik Laut (Sertifikat Kesempurnaan Kapal); adalah surat yang menyatakan bahwa kapal tersebut telah memenuhi persyaratan kesempurnaan dan perlengkapan untuk berlayar pada perairan tertentu. Dikeluarkan oleh Syahbandar setempat, masa berlaku Sertifikat Kesempurnaaan adalah 1 tahun.
6. Surat Tanda Pendaftaran Kapal; adalah suatu
dokumen yang menyatakan bahwa kapal telah dicatat dalam register kapal-kapal, yaitu setelah memperoleh Surat Ukur, dimana tujuan dari Pendaftaran kapal ini adalah untuk memperoleh Surat Kebangsaan Kapal. Adapun Surat Kebangsaan Kapal terdiri dari :
1) Surat Laut : diberikan kepada kapal yang besarnya 500 m3 atau lebih (isi kotor) yang bukan kapal nelayan atau kapal persiar,
2) Pas Kapal : diberikan kepada kapal yang besarnya 20 m3 atau lebih (isi kotor) tetapi
kurang dari 500 m3 , yang bukan kapal nelayan atau kapal pesiar, dengan nama Pas Tahunan, 3) Pas Kecil (Pas Biru) : diberikan kepada
kapal-kapal yang isi kotornya kurang dari 20 m3 atau kapal nelayan dan kapal pesiar.
7. Sertifikat Garis Muat kapal atau Load Line Certificate adalah suatu sertifikat yang diterbitkan oleh Pemerintah Negara Kebangsaan kapal, berdasarkan Perjanjian Internasional (konvensi) tentang garis muat dan lambung timbul (free board) yang memberikan pembatasan garis muat untuk tiap-tiap musim atau daerah atau jenis perairan dimana kapal berlayar. Berlaku selama kapal tidak mengalami perubahan.
8. Sertifikat Hapus Tikus kapal (Derating Certificate) adalah suatu sertifikat kapal yang diberikan kepada sebuah kapal oleh Departemen Kesehatan yaitu; Kesehatan Pelabuhan (Port Health), setelah kapal yang bersangkutan dilakukan fumigasi dan telah diteliti tidak terdapat tikus dan serangga pengganggu. Masa berlaku sertifikat ini adalah 6 bulan dan dapat diperpanjang selama 1 tahun.
9. International Declaration of Health adalah suatu pernyataan bahwa kapal sehat, tidak tersangka dan tidak terjangkit suatu penyakit menular, diberikan oleh Dinas Kesehatan Pelabuhan dan masa berlakunya hanya sekali jalan.
10. Daftar / Sijil Awak kapal adalah suatu buku yang berisi daftar nama dan jabatan Anak Kapal, yaitu
mereka yang melakukan tugas di atas kapal yang harus diketahui serta disyahkan oleh Syahbandar (Pasal 375 KUHD). Sijil Awak Kapal berlaku terus
sepanjang tidak ada alasan untuk menggugurkannya, setiap masuk pelabuhan harus ditanda tangani oleh Syahbandar.
11. Crew List adalah daftar nama dari seluruh awak kapal dan masa berlaku sekali pakai yaitu pada saat kapal memasuki pelabuhan, daftar nama ini ditanda tangani oleh Nakhoda dan diketahui oleh Syahbandar.
12. Warta Kapal adalah Riwayat kapal dari Pelabuhan tolak sampai dengan Pelabuhan yang disinggahi.
13. Surat Izin Stasiun Radio Dinas Maritim; adalah surat yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
UNIT KOMPETENSI 2
KAPAL PUKAT CINCIN ( PURSEINER ) Standar Unit Kompetensi :
Setelah mempelajari materi ini, siswa mampu mengidentifikasi Kapal (Purseiner) dan mampu mengendalikannya dengan baik dan benar.
Indikator Keberhasilan :
Mampu mengidentifikasi Kapal Pukat Cincin (Purseiner).
Uraian Materi :
Kapal pukat cincin (Purseiner) adalah jenis kapal yang dibuat dengan tujuan untuk mengoperasikan pukat cincin, dan dilengkapi dengan palkah pendingin untuk menampung hasil tangkapan, mepunyai geladak kerja yang luas, mudah untuk diolah gerakan dan mempunyai kecepatan yang cukup untuk menuju ke daerah penangkapan ikan dan melingkarkan jaring.
Kapal penangkap ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan, dan atau mengawetkan (UU No 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan).
Kapal pukat cincin biasanya memiliki ruangan-ruangan sebagai berikut :
1. Tempat persiapan jaring di geladak (depan, belakang, samping kiri atau kanan) tergantung dari mana jaring akan diturunkan.
2. Tempat penarikan (hauling) biasanya terdapat di bagian depan, tengah, atau belakang; Tempat penyimpanan ikan.
Gambar 1. Kapal pukat cincin kecil
Gambar 2. Kapal pukat cincin besar
Nomura dan Yamazaki (1977) mengatakan, bahwa ada beberapa persyaratan minimal untuk kapal ikan yang dapat digunakan untuk operasi penangkapan ikan, yakni memiliki kekuatan struktur badan kapal, menunjang keberhasilan operasi penangkapan, memiliki fasilitas penyimpanan hasil tangkapan ikan dan memiliki stabilitas
yang tinggi. Stabilitas kapal mutlak diperlukan sebagai kemampuan kapal untuk kembali ke posisi semula (tegak) setelah mengalami momen temporal, dimana posisi miring akibat bekerjanya gaya baik dari luar maupun dari dalam kapal tersebut. Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi desain suatu kapal penangkap ikan adalah tujuan penangkapan ikan, alat dan metode penangkapan, kelaik lautan dan keselamatan awak kapal, peraturan-peraturan yang berhubungan dengan desain kapal, pemilihan material yang tepat untuk konstruksi, penanganan dan penyimpanan hasil tangkapan, serta faktor-faktor ekonomis
Menurut Soemarto (1979), kapal penangkapan harus memenuhi persyaratan antara lain :
1. Memiliki kesanggupan berlayar di laut dengan baik dalam segala keadaan yang mungkin terjadi.
2. Sanggup berlayar dengan tenaga sendiri ke dan dari daerah penangkapan serta dapat melakukan penangkapan continue.
3. Mempunyai stabilitas yang tinggi untuk menjamin keselamatan.
4. Kekuatan dan struktur yang kokoh.
5. Memiliki fasilitas penyimpanan hasil tangkapan.
6. Tempat persediaan cukup untuk bahan bakar, makanan dan air, untuk keperluan operasi dalam waktu serta jarak yang telah ditentukan untuk keperluan yang tak terduga.
7. Kapal harus mempunyai kekuatan yang baik agar dapat menahan gaya-gaya yang bekerja padanya, baik gaya-gaya dari luar maupun dari dalam.
KOMPETENSI 3
PUKAT CINCIN ( PURSE SEINE ) Standar Unit Kompetensi :
Setelah mempelajari materi ini, siswa mampu mengidentifikasi dan mempersiapkan jaring Pukat Cincin (Purse Seine) dan mampu mengoperasikannya dengan baik dan benar.
Indikator Keberhasilan :
Mampu mengidentifikasi alat penangkap ikan jenis
purse seine.
Uraian Materi :
Pukat cincin atau lazim disebut dengan “Purse Seine” adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari lembaran jaring berbentuk segi empat pada bagian atas dipasang pelampung dan bagian bawah dipasang pemberat dan tali kerut (purse line) yang berguna untuk menyatukan bagian bawah jaring, sehingga ikan tidak dapat meloloskan diri ke bawah (vertikal) dan ke samping (horizontal). Biasanya besar mata jaring disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan ditangkap. Ukuran benang dan mata jaring tiap-tiap bagian biasanya tidak sama. Disebut dengan pukat cincin sebab pada jaring bagian bawah dipasangi Cincin (ring) yang berguna untuk memasang tali kerut atau biasa juga disebut juga tali kolor.
A. Bentuk Umum Pukan Cincin (Purse Seine)
Purse seine dinamakan demikian karena sifat alat
tangkap yang menggurung gerombolan / kawanan ikan, kemudian tali kerut ditarik sehingga jaring membentuk kantong yang besar, sehingga ikan-ikan terkurung.
Purse seine memiliki bentuk umum dan bagian-bagian
yang sama walaupun ada bermacam-macam purse seine. Bentuk umum purse seine beserta bagian-bagiannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3. Bentuk umum pukat cincin
B. Klasifikasi Pukat Cincin
Pukat cincin diklasifikasi sesuai dengan International Standards Stastistic Classification of Fishing Gear (ISSCFG) FAO dengan symbol dan singkatan ISSCFG 01.0.0. adapun kode dan singkatan sebagai berikut :
1. Jaring lingkar dengan singkatan dan kode 01.0.0.2. 2. Jaring lingkar bertali kerut PS 01.1.0 3.
3. Jaring lingkar satu kapal PS 01.1.1 4. 4. Jaring lingkar dua kapal PS 01.1.2 5.
5. Jaring lingkar tanpa tali kerut / lampara LA 01.2.0
Pada dasarnya purse seine dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : purse seine dengan kantong di bagian ujung jaring dan purse dengan kantong dibagian tengah.
Klasifikasi pukat cincin dapat dibagi menjadi dua yaitu : Pukat cincin dengan kantong ditengah dan kantong di pinggir. Selain itu pukat cincin dapat diklasifikasikan menurut bentuk dasarnya yaitu : Segi empat, Trapesium dan Lekuk.
1. Letak kantong ( bunt ) pada jaring utama
Berdasarkan letak kantong pada jaring utama yaitu : 1) Kantong terletak pada salah satu ujung jaring 2) Kantong terletak pada tenggah-tenggah jaring
Gambar 4 : Pukat cincin dengan kantong di salah satu ujung jaring.
KANTONG
Gambar 5 : Pukat cincin dengan kantong di tengah jaring
C. Bentuk dasar jaring utama
Berdasarkan bentuk Jaring Utama purse seine yaitu : 1. Bentuk segi empat
2. Bentuk trapesium 3. Bentuk lekuk
Gambar 6 : Purse seine bentuk segi empat
KANTONG
Gambar 7 : Purse seine bentuk trapesium
Gambar 8 : Purse seine bentuk lekuk
D. Bagian-Bagian Pukat Cincin
Menurut Ayodhya (1981) ikan yang menjadi tujuan penangkapan dari Purse Seine adalah ikan-ikan pelagis yang bergerombol dekat dengan permukaan air, yang berarti jarak ikan dengan ikan lainnya saling berdekatan.
Menurut Usemahu (2003) ikan-ikan yang tertangkap dengan purse seine karena gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring sehingga pergerakannya terhalang oleh jaring dari dua arah, baik pergerakannya ke samping
(horizontal) maupun pergerakannya ke arah dalam (vertikal).
Secara umum berbagai macam bahan yang digunakan untuk pembuatan purse seine dapat diperinci sebagai berikut : jaring utama, srampat (selvedge), kantong (bunt) 1. Jaring Utama :
Bahan yang biasa digunakan adalah benang nylon PA 210d/9 dengan besar mata jaring (mesh size) 1,25 inchi. Panjang pukat cincin biasanya ± 3 kali kedalaman jaring, misalnya ; Panjang x lebar = 300m : 100m. Jumlah mata ke bawah atau dalamnya tergantung dari kedalaman air dimana alat tersebut akan dioperasikan
2. Selvedge :
Selvedge merupakan mata jaring penguat yang
berfungsi untuk melindungi bagian pinggir dari jaring utama agar tidak mudah rusak atau robek pada saat ditarik, selvadge terletak di sekeliling jaring utama. Bahan Selvedge biasanya lebih kaku dari bahan jaring utama seperti polyethylene (PE) 380d/12 dengan ukuran mata jaring 1,5inchi atau lebih besar. Ukuran mata selvedge selalu lebih besar dari jaring utama, demikian juga nomor benang yang dipergunakan.
3. Tali Ris :
Adalah tali pengikat tali pelampung dan pemberat terhadap jaring, tali ris terdiri dari tali ris atas dan tali ris bawah, tali ris atas berfungsi sebagai pengikat tali pelampung dan tali ris bawah berfungsi sebagai pengikat tali pemberat. Tali ris atas dan bawah
mengunakan arah pintalan yang berlawanan dengan tali pelampung dan tali pemberat. Penciutan (shrinkage) pada umumnya berkisar antara 30% - 15% bahkan ada yang menggunakan shrinkage 10%. Shrinkage pada tali ris atas kadang-kadang berbeda dengan shrinkage pada bagian bawah jaring, dimana pada bagian bawah lebih kecil yang berarti tali ris bawah akan lebih panjang dari tali ris atas.
Gambar 9 : Tali ris atas, pelampung dan selvedge
Gambar 10. Tali ris bawah, pemberat, selvedge dan ring
4. Tali kang (ring) :
Tali ring adalah tali yang dipergunakan untuk menggantungkan cincin pada tali ris bawah. Tali ring ini juga kadang-kadang disebut juga dengan tali kang. Tali kang dibuat dengan menggunakan bahan kuralon atau polyethylene dengan ukuran diameternya = 10 mm. Dan ukuran panjangnya ± 150 cm. Ada tiga tipe tali ring yaitu :
1) Bentuk kaki tunggal, 2) Bentuk kaki ganda, 3) Bentuk dasi.
Gambar 11 : Bentuk-bentuk Tali Cincin
5. Tali kerut (purse line) :
Berfungsi untuk menyatukan cincin yang terdapat di bagian bawah, sehingga ikan yang berada di dalam akan terkurung jaring yang berbentuk kantong. Tali biasa disebut juga dengan tali kolor, bahan tali kolor umumnya menggunakan polyethylene (PE) akan tetapi kadang-kadang ada juga yang menggunakan kuralon (PVA). Ukuran tali kolor adalah merupakan
ukuran yang terbesar di antara ukuran tali-tali yang lainnya, yaitu garis tengah kurang lebih 25 mm. Hal ini karena tali kolor memerlukan kekuatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan tali-tali lain.
6. Pelampung :
Pelampung berfungsi untuk menahan bagian jaring supaya tetap mengapung, sehingga jaring membentuk dinding sebagai penghalang ikan supaya ikan terkurung dalam jaring. Bahan yang digunakan adalah bahan yang berat jenisnya lebih kecil dari berat jenis air laut.
Gambar 12. Pelampung pukat cincin
7. Pemberat :
Pemberat berfungsi agar jaring bagian bawah cepat tenggelam waktu dioperasikan. Bahan pemberat umumnya menggunakan timah atau timbal (timah hitam). Pemberat yang digunakan umumnya berbentuk silinder dengan ukuran panjang + 3 cm dengan diameter 5 cm. Tetapi kadang-kadang pemberat dan tali ring dibuat dari bahan rantai besi
Gambar 13. Pemberat dan tali ring dari rantai
8. Cincin :
Fungsi cincin adalah untuk tempat lewatnya tali kerut sewaktu ditarik agar bagian bawah jaring dapat terkumpul. Bahan cincin biasanya dari kuningan atau tembaga atau kadang-kadang digunakan bahan besi yang dilapisi dengan kuningan. Cincin yang dipergunakan biasanya mempunyai ukuran diameter 10 cm dengan berat sekitar 400 gram.
UNIT KOMPETENSI 4 DAERAH PENANGKAPAN IKAN Standar Unit Kompetensi :
Setelah mempelajari materi ini, siswa mampu menentukan daerah penangkapan ikan yang sesuai untuk pengoperasian purse seine.
Indikator Keberhasilan :
1. Mampu memahami ciri-ciri adanya kawanan ikan yang akan ditangkap dengan menggunakan purse seine. 2. Mampu menentukan daerah penangkapan ikan untuk
pengoperasian purse seine.
Uraian Materi :
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) pada pengoperasian pukat cincin adalah daerah yang alur pelayaran tidak terlalu ramai dilayari oleh kapal lain. Pukat cincin dioperasikan di dekat permukaan perairan, sehingga diperlukan kedalaman air yang cukup untuk dapat mengoperasikannya.
A. Lokasi Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) pada pengoperasian pukat cincin adalah daerah yang alur pelayaran tidak terlalu ramai dilayari oleh kapal lain. Pukat cincin dioperasikan di dekat permukaan perairan, sehingga diperlukan kedalaman air yang cukup untuk dapat mengoperasikannya. Hampir
disemua WPP-RI pukat cincin dapat dioperasikan, dengan tujuan penangkapan yang berbeda. Misalnya untuk WPP-RI 711, 712, dan 713 ditujukan untuk menangkap ikan pelagis kecil, seperti Ikan Kembung dan Ikan Layang. Sedangkan di WPP-RI 715, 715, dan 717 ditujukan untuk menangkap pelagis besar seperti Ikan Tuna dan Ikan Cakalang. Pada gambar berikut ini adalah Daerah Penangkapan ikan pada pengoperasian Pukat cincin.
Gambar 14 : Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPP-RI)
B. Tanda-tanda adanya kawanan ikan.
Daerah penangkapan untuk alat Purse Seine merupakan daerah terbuka yang luas, dasarnya harus bebas dari batu dan karang atau kerangka kapal karam. Karena ikan yang menjadi sasaran Purse Seine berupa ikan bergerombol yang hidup palagis, maka umumnya daerah penangkapanya berupa laut yang
sifat airnya oseanis di daerah lepas pantai dengan kedalaman air sekitar 50 meter atau lebih dalam lagi.
Di daerah penangkapan Purse Seine diperairan lepas pantai ukuran lebar jaringnya dan ukuran mata jaring disesuaikan dengan jenis ikan yang ditangkap. Untuk menangkap jenis ikan Lemuru, Kembung dan ikan Layang, digunakan jaring yang ukuran matanya 1,5 - 3 inchi. Untuk daerah perairan pantai panjang jaringnya 300 - 400 meter dengan ukuran lebar 40-50 meter; agak ketengah jaring yang dioperasikan lebih panjang sekitar 600 - 700 meter dengan lebar 100 meter. Untuk menangkap gerombolan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di laut bebas digunakan jaring dengan ukuran benang dan mata jaring yang lebih besar, panjang jaringnya 1500 - 2500 meter atau lebih.
Cara mencari atau mendekati tempat ikan dengan melacak atau dilakukan secara langsung atas gerakan ikan dan pengamatan tidak langsung dengan mengawasi tanda-tanda di luar permukaan air. Pengamatan atau observasi dilakukan dengan menggunakan teropong, dan dengan menggunakan
Fish finder atau Sonar. Berikut tanda-tanda adanya
kawanan ikan:
1. Adanya ikan yang berlompat-lompatan ke atas permukaan air.
2. Adanya indikasi lain seperti burung laut yang bertebangan di atas permukaan air.
Besar atau kecilnya gerombolan ikan dalam air dapat diperkirakan dengan memperhatikan
gerakan burung laut yang terbang di atas gerombolan ikan dalam air. Apabila burung tersebut terbang cepat menunjukkan bahwa gerakan ikannya juga cepat, yang arah renangnya diikuti oleh burung. Apabila berenangnya ikan lambat, maka burungnya terbangnya juga lambat dan tinggi. Apabila ikannya naik ke permukaan air, maka burung akan menukik dan terbang menyambar-nyambar permukaan air. Gerombolan ikan yang beruaya umumnya oleh burung-burung di atasnya
3. Perubahan warna air di permukaan.
Apabila berombolan ikan besar, maka permukaan air laut warnanya akan berubah menjadi gelap, berwarna agak kecoklat-coklatan. Apabila bergerombolan kecil, permukaan berwarna gelap keungu-unguan
4. Adanya buih-buih di permukaan.
5. Adanya percikan-percikan air di permukaan.
6. Nampak adanya kilatan-kilatan dari warna ikan dalam air.
7. Data Oseanografis dan Meteorologi.
Dengan mengadakan analisa tentang data Oceanografi dan Meteorologi, seperti suhu air, salinitas dan tekanan udara dan sebagainya, tempat gerombolan ikan dapat dicari pencarian gerombolan ikan dari udara.
8. Tanda-tanda lain sebagai petunjuk adanya gerombolan ikan.
a. Adanya batang terapung.
b. Adanya ikan Cucut di atas berenang dekat permukaan.
c. Adanya Lumba-lumba yang bermain-main.
d. Adanya Paus juga menunjukan adanya gerombolan Cakalang di dekatnya.
UNIT KOMPETENSI 5
TEKNIK PENGOPERASIAN PURSE SEINE Standar Unit Kompetensi :
Setelah mempelajari materi ini, siswa mampu mengoperasikan Purse Seine.
Indikator Keberhasilan :
Mampu mengoperasikan Purse Seine.
Uraian Materi :
Operasi penangkapan ikan dengan pukat cincin terdiri dari : Pencarian kawanan ikan atau pencarian Rumpon (searching), penurunan jaring (setting), penarikan tali kerut (pursing), penarikan jaring (hauling), dan pengangkatan hasil tangkapan (brailling)
A. Pencarian kawanan ikan atau pencarian posisi rumpon (searching)
Lakukanlah pengamatan seperti berikut ini :
1. Pergunakan alat bantu untuk pengamatan dengan Alat teropong (binocular)
2. Lakukan pengamatan ditempat yang terbuka dan di bagian dek kapal yang paling tinggi.
3. Jika kelihatan ada tanda-tanda adanya kawanan ikan, sampaikan kepada yang sedang mengemudikan kapal.
4. Setelah dekat dengan kawanan ikan, lakukan pendeteksian kawanan ikan dengan alat yang ada.
Pada kapal-kapal besar pendeteksian kawanan ikan dengan menggunakan SONAR.
B. Penurunan jaring (setting)
Pada kegiatan setelah diputuskan atau disimpulkan bahwa akan dilakukan penangkapan kawanan ikan tersebut, maka pekerjaan selanjutnya adalah penurunan jaring (setting). Urutan pekerjaannya setting adalah sebagai berikut :
1. Olah geraklah kapal sampai dengan posisinya tepat terhadap arah angin dan arus.
2. Setelah posisi kapal sesuai dengan yang diinginkan, maka turunkanlah ujung jaring dengan cara ditarik dengan skiff boat.
3. Kapal maju pelan dan melingkari kawanan ikan yang akan ditangkap.
C. Penarikan tali kerut (pursing)
Setelah jaring diturunkan dan dilingkarkan untuk melingkari kawanan ikan, kegiatan selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Setelah jaring dilingkarkan, tariklah tali kerut jaring ( purse line ) dengan menggunakan Pangsi penarik tali kerut ( Purse line winch ) atau dengan menggunakan Kapstan sampai dengan bagian bawah jaring jadi satu atau bagian bawah jaring jadi tertutup.
2. Tariklah bagian pelampung jaring yang melengkung ke dalam lingkaran jaring dengan menggunakan
skiff boat.
3. Lakukanlah penarikan tali kerut sampai dengan semua cincin (ring) terikat di Dewi-dewi tali kerut (Purse Davit).
D. Penarikan/pengangkatan jaring ke atas kapal (hauling)
Tahapan Pekerjaan yang dilakukan dalam kegiatan penarikan / pengangkatan jaring ke atas dek kapal (hauling) adalah sebagai berikut :
1. Tariklah ujung jaring yang tidak ada kantongnya secara berurutan dengan menggunakan alat penarik jaring berupa Power block.
2. Selanjutnya jaring disusun kemali pada tempatnya, agar siap pada setting yang berikutnya.
3. Lakukanlah penarikan jaring sampai dengan ikan terkumpul pada bagian kantong jaring.
E. Pengangkatan ikan ke atas kapal ( brailling ).
Setelah selesai penarikan jaring, maka ikan akan terkumpul dibagian kantong jaring (bunt). Tahapan kegiatan berikutnya adalah :
1. Siapkanlah pangsi (winch) yang telah dipasangkan serok besar.
2. Ulurkanlah serok dengan posisi miring ke jaring bagian kantong dimana ikan terkumpul.
3. Tariklah posisi serok menjadi mendatar, sehingga ikan berada di dalam serok.
4. Angkatlah seroknya dengan menggunakan tenaga motor elektronik sampai posisi serok berada di atas lubang palkah.
5. Tariklah tali pengikat ujung serok, sehingga ikan keluar dari serok dan masuk kedalam palkah yang sudah disiapkan unit pendingin ikan.
6. Lakukanlah kegiatan penyerokan ikan sampaidengan semua ikan yang berada di dalam kantong jaring terangkat semuanya.
Setelah selesai kegiatan pengangkatan ikan, semua bagian jaring diangkat dan disusun lagi di atas dek dan siap diturunkan lagi pada kegiatan setting berikutnya. Kegiatan selanjutnya adalah menangani ikan hasil tangkapan.
UNIT KOMPETENSI 6
PENANGANAN IKAN HASIL TANGKAPAN Standar Unit Kompetensi :
Setelah mempelajari materi ini, siswa mampu melakukan penanganan ikan di atas kapal dengan baik dan benar.
Indikator Keberhasilan :
1. Mampu melakukan penempatan dan penanganan ikan secara higienis di atas kapal.
2. Mampu melakukan pendinginan ikan.
3. Mampu memperhitungkan kebutuhan Es yang digunakan untuk mempertahankan mutu ikan.
Uraian Materi :
Penanganan dan penempatan ikan secara higienis merupakan prasyarat dalam menjaga ikan dari kemunduran mutu, karena baik buruknya penanganan akan berpengaruh langsung terhadap mutu ikan sebagai bahan makanan atau bahan mentah untuk pengolahan lebih lanjut. Demikian juga penempatan ikan pada tempat yang tidak sesuai, misalnya pada tempat yang bersuhu panas, terkena sinar matahari langsung, tempat yang kotor dan lain sebagainya akan berperan mempercepat mundurnya mutu ikan.
Dalam penanganan ikan segar, dikenal satu istilah penting yang disebut ”rantai dingin” = (cool chain), yaitu sejak ikan tertangkap sampai pengolahan lebih lanjut atau
dimasak didapur, hendaknya tetap berada atau disimpan dalam suhu mendekati 00C, yang penting selama ikan
belum dijual atau diolah lebih lanjut, harus selalu berada di kotak pendingin dengan persediaan es yang cukup.
A. Penanganan dan Penempatan Ikan Secara Higienis Di Atas Kapal.
Penanganan dan penempatan ikan secara higienis merupakan prasyarat dalam menjaga ikan dari kemunduran mutu, karena baik buruknya penanganan akan berpengaruh langsung terhadap mutu ikan sebagai bahan makanan atau bahan mentah untuk pengolahan lebih lanjut. Demikian juga penempatan ikan pada tempat yang tidak sesuai, misalnya pada tempat yang bersuhu panas, terkena sinar matahari langsung, tempat yang kotor dan lain sebagainya akan berperan mempercepat mundurnya mutu ikan.
Produk perikanan termasuk produk yang memiliki sifat sangat mudah rusak/busuk, sehingga sebaik apapun penanganan yang dilakukan tidak akan mungkin membuat ikan tetap segar. Namun demikian penanganan yang dilakukan adalah dalam rangka menghambat proses penguraian jaringan tubuh (pembusukan), sehingga ikan dapat disimpan selama mungkin dalam keadaan baik. Oleh karenanya begitu ikan tertangkap diangkat ke atas kapal harus secepat mungkin ditangani dengan baik dan hati-hati untuk kemudian disimpan di Ruangan pendingin (cold
storage) atau diolah bahkan langsung dimasak untuk
dikonsumsi.
Banyak cara untuk penanganan ikan seperti disampaikan di atas dari mulai penyiapan deck dan peralatan yang higienis, penyortiran atau pemisahan ikan perjenis, pemilahan ikan yang rusak, pembersihan dan pencucian, perlindungan dari sengatan matahari dan suhu tinggi, penyimpanan dalam ruang suhu dingin (chilling room) termasuk di dalamnya pemalkahan, peng-es-an, perendaman dengan air laut yang didinginkan ( iced sea water, refrigerated sea
water dan lain sebagainya ).
Dari uraian diatas, maka prinsip yang harus dilakukan dalam penanganan dan pembekuan hasil perikanan adalah mempertahankan kesegaran dengan perlakuan yang cermat dan hati-hati serta cepat menurunkan suhu ikan hingga 0o C bahkan suhu
pusatnya mencapai -18o C dengan perlakuan secara
bersih dan hygiene (Ilyas, S., 1993)
1. Penyimpanan
Setelah dicuci, segera masukkan ikan tadi ke dalam palka dan diberi es. Jangan dibiarkan terlalu lama di atas dek tanpa es atau kena sinar matahari langsung. Waktu memindahkan/mengangkat ikan ke palka, harus hati-hati dan cepat. Jangan sampai ikan dilempar-lempar karena dapat mengakibatkan luka dan air bekas cucian ikut terbawa.
Ketika diturunkan ke palka, hendaknya ikan diletakkan ke dalam keranjang bambu/plastik atau peti kayu. Sejak ikan tertangkap sampai di-es, hendaknya selalu diperlakukan dengan hati-hati. Hindarkan pemakaian sekop dan garpu untuk memindahkan ikan. Sekop hanya digunakan untuk mengangkat / menyerok es curai (crushed ice), sedangkan garpu hanya digunakan untuk membongkar tumpukan es curai. Juga jangan sampai ikan terinjak-injak di dek sehingga luka dan memar. Dasar-dasar penyimpanan yang baik :
a) Segera dinginkan dan diberi es yang cukup. b) Ikan harus berkontak dengan es, bukan dengan
lainnya. Ikan yang bersentuhan sesamanya lebih lambat menjadi dingin dibandingkan kalau setiap ikan terbenam dalam hancuran es. Selain itu, kalau ikan bersentuhan dengan papan rak atau tubuh ikan lainnya, udara mungkin dienyahkan sama sekali, beberapa bakteri pembusuk yang pasti berada disitu pada ketiadaan udara, segera menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau busuk yang dapat menyebar ke dalam daging ikan.
c) Air lelehan es mendinginkan dan menyegarkan ikan, sambil menghayutkan lendir, darah dan kotoran. Air lelehan es yang mengalir pada permukaan ikan, berbuat banyak pada pendinginan ikan. Sebenarnya tidak semua ikan berkontak dengan es, tetapi air lelehan dari es
selama mengalir ke bawah banyak membantu mendinginkan ikan dan juga memberi rupa yang segar kepada ikan. Dibanding dengan pecahan es balok, maka kepingan es keping (flake es) berkontak lebih baik dengan ikan, sehingga ia lebih cepat menjadi dingin.
d) Pengusahaan suhu yang cukup rendah sekitar tumpukan ikan es. Dalam praktek, sangat banyak es diperlukan untuk menjaga agar ikan tetap tertutup oleh es dan suhu ikan tidak meningkat. Oleh karena itu, suhu ruangan palka harus diusahakan cukup rendah untuk mencegah pemborosan es. Kalau sebagian ikan ditumpuk menganga terhadap udara (tidak tertutup es), maka untuk mencegah pembusukan, perlu memelihara suhu udara sekitar 1,5°C.
e) Pemerliharaan kebersihan Segala peralatan, papan-papan, dan rak dalam palka harus bersih sebelum ikan disusun. Sisa-sisa es dari perjalanan sebelumnya harus dibuang habis, oleh karena es sisa itu banyak sekali mengandung bakteri pembusuk. Ikan yang dihimpun dalam es kotor akan membusuk lebih cepat dari pada ikan yang disimpan dalam es bersih.
f) Perlakuan dalam palka.
Perlakuan yang utama adalah bahwa setibanya ikan dalam palka, harus cepat cepat
didinginkan dan suhu dipelihara pada 0°C hingga ia dilabuhkan. Juga penting untuk mencegah tumpukan ikan dari penularan pada bagian-bagian yang kotor dan mencegah rusaknya ikan akibat himpitan dan gencetan.
Dalam menyimpan ikan, dikenal beberapa cara diantaranya adalah :
a) Cara Penimbunan (bulking method)
1) Papan alas/dasar bak ikan harus dilapisi dengan es kira-kira setebal 15 cm, tebalnya alas es tergantung dari keadaan insulasi lantai, usianya dan lamanya perjalanan. Sebaiknya ada ruang udara beberapa inci antara dasar papan-papan bak dan lantai palka.
2) Kalau dasar bak terbuat dari logam, atau lantai palka tidak diinsulasi, maka tebalnya alas es harus ditambah. Kalau tidak ada es tersisa antar lapisan ikan dengan dasar bak waktu muatan dibongkar, berarti tidak cukup tebalnya alas tersebut, sehingga ikan jadi panas dan mungkin membusuk.
3) Lapisan pertama ikan harus disusun ke atas alas es tadi, di atasnya ditaburi lagi es, untuk mengisi kekosongan antara ikan-ikan, yang ideal adalah bahwa setiap ikan harus diselubungi oleh es.
4) Pada sisi ke arah dinding palka harus diisi banyak es terutama kalau palka kapal itu tidak diinsulasi.
5) Pada penambahan susunan lapisan ikan selanjutnya, setiap lapisan ikan harus ditutup oleh hancuran es, hingga himpunan itu berada beberapa sentimeter dari atas.
6) Selapis 5 hingga 7 cm es harus ditaburkan dipuncak ikan dan es, barulah dipasang papan-papan untuk rak berikutnya.
7) Himpunan tidak boleh disusun terlalu tinggi, artinya jangan sampai papan-papan rak di atasnya didukung oleh himpunan ikan di bawahnya.
8) Rak kedua dipersiapkan dengan menaruh alas es setebal 5 atau 7 cm, barulah disusun lapisan-lapisan ikan dan es, lapisan teratas ditutupi lagi dengan es tebal.
9) Bagian atas dari rak-rak harus ditutup dengan es setebal 15 cm agar ikan-ikan pada lapisan atas tidak ternganga menghadap ke geladak (loteng), biarpun dipasang lilitan-lilitan pipa yang direfrigerasi atau tidak.
10) Tinggi dari setiap himpunan pada rak tidak boleh lebih dari 45 cm.
11) Bentuk papan rak harus demikian rupa sehingga dapat mencegah mengalirnya air lelehan yang kotor ke atas ikan dalam rak
dibawahnya, tetapi air lelehan itu harus dialirkan ke dinding susunan rak (bak).
12) Ikan tidak boleh disusun terlalu padat sehingga air lelehan tidak dapat mengalir di antara ikan-ikan. Untuk menentukan apakah ikan telah cukup di es, ukuran yang baik adalah harus selalu tersisa es sewaktu muatan ikan dibongkar di pelabuhan.
b) Cara Susunan atau Lapisan (shelfing method) Cara ini adalah perbaikan dari metode penimbunan, ikan disusun hati-hati selapis-selapis ke atas alas es pada tiap rak dan lapisan ikan teratas dalam setiap rak ditutupi es. Penyimpanan yang baik adalah susunan rak (petak) harus dibersihkan total sebelum penyusunan-lapisan dimulai.
Kalau papan rak berjarak kira-kira 23 cm antara sesamanya, maka dianjurkan mengisi rak yang paling bawah hanya dengan es, teristimewa kalau lantai palka ikan terbuat dari logam dan tidak di-insulasi. Lapisan es setebal 5 cm harus disebar di atas papan rak berikutnya (diatasnya), barulah disusun selapis ikan dengan perut menghadap ke bawah dan kepala berhadapan dengan ekor di atas alas es tersebut. Setiap lapisan ikan ditutupi lagi dengan selapis es setebal 5 atau 7 cm.
Papan-papan rak berikutnya lalu dipasang di atas penyangga atau siku dan susunan-lapisan diteruskan. Kalau susunan rak telah penuh, lapisan ikan teratas harus ditutupi dengan lapisan es yang tebal untuk menahan panas yang merembes dari geladak. Pada arah sisi kapal setiap rak harus diberi es extra, teristimewa kalau tidak ada insulasi dibagian sisi (lining) kapal tsb.
c) Cara Pemetian (boxing method)
Kalau pelaksanaannya baik dan menggunakan peti yang tepat, cara ini dapat melabuhkan ikan bermutu lebih baik dari pada kedua metode lainnya, dan dengan demikian dapat mempunyai daya awet yang lebih panjang setelah pendaratan.
Beberapa hal pokok pada cara pemetian :
1) Terlebih dahulu harus diberi alas es di dasar peti setebal 5 hingga 7cm, kemudian ikan (perut arah ke bawah) diisikan dan dicampur dengan taburan es halus susunan lapisan akhirnya ditutup dengan selapis es setebal 5 hingga 7cm. Pengesan yang cukup adalah penting, ikan mulai membusuk segera setelah ia mati, kecepatan membusuk itu lima kali lebih cepat pada 100C dibandingkan dengan
pada suhu es meleleh (00 C).
2) Susunan ikan tidak boleh terlalu tinggi sehingga ikan pada dasar peti bakal tergencet,dan peti harus cukup panjang agar ikan besar tidak membengkok dalam peti. 3) Peti-peti yang terletak pada dasar susunan
harus ditaruh di atas balok ganjal agar ia berjarak dari lantai palka, dan ruangan-ruangan udara antara balok-balok ganjal diisi dengan es.
Dalam menggunakan peti dan menyusunnya diperhatikan pokok-pokok berikut :
1) Peti-peti harus bersih sebelum dimuat ikan. 2) Peti tidak boleh terlalu besar/berat agar dapat
ditangani oleh 1 atau 2 orang saja baik di laut maupun di darat.
3) Isi peti dan tanggal harus dicatat pada tiap peti pada saat penyusunan, dan diatur pembongkarannya agar urut usia isi peti.
4) Peti-peti harus mempunyai liang-liang pembuangan (drain holes) yang disiapkan sedemikian rupa agar air lelehan tidak menggenang dalam peti. Yang ideal, air itu jangan merembes kedalam peti yang berada dibawahnya, biarpun perencanaannya sulit, setidak-tidaknya air rembesan harus mengalir kesamping peti yang di bawahnya, tidak merembes langsung ke dalam peti.
5) Peti harus terbuat dari material yang mudah dibersihkan dan tidak berpengaruh yang merusak terhadap ikan. Peti harus kokoh agar tahan handling di kapal,dan cocok diperlakukan dengan alat-alat mekanis untuk pembongkaran dan handling di pangkalan,oleh karena satu dari keunggulan pemetian di laut adalah bahwa ikan dapat dibongkar dan ditranspor di darat dalam peti yang sama,yang berarti menghindari praktek biasa yaitu pemindahan ikan dari 1 peti ke peti lainnya.
6) Peti-peti sebaiknya seragam dalam desain dan ukuran sehingga dapat digunakan fasilitas sentral untuk membersihkan, menyimpan dan mendisribusi peti-peti tsb.
Cara pemetian termasuk cara yang sangat memuaskan, daya himpunnya (stowage rate) mencapai 2,7 m3/ton berarti jauh lebih besar dari
2 cara sebelumnya.
2. Pendinginan
Banyak cara untuk menurunkan suhu ikan segar. Cara paling sederhana adalah menutupi ikan dengan terpal atau karung basah (dengan menguapnya air pada terpal, suhu ikan akan turun). Cara lain yaitu, pengesan (dalam keranjang berlapis daun pisang segar atau dalam (cool box),
perendaman dengan air atau air laut yang didinginkan (iced sea water atau refrigerated sea
water = RSW) atau penyimpanan dalam kamar
dingin (cool room).
Dalam penanganan ikan segar, dikenal satu istilah penting yang disebut ”rantai dingin” = (cool
chain), yaitu sejak ikan tertangkap sampai
pengolahan lebih lanjut atau dimasak didapur, hendaknya tetap berada atau disimpan dalam suhu mendekati 00C, yang penting selama ikan belum
dijual atau diolah lebih lanjut, harus selalu berada di kotak pendingin dengan persediaan es yang cukup.
Keuntungan pemakaian es sebagai bahan pendingin teristimewa karena es mempunyai kesanggupan pendinginan yang sangat besar, 1 kg es dapat melepaskan sejumlah besar (80 kilokalori) panas dari ikan, es tidak merusak ikan, dapat dibawa-bawa (portable) dan murah harganya. Es cepat mendinginkan ikan dan ikan tetap basah dan tidak mengering. Air dari lelehan es segera pula menghanyutkan lendir, darah dan kotoran lain dari permukaan ikan seolah-olah selalu dimandikan.
3. Bagaimana Menghitung Jumlah Es yang Diperlukan Pada pendinginan ikan dengan es, panas berpindah dari ikan yang lebih panas menuju es, ikannya menjadi dingin dan esnya meleleh. Banyaknya es yang diperlukan untuk
mendinginkan satu peti ikan yang suhunya 100C
dan beratnya 15 kg hingga suhunya menjadi 00C
pertama kali yang harus dihitung adalah :
Panas yang dilepaskan =
berat ikan x perbedaan suhu x panas spesifik ikan. = 15 x (10-0)0C X 0,84
= 126 kilo kalori.
Oleh karena es menyerap 80 kilokalori per-kg es yang meleleh, maka berat es yang dibutuhkan untuk mendinginkan ikan itu menjadi 00C adalah
126/80 kg = 1,575 kg es, dibulatkan menjadi 1,6 kg es. Dalam praktek, untuk mendinginkan seperti ikan yang akan diangkut dari pelabuhan ke pasar ikan pedalaman, sebagian dari es digunakan untuk mendinginkan petinya sendiri dan sebagian lainnya lagi meleleh selama perjalanan oleh kemasukan panas ke dalam peti, sehingga lebih 1,6 kg es yang diperlukan.
B. Pembekuan Ikan
Ikan beku adalah produk ikan yang sudah diberi perlakuan proses pembekuan yang cukup untuk mereduksi suhu seluruh produk sampai suatu tingkat suhu cukup rendah guna mengawetkan mutu ikan dan tingkat suhu rendah ini dipertahankan selama pengangkutan, penyimpanan dan distribusi sampai saat (dan termasuk) waktu penjualan akhir.
Dari batasan di atas dapat dijabarkan bahwa penyimpanan beku adalah proses dimana panas dicegah berhubungan dengan ikan beku dengan cara memelihara ikan yang sudah dibekukan pada suhu penyimpanan ikan –180 C atau lebih rendah.
C. Proses pengenyahan panas atau penurunan suhu selama ikan dibekukan
Proses pengenyahan panas atau penurunan suhu selama ikan dibekukan, berlangsung melalui tiga tahap.
Tahap pertama : Penurunan suhu ikan yang berlangsung cepat, hingga sedikit di bawah 00 C, yakni saat air ikan
mulai membeku.
Tahap kedua : Tahap penahanan panas, artinya pengenyahan panas dari ikan berlangsung lambat dan sukar, berhubung bagian terbesar dari air ikan harus dirubah menjadi kristal es (air pada tubuh ikan meliputi 60–80% dari berat tubuhnya). Hal ini berlangsung pada wilayah suhu antara –10 sampai –60 C.
Tahap ketiga : Pembekuan selanjutnya atas air ikan yang tersisa, mencapai suhu operasi yang ditentukan sebelumnya, yang sama dengan
suhu operasi penyimpanan beku, misalnya –300 C. Penurunan dari –
6oC ke bawah mencapai – 180 C
atau lebih rendah berlangsung relatif cepat.
Disarankan agar produk ikan beku disimpan pada suhu yang tepat sesuai menurut jenis, tipe produk dan lamanya waktu penyimpanan yang diinginkan. Bagi produk ikan beku yang akan digunakan sebagai bahan mentah bagi pengolahan selanjutnya, dianjurkan menyimpan dalam gudang beku pada – 180 C atau lebih
rendah.
Sebagai pedoman umum dapat dikemukakan bahwa daya awet dalam gudang beku setiap jenis ikan dan tipe produk olahannya, akan sangat tergantung pada tingkat suhu penyimpanan, semakin rendah suhu simpan maka semakin panjang daya awetnya. Perlu diingatkan bahwa laju penurunan mutu adalah fungsi dari suhu simpan dan waktu simpan.
Sebagai contoh, ikan Cakalang beku masih tetap berkondisi baik selama 5 bulan pada – 200C, tetapi
berkondisi baik mencapai 9 bulan pada – 300C.
“International Institute of Refrigeration - Paris”, menyarankan suhu penyimpanan – 200C bagi ikan
kurus (yang berkadar lemak rendah hanya beberapa persen) dan –300C bagi ikan berlemak (seperti
Kembung, Lemuru, dan lain-lain). Bagi ikan kurus yang akan disimpan lebih setahun, dianjurkan
menyimpannya pada suhu – 300 C. Suhu penyimpanan
beku bagi produk Tuna yang akan dimanfaatkan untuk sashimi, dianjurkan pada suhu – 500C hingga –600C.
Pada –300C daya awet lebih panjang dari pada
–200C. Suhu penyimpanan, disamping harus serendah
mungkin, harus pula seragam dan konstan. Artinya, suhu rendah itu harus merata dan seragam pada setiap titik dalam ruangan gudang beku dan harus konstan atau sedikit saja berfluktuasi selama proses penyimpanan beku (disarankan fluktuasi suhu itu tidak lebih dari + 20 C).
EVALUASI
KODE UNIT : PENANGKAPAN IKAN DENGAN PURSE
SEINE
JUDUL UNIT : ...
DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja untuk ... pada bidang ...
ELEMEN
KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA NILAI
1. Persiapan
berlayar Menyiapkan perbekalan kapal untuk berlayar (perhitungan pemakaian : bahan bakar minyak, pelumas, air tawar, dan es curah/balok)
Baik Siswa melakukan perhitungan 4 komponen menyiapkan perbekalan kapal dengan tepat dan benar
Cukup Siswa melakukan perhitungan 3 komponen menyiapkan perbekalan kapal dengan tepat dan benar
Kurang Siswa melakukan perhitungan 2 komponen menyiapkan perbekalan kapal dengan tepat dan
benar
Menyiapkan kelengkapan administrasi kapal untuk berlayar (Surat Persetujuan Berlayar, Surat Izin Berlayar Karantina Kesehatan, dan Sijil Awak Kapal)
Baik Siswa melakukan 3 komponen
menyiapkan
administrasi kapal dengan tepat dan benar
Cukup Siswa melakukan 2 komponen
menyiapkan
administrasi kapal dengan tepat dan benar
Kurang Siswa melakukan 1 komponen
menyiapkan
administrasi kapal dengan tepat dan benar 2. Penentuan daerah penangkapan ikan dengan purse seine Menentukan daerah
penangkapan ikan dengan pukat cincin dengan baik
Baik Siswa mampu mengidentifikasi 3 cara penentuan daerah penangkapan ikan pukat cincin dengan baik dan benar Cukup Siswa mampu
mengidentifikasi 2 cara penentuan daerah penangkapan ikan pukat cincin dengan baik dan benar Kurang Siswa mampu
mengidentifikasi 1
cara penentuan daerah penangkapan ikan pukat cincin dengan baik dan benar tuna dengan baik dan benar
3. Pengoperasian
pukat cincin Melakukan pengoperasian pukat cincin Baik Siswa mampu
menjelaskan 4 tahapan dalam
mengoperasikan pukat cincin
Cukup Siswa mampu menjelaskan 3 tahapan dalam
mengoperasikan pukat cincin
Kurang Siswa mampu menjelaskan <3 tahapan dalam mengoperasikan pukat cincin 4. Penaganan ikan hasil tangkapan pukat cincin di atas kapal
Melakukan penanganan ikan hasil tangkapan
Baik Siswa mampu melakukan 3 cara penyimpanan ikan hasil tangkapan
dengan baik dan benar Cukup melakukan 2 cara
penyimpanan ikan hasil tangkapan
dengan baik dan benar Kurang melakukan 1 cara
penyimpanan ikan hasil tangkapan
dengan baik dan benar 5. Menghitung
kebutuhan es curahl
Melakukan perhitungan kebutuhan es untuk
menyimpan hasil tangkapan Baik Siswa memahami
rumus untuk
menentukan jumlah es yang dibutuhkan dan dapat menghitung kebutuhan dengan tepat dan benar Cukup Siswa memahami
rumus untuk
menentukan jumlah es yang dibutuhkan dan dapat menghitung kebutuhan dengan kurang tepat dan benar
Kurang Siswa memahami rumus untuk
menentukan jumlah es yang dibutuhkan dan tidak dapat
menghitung
kebutuhan dengan tepat dan benar