• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. P P 2 A 0 UMUR 28 TAHUN AKSEPTOR KB IUD TYPE COPPER T DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS GATAK 1 SUKOHARJO TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. P P 2 A 0 UMUR 28 TAHUN AKSEPTOR KB IUD TYPE COPPER T DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS GATAK 1 SUKOHARJO TAHUN 2014"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. P P

2

A

0

UMUR 28 TAHUN AKSEPTOR KB IUD TYPE COPPER T DENGAN EROSI

PORTIO DI PUSKESMAS GATAK 1 SUKOHARJO TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh

Dora Nina Marsely NIM B11 133

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2014

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD type Copper T dengan Erosi Portio Di Puskesmas Gatak 1 Sukoharjo Tahun 2014”. Karya Tulis Ilmiah disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dra. Agnes Sri Hartati M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan Kusuma Husada Surakarta dan Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

3. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis

4. Bapak drg. Tri Prasetyo Nugroho, MM, selaku Kepala Puskesmas Gatak 1 Sukoharjo, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data.

5. Ibu Parjanti yang bersedia menjadi responden dalam pelaksanaan penelitian studi kasus.

6. Seluruh dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

(5)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 2014 Penulis

(6)

Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014

Dora Nina Marsely B11 133

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. P P2A0 UMUR 28 TAHUN AKSEPTOR KB IUD TYPE COPPER T DENGAN EROSI

PORTIO DI PUSKESMAS GATAK 1 SUKOHARJO TAHUN 2014

Xii + 79 halaman + 11 lampiran

INTISARI

Latar Belakang : Di Indonesia memiliki berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, dan salah satu alat kontrasepsi yang sering digunakan adalah IUD.

Pada tahun 2012 pengguna alat kontrasepsi IUD 706.102 (7.52%). Di Jawa Tengah akseptor IUD terdapat 7.285 (8,90%). Di Kabupaten Sukoharjo tercatat peserta KB IUD (136,56%). Alat kontrasepsi IUD sendiri memiliki berbagai keuntungan, kerugian maupun efek samping. Salah satu efek samping yang sering terjadi adalah erosi portio. Jumlah akseptor IUD di Puskesmas Gatak 1 Sukoharjo yang mengalami erosi porsio terdapat 7 akseptor (17,5%). Angka erosi porsio tidak terlalu tinggi tetapi juga memerlukan perhatian khusus.

Tujuan : Penulis memperoleh pengalaman nyata serta mampu melaksanakan asuhan kebidanan Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio dengan menggunakan manajemen pendekatan 7 langkah varney.

Metode : Metode yang digunakan adalah observasional deskriptif, lokasi studi di Puskesmas Gatak 1 Sukoharjo, subjek studi kasus Ny. P P2A0 umur 28 tahun Akseptor KB IUD dengan erosi portio, waktu studi kasus 13 Desember sampai 23 Desember 2012 dan teknik pengumpulan data menggunakan data primer meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) wawancara dan observasi serta data sekunder yang meliputi studi dokumentasi dan studi kepustakaan.

Hasil : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 6 hari didapat hasil bahwa erosi sudah sembuh, keadaan ibu baik, kesadaran composmentis, tidak terdapat perdarahan diluar haid, tidak adanya keputihan, ibu bersedia menjaga kebersihan genetaliannya dan bersedia tetap menggunakan IUD.

Kesimpulan : Dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus Ny. P P2A0 umur 28 tahun Akseptor KB IUD dengan erosi portio penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

Kata Kunci : Keluarga Berencana, IUD, Erosi Portio Kepustakaan : 24 literatur (Tahun 2004 s/d 2012)

(7)

MOTTO

· Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan (QS.

Al-insyiroh 6)

· Jadikanlah ilmu itu sebagai lentera dalam menempuh hidupmu, karena dengan ilmu itu manusia dapat menghargai dan dihargai orang lain, dan dengan ilmu itu pula manusia laksana seorang raja (penulis)

· Awali semuanya dengan doa dan senyum

· Apa yang telah berlalu, sudah berlalu dan apa yang telah pergi tidak akan kembali. Oleh karena itu jangan pikirkan apa yang telah berlalu, karena sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali (Kahlil Gibran)

· Beri satu kunci untuk mengenal hidup, jadikan setiap langkah kita sebagai ibadah insya Allah kita akan tahu tujuan hidup sesungguhnya.

PERSEMBAHAN

Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis mempersembahkan

Ibunda dan kakak tercinta atas doa restunya dan cinta kasihnya selama ini

Alm. Ayah yang menjadi panutan atas semangat dan pantang menyerahnya

Keluarga besar yang selalu mensupport dan memberi arahan disetiap langkah

Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini

Almamater tercinta

(8)
(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

INTISARI ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

CURICULUM VITAE ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan Studi Kasus ... 4

D. Manfaat Studi Kasus ... 6

E. Keaslian Studi Kasus ... 7

F. Sistematika Studi Kasus ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis Pada Kasus Yang Diteliti ... 11

B. Teori Manajemen Kebidanan ... 26

C. Landasan Hukum... 43

D. Informed Consent ... 43

BAB III METODOLOGI STUDI KASUS A. Jenis Studi Kasus ... 45

B. Lokasi Studi Kasus ... 45

C. Subjek Studi Kasus... 45

D. Waktu Studi kasus ... 46

E. Instrumen Studi Kasus ... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

G. Alat-alat yang Dibutuhkan ... 50

(10)

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus ... 51 B. Pembahasan ... 70 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan ( Puskesmas Gatak 1) Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan (Puskesmas Gatak 1) Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan ( BAPPEDA) Lampiran 7. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan (BAPPEDA) Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 9. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 10. Lembar Observasi

Lampiran 11. Lembar Konsultasi

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut World Health Organisation (WHO) Expert Comite 1970, Keluarga Berencana adalah tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval dalam kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).

Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan ”keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin, 2006).

Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk.

Dalam kontribusi tersebut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah mewujudkan keberhasilannya selain berhasil menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk, juga terpenting adalah keberhasilan mengubah sikap mental dasar perilaku masyarakat dalam upaya membangun keluarga berkualitas (Saifuddin, 2006).

(13)

Peserta KB baru secara Nasional dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2012 sebanyak 9.388.374 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka prosentasenya sebagai berikut : 706.102 peserta KB IUD (7,52%), 131.053 peserta KB MOW (1,40%), 27.680 peserta KB MOP (0,29%), 766.461 peserta KB kondom (8,16%), 806.532 peserta KB Implan (8,59%), 4.406.898 peserta KB Suntik (46,94%), dan 2.543.648 peserta KB Pil (2,09%). Di Jawa Tengah terdapat 7.285 peserta KB IUD (8,90%), 2.245 peserta KB MOW (2,74%), 202 peserta KB MOP (0,40%), 4.061 peserta KB kondom (4,96%), 10.487 peserta KB Implan (12,82%), 43.222 peserta KB Suntik (52,82%), 14.280 peserta KB Pil (17,45%) (BKKBN Nasional, 2012). Sedangkan untuk Kabupaten Sukoharjo terdapat 1.193.938 peserta KB aktif dengan pembagian : Peserta KB IUD (136,56%), peserta KB MOW (112,42%), peserta KB MOP (17,07%), peserta KB Implan (102,07%), peserta KB Pil (86,73%) dan peserta KB kondom (76,14%) (BKKBN Jawa Tengah, 2012).

Program KB memiliki banyak pilihan metode alat kontrasepsi antara lain:

Metode sederhana, metode modern dan metode mantap (Wiknjosastro, 2006).

Salah satu kontrasepsi jangka panjang adalah IUD. IUD adalah adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif, aman, dan reversibel untuk wanita tertentu, terutama yang tidak terjangakit IMS (Infeksi Menular Seksual) dan sudah pernah melahirkan (Pendit, 2007). Tingginya minat pemakai kontrasepsi IUD karena hanya memerlukan satu kali pemasangan, tidak menimbulkan efek sistemik, ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal, efektivitas cukup tinggi dan reversibel (Winkjosastro, 2006).

(14)

Efek samping dari alat kontrasepsi IUD antara lain : Perdarahan, rasa nyeri dan kejang diperut, gangguan pada suami, ekspulsi (IUD keluar dengan sendiri), translokasi (IUD masuk kedalam rongga perut), dan erosi portio ialah adanya sekitar ostium uteri eksternum suatu berwarna merah menyala dan agak mudah berdarah (Winkjosastro, 2005).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Gatak 1 Sukoharjo, dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2012 terdapat 499 akseptor KB, dengan perincian: 286 akseptor KB Suntik (57,31%), 118 akseptor KB Pil (23,65%), 35 akseptor KB Implan (7,01%), 14 akseptor KB kondom (2,80%), 6 akseptor KB MOW (1,20%), 40 akseptor KB IUD (8,01%). Dari 40 akseptor KB IUD terdapat 5 akseptor (12,5%) yang mengalami spotting, 2 akseptor (5%) yang mengalami ekspulsi, 7 akseptor (17,5%) yang mengalami erosi portio dan 26 akseptor tidak mengalami keluhan.

Berdasarkan masalah diatas dapat diketahui bahwa erosi portio merupakan kejadian tertinggi untuk efek samping alat kontrasepsi IUD. Erosi portio harus segera diobati karena kejadian erosi portio yang tidak diobati dengan benar dapat mengakibatkan PID (Pelvic Inflamatory Deases). Maka penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.

P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD type Copper T dengan Erosi Portio di Puskesmas Gatak 1 Sukoharjo”.

(15)

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah untuk studi kasus ini adalah, “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio Di Puskesmas Gatak 1 Sukoharjo?”

C. TUJUAN STUDI KASUS 1. Tujuan Umum

Penulis memperoleh pengalaman nyata serta mampu melaksanakan asuhan kebidanan Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio dengan menggunakan manajemen pendekatan 7 langkah varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan 7 langkah Varney diantaranya :

1) Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio.

2) Melakukan interpretasi data dari pengkajian yang telah dilakukan meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio.

(16)

3) Menentukan diagnosa potensial pada Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio.

4) Melakukan antisipasi dan tindakan segera pada Ny. P P2A0

Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio.

5) Merencanakan Asuhan Kebidanan secara menyeluruh pada Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio.

6) Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio.

7) Melakukan evaluasi efektifitas tindakan yang diberikan dan memperbaiki tindakan yang dianggap perlu pada Ny. P P2A0

Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio.

b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat dalam pemberian Asuhan Kebidanan pada Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio.

c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan terhadap kasus Asuhan kebidanan pada Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio.

(17)

D. MANFAAT SUDI KASUS

Hasil studi kasus ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Bagi Diri Sendiri

Dapat menambah pengalaman nyata dan pengetahuan dalam menerapkan asuhan kebidanan pada Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio.

2. Bagi Profesi

Sebagai bahan masukan dan meningkatkan keterampilan dalam pemberian asuhan kebidanan pada Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio.

3. Bagi Institusi a. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam upaya pengobatan Erosi Portio

b. Bagi Pendidikan

Sebagai tambahan referensi dan kepustakaan terhadap manajemen asuhan kebidanan pada Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio.

(18)

E. KEASLIAN STUDI KASUS

Studi kasus tentang akseptor KB IUD type Copper T dengan Erosi Portio pernah dilakukan oleh:

1. Anita Indrayani (2007), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny. N Akseptor KB IUD type Copper T 380 A dengan Erosi Portio di Rumah Sakit Panti Waluyo, Surakarta”. Asuhan yang diberikan adalah albotyl konsentrasi 36% dengan cara di deep ± 5 menit, asam mefenamat 500 mg 3x1, metronidazol 500 mg 3x1 selama 3 hari, memberi motifasi pada akseptor untuk tetap menggunakan KB IUD, menjaga kebersihan daerah genetalia.

Hasil dari asuhan tersebut adalah erosi portio dapat disembuhkan selama 6 hari dan IUD tetap dipakai.

2. Rizki Satria Iriani (2008), dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. P Akseptor KB IUD type Copper T dengan Erosi Portio di UPTD RSD Kota Surakarta”. Asuhan yang diberikan adalah dengan memberikan albothyl konsentrasi 36% dengan cara di deep selama ± 5 menit, metronidazol 500 mg 3x1, menjaga kebersihan alat genetalia, selama pengobatan berlangsung akseptor untuk sementara tidak melakukan hubungan seksual. Hasil dari asuhan tersebut erosi porsio dapat disembuhkan selama 6 hari dan IUD tetap dipakai.

3. Dian Ratnawati (2009), dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. J Akseptor KB IUD Type Copper T 308A dengan Erosi Portio di Puskesmas Musuk 1, Boyolali”. Asuhan yang diberikan adalah albothyl konsentrasi 36%

dengan cara di deep ± 5 menit, asam mefenamat 500 mg 3x1, metronidazol

(19)

500 mg 3x1 selama 3 hari, memberi motifasi pada akseptor untuk tetap menggunakan KB IUD, menjaga kebersihan daerah genetalia. Hasil dari asuhan tersebut adalah erosi portio dapat disembuhkan selama 6 hari dan IUD tetap dipakai.

4. Retno Setyowati (2012), dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. E Akseptor KB IUD type Copper T 380 A dengan Erosi Portio di BPS Kiran Klaten”. Asuhan yang diberikan adalah menjelaskan tentang keadaannya dan efek samping dari penggunaan IUD, memberikan albothyl konsentrasi 36%

dengan cara di deep selama ± 5 menit, metronidazol 500 mg 3x1, menjaga kebersihan alat genetalia, selama pengobatan berlangsung akseptor untuk semestara tidak melakukan hubungan seksual. Hasil dari asuhan tersebut adalah erosi portio dapat disembuhkan selama 6 hari dan IUD tetap dipakai.

Perbedaan laporan kasus dengan yang akan penulis lakukan adalah terletak pada subjek, tempat dan waktu penelitian. Dan persamaan studi kasus dengan keaslian adalah berupa jenis berupa jenis studi kasus dan tentang erosi portio.

(20)

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Kebidanan Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD Type Copper T dengan Erosi Portio di Puskesmas Gatak 1 Sukoharjo terdapat 5 bab, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus keaslian serta sistematika penulisan. Sehingga pembaca mampu memperoleh informasi secara singkat dan jelas mengenai studi kasus ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi teori medis: pengertian KB, pengertian kontrasepsi, macam alat kontrasepsi, pengertian IUD, Jenis-jenis IUD, mekanisme kerja IUD, kelebihan dan kekurangan IUD, indikasi dan kontraindikasi IUD, waktu penggunaan, efek samping dan komplikasi, pengertian erosi portio, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaan erosi portio, teori manajemen kebidanan, landasan hukum dan informed consent.

BAB III METODOLOGI STUDI KASUS

Berisi jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subjek studi kasus, waktu studi kasus, instrument studi kasus, teknik pengumpulan data, serta alat- alat yang digunakan dalam pelaksanaan studi kasus.

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tinjauan kasus asuhan kebidanan keluarga berencana pada akseptor KB IUD dengan erosi portio di Puskesmas Gatak 1 Sukoharjo

(21)

secara nyata sesuai dengan manajemen kebidanan menurut 7 langkah varney. Sedangkan pembahasan merupakan penjelasan tentang masalah atau kesenjangan yang ada antara teori dan kasus yang penulis temukan dilapangan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan meruapakan jawaban dari tujuan dan merupakan inti dari pembahasan kasus akseptor KB IUD dengan erosi portio. Sedangkan saran merupakan alternatif pemecahan dan tanggapan dari kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Keluarga Berencana (KB)

Menurut WHO (World Health Organisation) Expert Committee 1997 Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).

Menurut Hartanto (2004), definisi tersebut mencakup beberapa komponen dalam pelayanan Kependudukan atau KB yang dapat diberikan sebagai berikut:

a. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) b. Konseling

c. Pelayanan Kontrasepsi (PK) d. Pelayanan Infertilitas

e. Pendidikan seks (sex education)

f. Konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan g. Konsultasi genetik

(23)

h. Tes kegananasan i. Adopsi

2. Kontrasepsi a. Pengertian

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan.

Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen (Winkjosastro, 2006).

b. Macam alat kontrasepsi

Menurut Winkjosastro (2006), macam alat kontrasepsi adalah sebagai berikut :

1) Kontrasepsi Metode Sederhana a) Tanpa Alat

(1) KB alamiah terdiri dari metode kalender atau biasa disebut metode pantang berkala, metode suhu basal, metode lendir servik.

(2) Coitus Interuptus (senggama terputus)

Metode Keluarga Berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.

b) Dengan Alat

(1) Mekanis (barier), terdiri dari kondom barier, barier intravagina (diafragma, kap servik, spons, kondom).

(24)

(2) Kimiawi yang berupa spirmisida (vagina cream, vagina aerosol (busa), vagina tablet).

2) Kontrasepsi Metode Modern a) Kontrasepsi hormonal

Contoh : Mini Pil, Suntik, Implan.

b) IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) : Copper T, Medusa, Seven Copper T.

3) Kontrasepsi Metode Mantap a) Pada Wanita

Medis Operatif Wanita (MOW) : Tubektomi b) Pada pria

Medis Operatif Pria (MOP) : Vasektomi

3. IUD ( Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. Pengertian

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif, aman, dan reversibel untuk wanita tertentu, terutama yang tidak terjangkit PMS dan sudah pernah melahirkan (Pendit, 2007).

(25)

b. Macam-Macam IUD

Menurut Winkjosastro (2006), macam alat kontrasepsi IUD antara lain :

1) AKDR bentuk yang terbuka linear, yaitu Lippes Loop, Saf-T- coil, multiload 250, Cu-7, Cu T 380 A, Spring coil, Margulies spiral, dan lain-lain.

2) AKDR bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin, yaitu Ota ring, Antigon F, Ragab Ring, cincin Gravenberg, cincin Hall- Stone, Birnberg bow, dan lain-lain.

c. Mekanisme Kerja IUD

Menurut Winkjosastro (2006), mekanisme kerja dari alat kontrasepsi IUD antara lain :

1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.

2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

(26)

d. Keuntungan Dan Kerugian IUD

Menurut Winkjosastro (2006), keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi IUD antara lain :

1) Keuntungan

a) Sebagai Kontrasepsi, efektivitasnya tinggi.

Sangat efektif yaitu 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

b) AKDR sangat efektif segera setelah pemasangan.

c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).

d) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak takut untuk hamil.

g) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT- 380 A)

h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

i) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

j) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).

k) Membantu mencegah kehamilan ektopik.

(27)

2) Kerugian

a) Efek Samping yang sering terjadi :

(1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).

(2) Haid lebih lama dan banyak.

(3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.

(4) Saat haid lebih sedikit.

b) Komplikasi lain :

(1) Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.

(2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang mungkin menyebabkan anemia.

(3) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).

c) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

d) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.

e) Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.

f) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.

(28)

g) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

h) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Dan petugas kesehatan terlatih yang akan melepasnya.

i) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi segera setelah melahirkan).

j) Tidak mencegah terhadap terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.

k) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.

e. Indikasi dan Kontaindikasi Pemasangan IUD

Menurut Winkjosastro (2006), Indikasi dan Kontraindikasi dari pemasangan alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut :

1) Indikasi

a) Usia reproduktif b) Keadaan nulipara

c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang d) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

f) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

(29)

g) Resiko rendah dari IMS

h) Tidak menghendaki metode hormonal

i) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

j) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama 2) Kontraindikasi

a) Penderita tumor jinak payudara b) Penderita kanker payudara c) Pusing-pusing, sakit kepala d) Tekanan darah tinggi

e) Varises di tungkai atau di vulva

f) Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemasangan AKDR g) Pernah menderita stroke

h) Penderita diabetes

i) Penderita penyakit hati atau empedu j) Malaria

k) Skistosomiasis (tanpa anemia) l) Penyakit tyroid

m) Epilepsi

n) Nonpelvik TBC

o) Setelah kehamilan ektopik p) Setelah pembedahan pelvik

(30)

f. Waktu Pemasangan IUD

Menurut Winkjosastro (2006), waktu pemasangan alat kontrasepsi IUD adalah :

1) Sewaktu haid sedang berlangsung

Pemasangan AKDR pada waktu ini dapat dilakukan pada hari- hari pertama atau pada hari-hari terakhir. Keuntungan pemasangan AKDR pada waktu ini antara lain ialah :

a) Pemasangan lebih mudah oleh karena servik pada waktu ini agak terbuka dan lembek

b) Rasa nyeri tidak seberapa keras

c) Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan

d) Ketidakmungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil.

2) Sewaktu postpartum

Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:

a) Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit

b) Secara langsung (direct insertion) yaitu AKDR dipasang dalam 3 bulan setelah partus atau pemasangan AKDR dilakukan pada saat yang tidak dalam waktu seminggu setelah bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya

(31)

AKDR ditangguhkan dalam 6-8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.

3) Sewaktu Post abortus

Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan kontraindikasi.

4) Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR terpasang. Sebelum pemasangan AKDR dilakukan, sebaiknya diperlihatkan bentuk AKDR yang dipasang, dan bagaimana AKDR tersebut terletak dalam uterus setelah dipasang. Perlu dijelaskan terjadinya efek sampingan seperti perdarahan, rasa sakit, AKDR keluar sendiri.

g. Efek Samping dan Komplikasi IUD

Menurut Proverawati (2010), Efek Samping dan Komplikasi dari alat kontrasepsi IUD antara lain :

1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).

a) Haid lebih lama dan banyak.

b) Perdarahan (spotting) antarmenstruasi

(32)

c) Saat haid lebih sedikit.

2) Komplikasi lain :

a) Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan

b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia

c) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)

3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan

5) Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR

6) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR

7) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan

8) Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri

9) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan) 10) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik

11) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu

(33)

12) Dapat menimbulkan radang ataupun luka pada portio servik uteri apabila saat pemasangan alat yang digunakan tidak steril (erosi portio).

4. Erosi Portio a. Pengertian

Adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah portio serviks uteri (mulut rahim) (Ferry, 2005).

Erosi Portio ditandai dengan adanya sekitar ostium uteri eksternum berwarna merah menyala dan agak mudah berdarah

(Winkjosastro, 2005).

b. Menurut Santoso (2008), Erosi Portio dibagi dalam 4 kelas, yaitu : 1) Kelas 1 : Terjadinya erosi sedikit pada area portio

2) Kelas 2 : Terjadinya erosi 1/3 bagian dari portio

3) Kelas 3 : Terjadinya erosi ¾ bagian dari portio, dan membutuhkan pemeriksaan PAP Smear

4) Kelas 4 : Terjadinya erosi pada keseluruhan portio dan membutuhkan pemeriksaan PAP Smear

c. Etiologi

Menurut Winkjosastro (2005), etiologi dari erosi portio antara lain : 1) Keterpaparan suatu benda pada saat pemasangan AKDR

2) Pada saat pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan tidak steril yang dapat menyababkan infeksi.

(34)

3) AKDR juga mengakibatkan bertambahnya volume dan lama haid (darah merupakan media subur untuk berkembangbiaknya kuman) penyebab terjadi infeksi.

4) Infeksi pada masa reproduktif menyebabkan batas antara epitel canalis cervicalis dan epitel portio berpindah, infeksi juga dapat memyebabkan menipisnya epitel portio dan gampang terjadi erosi pada portio (hubungan seksual).

5) Pada masa reproduktif batas berpindah karena adanya infeksi (cervicitis, kolpitis).

6) Rangsangan luar maka epitel gepeng berapis banyak dan portio mati dan diganti dengan epitel silindris canalis servikalis.

d. Patofisiologi

Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya AKDR. AKDR yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi atau koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang AKDR yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah erosi portio. Dari posisi AKDR yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.

(35)

Dari semua kejadian erosi portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher rahim. Selain dan personal hygiene yang kurang, AKDR juga dapat menyebabkan bertambahnya volume dan lama haid. Darah merupakan media subur untuk masuknya kuman dan menyebabkan infeksi, dengan adanya infeksi dapat kuman masuk dan menyebabkan infeksi. Dengan adanya infeksi dapat menyebabkan epitel portio menipis sehingga mudah menggalami erosi portio, yang ditandai dengan sekret bercampur darah setelah senggama, sekret bercampur nanah, metrorhagia, ostium uteri eksternum tampak kemerah-merahan yang sulit dipisahkan secara jelas dengan epitel portio, ditemukan ovulasi nabothii (Winkjosastro, 2005).

e. Tanda dan gejala

Menurut Winkjosastro (2005), tanda dan gejala dari erosi portio antara lain :

1) Sekret bercampur darah setelah bersenggama.

2) Dapat menimbulkan pendarahan kontak atau metrorhagia.

3) Portio uterus disekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang sulit dipisahkan secara jelas dengan epitel portio.

4) Sekret juga dapat bercampur dengan nanah.

5) Pada erosi sering di temukan ovula nobathii.

(36)

f. Penatalaksanaan Erosi Portio

1) Menurut Santoso (2008), penatalaksanaan dari erosi portio antara lain :

a) Memberikan KIE

(1) Jelaskan efek samping dan komplikasi dari pemakaian KB IUD

(2) Jelaskan sebab terjadinya

Penyebab erosi portio karena infeksi atau karena adanya rangsangan pada kanalis servikalis oleh benang IUD

(3) Beri informasi tentang vulva hygiene (4) Beri informasi tentang hubungan seksual b) Memberi terapi

(1) Albothyl konsentrasi 36% atau nitras argentik 10%

yang dioleskan pada lokasi portio.

(2) Antibiotik terutama apabila ditemukan gonococcus dalam sekret. Seperti amphicilin atau metronidazole 3x 500 mg yang diberikan selama 3 hari. Analgetik untuk mengurangi rasa sakit seperti asam mefenamat, antalgin atau paracetamol 3 x 500 mg selama 3 hari.

(3) Anjurkan untuk kontrol ulang 3 hari sekali sampai erosi sembuh.

(37)

2) Menurut Sastrawinata (2008), penatalaksanaan dari erosi portio antara lain :

a) Diagnosa Dini, dengan melakukan : (1) Anamnesa

(2) Keadaan Umum

(3) Pemeriksaan dengan spekulum (4) Pemeriksaan Bimanual

(5) Perabaan Serviks

b) Antibiotika terutama kalau dapat diketemukan gonococcus dalam sekret

c) Pemberian obat keras seperti Albothyl konsentrasi 36%

yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak.

d) Follow-up yang teratur.

B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Asuhan Kebidanan

Adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien (Varney, 2004).

(38)

2. Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan terdiri dari langkah-langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi (Jannah, 2011).

Adapun langkah-langkah tersebut menurut Varney (2011), sebagai berikut :

a. Langkah 1 : Pengkajian

Adalah semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan diskusi klien dikumpulkan.

(Jannah, 2011).

1) Data Subjektif

Informasi yang dicatat mencakup identitas keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (allo anamnesis) (Wildan, 2008).

Data subjektif tersebut berisi : a) Biodata

Menurut Nursalam (2007), identitas meliputi :

(1) Nama : Untuk menghindari adanya kekeliruan atau membedakan dengan klien atau pasien lainnya.

(39)

(2) Umur : Untuk melihat faktor resiko dari pasien dilihat dari umur.

(3) Agama : Untuk memotivasi pasien sesuai agamanya.

(4) Suku/Bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat dan faktor pembawaan atau ras pasien.

(5) Tingkat Pendidikan : Untuk memberikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat pendidikan.

(6) Pekerjaan : Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan pasien terhadap permasalahan.

(7) Alamat : Untuk mengetahui alamat dari pasien.

b) Keluhan Utama

Adalah untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan (Varney, 2008). Keluhan pada Akseptor IUD type Copper T dengan erosi portio antara lain sekret bercampur darah setelah senggama, perdarahan kontak (metrorhagia), portio uterus disekitar ostium uteri eksternum tampak kemerahah-merahan yang sulit dipisahkan secara jelas dari epitel portio, sekret bercampur dengan nanah dan sering ditemukan ovula nabotii (Winkjosastro, 2005).

(40)

c) Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali klien menikah, sudah berapa lama, jumlah anak, istri keberapa dan keberadaannya dalam keluarga kesehatan dan hubungan suami istri dapat memberikan wawasan tentang keluhan yang ada (Lawintono, 2004).

d) Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, riwayat menstruasi, lama menstruasi, banyaknya darah, keluhan- keluhan yang dirasakan, dan dismenorhea (Saifuddin, 2006).

e) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhir abortus , lahir, apakah anak masih hidup dan apakah dalam kesehatan yang baik, apakah terdapat komplikasi, pada intervensi pada kehamilan, persalinan ataupun nifas sebelumnya dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya (Winkjosastro, 2006).

f) Riwayat Keluarga Berencana

Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah menggunakan alat kontrasepsi atau belum. Jika pernah lamanya berapa tahun dan jenis kontrasepsi yang digunakan serta komplikasi yang menyertai. Komplikasi

(41)

ini dapat mencakup amenore atau penyakit tromboembolik dengan kontrasepsi oral, dismenorea, perdarahan yang hebat (menoragia), infeksi pelvis akibat alat kontrasepsi dalam rahim (Saifuddin, 2006).

g) Riwayat Penyakit

Untuk mengetahui penyakit sekarang, maupun penyakit keluarga seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi dan penyakit lainnya. Juga riwayat keturunan kembar dan riwayat operasi (Saifuddin, 2006).

h) Kebiasaan sehari-hari

Untuk mengetahui pasien sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu (Hidayat, 2006).

(1) Nutrisi

Untuk mengetahui menu makanan yang dimakan sehari-hari sudah memenuhi gizi seimbang, adakah pantangan makanan dalam keluarga (Aziz, 2006).

(2) Eliminasi

Pengkajian disini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya (Hidayat, 2006).

(42)

(3) Istirahat

Perlu dikaji apakah akseptor mengalami kecemasan.

Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki kerusakan sel dan mempercepat pada penyumbuhan erosi portio (Hidayat, 2006).

(4) Seksualitas

Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan dalam seminggu (Manuaba, 2007).

Gesekan coitus merupakan salah satu penyebab dari erosi portio (Ferry, 2005). Pada ibu dengan erosi portio akan mengalami gangguan rasa nyaman, dan perdarahan post coitus (Santoso, 2008).

(5) Personal Hyegiene

Untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien (Potter dkk, 2005). Kebersihan yang kurang dapat menyebabkan peradangan dan ini menyebabkan erosi portio (Saifuddin, 2006)

(6) Aktifitas

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah aktivitas sehari-hari akan terganggu karena adanya nyeri akibat penyakit yang dialaminya (Saifuddin, 2006)

(43)

i) Data Psikologis

Data psikologis perlu dikaji untuk mengetahui tingkat pemahaman pasien tentang erosi portio dan mengetahui tingkat kekhawatiran pasien atas keluhan yang dirasakannya. Sehingga petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan kondisi pasien (Saifuddin, 2006)

2) Data Objektif

Data ini diperoleh dari periksaan fisik pasien dan pemeriksaan laboratorium (Nursalam, 2007).

a) Pemeriksaan Umum (1) Keadaan Umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik (sadar sepenuhnya dan dapat menanggapi rangsangan dari lingkungan), sedang (agak pucat dan kurang bereaksi terhadap rangsangan dari luar) dan buruk (pucat dan tidak mampu memberikan reaksi terhadap rangsangan) (Potter and Perry, 2005). Menurut Santoso (2008), keadaan pasien pada erosi portio adalah baik.

(2) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis (kesadaran normal, sadar sepenuhnya

(44)

dan dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya), somnolen (kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang) dan apatis (keadaan yang segan untuk

berhubungan dengan sekitarnya) (Potter and Perry, 2005).

(3) Tanda-Tanda Vital (a) Tekanan Darah

Untuk mengetahui tekanan darah normal 100/80- 120/80 mmhg dan yang tidak normal lebih dari 140/90 mmhg. Perawat menetapkan tekanan darah sistolik sebelum pembacaan diastolik (Potter dkk, 2005)

(b) Suhu

Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan suhu atau tidak normalnya (36,6 C-

37,6 C), perubahan dapat diakibatkan oleh

penyakit, infeksi, pajanan, yang lama terhadap

panas atau dingin, latihan, atau gangguan hormon (Potter dkk, 2005).

(45)

(c) Nadi

Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit penuh. Normalnya 60-100 kali/menit (Bickley, 2008).

(d) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha pernafasan dalam 1 menit. Normalnya, individu dewasa bernafas 14 sampai 20 kali per menit (Bickley, 2008).

(4) Tinggi Badan

Untuk mengetahui tinggi badan ibu, dan pastikan ekstremitas bawah terlihat jelas (Gleadle, 2005).

(5) Berat Badan

Untuk mengetahui berat badan ibu, berat badan sehat yaitu BMI ≥ 19 tetapi ≤ 25 (Bickley, 2008).

b) Pemeriksaan Fisik (1) Inspeksi meliputi:

(a) Rambut

Melakukan inspeksi rambut, untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok dan berketombe (Bickley, 2008).

(46)

(b) Muka

Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau

tidak, adakah kelainan dan oedema (Petter Perry, 2005).

(c) Mata

Untuk mengetahui warna konjungtiva merah atau tidak, sklera putih atau tidak (Backley, 2008).

(d) Hidung

Untuk mengetahui adanya kelainan, adakah polip, adakah hidung tersumbat (Potter and Perry, 2005) (e) Mulut

Untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak, ada karies dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak (Nursalam, 2007).

(f) Telinga

Melakukan inspeksi untuk melihat kesimetrisan, ketajaman telinga dan adanya serumen (Bickley, 2008).

(2) Palpasi (a) Leher

Untuk mengetahui apakah ada pembesaran tyroid atau tidak, ada pembesaran limfe atau tidak, nyeri dan kekakuan (Bickley, 2008).

(47)

(b) Dada

Untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, apakah ada retraksi, nyeri dada atau ketidaknyamanan dada (Bickley, 2008).

(c) Abdomen

Untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi, adakah nyeri tekan serta adanya masa dan adanya rasa ketidaknyamanan. Hal ini untuk mengetahui adanya kelainan pada abdomen (Bickley, 2008).

(d) Ekstremitas

Melakukan inspeksi untuk mengetahui adanya varices, oedema ataupun reflek patella (Bickley, 2008).

(3) Auskultasi (a) Jantung

Untuk mengetahui bunyi jantung teratur atau tidak (Nursalam, 2007).

(b) Paru-paru

Untuk mengetahui adakah suara wheezing, serta ada suara ronchi atau tidak (Nursalam, 2007).

(4) Perkusi

Untuk mengetahui ekstremitas : reflek patella kanan dan kiri positif atau tidak (Gleadle, 2005).

(48)

c) Pemeriksaan Obstetrik

Vagina Toucher (pemeriksaan dalam) perlu dilakukan untuk mengkaji keadaan pasien Akseptor IUD dengan erosi portio. Hal ini dilakukan untuk mendukung menegakkan diagnosa. Pada pemeriksaan dalam akan didapati adanya benang IUD sehingga pasien merasa sakit, tetapi apabila menggunakan inspekulo akan terlihat flour albus dan OUE (ostium uteri eksternum) tampak daerah kemerah-merahan yang sulit dipisahkan dengan epitel portio (Winkjosastro, 2005).

d) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada kasus Akseptor KB IUD type Copper T dengan erosi portio ini dilakukan untuk menegakkan diagnosa contoh data penunjang yang diperlukan adalah pemeriksaan PAP Smear (Santoso, 2008).

b. Langkah Kedua : Interpretasi Data

Data Dasar yang sudah dikumpulkan, diintepretasikan sehingga dapat ditemukan diagnosis dan masalah yang spesifik (Jannah, 2011).

1) Diagnosa

Diagnosa Kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam praktek kebidanan (Varney, 2011).

(49)

Diagnosa Kebidanan : Ny….. P…..A…. Umur ….

Tahun Akseptor KB IUD type Copper T dengan erosi portio.

Data Dasar : Data Subjektif

Menurut Winkjosastro (2005) data subjektif terdiri dari : a) Adanya sekret bercampur darah setelah bersenggama b) Adanya rasa nyeri

c) Adanya perdarahan kontak atau metrorhagia d) Adanya sekret bercampur nanah

Data Objektif

a) Menurut Ferry (2005), data objektif terdiri dari : (1) Keadaan Umum baik

(2) Kesadaran composmentis

(3) Pada saat pemeriksaan inspekulo ostium uteri eksternum tampak berwarna merah dan keluar fluor albus

(4) Pada saat pemeriksaan dalam pasien merasakan sakit.

b) Menurut Santoso (2008), kasus Akseptor KB IUD type Copper T dengan erosi portio perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan PAP Smear 2) Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang

(50)

menyertai diagnosis (Jannah, 2011). Masalah yang ditemukan pada kasus akseptor KB IUD type Copper T dengan erosi portio yaitu ibu merasa cemas dengan keadaannya karena keluarnya keputihan yang banyak, merasa nyeri, perdarahan diluar haid dan post coitus (Santoso, 2008).

3) Kebutuhan

Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan yang belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang diperlukan (Jannah, 2011). Pada kasus akseptor KB IUD type Copper T dengan eropsi portio. Kebutuhan yang diperlukan antara lain: penjelasan tentang efek samping dan komplikasi dari pemakaian KB IUD Tipe Copper T (Hartanto, 2004).

c. Langkah Ketiga : Diagnosa Potensial

Langkah ini merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya (Jannah, 2011). Diagnosa Potensial yang kemungkinan terjadi adalah pada kasus Akseptor KB IUD dengan type Copper T dengan erosi portio adalah PID (Pelvic Inflamatory Deases) (Hartanto, 2004).

d. Langkah keempat : Antisipasi

Pada Langkah ini perlu segera diambil untuk mengantisipasi diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan komplikasi, sehingga dapat segera dilakakan tindakan yang sesuai

(51)

dengan diagnosa potensial yang muncul (Varney, 2010). Pada akseptor KB IUD type Copper T dengan erosi portio harus melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter SpOG setelah melakukan pemasangan KB IUD type Copper T apabila merasakan adanya keluhan seperti terjadinya infeksi. Tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah screening calon akseptor yang baik, pemberian antibiotik profilaksis pada tempat insersi, amphicilin 500 mg/oral tiap 6 jam dan metronidazol 3x500 mg/oral selama 3 hari, pemberian nasehat untuk kebersihan (Vulva Hygiene) (Hartanto, 2004).

e. Langkah Kelima : Perencanaan

Pada langkah ini dilakukan rencana tindakan secara menyeluruh merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosa yang sudah teridentifikasi. Tindakan yang bisa dilakukan berupa observasi, penyuluhan atau pendidikan kesehatan dan pengobatan sesuai advice dokter. Setiap rencana harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan pasien agar dapat dilaksanakan secara efektif karena pasien diharapkan juga akan melaksanakan rencana tersebut (Varney, 2010).

Menurut Santoso (2008), Pada kasus akseptor KB IUD type Copper T dengan erosi portio perencanaan yang perlu disusun antara lain :

1) Memberikan KIE

(52)

a) Jelaskan tentang efek samping dari penggunaan KB IUD b) Jelaskan sebab terjadinya

c) Beri informasi tentang vulva hygiene d) Beri informasi tentang hubungan seksual 2) Memberi terapi

a) Albothyl 36% yang dioleskan ditempat erosi

b) Antibiotik seperti amphicilin dan atau metronidazole 3x500 mg diberikan 3-5 hari, analgetik untuk mengurangi rasa sakit seperti asam mefenamat, antalgin, dan paracetamol 3 x 500 mg selama 3 hari.

c) Pada kasus Akseptor KB IUD type Copper T dengan erosi portio dianjurkan kontrol ulang 3 hari sekali sampai erosi sembuh.

f. Langkah Keenam : Pelaksanaan

Implementasi merupakan pelaksanaan dari asuhan yang direncanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimana bidan harus berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan pasien tetap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan bersama secara menyeluruh (Varney, 2010).

Pelaksanaan dari kasus Akseptot KB IUD type Copper T dengan erosi portio adalah sesuai perencanaan yang telah dibuat.

(53)

g. Langkah Ketujuh : Evaluasi

Merupakan langkah terakhir untuk menilai keefektifan dari rencana asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2010).

Evaluasi Asuhan Kebidanan Akseptor KB IUD type Copper T dengan erosi portio menurut Santoso (2008), antara lain :

a) Keadaan Umum pasien baik

b) Tidak terdapat perdarahan diluar haid ataupun pasca coitus c) Tidak adanya rasa nyeri

d) Tidak adanya keputihan

e) Erosi Portio dapat disembuhkan Data Perkembangan Menggunakan SOAP

Metode pendokumentasian data perkembangan yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah SOAP.

Adapun konsep SOAP menurut Varney (2010), antara lain:

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis (Jannah, 2011).

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang

(54)

dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung anamnesis (Jannah, 2011).

A : Assesment

Menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan intepretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi (Jannah, 2011).

P : Planing

Menggambarkan dokumentasi tingkatan (1) dan evaluasi perencanaan (E) berdasarkan pengkajian langkah 5, 6, dan 7 Varney (Jannah, 2011).

C. Landasan Hukum

Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelanggaraan praktik bidan. Terutama :

1. Pasal 9 poin c : Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB.

2. Pasal 12 poin a : Bidan berwenang dalam memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi dan KB.

3. Pasal 13 poin a : Memberikan alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan alat kontrasepsi bawah kulit.

(55)

D. Informed Consent

Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang dilakukan terhadap klien tersebut (Saifuddin, 2006).

Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan medis terdapat daftar tilik untuk petugas yang digunakan untuk mengingatkan petugas adanya beberapa aspek yang harus dijelaskan kepada klien melalui beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan metode kontrasepsi mantap pria atau perempuan, Implan, dan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (cara kerja, kontraindikasi, efek samping, komplikasi kegagalan, keuntungan atau kerugian, resiko pencabutan AKDR dan jadwal pencabutannya, serta katagori pencabutan AKDR). Pertanyaan tersebut harus dijawab sendiri oleh petugas dengan mengisis kode pada kotak yang sesuai (Saifuddin, 2006).

(56)

BAB III

METODOLOGI STUDI KASUS

A. Jenis Studi Kasus

Karya Tulis ini merupakan studi kasus dengan metode observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal (Notoadmojo, 2010).

Studi kasus ini menggunakan asuhan kebidanan 7 langkah varney dari pengumpulan data dasar sampai dengan evaluasi dan penyusunan data perkembangan menggunakan SOAP.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus adalah menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan (Notoadmojo, 2010). Lokasi yang dipakai dalam pengambilan kasus ini adalah di Puskesmas Gatak 1 Sukoharjo.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus adalah sumber utama dari studi kasus, yaitu orang yang dijadikan sebagai responden (Notoadmojo, 2010). Subjek studi kasus tidak hanya terbatas pada penderita, tetapi juga keluarga penderita termasuk orang tua, saudara, dan kerabat dekat, atau orang-orang yang dianggap menimbulkan

(57)

penyakit (Budiarto, 2004). Subyek yang digunakan pada studi kasus ini adalah Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun akseptor KB IUD type copper T dengan erosi portio.

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus dalam kapan pelaksanaan pengambilan studi kasus dilaksanakan (Notoadmojo, 2010). Studi kasus ini dilakukan pada tanggal 13 - 23 Desember 2013.

E. Instrumen Studi Kasus

Merupakan alat - alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoadmojo, 2010). Pada studi kasus ini penulis menggunakan instrumen wawancara dan format asuhan kebidanan 7 langkah Varney pada akseptor KB untuk pengumpulan data dasar sampai dengan evaluasi dan penyusunan data perkembangan dengan menggunakan SOAP.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoadmojo, 2010).

Adapun teknik pengumpulan data pada akseptor KB type Copper T dengan erosi portio adalah sebagai berikut :

(58)

1. Data Primer

Adalah suatu objek atau dokumen original-material mentah dari perilaku yang disebut ‘’first hand information’’ (Notoadmojo, 2010).

Data Primer meliputi : a. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

Adalah proses observasi. Perawat menginspeksi bagian tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang signifikan (Potter and Perry, 2006). Pada kasus Akseptor KB type Copper T dengan erosi portio dilakukan pemeriksaan inspekulo dengan menggunakan spekulum, pada pemeriksaan ini dideskripsikan pada erosi portio terdapat sekitar portio uterus sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang sulit dipisahkan secara jelas dari epitel portio (Winkjosastro, 2005).

2) Palpasi

Palpasi adalah pengkajian lebih lanjut dilakukan dengan indra perabaan, melalui palpasi tangan dapat dilakukan pengukuran yang lembut dan sensitive terhadap tanda fisik, termasuk ketahanan, kekenyalan, kekasaran, tekstur, dan morbilitas

(Potter and Perry, 2005).

Pada kasus Akseptor KB IUD type Copper T dengan erosi portio dilakukan pemeriksaan palpasi untuk mengetahui keadaan

(59)

perut bagian bawah atau suprapubik atau kelainan seperti nyeri tekan (Winkjosastro, 2005).

3) Perkusi

Adalah tindakan dengan pengetukan tubuh dengan ujung- ujung jari guna mengevaluasi ukuran, batasan, dan konsistensi organ-organ tubuh dan menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh (Potter and Perry, 2005).

Pada kasus akseptor KB IUD type Copper T dengan erosi portio tidak dilakukan perkusi.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh. Beberapa bunyi dapat didengar dengan dengan telinga dan beberapa dapat didengar dengan stetoskop

(Potter and Perry, 2006).

Pada kasus akseptor KB IUD type Copper T dengan erosi portio tidak dilakukan pemeriksaan auskultasi.

b. Wawancara

Pola komunikasi yang dilakukan untuk tujuan spesifik dan difokuskan pada area dengan isi yang spesifik (Potter and Perry, 2006).

Pada kasus erosi portio dilakukan wawancara dengan bidan dan Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD type Copper T dengan erosi portio di Puskesmas Gatak 1 Sukoharjo.

(60)

c. Pengamatan (observasi)

Yaitu suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan (Notoadmojo, 2010).

Pada kasus Ny. P P2A0 Umur 28 Tahun Akseptor KB IUD type Copper T dengan erosi portio dilakukan pengamatan langsung. Observasi yang dilakukan berupa pemeriksaan langsung meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, pengeluaran pervaginam dan erosi portio.

2. Data sekunder

Adalah data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber- sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan (Notoadmojo, 2010).

Data Sekunder yang diperoleh : a. Studi Dokumentasi

Adalah sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen resmi ataupun tidak resmi. Diantaranya biografi dan catatan harian (Notoadmojo, 2010). Dalam kasus ini dilakukan dengan pengumpulan data diambil dari catatan rekam medik.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu memperoleh berbagai informasi baik berupa teori-teori generalisasi maupun konsep yang dikembangkan oleh berbagai ahli dan sumber-sumber buku yanga ada (Notoadmojo, 2010).

Bahan pustaka dalam kasus ini penulis mengambil referensi dari buku- buku kesehatan dari tahun 2004-2012.

(61)

G. Alat-Alat yang Dibutuhkan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data yaitu : 1. Alat dan bahan pengambilan data

a. Format asuhan Kebidanan Paka Akseptor KB IUD (Askeb) b. Buku tulis

c. Alat tulis

2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi a. Sphignomanometer

b. Stetoskop c. Thermometer

d. Timbangan berat badan e. Kom berisi betadin f. Speculum

g. Tampon Tang h. Tenakulum

i. Kassa steril/kapas steril j. Lampu sorot

k. Albotyl konsentrasi 36%

l. Handscoon m. Bengkok n. Nitrat o. Betadine

(62)

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

Hari / Tanggal : Selasa, 13 Desember 2013

Jam : 09.30 WIB

Tempat : Puskesmas Gatak 1, Sukoharjo

1. PENGKAJIAN

Tanggal : 13 Desember 2013 Pukul : 09.30 WIB a. Identitas Paien Identitas Suami

1) Nama : Ny. P Tn. A

2) Umur : 28 tahun 35 tahun

3) Agama : Islam Islam

4) Suku Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/ Indonesia

5) Pendidikan : SMA SMA

6) Pekerjaan : IRT Wiraswasta

7) Alamat : Trangsan 3/5, Gatak, Sukoharjo b. Anamnesa (Data Subjektif)

1) Alasan utama pada waktu masuk : Ibu mengatakan merasa keputihan, mengeluarkan flek dari jalan lahirnya dan nyeri saat berhubungan suami istri sejak 1 bulan yang lalu.

(63)

2) Riwayat Perkawinan : Ibu mengatakan menikah 1 kali dan sah selama 7 tahun, menikah saat umur ibu 21 tahun, dan umur suami 28 tahun.

3) Riwayat menstruasi

a) Menarche : Ibu mengatakan menstruasi pertama saat berumur 14 tahun

b) Siklus : Ibu mengatakan jarak

menstruasinya kurang lebih 28 hari

c) Lama : Ibu mengatakan lama

menstruasinya kurang lebih 5-6 hari

d) Banyaknya : Ibu mengatakan saat menstruasi ganti pembalut kurang lebih 2-3 kali dalam 1 hari

e) Teratur / tidak teratur : Ibu mengatakan menstruasinya teratur

f) Sifat darah : Ibu mengatakan darah menstruasinya berwarna merah dan encer

g) Dismenorhoe : Ibu mengatakan saat menstruasi kadang merasa nyeri perut tetapi tidak menggangu aktivitasnya.

(64)

4) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

No TGL/T

HN PART

US

TEMPAT PARTUS

UMUR KEHAMIL

AN

JENIS

PARTUS PENOLONG

ANAK NIFAS

JENIS BB PB KEAD LAKTASI

KEADAAN ANAK SEKARANG

1 5-8-2007 bidan 39

minggu normal Bidan P 2900 50 normal

Lancar, disusui sampai umur 2 tahun

Hidup, 7 tahun

2 7-10-2009 bidan 39

minggu normal Bidan L 2850 49 normal

Lancar, disusui sampai umur 2 tahun

Hidup, 4 Tahun

5) Riwayat KB

a) Macam Peserta KB : Lama

b) Metode yang pernah dipakai : Ibu mengatakan setelah kelahiran anak pertamanya menggunakan alat kontrasepsi kalender dengan keluhan merasa ragu dengan masa suburnya sehingga terjadi kehamilan anak kedua, lalu setelah kelahiran anak kedua sampai sekarang (4 tahun) menggunakan alat kontrasepsi spiral, dengan keluhan merasa keputihan, mengeluarkan flek darah dari jalan lahir dan nyeri saat berhubungan suami istri.

c) Keluhan selama pemakaian : Ibu mengatakan selama 1 bulan ini merasa keputihan, mengeluarkan flek darah dari jalan lahir dan nyeri saat berhubungan suami istri.

(65)

6) Riwayat penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan keluar flek darah berwarna kecoklatan dan keputihan dari jalan lahir, dan merasa nyeri saat berhubungan seksual.

b) Riwayat penyakit sistemik

(1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri pada dada sebelah kiri dan tidak pernah berkeringat dingin ditelapak tangan.

(2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri pada pinggang kanan ataupun kiri dan tidak pernah saat BAK

(3) Asma : Ibu mengatakan tidak perah esak nafassampai mengeluarkan bunyi mengi.

(4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk berkepanjangan yang lebih dari 2 minggu

(5) Hepatitis : Ibu mengataka tidak pernah menderita penyakit kuning, pada mata dan kukunya jga tidak bewarna kuning.

(6) DM : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit gula, dan tidak pernah sering lapar ataupun haus juga tidak pernah sering BAK yang lebih dari 6-7 pada malam hari.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah ada pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan tanaman tin?, 2) Apakah ada pengaruh aplikasi

Perguruan Tinggi Pengawasan Renovasi Gedung Fakultas Pertanian 1 Paket Rp. Peningkatan

PENGARUH LEVERAGE, INTENSITAS ASET TETAP, UKURAN PERUSAHAAN, KONEKSI POLITIK DAN PROFITABILITAS2. TERHADAP

Hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan nyata antar populasi F1 pada taraf 5% untuk nilai rata- rata karakter lingkar batang, tinggi jorket, persentase tanaman berbunga,

Kepala Seksi Yanum meneliti surat, jika benar dibubuhi paraf jika tidak dikembalikan pada petugas untuk di perbaiki 5.. Petugas menerima surat yang telah di paraf Kepala

Akhir  asan terstruktur: Penug Daftar pertanyaan sebagai kasus persmasalahan pembelajaran dalam pertemuan ke 2 dikerjakan secara kelompok (3 orang) sesuai dengan

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan hasilnya adalah, tingkat pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemberian

Sebagai masukkan, port A, port B, atau port C dapat digunakan sebagai jalur untuk menerima data, seperti telah dijelaskan pada percobaan sebelumnya (Percobaan 1),