• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi 1. Pengertian

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengunaan zat-zat gizi. Status Gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan tinggi badan dengan perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh). Penilaian klinis status gizi yaitu penilaian yang mempelajari dan mengevaluasi tanda fisik yang ditimbulkan sebagai akibat gangguan kesehatan dan penyakit kurang gizi. Gejala dan tanda-tanda fisik yang tampak dapat menjadi bantuan untuk mengetahui kekurangan gizi. Adanya hambatan pertumbuhan dan perkembangan yang ditentukan dengan membandingkan individu atau kelompok dengan nilai-nilai normal (Depkes, 1999).

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masa penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerjanya.

Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan oleh setiap orang secara berkesinambungan.

Pedoman Status gizi ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain yang sehat. Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. Status gizi pada lansia dapat diukur dengan mengunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) yang merupakan alat atau cara yang sederhana untuk

(2)

memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.

Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Orang-orang yang berbeda di bawah ukuran berat normal mempunyai resiko penyakit infeksi, sementara yang berada di atas ukuran berat normal mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit degeneratif. Laporan FAON atau WHO/UNU tahun 1995 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).

Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Index Massa Tubuh (IMT). IMT adalah alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang (Almatsier, 2003).

Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia yaitu kategori ambang batas IMT untuk Indonesia yang dihitung dengan rumus Berat Badan (BB) dibagi Tinggi Badan (TB) dikali Tinggi Badan (TB), dimana batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/ WHO untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang

Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut :

(3)

IMT = Berat Badan (kg) (Tinggi Badan)2 M

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1–25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan.

Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki- laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Pada Lansia Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi lansia yaitu : a. Faktor langsung

1) Asupan makan

Asupan makan pada lansia tentunya berbeda dengan orang dewasa maupun anak-anak, dimana pada lansia telah mengalami penurunan sistem pencernaan yang mulai berkurang, organ lain dan hal ini berpengaruh juga semakin mudah terkena berbagai penyakit.

Untuk itu dibutuhkan suatu perhatian dalam hal ini pola makan maupun kualitas dan kuantitas makanan yang dibutuhkan oleh lansia (Almatzier, 2001).

2) Penyakit infeksi / Degeneratif

Adanya gangguan penyakit infeksi yang diderita lansia pada umumnya terjadi dikarenakan terjadi penurunan sistem endokrin

(4)

maupun saluran pencernaan. Pada lansia sangat mudah terkena penyakit degeneratif misalnya Diabetes Mellitus, jantung koroner. Jika lansia dalam pola makan tidak terpantau maka besar kemungkinan lansia dapat terkena penyakit tersebut. Hal ini dapat berakibat fatal jika penangganan kurang cepat dan tepat akan berdampak pada status gizinya. Lansia akan terganggu status kesehatannya jika perhatian yang diberikan dari keluarga kurang tepat untuk itu pada keluarga yang mempunyai lansia, diharapkan untuk menjaga status gizi lansia dengan lebih perhatian pada pola makan sehari-hari yang adekuat sesuai dengan keadaan lansia.

Masalah nutrisi pada lansia dipengaruhi oleh fungsi penyerapan yang melemah (adanya daya penyerapan yang terganggu).

Apabila hal ini terjadi pada lansia maka akan mempengaruhi status gizinya yang berakibat timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh asupan makanan yang terganggu (Nugroho, 2000).

b. Faktor tidak langsung 1) Umur

Umur adalah usia yang menjadi indikator dalam kedewasaan di setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap pengalamannya. Umur seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi perilaku, karena semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti dari usia muda (Notoatmodjo,2002). Karakteristik pada lansia sangat berpengaruh terhadap cara penanganan dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan status gizinya dengan baik.

2) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap adanya masalah kesehatan terutama status gizi

(5)

lansia di dalam keluarganya dan biasa mengambil tindakan secepatnya (Notoatmodjo, 2003).

3) Pendapatan

Pendapatan dalam hal ini pendapatan keluarga menentukan ketersediaan fasilitas kesehatan yang baik serta pemenuhan asupan makanan, dimana semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin baik pula fasilitas dan cara pemenuhan kebutuhan lansia akan terjaga semakin baik (Berg, 1986). Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas asupan makan lansia, serta pekerjaan berpengaruh pada waktu dan pendapatan yang didorong adanya pengaruh yang menguntungkan dari pendapatan yang meningkatkan, perbaikan asupan makan sehari-hari yang tentunya berpengaruh pada status gizi (Berg, 1986).

Pendapatan mempengaruhi lansia dalam melaksanakan pemenuhan makanan sehari-hari, dimana pada lansia secara umum memiliki pendapatan sendiri cenderung menolak bantuan orang lain.

lansia yang tidak memiliki penghasilan akan menggantungkan hidupnya pada anak atau saudara meskipun status ekonomi mereka juga tergolong miskin, dimana lansia menggantungkan hidupnya terutama pada anak perempuan terdekat (Siroit, 1999).

4) Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Notoatmodjo (2003). Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran) (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan yang dimiliki lansia berpengaruh pada pemilihan serta

(6)

kesadaran dalam memcukupi kebutuhan makanan sehari-hari serta mengetahui pola makan yang tepat khususnya bagi lansia.

B. Perkotaan

Masyarakat kota dapat diartikan masyarakat yang tidak tentu jumlah penduduknya. Pengertian masyarakat dapat ditekan pada ciri-ciri atau sifat-sifat kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Orang tua sudah memandang penggunaan kebutuhan hidup dalam pandangan kebutuhan masyarakat sekitar. Mereka menilai makanan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sosial, misalnya dalam menerima tamu makanan yang disajikan harus terlihat mewah dan terhormat. Begitu pula menilai pakaian, merupakan alat kebutuhan sosial karena mahalnya pakaian yang dipakai menunjukkan kedudukan sosial si pemakai. Terdapat beberapa ciri yang menonjol dari masyarakat kota antara lain :

1. Kehidupan beragama kurang disebabkan cara berfikir yang rasional dan cenderung kearah keduniawian

2. Pembagian kerja diantara warga lebih tegas dan batas yang nyata, disebabkan meraka umumnya memiliki latar belakang yang berbeda. Sehingga dapat menimbulkan kelompok kecil yang berdasarkan pekerjaan keahlian dan kedudukan sosial yang sama

3. Timbulnya sifat individualistis atau perorangan (Soekamto, 1990)

4. Melemahnya kontak sosial sebagai akibat hubungan non pribadi dan antar warga belum memiliki toleransi yang lebih besar dibanding di desa (Simanjuntak, 1980).

C. Pedesaan

Pedesaan adalah unit terkecil dari kehidupan pedesaan. Desa mengandung arti sebagai suatu yang alamiah atau dukuh tempat orang hidup dalam ikatan keluarga di suatu kelompok perumahan dengan saling ketergantungan yang besar dibanding sosial dan ekonomi, dan tidak ada keharusan satu sama dengan unit administrasi setempat. Desa biasanya terdiri dari rumah tangga petani dengan

(7)

kegiatan produksi, konsumsi dan investasi sebagai hasil keputusan secara bersama (Hayumi dan Kikushi, 1987)

Walaupun dewasa ini desa terpengaruh arus budaya kota, tetapi masih ada tanda-tanda yang membedakan antara desa dan kota. Menurut Simanjuntak (1982), tanda yang terlihat adalah warga masyarakat pedesaan mempunyai hubungan erat dan lebih mendalam dari pada hubungannyadengan warga masyarakat lain diluar batas wilayahnya.

Sistem kehidupannya biasanya berkelompok atas dasar kekurangan.

Penduduknya biasanya hidup dari pertanian, pekerjaan selain pertanian merupakan sambilan, karena itu apabila musim panen atau menanam padi pekerjaan tersebut ditinggalkan.

Dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka sering bekerja sama sehingga melembaga sistem gotong royong. Karena itu dalam masyarakat pedesaan tidak dijumpai pembagian kerja berdasarkan keahlian, tetapi berdasarkan usia mengingat kemampuan fisik masing-masing dan atas dasar jenis kelamin (Simanjuntak, 1982).

D. Perbedaan Status Gizi Lansia Di Pedesaan Dan Perkotaan

Perkembangan penduduk lansia (lanjut usia) di Indonesia menarik diamati.

Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun. Namun jika dilihat pada tahun 2020 walaupun jumlah lansia tetap mengalami kenaikan yaitu sebesar 28.822.879 (11,34%), ternyata jumlah lansia yang tinggal di perkotaan lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan yaitu sebesar 13.107.927 (11,5%) (Anonim, 2007).

Terdapat perbedaan yang cukup besar antara lansia yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan. Perbedaan ini bisa jadi karena antara lain lansia yang hidup dikota tetapi berasal dari desa lebih memilih kembali ke desa di hari tuanya,

(8)

dan mungkin juga bisa jadi karena penduduk perdesaan usia harapan hidupnya lebih besar karena tidak menghirup udara yang sudah berpolusi, tidak sering menghadapi hal-hal yang membuat mereka stress, lebih banyak tenteramnya ketimbang hari-hari tiada stress atau juga bisa jadi karena makanan yang dikonsumsi tidak terkontaminasi dengan pestisida sehingga membuat mereka tidak mudah terserang penyakit sehingga berumur panjang.

Kecenderungan meningkatnya lansia yang tinggal di perkotaan ini bisa jadi disebabkan bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan urban. Karena pemusatan penduduk di suatu wilayah dapat menyebabkan dan membentuk wilayah urban. Suatu contoh bahwa untuk membedakan wilayah rural dan urban di antara kota Jakarta dan Bekasi atau antara Surabaya dengan Sidoarjo serta kota- kota lainnya kelihatannya semakin tidak jelas. Oleh karena itu benarlah kata orang bahwa Pantura adalah kota terpanjang di dunia, tidak jelas perbatasan antara satu kota dengan kota lainnya.

Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah penduduk lansia yang tinggal di perkotaan menjadi lebih banyak karena para remaja yang saat ini sudah banyak mengarah menuju kota, mereka itu nantinya sudah tidak tertarik kembali ke desa lagi, karena saudara, keluarga dan bahkan teman-teman tidak banyak lagi yang berada di desa. Sumber penghidupan dari pertanian sudah kurang menarik lagi bagi mereka, hal ini juga karena pada umumnya penduduk desa yang pergi mencari penghidupan di kota, pada umumnya tidak mempunyai lahan pertanian untuk digarap sebagai sumber penghidupan keluarganya.

F. Kerangka Teori  

Faktor Tidak Langsung a. Umur

b. Tingkat pendidikan c. Pendapatan

d. Pengetahuan

2.Populasi 3.Stress 4.Kontamina

si Makanan Usia harapan

hidup Status Gizi Faktor Langsung :

a. Konsumsi Makanan b.Penyakit Infeksi

/Degeneratif

(9)

Gambar 2.1. Kerangka Teori: Sumber : Depkes (2006), Notoatmodjo (2003)

G. Kerangka Konsep

Perkotaan Pedesaan

Jumlah lansia Di perkotaaan dan di pedesaan

Status Gizi Lansia H. Hipotesis

Ada perbedaan status gizi lansia di perkotaan (Posyandu Margo Mukti) dan di pedesaan (Posyandu Melati) Kabupaten Jepara.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul “Studi Kepustakaan Penerapan Kegiatan Meronce Dalam Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun” yang ditulis oleh “Maria Rufina Febriany

Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi

daerah pemekaran dapat digunakan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya, aspek yang dievaluasi adalah keuangan pemerintah daerah

Suatu komunitas khusus yang beranggotakan para cowok berkualitas tinggi yang telah berhasil mentransformasi diri dari cowok yang tidak memiliki kualitas hidup

Penelitian ini bertujuan untuk mencari metode alternatif bagi perusahaan dalam pengadaan bahan baku, dengan memberikan tingkat persediaan dan biaya persediaan yang optimal,

Ketersediaan varietas ubikayu genjah sebagai bahan baku pangan dan industri dengan potensi hasil tinggi dan karakteristik kimia maupun fisik umbi yang sama dengan ubikayu umur

dijelaskan secara lebih lanjut mengenai instansi yang berwenang dan tidak ada kriteria dan kualifikasi akuntan publik yang dapat ditunjuk untuk menghitung kerugian

Data harian aliran sungai di dataran banjir dapat diramal dengan agak baik menggunakan nilai dimensi pembenaman optimum (m opt ) daripada kaedah Cao dan pendekatan songsang