• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kedudukan Joint Venture Agreement: Barra & Co Ltd. dengan PT Berlayar Shipping serta Mekanisme dan Eksekusi Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Melalui Arbitrase Demi Mewujudkan Perlindungan Hukum

Dalam Bidang Penanaman Modal Di Indonesia Ditulis oleh:

Tirza Mariani Claudya dan Putu George Matthew Simbolon Universitas Kristen Indonesia

A. Pendahuluan

Sebagai Konsultan Hukum Yusitisi Lawfirm, kami menghaturkan terima kasih terlebih dahulu atas niat baik anda yang telah melakukan Penanaman Modal di Indonesia yang tentunya sejalan dengan tujuan dari penanaman modal berupa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia (Pasal 3 ayat (2) huruf a. UUPM).1 Melalui uraian tertulis ini, maka izinkanlah kami untuk memberikan pendapat hukum/legal opinion sekaligus nasihat hukum/legal advice kepada Yth. Pimpinan Barra & Co Ltd. yaitu Mr Xian Tai, Mr Gao Wei Jei dan Mr Bang Zhijun. Adapun uraian dari kronologi peristiwa yang menyebabkan anda mengalami kerugian sebagai Pihak Kedua dalam Joint Venture Agreement antara Barra & Co Ltd. dengan PT Berlayar Shipping yang ditandatangani pada tanggal 15 September 2015, yang akan kami uraikan dalam bagian kasus posisi yaitu sebagai berikut:

B. Kasus Posisi

B.1. Bahwa pada tanggal 15 September 2015, anda selaku Pimpinan Barra & Co Ltd.

sepakat untuk membuat Joint Venture Agreement atau Perjanjian Modal Ventura dengan PT Berlayar Shipping yang dituangkan ke dalam akta di bawah tangan yang ditandatangani oleh Yth. Mr Michael Benson Fan selaku Presiden Direktur dari Barra

& Co Ltd. dan Yth Mr. Agustian Sandoro selaku Presiden Direktur Utama PT Berlayar Shipping;

1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

(2)

B.2. Bahwa dalam Joint Venture Agreement tersebut, Barra & Co Ltd. dan PT Berlayar Shipping (Para Pihak) sepakat untuk mendirikan PT Barra Berlayar Shipping yaitu Badan Hukum dalam bentuk Perseroan Terbatas yang tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia;

B.3. Bahwa pada tanggal 25 Oktober 2015, PT Barra Berlayar Shipping mendapatkan Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing Nomor 2020/I/2015 yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal;

B.4. Bahwa pada tanggal 12 November 2015, Para Pihak dalam Joint Venture Agreement membentuk Akta Pendirian Perseroan Terbatas PT Barra Berlayar Shipping Nomor 54 tertanggal 12 November 2015 di hadapan Notaris Ahmad Subarjo,S.H.,M.Kn.;

B.5. Bahwa pada tanggal 13 Januari 2016, berdasarkan Pasal 8 ayat (5) Akta Pendirian PT Barra Berlayar Shipping dan Pasal 78 ayat (1) UU PT yang mengatur tentang klasifikasi RUPS, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa diadakan dalam rangka melaksanakan kegiatan operasional perusahaan di hadapan Notaris Romlah Hidayah,S.H.,M.Kn. RUPS Luar Biasa tersebut membahas susunan Direksi dan Dewan Komisaris PT Barra Berlayar Shipping dan susunan saham berupa Barra & Co Ltd memegang saham mayoritas sebesar 70% dan PT Berlayar Shipping memegang saham sebesar 30%;

B.6. Bahwa pada tanggal 13 Maret 2018, terjadi perpindahan dana senilai $ 5.000.000.- USD dari Rekening Bank BMO milik PT Barra Berlayar Shipping ke Rekening Bank BMO milik PT Berlayar Shipping oleh Maria Anwar dan Calista Lubis selaku Direksi PT Barra Berlayar Shipping yang mewakili PT Berlayar Shipping. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan Pasal 5 ayat (1) huruf d. Joint Venture Agreement;

B.7. Bahwa hingga tahun 2019, PT Barra Berlayar Shipping belum memiliki dokumen perizinan berupa dokumen izin usaha serta dokumen izin operasional dan fasilitas kantor PT Barra Berlayar Shipping belum juga disediakan oleh PT Berlayar Shipping sebagai pihak yang wajib memenuhi kewajiban ini. PT Berlayar Shipping dalam hal ini, tentunya melanggar ketentuan di dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a. dan huruf e. Joint Venture Agreement.

(3)

C. Isu Hukum

Bahwa berdasarkan uraian fakta hukum sebagaimana tercantum di dalam kasus posisi di atas, izinkanlah kami untuk merumuskan beberapa keluhan yang telah anda ajukan menjadi beberapa pertanyaan hukum sebagai berikut:

C.1. Bagaimana kedudukan dari Joint Venture Agreement yang telah disepakati oleh anda selaku Pihak Kedua dan PT Berlayar Shipping selaku Pihak Pertama, apabila PT Berlayar Shipping sebagai salah satu pihak, melanggar ketentuan di dalam perjanjian ini?

C.2. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan oleh Para Pihak dalam Joint Venture Agreement ini sebagai PT Barra Berlayar Shipping terkait dana yang berpindah ke Rekening Bank BMO PT Berlayar Shipping? dan Hal apa yang anda harus lakukan apabila permasalahan ini dibawa ke Badan Arbitrase Nasional?

C.3. Bagaimana upaya yang anda dapat tempuh agar PT Berlayar Shipping memenuhi kewajiban mereka sebagaimana terdapat di dalam Joint Venture Agreement tersebut?

D. Analisa Isu Hukum

Melalui uraian ini, kami akan memaparkan penjelasan dalam bentuk analisa hukum yang bertujuan untuk menjawab isu hukum yang menjadi keluhan anda berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, yang didukung oleh teori dan asas hukum.

Analisa terhadap isu hukum ini kami pandang penting untuk melindungi kepentingan anda, mengingat pendapat Sentosa Sembiring yang menyatakan bahwa kepastian hukum merupakan salah satu faktor pertimbangan bagi investor dalam melakukan penanaman modal, selain faktor politik dan faktor ekonomi.2

D.1. Kedudukan Joint Venture Agreement yang Telah Disepakati oleh Barra &

Co Ltd. dan PT Berlayar Shipping

Sebelum menjelaskan tentang kedudukan dari Joint Venture Agreement anda dengan PT Berlayar Shipping, perlu kami jelaskan bahwa secara umum, anda telah melakukan Penanaman Modal Asing yang sejalan dengan Undang-Undang Penanaman Modal

2 Sentosa Sembiring, Hukum Investasi (Nuansa Aulia 2010). [29].

(4)

Indonesia. Pasal 1 angka 3. UU PM menyatakan bahwa penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.3 Secara lebih lanjut, Pasal 5 ayat (2) UUPM menjelaskan bahwa penanaman modal asing wajib berbentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah Indonesia.

Ayat (3) dari ketentuan ini kemudian menyatakan bahwa pengambilan bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas adalah salah satu cara bagi penanam modal asing dalam melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas.4 Sehingga tindakan anda dengan ikut mengambil bagian dalam Joint Venture Agreement dan adanya Akta Pendirian PT Barra Berlayar Shipping yang mengatur tentang kantor yang berdomisili di wilayah Indonesia (Pasal 1 ayat (1) Akta Pendirian PT Barra Berlayar Shipping) telah sejalan dengan ketentuan ini.

Dengan melihat adanya fakta hukum berupa pihak PT Berlayar Shipping tidak melaksanakan kewajiban berupa mengurus perizinan usaha dan belum menyediakan fasilitas kantor bagi PT Barra Berlayar Shipping, maka PT Berlayar Shipping dapat dinyatakan lalai dalam memenuhi kewajiban sebagaimana tertuang di dalam Joint Venture Agreement anda dengan PT Berlayar Shipping. Selain itu, PT Berlayar Shipping juga dapat dinyatakan telah melanggar Joint Venture Agreement karena Maria Anwar dan Calista Lubis melakukan pemindahan dana tanpa koordinasi dan mendapatkan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari anda. Terhadap keadaan seperti ini, Pasal 1243 KUHPerdata menyatakan antara lain bahwa penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai dalam memenuhi perikatannya.5 Dan dengan adanya tindakan Mr Xian Tiao berupa pengiriman email pribadi kepada Miss Maria Anwar dan Miss Calista Lubis yang dibalas dengan jawaban yang berbeda, maka Pihak PT Berlayar Shipping dapat dinyatakan wanprestasi (breach of contract).

3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

5 R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata/Bugerlijke Wetboek

(5)

Kemudian Pasal 1244 KUHPerdata antara lain menyatakan bahwa apabila si berutang dinyatakan lalai, maka untuk itu ia harus dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga apabila ia tak dapat membuktikan.6 Terhadap dua ketentuan ini, Subekti menjelaskan bahwa untuk dinyatakan lalai, debitur harus diberikan somasi dalam bentuk tertulis terlebih dahulu/sommatie (summons). Somasi tidak diperlukan apabila si debitur dalam suatu ketika sudah dengan sendirinya dapat dianggap lalai.7 Dengan adanya peringatan dan permintaan keterangan melalui email yang telah dilayangkan oleh Mr Xian Tiao dan adanya Pasal 5 Joint Venture Agreement, PT Berlayar Shipping tentunya sudah dapat dinyatakan lalai dalam memenuhi kewajiban mereka. Sehingga anda dapat menuntut PT Berlayar Shipping untuk melaksanakan kewajiban mereka dan/atau meminta ganti kerugian atas kelalaian mereka.

Adapun kewajiban berupa izin usaha dan izin operasional yang harus mereka penuhi sebagaimana tertuang di dalam ketentuan pelaksana dari Pasal 12 UU PM dan Perubahan atas UU PM dalam UU Cipta Kerja yaitu sebagai berikut. Pasal 4 PP No.5/2021 menyatakan bahwa untuk memulai dan melakukan kegiatan usaha, Pelaku usaha wajib memenuhi persyaratan dasar Perizinan Berusaha dan/atau Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.8 Kemudian berdasarkan lampiran yang didasari oleh Pasal 6 ayat (4) PP No.5/2021, dapat diketahui bahwa PT Barra Berlayar Shipping merupakan perusahaan yang memiliki judul Kode Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Angkutan Laut Luar Negeri untuk Barang Umum (dengan Kode KBLI 50141 yang telah sejalan dengan Lampiran Peraturan BPS No.2/2020) dengan tingkat risiko menengah tinggi dan harus memiliki NIB dan Sertifikat Berusaha yang akan diterbitkan oleh menteri, gubernur, bupati/wali kota (Lampiran I).9 Secara lebih lanjut, PT Berlayar Shipping juga harus memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam Lampiran II yang didasari oleh Pasal 6 ayat (5) yang memerintahkan bahwa Perusahaan Angkutan Laut Luar Negeri untuk Liner dan Tramper untuk Barang yang

6 R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata/Bugerlijke Wetboek

7 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata (Penerbit PT Intermasa 2008).[102].

8 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perizinan Berbasis Risiko

9 Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perizinan Berbasis Risiko

(6)

merupakan perusahaan patungan/joint venture, harus memiliki kapal motor berbendera Indonesia yang laik laut paling sedikit satu unit dengan ukuran paling kecil 5000 Gross Tonage dan diwakilkan oleh awak kapal berkewarganegaraan Indonesia dan ketentuan lain dalam lampiran ini.10

Landasan kami menjelaskan ketentuan penanaman modal ini adalah Pasal 1339 KUHPerdata yang antara lain menyatakan bahwa suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh undang-undang.11 Oleh karena itu, kami juga memberi tahu kepada anda bahwa Lampiran III dari Perpres No.10/2021 yang didasari oleh Pasal 6 ketentuan ini, menyatakan bahwa Perusahaan Angkutan Laut Luar Negeri Liner dan Tramper Untuk Barang merupakan bagian dari Bidang Usaha dengan Persyaratan Tertentu dengan syarat berupa jumlah maksimal modal asing sebesar 49%.12 Dan dengan melihat ketentuan di dalam Pasal 4 Akta PT Barra Berlayar Shipping yang menyatakan bahwa besar saham Barra & Co Ltd adalah 70%, maka anda dan PT Berlayar Shipping harus melakukan adendum/perubahan ketentuan modal dasar melalui RUPS, agar PT Barra Berlayar Shipping dapat menjalankan usaha. Perubahan modal dasar ini akan dinyatakan sah setelah mendapatkan persetujuan menteri (Pasal 21 huruf d. UU PT).13

Perubahan modal dasar tersebut perlu dilakukan agar PT Berlayar Shipping dapat memenuhi perizinan sebagaimana dinyatakan di atas, yang tentunya menentukan dapat dijalankannya usaha dari PT Barra Berlayar Shipping. Secara lebih rinci, Pasal 6 Peraturan BKPM No.4/2021 menyatakan bahwa perizinan berusaha berbasis risiko merupakan bagian dari perizinan berusaha.14 Dan perizinan berusaha berbasis risiko sebagaimana diatur di dalam PP No.5/2021 terdiri dari NIB, Sertifikat Standar dan Izin

10 Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perizinan Berbasis Risiko

11 R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata/Bugerlijke Wetboek

12 Lampiran III Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal

13 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

14 Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2021 Pedoman dan Tata Cara Pelayanan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko dan Fasilitas Penanaman Modal

(7)

(Pasal 7 ayat (2) Peraturan BKPM No.4/2021).15 Sehingga, PT Berlayar Shipping nantinya berkewajiban untuk mengajukan permohonan perizinan usaha dan perizinan operasional berdasarkan Sistem Online Single Submission (OSS) yang diatur di dalam keseluruhan isi dari Peraturan BKPM ini.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa perjanjian yang sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.16 Dan dengan adanya ketentuan dalam Joint Venture Agreement yang menyatakan bahwa setidak-tidaknya pada akhir tahun 2018 telah seluruh izin yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan telah dikeluarkan (Pasal 5 ayat (1) Joint Venture Agreement), maka PT Berlayar Shipping sebagai Pihak Kedua dalam Joint Venture Agreement ini, dapat dinyatakan lalai atau terlambat dalam memenuhi kewajibannya yang sama halnya seperti apabila melanggar undang-undang. Namun, agar PT Berlayar Shipping dapat memenuhi kewajiban mereka, anda dan PT Berlayar Shipping juga perlu untuk melakukan perubahan modal dasar dari PT Barra Berlayar Shipping berdasarkan penjelasan diatas. Dan sebagai pihak yang dirugikan atas kelalaian dari PT Berlayar Shipping, kami akan menjelaskan mekanisme penyelesaian sengketa yang dapat anda dan PT Berlayar Shipping dapat tempuh sehingga permasalahan ini dapat segera diselesaikan.

D.2. Upaya yang Dapat Dilakukan Para Pihak dalam Joint Venture Agreement Terkait Dana yang Dipindahkan ke PT Berlayar Shipping dan Penyelesaian Sengketa Melalui Badan Arbitrase Nasional

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 12 Joint Venture Agreement, dapat diketahui bahwa upaya yang dapat dilakukan oleh anda selaku Pihak Kedua dalam Joint Venture Agreement ini adalah membawa permasalahan ini kepada Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI). Hal ini dapat kami nyatakan, karena Joint Venture Agreement yang anda buat dengan PT Berlayar Shipping merupakan Perjanjian Arbitrase. Adapun yang

15 Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2021 Pedoman dan Tata Cara Pelayanan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko dan Fasilitas Penanaman Modal

16 R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata/Bugerlijke Wetboek

(8)

dimaksud dengan Perjanjian Arbitrase yaitu kesepakatan berupa klausul arbitrase dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat oleh para pihak sebelum timbulnya sengketa (Pasal 1 angka 4. UU Arbitrase dan APS).17 Terhadap ketentuan ini, Sudikno Mertokusumo menyatakan penyelesaian sengketa melalui arbitrase dapat ditempuh melalui pactum de compromittendo atau perjanjian arbitrase.18

Secara lebih lanjut, Sudikno Mertokusumo juga menjelaskan bahwa dalam menyelesaikan sengketa melalui arbitrase, para pihak perlu untuk membentuk akta kompromi. Akta kompromi merupakan perjanjian khusus yang dibuat setelah terjadinya perselisihan guna mengatur tentang cara mengajukan perselisihan atau sengketa yang telah terjadi kepada seorang arbiter untuk diselesaikan.19 Namun, perlu kami jelaskan bahwa anda dan PT Berlayar Shipping tidak perlu untuk menyusun akta kompromi karena BANI merupakan arbitrase terlembaga. Helmi Kasim mengutip pendapat Aksen menyatakan bahwa kelebihan utama dari arbitrase terlembaga adalah dalam hal perancangan persetujuan arbitrase. Dengan memilih arbitrase terlembaga, para pihak tidak perlu lagi merancang kesepakatan arbitrase tetapi dapat menggunakan peraturan lembaga yang dirancang oleh para profesional di bidangnya dan para profesional tersebut sudah teruji secara pengalaman.20

Terkait dana yang dipindahkan oleh PT Berlayar Shipping tanpa koordinasi dan persetujuan tertulis dari anda, Pasal 34 UU Arbitrase dan APS menyatakan bahwa anda dapat mengajukan permohonan agar arbiter atau majelis arbitrase dapat mengambil putusan sela penetapan sita jaminan atau penitipan barang kepada pihak ketiga.21 Sehingga anda dapat mengajukan permohonan agar arbiter atau majelis arbitrase mengambil putusan sela berupa sita revindicatoir. Sita revindicatoir adalah penyitaan terhadap barang milik kreditur/penuntut yang dikuasai oleh milik orang

17 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

18 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia: Edisi Kedelapan (Penerbit Liberty Yogyakarta 2009). [267].

19 Ibid. [268].

20 Helmi Kasim, ‘Arbitrase Sebagai Mekanisme Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal’, (2018), 7 Jurnal Rechts Vinding Media Pembinaan Hukum Nasional.[85].

21 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

(9)

lain.22 Adapun akibat dari sita revindicatoir ini yaitu anda sebagai pemohon tidak dapat menguasai uang tersebut dan PT Berlayar Shipping dilarang mengasingkan uang yang telah mereka pindahkan tersebut.23

Perlu juga kami jelaskan bahwa dengan penyelesaian sengketa melalui arbitrase merupakan choice of forum yang anda dan PT Berlayar Shipping pilih dalam membuat Joint Venture Agreement ini. Adapun yang dimaksud dengan choice of forum menurut Huala Adolf yaitu prinsip dimana para pihak memiliki kebebasan penuh dalam memilih cara atau mekanisme bagaimana sengketa yang timbul akan diselesaikan (Principle of Free Choice of Means).24 Sehingga sengketa ini tidak dapat anda ajukan ke pengadilan, karena pengadilan negeri wajib menolak sengketa yang terikat dalam perjanjian arbitrase (Pasal 3 UU Arbitrase dan APS).25 Dan dengan melihat ketentuan di dalam Pasal 7 Joint Venture Agreement yang menyatakan bahwa perjanjian ini tunduk kepada hukum Indonesia, maka perlu kami jelaskan bahwa berdasarkan Prinsip Kebebasan Memilih Hukum, penyelesaian sengketa ini hanya dapat ditempuh berdasarkan hukum yang telah ditentukan oleh para pihak.26

Atas dasar Pasal 38 UU Arbitrase dan APS yang menyatakan bahwa berdasarkan waktu yang ditetapkan oleh arbiter atau majelis arbiter (ayat 1.), anda dapat mengajukan tuntutan yang antara lain memuat nama lengkap dan kedudukan para pihak, uraian singkat sengketa dan lampiran bukti-bukti dan isi tuntutan yang jelas (ayat 2.).27 Sehingga, penyelesaian sengketa anda dengan PT Berlayar Shipping dapat dilakukan dengan mengajukan tuntutan yang memuat identitas anda (para pimpinan Barra & Co Ltd.) selaku Pemohon dan identitas para pimpinan PT Berlayar Shipping selaku Termohon, uraian singkat tentang sengketa yang dapat diambil dari uraian kasus posisi di atas dan tuntutan merupakan permohonan kepada arbitrer atau majelis arbiter BANI memutus PT Berlayar Shipping harus melaksanakan kewajiban mereka dalam

22 Sudikno Mertokusumo, Op.Cit. [92].

23 Ibid. [93].

24 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional (PT Raja Grafindo Persada 2018). [196-197].

25 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

26 Ibid. [197].

27 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

(10)

Pasal 5 ayat (1) huruf a. dan huruf e. Joint Venture Agreement, serta mengembalikan uang yang telah ditransfer tanpa koordinasi dan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari anda sebagai Pihak Kedua (huruf d.).

Dalam penyelesaian sengketa melalui arbitrase, keadaan berupa Pihak Termohon yang tidak menghadiri forum merupakan hal yang telah diantisipasi oleh UU Arbitrase dan APS. Terhadap keadaan seperti ini, Pasal 44 UU Arbitrase dan APS menyatakan bahwa pemeriksaan akan diteruskan tanpa hadirnya termohon dan tuntutan pemohon dikabulkan seluruhnya, apabila termohon tidak menghadap walaupun telah dipanggil secara patut sebanyak dua kali.28 Dan walaupun arbiter atau majelis arbitrase BANI akan memutus tanpa kehadiran PT Berlayar Shipping, kekuatan eksekusi dari putusan tersebut tidak akan berkurang. Terhadap kekuatan eksekusi dari putusan arbitrase, kami akan menjelaskannya dalam analisa isu hukum nomor 3.

Upaya ini perlu dilaksanakan demi mewujudkan Teori Pacta Sunt Servanda (Pasal 1338 KUHPerdata) sebagaimana Munir Fuady nyatakan. Teori ini menekankan bahwa pelaksanaan perjanjian tidak boleh merugikan pihak lawan maupun pihak ketiga dalam perjanjian tersebut.29 Selain itu, Pacta “Fakta” Sunt Servanda juga memiliki arti bahwa perjanjian yang dibuat secara sah, memiliki kekuatan yang sama dengan undang-undang.30 Oleh karena itu, tindakan yang dilakukan oleh PT Berlayar Shipping berupa mengabaikan urusan perizinan, penyediaan fasilitas kantor PT Barra Berlayar Shipping dan pemindahan uang tanpa koordinasi serta mendapatkan persetujuan tertulis dari anda sebagai Pihak Kedua merupakan tindakan yang dapat dikenakan sanksi melalui putusan arbitrase. Melalui analisa di atas, anda dapat mengajukan tuntutan provisionil agar arbiter atau majelis arbitrase BANI mengamankan dana anda terlebih dahulu atau selama sengketa berlangsung dan anda juga dapat mengajukan tuntutan agar PT Berlayar Shipping melaksanakan kewajiban mereka seperti halnya apabila mereka melaksanakan undang-undang.

28 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

29 Munir Fuady, Teori Besar dalam Hukum (Grand Theories) (Kencana 2013). [211].

30 Ibid. [210-211].

(11)

D.3. Upaya yang Dapat Ditempuh oleh Barra & Co Limited Agar PT Berlayar Shipping Memenuhi Kewajiban dalam Joint Venture Agreement

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 60 UU Arbitrase dan APS, putusan yang akan diberikan arbiter atau majelis arbitrase yang akan disediakan oleh BANI, bersifat final dan mengikat bagi anda dan PT Berlayar Shipping selaku Para Pihak dalam Joint Venture Agreement yang merupakan perjanjian arbitrase.31 Ketentuan ini sejalan dengan pendapat Huala Adolf tentang alasan arbitrase banyak dipilih, yaitu karena adanya sifat final dan mengikat (final and binding) yang dimiliki arbitrase dan penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak mengenal upaya banding, kasasi atau peninjauan kembali seperti dalam sistem peradilan.32 Melalui landasan ini, kami ingin memberi tahu anda bahwa kecepatan penyelesaian ini tentunya sangat anda dan PT Berlayar Shipping butuhkan dalam menjalankan PT Barra Berlayar Shipping.

Walaupun kami menjelaskan bahwa putusan arbitrase bersifat final dan mengikat, kami menyadari bahwa anda selaku pihak yang dirugikan oleh PT Berlayar Shipping tentunya akan mengantisipasi apabila PT Berlayar Shipping tidak akan melaksanakan putusan arbitrase secara sukarela. Kesukarelaan ini berkaitan dengan standar objektif dari itikad baik yang juga diperlukan dalam melaksanakan putusan arbitrase yang hanya dapat diberikan berdasarkan perjanjian arbitrase. Budi Untung menyatakan bahwa standar objektif dari itikad baik adalah standar yang berkaitan dengan pelaksanaan kontrak.33 Sehingga, apabila PT Berlayar Shipping tidak melaksanakan putusan yang akan ditetapkan BANI, maka berdasarkan ketentuan di dalam Pasal 61 UU Arbitrase dan APS, anda dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada ketua pengadilan negeri, agar ketua pengadilan negeri dapat memberikan perintah eksekusi putusan tersebut kepada PT Berlayar Shipping.34

Hal ini tentunya dapat anda lakukan, karena arbiter BANI memiliki kewajiban terlebih dahulu untuk menyerahkan naskah asli putusan atau salinan otentik putusan dan

31 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

32 Huala Adolf, Op.Cit., [206-207].

33 Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis (Penerbit Andi Yogyakarta 2012). [134-135].

34 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

(12)

mendaftarkan putusan arbitrase yang akan dijatuhkan kepada anda dan PT Berlayar Shipping sebagai pihak yang bersengketa, kepada panitera pengadilan negeri sebagai syarat putusan arbitrase untuk memiliki kekuatan eksekusi (Pasal 59 ayat (1) UU Arbitrase dan APS).35 Selain itu, anda dan PT Berlayar Shipping juga memiliki kewajiban untuk menanggung biaya pendaftaran putusan tersebut (Pasal 59 ayat (5) UU Arbitrase dan APS).36

Adapun permohonan eksekusi yang perlu anda ajukan apabila PT Berlayar Shipping tidak melaksanakan putusan arbitrase tersebut, yaitu permohonan atas eksekusi putusan yang menghukum PT Berlayar Shipping untuk melakukan perbuatan berupa

“memenuhi izin usaha dan izin operasional dan menyediakan fasilitas kantor PT Barra Berlayar Shipping serta mengembalikan uang yang telah ditransfer kepada rekening PT Berlayar Shipping tanpa koordinasi dengan anda sebagai Pihak Kedua dalam Joint Venture Agreement ini”. Terhadap jenis eksekusi seperti ini, Soedikno Mertokusumo menyatakan bahwa eksekusi yang menghukum orang untuk melakukan perbuatan sejalan dengan ketentuan di dalam Pasal 225 HIR.37 Selain itu, mekanisme eksekusi putusan ini tentunya juga sejalan dengan ketentuan di dalam Pasal 64 UU Arbitrase dan APS yang menyatakan bahwa “Putusan arbitrase yang dibubuhi perintah Ketua Pengadilan Negeri, dilaksanakan sesuai ketentuan pelaksanaan putusan dalam perkara perdata yang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap.”38

Perlu kami informasikan bahwa walaupun anda para pimpinan Barra & Co Ltd.

berstatus warga negara asing, Undang-Undang Penanaman Modal Indonesia menerapkan National Treatment Principle (Annex 1 WTO Agreement 1994/TRIMS Agreement). Muhammad Sood, dalam mengutip pendapat Mosler dan Siregar menyatakan bahwa salah satu unsur penting yang terkandung dalam prinsip ini adalah negara tuan rumah harus memberikan perlakuan yang baik terhadap

35 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

36 Undang-Undnag Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

37 Sudikno Mertokusumo, Op.Cit. [250]

38 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

(13)

kepentingan sendiri maupun kepentingan negara lain yang berada di wilayahnya.39 Asas ini termuat di dalam Pasal 4 ayat (2) a. jo. Pasal 6 ayat (1) UUPM yang menyatakan bahwa pemerintah wajib memperlakukan yang sama bagi setiap penanam modal, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.40 Dan dalam menafsirkan kata “pemerintah” dalam ketentuan ini, kami mengutip pendapat Stellinga yang menyatakan bahwa peradilan/rechtspraak merupakan salah satu fungsi dan tugas pemerintah atau peradilan merupakan bagian dari pemerintah.41

Penjelasan Umum dari UUPM menjelaskan bahwa tujuan dari Penanaman Modal adalah menjadi bagian dari penyelenggaraan ekonomi nasional dan ditempatkan sebagai upaya antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.42 Melalui penjelasan ini, kami berpendapat bahwa pihak PT Berlayar Shipping dapat dinyatakan telah memperlambat terlaksananya kepentingan anda dan kepentingan nasional Indonesia karena tidak mengurus perizinan usaha dan perizinan operasional, sehingga jasa pengiriman internasional untuk melancarkan kegiatan e-commerce di Indonesia tidak dapat terlaksana. Hal ini tentunya sangat disayangkan karena atas kelalaian PT Berlayar Shipping sebagai mitra bisnis anda, para pihak dalam Joint Venture Agreement ini belum dapat memperoleh kemanfaatan dari perjanjian ini dan belum dapat berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

E. Kesimpulan

E.1. Berdasarkan analisa isu hukum pertama, dapat disimpulkan bahwa Joint Venture Agreement anda dengan PT Berlayar Shipping belum dapat menjadi perjanjian patungan yang menjadi landasan dalam menjalankan usaha di Indonesia. Adapun

39 Muhammad Sood, Hukum Perdagangan Internasional: Edisi Kedua (PT Raja Grafindo Persada 2018).

[33].

40 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

41 Bewa Ragawino, “Hukum Administrasi Negara”, Makalah Bahan Ajar Hukum Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran (Universitas Padjajaran 2006). [30].

42 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

(14)

alasan kami menyatakan hal tersebut yaitu karena PT Berlayar Shipping lalai dalam memenuhi perizinan dan fasilitas kantor. Namun, agar PT Berlayar Shipping dapat memenuhi kewajiban mereka, anda dan PT Berlayar Shipping perlu melakukan adendum atau mengubah modal dasar dari PT Barra Berlayar Shipping sebagaimana tertuang di dalam Akta Pendirian PT Barra Berlayar Shipping.

E.2. Berdasarkan analisa isu hukum kedua, dapat disimpulkan bahwa upaya yang anda dapat lakukan terhadap dana yang dipindahkan oleh PT Berlayar Shipping tanpa koordinasi terlebih dahulu adalah mengajukan permohonan putusan sela berupa sita revindicatoir kepada arbiter atau majelis arbitrase BANI. Adapun hal yang harus anda lakukan yaitu mengajukan tuntutan yang pada pokoknya memohon kepada arbiter atau majelis arbitrase BANI untuk mengenakan PT Berlayar Shipping sanksi berupa melaksanakan kewajiban mereka sebagaimana diatur di dalam Pasal 5 Joint Venture Agreement anda dengan PT Berlayar Shipping.

E.3. Berdasarkan analisa isu hukum ketiga, upaya yang dapat anda tempuh agar PT Berlayar Shipping melaksanakan putusan arbitrase yang akan dijatuhkan adalah melalui pengajuan permohonan eksekusi putusan kepada ketua pengadilan negeri, yang didahului dengan pendaftaran putusan ke pengadilan negeri. Selain itu, baik anda maupun PT Berlayar Shipping juga harus menangung biaya pendaftaran putusan tersebut kepada pengadilan negeri sebagai syarat putusan arbitrase untuk memiliki kekuatan eksekusi. Perlu kami tegaskan bahwa pemerintah Indonesia berkewajiban untuk memperlakukan penanam modal dalam negeri dan asing secara sama, sehingga anda tidak perlu khawatir dengan status kewarganegaraan anda.

F. Rekomendasi

F.1. Ketentuan hukum Indonesia telah menyediakan perlindungan hukum bagi setiap penanam modal di Indonesia. Sehingga kami menyarankan anda untuk segera mengadakan RUPS yang bertujuan untuk membuat adendum atau mengubah ketentuan modal dasar PT Barra Berlayar Shipping berdasarkan ketentuan yang telah kami jelaskan. Adendum tersebut diperlukan bukan hanya untuk menuntut PT Berlayar

(15)

Shipping untuk memenuhi kewajibannya, melainkan agar PT Barra Berlayar Shipping dapat segera menjalankan usaha di Indonesia.

F.2. Dalam melakukan penyelesaian sengketa yang akan diputus oleh BANI, kami menyarankan anda agar mencari kuasa hukum/lawyer yang berpengalaman dalam Bidang Pengangkutan Laut atau Kemaritiman dan Arbitrase. Selain itu, anda juga dapat memberikan pendapat hukum/legal opinion ini kepada kuasa hukum anda, agar kuasa hukum anda dapat menyusun tuntutan yang sejalan dengan kepentingan anda. Apabila anda berminat, anda dapat memberikan kuasa khusus kepada tim kami yang tentunya telah berpengalaman dalam bidang Kemaritiman dan Arbitrase.

F.3. Dalam mengajukan permohonan eksekusi putusan yang akan dijatuhkan oleh arbiter atau majelis arbitrase BANI, anda atau kuasa hukum anda perlu menjelaskan kepada ketua pengadilan negeri perihal perlakuan yang sama bagi penanam modal asing dan penanam modal dalam negeri. Hal ini perlu dijelaskan agar ketua pengadilan negeri dapat menetapkan eksekusi putusan tersebut secara non diskriminatif. Apabila anda berminat dalam menggunakan jasa tim kami, maka kami akan menjelaskan ketentuan non diskriminatif ini secara langsung kepada ketua pengadilan negeri.

Demikian pendapat hukum/legal opinion dan saran hukum/legal advice ini kami susun dan atas perhatian anda, izinkanlah kami untuk sekali lagi menghaturkan terima kasih.

Semoga pendapat hukum/legal opinion dan saran hukum/legal advice ini dapat memberikan kemanfaatan bagi anda dan dapat meyakinkan anda bahwa kaidah hukum yang berlaku di Indonesia, menyediakan perlindungan hukum bagi setiap investor yang melakukan penanaman modal di Indonesia.

Hormat Kami Konsultan Hukum Yustisi Lawfirm:

1.

Putu George Matthew Simbolon ,S.H.

2.

Tirza Mariani Claudya ,S.H.

(16)

G. Referensi G.1. Buku

R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata (Penerbit PT Intermasa 2008)

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia: Edisi Kedelapan (Penerbit Liberty Yogyakarta 2009).

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi (Nuansa Aulia 2010).

Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis (Penerbit Andi Yogyakarta 2012).

Munir Fuady, Teori Besar dalam Hukum (Grand Theories) (Kencana 2013).

Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional (PT Raja Grafindo Persada 2018).

Muhammad Sood, Hukum Perdagangan Internasional: Edisi Kedua (PT Raja Grafindo Persada 2018).

G.2. Jurnal

Helmi Kasim, ‘Arbitrase Sebagai Mekanisme Penyelesaian Sengketa PenanamanModal’, (2018), 7 Jurnal Rechts Vinding Media Pembinaan Hukum Nasional.

G.3. Makalah

Bewa Ragawino, “Hukum Administrasi Negara”, Makalah Bahan Ajar Hukum Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran (Universitas Padjajaran,2006).

G.4. Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3872)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724)

(17)

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573 )

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perizinan Berbasis Risiko (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6617)

Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 61)

Peraturan Badan Pusat Statistik Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1084).

Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2021 Tentang Pedoman Dan Tata Cara Pelayanan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Dan Fasilitas Penanaman Modal (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 272).

Referensi

Dokumen terkait

Kedua , perang dagang industri rokok dengan BPPC. Pabrikan rokok memboikot BPPC dan memilih cengkeh impor dengan maksud memastikan kematian BBPC dan mencegah

Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kecerdasan Menghadapi Pensiun pada Pegawai Bank BRI.. Jurnal Studi Manajemen &

Sikap masyarakat yang setuju dengan tindakan pencegahan dan siapa saja yang bertanggung jawab untuk melakukan pencegahan filariasis berhubungan dengan kejadian

menyatakan bahwa sebagian besar responden kasus mempunyai rumah yang dekat (96%) dengan tempat. perkembangbiakan

METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) (Sugiyono, 2008). Secara

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sari temulawak dalam proses fermentasi alkohol dari molase menggunakan Saccharomyces cerevisiae komersial,

Untuk memudahkan dalam menganalisis data, maka variabel yang digunakan diukur dengan mempergunakan model skala 5 tingkat (likert) yang memungkinkan pemegang polis dapat

This permission does not extend to binding multiple chapters of the book, photocopying or producing copies for other than personal use of the person creating the copy, or