• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. Wilayah/Distribusi untuk meningkatkan pelayanan kepada para pelanggan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. Wilayah/Distribusi untuk meningkatkan pelayanan kepada para pelanggan."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sebagai perusahaan yang melayani kepentingan masyarakat Indonesia di bidang ketenagalistrikan, PT PLN (Persero) selama ini telah berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan tenaga listrik. Berbagai program kerja telah dilakukan PT PLN (Persero) melalui unit-unit PLN Wilayah/Distribusi untuk meningkatkan pelayanan kepada para pelanggan.

Sebagai badan usaha milik negara, keberadaan PLN diatur dalam undang-undang yang dibuat pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat, yakni UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa tenaga listrik mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Usaha penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara dan perlu ditingkatkan sejalan dengan perkembangan pembangunan.

Dalam undang-undang tersebut, pasal 3 menyebutkan bahwa tenaga listrik dikuasai oleh negara yang penyelenggaraannya dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Kedua lembaga tersebut berwenang menetapkan kebijakan, pengaturan, pengawasan dan melaksanakan usaha penyediaan listrik. Salah satu kebijakan krusial yang memiliki aspek politis besar adalah penetapan tarif dasar listrik karena mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Hal lain yang ditetapkan atas persetujuan DPR adalah besaran subsidi dan margin PSO yang diberikan

(2)

2 pemerintah kepada PLN, karena akan mempengaruhi Anggaran Pendapatan Belanja Negara secara keseluruhan.

Menurut White (2002), pemerintah bisa mengarahkan perusahaan publik seperti PLN sesuai keinginan penguasa pada saat itu. Bentuknya bisa berbeda-beda tergantung interpretasi politik pemerintah, apakah berorientasi pada konsumen sehingga segala kebjakan kelistrikan bertujuan untuk kepentingan masyarakat luas, atau berorientasi pada sektor industri sehingga menguntungkan pebisnis. Perusahaan publik bisa juga dikendalikan oleh kepentingan kelompok tertentu.

Salah satu upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas layanannya, pada tahun 2005 PT PLN (Persero) memperkenalkan Listrik Prabayar. Listrik Prabayar merupakan sistem pelayanan penjualan tenaga listrik dimana pelanggan membayar listrik sebelum menggunakan atau transaksi dengan pembayaran dimuka. Cara ini memberi kesempatan pada pelanggan untuk lebih mudah mengendalikan pemakaian listriknya sesuai dengan daya beli. Teknologi ini diadopsi dari Afrika Selatan yang telah mengembangkan system ini sejak tahun 1993. Semenjak itu pula, semua permohonan pasang baru maupun rubah daya ke PT PLN (Persero) diarahkan untuk menggunakan Listrik Prabayar.

Selain untuk meningkatkan layanan dan memberi opsi kepada pelanggan, ide ini muncul untuk mengatasi masalah pengelolaan pembayaran tagihan listrik pelanggan, pencurian tenaga listrik, serta berbagai keluhan konsumen tentang kesalahan pencatatan meteran listrik. Dari sisi operasional perusahaan, diterapkannya listrik prabayar salah satunya dikarenakan tingginya angka piutang pelanggan pascabayar yang ditunjukkan pada Gambar 1.1. Tercatat dari tahun 2012

(3)

3 hingga 2015 saldo akhir piutang di lingkungan Jawa Tengah & D. I. Yogyakarta naik dari angka Rp. 22,35 Milyar menjadi Rp. 65,89 Milyar. Hal yang sama juga terjadi di Area Semarang yang merupakan salah satu wilayah kerja di bawah lingkungan PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah & D. I. Yogyakarta, saldo akhir piutang melambung dari angka Rp. 6,45 Milyar menjadi Rp. 33,15 Milyar.

Adanya listrik prabayar diharapkan dapat menekan saldo piutang dan mempermudah pekerjaan pegawai yang kerap menghadapi masalah pada proses penagihan piutang ke pelanggan. Berkurangnya pekerjaan penagihan dapat membantu perusahaan untuk mengalihkan sumber daya manusia lebih fokus pada peningkatan kinerja operasional dan inovasi pada layanan.

Alasan lain diterapkannya sistem listrik prabayar adalah makin tingginya biaya petugas catat meter per tahun seiring kenaikan nilai UMK. Saat ini, jumlah petugas catat meter di lingkungan Jawa Tengah & D. I. Yogyakarta kurang lebih sebanyak 4000 orang. Petugas catat meter harus melakukan pekerjaan mencatat

Gambar 1.1 Saldo Akhir Piutang Sumber: Data Pengusahaan PLN, 2015. Data diolah.

(4)

4 stand meter pelanggan pascabayar tiap bulannya yang akan menjadi dasar pembuatan tagihan rekening listrik. Pekerjaan ini memiliki tingkat human error yang tinggi dan kesalahan perhitungan dapat menyebabkan perhitungan nilai susut energi per bulan menjadi naik.

Biaya yang dikeluarkan PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah & D. I. Yogyakarta untuk membayar petugas catat meter yang ditunjukkan pada Gambar 1.2, terlihat mengalami peningkatan dari tahun 2011 sebesar Rp. 125,7 Milyar menjadi Rp. 166,8 Milyar pada tahun 2015. Serupa dengan wilayah induknya, Area Semarang juga mengalami kenaikan dari Rp. 19,1 Milyar menjadi Rp. 26,3 Milyar per tahun.

Tingginya biaya tersebut tentu semakin membebani biaya operasional perusahaan. Dengan listrik prabayar, petugas catat meter hanya ditugaskan untuk mengunjungi masing-masing pelanggan satu kali dalam enam bulan, sehingga

Gambar 1.2 Biaya Catat Meter Sumber: Data Pengusahaan PLN, 2015. Data diolah.

(5)

5 biaya catat meter akan berkurang cukup signifikan apabila semua pelanggan sudah menggunakan sistem tersebut.

Pada Gambar 1.3, dapat kita lihat bahwa jumlah pelanggan listrik prabayar semakin meningkat dari tahun-tahun, sedangkan jumlah listrik pascabayar semakin menurun. Di seluruh wilayah Jawa Tengah sendiri terdapat kenaikan sebesar 2.333.319 pelanggan listrik prabayar dari tahun 2011 hingga tahun 2015, pelanggan

Gambar 1.3 Jumlah Pelanggan Sumber: Data Pengusahaan PLN, 2015. Data diolah.

(6)

6 listrik pascabayar mengalami penurunan sejumlah 416.980 pelanggan, sedangkan secara keseluruhan terjadi penambahan pelanggan sejumlah 1.916.339 pelanggan pada periode tersebut.

Untuk Area Semarang, pada tahun 2011 hingga tahun 2015, terdapat penambahan jumlah pelanggan secara keseluruhan sebesar 255.606 pelanggan, pelanggan listrik prabayar mengalami kenaikan sebesar 326.529 pelanggan, sedangkan pelanggan listrik pascabayar mengalami penurunan sejumlah 70.923 pelanggan pada periode tersebut.

Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah pengguna listrik prabayar meningkat tiap tahunnya. Namun, tren pertumbuhan jumlah pelanggan listrik prabayar seiring dengan meningkatnya jumlah pelanggan per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahannya lebih dikarenakan adanya kebijakan perusahaan yang mewajibkan pelanggan baru menggunakan listrik prabayar, bukan karena migrasi pelanggan pascabayar menjadi prabayar. Menurunnya jumlah pelanggan pascabayar tidak semata-mata memperlihatkan jumlah pelanggan yang bermigrasi menjadi listrik pascabayar, juga terdapat data pelanggan yang berhenti menjadi konsumen dalam angka yang disajikan.

Walaupun telah diberikan tawaran untuk pindah secara gratis dan berbagai kelebihan yang telah ditawarkan, pelanggan pascabayar belum berminat untuk beralih ke listrik prabayar. Jumlah pelanggan pascabayar yang bermigrasi menjadi listrik prabayar dari tahun 2011 hingga tahun 2015 ditunjukkan pada Gambar 1.4. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa dalam lima tahun, hanya sekitar 5 % dari total pelanggan pascabayar yang melakukan migrasi menjadi listrik prabayar.

(7)

7 Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan pretest melalui wawancara kepada dua kelompok pelanggan untuk mengulas permasalahan tentang penerimaan listrik prabayar. Wawancara dilakukan pada dua kelompok pelanggan, kelompok pertama merupakan pelanggan pascabayar yang sudah migrasi ke prabayar sejumlah 9 (sembilan) orang dan kelompok kedua adalah pelanggan pascabayar yang belum migrasi ke prabayar sejumlah 10 (sepuluh) orang. Pertanyaan yang diberikan pada masing-masing kelompok adalah sama dengan metode wawancara tatap muka langsung dengan subjek terkait.

Hasil wawancara dari kelompok pertama yang sudah melakukan migrasi menjadi prabayar dapat dilihat pada Tabel 1.1. Dari kelompok tersebut, pelanggan diketahui melakukan migrasi dikarenakan keharusan dari PLN (sering menunggak, butuh tambah daya, atau cater kesulitan untuk membaca) sejumlah enam orang dan tiga orang yang lain memberi alasan ingin lebih mudah dan akurat. Berikut kutipan

Gambar 1.4 Jumlah Migrasi Prabayar Sumber: Data Pengusahaan PLN, 2015. Data diolah.

(8)

8 hasil salah satu wawancara tentang alasan migrasi prabayar dan kesan yang dirasakan:

Al Carano, 46 Tahun, Pedagang

“Lebih gampang, lebih enak, lebih mudah. Lebih enak daripada yang lama. Ndak terlalu ribet. Kalau yang lama kita harus bayar ke sana ke sini. Yang ini kalau masih sisa seribu masih bisa dipakai. Kita belinya bisa ngirit. Kalau yang lama kan kita nggak bisa beli ngirit. Harus per bulan.”

Pelanggan pada kelompok ini mendaatkan informasi tentang listrik prabayar dari PLN melalui website, kantor, atau petugas catat meter sejumlah enam orang, dan tiga orang lainnya mendapatkan informasi dari relasi mereka. Selama menggunakan listrik prabayar, tujuh orang responden merasa lebih nyaman karena dapat mengontrol pemakaian dan merasa lebih praktis. Sementara dua orang berpendapat bahwa tagihan menjadi lebih mahal dan mereka menjadi waspada

Tabel 1.1 Hasil wawancara pelanggan telah migrasi prabayar

Pertanyaan Jawaban Jumlah

Diharuskan PLN (Nunggak, Tambah Daya) 6

Ingin Lebih Mudah/ Akurat 3

PLN (Website, Kantor, Cater) 6

Relasi (Teman, Tetangga) 3

Praktis dan lebih nyaman (bisa mengontrol pemakaian) 7

Mahal, Waspada 2

Sama saja 1

Puas 6

Ragu-ragu 2

Tidak Puas 1

Apakah anda dapat mengoperasikan

listrik prabayar? Bisa 9

Apakah ada kendala menggunakan

listrik prabayar? Tidak Ada 9

Pascabayar 5 Sama saja 2 Prabayar 2 Pascabayar 4 Sama saja 1 Prabayar 4

Apakah proses migrasi mudah? Mudah 9

Mengapa melakukan migrasi menjadi listrik prabayar?

Darimana mendapatkan informasi tentang listrik prabayar?

Bagaimana kesan anda tentang listrik prabayar?

Apakah anda puas dengan listrik prabayar?

Menurut anda, mana yang lebih mudah digunakan, listrik prabayar atau paskabayar?

Menurut anda, mana yang lebih menguntungkan, listrik prabayar atau paskabayar?

(9)

9 karena takut kehabisan pulsa sewaktu-waktu. Satu orang yang lain merasa tidak ada perbedaan atau sama saja antara penggunaan listrik pascabayar dan listrik prabayar. Enam orang merasa puas dengan pengalaman mereka menggunakan listrik prabayar selama ini, sedangkan dua orang menjawab ragu-ragu, dan satu orang yang lain merasa tidak puas. Seluruh responden dalam proses wawancara ini merasa bisa menggunakan atau mengoperasikan listrik prabayar. Berikut kutipan hasil salah satu wawancara tentang sumber informasi prabayar, kepuasan menggunakan prabayar, dan kemudahan pengoperasian meter prabayar:

Suharti, 46 Tahun, Penjahit

“Tadinya, cater sulit baca karena tempatnya ketutup pasir. Terus tagihan disamakan dengan bulan sebelumnya, jadi ndak pasti dan naik terus. Kemudian cater bilang ganti pulsa saja, enak. Saya seneng, karena kita tahu persis. Pengeluaran kita sesuai dengan pulsa. Sangat Puas. Sekarang bisa mengoperasikan, tadinya ndak bisa, tapi diajari oleh mbak dari kantor pos.”

Dari sisi kemudahan penggunaan, lima pelanggan pada kelompok ini lebih merasa menggunakan pascabayar lebih mudah, sedangkan dua orang menjawab sama saja, dan dua orang sisanya merasa prabayar lebih mudah. Sedangkan dari perspektif keuntungan, empat responden merasa tetap lebih untung dengan listrik pascabayar, empat responden memilih prabayar lebih menguntungkan, dan satu orang lainnya menjawab tidak ada perbedaan. Seluruh responden tidak mengalami kendala dalam mengoperasikan listrik prabayar. Mereka juga sepakat bahwa proses migrasi menuju listrik prabayar mudah.

Hasil wawancara untuk kelompok kedua yang belum melakukan migrasi menjadi listrik prabayar dapat dilihat pada Tabel 1.2. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa enam orang merasa nyaman dengan pengalaman mereka

(10)

10 menggunakan listrik pascabayar selama ini, sedangkan tiga orang menjawab murah, dan satu orang responden merasa tarif listrik mahal.

Selama menggunakan listrik pascabayar, sembilan responden mengatakan puas dan satu responden merasa cukup puas. Seluruh responden juga tidak mengalami kendala selama menggunakan listrik pascabayar selama ini. Lima responden mengaku telah mengetahui tentang listrik prabayar, dan lima orang lainnya belum mengetahui tentang listrik prabayar. Informasi tentang listrik prabayar didapatkan dari relasi oleh enam orang responden, satu orang menjawab dari media, dan tiga orang yang lain belum mengetahui. Berikut kutipan hasil wawancara dari pelanggan yang belum migrasi ke prabayar:

Tabel 1.2 Hasil wawancara pelanggan belum migrasi prabayar

Pertanyaan Jawaban Jumlah

Nyaman (Senang, Lancar, Efektif) 6

Murah 3

Mahal 1

Puas 9

Cukup Puas 1

Apakah selama ini ada kendala ketika menggunakan

listrik pascabayar? Tidak ada 10

Tidak tahu 5

Tahu 5

Relasi (Tetangga, Teman) 6

Media 1 Belum tahu 3 Tidak bisa 3 Bisa 7 Pascabayar 6 Sesuai peruntukan 2 Prabayar 2 Pascabayar 3 Prabayar 2 Belum tahu 5 Tidak 9 Mungkin 1

Dari mana anda mengetahui tentang listrik prabayar?

Menurut pendapat anda, apakah anda dapat mengoperasikan listrik prabayar?

Menurut anda, mana yang lebih mudah digunakan, listrik prabayar atau paskabayar?

Menurut anda, mana yang lebih menguntungkan, listrik prabayar atau paskabayar?

Apakah anda ingin melakukan migrasi ke listrik prabayar?

Bagaimana kesan anda terhadap listrik pascabayar?

Apakah anda puas dengan listrik pascabayar?

(11)

11 Pugi, 30 Tahun, Swasta

“Bayarnya murah. Sudah lama, puas, sudah 20 Tahun. Tidak ada kendala. Saya tahu prabayar tapi ndak mau. Mengoperasikannya gampang. Buat orang-orang yang hidupnya pindah-pindah, seperti pegawai, bagus prabayar, lebih simple. Tapi kalau orang-orang kampung lebih baik pascabayar.”

Sumini, 53 Tahun, Tani

“Seneng, puas, tidak ada kendala pascabayar. Kalau prabayar, ketika tidak punya uang tidak bisa beli, tidak bisa nyala listriknya, tidak bisa masak besok. Saya tau dari orang-orang, dari tetangga. Ndak bisa mengoperasikan, hp saja ndak bisa. Gampang pascabayar. Diutangi sama pemerintah. Sudah cocok sama yang ini, orang tua kalau sudah cocok tidak mau ditukar.”

Hermawan, 46 Tahun, PNS

“Selama ini baik, bayarnya lancar, petugas cater juga tertib. Cukup puas lah. Dibilang puas ngga sih, cukup puas. Selama ini belum ada kendala, meteran ndak pernah rewel. Saya tahu prabayar, pernah lihat, pernah baca. Saya tahu dari tetangga yang sudah pakai. Mengoperasikannya terlalu aga ribet, kalau malam-malam pas pulsa habis aga susah. Karena nomernya panjang. Penggunaannya tergantung kebutuhan, kalau kontrakan ya mending yang prabayar, kalau untuk rumah tangga ya pascabayar.”

Lima responden mengaku telah mengetahui tentang listrik prabayar, dan lima orang lainnya belum mengetahui tentang listrik prabayar. Informasi tentang listrik prabayar didapatkan dari relasi oleh enam orang responden, satu orang menjawab dari media, dan tiga orang yang lain belum mengetahui.

Setelah diberikan penjelasan tentang sistem listrik prabayar, responden yang merasa dapat mengoperasikan listrik prabayar sejumlah tujuh orang, sedangkan tiga orang sisanya merasa tidak dapat mengoperasikannya. Menurut persepsi mereka, enam orang merasa menggunakan pascabayar akan tetap lebih mudah, dua orang merasa lebih mudah menggunakan prabayar, dan dua orang sisanya merasa tergantung pada peruntukan dan kebutuhan.

(12)

12 Dari sisi keuntungan, tiga pelanggan merasa prabayar akan lebih menguntungkan, dua pelanggan merasa pascabayar tetap lebih menguntungkan, dan lima orang sisanya merasa belum tahu karena belum menggunakan. Ketika ditanyakan tentang niat mereka untuk migrasi ke prabayar, mayoritas responden sebanyak sembilan orang sepakat menjawab tidak, dan satu orang yang lain hanya menjawab mungkin.

Dari hasil wawancara dua kelompok tersebut, dapat kita lihat bahwa pelanggan yang sudah migrasi ke prabayar merasa puas dengan layanan yang ada dan tidak mengalami kendala. Sedangkan pelanggan pascabayar tidak menunjukkan niat untuk berpindah ke prabayar walaupun kemudahan yang ditawarkan telah dijelaskan dan proses migrasi mudah.

1.2 Rumusan Masalah

Hadirnya listrik prabayar diharapkan dapat menekan angka tunggakan dan mengurangi susut jaringan dengan meminimalisir tingkat kesalahan pembacaan meter. Walaupun jumlah pelanggan listrik prabayar meningkat dari tahun ke tahun, namun angka tunggakan di PT PLN (Persero) Area Semarang sebaliknya menunjukkan peningkatan. Hal ini juga diikuti naiknya biaya operasional untuk petugas catat meter. Seperti yang telah disampaikan dari hasil pretest awal, pelanggan cenderung enggan migrasi menggunakan listrik pascabayar. Hal ini menyebabkan PT PLN (Persero) Area Semarang tidak dapat melakukan efisiensi biaya dan alokasi sumber daya yang lebih baik.

Terdapat penelitian tentang teori penerimaan teknologi oleh Davis (1989) yang menyebutkan bahwa penerimaan teknologi dipengaruhi oleh sikap terhadap

(13)

13 perilaku tersebut dan persepsi manfaat kegunaan, sedangkan sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh persepsi manfaat kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan. Penelitian-penelitian selanjutnya menemukan bahwa faktor sosial dan kontrol perilaku mempunyai pengaruh yang signifikan pada perilaku penggunaan teknologi informasi (Compeau dan Higgins, 1991; Thompson et al., 1991; Hartwick dan Barki, 1994). Kedua faktor tersebut merupakan faktor dalam teori perilaku terencana yang dikembangkan oleh Ajzen (1991). Teori ini dikembangkan dari teori awal yaitu teori tindakan beralasan (Ajzen dan Fishbein, 1975), yang mana juga merupakan dasar pengembangan teori penerimaan teknologi.

Dalam penelitian selanjutnya, Wu dan Chen (2005) menggabungkan kedua model TAM dan TPB tersebut serta menambahkan faktor kepercayaan untuk menguji penerimaan teknologi desklarasi pajak secara online. Dimana dalam penelitian tersebut, disebutkan bahwa faktor kepercayaan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku dan berperan penting dalam konteks pelayanan publik.

Oleh karena itu, PT PLN (Persero) sebagai perusahaan yang melayani publik di bidang ketenagalistrikan perlu melakukan penelitian sejauh mana niat masyarakat menggunakan listrik prabayar dan faktor apa saja yang mempengaruhi. Perlu dilakukan uji terkait pengaruh persepsi manfaat kegunaan, persepsi kemudahan penggunaan, serta kepercayaan terhadap sikap terhadap penggunaan listrik prabayar, dan pengaruh persepsi manfaat kegunaan, sikap terhadap perilaku, persepsi kontrol perilaku, dan norma subjektif terhadap niat pelanggan untuk menggunakan listrik prabayar.

(14)

14 1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pengaruh persepsi manfaat kegunaan pada sikap terhadap penggunaaan listrik prabayar?

b. Bagaimana pengaruh persepsi kemudahan penggunaan pada sikap terhadap penggunaaan listrik prabayar?

c. Bagaimana pengaruh kepercayaan pada sikap terhadap penggunaaan listrik prabayar?

d. Bagaimana pengaruh persepsi manfaat kegunaan pada niat untuk menggunakan sistem listrik prabayar?

e. Bagaimana pengaruh sikap terhadap penggunaaan listrik prabayar pada niat untuk menggunakan sistem listrik prabayar?

f. Bagaimana pengaruh persepsi kontrol perilaku pada niat untuk menggunakan sistem listrik prabayar?

g. Bagaimana pengaruh norma subjektif terhadap niat untuk menggunakan sistem listrik prabayar?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang dituangkan di atas, tujuan pertama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variabel bebas seperti persepsi manfaat kegunaan, persepsi kemudahan penggunaan, dan kepercayaan berpengaruh secara positif pada sikap terhadap penggunaaan listrik prabayar.

(15)

15 Tujuan kedua dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variabel bebas persepsi manfaat kegunaan, sikap terhadap penggunaaan listrik prabayar, persepsi kontrol perilaku, dan norma subjektif berpengaruh secara positif pada niat untuk menggunakan sistem listrik prabayar.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Untuk membatasi masalah agar penelitian ini lebih spesifik dan terarah. Batasan pada penelitian ini adalah:

a. Subjek pada penelitian ini adalah pelanggan listrik PT PLN (Persero) di wilayah kerja Area Semarang yang menjadi pelanggan listrik pascabayar dan belum bermigrasi menggunakan listrik prabayar.

b. Objek pada penelitian ini adalah niat pelanggan listrik yang menggunakan listrik pascabayar dan belum bermigrasi menggunakan listrik prabayar.

1.6 Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Perusahaan (PT PLN (Persero) Area Semarang)

Penelitian ini dapat digunakan PT PLN (Persero) Area Semarang untuk mengetahui tentang niat pelanggannya untuk menggunakan sistem meter prabayar. Hal ini juga diperlukan PT PLN (Persero) agar dapat melakukan evaluasi tentang kelayakan penggunaan sistem meter prabayar dan melakukan penyesuaian strategi apakah sistem meter prabayar tetap dijalankan atau diberikan pilihan kepada pelanggan.

(16)

16 b. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi tentang manajemen pemasaran, khususnya yang terkait dengan analisis faktor yang mempengaruhi pelanggan listrik ingin beralih menggunakan sistem yang lain.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk penelitian listrik prabayar selanjutnya, mengingat minimnya publikasi tentang listrik prabayar di tingkat internasional.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memperjelas penulisan, penelitian ini disusun terbagi menjadi beberapa bab yang dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi mengenai hal-hal yang mendasari penulis menyusun penelitian ini yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, ruang lingkup atau batasan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi mengenai penelitian terdahulu serta teori-teori yang berhubungan dengan penelitian. Pada bab ini juga berisi mengenai pengembangan hipotesis penelitian.

(17)

17 Pada bab ini berisi mengenai penjelasan tentang langkah-langkah penelitian, seperti variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan dan sampel pen

elitian, jenis dan sumber data yang diperlukan, serta metode pengumpulan dan metode analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasannya secara kuantitatif. Pada bab ini juga disertakan data hasil penelitian melalui daftar tabel, maupun gambar untuk membandingkan hasil dari penelitian terdahulu yang dijadikan acuan penelitian ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk saran berisi mengenai pengalaman dari penulisan penelitian ini yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.

Gambar

Gambar 1.1 Saldo Akhir Piutang
Gambar 1.2 Biaya Catat Meter
Gambar 1.3 Jumlah Pelanggan
Gambar 1.4 Jumlah Migrasi Prabayar
+3

Referensi

Dokumen terkait

dari hari ke 9 sampai SBB mencapai kenaikan suhu yang khas.. b) Dapat digabungkan dengan metode kontrasepsi lain, misalnya. dengan metode barrier. c) Aman dan murah tanpa

Sehingga, yang semula pemerintah daerah hanya menerima bagi hasil atas pemungutan PBB-P2 tersebut yaitu sebesar 64,8% untuk daerah Kabupaten/Kota, 16,2% daerah provinsi, 9%

Berbeda dengan nilai koefisien antara curah hujan dengan erosi, nilai koefisien korelasi antara curah hujan dengan erosi (Lampiran 5b) pada perlakuan konvensional (r = 0.59**)

Valbury Asia Securities hanya sebagai informasi dan bukan ditujukan untuk memberikan rekomendasi kepada siapa pun untuk membeli atau. menjual suatu

Dengan ini penulis akan mencoba merancang, membuat serta mengimplementasikan sistem pengambilan keputusan ke dalam bentuk yang terkomputerisasi yaitu dalam bentuk

Sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan kebijakan nasional tersebut seyogianya berupa suatu

Infrastruktur yang ada pada organisasi/perusahaan, telah mencakup lapisan transport yang merupakan lapisan yang menyediakan kemampuan jaringan/networking dan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia