• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS IKLAN RETAIL GIANT SUN CITY SIDOARJO (Studi Deskriptif Kuantitatif Efektivitas Iklan Retail Giant Sun City Sidoarjo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS IKLAN RETAIL GIANT SUN CITY SIDOARJO (Studi Deskriptif Kuantitatif Efektivitas Iklan Retail Giant Sun City Sidoarjo)."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

City Sidoarjo)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

OLEH :

ALDILAH DESEL 0543010071

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN ” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

(2)

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan berkatnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :

“ EFEKTIVITAS IKLAN RETAIL GIANT SUN CITY SIDOARJO”

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan

dan bimbingan berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada Bapak Kusnarto sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

pengarahan kepada penulis selama penyusunan proposal skripsi ini. Penulis juga

menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jatim.

2. Bapak Juwito selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UPN “Veteran”

Jatim.

3. Bapak Syaifudin Zuhri selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi UPN

“Veteran” Jatim.

4. Bapak Drs. Kusnarto, M.Si. selaku dosen pembimbing yang senantiasa

memberikan waktu pada penulis dalam penyusunan proposal ini.

5. Buat teman-teman penulis Putra, Tomi, Sasa, Ucil, Erwin, Basori, Qeis, Angga, Rendi, Indra, Bintari, Fara dan teman-teman yang lainnya.

6. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak Giant Sun City Sidoarjo

(3)

Sidoarjo.

7. Orang tua yang tidak kurang – kurangnya selalu memberi dukungan dan dorongan baik secara moral dan material hingga penulis dapat segera

menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata semoga ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan dan semoga Tuhan membalas budi baik semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi. Penulis sesungguhnya menyadari, bahwa

tugas akhir ini belum sempurna dan penuh dengan keterbatasan. Untuk itu, segala

bentuk saran dan kritik yang membangun nilai positif sangat diperlukan bagi

penulis untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, Juli 2010

(4)

City Sidoarjo)

Nama Mahasiswa : Aldilah Desel

NPM : 0543010071

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Telah Disetujui untuk mengikuti Seminar Proposal

Menyetujui,

PEMBIMBING UTAMA

Drs. Kusnarto, M.Si

KETUA JURUSAN

(5)

City Sidoarjo)

Nama Mahasiswa : Aldilah Desel

NPM : 0543010071

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji : 1.

Drs. Kusnarto, M.Si Juwito, S. Sos, M.Si NIP. 030 176 735 NPT. 367049500361

2.

Syaifudin Zuhri, M.Si NPT. 370069400351

3.

Zainal Abidin A., M.Si, M.Ed NPT. 373039901701

Mengetahui, Ketua Jurusan

(6)

(Studi Deskriptif Kuantitatif Efektifitas Iklan Giant

Sun City Sidoarjo)

Disusun Oleh :

ALDILAH DESEL

0543010071

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

PEMBIMBING

Drs. Kusnarto, Msi

NIP.195808011984021001

Mengetahui,

DEKAN

Dra. Hj. Suparwati MSi

(7)

Disusun Oleh : ALDILAH DESEL NPM. 054 3010 071

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 22 Juli 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji,

Ketua

Drs. Kusnarto, Msi Juwito, S. Sos, M.Si

NIP.195808011984021001 NPT. 367049500361

Sekretaris

Drs. Kusnarto, Msi NIP.195808011984021001 Anggota

Zainal Abidin A., M.Si, M.Ed NPT. 373039901701

Mengetahui, DEKAN

(8)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN ... ii

PENGESAHAN UJIAN LISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1. Landasan Teori ... 8

2.1.1 Definisi Efektivitas ... 8

2.1.2 Efektivitas Komunikasi... 9

(9)

2.2.1. Definisi Iklan ... 10

2.2.2. Tujuan Kegiatan Periklanan ... 12

2.2.3. Manfaat dan Fungsi Iklan ... 13

2.2.4. Definisi Iklan Cetak ... 15

2.2.5. Strategi Kreatif Pesan Iklan ... 15

2.3. Direct Rating Method(DRM) ... 20

2.3.1. Pengertian DRM ... 20

2.3.2. Fungsi DRM... 20

2.3.3. Tujuan DRM ... 21

2.3.4. Variabel DRM ... 21

2.4. Kerangka Pikiran ... 31

BAB III METODE PENELITIAN... 34

3.1. Definisi Operasional ... 34

3.1.1. Efektivitas iklan ... 34

3.1.2. Iklan retail giant sun city ... 34

3.1.3. Direct Rating Method (DRM) ………. 36

3.2. Populasi sampel dan penarikan sampel ... 40

3.2.1. Populasi ... 40

3.2.2. Teknik penarikan sampel ... 40

3.3. Teknik pengumpulan data ... 42

3.4. Teknik analisis data ... 42

(10)

4.1. Gambaran umum objek penelitian ... 47

4.1.1. Iklan Retail Giant Sun City Sidoarjo ... 47

4.2. Penyajian dan analisis data ... 48

4.2.1. Identitas responden ... 48

4.2.1.1...Usia responden ... 48

4.2.1.2...Jenis kelamin responden ... 49

4.2.1.3...Pendi dikan terakhir responden ... 50

4.2.1.4...Jenis pekerjaan responden ... 51

4.2.2. Efektivitas Iklan ... 52

4.2.2.1... Efekt ivitas Iklan pada dimensi perhatian... 53

4.2.2.2...Efekti vitas Iklan pada dimensi pemahaman ... 70

4.2.2.3.Efektivitas Iklan pada dimensi respon kognitif 80 4.2.2.4.Efektivitas Iklan pada dimensi respon afektif . . 86

4.2.2.5.Efektivitas Iklan pada sikap terhadap iklan ... 93

4.3. Efektivitas Iklan dengan Metode DRM... 94

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 100

5.1. Kesimpulan... 100

5.2. Saran... 100

DAFTAR PUSTAKA... 103

LAMPIRAN... 108

(12)

Halaman

Tabel 1 Dimensi perhatian secara keseluruhan

65

Tabel 2 Dimensi pemahaman secara keseluruhan

77

Tabel 3 Dimensi respon kognitif secara keseluruhan

84

Tabel 4 Dimensi respon afektif secara keseluruhan

89

Tabel 5 Dimensi sikap terhadap iklan

93

(13)
(14)

ALDILAH DESEL. EFEKTIVITAS IKLAN RETAIL GIANT SUN CITY SIDOARJO (Studi Deskriptif Kuantitatif Efektivitas Iklan Retail Giant Sun City Sidoarjo)

Iklan yang efektif adalah iklan yang dapat membuat penonton memahami apa yang menjadi pesan iklannya. Selain itu, iklan yang efektif dapat dimulai dengan menarik perhatian penonton melalui kreativitas iklannya. Periklanan dipandang sebagai media yang paling lazim digunakan perusahaan untuk mengarahkan komunikasi yang persuasif kepada konsumen. “Iklan ditujukan untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek”. Jika pesan yang disampaikan mengena dengan tepat sasaran, maka iklan tersebut akan efektif dimata masyarakat.

Salah satu metode pengujian pesan iklan adalah dengan Direct Rating Method (DRM) atau disebut juga Metode Penentuan Peringkat Langsung. Tujuanya adalah untuk mengevaluasi kekuatan sebuah iklan yang berkaitan dengan kemampuan iklan itu untuk mendapatkan perhatian, mudah tidaknya iklan itu dibaca secara seksama, mudah dipahami, kemampuan iklan itu untuk menggugah perasaan, dan kemampuanya untuk mempengaruhi perilaku. Melalui metode ini, makin tinggi peringkat sebuah iklan, semakin tinggi pula kemungkinan iklan tersebut efektif

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskripsi kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara kuantitatif Efektivitas Iklan Giant Sun City Sidoarjo dalam mensosialisasikan promo “Giant Sun City” kepada masyarakat. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Responden diminta memberi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner tersebut. Setelah data diperoleh penelitian akan mengevaluasi efektivitas iklan dengan DRM dengan menggunakan Analisis Tabulasi Sederhana dan penghitungan rata-rata terbobot.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Persaingan yang ketat dalam dunia usaha dewasa ini tak terelakkan lagi.

Dengan berbagai jalan produsen saling merebutkan perhatian calon konsumen

melalui berbagai iklan. (Kasali, 1992:13). Iklan adalah struktur informasi dan

susunan komunikasi non personal yang biasanya dibiayai dan bersifat persuasif,

tentang produk, barang, jasa dan gagasan oleh sponsor yang teridentifikasi

melalui berbagai macam media (Widyatama, 2006:13). Menurut Kasali,

periklanan itu bertujuan untuk menanamkan informasi/ mengembangkan sikap/

mengharapkan suatu tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan (Kasali,

1992:51). Karena dari adanya tayangan iklan, maka konsumen akan merasakan

keberadaan dari produk tersebut. Oleh karena itu penting untuk membuat suatu

iklan yang efektif, agar pesan yang terdapat dalam iklan tersebut dapat tepat

pada khalayak sasaran. Iklan ditujukan untuk mempengaruhi perasaan,

pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap dan citra konsumen yang berkaitan

dengan suatu produk atau merek (Durianto, 2003:2).

“Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru,

mendidik mereka tentang berbagai figur dan manfaat merek, serta memfasilitasi

penciptaan citra merek yang positif. Karena merupakan suatu bentuk komunikasi

yang efektif, berkemampuan menjangkau khalayak luas dengan biaya per

(16)

merek-merek baru meningkatkan jumlah permintaan terhadap merek-merek yang

telah ada, dan meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen

(TOMA-top of mind awarness) untuk merek-merek yang sudah ada dalam kategori

matang.” (Shimp, 2003:357).

Dalam kegiatan periklanan para produsen memerlukan media massa

sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan pesan tentang produk yang

mereka hasilkan kepada audience sasaran mengenai kehebatan produk mereka

(Sutrisna, 2002:276).

Secara umum, tujuan periklanan mengacu pada keputusan perusahaan

tentang penetapan sasaran pasar, penentuan posisi dasar dan marketing mix.

Menurut Philip Kotler (2003), tujuan periklanan yang berkaitan dengan

sasarannya dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu (1) iklan untuk

memberi informasi (Informative) kepada khalayak tentang seluk beluk suatu

produk. Biasanya iklan dengan cara ini dilakukan secara besar-besaran pada

tahap peluncuran suatu jenis produk dengan tujuan membentuk permintaan awal.

Dalam hal ini, kebutuhan suatu produk yang sebelumnya “tersembunyi” atau

masih berupa persepsi yang dapat diperjelas lewat iklan. Pada umumnya, iklan

yang bersifat informative digunakan untuk merek yang siklus kehidupannya pada

tahap perkenalan (introduction stage). (2) iklan untuk membujuk (persuasive),

dilakukan pada tahap kompetitif. Tujuannya adalah untuk membentuk

permintaan selektif merek tertentu. Dalam hal ini, perusahaan merupakan

persuasive tidak langsung dengan memberikan informasi tentang kelebihan

(17)

menyenangkan yang akan mengubah pikiran orang untuk melakuakan tindakan

pembelian. (3) iklan untuk mengingatkan (reminding), yaitu untuk menyegarkan

informasi yang pernah diterima masyarakat. Bentuk iklan jenis ini adalah iklan

penguat (reinforcement advertising) yang bertujuan meyakinkan pembeli

sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang benar (Durianto, 2003:4).

Tidak bisa dipungkiri, hingga saat ini iklan masih menjadi sarana yang

tepat dalam menunjang aktivitas pemasaran karena dengan berkomunikasi melalui

iklan beberapa tujuan bisa tercapai, seperti meningkatkan awareness, sales dan

image suatu produk ataupun jasa. Demi tercapainya tujuan tersebut maka

masing-masing perusahaan bersaing untuk memperebutkan pasar konsumen melaui iklan.

Akhirnya, yang terjadi adalah persaingan iklan besar-besaran. Dari tahun ketahun

memperlihatkan bahwa total belanja iklan selalu terjadi peningkatan. Inovasi

produk tanpa didukung promosi dan iklan akan sia-sia belaka. Perpaduan antara

inovasi dan belanja iklan inilah yang bisa mengantarkan produk ke jenjang posisi

lebih baik di pasar.

Iklan yang lebih kreatif, simpel dan mengena bagi konsumen artinya iklan

yang efektif. Selain itu, yang perlu diingat juga, budget iklan yang sangat tinggi,

maka menuntut iklan tersebut harus efektif. Untuk itu, perlu dikaji mengenai

efektivitas iklan. Efektivitas iklan yang berkaitan dengan pengingatan dan

persuasi dapat diketahui melalui riset tentang dampak komunikasi (Durianto,

2003:15).

Periklanan harus dibuat semenarik mungkin karena, salah satu tujuan

(18)

memegang peran penting untuk membangun opini dan sikap khalayak. Tanpa

kita sadari pengaruh iklan selalu ada dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Iklan bersifat persuasif untuk merangsang, membujuk khalayak untuk membeli

dan tetap mengkonsumsi produk tertentu. Iklan juga berfungsi sebagai media

membangun kembali citra positif yang mungkin telah hilang pada masyarakat.

Menumbuhkan kembali pola pikir dan citra positif khalayak agar tetap setia pada

produk tertentu. Dari uraian tersebut agar suatu iklan menjadi efektif.

Untuk menarik perhatian konsumen, pihak perencana iklan dalam

membuat iklan harus dibuat yang sedemikian rupa sehingga audiens memberikan

respon yang baik terhadap iklan tersebut.

Promosi penjualan merupakan salah satu jenis komunikasi yang sering

dipakai oleh pemasar. Sebagai satu elemen bauran promosi, promosi penjualan

merupakan unsur penting dalam kegiatan promosi produk. Promosi penjualan

tidak biasa dilakukan terus-menerus sepanjang tahun, karena selain akan

menimbulkan kerugian bagi pemasar, juga konsumen tidak akan lagi mampu

membedakan periode promosi penjualan dan hasilnya juga tidak akan efektif

(Sutisna, 2003:299).

Suatu kegiatan promosi jika dilaksanakan dengan baik dapat

mempengaruhi konsumen mengenai di mana dan bagaimana mereka

membelanjakan pendapatannya. Promosi dapat membawa keuntungan bagi

produsen dan konsumen. Keuntungan bagi produsen dengan adanya kegiatan

(19)

Sedangkan keuntungan bagi konsumen adalah konsumen dapat mengatur

pengeluarannya menjadi lebih baik.

Promosi penjulan dapat dirancang untuk memperkenalkan produk baru,

dan juga membangun merek dengan penguatan pesan iklan dan citra perusahaan.

Selain itu promosi penjualan dapat mendorong konsumen dengan segera untuk

melakukan pembelian (Sutisna, 2003:300).

Giant Sun City sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang

swalayan, dalam memasarkan produknya memilih kebijakan promosi diperlukan

adanya inovasi-inovasi guna memenangkan persaingan dengan para pesaing

yang ada seperti Carefoure dan Alfa.

Tajamnya persaingan di bidang pemasaran produk, belum lagi posisi pasar

produk perusahaan yang menyatakan sebagai penantang pasar bagi Giant Sun

City Sidoarjo tentu menjadi pertimbangan tersendiri bagi bagian pemasar

perusahaan dalam menetapkan kebijakan promosinya. Dengan demikian Giant

Sun City lebih memperkenalkan produknya bukan hanya lewat media cetak di

spanduk akan tetapi juga lewat media elektronik yang ditujukan untuk

masyarakat terutama pengunjung Giant Sun City sebagai konsumen utama yang

menjadi sasaran target dari promosi Giant Sun City menerima dan memproses

informasi yang diterimanya, maka langkah berikutnya adalah menyikapi

informasi tersebut.

Dari fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti sudah efektifkah

(20)

Sun City Sidoarjo sudah efektif apa belum. Penelitian ini menekankan tentang

pengujian terhadap pesan iklan yang nantinya dapat diketahui bagaimana efek

komunikasinya, apakah iklan tersebut efektif atau tidak dalam menyampaikan

pesannya kepada publik. Salah satu metode pengujian pesan iklan adalah dengan

menggunakan Direct Rating Method (DRM) atau disebut juga Metode Penentuan

Peringkat Langsung. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi kekuatan sebuah

iklan yang berkaitan dengan kemampuan iklan itu untuk mendapatkan perhatian,

mudah tidaknya iklan itu dibaca secara seksama, mudah untuk dipahami,

kemampuan iklan itu untuk menggugah perasaan, dan kemampuannya untuk

mempengaruhi perilaku. Melalui metode ini, makin tinggi peringkat sebuah

iklan, semakin tinggi pula kemungkinan iklan tersebut efektif (Durianto,

2003:63).

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Sidoarjo yang berusia

18 – 43 tahun yang pernah melihat iklan Giant Sun City Sidoarjo. Dipilihnya

masyarakat Sidoarjo yang berusia 18 – 43 tahun sebagai responden, karena target

market dari iklan Giant Sun City Sidoarjo yaitu pengunjung dari Giant Sun City

yang berumur 18 – 43 tahun (pra penelitian tanggal 3 Mei 2010).

Alasan peneliti memilih kota Sidoarjo untuk penelitian ini, karena

Giant Sun City ini berada di kota Sidoarjo dan iklannya hanya di jumpai

(21)

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka perumusan masalahnya adalah:

“Apakah Efektif Iklan Retail Giant Sun City Sidoarjo.”

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Efektif Iklan Retail

Giant Sun City Sidoarjo.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Secara Teoritis

Untuk menambah kajian pengembangan Ilmu Komunikasi khususnya

pada bidang periklanan dan memberikan gambaran masyarakat setelah

mendapat terpaan iklan Giant Sun City Sidoarjo.

2. Secara Praktis

Untuk menambah literatur dan referensi yang berguna sebagai dasar

pemikiran bagi kemungkinan adanya penelitian sejenis di masa

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1 Definisi Efektivitas

Efektivitas secara umum menurut hardjana (2000 : p. 24) adalah

mengerjakan hal-hal yang benar, membawa hasil, menangani tantangan masa

depan, meningkatkan keuntungan atau laba, dan mengoptimalkan pengguna

sumber daya. Tolak ukur efektivitas dalam iklan adalah :

1. Audience Coverage (khalayak yang dicapai), menurut keberhasilannya,

meneliti bagaimana kita mampu atau tidak untuk mencapai target

khalayak sasarannya (target audience). Dalam kampanye tersebut jumlah

khalayak dan bagaimana respon atau tanggapan selanjutnya.

2. Audience Respons (tanggapan khalayak), bagaimana tanggapan dari

khalayak sasaran dan apakah isi pesan dari iklan tersebut bermanfaat

atau tidak bagi khalayak yang dituju.

3. Communication Impact (pengaruh komunikasi), apa pengaruh atau

dampak dari pesan-pesan dalam komunikasi tersebut setelah di ekspose

keluar terhadap khalayak sebagai sasaran.

4. Proses of influence (proses pengaruh), apakah proses dari kegiatan

komunikasi tersebut secara efektif dapat mempengaruhi sasaran?

Bagaimana pesan-pesan disampaikan melalui media komunikasi dan

(23)

kelompok. bagaimana efektifitas dari iklan mampu mempengaruhi

tanggapan, terhadap sikap perilaku, dukungan, memotivasi, atau dapat

membentuk opini publik sebagai khalayak sasaran baik secara positif

atau negative (Ishak, Koh Siew Leng 1991 : p. 136).

2.1.2 Efektivitas Komunikasi

Efektivitas komunikasi berbicara mengenai apakah komunikasi yang

dilakukan itu efektif atau tidak. Secara sederhana, komunikasi dikatakan

secara efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya.

Pengertian tersebut hanya merupakan salah satu ukuran bagi efektifitas

komunikasi. Secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang

disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat

dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima (Mulyana,

2000:22-23).

Iklan yang efektif harus sukses dalam dua level, yaitu pertama,

komunikasi, dan kedua, mencapai target pemasaran (Lane; Russel, 2000:17).

Dalam penelitian ini yang ditekankan adalah level komunikasi.Wilbur

Schramm dalam karyanya yang terkenal, yaitu “How Communication

Works”, mengemukakan apa yang dinamakan the condition of success in

communication, yang secara gambling diringkas sebagai berikut:

1. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga

(24)

2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman

yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama

dapat dimengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan, dan

menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.

4. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan yang

layak bagi situasi kelompok tempat komuikan berada pada saat ia

digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki (Effendy,

2002:32-33).

Wells, Moriarty dan Burnett (2006:98) juga menerangkan bahwa

iklan yang efektif adalah iklan yang mampu bekerja dan memiliki

pengaruh, dalam arti mampu mengirimkan pesan yang dapat membangkitkan

hasrat dan memotivasi konsumen, untuk merespon seperti yang diharapkan

pengiklan.

2.2 Iklan

2.2.1. Definisi Iklan

Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada

informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun

sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan merubah

pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. AMA (American Marketing

Association) mendefinisikan iklan sebagai berikut :

“Semua bentuk bayaran untuk mempresentasikan dan mempromosikan

(25)

dimaksud periklanan adalah seluruh proses yang meliputi persiapan, perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan iklan” (Tjiptono, 2001:226).

Sedangkan definisi periklanan menurut Institusi Periklanan Inggris adalah

periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang di

arahkan kepada konsumen yang paling potensial atas produk barang atau jasa

tertentu dengan biaya yang paling ekonomis” (Jefkins, Frank : 1997).

Definisi standar dari periklanan menurut Sutisna mengandung enam

elemen yaitu :

1. Periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar, walaupun beberapa

bentuk periklanan seperti iklan layanan masyarakat, biasanya menggunakan

ruang khusus yang gratis atau walaupun harus membayar tapi dengan jumlah

yang sedikit.

2. Dalam iklan juga terjadi proses identifikasi sponsor. Iklan bukan hanya

menampilkan pesan mengenai kehebata produk yang ditawarkan, tapi juga

sekaligus menyampaikan pesan agar konsumen sadar mengenai perusahaan

yang memproduksi produk yang ditawarkan.

3. Periklanan merupakan upaya membujuk dan mempengaruhi konsumen.

4. Periklanan memerlukan elemen media massa sebagai media penyampai pesan.

5. Periklanan memiliki sifat non personal (bukan pribadi).

6. Audience. Tanpa identifikasi audience yang jelas, pesan yang disampaikan

dalam iklan tidak akan efektif (Sutisna, 2003:275-276).

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa periklanan

(26)

terindetifikasi yang menggunakan media massa untuk membujuk atau

mempengaruhi audience sasaran. Pembuatan program periklanan harus selalu

dimulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian

membuat lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan, yang

disebut lima (Kotler 2000:578).

1. Mission (misi) : Apakah tujuan periklanan ?

2. Money (uang) : Berapa banyak yang dapat dibelanjakan ?

3. Messsage (pesan) : Pesan apa yang harus disampaikan ?

4. Media (media) : Media yang akan digunakan ?

5. Measurement (pengukuran) : Bagaimana mengevaluasi hasilnya ?

2.2.2 Tujuan Kegiatan Periklanan

Durianto (2003:3-9) mengemukakan ada dua sudut pandang tujuan

periklanan, yaitu dari sudut pandang perusahaan dan konsumen.

Dari sudut pandang perusahaan, menurut Robert V. Zacher

(Sumantoro, 2002:66). Tujuan periklanan diantaranya:

1. Menyadarkan komunikan dan memberi informasi tentang suatu barang

jasa atau ide.

2. Menimbulkan dalam diri komunikan suatu perasaan suka akan barang,

jasa ataupun ide yang disajikan dengan memberikan preferensi

kepadanya.

3. Meyakinkan komunikan akan kebenaran tentang apa yang dianjurkan

dalam iklan dan karenanya menggerakan untuk berusaha memiliki atau

(27)

Sedangkan dari sudut pandang konsumen, iklan dipandang sebagai

suatu media penyedia informasi tentang kemampuan, harga, fungsi produk

maupun atribut lainnya yang berkaitan dengan suatu produk. (Durianto,

2003:6).

2.2.3 Manfaat dan Fungsi Iklan

Kasali menyebutkan ada beberapa manfaat iklan, antara lain:

1. Iklan memperluas alternative bagi konsumen

2. Iklan membantu produsen menimbulkan kepercayaan bagi konsumennya.

3. Iklan membuat orang terkenal, ingat dan percaya. (Kasali, 1995:16)

Seiring dengan menjamurnya penawaran-penawaran produk melalui

berbagai media maka konsumen juga dipermudah dalam memilih produk

sesuai dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Konsumen juga dengan

mudah dapat membandingkan dan memilih produk mana yang lebih baik.

melalui iklan penyampaian pesan dalam penjualan produk akan efektif. Jika

sebelumnya produsen menjual produknya dengan cara bertatap muka secara

dan terbatas oleh ruang dan waktu melalui iklan produsen, dapat

mempromosikan produknya mengenai manfaat, memperlihatkan fisik produk,

harga dan sebagainya di berbagai media.

Terlebih lagi jika dalam tayangan iklan tersebut ditampilkan tokoh

yang sudah dikenal oleh public, sehingga public akan semakin percaya

kepada perusahaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menayangkan iklan

dengan frekuensi berulang-ulang, sehingga konsumen akan cepat mengenal,

(28)

Wright dkk (1978) mengatakan, dalam periklanan mencakup beberapa

fungsi, antara lain:

1. Fungsi pemasaran

2. Fungsi komunikasi

3. Fungsi pendidikan

4. Fungsi ekonomi

5. Fungsi sosial

6. Fungsi yang ditinjau dari segi komunikator dan komunikan (Wright

dalam Liliweri, 1992:52).

Fungsi pemasaran dalam periklanan merupakan fungsi untuk

memenuhi permintaan para pemakai ataupun pembeli terhadap barang

ataupun jasa serta gagasan yang diperlukannya. Melihat fungsi komunikasi

dalam periklanan, semua bentuk iklan memang mengkomunikasikan melalui

media berbagai pesan dari komunikator kepada komunikan yang terdiri atas

sekelompok orang yang menjadi khalayaknya. Pada umumnya orang belajar

sesuatu dari iklan yang dibacanya, di tonton dan di dengarnya dan hal

tersebut yang menjadikannya periklanan memiliki fungsi pendidikan.

Selain itu iklan mengakibatkan orang semakin tahu tentang

produk-produk tertentu, pelayanan jasa maupun kebutuhan serta memperluas ide-ide

yang mendatangkan keuntungan financial, tentunya hal ini pula yang

menyebabkan dalam periklanan mencakup fungsi ekonomi. Sifat manusia

yang ingin terus maju dan menjadi lebih baik dalam iklan juga memiliki

(29)

yang ditentukan oleh kebutuhan manusia di seluruh dunia. Jika fungsi

periklanan ditinjau dari segi komunikator dan komunikan terdiri dari menambah

frekuensi penggunanya, menambah frekuensi penggantian benda yang sama,

menambah volume pembelian barang atau jasa yang dianjurkan, menambah

dan memperluas musim penggunaan barang atau jasa.

2.2.4. Definisi Iklan Cetak

Iklan cetak yaitu iklan yang dibuat dan dipasang dengan

menggunakan teknik cetak, baik cetak dengan teknologi sederhana maupun

teknologi tinggi. Berbagai teknik cetak yang ada, misalnya dengan prinsip

letterpress, foto lithography, foto gravure, sablon, injek, dan laser.

Media yang digunakan dalam teknik cetak tersebut sangat beragam

mulai dari kertas, pelat metal, kulit, plastic, kaca, kain, dan sebagainya.

Iklan yang dibuat dengan menggunakan teknik cetak ini, pada akhirnya

lebih popular disebut dengan nama sesuai dengan bentuk dan format media

cetak. Beberapa bentuk iklan cetak yaitu: iklan cetak surat kabar, iklan

cetak majalah, tabloid, iklan cetak baliho, iklan cetak poster, iklan cetak

leaflet, iklan spanduk, flayer, kemasan produk, stiker, balon udara, bus

panel, dan berbagai iklan cetak lainnya (Rendra Widyatama, 2005:79-80).

2.2.5. Strategi Kreatif Pesan Iklan

Strategi kreatif pesan iklan diuraikan oleh Durianto, Sugiarto,

Widjaja dan Supratikno (2003:25-30) dengan menjawab pertanyaan “How to

(30)

1. Direct Creativity

Ada 14 teknik visual untuk membuat naskah iklan yang dramatis:

a. Spokes Person

Suatu teknik dimana seseorang langsung berhadapan dengan kamera

yang menampilkan pandangan atau pendapatnya tentang suatu produk

kepada pemirsa televisi.

b. Testimonial

Teknik ini menggunakan artis untuk memberikan kesaksiannya

setelah menggunakan suatu produk.

c. Demonstrasi

Periklanan yang memakai teknik ini menggambarkan dengan jelas

bagaimana suatu produk bekerja.

d. Close-ups

Teknik ini membuat gambar lebih hidup. Contohnya adalah foto-foto

gambar makanan yang ada di restoran-restoran, menggambarkan

kelezatan makanan yang ada dalam foto tersebut, sehingga terlihat

lebih indah dan lebih menyentuh jika dibandingkan dengan aslinya.

e. Story Line

Iklan yang menggunakan teknik ini dibuat dalam bentuk cerita-cerita

yang pendek untuk menggambarkan merek yang diiklankan.

f. Direct Product Comparison

Teknik ini langsung membandingkan merek suatu produk dengan

(31)

langsung antara dua merek yang sedang bertarung di pasaran,

biasanya pemasar menyiasatinya dengan membuat perbandingan tidak

langsung, seperti dengan menutup merek dari pesaing yang akan

dibandingkan.

g. Humor

Banyak iklan yang menggunakan teknik humor karena biasanya lebih

diingat oleh konsumen.

h. Slice of Life

Iklan dengan teknik ini menggambarkan penggalan kehidupan

sehari-hari yang dimulai dengan adanya masalah, pemecahan masalah, dan

di akhiri dengan happy ending.

i. Customer Interview

Iklan dengan teknik ini berisi wawancara langsung dengan konsumen

yang telah mengkonsumsi produk yang telah diiklankan. Biasanya

konsumen akan menceritakan pengalaman dan pendapatnya tentang

produk tersebut.

j. Vignettes dan Situations

Dalam iklan dengan teknik ini digambarkan seseorang yang sedang

menikmati suatu produk diiringi dengan iringan musik.

k. Animation

Iklan yang menggunakan teknik animasi biasanya ditujukan kepada

(32)

l. Stop Motion

Jika teknik story line berisi sebuah cerita pendek, maka stop motion

berisi serangkaian cerita bersambung.

m. Rotoscope

Teknik ini menggabungkan animasi dengan gambar nyata.

n. Combination

Gabungan dari teknik-teknik di atas.

2. Brand Name Exposure

Brand name exposure terdiri dari individual brand name dan company

brand name. Brand name exposure dianggap penting karena bertujuan

untuk mendapatkan brand awarness. Bila terlalu mementingkan

kreatifitas iklan dan mengabaikan brand name exposure maka akan

mengalami kegagalan karena konsumen hanya mengingat kreatifitas

iklannya (misal, slogannya saja) tanpa mengingat mereknya.

3. Positive Uniquness

Iklan yang efektif harus mampu menciptakan asosiasi yang positif.

Jangan sampai setelah melihat iklan konsumen justru memiliki asosiasi

yang salah atau bahkan melenceng. Pertama-tama iklan harus efektif,

kemudian kreatif, karena akan sia-sia bila iklan dibuat sekreatif mungkin

(33)

4. Selectivity

Berkaitan dengan:

a. Message Sources, yaitu pembawa pesan/ produk endorser yang

terbagi menjadi: expertise (ahli), trustworthness (dipercaya), dan

likability (disukai). Karakter product endorser harus disesuaikan

dengan jenis produk yang akan diiklankan.

b. Message Structure

Yang perlu diperhatikan, antara lain:

1) Conclusion, maksudnya: apakah perusahaan yang akan membuat

kesimpulan sendiri atau menyerahkan langsung kepada konsumen

untuk menarik kesimpulan.

2) Argumentation, maksudnya: menjelaskan argumen yang

mendukung pesan perusahaan. Umumnya, jenis iklan argumentasi

hanya one side, artinya mendukung dengan argumentasi yang

baik. Tetapi, ada juga yang mendukung two side, artinya

mendukung sisi yang baik.

3) Climax, maksudnya: apakah suatu pesan akan menampilkan

klimaks di depan atau di akhir iklan. Pada umumnya, iklan yang

banyak dibuat memunculkan klimaks di akhir.

c. Message Content

isi pesan dalam iklan biasanya terdiri dari:

1) Rational, untuk industry goods.

(34)

3) Moral, untuk iklan layanan masyarakat

2.3 Direct Rating Method (DRM) 2.3.1. Pengertian DRM

Penelitian efek komunikasi dapat menggunakan alat ukur yang

disebut Direct Rating method (DRM). DRM disebut juga metode penentuan

peringkat langsung untuk menguji pesan iklan. Konsumen diberi beberapa

alternatif iklan kemudian mereka diminta untuk menentukan peringkat

masing-masing iklan. Dalam metode ini, semakin tinggi peringkat yang

diperoleh sebuah iklan maka semakin tinggi pula kemungkinan iklan

tersebut efektif (Durianto, 2003, p.63). oleh karena itu, peneliti menganggap

bahwa metode DRM sangat sesuai digunakan dalam mengetahui peringkat

masing-masing iklan maka dengan mudah pula diketahui perbedaan tingkat

efektifitasnya.

2.3.2. Fungsi DRM

Menurut Durianto (2003:63), DRM digunakan untuk mengevaluasi

kekuatan sebuah iklan terhadap dampak komunikasi yang berkaitan dengan:

1. Kemampuan iklan itu untuk mendapatkan perhatian

2. Mudah tidaknya iklan tersebut dibaca secara seksama

3. Mudah tidaknya iklan itu dapat dipahami

4. Kemampuan iklan itu untuk menggugah perasaan

(35)

2.3.3. Tujuan DRM

Menurut Durianto, (2003:80) penelitian dengan menggunakan DRM

ini bertujuan untuk mengetahui:

a. Tingkat attention, yaitu seberapa baik iklan ini menarik perhatian

pemirsa.

b. Tingkat readthrougness, yaitu seberapa baik iklan ini dimengerti oleh

pemirsa.

c. Tingkat cognitive, seberapa jelas pesan atau manfaat kontrolnya.

d. Tingkat affection, seberapa efektif daya tarik iklan ini terhadap pemirsa.

e. Tingkat behaviour, sebarapa baik iklan ini mengarahkan pemirsa

bertindak.

2.3.4. Varibel DRM

Ada 5 (lima) variabel yang digunakan dalam DRM atau metode

penentuan peringkat langsung, yaitu:

1. Perhatian (Attention)

Perhatian didefinisikan sebagai alokasi kapasitas pemrosesan untuk

stimulus yang baru masuk. Kapasitas merupakan sumber daya yang

terbatas, maka konsumen akan selektif mengalokasikan perhatian mereka.

Ini berarti, pada saat sejumlah stimulus menerima perhatian melalui

salah satu indera maka yang lain diabaikan (Durianto, 2003, p.64). Ada

sesuatu dalam pesan yang dapat membuat pemirsa terkunci dalam pesan

(36)

musik, orientasi aksi dalam sebuah adegan atau ketertarikan visual, atau

bisa juga kata-kata atau ide yang memikat (Wells, 1989:193).

Faktor-faktor yang menentukan perhatian dibagi menjadi dua, yaitu determinan

(penentu) pribadi dan determinan stimulus.

a. Determinan pribadi

Determinan pribadi merujuk pada karakteristik individu yang

mempengaruhi perhatian. Yang termasuk dalam determinan pribadi,

yaitu:

1) Kebutuhan

Kebutuhan seseorang sangat mempengaruhi penerimaaan stimulus

pesan. Sebuah iklan dapat dengan mudah mendapat perhatian jika

pemirsanya sudah dimotivasi oleh kebutuhannya sendiri (Durianto,

2003:64). Kebutuhan adalah dasar pendorong bagi kita untuk

melakukan sesuatu (Wells; Burnett; Moriarty, 2006:135). Abraham

Maslow telah mengembangkan model hierarchy of needs. Ada 5

tingkat kebutuhan manusia dari tingkat terendah hingga tertinggi

yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri

dan aktualisasi diri. Tingkat kebutuhan terendah, yaitu kebutuhan

fisiologis dan rasa aman, yang harus terpenuhi dahulu sebelum

(37)

2) Sikap

Menurut teori konsistensi kognitif, orang berusaha mempertahankan

seperangkat kepercayaaan dan sikap yang konsisten. Orang dipandang

mau menerima informasi yang mempertahankan atau meningkatkan

konsistensi, dan cenderung menghindari informasi yang menantang

kepercayaan atau sikap mereka. Konsumen dengan sikapnya yang

tidak mendukung, hanya akan mengalokasikan sedikit perhatiannya.

Dalam hal ini, sikap positif menjadi fasilitator jika konsumen

memiliki perasaan yang mendukung ke arah produk, tetapi sikap

bisa berperan sebagai penghalang saat konsumen bersikap negatif.

3) Tingkat adaptasi

Suatu stimulus yang sudah sangat dikenal dan sering diterima

oleh konsumen, maka kecenderungannya stimulus itu tidak lagi

diperhatikan karena mereka telah terbiasa dengan stimulus

tersebut. Kondisi ini akan menyebabkan mereka mengembangkan

tingkat adaptasi bagi suatu stimulus.

4) Rentang perhatian

Fokus lama perhatian seseorang terhadap suatu stimulus sangat

terbatas. Dimana mereka dapat berkonsentrasi pada pikiran

tertentu sebelum pikiran mereka “melayang”. Maka hal ini perlu

diperhatikan pengiklan karena meningkatnya pemakaian iklan

yang lebih singkat (Durianto, 2003:65).

(38)

b. Determinan stimulus

Faktor kedua yang mempengaruhi stimulus adalah karakteristik

stimulus. Determinan ini menggambarkan faktor-faktor yang “dapat

dikendalikan”, artinya dapat digunakan untuk mendapatkan dan

meningkatkan perhatian.

1) Ukuran

Semakin besar ukuran stimulus, maka semakin menarik perhatian.

Hal ini berlaku juga pada ilustrasi atau gambar sebuah iklan.

2) Warna

Ketajaman warna akan semakin memikat perhatian. Pada iklan

televisi, hal ini akan lebih mudah dengan menggunakan berbagai

warna-warna sehingga dapat membentuk satu kesatuan warna

yang enak dilihat.

3) Intensitas

Stimulus yang kuat atau menonjol akan memikat perhatian lebih

kuat dari yang lain. Misalnya, pada iklan televisi kreatifitas

menampilkan gambar dengan musik yang bagus akan menarik

perhatian.

4) Kontras

Stimulus perlu memperhatikan kekontrasan dengan latar belakang.

Misalnya, iklan televisi yang ditampilkan dengan suara yang

lebih keras dari pada acara sebelumnya akan menarik perhatian.

(39)

Pengaturan posisi juga menentukan besarnya perhatian pada iklan

televisi. Hal ini mengarah pada waktu penayangan iklan yang

sesuai dengan target konsumen maka akan membuat stimulus itu

lebih diperhatikan (Sissors; Basron, 2002:309-310). Misalnya,

iklan produk anak-anak sebaiknya ditayangkan waktu program

acara untuk anak.

6) Gerakan

Manusia secara visual akan lebih tertarik pada objek-objek yang

bergerak (Rahmat, 2001:52). Stimulus yang bergerak akan lebih

menarik perhatian dari pada stimulus yang diam. Bahkan, gerakan

yang semu dirasakan akan mampu meningkatkan perhatian

pemirsa.

7) Kebaruan (novelty)

Stimulus yang luar biasa atau tak terduga akan lebih menarik

perhatian. Para pengiklan kerap kali menggunakan nilai kebaruan

untuk mencuri perhatian pemirsa. Tanpa hal-hal yang baru,

stimuli akan menjadi menonton, membosankan dan kurang

perhatian (Rakhmat, 2001:53).

8) Stimulus pengikat perhatian yang “dipelajari”

Seseorang diajari atau dikondisikan untuk bereaksi terhadap suatu

iklan akan menarik perhatian orang tersebut. Contohnya, bunyi

telepon atau bel pintu berdering atau sirine yang meraung-raung

(40)

9) Juru bicara yang menarik

Seringkali pengiklan memperkejakan model atau bintang iklan

yang menarik sebagai juru bicara tetapi, bahayanya jika

konsumen menganggap bahwa juru bicara itu tidak cocok dengan

produk yang diiklankan.

2. Pemahaman

Pemahaman berkaitan dengan penafsiran suatu stimulus. Makna suatu

stimulus bergantung pada bagaimana suatu stimulus dikategorikan dan

diuraikan dengan pengetahuan yang sudah ada.

a. Kategori stimulus

Kategori stimulus mengakibatkan penggolongan suatu stimulus

dengan menggunakan konsep-konsep yang disimpan dalam ingatan.

Tindakan mempengaruhi kategori stimulus sangat penting iklan

berupaya meluaskan daya tarik produk dengan mendorong konsumen

untuk menggunakan beberapa kategori stimulus selama proses

kategorisasi.

b. Elaborasi stimulus

Elaborasi mengacu pada banyaknya integrasi diantara informasi yang

baru dan pengetahuan yang sudah tersimpan dalam ingatan.

Pencitraan (imaginary) juga termasuk dalam elaborasi stimulus.

Pencitraan adalah suatu proses dimana informasi dari pengalaman

indera digambarkan dalam ingatan kerja.

(41)

Pemahaman dipengaruhi oleh banyak faktor stimulus dan faktor

pribadi. Diantaranya:

1) Motivasi

Motivasi seseorang juga akan mempengaruhi pemahaman. Jika

suatu stimulus dirasa relevan bagi dirinya, yaitu stimulus itu

memiliki kegunaan untuk memenuhi kebutuhan, maka pemrosesan

lebih teliti terjadi. Konsumen yang termotivasi, akan terlibat pada

pemikiran yang lebih banyak, tidak hanya sifat pelaksanaan iklan

tetapi juga terhadap produknya. Misalnya, pemikiran keuntungan

memiliki produk, dan lain-lain. Jika sebaliknya, maka stimulus itu

akan diproses secara dangkal.

2) Pengetahuan

Pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan merupakan determinan

utama dalam pemahaman. Pengetahuan dapat meningkatkan

kemampuan konsumen memehami suatu pesan. Dengan demikian,

akan membantu konsumen mengenali logika yang salah dan

kesimpulan yang keliru, serta menghindari penafsiran pesan yang

tidak benar.

3) Perangkat harapan atau persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberi makna

(42)

4. Determinan stimulus dalam pemahaman

Sifat fisik actual suatu stimulus memainkan peran yang signifikan

terhadap penafiran stimulus.

5) Linguistik

Temuan para ahli psikolinguistik untuk mengerti dan

meningkatkan pemahaman pesan, diantaranya kata-kata yang

sering digunakan dalam bahasa sehari-hari akan lebuh mudah

dipahami dan diingat, kata-kata negatif dapat menurunkan citra

merek yang dipasarkan dan potensi terjadinya kesalah pahaman

akan lebih besar jika menggunakan kalimat pasif.

6) Konteks

Konteks atau situasi sekeliling terjadinya suatu stimulus akan

berpengaruh pada pemahaman (Durianto, 2003:68-72).

3. Respon kognitif

Variabel respon kognitif berbeda dengan variabel perhatian. Pada

variabel perhatian dihubungkan dengan respon pasif, tetapi variabel

respon kognitif merupakan respon aktif dari komunikan (Wells, Burnett,

Moriarty, 1989:197). Dimana komunikan dapat dengan bebas

mengungkapkan setuju atau tidak setuju terhadap pesan tidak sama

dengan penerimaan pesan. Suatu penelitian menujukkan bahwa

penerimaan sangat terkait dengan penerimaan pesan. Suatu penelitian

menunjukkan bahwa penerimaan sangat terkait dengan pikiran yang

(43)

kognitif. Respon kognitif merupakan pelengkap pada pengukuran sikap

standar dalam mengevaluasi keefektifan komunikasi. Pengukuran sikap

standar dapat menyingkap apakah suatu komunikasi meninggalkan kesan

yang menguntungkan atau tidak pada pemirsa (Durianto, 2003:72-73).

Kesan tersebut terbagi dalam 3 kategori, yaitu:

a. Kesan terhadap produk/ pesan (product/ message thoughts). Support

arguments, atau argumen yang positif akan terbentuk jika khalayak

percaya pada pesan iklan dan produknya. Sebaliknya, jika khalayak

tidak percaya maka akan terbentuk counterarguments, atau argumen

yang negatif mengenai produk ataupun pesannya.

b. Kesan terhadap sumber pesan (source-oriented thoughts) sumber

pesannya yaitu model, bintang iklan, ataupun perusahaan pengiklan

menentukan apakah pesan iklan tersebut bisa diterima dengan baik

oleh khalayak atau tidak. Source derogations, sumber pesan yang

tidak disukai dan ditolak, akan terjadi jika khalayak memiliki

stereotype (pandangan buruk) terhadap sumber pesan. Namun, sumber

pesan disukai, source bolster, akan memudahkan khalayak menerima

pesan dengan baik.

c. Kesan terhadap daya tarik iklan (ad execution thoughts). Pertama,

Ad execution – related thoughts, berarti kreatifitas iklan, kualitas efek

visual, warna, suara, atau musiknya berpengaruh pada brand. Kedua,

Attitude toward the ad, artinya reaksi suka atau tidak suka pada

(44)

4. Respon afektif

Respon afektif menggambarkan perasaan dan emosi yang dihasilkan

sebuah stimulus (Durianto, 2003:73). Variasi tanggapan afektif dapat

berupa penilaian positif, negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan

(Durianto, 2003:87). Menjelakan bahwa respon afektif berupa suka atau

tidak suka. Sedangkan yang mengarah pada level yang lebih kuat

seperti hasrat (desire), preferensi (preference) dan pendirian (conviction)

a. Hasrat (desire)

Keinginan (wants) digambarkan sebagai hal yang banyak dipengaruhi

oleh hasrat. “Aku menginginkan sesuatu” menyatakan secara tidak

langsung besarnya hasrat. Hasrat (desire) didasarkan pada harapan

(wishes) dan perasaan sangat membutuhkan (cravings) (Wells;

Burnett; Moriarty, 2006:109). Iklan yang berisi pesan emosianal

harus dapat membangkitkan hasrat khalayak untuk mengkosumsi

produk.

b. Preferensi (preference)

Konsumen yang memiliki keinginan atau hasrat untuk membeli

belum tentu akan langsung membeli produk yang ditawarkan

pengiklan karena ada begitu banyak pilihan produk merek lain. Oleh

karena itu, dalam hal inilah pentingnya membangun preferensi

konsumen. Pengiklan perlu menekankan mutu, nilai, daya guna dan

(45)

c. Pendirian (conviction)

Pendirian (conviction) artinya konsumen yakin terhadap pesan iklan

yang akan menjadi kenyataan (Wells; Burnett; Moriarty, 2006:114).

Tahap ini merupakan tahap respon afektif yang paling kuat dimana

pembeli merasa yakin dengan pasti bahwa tindakannya jika membeli

produk tersebut merupakan tindakan yang tepat. Hal ini akan

mengarahkan konsumen pada respon behavior yang diharapkan

pengiklan.

5. Sikap terhadap iklan (Respon Behavior)

Sikap konsumen terhadap suatu iklan dapat berpengaruh signifikan

bagi pembentukan sikap konsumen yang mendukung terhadap produk

yang diiklankan. Jika iklan disukai maka konsumen juga menunjukkan

sikap positif terhadap produk dari sisi konsumen (Durianto, 2003:73-74).

2.4 Kerangka Pemikiran

Giant Sun City Sidoarjo sebagai perusahaan yang bergerak dibidang

swalayan menggunakan iklan spanduk sebagai media komunikasi massa untuk

memberikan informasi pada masyarakat tentang iklan retail Giant Sun City

Sidoarjo. Bahwa dengan menggunakan iklan spanduk, iklan yang disampaikan

kepada masyarakat sudah efektif atau belum. Iklan spanduk sebagai media

komunikasi massa memiliki efek dari pesan yang disampaikan kepada

pemirsanya. Efek komunikasi massa, dibagi menjadi dua, yaitu efek primer

(46)

Efek primer meliputi perhatian dan pemahaman. Perhatian (attention)

seseorang dipengaruhi oleh dua determinan, yaitu determinan pribadi dan

determinan stimulus. Yang termasuk determinan pribadi adalah kebutuhan/

motivasi, sikap, tingkat adaptasi dan rentang perhatian. Sedangkan yang

termasuk determinan stimulus adalah ukuran, warna, identitas, kontras, posisi,

gerakan, kebaruan, stimulus pemikat perhatian yang “dipelajari” dan juru

bicara yang menarik. Pemahaman (readthrougness) terkait dengan kategori

stimulus, elaborasi stimulus, determinan pribadi dalam pemahaman dan

determina stimulus dalam pemahaman. Kategori stimulus berhubungan dengan

penggolongan stimulus tersebut pada proses kategorisasi. Elaborasi stimulus

berkaitan dengan pencitraan. Determinan pribadi dalam pemahaman dipengaruhi

motivasi, pengetahuan dan persepsi. Determinan stimulus dalam pemahaman

dilihat dari linguistic dan konteks pesan iklan tersebut.

Efek sekunder meliputi respon kognitif (cognitive), respon afektif

(affection) dan sikap terhadap iklan (behavior), respon kognitif seseorang

dapat dilihat dari kesan terhadap produk/ pesan, kesan terhadap sumber

pesan, kesan terhadap daya tarik iklan. Sementara itu, respon afektif

konsumen diukur dari hasrat (desire), preferensi (preference) dan pendirian

(conviction). Sikap terhadap iklan dinyatakan konsumen melalui sikap

terhadap iklan dan niat beli.

Semua faktor-faktor yang mempengaruhi variabel akan diukur untuk

menghasilkan tingkat efektifitas iklan yang akhirnya dapat ditarik kesimpulan

(47)

Iklan Giant Sun City Sidoarjo perbaikan image melalui iklan spanduk

Masyarakat Sidoarjo melihat iklan Giant Sun City Sidoarjo di spanduk

Uji tingkat efektifitas iklan Giat Sun City Sidaorjo menggunakan Direct Rating Method

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif.

Adapun pengertian dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya

memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan

hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rahmat, 2002:24).

Metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik

populasi tertentu secara faktual dan cermat (Rahmat, 2002:22).

Metode yang digunakan adalah metode survey, metode ini membedah dan

menguliti serta mengenal masalah dan juga mendapatkan pembenaran terhadap

keadaan dan praktek yang sedang berlangsung (Nasir, 1988:65).

3.1. Definisi Operasional 3.1.1. Efektivitas Iklan

Efektivitas iklan adalah tingkat keefektifan sebuah iklan baik pada

konsumen atau pun masyarakat. Pada dasarnya, suatu iklan dikatakan efektif

apabila iklan pesan dalam iklan tersebut dapat terpatri secara mendalam dalam

benak konsumen (Durianto, Sugiarto, Widjaja, dan Supratikno, 2003:10).

Iklan yang efektif harus sukses dalam dua level, yaitu pertama,

komunikasi, dan kedua, mencapai target pemasaran (Lane; Russel, 2000:17).

Dalam penelitian ini yang ditekankan adalah level komunikasi.Wilbur Schramm

(49)

mengemukakan apa yang dinamakan the condition of success in

communication, yang secara gambling diringkas sebagai berikut:

1. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga menarik

perhatian sasaran yang dimaksud.

2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang

sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat

dimengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan, dan

menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.

4. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan yang layak

bagi situasi kelompok tempat komuikan berada pada saat ia digerakkan untuk

memberikan tanggapan yang dikehendaki (Effendy, 2002:32-33).

3.1.2. Iklan Retail Giant Sun City Sidoarjo

Iklan retail adalah retail terdiri atas aktivitas – aktivitas bisnis yang terlibat

dalam menjual barang dan jasa kepada konsumen untuk kepentingan sendiri,

keluarga maupun rumah tangga. Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa bisnis

retail terdiri dari beberapa aktivitas yang mendukung dan mempengaruhi sehingga

terjadi kegiatan perdagangan antara pedagang dan konsumen (Berman, Evans,

2001:3).

Iklan retail giant sun city yang dimaksud dalam penelitian ini adalah iklan

yang menawarkan sebuah produk dengan harga – harga yang murah sehingga

(50)

yang dijadikan responden adalah pengunjung giant sun city yang berusia 18 – 48

tahun.

Alasan dipilihnya pengunjung giant sun city yang berusia 18 – 48 tahun

karena usia tersebut tergolong usia yang produktif, sehingga di dalam dirinya muncul

keinginan untuk dapat memenuhi rasa keingintahuannya. Rasa ingin tahu yang tinggi

dan pada masa tersebut adalah masa transisi atau peralihan dari masa anak – anak

menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, psikis, dan

psikologis (Dariyo, 2004:13).

3.1.3. Direct Rating Method (DRM)

DRM disebut juga metode penentuan peringkat langsung yang

digunakan untuk menguji naskah iklan. Metode ini mengevaluasi kekuatan iklan

yang berkaitan dengan kemampuannya untuk mendapatkan perhatian (tingkat

attention), mudah tidaknya iklan itu dibaca secara seksama (tingkat readthrougness),

mudah tidaknya iklan itu dipahami (tingkat cognitive), kemampuan iklan itu

mengubah perasaan (tingkat affective), dan kemampuan iklan itu mempengaruhi

perilaku (tingkat bahaviour). Untuk mengukur efektivitas iklan diukur dengan

lima indikator sebagai berikut:

1. Perhatian (Attention)

Evaluasi kekuatan iklan dalam menarik perhatian. Indikator ini dilihat

dari dua determinan yang merupakan faktor-faktor penentu perhatian, yaitu

determinan pribadi dan determinan stimulus.

(51)

a. Kebutuhan – diukur apakah responden merasa membutuhkan Giant Sun

City.

b. Sikap – diukur apakah pesan iklan ini tidak bertentangan dengan apa

yang selama ini diyakini responden.

c. Rentang – perhatian diukur apakah durasi tayangnya cukup dan

responden dapat fokus pada iklan dalam waktu yang cukup.

Sedangkan yang termasuk determinan stimulus adalah:

a. Ukuran – diukur apakah gambar produk terlihat jelas

b. Warna – diukur apakah warna-warnanya tajam dan serasi sehingga enak

dilihat

c. Intensitas – diukur apakah kreatifitas ide cerita iklannya menarik

perhatian

d. Kontras – diukur apakah suaranya terdengar lebih keras dan jelas

e. Posisi – diukur apakah iklan ditayangkan pada program acara yang

sesuai dengan target konsumennya

f. Gerakan – diukur apakah gerakan gambarnya enak dilihat

g. Kebaruan – diukur apakah sesuatu yang baru, yang dapat ditampilkan

(52)

h. Stimulus pemikat perhatian yang “dipelajari” – diukur apakah stimulus

pemikat perhatian yang menjadi ciri khas iklan itu mampu menarik

perhatian

i. Juru bicara yang menarik – diukur apakah model iklan itu sesuai dan

menarik perhatian (Durianto, 2003, p.64-68).

2. Pemahaman (Readthrougness)

Evaluasi terhadap kekuatan iklan itu dapat dibaca secara seksama.

Indikator ini dilihat dari empat determinan yaitu kategori stimulus, elaborasi

stimulus, determinan pribadi dalam pemahaman dan determinan stimulus

dalam pemahaman. Yang termasuk kategori stimulus adalah kategorisasi

stimulus yang mengukur apakah pesan iklan itu mudah diuraikan dengan

jelas sesuai pengetahuan responden. Elaborasi stimulus dilihat dari

pencitraan untuk mengukur apakah pesan iklannya mudah digambarkan

secara jelas dalam ingatan. Determinan pribadi dalam pemahaman

indikatornya adalah:

a. Motivasi – diukur apakah pesan iklan dirasa relevan untuk memenuhi

kebutuhannya.

b. Pengetahuan – diukur apakah pengetahuan tentang produk selama ini

sesuai dengan pesan iklan.

c. Perangkat harapan/ persepsi – diukur apakah persepsi konsumen terhadap

(53)

Sedangkan indikator determinan stimulus dalam pemahaman adalah:

a. Linguistik – diukur apakah kata-kata yang digunakan mudah dimengerti

b. Konteks – diukur apakah selama ini brand ini selalu baik di mata

konsumen (Durianto, 2003, p.68-72).

3. Respon kognitif (cognitive)

Evaluasi terhadap kekuatan iklan atas mudah tidaknya iklan tersebut

dipahami. Indikatornya adalah:

a. Kesan terhadap produk/ pesan – diukur apakah pesan iklannya

dipaparkan dengan jelas

b. Kesan terhadap sumber pesan – diukur bahwa perusahaan memiliki

kredibilitas tinggi

c. Kesan terhadap daya tarik iklan – diukur bahwa responden suka

menonton iklan produk tersebut.

4. Respon afektif (Affection)

Evaluasi terhadap kekuatan iklan menggugah perasaan. Indikatornya

adalah:

a. Hasrat (desire) – diukur bahwa iklan itu mampu membuat responden

(54)

b. Preferensi (preference) – diukur bahwa pesan iklan dapat membangun

preferensi mengenai mutu, nilai dan daya produk lebih baik dibanding

lainnya.

c. Pendirian (conviction) – diukur bahwa pesan iklan dapat meyakinkan

responden terhadap produk.

5. Sikap terhadap iklan (behaviour)

Evaluasi terhadap kekuatan iklan itu mempengaruhi perilaku.

Indikatornya adalah sikap terhadap iklan dan niat beli terhadap produk yang

diukur bahwa pesan iklan itu mampu membangkitkan niat beli responden

terhadap produk (Durianto, 2003, p.73-74).

3.2. Populasi Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2003:257). Dengan demikian

populasi merupakan keseluruhan atas objek penelitian yang akan diteliti. Populasi

dari penelitian ini adalah masyarakat Sidoarjo yang berumur 18-43 tahun (pra

penelitian tanggal 3 Mei 2010). Jumlah masyarakat Sidoarjo yaitu 1.801.187 (BPS

(55)

iklan Giant Sun City Sidoarjo, dengan asumsi responden mengerti tentang apa yang

sedang diteliti yang nantinya akan berpengaruh pada keakuratan data yang

dihasilkan.

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan

sampling purposif (Purposif Sampling) yaitu teknik ini mencakup orang-orang yang

diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan

periset. Sesuai dengan namanya, sampel ini diambil dengan maksud atau tujuan

tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap

bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi

penelitiannya, karena mereka mempunyai “informasi rich”, dalam penelitian ini

pengambilan Sampel responden dilakukan oleh pengunjung Giant Sun City Sidoarjo.

Jumlah sampel akan ditentukan berdasarkan ukuran n yang di cari terlebih dahulu

berdasarkan rumus Yamane dengan menetapkan (d) = derajat ketelitian 0,1 dan

tingkat kepercayaan sebesar 90 %. Dengan menggunakan perhitungan Rumus

Yamane (Rakhmat, 2001:82).

N

n=

N (d2

(56)

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Presisi (presisi derajat ketelitian =0,1) (Rakhmat, 2001:82)

menggunakan rumus di atas sebagai berikut:

1.801.187

n=

1.801.187 (0.12

)+1

n= 1.801.187

18012,87

n= 99,99= dibulatkan menjadi 100

Jadi didapatkan jumlah sampel yang diambil di Sidoarjo sebanyak 100 orang atau

responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner sebagai sumber data primer. Responden diminta memberikan jawaban

terhadap pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Peneliti akan

mendampingi responden selama melakukan pengisian kuesioner. Hal ini

(57)

responden yang tidak memahami kata-kata, arti dan maksud dari pertanyaan

dalam kuesioner.

3.4. Teknik Analisis Data

Efektivitas iklan diukur dengan menggunakan Direct Rating Method

yang mencakup lima hal, yaitu: perhatian (attention), pemahaman, respon

kognitif, respon afektif, dan sikap terhadap iklan.

Pengukuran indikator menggunakan pengukuran ordinal. Pengukuran

ordinal adalah cara untuk mengkualifikasi suatu gejala yang sedang diukur.

Penjenjangannya dilakukan dengan menyusun skala. Skala pada prinsipnya

mengukur suatu gejala. Skala likert digunakan untuk mengukur indikator

dalam bentuk angka, dimana pilihan jawaban yang disediakan memiliki poin

atau nilai tersendiri. Nilai untuk masing-masing jawaban adalah:

Sangat tidak setuju (STS) = skor 1

Tidak setuju (TS) = skor 2

Setuju (S) = skor 3

Sangat setuju (SS) = skor 4

Pilihan jawaban hanya di golongkan menjadi 4 kategori jawaban dengan

meniadakan jawaban “ragu-ragu” (undecided), alasannya menurut Hadi (1998:20)

(58)

1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum bisa

memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki

art ganda instrument.

2. Tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan multi interpretable. Hal ini

tidak diharapkan dalam kecanderungan menjawab ke tengah (central

tedency), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecanderungan

jawabannya.

3. Disediakannya jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data

penlitian, sehinga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring

responden.

Jawaban responden dikoding dalam lembaran koding. Setelah itu data

diolah dan ditampilkan dalam bentuk table frekuensi. Untuk analisa Direct

Rating Method, dari semua hasil analisa pertanyaan, dicari nilai rata-rata per

dimensi dan hasil rata-rata dari setiap dimensi tersebut dikontroversikan pada

skala table Direct Rating.

Untuk mengevaluasi efektifitas iklan dengan DRM, digunakan Analisis

Tabulasi Sederhana dan perhitungan rata-rata terbobot, sebagai berikut:

1. Skor rata-rata

Setiap jawaban responden pada tiap pertanyaan diberikan bobot. Cara

menghitung skor adalah menjumlahkan seluruh hasil kali nilai

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel  3.4
Tabel 4.2Jenis Kelamin
Tabel 4.3Pendidikan Terakhir Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen dalam berbelanja di Giant Sun City Sidoarjo.. Data yang digunakan dalam

bahwa iklan Indosat IM3 Seru Anti Galau di Televisi Versi “Loe Gue End” pada. dimensi perhatian (attention) adalah

Salah satu strategi untuk meningkatkan minat pembelian ulang di Giant Sun City Sidoarjo adalah melalui penerapan kualitas layanan dan pemberian kepuasan yang baik kepada

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek perhatian pada dimensi efektifitas iklan memiliki pengaruh langsung terhadap peningkatan niat beli konsumen, sedangkan citra toko online

Salah satu strategi untuk meningkatkan minat pembelian ulang di Giant Sun City Sidoarjo adalah melalui penerapan kualitas layanan dan pemberian kepuasan yang baik kepada

Dari hasil penelitian ini diharapkan perusahaan retail Giant Hypermarket Sun City Sidoarjo selaku pemain dalam sektor ini dapat mengetahui lebih baik tentang pengaruh

PENGARUH ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR, KEADILAN ORGANISASIONAL, DAN MOTIF EKSTERNAL TERHADAP CUSTOMER CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA PELANGGAN GIANT HYPERMARKET. SUN CITY SIDOARJO

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada konsumen yang sedang melakukan belanja di Giant Sun