PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP
KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
WIGATI SULISTYORINI 0613010147/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP
KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
WIGATI SULISTYORINI 0613010147/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP
KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN
Disusun Oleh : WIGATI SULISTYORINI
0613010147/FE/EA
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 30 April 2010
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Prof.Dr.H.Soeparlan Pranoto,MM,AK Prof.Dr.H.Soeparlan Pranoto,MM,AK Sekretaris
Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi Anggota
Dra. Ec. Tituk DW, MAks Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fsakultas Ekonomi
SKRIPSI
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP
KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN
yang diajukan
WIGATI SULISTYORINI 0613010147/FE/EA
disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
PROF.DR. H. SOEPARLAN PRANOTO, MM, AK Tanggal: ... NPT. 97 710 0164
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
USULAN PENELITIAN
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP
KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN
yang diajukan
WIGATI SULISTYORINI 0613010147/FE/EA
telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
PROF.DR. H. SOEPARLAN PRANOTO, MM, AK Tanggal: ... NPT. 97 710 0164
Mengetahui Ketua Progdi Akuntansi
USULAN PENELITIAN
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP
KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN
yang diajukan
WIGATI SULISTYORINI 0613010147/FE/EA
telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
PROF.DR. H. SOEPARLAN PRANOTO, MM, AK Tanggal: ... NPT. 97 710 0164
Mengetahui Ketua Progdi Akuntansi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas penyusunan usulan penelitian yang berjudul : “Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Kinerja Manajerial Pada Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban”, dapat terselesaikan dengan lancar.
Adapun maksud penyusunan usulan penelitian ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Tentunya dalam proses penulisan usulan penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam hal ini secara khusus peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Prof. Dr. H. Soeparlan Pranoto, MM, AK selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah sabar memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis demi sempurnanya penyusunan usulan penelitian ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, khususnya segenap Dosen Jurusan Akuntansi yang telah membekali peneliti pengetahuan-pengetahuan yang sangat berguna dan berharga.
7. Kepala Dinas, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dan seluruh staf serta karyawan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian serta memberikan keterangan dan data yang berkenaan dengan usulan penelitian ini.
8. Secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ayah dan Ibu beserta seluruh anggota keluarga besarku yang telah memberikan banyak dorongan, semangat serta doa restu, baik secara moril maupun materiil.
Semoga ALLAH SWT selalu melindungi, memberikan balasan dan segala kebaikan atas semua bantuan kepada peneliti.
Akhir kata semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi khususnya. Amin. Wassalamualaikum Wr.Wb
Surabaya, April 2010
DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN METODE 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Kajian Teori ... 19
2.2.1. Anggaran ... 19
2.2.1.1 Penyusunan Anggaran... 19
2.2.1.2. Proses Penyusunan Anggaran ... 21
2.2.1.3. Macam-macam Anggaran ... 21
2.2.1.4 Manfaat Anggaran... 22
2.2.1.5 Kelemahan-kelemahan Anggaran ... 23
2.2.1.6 Partisipasi Anggaran ... 24
2.2.1.7 Masalah Dalam Penganggaran Partisipatif .. 25
2.2.2. Akuntansi Pertanggungjawaban ... 26
2.2.2.1. Unsur-unsur Akuntansi Pertanggungjawaban 28 2.2.2.2. Syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban ... 29
2.2.2.3. Pusat Pertanggungjawaban... 30
2.2.2.4. Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban... 31
2.2.3. Kinerja Manajerial... 35
2.2.3.1. Penilaian Kinerja... 36
2.2.3.2. Tahap Penilaian Kinerja... 37
2.2.3.3. Manfaat Penilaian Kinerja... 38
2.3. Pengaruh Antara Partisipasi Penganggaran Terhadap Kinerja manajerial ... 38
2.4. Pengaruh Antara Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Kinerja Manajerial ... 40
2.5. Kerangka Pikir ... 41
2.6. Hipotesis ... 42
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 43
3.1.1. Definisi Operasional... 43
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 44
3.2.1. Populasi ... 48
3.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 54
3.5.1. Uji Asumsi Klasik ... 54
3.5.2 Regresi Linier Berganda... 56
3.5.3. Uji Hipotesis... 56
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 58
4.1.1. Sejarah Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban ... 58
4.1.2. Aspek Stratejik Organisasi ... 58
4.1.3. Struktur Organisasi ... 59
4.1.4. Rencana Strategi... 61
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 63
4.2.1. Deskripsi Variabel Kinerja Manajerial (Y) ... 63
4.2.2. Deskripsi Variabel Partisipasi Anggaran (X1) ... 64
4.2.3. Deskripsi Variabel Akuntansi Pertanggungjawaban (X2) ... 65
4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas... 66
4.3.1. Uji Validitas ... 66
4.3.2. Uji Reliabilitas... 68
4.3.3. Uji Normalitas ... 69
4.4. Analisis dan Uji Hipotesis ... 70
4.4.1. Asumsi Klasik ... 70
4.4.2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 71
4.4.2.1. Uji F ... 73
4.4.2.2. Nilai r2parsial... 74
4.4.3. Uji Hipotesis... 75
4.5. Pembahasan ... 76
4.5.1. Implikasi Hasil Penelitian ... 76
4.5.2. Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ... 77
4.5.3. Keterbatasan Penelitian ... 79
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Laporan Rencana Anggaran dan Realisasi Dinas Kesehatan
Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban... 4
Tabel 4.1 : Deskripsi Variabel Kinerja Manajerial (Y) ... 63
Tabel 4.2 : Deskripsi Variabel Partisipasi Anggaran (X1)... 64
Tabel 4.3 : Deskripsi Variabel Akuntansi Pertanggungjawaban (X2) ... 65
Tabel 4.4 : Uji Validitas Pada Variabel Kinerja Manajerial (Y) Putaran Pertama... 66
Tabel 4.5 : Uji Validitas Pada Variabel Kinerja Manajerial (Y) Putaran Kedua ... 67
Tabel 4.6 : Uji Validitas Pada Variabel Partisipasi Anggaran (X1)... 67
Tabel 4.7 : Uji Validitas Pada Variabel Akuntansi Pertanggungjawaban (X2)... 68
Tabel 4.8 : Hasil Uji Reliabilitas ... 69
Tabel 4.9 : Hasil Uji Normalitas... 69
Tabel 4.10 : Hasil Nilai VIF ... 70
Tabel 4.11 : Hasil Uji Rank Spearman ... 71
Tabel 4.12 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 71
Tabel 4.13 : Hasil Uji F ... 73
Tabel 4.14 : Nilai r2parsial... 74
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Tabulasi Jawaban RespondenLampiran B : Uji Validitas Dan Reliabilitas Pada Variabel Kinerja Manajerial (Y)
Lampiran C : Uji Validitas Dan Reliabilitas Pada Variabel Partisipasi Anggaran (X1)
Lampiran D : Uji Validitas Dan Reliabilitas Pada Variabel Akuntansi Pertanggungjawaban (X2)
Lampiran E : Input Regresi Lampiran F : Uji Normalitas
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN
Oleh
Wigati Sulistyorini
ABSTRAK
Partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban merupakan dua unsur penting dalam proses penyusunan anggaran karena dengan adanya dua unsur tersebut yang efektif, maka akan timbul usaha untuk mencapai target yang telah disusun sehingga dapat tercapai kinerja yang baik dengan tujuan untuk mengetahui dan menguji secara empiris tentang pengaruh partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban terhadap kinerja manajerial di Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban dan untuk mengetahui dan menguji variabel yang dominan mempengaruhi kinerja manajerial di Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban.
Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban merupakan obyek dari penelitian ini dengan sampel sebanyak 30 karyawan yaitu kepala dinas, kepala bagian, kepala sub bagian, dan kepala seksi pada Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban dengan menggunakan teknik sensus. Untuk menjawab perumusan, tujuan dan hipotesis penelitian maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil analisis regresi linier berganda menyimpulkan bahwa hipotesis ke-1 yang berbunyi “bahwa partisipasi anggaran dan akuntasi pertanggungjawaban berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial” teruji kebenarannya dan hipotesis ke-2 yang berbunyi “bahwa partisipasi anggaran lebih dominan berpengaruh terhadap kinerja manajerial” teruji kebenarannya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia, tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam pengelolaan pemerintahan termasuk di bidang pengelolaan keuangan negara.
Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah mendorong adanya desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah, desentralisasi ini manunjukkan adanya pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dirinya sendiri secara otonom.
Adanya desentralisasi pengelolaan pemerintahan daerah dan tuntutan masyarakat akan transparansi dan akuntabilitas, memaksa pemerintah baik pusat maupun daerah untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang lebih transparan dan akuntabel, sistem ini diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan keuangan secara tertib, ekonomis, efektif, dan efisien serta bermanfaat untuk masyarakat.
Salah satu masalah penting dalam pengelolaan keuangan pemerintah tersebut adalah anggaran, anggaran bisa merupakan suatu rencana kerja jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang yang ditetapkan dalam proses penyusunan anggaran.
Menurut Hansen dan Mowen (2004: 552), partisipasi anggaran (budgeting partisipation) adalah pendekatan penganggaran yang memungkinkan para manajer yang akan bertanggungjawab atas kinerja anggaran, untuk berpartisipasi dalam pengembangan anggaran, partisipasi anggaran mengkomunikasikan rasa tanggung jawab pada para manajer tingkat bawah dan mendorong kreatifitas.
Proses penyusunan anggaran memerlukan kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, anggaran yang telah disusun secara partisipatif kemudian disahkan dengan para manajer dari setiap divisi dan pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi, manajemen puncak menciptakan berbagai divisi tanggung jawab atau dikenal dengan pusat pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban memainkan peran dalam mengukur kegiatan dan hasilnya termasuk dalam pelaksanaan anggaran yang telah disusun dengan pusat pertanggungjawaban lainnya.
dengan bidang pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya dan penghasilan yang dianggarkan.
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001: 419). Menurut Mahoney et.al (1963) dalam Abriyani Puspaningsih (2002, 72), melihat kinerja manajer berdasar pada kemampuan manajer dalam melaksanakan tugas manajerialnya, meliputi : perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negoisasi, perwakilan dan kinerja secara menyeluruh.
Pembahasan yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini dibatasi yaitu bagaimana pengaruh partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban terhadap kinerja manajerial atau kinerja organisasi dapat menunjang terlaksananya peningkatan efektifitas dan efisiensi organisasi dan dapat meningkatkan kinerja bagi publik.
kualitas pelayanan tetap menjadi hal penting yang harus ditingkatkan terutama dalam bidang keuangan, akuntansi dan kinerja manajerial untuk menjaga eksistensi dinas tersebut.
Salah satu alat ukur kinerja yang baik di Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban sebagai dinas daerah yang berorientasi nirlaba dapat dilihat dari sejauh mana dinas tersebut meminimalkan biaya seefektif dan seefisien mungkin tanpa mengurangi kualitas pelayanan pada masyarakat.
Kurun waktu tiga bulan yaitu pada bulan Oktober sampai Desember pada tiap tahun anggaran, tiap bagian dan unit pelayanan diharuskan untuk membuat laporan usulan biaya yang dianggarkan untuk periode tahun anggaran selanjutnya, tetapi dalam kurun waktu tertentu, anggaran yang ditetapkan tidak sesuai dengan realisasi. Realisasi anggaran jauh lebih besar dari pada anggaran biaya yang ditetapkan, hal ini dapat dilihat dari data anggaran biaya dan realisasi tahun 2005 di Dinas Kesehatan Pemerintah daerah Kabupaten Tuban sebagai berikut.
Tabel 1.1 : Laporan Rencana Anggaran dan Realisasi Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban
Tahun Rencana Anggaran Realisasi Selisih % Keterangan
Data di atas, dapatlah dijadikan gambaran bahwa tahun 2005 target tidak terealisasi dengan baik. Artinya, target untuk meminimalkan biaya atau target realisasi anggaran biaya yang sudah ditetapkan tidak terealisasi dengan baik.
Data di atas juga terlihat bahwa tahun 2006 sampai 2008 telah terjadi perbaikan yaitu dengan terealisasinya anggaran biaya. Artinya target untuk meminimalkan biaya atau target realisasi anggaran biaya yang sudah ditetapkan terealisasi dengan baik.
Pengalaman tahun 2005 yaitu tidak terealisasinya anggaran menjadi faktor pemicu yang mendorong Dinas Kesehatan untuk menekan biaya seefektif dan seefisien mungkin tanpa mengurangi kualitas agar tidak terealisasinya anggaran dalam tahun tersebut tidak terulang.
Kinerja tiap bagian dan sub bagian yang lebih baik, maka selain melihat kemampuan dari tiap bagian dan sub bagian untuk melaksanakan tugas dengan baik juga memasukkan faktor keuangan dan biaya, artinya sejauh mana tiap bagian dan sub bagian melakukan efektifitas dan efisiensi biaya sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan berdasarkan tanggung jawabnya.
Partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban merupakan dua unsur penting dalam proses penyusunan anggaran karena dengan adanya dua unsur tersebut yang efektif, maka akan timbul usaha untuk mencapai target yang telah disusun sehingga dapat tercapai kinerja yang baik.
bekerjasama dalam partisipasi anggaran untuk perkembangan kinerja yang lebih baik.
Sejalan dengan teori Jalan Kecil-Tujuan (Path Goal Teory) oleh House dan Mitchel (1974) dalam Miftah Thoha (2004: 296) yang memasukkan 4 tipe gaya kepemimpinan untuk kinerja yang baik, tetapi yang sangat mendukung penerapan anggaran partisipasi, akuntansi pertanggungjawaban terhadap kinerja manajerial adalah kepemimpinan yang mendukung, partisipatif dan berorientasi pada prestasi. Filley, House dan Kerr dengan teori kelompok (1976) dalam Miftah Thoha (2004: 288) mengemukakan bahwa agar kelompok dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif di antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya. Pemimpin yang bertanggungjawab dan membantu pengikut-pengikutnya mempunyai pengaruh yang positif terhadap sikap, kepuasan, dan pelaksanaan kerja, dari penelitian dan teori-teori tersebut semakin memberi keyakinan bahwa dengan penerapan partisipasi anggaran yang baik, penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang baik pula akan mempengaruhi peningkatan kinerja.
sangat relefan untuk diteliti lebih jauh, berikut dampaknya pada kinerja dinas tersebut yang juga menjadi kinerja pemerintah daerah dalam menjalankan tugas dan kewajibannya kepada publik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul :
“Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Kinerja Manajerial Pada Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial?
2. Manakah yang lebih dominan, antara pengaruh partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban terhadap kinerja manajerial?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, dapat diperoleh tujuan dari penelitian ini adalah :
2. Untuk mengetahui dan menguji variabel yang dominan mempengaruhi kinerja manajerial di Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat ganda, disamping bermanfaat secara teoritis juga mempunyai manfaat praktis. Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Bagi Peneliti
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban sebagai faktor yang mendorong pencapaian tujuan kinerja manajerial instansi.
b. Bagi Instansi
Sebagai bahan masukan atau media untuk lebih mengetahui pengaruh antara partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban terhadap kinerja manajerial dan memberi masukan untuk desain sistem anggaran yang akan digunakan untuk menentukan kebijakan di instansi tersebut.
c. Bagi Akademis
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN METODE
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pengkajian berkaitan
dengan penelitian ini dilakukan oleh :
1. Suhardito (2007)
a. Judul : Kejelasan sasaran anggaran dan pengaruhnya terhadap
kinerja manajerial melalui Job-Relevant Information pada
Pemda Sulawesi Utara.
b. Rumusan Masalah :
1. Apakah kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh
terhadap kinerja manajerial Pemprov Sulut?
2. Apakah kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh
terhadap job-relevant information?
3. Apakah job-relevant information memiliki pengaruh
terhadap kinerja manajerial Pemprov Sulut?
4. Apakah kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh
terhadap kinerja manajerial Pemprov Sulut melalui
job-relevant information?
c. Hipotesis Penelitian :
1. Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja
manajerial Pemprov Sulut.
2. Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap
job-relevant information.
3. Job-relevant information berpengaruh terhadap kinerja
manajerial Pemprov Sulut.
4. Kejelasan sasaran anggaran berpengatuh terhadap kinerja
manajerial Pemprov Sulut melalui job-relevant information.
d. Data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer yang
pengumpulannya dilakukan melalui kuisioner. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan simple
random sampling. Uji kualitas data dilakukan dengan uji
validitas menggunakan Product moment Pearson dan uji
realibilitas menggunakan Koefisien Reliabilitas (Alpha
Cronbach). Semua pengujian dilakukan dengan program SPSS
for Window dengan taraf signifikansi = 5%
e. Kesimpulan :
1. Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja
manajerial pemprov Sulut, dapat dibuktikan dalam
penelitian ini.
2. Kejelasan sasaran anggaran terbukti berpengaruh terhadap
3. Job-relevant information berpengaruh terhadap kinerja
manajerial pemprov Sulut, terbukti dalam penelitian ini.
4. Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja
manajerial pemprov Sulut, melalui job-relevant
information.
2. Muthaher (2007)
a. Judul : Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap
kinerja aparat pemerintah daerah : budaya organisasi dan
komitmen organisasi sebagai variabel moderating.
b. Perumusan masalah :
1. Seberapa besarkah pengaruh partisipasi penyusunan
anggaran terhadap kinerja manajerial yang diterapkan pada
organisasi sektor publik?
2. Seberapa besarkah pengaruh moderating budaya organisasi
dan komitmen organisasi terhadap hubungan partisipasi
penyusunan anggaran dengan kinerja aparatur Pemerintah
Daerah Kota Semarang sebagai penyusun anggaran?
c. Hipotesis :
1. Semakin tinggi tingkat partisipasi penyusunan anggaran
semakin tinggi tingkat kinerja aparatur pemerintah daerah.
2. Semakin tinggi tingkat kesesuaian antar partisipasi
anggaran dan budaya organisasi orientasi pada orang,
Sebaliknya semakin rendah tingkat kesesuaian antara
partisipasi anggaran dan budaya organisasi orientasi pada
pekerjaan, semakin rendah kinerja aparat pemerintah
daerah.
3. Komitmen organisasi dalam memoderasi pengaruh
partisipasi penyusunan anggaran akan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah.
d. Data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer melalui
metode survei. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
sensus. Teknik analisis data untuk menguji hipotesis 1
menggunakan regresi linier berganda (Multiple Regression), dengan bentuk interaksi secara keseluruhan. Hipotesis 2 dan 3
diuji dengan regresi linier berganda dengan pendekatan uji
interaksi.
e. Hasil dari penelitian yang telah dianalisis dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi
penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah
daerah. Semakin tinggi partisipasi penyusunan anggaran
maka akan semakin meningkatkan kinerja aparat
pemerintah daerah.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel budaya
anggaran dengan kinerja manajerial. Semakin tinggi tingkat
kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran dan
budaya organisasi yang berorientasi pada orang akan
semakin tinggi kinerja aparat pemerintah daerah.
3. Terdapat pengaruh signifikan antara variabel komitmen
organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan
anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah.
Semakin tinggi tingkat komitmen organisasi akan
menyebabkan peningkatan kinerja aparat pemerintah
daerah dalam berpartisipasi penyusunan anggaran.
3. Puspaningsih (2002)
a. Judul : Pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran
terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajer.
b. Perumusan Masalah :
Apakah partisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan
pengaruh terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajer?
c. Hipotesis :
Diduga bahwa ada pengaruh partisipasi dalam penyusunan
anggaran terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajer.
d. Hubungan antara partisipasi dalam penyusunan anggaran
dengan kepuasan kerja dan kinerja manajer.
Kepuasan kerja merupakan sikap seseorang terhadap kerja.
mengalami kepuasan kerja. Sedangkan, seseorang yang
bersifat negatif terhadap kerja berarti dia mengalami
ketidakpuasan kerja. Kinerja manajer merupakan faktor yang
mendukung keefektifan organisasi. Kinerja manajer meliputi
kemampuan manajer dalam : perencanaan, investigasi,
pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf,
negoisasi, perwakilan dan kinerja secara menyeluruh.
e. Kesimpulan :
Partisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan pengaruh
terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajer. Dalam hubungan
antara partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan
kepuasan kerja dan kinerja manajer, ada yang punya hubungan
langsung, namun kadang juga ada variabel intervening
misalnya role ambiguity. Kadang terdapat juga variabel
moderator, misal job difficulty. Penelitian-penelitian yang
pernah dilakukan masih memberikan hasil yang berbeda-beda,
sehingga dapat disimpulakan bahwa masih diperlukan
penelitian lanjutan berkaitan dengan pengaruh partisipasi
dalam penyusunan anggaran terhadap kepuasan kerja dan
4. Wahyuningdyah (2006)
a. Judul : Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, pengalaman
dan motivasi terhadap kinerja manajerial ; Pada PT. Miwon
Indonesia.
b. Perumusan masalah :
1. Apakah partisipasi penyusunan anggaran, pengalaman dan
motivasi secara simultan berpengaruh signifikan dan positif
terhadap kinerja manajerial pada PT. Miwon Indonesia.
2. Apakah partisipasi penyusunan anggaran, pengalaman dan
motivasi secara parsial berpengaruh signifikan dan positif
terhadap kinerja manajerial pada PT. Miwon Indonesia.
c. Hipotesis :
1. Diduga partisipasi penyusunan anggaran, pengalaman dan
motivasi secara simultan berpengaruh signifikan dan positif
terhadap kinerja manajerial pada PT.Miwon Indonesia.
2. Diduga partisipasi penyusunan anggaran, pengalaman dan
motivasi secara parsial berpengaruh signifikan dan positif
terhadap kinerja manajerial pada PT.Miwon Indonesia.
d. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer,
yaitu data yang diambil langsung dari angket atau kuisioner
e. Kesimpulan :
1. Partisipasi penyusunan anggaran, pengalaman dan motivasi
secara simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap
kinerja manajerial pada PT. Miwon Indonesia.
2. Secara parsial, pengalaman berpengaruh signifikan dan
negatif terhadap kinerja manajerial, sehingga Hipotesis
yang menyatakan bahwa diduga pengalaman secara parsial
berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja
manajerial pada PT.Miwon Indonesia.
3. Secara parsial, motivasi berpengaruh signifikan dan positif
terhadap kinerja manajerial, sehingga Hipotesis yang
menyatakan bahwa diduga motivasi secara parsial
berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja
manajerial pada PT.Miwon Indonesia.
4. Wahyuni (2006)
a. Judul : Pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap
prestasi manajer; Pada Jasvasindo tiga Perkasa, Tbk di
Sidoarjo.
b. Perumusan masalah :
Apakah struktur organisasi, sistem anggaran biaya,
penggolongan biaya, laporan pertanggungjawaban dan sistem
pertanggungjawaban mempunyai pengaruh positif terhadap
prestasi manajer.
c. Hipotesis :
Diduga bahwa struktur organisasi, sistem anggaran biaya,
penggolongan biaya, laporan pertanggungjawaban dan sistem
pelaporan biaya yang merupakan indikator dari akuntansi
pertanggungjawaban mempunyai pengaruh positif terhadap
prestasi manajer.
d. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
yang diperoleh secara langsung dari pihak berwenang dan
penarikan sampel menggunakan sampel jenuh atau sensus.
e. Kesimpulan :
Bahwa akuntansi pertanggungjawaban tidak berpengaruh
terhadap prestasi manajer, dapat dilihat dari variabel struktur
organisasi, penggolongan biaya, sistem akuntansi biaya
terhadap prestasi manajer, sedangkan sistem anggaran biaya
berpengaruh terhadap prestasi kerja, sehingga hipotesis yang
2.2. Kajian Teori 2.2.1. Anggaran
Menurut Hansen dan Mowen (2004: 355), “Anggaran adalah
rencana keuangan untuk masa depan yang yang mengidentifikasi tujuan
dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya”.
Menurut Supriyono (2000: 40), “Anggaran adalah suatu rencana
terinci yang di susun secara sistematis dan dinyatakan secara formal
dalam ukuran kuantitatif biasanya dalam satuan uang”.
Menurut M. Nafarin (2000: 9), “Anggaran adalah suatu rencana
keuangan periodik yang disusun berdasarkan program-program yang
telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis
mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif
dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu
tertentu”.
Menurut M. Munandar (2000: 3), dimaksudkan dengan business
budget atau budget (Anggaran) ialah “Suatu rencana yang disusun secara matematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang
dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka
waktu (periode) tertentu yang akan datang”.
2.2.1.1 Penyusunan Anggaran
Sebelum menyusun anggaran, organisasi harus terlebih dahulu
mengidentifikasikan strategi aktifitas dan operasi masa depan dengan
jangka waktu tertentu, organisasi dapat menerjemahkan keseluruhan
strategi kedalam tujuan jangka pendek, tujuan-tujuan tersebut menjadi
dasar penyusunan anggaran.
Pengoptimalan kegunaan anggaran, penyusunan anggaran
memperhatikan tujuan penyusunan anggaran itu sendiri. Adapun tujuan
penyusunan anggaran (Nafarin, 2004: 12) adalah :
1. Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih
sumber dan penggunaan dana.
2. Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan
digunakan.
3. Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis
penggunaan dana, sehingga dapat mempermudah pengawasan.
4. Untuk merasionalkan sumber penggunaan dana agar dapat
mencapai hasil yang maksimal.
5. Untuk menyempurnakan rencana yang telah di susun agar terlihat
lebih jelas dan nyata.
6. Untuk menampung dan menganalisa serta memutuskan setiap
2.2.1.2. Proses Penyusunan Anggaran
Dalam penusunan anggaran, perusahaan harus memperhatikan
proses penyusunan. Adapun proses penyusunan anggaran (Robert N
Anthony dan Vijay Govindarajan, 2003: 9), sebagai berikut :
1. Departemen anggaran mengerluarkan bentuk dan prosedur untuk
persiapan anggaran dan mengkoordinasikan dan mengeluarkan
perkiraan dasar ke seluruh perusahaan yang akan menjadi dasar
bagi anggaran.
2. Petugas anggaran mengembangkan garis pedoman dan manajemen
senior menyetujuinya.
3. Menggunakan garis pedoman. Tanggungjawab manajer, dibantu
dengan staf mereka mengembangkan permintaan anggaran.
4. Negoisasi atau pembahasan anggaran yang diajukan dengan atasan.
5. Pemeriksaan dan persetujuan.
2.2.1.3. Macam-macam Anggaran
Menurut M. Nafarin (2000: 17), anggaran dapat dikelompokkan
dari beberapa sudut pandangan berikut ini :
1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan
interval kapasitas tertentu dan pada intinya merupakan suatu
seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat
b. Anggaran tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan
suatu tingkat kapasitas tertentu.
2. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari:
a. Anggaran periodik, yaitu anggaran yang disusun untuk satu
periode tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang
disusun setiap akhir periode anggaran.
b. Anggaran kontinue, yaitu anggaran yang dibuat untuk
mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat.
3. Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran jangka pendek, yaitu anggaran yang dibuat dengan
jangka waktu paling lama sampai satu tahun.
b. Anggaran jangka panjang, yaitu anggaran yang dibuat dengan
jangka waktu lebih dari satu tahun.
4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran operasional, yaitu anggaran untuk menyusun
anggaran laporan laba rugi.
b. Anggaran keuangan, yaitu anggaran untuk menyusun anggaran
neraca.
2.2.1.4 Manfaat Anggaran
Menurut M. Nafarin (2004: 12), Anggaran mempunyai manfaat
sebagai berikut:
2. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan
pegawai.
3. Dapat memotivasi pegawai.
4. Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada pegawai.
5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.
6. Sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan dan dana dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin.
7. Alat pendidikan bagi para manajer
2.2.1.5 Kelemahan-kelemahan Anggaran
Menurut M. Nafarin (2000: 13), anggaran mempunyai beberapa
kelemahan antara lain:
1. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan, sehingga
mengandung unsur ketidakpastian.
2. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan
tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu
menyusun anggaran secara lengkap dan akurat.
3. Bagi pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran
dapat mengakibatkan mereka menggerutu dan menentang, sehingga
2.2.1.6 Partisipasi Anggaran
Menurut Hansen dan Mowen (2004: 552), partisipasi anggaran
(budgeting partisipation) adalah pendekatan penganggaran yang memungkinkan para manajer yang akan bertanggungjawab atas kinerja
anggaran, untuk berpartipasi dalam pengembangan anggaran, anggaran
partisipatif mengkomunikasikan rasa tanggung jawab pada para
manajer tingkat bawah dan mendorong kreatifitas.
Menurut R.A. Supriyono (2000: 54), partisipasi anggaran tidak
berarti bahwa setiap manajer dapat memilih dengan pasti apa yang akan
dia tuju di dalam anggaran. Partisipasi anggaran berarti bahwa manajer
setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai kesempatan untuk
menjelaskan dan memberikan alasan mengenai anggaran yang dia
usulkan”.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2003: 14), penelitian
telah menunjukkan bahwa partisipasi anggaran (proses di mana
pembuat anggaran ikut terlibat dan mempunyai pengaruh dalam
penentuan besar anggaran) mempunyai efek yang positif dari motivasi
manajemen untuk 2 alasan :
1. Ada penerimaan yang lebih besar dari tujuan anggaran jika mereka
merasa berada dalam kontrol manajemen, dibandingkan dengan ada
paksaan dari luar. Hal ini menuju kepada tanggung jawab individu
2. Hasil partisipasi pembuatan anggaran adalah pertukaran informasi
yang efektif. Besar anggaran yang telah disetujui merupakan hasil
dari keahlian dan pengetahuan pembuat anggaran, yang dekat
dengan lingkungan produk/pasar. Lebih lanjut, pembuat anggaran
mempunyai pengertian yang lebih untuk pekerjaan mereka melalui
interaksi dengan alasan selama tahap pemeriksaan dan persetujuan.
2.2.1.7 Masalah Dalam Penganggaran Partisipatif
Penganggaran partisipatif memiliki tiga masalah potensial
(Hansen dan Mowen, 2004: 377), sebagai berikut :
1. Penetapan standar yang dapat terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.
2. Memasukkan kegolongan dalam anggaran (sering kali disebut
menutupi anggaran).
3. Partisipasi semu.
Beberapa manajer cenderung membuat anggaran yang terlalu
longgar ataupun terlalu ketat. Partisipasi dalam pembuatan
anggaran cenderung menjadi tujuan pribadi manajer, sehingga
kesalahan-kesalahan tersebut di atas akhirnya menyebabkan
kegagalan, manajer menjadi frustasi dan kinerjanya turun.
Kuncinya adalah mengajak manajer untuk berpartisipasi dalam
2.2.2. Akuntansi Pertanggungjawaban
Peran suatu organisasi, manajemen puncak biasanya
menciptakan berbagai devisi tanggung jawab, yang dikenal dengan
pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban (responsibility
centre) merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggungjawab terhadap pengaturan kegiatan-kegiatan tertentu,
akuntansi pertanggungjawaban memainkan peran dalam mengukur
kegiatan dan hasilnya, dan juga menentukan imbalan yang dapat
diterima seseorang.
Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting)
adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap
pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh
para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka
(Hansen dan Mowen, 2005: 116).
Menurut Supriyono (2000 : 53), Akuntansi pertanggungjawaban
adalah akuntansi yang didesain secara khusus dan diimplementasikan
untuk menilai kinerja manajer pusat-pusat pertanggungjawaban.
Menurut Mulyadi (1981: 379), Akuntansi pertanggungjawaban
adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga
pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan sesuai
dengan bidang pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan
agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab
Beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi
yang disusun berdasarkan struktur organisasi yang secar tegas
memisahkan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
masing-masing lapisan atau tingkat manajemen.
2. Akuntansi pertanggungjawaban mendorong setiap individu untuk
turut serta dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan
efisien.
3. Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan pendapatan dan biaya
yang terjadi dalam tiap-tiap pusat pertanggungjawaban. Dari
laporan tersebut dapat diketahui perbandingan antara anggaran dan
realisasinya sehingga penyimpangan yang terjadi dapat dianalisa
dan dicari penyelesaiannya dengan manajer pusat
pertanggungjawaban.
4. Akuntansi pertanggungjawaban menghasilkan penilaian kinerja
yang berguna bagi pemimpin di dalam menyusun rencana kerja
untuk periode mendatang, baik untuk masing-masing pusat
pertanggungjawaban maupun untuk kepentingan perusahaan secara
2.2.2.1. Unsur-unsur Akuntansi Pertanggungjawaban
Berdasarkan pengertian-pengertian tentang akuntansi
pertanggungjawaban yang telah dijabarkan di atas, maka dapat
diketahui unsur-unsur yang terkandung dalam akuntansi
pertanggungjawaban menurut Mulyadi (1986: 381), sebagai berikut:
a. Struktur Organisasi
Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban, terdapat
desentralisasi tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
masing-masing tingkat manajemen.
b. Pemisahan Biaya
Adanya pemisahan biaya atas dasar dapat tidaknya biaya tersebut
dikendalikan oleh manajer masing-masing tingkat manajemen agar
laporan pertanggunjawaban benar-benar mencerminkan tingkat
pertanggungjawaban dari masing-masing tindakan manajemen.
Biaya dipisahkan menjadi biaya terkendali dan biaya tak terkendali.
c. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban
Sistem akuntansi pertanggungjawaban mempunyai karakteristik
khusus, yaitu disesuaikan dengan struktur organisasinya. Hasil tata
perkiraan disusun sedemikian rupa sehingga pendapatan dan biaya
dikumpulkan, diklasifikasikan dan dilaporkan berdasarkan
pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada pada laporan
d. Anggaran (budget) Yang Disusun Untuk Tiap Pusat Pertanggungjawaban
Berdasarkan pusat pertanggungjawaban dapat disusun suatu
anggaran biaya, proses penyusunan anggaran menghendaki adanya
partisipasi aktif dari masing-masing pusat pertanggungjawaban,
sehingga mereka akan termotivasi dan berusaha untuk mencapai
anggaran yang disusunnya sendiri.
e. Laporan Pertanggungjawaban
Laporan pertanggungjawaban merupakan laporan yang digunakan
untuk mempertanggungjawabkan wewenang yang
didesentralisasikan pada manajer pusat pertanggungjawaban, yang
mencakup realisasi dan budget. Laporan ini merupakan sarana
prestasi kerja karyawan dan motivator bagi karyawan yang menilai
prestasinya. Laporan pertanggungjawaban disampaikan dari
manajemen tingkat bawah ke manajemen tingkat atas.
2.2.2.2. Syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban
Menurut Mas’ud Machfoedz (1985: 207), agar sistem akuntansi
pertanggungjawaban bisa dijalankan dengan baik, maka beberapa syarat
yang harus dipenuhi antara lain:
1. Perusahaan sudah menyusun struktur organisasi yang formal untuk
center) dan menentukan penganggungjawab dari pusat pertanggungjawaban.
2. Perusahaan sudah menggunakan budget sebagai alat pengukur
pelaksana.
3. Biaya bisa dipisahkan antara yang bisa dikendalikan (controllable) oleh pusat pertanggungjawaban dan yang tidak bisa dikendalikan
(uncontrollable).
2.2.2.3. Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi
yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab, suatu
pusat pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu sistem yang
mengolah masukan menjadi keluaran. Masukan suatu pusat
pertanggungjawaban yang diukur dalam satuan uang disebut dengan
biaya, sedangkan keluaran suatu pusat pertanggungjawaban yang
dinyatakan dalam satuan uang disebut dengan pendapatan. Pusat
pertanggungjawaban dapat digambarkan seperti dibawah ini :
Masukan Pusat pertanggungjawaban Keluaran
Masukan x harga = biaya Keluaran x harga = pendapatan
Gambar 1 : Diagram Pusat Pertanggungjawaban
Sumber : Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen, Konsep Manfaat dan rekayasa, Edisi ketiga.
2.2.2.4. Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban
Pusat-pusat pertanggungjawaban (responsibility center) individu berfungsi sebagai kerangka kerja untuk mengukur dan mengevaluasi
kinerja dari manajer segmen. Kinerja manajer dalam kerangka kerja
akuntansi pertanggungjawaban disamakan dengan kemampuan mereka
untuk mengelola faktor-faktor operasional tertentu yang dapat
dikendalikan.
Sistem tersebut tidak mampu mengukur dan mengevaluasi
kinerja secara total, yang selain itu akan memasukkan faktor-faktor
seperti pengendalian mutu, tingkat moral bawahan, dan kualitas
kepemimpinan. Faktor-faktor tersebut harus diukur dan dievaluasi
dengan cara lain (Arfan Ikhsan dan Muhammad Iskak, 2005: 142).
Menurut Arfan Ikhsan dan Muhammad Iskak (2005: 142), pusat
pertanggungjawaban dikelompokkan ke dalam empat kategori yang
masing-masing mencerminkan rentang dan diskresi atas pendapatan
atau biaya serta lingkup pengendalian dari manajer yang
bertanggungjawab. Pusat pertanggungjawaban tersebut dapat berupa
pusat biaya (cost center), pusat pendapatan (revenue center), pusat laba (profit center), dan pusat investasi (invesment center). Jumlah dan jenisnya akan bergantung pada ukuran perusahaannya, struktur
1. Pusat Biaya (cost center)
Menurut Arfan Ikhsan dan Muhammad Iskak (2005:143),
pusat biaya merupakan bidang tanggung jawab yang menghasilkan
suatu produk atau memberikan suatu jasa. Manajer yang
bertanggungjawab atas pusat biaya memiliki diskresi dan kendali
hanya atas penggunaan sumber daya fisik dan manusia yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.
Mereka tidak memakai kendali atas pendapatan, karena fungsi
pemasaran bukanlah tanggungjawabnya.
Selama proses perencanaan, para manajer pusat biaya
diberikan kuota produksi dan dapat berpartisipasi dalam
menetapkan tujuan biaya yang realistis dan adil untuk tingkat
output yang diantisipasi. Hasil kinerja dilaporkan secara periodik
kepada manajer dalam bentuk laporan yang membandingkan biaya
aktual yang terjadi dengan biaya yang dianggarkan.
Laporan-laporan ini mengarahkan perhatian kepada bidang-bidang masalah
yang sebaiknya diinvestasikan. Frekuensi dari umpan balik
bergantung pada sensivitas dan materialitas dari faktor-faktor
operasional yang berada di bawah kendalinya.
Pusat-pusat biaya merupakan bentuk pusat
pertanggungjawaban yang digunakan secara luas. Di perusahaan
manufaktur, baik departemen produksi maupun departemen jasa
pengiriman, departemen penerimaan, departemen kredit, dan
departemen pelayanan pelanggan (Arfan Ikhsan dan Muhammad
Iskak, 2005: 143).
2. Pusat Pendapatan (revenue center)
Jika tanggung jawab utama dari seorang manajer adalah
penghasilan pendapatan, maka segmennya sebaiknya diperlukan
sebagai pusat pendapatan. Contoh dari pusat pendapatan meliputi
departemen pemasaran dan pusat distribusi (Arfan Ikhsan dan
Muhammad Iskak, 2005: 143).
Manajer dipusat pendapatan tidak mempunyai diskresi
maupun pengendalian terhadap investasi pada aktiva atau biaya
dari barang atau jasa yang akan dijual. Mereka hanya memiliki
kendali terhadap biaya pemasaran langsung dan kinerja mereka
akan diukur dalam hal kemampuan mereka untuk mencapai target
penjualan yang telah ditentukan sebelumnya dalam batasa beban
tertentu. Untuk memperoleh manfaat motivasional dan
pengendalian yang efektif, manajer pusat pendapatan sebaiknya
berpartisipasi dalam proses penentuan tujuan dan menerima umpan
balik yang tepat waktu atas hasil kinerja mereka (Arfan Ikhsan dan
Muhammad Iskak, 2005: 143).
3. Pusat Laba (profit center)
Pusat laba adalah segmen dimana manajer memiliki kendali
berdasarkan efisiensi mereka dalam menghasilkan pendapatan dan
mengendalikan biaya, diskresi yang mereka miliki terhadap biaya
meliputi beban produksi dari produk atau jasa.
Tanggung jawab mereka adalah lebih luas dibandingkan
dengan tanggung jawab dari pusat biaya atau pusat pendapatan
karena mereka bertanggungjawab baik atas fungsi distribusi
maupun manufaktur. Contoh umum dari pusat laba adalah divisi
korporat yang memproduksi dan menjual produknya (Arfan Ikhsan
dan Muhammad Iskak, 2005: 144).
Kinerja dari manajer pusat lebih dievaluasi berdasarkan target
laba yang direncanakan seperti tingkat pengembalian minimum
yang diharapkan dan tingkat halangan untuk laba residual, untuk
meminimalkan tindakan disfungsional yang disebabkan oleh
orientasi pada jangka pendek yang kaku, manajer pusat laba
sebaiknya juga diharapkan memelihara dan atau memperbaiki
modal dari bawahan mereka, memelihara bangunan dan fasilitas
produksi, dan memberikan kontribusi terhadap kepemimpinan
produk dan keanggotaan korporat. Untuk meningkatkan
keprihatinan produk manajer terhadap aspek-aspek ini, maka sistem
penghargaan dari evaluasi kinerja sebaiknya juga memasukkan
ukuran-ukuran untuk mengevaluasi kinerja mereka dalam hal aspek
jangka panjang dan tingkat keberhasilan alokasi penghargaan
4. Pusat Investasi (invesment center)
Manajer pusat investasi bertanggungjawab terhadap investasi
dalam aktiva serta pengendalian atas pendapatan dan biaya, mereka
bertanggungjawab untuk mencapai margin kontribusi dan target
laba tertentu serta efisiensi dalam penggunaan aktiva (Arfan Ikhsan
dan Muhammad Iskak, 2005: 144).
Mereka diharapkan untuk mencapai keseimbangan yang
sehat antara laba yang dicapai dan investasi dalam sumber daya
yang digunakan, kinerja yang digunakan dalam mengukur kinerja
mereka dan menentukan penghargaan mereka meliputi tingkat
pengembalian atas aktiva (return on assets – ROA), rasio
perputaran, dan laba residual. Karena mereka bertanggungjawab
terhadap setiap aspek dari operasi manajer pusat investasi ini
dievaluasi dengan cara yang sama seperti eksekutif puncak (Arfan
Ikhsan dan Muhammad Iskak, 2005: 144).
2.2.3. Kinerja Manajerial
Menurut Mahoney (1963) dalam Abriyani Puspaningsih (2002:
72), yang dimaksud kinerja manajerial merupakan faktor yang
mendukung keefektifan organisasi. Kinerja manajerial meliputi
kemampuan manajer dalam : perencanaan, investigasi,
pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negoisasi,
Kinerja manajerial yang diperoleh manajer merupakan salah
satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektifitas
organisasi, karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia,
maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas
perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan
dalam organisasi.
2.2.3.1. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas
operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan personilnya,
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya (Mulyadi, 2001: 415).
Organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya
manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian
atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan
dalam organisasi.
Menurut Mulyadi (2001: 416), tujuan utama penilaian kinerja
adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi
dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh
organisasi.
Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau
digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk
merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya yang
diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta
penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
2.2.3.2. Tahap Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi (2001: 420), penilaian kinerja dilaksanakan
dalam dua tahap utama. Tahap persiapan dan tahap penilaian. Tahap
persiapan terdiri dari tiga tahap rinci :
1. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang
bertanggungjawab.
2. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja.
3. Pengukuran kinerja sesungguhnya.
Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci :
1. Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah
diterapkan sebelumnya.
2. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja
sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar.
3. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan
2.2.3.2.1. Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi (2001: 416), penilaian kinerja
dimanfaatkan oleh organisasi untuk :
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian personel-personel secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan, seperti promosi, pemberhentian dan transfer.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi
program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan.
2.3. Pengaruh Antara Partisipasi Penganggaran Terhadap Kinerja manajerial
Teori Jalur – Tujuan (Path – Goal theoy) yang dikemukakan oleh
Martin Evans dan Robert House dalam Miftah Thoha (1983: 296)
berusaha untuk menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap
motivasi, kepuasan, dan pelaksaan pekerjaan bawahannya.
Adapun teori Path-Goal versi House, memasukkan empat tipe atau
1. Kepemimpinan Direktif. Bawahan tahu senyatanya apa yang
diharapkan darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh
pemimpin. Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan.
2. Kepemimpinan yang mendukung. Kepemimpinan model ini
mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah
didekati dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap
para bawahannya.
3. Kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan ini, pemimpin
berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari para
bawahannya. Namun pengambilan keputusan berada padanya.
4. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi. Gaya kepemimpinan
ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahan
untuk berprestasi. Demikian pula pemimpin memberikan keyakinan
kepada mereka bahwa mereka mampu melaksanakan tugas pekerjaan
mencapai tujuan secara baik.
Hal tersebut diatas mempunyai hubungan antara partisipasi
penyusunan anggaran dengan kinerja manajer. Dengan menggunakan salah
satu dari empat gaya tersebut dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
seperti yang telah diuraikan tersebut, maka pemimpin berusaha
mempengaruhi persepsi bawahaannya dan memotivasikan dengan cara
mengarahkan mereka pada kejelasan tugas-tugasnya, pencapaian tujuan,
kepuasan kerja dan pelaksanaan kerja yang efektif. Selain itu dengan
maupun bawah untuk ikut menyusun anggaran. Pada umumnya tujuan
menyeluruh dari anggaran dikomunikasikan kepada para manajer yang
kemudian membantu mengembangkan anggaran yang dapt memenuhi
tujuan tersebut. Dalam partisipasi anggaran, penekanan dilakukan pada
pemenuhan tujuan secara umum, bukan pada setiap jenis anggaran.
Untuk memanfatkan keinginan dan kemampuan kerja bawahan
yang merupakan bawaan sejak lahir, para manajer hendaknya memberikan
suatu iklim yang kondusif bagi perkembangan pribadi. Dalam hal ini,
manajemen partisipatif adalah model yang ideal (Robert K, 2005: 317).
2.4. Pengaruh Antara Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Kinerja Manajerial
Menurut Supriyono (2000 :53), Akuntansi pertanggungjawaban
adalah akuntansi yang didesain secara khusus dan diimplementasikan
untuk menilai kinerja manajer pusat-pusat pertanggungjawaban. Agar
manfaat akuntansi pertanggungjawaban tercapai, suatu organisasi
khususnya manajer harus secara cermat mengamati dan menngolongkan
sesuai dengan berbagai jenjang manajemen pusat pertanggungjawaban.
Pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi
pertanggungjawaban bertujuan untuk memberikan bantuan kepada manajer
divisi dalam menjalankan aktifitas perusahaan sebagai dasar penilaian
penerapan akuntansi pertanggungjawaban adalah menghasilkan informasi
akuntansi untuk setiap pusat pertanggungjawaban.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi
masa yang akan datang bermanfaat sebagai dasar penyusunan anggaran,
sedangkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa
informasi masa lalu bermanfaat sebagai penilaian kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban dan pemotivasi manajer.
2.5. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti, maka dapat disusun
kerangka pikir sebagai berikut :
Uji Regresi Linier Berganda
Gambar 2 : Kerangka Pikir Partisipasi Anggaran
(X1)
Akuntansi Pertanggungjawaban
(X2)
2.6. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga bahwa partisipasi anggaran dan akuntansi
pertanggungjawaban berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
2. Diduga bahwa partisipasi anggaran lebih dominan berpengaruh
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel atau kontrak dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional
yang diperlukan untuk mengukur kontrak atau variabel tersebut (Nazir,
2005: 126).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partisipasi
Anggaran (X1) dan Akuntansi Pertanggungjawaban (X2) sebagai
variabel bebas dan Kinerja Manajerial (Y) sebagai variabel terikat.
a. Independent Variabel (Variabel bebas), terdiri dari : 1. Partisipasi Anggaran (X1)
Partisipasi anggaran (budgeting partisipation)
merupakan pendekatan penganggaran yang memungkinkan
para manajer yang akan bertanggungjawab atas kinerja
anggaran, untuk berpartisipasi dalam pengembangan anggaran.
Partisipasi anggaran mengkomunikasikan rasa tanggung jawab
pada para manajer tingkat bawah dan mendorong kreatifitas.
2. Akuntansi Pertanggungjawaban (X2)
Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility
accounting) merupakan sistem yang mengukur berbagai hasil
yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut
informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk
mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka.
b. Dependent Variabel (Variabel Terikat), yaitu Kinerja manajerial(Y)
Kinerja manajerial merupakan kinerja para individu
anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial, seperti :
perencanaan, superfisi, pengaturan staf, negoisasi, dan representasi.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan kuisioner yang mengambil data dari kepala bagian,
kepala sub bagian, kepala seksi sampai kepala dinas pada Dinas
Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban. Responden harus
mengisi jawaban yang dianggap paling tepat dengan menggunakan
skala pengukuran yaitu skala interval, yang merupakan skala yang
mengurutkan objek berdasarkan suatu atribut dengan jarak yang sama.
Pada pengukuran interval memperlihatkan jarak yang sama dari ciri
Teknik pengukuran variabel yang digunakan adalah Semantic Differential Scale yaitu skala yang digunakan untuk mengukur pengertian suatu konsep atau objek dalam suatu skala bipolar dengan
tujuh buah titik (Nazir, 2003: 344). Skala bipolar adalah skala yang
berlawanan dengan tujuh tingkatan yang ditempatkan antara lain
sebagai berikut :
Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 sangat setuju
Sangat tidak benar 1 2 3 4 5 6 7 sangat benar
Sangat tidak sering 1 2 3 4 5 6 7 sangat sering
Setiap jawaban merupakan nilai atau opini atau persepsi.
Definisi di atas adalah pengembangan dari penelitian bahwa jawaban 1
berarti sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban
antara angka 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan
pernyataan yang diberikan, jawaban 4 merupakan nilai tengah antara
sangat setuju dan sangat tidak setuju dari pernyataan yang diberikan,
jawaban antara angka 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju
dengan pernyataan yang diberikan, dan jawaban 7 berarti sangat setuju
dengan pernyataan yang diberikan.
Indikator yang digunakan dalam mengukur variabel penelitian
1) Partisipasi Anggaran (X1)
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Milani (1975) dalam Nenny Wahyuningdyah
(2006) yang terdiri dari 5 pertanyaan.
Jika responden memberi jawaban dengan skor 1 sampai 3,
berarti responden berpendapat bahwa penerapan partisipasi
anggaran di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah
Kabupaten Tuban yang ada masih kurang karena pemahaman
tentang arti dan manfaat dari partisipasi anggaran juga masih
rendah, sedangkan jika responden memberi jawaban dengan skor 4,
berarti responden masih ragu-ragu apakah penerapan partisipasi
anggaran di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah
Kabupaten Tuban masih rendah atau sudah cukup baik. Kemudian
jika responden memberi jawaban dengan skor 5 sampai 7, berarti
responden berpendapat bahwa penerapan partisipasi anggaran di
lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban
yang ada sudah cukup baik karena pemahaman tentang arti dan
manfaat partisipasi anggaran juga cukup baik.
2) Akuntansi Pertanggungjawaban (X2)
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Maya Tri Wahyuni (2006) yang terdiri dari 5
Responden memberi jawaban dengan skor 1 sampai 3,
berarti responden berpendapat bahwa penerapan akuntansi
pertanggungjawaban di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah
Daerah Kabupaten Tuban yang ada masih kurang karena
pemahaman tentang arti dan manfaat dari sistem akuntansi
pertanggungjawaban juga masih rendah.
Responden memberi jawaban dengan skor 4, berarti
responden masih ragu-ragu apakah penerapan akuntansi
pertanggungjawaban di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah
Daerah Kabupaten Tuban masih rendah atau sudah cukup baik,
kemudian jika responden memberi jawaban dengan skor 5 sampai
7, berarti responden berpendapat bahwa penerapan akuntansi
pertanggungjawaban di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah
Daerah Kabupaten Tuban yang ada sudah cukup baik karena
pemahaman tentang arti dan manfaat akuntansi
pertanggungjawaban juga cukup baik.
3) Kinerja Manajerial (Y)
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Mahoney (1963) dalam Nenny
Wahyuningdyah (2006) yang disesuaikan lagi oleh peneliti yang
terdiri dari enam pertanyaan.
Responden memberi jawaban dengan skor 1 sampai 3,
kegiatan-kegiatan manajerial di lingkungan Dinas Kesehatan
Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban yang ada masih kurang
karena kinerja individu dalam kegiatan-kegiatan manajerial yang
telah mereka hasilkan juga masih rendah, sedangkan jika responden
memberi jawaban dengan skor 4, berarti responden masih
ragu-ragu apakah kinerja individu dalam kegiatan-kegiatan manajerial
yang telah mereka hasilkan di lingkungan Dinas Kesehatan
Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban masih rendah atau sudah
cukup baik, kemudian jika responden memberi jawaban dengan
skor 5 sampai 7, berarti responden berpendapat bahwa kinerja
individu dalam kegiatan-kegiatan manajerial yang telah mereka
hasilkan di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah
Kabupaten Tuban yang ada sudah cukup baik karena kinerja
individu dalam kegiatan-kegiatan manajerial yang telah mereka
hasilkan juga cukup baik.
3.2. Teknik Penentuan Populasi Dan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang
memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang berbeda dengan
kelompok subyek atau obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan
dikenai generalisasi dari penelitian (Sumarsono, 2004: 44), dalam
kepala dinas, kepala bagian, kepala sub bagian, dan kepala seksi pada
Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban yang berjumlah
30 orang. Adapun populasi pada penelitian ini adalah :
1. Kepala Dinas Kesehatan
2. Kepala Bagian Tata Usaha
3. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
4. Kepala Sub Bagian Keuangan
5. Kepala Sub Bagian Program dan Pelaporan
6. Kepala Sub Bidang Pelayanan Kesehatan
7. Kepala Sub Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
8. Kepala Sub Bidang Penyehatan Lingkungan
9. Kepala Sub Bidang Kesehatan Keluarga
10. Kepala Sub Bidang Perencanaan dan Informasi Kesehatan
11. Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus
12. Kepala Seksi Puskesmas
13. Kepala Seksi Kefarmasian, Makanan dan Minuman
14. Kepala Seksi Rumah Sakit
15. Kepala Seksi Pengamatan Penyakit
16. Kepala Seksi Pencegahan Penyaki dan Imunisasi
17. Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit yang Bersumber Binatang
18. Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Langsung
19. Kepala Seksi Penyehatan Tempat-tempat Umum
21. Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Pemukiman
22. Kepala Seksi Makanan dan Minuman
23. Kepala Seksi Kesehatan Ibu
24. Kepala Seksi Gizi
25. Kepala Seksi Kesehatan Anak
26. Kepala Seksi Usia Lanjut
27. Kepala Seksi Perencanaan Kesehatan
28. Kepala Seksi Informasi Kesehatan dan Peran Serta Masyarakat
29. Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan
30. Kepala Seksi Monitoring dan Evaluasi
3.2.2. Sampel
Menurut Sugiyono (2006: 91), sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
sensus, karena seluruh anggota populasi merupakan sampel penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah kepala dinas, kepala bagian, kepala
sub bagian, dan kepala seksi pada Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah
Kabupaten Tuban yang berjumlah 30 orang.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data