• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP SPERMATOGENESIS SEBAGAI BAHAN ANTIFERTILITAS PADA MENCIT (Mus musculus L).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POTENSI EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP SPERMATOGENESIS SEBAGAI BAHAN ANTIFERTILITAS PADA MENCIT (Mus musculus L)."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BIOREMEDIASI ZAT WARNA PADA AIR TERCEMAR LIMBAH

INDUSTRI PENCELUPAN DENGAN PEMANFAATAN TUMBUHAN AIR DAN BIOMATERIAL ALAMI

Ni Made Susun Parwanayoni ... 1 PEMANFAATAN AMPAS TEH SEBAGAI PUPUK ORGANIK

UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

A.Sri Utami, Ni Putu Adriani Astiti, Ni Made Puspawati ... 11 POTENSI Glacilaria sp. SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL

Ni Putu Widyastuti, Yan Ramona, Yenni Ciawi ... 19 JENIS DAN SEBARAN Uca spp. (CRUSTACEA: DECAPODA: OCYPODIDAE)

DI KAWASAN HUTAN MANGROVE BENOA, BADUNG, BALI

I Wayan Wahyudi, Ni Luh Watiniasih, Deny Suhernawan Yusup ... 28 IDENTIFIKASI JAMUR PADA LONTAR YANG DISIMPAN DI

UNIT PELAKSANA TEKNIS MUSEUM BALI

Ni Luh Putu Suratini dan I Putu Sudiartawan ... 36 IDENTIFIKASI KLON KAKAO PADA DUA SISTEM PERKEBUNAN BERBEDA,

AGROFOREST DAN MONOKULTUR, DI KABUPATEN TABANAN

I Gede Ketut Adiputra dan I Wayan Surtha ... 42 UJI SENSITIFITAS BAKTERI Escherichia coli TERHADAP EKSTRAK

KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SECARA IN-VITRO

Didik Prasetyadan I Nyoman Arsana ... 52 POTENSI EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn)

TERHADAP SPERMATOGENESIS SEBAGAI BAHAN ANTIFERTILITAS PADA MENCIT (Mus musculus L)

Ni Nyoman Wirasiti dan Dwi Ariani Yulihastuti ... 59 PENGARUH WAKTU FERMENTASI TEH KOMBUCHA

TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Salmonella typhi

Desak Putra Artini dan I Wayan Suarda ... 68

WIDYA BIOLOGI

(3)

59

POTENSI EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn)

TERHADAP SPERMATOGENESIS SEBAGAI BAHAN

ANTIFERTILITAS PADA MENCIT (Mus musculus L)

Ni Nyoman Wirasiti dan Dwi Ariani Yulihastuti

Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Email : wirasiti19@gmail.com

ABSTRAK

Sirsak (Annona muricata Linn) digolongkan sebagai salah satu tanaman yang bersifat antifertilitas karena adanya senyawa aktif seperti; annonain dan acetogenins dari golongan alkaloid, saponin, flavonoid, serta tanin. Flavonoid merupakan salah satu golongan dari isoflavon yang mampu merangsang pembentukan estrogen. Sedangkan acetogenin yang terkandung dalam sirsak dapat menghambat ATP sebagai sumber energi yang terbentuk dalam mitokondria. Dalam penelitian ini, digunakan sebanyak 24 ekor mencit yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu : kontrol, dosis 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb dan 450 mg/kg bb. Dari uji normalitas diketahui data berdistribusi normal dan varians antar kelompok homogen (p>0.05) untuk semua kelompok pengamatan yang meliputi jumlah sel spermatogonium A, Spermatosit Primer Pakhiten, Spermatid 7 dan 16, serta kondisi / tingkat kerusakan Tubulus Seminiferus. Dari uji LSD diketahui terjadi perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan (p<0.05), yang dapat diamati dari terjadinya penurunan jumlah sel-sel : spermatogonia, spermatosit primer pakhiten dan spermatid 7 & 16. Kondisi lumen tubulus seminiferus untuk masing – masing perlakuan secara umum berada pada katagori 4 dan hanya beberapa tubulus berada pada katagori 3 dari kriteria Burkitt.

Kata kunci : Ekstrak Sirsak, Spermatogenesis, Mus musculus L

ABSTRACT

Soursop (Annona muricata Linn) can be classified as one of many plants that have anti-fertilization characteristics because of the existence of active compounds such as annonain, and acetogenins from alkaloid, saponin, flavonoid, and tanin class. Where flavonoid is one of the classes of isoflavon that could stimulate the formation of estrogen, acetogenin that is contained in the soursop can hamper ATP as a source of energy that is formed in mitochondria. In this experiment, 24 mice were divided into 4 treatments: control, a dose of 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb and 450 mg/kg bb. From the normality check, data showed that it was distributed normally and variant between the homogeny group (p>0.05) for all experiment groups which includes the amount of spermatogonium A, Spermatosit Primer Pakhiten, Spermatid 7 dan 16, and the condition/the damage level of Tubulus Seminiferus. From the LSD test it can be known that they were discrete differences between the control group and the treatment group (p<0.05), that can be observed from the act of cell degrading: spermatogonia, primary spermatosit pakhiten and spermatid 7 & 16. The condition of lumen tubulus seminiferus for each treatment generally are placed to category number four and only a few tubulus are in category three from Burkitt category.

Keywords : Soursop extract, Spermatogenesis, Mus musculus L

(4)

PENDAHULUAN

Dalam menanggulangi pertumbuhan penduduk pemerintah Indonesia melaksanakan program KB sebagai program nasional yang dilaksanakan sejak tahun 1970 dengan tujuan untuk membentuk keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Selama ini program KB di Indonesia sebagian besar diminati oleh kaum wanita, karena 96% akseptor KB di dominasi kaum wanita, sedangkan pria yang menjadi akseptor hanya sekitar 4% (Fadilah, 2011). Menurut Moelok (2002), rendahnya partisipasi pria dalam Keluarga Berencana karena sedikitnya tersedia pilihan kontrasepsi pria. Alat kontrasepsi pria yang digunakan saat ini masih sangat terbatas dan belum terlalu diminati oleh pria, seperti kondom dan vasektomi yang permanen karena memutus aliran sperma untuk membuahi ovum. Adanya temuan baru dengan menyuntikkan hormon untuk melemahkan sperma sehingga tidak bisa membuahi, diharapkan mampu meningkatkan keikutsertaan pria dalam kontrasepsi. Metode ini juga belum efektif sehingga perlu diupayakan pengembangan obat kontrasepsi ideal, salah satunya mencari bahan alternatif dari bahan-bahan alam.

Penggunaan bahan alam dari tumbuhan sebagai bahan kontrasepsi pria terus diupayakan dengan tujuan mendapatkan kontrasepsi pria ideal. Penelitian-penelitian kontrasepsi lebih diarahkan pada perkembangan dan keamanan kontrasepsi pria karena pria merupakan 50% akseptor program keluarga berencana yang terlupakan. Idealnya kontrasepsi pria harus dapat menimbulkan keadaan azoospermia, mudah digunakan, tidak menimbulkan efek samping dan efek toksik, tidak mengganggu libido maupun perilaku seksual serta bersifat reversibel (Soedigdomarto, 1978; Herrera et al., 1984; Sutyarso et al., 1992; Wilopo, 2006). Beberapa penelitian mengenai potensi berbagai tanaman yang bersifat antifertilitas telah dilakukan. Ekstrak daun nimba dapat menghambat spermatogenesis, kayu Amargo (Quassia amara Linn) menyebabkan terganggunya proses

spermatogenesis dan penurunan kadar hormon testosteron (Wirasiti, 2005; Ermayanti et al., 2005). Fraksi heksan ekstrak biji papaya menghambat spermatogenesis, tetapi tidak menurunkan kadar hormon testosteron (Satriasa, 2007). Bahkan BKKBN pada akhir tahun 2010 dengan menggandeng PT Indofarma telah meluncurkan tablet kontrasepsi pria pertama yang berbahan alam dari tanaman gandarusa (Susilo dan Nawa, 2011). Ekstrak daun sirsak menyebabkan terjadinya penurunan motilitas dan viabilitas spermatozoa pada mencit (Wirasiti, dkk. 2012).

Tumbuhan yang diketahui mempunyai potensi sebagai bahan antifertilitas dapat dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Kelompok tanaman tersebut ada yang mengandung senyawa dari golongan steroid, alkaloid, triterpenoid atau xanton. Lebih mengkhusus lagi dikatakan bahwa tanaman obat sebagai bahan antifertilitas pada pria maupun wanita, dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu ; (1) tanaman dengan efek estrogenik, (2) tanaman dengan efek androgenik, dan (3) tanaman dengan efek sitotoksik (Fransworth, 1982). Mekanisme kerja kontrasepsi pria secara umum dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; Pre testikular, testikular dan

post testicular.

(5)

61 seminiferus melalui penekanan terhadap fungsi

hipofisis untuk menghasilkan gonadotropin sehingga terjadi penurunan testosteron dan terhambatnya spermatogenesis (Cambie and Brewis, 1995). Acetogenins pada ekstrak daun, bunga, dan biji tanaman sirsak telah dipercaya sebagai bahan obat karena senyawa ini bersifat sitotoksik. Sebagai bahan anti kanker, acetogenins akan menghambat transportasi ATP di dalam sel kanker serta membantu menghancurkan sel kanker. ATP adalah sumber energi di dalam tubuh. Acetogenins akan menempel pada reseptor dinding sel dan merusak ATP di dalam mitokondria sehingga produksi energi dalam sel terhenti (Zuhud, 2011).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Daun tanaman sirsak yang dipakai dalam penelitian ini adalah daun sirsak tua (warna hijau tua) dengan tujuan untuk mendapatkan semua kandungan kimia yang terdapat pada daun sirsak. Daun sirsak diperoleh di Desa Wanasari dan Desa Sesandan Kabupaten Tabanan. Pengumpulan daun sirsak dilakukan selama 10 hari sampai tanggal 25 Mei 2014. Sebanyak kurang lebih 4kg daun sirsak digunakan dalam penelitian ini. Daun dicuci bersih kemudian dikeringanginkan selama sekitar 1,5 bulan.

Daun sirsak yang sudah kering dihancurkan, kemudian diayak dengan ayakan B 40. Serbuk daun kemudian dimaserasi dengan etanol 96% selama 3 hari sambil sesekali diaduk. Filtrat yang diperoleh dievaporasi dengan rotari evaporator pada suhu 400 C. Dari hasil ekstraksi didapatkan

ekstrak kental etanol untuk dibuat dosis 150mg/ kg bb, 300mg/kg bb dan 450mg/kg bb.

Sebanyak 24 ekor mencit Strain Balb-C jantan dewasa, berumur 12 minggu dengan berat badan 25 s.d. 30 gram digunakan dalam penelitian ini. Mencit dikelompokkan secara acak menjadi empat kelompok masing-masing enam ekor setiap kelompok. Kelompok kontrol (P0) diberikan aquades sebanyak 0,5 cc peroral/hari. Sedangkan kelompok perlakuan ekstrak daun

sirsak dibagi menjadi tiga kelompok yaitu; perlakuan ekstrak dengan dosis 150 mg/kg bb (P1), 300mg/kg bb (P2), dan 450 mg/kg bb (P3) diberikan ekstrak sesuai dosis perlakuan sebanyak 0,5 cc per oral/hari dengan menggunakan jarum gavage selama satu siklus spermatogenesis (35 hari). Hari ke 36 mencit dikorbankan dengan cara dislokasi leher kemudian dibedah. Testis diambil, dicuci dengan NaCl dan difiksasi dengan formalin buffer. Selanjutnya dibuat sayatan mikroanatomi testis dengan metode paraffin dan pewarnaan menggunakan Haematoxylin-Eosin. Dari sayatan ini diamati tubulus seminiferus stadium VII untuk melihat jumlah sel-sel spermatogenik dan kondisi tubulus seminiferus.

Pengamatan dilakukan pada 240 tubulus (120 testis kiri dan 120 testis kanan) untuk semua perlakuan dengan masing-masing perlakuan diamati 60 tubulus seminiferus. Data kuantitatif diperoleh dengan cara menghitung jumlah sel-sel spermatogenik, sedangkan data kualitatif berupa tingkat kerusakan tubulus seminiferus pada masing-masing perlakuan dengan menggunakan empat katagori menurut Burkitt (1993) yaitu: 1. Spermatogenesis :

Sel-sel spermatogenik yang diamati pada daur VII tubulus seminiferus

A. Spermatogonium A dengan bentuk sel bulat, dekat lamina basalis, inti lonjong, oval, kromatin halus, selaput inti tipis. B. Spermatosit primer pakhiten dengan

bentuk sel bulat, besar inti gelap dengan kromosom yang jelas.

C. Spermatid 7 bentuk sel bulat, lebih kecil dari spermatosit pakiten, inti bulat, pucat dan terang.

D. Spermatid 16 merupakan bentuk spermatozoa yang telah lengkap dan sempurna.

2. Kondisi Tubulus Seminiferus :

1. Atrofi tubuler, yaitu hilangnya seluruh sel di dalam tubulus seminiferus, kecuali sel Sertoli.

(6)

2. Nekrosis tubuler, yaitu kerusakan seluruh unsur sel di dalam tubulus seminiferus dan terlihat adanya sisa-sisa nekrosis mengisi lumen.

3. Hilangnya sel-sel intermedia, di dalam tubulus terlihat sel Sertoli, spermatosit primer tanpa spermiogenesis.

4. Penurunan spermatogenesis yaitu penurunan paling sedikit 75% jumlah spermatozoa yang terlihat dalam lumen dengan bentuk intermedia yang utuh

Data yang diperoleh diuji normalitasnya dengan uji Saphiro-wilk, dan homogenitas dengan Levene Test pada selang kepercayaan 95%. Data yang berdistribusi normal dan homogen dianalisis dengan analisis one way

Anova untuk mengetahui perbedaan antara

kelompok. Jika ada perbedaan yang bermakna antara kelompok maka dilanjutkan dengan uji LSD.

HASIL PENELITIAN

Uji normalitas dan homogenitas menunjukkan data berdistribusi normal dan varians homogen (p>0.05) untuk semua variabel pengamatan yakni jumlah sel spermatogonium A, Spermatosit Primer Pakhiten, Spermatid 7 dan 16, serta kondisi/tingkat kerusakan Tubulus Seminiferus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun sirsak berpengaruh secara bermakna (p<0,05) terhadap jumlah sel-sel spermatogonia A. Rata-rata jumlah sel spermatogonia A menurun secara bermakna dengan meningkatnya dosis ekstrak yang diberikan. Rata-rata jumlah sel spermatogonia A setelah pemberian ekstrak daun sirsak disajikan pada Tabel 1. Dari hasil Uji LSD diektahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara kelompok P0 vs P3, P1 vs P3 danP2 vs P3, sedangkan antara P0 vs P1, P0 vs P2, dan P1 vs P2 tidak terjadi perbedaan yang bermakna (p>0,05), seperti disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Hasil Analisis One-way Anova Perbedaan Rata-rata Jumlah sel-sel Spermatogonia A Setelah Perlakuan Ekstrak Daun Sirsak

Perlakuan(mg/kg bb) N Rata-rata Jumlah Sel F Hitung p Spermatogonia A

Kontrol (P0) 6 11,90 13,790 0,000

150 (P1) 6 11,12

300 (P2) 6 9,95

450 (P3) 6 5,12

Total 24 9,53

Tabel 2. Hasil Uji LSD Perbedaan Rata-rata Jumlah Sel- sel Spermatogonia A Setelah Perlakuan Ekstrak Daun Sirsak

Perlakuan Mean difference p

P0 vs P1 0,816 0,490

P0 vs P2 1,983 0,103

P0 vs P3 6,817 0,000

P1 vs P2 1,167 0,328

P1 vs P3 6,000 0,000

P2 vs P3 4,833 0,000

(7)

Tabel 4. Hasil Uji LSD Perbedaan Rata-rata Jumlah Sel-sel Spermatosit Primer Pakhiten Setelah Perlakuan Ekstrak Daun Sirsak

Perlakuan Mean difference p

P0 vs P1 6,350 0,241

P0 vs P2 23,150 0,000

P0 vs P3 39,500 0,000

P1 vs P2 16,800 0,005

P1 vs P3 33,150 0,000

P2 vs P3 16,350 0,005

rata tingkat kerusakan tubulus seminiferus menunjukkan adanya penurunan kualitas lumen tubulus yang bermakna pada semua dosis perlakuan (Tabel 7). Hasil uji LSD menunjukkan terjadinya perbedaan yang bermakna (p<0,05) antar kelompok, kecuali antara P0 vs P1 dan antara P2 vs P3 tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05), seperti disajikan pada Tabel 8.

Gambaran mikroanatomi tubulus seminiferus memperlihatkan adanya penurunan jumlah sel spermatogenik pada masing-masing perlakuan, seperti terlihat pada Gambar 1. Pada P0 (kontrol) terlihat asosiasi sel-sel spermatogenik yang normal mulai dari membran basalis ke arah lumen yaitu spermatogonium, spermatosit dan spermatid dengan susunan sel rapat dan kompak. Lumen tampak terisi penuh oleh spermatozoa baik yang masih menempel pada sel sertoli maupun yang telah mengalami spermiasi.

Pada perlakuan ekstrak dosis 150 mg/kgbb (P1) terlihat urutan pematangan sel-sel spermatogenik masih utuh, tetapi sudah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kontrol. Demikian juga pada kelompok perlakuan P2 dan P3 terlihat penurunan jumlah sel-sel spermatogenik yang lebih banyak dibandingkan dengan kontrol dan P1.

Tabel 3. Hasil Analisis One-way Anova Perbedaan Rata-rata Jumlah sel-sel Spermatosit Primer Pakhiten Setelah Perlakuan Dengan Ekstrak Daun Sirsak

Perlakuan(mg/kg bb) N Rata-rata Jumlah Sel F Hitung p Spermatosit Primer Pakhiten

Kontrol (P0) 6 83,10 22,847 0,000

150 (P1) 6 76,75

300 (P2) 6 59,95

450 (P3) 6 43,60

Total 24 65,85

Potensi Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata Linn) Terhadap Spermatogenesis ... (Ni Nyoman Wirasiti, dkk.)

63 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak

daun sirsak berpengaruh bermakna (p<0,05) terhadap rata-rata jumlah sel spermatid 7 dan 16, di mana rata-rata jumlah sel spermatid 7 dan 16 memperlihatkan adanya penurunan pada semua dosis perlakuan (Tabel 5). Hasil uji LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid 7 dan 16 secara bermakna (p<0,05) antar kelompok perlakuan, kecuali antara P0 vs P1 tidak menunjukkan adanya perbedaan (p>0,05), seperti disajikan pada Tabel 6.

(8)

rata-Gambar 1.

Sayatan Melintang Tubulus Seminiferus Testis Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Daun Sirsak. (P0 : kontrol, P1 : perlakuan 150 mg/kg bb, P2 : 300 mg/kg bb, dan P3 : perlakuan 450 mg/kg bb). Tabel 5. Hasil Analisis One-way Anova

Perbedaan Rata-rata Jumlah sel-sel Spermatid 7 dan 16 Setelah Perlakuan dengan Esktrak Daun Sirsak

Perlakuan N Rata-rata F p

(mg/kg bb) Jumlah Sel Spermatid 7 dan 16

Kontrol (P0) 6 125,02 20,570 0,000 150 (P1) 6 108,05

300 (P2) 6 83,83 450 (P3) 6 61,05 Total 24 94,49

Tabel 6. Hasil Uji LSD Perbedaan Rata-rata Jumlah Sel- sel Spermatid 7 dan 16 Setelah Perlakuan dengan Ekstrak Daun Sirsak

Perlakuan Mean difference p

P0 vs P1 16,966 0,066

P0 vs P2 41,183 0,000

P0 vs P3 63,967 0,000

P1 vs P2 24,217 0,012

P1 vs P3 47,000 0,000

P2 vs P3 22,783 0,017

Tabel 7. Hasil Analisis One-way Anova Perbe-daan Rata-rata Tingkat Kerusakan Lumen Tubulus Seminiferus Setelah Perlakuan dengan Ekstrak Daun Sirsak

Perlakuan N Rata-rata F p

(mg/kg bb) Tingkat Keru-sakan Lumen Tubulus Semi-niferus

Kontrol (P0) 6 4,90 10,926 0,000 150 (P1) 6 4,33

300 (P2) 6 3,78 450 (P3) 6 3,38 Total 24 4,10

Tabel 8. Hasil Uji LSD Perbedaan Rata-rata Tingkat Kerusakan Lumen Tubulus Seminiferus Setelah Perlakuan dengan Ekstrak Daun Sirsak

Perlakuan Mean difference p

P0 vs P1 0,567 0,059

P0 vs P2 1,117 0,001

P0 vs P3 1,517 0,000

P1 vs P2 0,550 0,039

P1 vs P3 0,950 0,003

(9)

65 PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun sirsak dapat menurunkan jumlah sel-sel spermatogenik dalam tubulus seminiferus mencit jantan secara bermakna dibandingkan dengan kontrol (p<0,05). Hal ini dapat diamati dari adanya penurunan jumlah sel spermatogonium A (Tabel 1), spermatosit primer pakhiten (Tabel 3), spermatid 7 dan 16 (Tabel 5). Penurunan jumlah spermatonium A pada dosis P1 dan P2 belum menunjukkan penurunan yang bermakna (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas proliferasi sel spermatogonia A tidak terganggu karena sel ini merupakan sel induk gamet yang umumnya lebih tahan terhadap pengaruh luar. Menurunnya jumlah spermatogonia A pada dosis 450 mg/kg bb kemungkinan disebabkan oleh suplai zat makanan melalui sistem vaskular testis dalam keadaan tidak baik karena efek toksik dari pemberian ekstrak daun sirsak. Kemungkinan juga disebabkan oleh adanya gangguan pada FSH. FSH berperanan penting pada tahap awal perkembangan sel-sel spermatogonia dan spermatosit primer pada saat mitosis dan proliferasi sel spermatogonia (Johnson & Everitt, 1990).

Gangguan spermatogenesis dapat terjadi melalui tiga mekanisme bersifat antifertilitas yaitu : pretestikuler, testikuler dan post testikuler. Mekanisme pretestikuler menghambat spermatogenesis melalui poros hipotalamus, hipofisis dan testis. LH yang menurun dalam serum akan mereduksi testosteron intratestikuler yang diikuti oleh penurunan FSH sehingga produksi sperma terhambat. Ekstrak daun sirsak mengandung senyawa flavonoid dari golongan isoflavon. Isoflavon merupakan senyawa yang bersifat estrogenik karena mampu merangsang pembentukan estrogen dalam tubuh. Estrogen menekan proses spermatogenesis melalui penekanan terhadap fungsi hipofisis dalam mensekresi FSH dan LH. Penekanan ini menyebabkan terjadinya degenerasi epitel tubulus seminiferus yang diikuti dengan penurunan kadar hormon testosteron dan terganggunya spermatogenesis (Cambie and Brewis, 1995;

Suwirta, 2011). Menurut Wirasiti dkk (2012), perlakuan oral ekstrak daun sirsak sebanyak 400 mg/kg bb, terhadap kualitas sperma menunjukkan perbedaan yang nyata pada beberapa variabel yakni jumlah spermatozoa dan motilitas spermatozoa. Beberapa variabel lain yaitu: viabilitas sperma hidup dan mati menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.

Kondisi lumen tubulus seminiferus umumnya mengalami kerusakan katagori tiga, dimana terjadi penurunan 75% jumlah sel-sel spermatogenik dan hanya beberapa lobus yang mengalami kerusakan katagori tiga: hilangnya sel-sel intermedia, di dalam tubulus terlihat sel-sel Sertoli, spermatosit primer tanpa spermiogenesis. Kerusakan tubulus kemungkinan disebabkan oleh efek sitostatik yang terdapat pada daun sirsak. Gangguan spermatogenesis melalui mekanisme testikuler bersifat sitotoksik. Acetogenins pada ekstrak daun tanaman sirsak telah dipercaya sebagai bahan obat karena senyawa ini bersifat sitotoksik. Sebagai bahan anti kanker, acetogenins akan menghambat transportasi ATP di dalam sel kanker serta membantu menghancurkan sel kanker. ATP adalah sumber energi di dalam tubuh. Acetogenins akan menempel pada reseptor dinding sel dan merusak ATP di dalam mitokondria sehingga produksi energi dalam sel (termasuk sel gonad) terhenti (Zuhud, 2011).

KESIMPULAN

Ekstrak daun sirsak pada dosis 450 mg/kg bb, dapat menurunkan jumlah sel-sel spermatogonia A, sel spermatosit primer, spermatid 7 dan 16 secara bermakna, sedangkan pada dosis 300 mg/kg bb hanya mampu menurunkan jumlah sel spermatosit primer dan spermatid 7 dan 16. Terjadi penurunan kualitas atau kerusakan tubulus seminiferus katagori 4 dan 3: penurunan 75% jumlah spermatozoa dalam lumen dan hilangnya sel-sel intermedia dalam tubulus. Ekstrak daun sirsak bersifat antifertilitas yang berpotensi sebagai bahan kontrasepsi alami yang diuji cobakan pada mencit jantan.

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH :

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada LPPM Universitas Udayana atas bantuan dana yang diberikan melalui dana Dosen Muda.

DAFTAR PUSTAKA

Cambie, R.C., Brewis A.A. 1995. Antifertility Plants of The Pacific. CSIRO Australia. P.6 -12

Ermayanti, N .G.A.M., A.A.S.A. Sukmaningsih, D. Ariani. 2005. Pengaruh Infus Kayu Amargo (Quassia amara) Terhadap Testosteron Mencit (Mus musculus) dan Reversibilitasnya. Jurnal Biologi IX (2) 62-64

Fadilah, H., 2011. Keluarga Berencana. Available from: http://www.gemari.or.id/artikel/ 5242.shtml. Accesed: 15 Mei 2014.

Fransworth,N.R. 1982.Current States of Plant Product Reported To Inhibit Sperm Research Frontier In Fertility Regulation.

Journal Pharmaceut. Sci ; 1129-1140

Herrera, C.L., Ramos, E.V., & Villanueva, B.A. 1984. Philipine Plants as Possible Sources of Antifertility Agents. The Philipine

Journal of Science : 91 – 129

Johnsons,M., Everitt, B. 1990. Essential Reproduction . Third edition. Blackwell Sci.Pub. Oxford London. Edinburg.

Moeloek, N. 2002. Perkembangan Kontrasepsi Pria . Pertemuan Ilmiah Tahunan XIV . Perkumpulan Andrologie Indonesia. Denpasar : 20-21 Juli.

Nieschlag,E. Weinbauer,G.F. 1990. The Role of Testosterone. In Testosterone. Eberhard N., Herman M.B. (edit.) Springer-Verlag. Berlin Heidelberg. 23-50.

Rupprecht,J.K. 1990.Annonaceus acetogenins : a review. J. Natural Prod. Marc-Apr : 53 (2) 237-78

Satriasa. 2007. Fraksi Heksan Ekstrak Biji Papaya (Carica papaya Linn)

Menghambat Spermatogenesis Mencit Lebih Kuat Daripada Fraksi Metanol Ekstrak Biji Papaya. Disertasi Program Studi Ilmu Kedokteran Universitas Udayana. Tidak dipublikasikan.

Soedigdomarto, M.H. 2000. Berbagai Aspek Klinik Spermatologi. Prosiding

Simposium Spermatologi. Surabaya :

31- 47

Sumaryati, A. 2004. Tahun ini KB Pria mulai Digalakkan . Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional. Available from; http:/ /www.bkkbn.go.id/article detail php. Accesed 26 okt. 2006.

Susanto dan Hakim, L. 2000. Pengaruh Pemberian INFUS Daun Gandarusa (Justicia gendarusa Burna F ) Terhadap Spermatogenesis Tikus Putih (Rattus

norvegicus)

Suwirta,I.W. 2011. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Daun Nimba (Azadirachta indica A Juss). Skripsi MIPA Universitas Airlangga.

Wilopo,S.A. 2006. Perkembangan Teknologi Kontrasepsi Pria Terkini. Gema Pria. Available from ;http:/pikas.bkkbn.go.id/ gemapria/article_detail.php.Accesed, 18 Juni 2006.

Wirasiti, N.N., 2005. Ekstrak Daun Nimba (Azadirachta indica A. Juss) Menghambat Spermatogenesis pada Mencit. Disertasi Program Studi Ilmu Kedokteran Universitas Udayana. Tidak dipublikasikan.

Wirasiti, N.N., A.A.S.A. Sukmaningsih., Dwi Ariani., 2012. Uji Antifertilitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata Linn) pada Mencit jantan (Mus musculus L). Hasil Penelitian Dosen muda. Belum Dipublikasikan

Gambar

Tabel 2. Hasil Uji LSD Perbedaan Rata-rataJumlah Sel- sel Spermatogonia ASetelah Perlakuan Ekstrak Daun Sirsak
Tabel  3. Hasil Analisis One-way Anova Perbedaan Rata-rata Jumlah sel-sel Spermatosit PrimerPakhiten Setelah Perlakuan Dengan Ekstrak Daun Sirsak
Gambar 1.Sayatan Melintang Tubulus Seminiferus Testis Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Daun Sirsak.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu

Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Tes dilakukan satu kali saat

berghei diberi ekstrak etanol daun jaloh dosis 100 mg/kg BB dan kelompok perlakuan (K3) mencit yang terinfeksi P.. Pengamatan persentase parasitemia dilakukan dengan

Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi lantan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis

Dalam penelitian ini didapatkan nilai SPF yang masih rendah, tetapi dilihat dari konsistensi, viskositas, pH, dan aseptabilitas sediaan maka kemungkinan dapat

● Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Teknik, kesalahan dan perbaikan dalam Passing

17 Tahun 2006 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan adalah untuk menambah pendapatan atau devisa negara sebagai alat untuk

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan LKS berbasis penemuan terbimbing pada materi katabolisme karbohidrat yang dapat melatihkan keterampilan proses siswa yang