• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBERDAYAAN UKM BATIK MANGROVE DI KECAMATAN RUNGKUT PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBERDAYAAN UKM BATIK MANGROVE DI KECAMATAN RUNGKUT PEMERINTAH KOTA SURABAYA."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, berkat,

dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan proposal penelitian dengan

judul “Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Dalam Pemberdayaan

UKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut Pemerintah Kota Surabaya”.

Laporan proposal ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum

Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada Ibu Dra. Diana

Hertati, Msi sebagai dosen pembimbing. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan sehingga penyusunan laporan

proposal ini diantaranya :

1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. DR. Lukman Arif, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra Diana Hertati MSi, Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.

5. Bapak Drs.Hadi Mulyono, MM, Selaku Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah Pemerintah Kota Surabaya.

6. Ibu Ratnawati, BA, Selaku Kasi Bidang Usaha Kecil dan Menengah di Dinas Koperasi

(3)

7. Buat kedua orang tua yang selalu memberikan do’a dan motivasi.

8. Dan seluruh teman-teman Progdi Ilmu Administrasi Negara ’05.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan proposal ini jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga

dengan laporan proposal penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan khususnya

bagi penulis dan bagi fakultas pada umumnya serta para pembaca.

Surabaya, Juni 2011

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

1.1Perumusan Masalah ... 7

1.2Tujuan Penelitian ... 8

1.3Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 14

2.2.1. Pengertian Peran……… ... 14

2.2.1.1. Macam-macam Peran ... 15

2.2.2. Pengertian Pemberdayaan ... 15

2.2.2.1. Tujuan Pemberdayaan ... 16

2.2.2.2. Upaya Pemberdayaan ... 18

2.2.2.3. Strategi Pemberdayaan ... 19

2.2.3. Pengertian Koperasi ... 23

2.2.3.1. Landasan Koperasi ... 26

2.2.3.2. Sendi-Sendi Dasar Koperasi ... 28

(5)

2.2.4. Rencana Strategis Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Mikro dan

Menengah Kota Surabaya……… 30

2.2.4.1. Tujuan ... 30

2.2.4.2. Strategi ... 30

2.2.4.3. Kebijakan ... 31

2.2.5. Pengertian Pembinaan ... 31

2.2.5.1. Tujuan Pembinaan ... 32

2.2.6. Pengertian Pelatihan ... 33

2.2.7. Pengertian Pemasaran ... 36

2.2.7.1. Konsep Pemasaran ... 36

2.2.8. Konsep Usaha Kecil dan Menengah ... 38

2.3. Kerangka Berpikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1. Jenis Penelitian... 42

3.2. Fokus Penelitian ... 43

3.3. Situs Penelitian... 44

3.4. Sumber Data... 45

3.5. Jenis Data ... 46

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.7. Analisis Data ... 48

3.8. Keabsahan Data ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54

4.1.1. Gambaran Umum Dinas Koperasi UMKM Pemkot Surabaya ... 54

(6)

4.1.3. Visi dan Misi Dinas Koperasi UMKM Pemkot Surabaya ... 55

4.1.4. Tujuan Dinas Koperasi UMKM Pemkot Surabaya ... 56

4.1.5. Strategi Dinas Koperasi UMKM Pemkot Surabaya ... 56

4.1.6. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas ... 57

4.1.7. Sasaran dan Kebijakan Dinas Koperasi UMKM Pemkot Surabaya 57 4.1.8. Struktur Organisasi ... 60

4.1.9. Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai Dinas Koperasi UMKM Pemkot Surabaya ... 62

4.1.10. Karakteristik Pegawai ... 74

4.1.11. Gambaran Umum Kecamatan Rungkut ... 76

4.1.12. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 77

4.1.13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ... 78

4.1.14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 79

4.2. Hasil Penelitian ... 80

4.2.1. Peran dinas dalam pelatihan ... 80

4.2.1.1. Bimbingan Teknis ... 82

4.2.1.2. Manajemen Pembukuan ... 86

4.2.2. Peran dinas dalam Pemasaran ... 91

4.2.2.1. Pameran... 93

4.2.2.2. Fasilitasi Open Stan ... 96

4.3. Pembahasan ... 97

4.3.1. Pelatihan ... 97

(7)

BAB V KESIMPULAN ... 106

5.1. Kesimpulan ... 107

5.2. Saran ... 108

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Data Perkembangan UKM di Kota Surabaya ... 2

Tabel 4.1. Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat / Golongan ... 74

Tabel 4.2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 74

Tabel 4.3. Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ... 75

Tabel 4.4. Komposisi Pegawai Berdasarkan Umur ... 75

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 77

Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ... 75

Tabel 4.7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 79

Tabel 4.8. Instruktur Pelatihan ... 91

Tabel 4.9. Peserta Pelatihan ... 92

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka berpikir……….. 41

Gambar 2 Analisis interaktif Menurut Miles dan Huberman………. 50

(10)

ABSTRAKSI

ANDRIYAN. PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

DALAM PEMBERDAYAAN UKM BATIK MANGROVE DI KECAMATAN RUNGKUT PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan metode analisis data penelitian kualitatif adalah dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dimana dalam penelitian ini digambarkan suatu fenomena dengan jalan mendeskripsikannya. Penelitian ini di dasarkan pada fenomena pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang masih menghadapi hambatan atau kendala antara lain : kurangnya pelatihan, dan terbatasnya akses pasar. Dengan adanya hambatan atau kendala tersebut pada akhirnya belum dapat mendukung bagi perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan produk nasional, peningkatan ekspor, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam pemberdayaan terhadap usaha kecil menengah batik mangrove di Kecamatan Rungkut Pemerintah Kota Surabaya. Adapun situs dari penelitian ini adalah Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dan UKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa hasil wawancara dari informan, sedangkan data sekunder yaitu berupa dokumen-dokumen yang diperoleh dari Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.Variabel penelitian ini adalah satu yaitu peran dinas koperasi usaha mikro, kecil, dan menengah dalam pemberdayaan ukm batik mangrove.

Informan dalam penelitian ini adalah pegawai Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan anggota ukm batik mangrove. Fokus dalam penelitian ini adalah pelatihan dan pemasaran.

Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan Pelatihan bimbingan teknis dan manajemen pembukuan serta pemasaran melalui pameran dan open stan sudah berjalan dengan baik tetapi dalam pelatihan pembukuan masih belum mencapai tujuan karena anggota ukm batik mangrove yang berasal dari ibu rumah tangga masih kesulitan untuk memahami tentang pembukuan serta fasilitasi open stan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dimana anggota ukm batik masih menghadapi kendala karena syarat dan perijinan yang ditetapkan oleh penyadia open stan.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan bagian integral dunia usaha nasional,

mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam

mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya. Usaha kecil merupakan

kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi

yang luas pada masyarakat, dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan

pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam

mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memberikan kontribusi yang cukup besar

terhadap pembentukan produk nasional, peningkatan ekspor, perluasan kesempatan kerja dan

berusaha, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan. Keberadaan usaha kecil tidak dapat

dipisahkan dari pertumbuhan perekonomian secara nasional, karena usaha kecil merupakan

wujud kehidupan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia.

Dalam upaya membangun ekonomi nasional sub-sektor industri mikro kecil dan

menengah (IMKM) yang dalam istilah sering disebutkan UKM ataupun usaha kecil. Usaha

kecil mendapat prioritas untuk dibina dan dikembangkan dalam rangka memperkuat struktur

ekonomi nasional.

Sektor industri baik skala besar maupun skala mikro, kecil, dan menengah merupakan

salah satu sektor yang turut memberikan kontribusi (contributor) terhadap pertumbuhan

ekonomi nasional, oleh karena itu kebijakan pembinaan dan pengembangan (Development

(12)

pembinaan senantiasa dikembangkan sesuai dengan karakter dan permasalahan yang

dihadapi.

Namun dengan seiring perkembangan serta keberhasilan usaha kecil di Kota Surabaya

begitu ragam jenisnya dan karakteristik usaha kecil. Di Kota Surabaya dapat dipastikan

bahwa tidak semua usaha kecil dapat tumbuh dan berkembang bahkan sebaliknya ada yang

hanya berdiri sesaat lalu gulung tikar. (http ://www.smecda.com/deputi7/file infokop/

pengemb. UKM.pdf diakses 3 Maret 2010).

Hal tersebut juga di dukung dengan adanya data Perkembangan UKM di Kota

Surabaya yaitu sebagai berikut:

Tabel 1

Data Perkembangan UKM di Kota Surabaya

Tahun Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar

2004 5.403 920 366

Sumber : Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Propinsi Jatim

dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surabaya. (2009).

Berdasarkan tabel data diatas tentang perkembangan UKM di Kota Surabaya,

perkembangan UKM mengalami penurunan pada tahun 2008. Hal ini disebabkan UKM

menghadapi kendala dalam pemasaran hasil produk, sehingga sulit bersaing dalam pasar.

Dengan adanya penurunan perkembangan UKM pada tahun 2008 di Kota Surabaya maka

dibutuhkan peran serta Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Dunia Usaha,

dan masyarakat secara menyeluruh, sinergis, dan berkesinambungan, guna meningkatkan

kemampuan dan peran serta kelembagaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

(13)

Dengan adanya permasalahan diatas yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) di Kota Surabaya maka dibutuhkan peran serta pemerintah khususnya Dinas

Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya untuk menumbuh

kembangkan UKM Khususnya di wilayah Kota Surabaya sehingga kedepannya menjadi

usaha kecil yang produktif dan berkembang.

Pembinaan usaha kecil memerlukan kepedulian yang diwujudkan dalam kemitraan

dan kebersamaan pihak yang sudah maju dengan pihak yang belum maju dan dengan pihak

yang belum berkembang. Dalam hal ini pembinaan usaha kecil yang diiringi dengan upaya

memperkuat kelembagaan masyarakat akan mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan

kesejahteraan yang berkelanjutan. Pembinaan usaha kecil juga merupakan peningkatan harkat

dan martabat masyarakat dalam kondisi sekarang mengalami kesulitan untuk melepaskan diri

dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya

khususnya pada bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mempunyai tugas antara lain :

1. Penetapan kebijakan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam

pertumbuhan iklim usaha bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di tingkat kota.

2. Pengawasan, monitoring dan evaluasi upaya pemberdayaan UMKM dalam wilayah

kota.

3. Penyelenggaraan pengembangan produksi dan pemasaran hasil usaha masyarakat

skala kota.

4. Pelaksanaan dan fasilitas kebijakan usaha mikro, kecil dan menengah skala kota.

Pemberdayaan menurut Undang-undang No. 8 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia

(14)

usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan

berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Pada rincian tugas Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah khususnya pada tugas

Penetapan kebijakan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pertumbuhan

iklim usaha bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di tingkat kota, terdapat sebelas (11)

poin salah satunya menyebutkan memberikan pembinaan dan pengembangan UMKM di

tingkat kota.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya

mempunyai fungsi Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian serta Pembangunan di bidang

koperasi. Dalam pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dinas Koperasi

melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap UMKM dengan memfasilitasi pelatihan

teknis manajemen dan keterampilan untuk pengusaha kecil, memfasilitasi permodalan bagi

usaha kecil dan menengah dalam pengembangan usaha serta mengadakan promosi usaha dan

fasilitasi pemasaran.

Batik mangrove di tetapkan sebagai ikon Kecamatan Rungkut oleh Pemerintah Kota

Surabaya. Untuk hasil produk dari UKM Batik Mangrove diberi nama resmi batik SERU (

Seni Batik Mangrove Rungkut ). Sebagai sebuah rintisan usaha kecil menengah (UKM),

diakui Noverita, produksi batik mangrove ini memang mengalami kendala yang saat ini

dirasakan adalah terkait pewarnaan, dan pemasaran. Untuk menembus pasar batik, kata

Noverita, mau tidak mau memang harus dikelola secara industrial serta melibatkan banyak

tenaga kerja dan modal. “Kita sih mau seperti itu. Hanya saja kami masih bingung soal

pemasaran. Selama ini kami menjual produk-produk kami ke instansi-instansi pemerintah.

Untuk masuk ke pasar batik, kita masih punya banyak kendala,” paparnya. ( Senin 05

(15)

Kendala yang dialami oleh UKM Batik Mangrove adalah penjualan hasil produksi

batik Mangrove yang belum bisa menembus pasar batik dan kurangnya pelatihan untuk

mendesain produk batik yang inovatif serta pelatihan pewarnaan batik. Dengan adanya

masalah pemasaran dan pelatihan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di

Kota Surabaya maka dibutuhkan peran serta pemerintah khususnya Dinas Koperasi Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya untuk memberikan pembinaan dalam

mengatasi kendala pemasaran dan memberikan pelatihan kepada UKM Batik Mangrove

sehingga dapat menumbuh kembangkan UKM Khususnya di wilayah Kota Surabaya

sehingga kedepannya menjadi usaha kecil yang produktif dan berkembang.

Untuk mengatasi permasalahan atau kendala yang dihadapi para pengusaha UKM

Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut, maka dibutuhkan peran Dinas Koperasi Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya, antara lain :

a. Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memberikan pelatihan dalam

bentuk kewirausahaan dan bimbingan teknologi (Bintek). Dengan adanya pelatihan

tersebut akan meningkatkan keterampilan teknis produksi, kemampuan managerial,

kemampuan menciptakan produk yang inovatif sehingga produk yang dihasilkan akan

lebih baik.

b. Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memberikan bantuan fasilitasi

pemasaran hasil produksi yaitu promosi dengan cara mengikuti pameran serta

memfasilitasi open stand sehingga masalah hasil pemasaran produk dapat diatasi.

Menurut Hamalik (2001 : 10), pelatihan adalah suatu proses yang meliputi

serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian

bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja profesional kepelatihan dalam

satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang

(16)

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul

penelitian “Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam

Pemberdayaan UKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut Pemerintah Kota Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Setiap tahun pemerintah dalam kaitannya untuk meningkatkan Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) telah menetapkan program yang harus dicapai oleh Dinas Koperasi Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah untuk meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Karena Koperasi merupakan wadah bagi usaha-usaha kecil menengah.

Dengan adanya permasalahan tersebut dapat memberikan dampak yaitu dapat

menurunkan kualitas serta dapat menurunkan hasil produksi. Untuk menghadapi masalah

tersebut dibutuhkan peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah

Kota Surabaya yang lebih besar untuk melakukan pemberdayaan dengan memberikan

pembinaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Batik Mangrove di Kecamatan

Rungkut.

Dari latar belakang fenomena dan masalah diatas, adapun perumusan masalah yang

dikemukakan dalam penulisan penelitian ini adalah

“ Bagaimanakah Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam

Pemberdayaan UKM Batik Mangrove di kecamatan Rungkut ? ”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk memahami suatu masalah sosial atau fenomena sosial

(17)

“ Untuk mengetahui Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam

Pemberdayaan UKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut “.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Memberikan tambahan wawasan bagi penulis mengenai Peranan Dinas Koperasi

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam Pembinaan

Usaha Kecil.

2. Bagi Instansi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Dinas Koperasi Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya sebagai bahan pertimbangan untuk

mengambil suatu keputusan dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi para

pengusaha kecil.

3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Sebagai salah satu sumbangan pemikiran dan informasi dalam melengkapi dan

mengembangkan perbendaharaan ilmu sosial dan khususnya pada Program Studi Ilmu

Administrasi Negara dan sebagai tambahan wawasan yang berguna bagi mahasiswa

(18)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Unggul dari Universitas Brawijaya Malang (2001).

Dalam penelitian Unggul di Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowok Waru Kota Malang

dengan Judul “Pemberdayaan Pengusaha Industri ke kecil di Perkotaan” dinyatakan

bahwa pemberdayaan usaha kecil di kelurahan Dinoyo harus lebih diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan (Capability Building) usaha kecil menjadi tangguh dan

mandiri serta tumbuh berkembang. Usaha industri kecil keramik Dinoyo tidak hanya

memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan pengusaha dan

keluarganya, akan tetapi tetap juga memberi keuntungan dan manfaat bagi masyarakat

sekitar Dinoyo. Model usaha merupakan salah satu faktor produksi yang sangat

penting bagi pengusaha industri kecil keramik. Untuk lebih mengefektifkan

pemberdayaan industri kecil keramik yang perlu mendapatkan perhatian dan

kepedulian yang lebih besar dari administrasi publik terhadap pengembangan industri

kecil keramik Dinoyo, perlu koordinasi dengan melibatkan instansi terkait dan perlu

membentuk lembaga penjamin.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh unggul dari Universitas Brawijaya Malang

dengan peneliti adalah terletak pada usaha pemberdayaan dalam meningkatkan kemampuan

agar dapat meningkatkan pendapatan untuk mencapai taraf sejahtera.

Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Unggul dari Universitas

Brawijaya Malang menekankan pada pemberdayaan yang diarahkan pada pengusaha industri

agar dapat lebih berkembang. Sedangkan peneliti menekankan pemberdayaan melalui

(19)

2. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat dipakai sebagai

bahan pengkajian dan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

Penelitian yang dilakukan oleh Nita Dwi Rahmadhani dari Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur (2004), yang berjudul “Peran Pemerintah Dalam

Pemberdayaan Usaha Kecil Sepatu di Wedoro”. Hal ini dibuktikan dengan penetapan

pola umum kebijakan yang ditulis dalam rencana program kerja Dinas Perindustrian

dan Perdagangan Tahun 2004 mengenai usaha kecil sepatu di Wedoro yang meliputi

peningkatan kualitas bahan baku sampai dengan produk jadi, peningkatan peran aktif

masyarakat dalam pembangunan dan memperluas lapangan kerja terutama dalam

sektor industri rumah tangga. Pemerintah juga memberi bantuan berupa pinjaman

modal melalui Bank Jatim, dan segi pemasaran mengikutsertakan pengrajin sepatu

Wedoro dalam pekan raya Jakarta selain itu pemerintah juga memberikan bantuan

kepada pengrajin sepatu dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan di lembaga

IFC, di Hotel Elmi di Graha Pena dan Tanggulangin yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas produksi sepatu, namun bantuan yang diberikan oleh

pemerintah tersebut kurang merata, sehingga pengusaha dan pengrajin sepatu tidak

mengetahui bantuan yang telah diberikan pemerintah tersebut, hal ini dikarenakan

kurangnya sosialisasi antara pemerintah dengan ketua asosiasi sepatu di Wedoro.

Melihat kondisi tersebut hendaknya Dinas Perindustrian dan Perdagangan melakukan

koordinasi dan mencari solusi dengan anggota asosiasi di Wedoro sebelum

memberikan bantuan agar bantuan yang akan diberikan tepat pada pengrajin yang

membutuhkannya.

Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan Nita Dwi Rahmadhani adalah

pelaksanaan peran pemerintah dalam pemberdayaan usaha kecil untuk meningkatkan peran

(20)

Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Nita Dwi Rahmadhani terletak

pada usaha peningkatan kualitas dari bahan baku hingga proses terwujudnya barang jadi.

Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti adalah proses pemberdayaan usaha kecil

melalui pelatihan dan pemasaran.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Catur Novidiana dari Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur (2007), yang berjudul “Peran Dinas Koperasi

Perindustrian dan Perdagangan dalam Pemberdayaan Industri Genteng di Desa

Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek” menyatakan bahwa untuk

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia pengrajin genteng serta meningkatkan

mutu genteng oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Trenggalek mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun 2001-2005

melaksanakan pendidikan dan latihan serta studi banding dan magang. Pelatihan

teknologi produksi Dinas mengirimkan perwakilan pengrajin untuk mengikuti

pelatihan dan memberikan bantuan peralatan secara revolving, pelatihan

kewirausahaan diikuti oleh semua pengrajin, pelatihan pemasaran diikuti semua

pengrajin didukung adanya pameran dan otlet penjualan di luar kota. Studi banding

dan magang diikuti perwakilan pengrajin genteng dari kegiatan pengrajin dapat

memproduksi genteng beraneka ragam. Namun Peran Dinas Koperasi Perindustrian

dan Perdagangan kabupaten Trenggalek dalam pemberdayaan Industri Genteng di

Desa Sukorejo dalam Pelatihan teknologi produksi, studi banding dan magang yang

sudah dilaksanakan selama ini belum maksimal karena hanya diikuti perwakilan

pengrajin dan adanya kendala di Desa Sukorejo belum adanya Asosiasi Pengrajin

Genteng. Melihat kondisi tersebut hendaknya Dinas Koperasi Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Trenggalek dalam memberikan pelatihan teknologi produksi,

(21)

pengrajin genteng dan khususnya di Desa Sukorejo harus terbentuk Asosiasi

Pengrajin Genteng.

Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan Catur Novidiana adalah

Pelaksanaan Peran Dinas Koperasi dalam pemberdayaan usaha kecil melalui pendidikan dan

pelatihan.

Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Catur Novidiana lebih

menekankan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia pengrajin genteng serta

peningkatan mutu genteng yang dilakukan oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Trenggalek. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih

menekankan pada proses pemberdayaan usaha kecil melalui pembinaan dengan pelatihan dan

fasilitasi pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Kota Surabaya.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Peran

Menurut Soekanto (2002 : 243), peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya

maka dia menjalankan suatu peranan.

Linton dalam Soekanto (2002 : 224), mengemukakan pengertian peran mencakup 3

(tiga) hal, sebagai berikut :

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang

dalam masyarakat.

b. Peran adalah konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam

(22)

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi strukur sosial

masyarakat.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan merupakan

perilaku atau tindakan yang peting bagi struktur masyarakat dan dilakukan karena suatu

kedudukan, jabatan, atau organisasi di lingkungan masyarakat bisa berupa suatu kantor

yang mudah dikenal oleh masyarakat.

2.2.1.1. Macam-macam Peran

Menurut Suwandi (1997 : 67) peran dalam suatu sistem birokrasi ada dua yaitu :

1. Peran Inter-Individual

Peran untuk mengendalikan pola reaksi individual terhadap situasi tertentu.

2. Peran Sosial

Peran untuk mengatur tata kehidupan sosial. Yang mempunyai peran sosial dan

tanggung jawab lebih besar yang ada dalam suatu sistem, maka dialah yang berhak

memberi perintah serta wewenang tertinggi ada ditangan pimpinan tersebut.

2.2.2. Pemberdayaan

Pengertian pemberdayaan menurut Jamasy (2004 : 28) adalah upaya menumbuh

kembangkan kekuatan pada masyarakat (masyarakat miskin) dengan tahapan dan strategi

tertentu.

Menurut Mubyarto dalam Nugroho (2001 : 9) pengertian pemberdayaan masyarakat

mengacu pada kata “empowerment” yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi

yang dimiliki oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam

pembangunan masyarakat adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri.

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup

(23)

kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga serta mempengaruhi kehidupannya (Suharto, 2006 :

58).

Pengertian pemberdayaan masyarkat menurut Suhendra (2006 : 75) adalah sebuah

konsep yang menekankan pada pembangunan ekonomi pada mulanya yang dikembangkan

berdasarkan nilai-nilai masyarakat.

Pengertian pemberdayaan menurut Kartasasmita ( 1996 : 144 ) adalah upaya untuk

meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak

mampu melepaskan dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan dengan kata lain

memberdayakan berarti memampukan dan memandirikan masyarakat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya

untuk meningkatkan kedudukan harkat dan martabat masyarakat dari perangkap kemiskinan

dan menumbuhkembangkan segala kemampuan yang dimiliki masyarakat untuk menjadi

lebih baik dalam segala bidang kemampuannya.

2.2.2.1. Tujuan Pemberdayaan

Menurut Sumodiningrat seperti yang dikutip oleh Mashoed (2004 : 40) pelaksanaan

program pemberdayaan masyarakat bertujuan mencapai keberhasilan dalam :

1) Mengurangi jumlah penduduk miskin

2) Mengembangkan usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk

miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

3) Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.

4) Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin

berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya

permodalan kelompok, makin rapinya system administrasi kelompok, serta

(24)

5) Meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai

oleh peningkatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan

kebutuhan social dasarnya.

Menurut Jamasy (2004 : 42) dalam analisisnya menyatakan bahwa pemberdayaan yang

merupakan prasyarat mutlak bagi upaya penanggulangan masalah kemiskinan memiliki

tujuan :

1. Menekankan perasaan ketidak berdayaan (impotensi) masyarakat miskin bila

berhadapan dengan struktur social politis. Langkah konkretnya adalah meningkatkan

kesadaran kritis pada posisinya.

2. Memutuskan hubungan yang bersifat eksploitatif terhadap lapisan orang miskin perlu

dilakukan bila terjadi reformasi social, budaya dan politik (artinya, biarkan kesadaran

kritis orang miskin muncul dan biarkan pula melakukan reorganisasi dalam rangka

meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas hidupnya)

3. Tertanam rasa persamaan (egalitarian) dan berikan gambaran bahwa kemiskinan

bukan merupakan takdir, tetapi sebagai penjelmaan konstruksi social.

4. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat miskin

secara penuh (ini hanya bisa tercapai kalau komunikasi antara pemegang kekuasaan

dengan kelompok-kelompok dari person strategis dan masyarakat miskin tidak

mengalami distorsi).

5. Pembangunan social dan budaya bagi masyarakat miskin (seperti peranan hidup,

perubahan kebiasaan hidup, peningkatan produktivitas kerja).

6. Distribusi infrastruktur yang lebih merata.

2.2.2.2. Upaya Pemberdayaan

Menurut Mashoed (2004 : 44), dilihat dari profil kemiskinan (proverty profile)

(25)

1) Masalah kemiskinan tidak hanya masalah kesejahteraan (welfer) akan tetapi juga

masalah kerentanan. Disini berarti bahwa penanganan terhadap masalah

kemiskinan masyarakat disamping diarahkan untuk menangani masalah

kesejahteraan dengan memberikan sejumlah program peningkatan

kesejahteraan, juga diarahkan untuk kemandirian masyarakat.

2) Masalah kemiskinan adalah masalah ketidakberdayaan (powerlessness) karena

masyarakat tidak mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, tidak

mendapat kesempatan untuk ikut menentukan keputusan yang menyangkut

dirinya sendiri dan masyarakat tidak berdaya untuk mengatasi permasalahan

yang dihadapi.

3) Masalah kemiskinan adalah masalah tertutupnya akses masyarakat terhadap

peluang kerja, karena hubungan produksi di dalam masyarakat tidak memberi

peluang kepada mereka untuk berpartisipasi, baik disebabkan rendahnya tingkat

kualitas sumber daya manusia maupun tidak terpenuhinya persyaratan kerja.

4) Masalah kemiskinan dapat terwujud dalam bentuk rendahnya akses masyarakat

pada pasar lantaran aksesbilitas yang rendah dan arena kondisi alam yang

miskin.

5) Masalah kemiskinan yang teridentifikasi karena penghasilan masyarakat

sebagian besar di habiskan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan

dalam kuantitas dan kualitas yang terbatas, sehingga produktifitas mereka

menjadi rendah.

2.2.2.3 Strategi Pemberdayaan

Pemberdayaan manusia tidak dapat diganti dengan ukuran kecepatan waktu dan

tempat, melainkan harus dengan proses yang berkesinambungan dalam bentuk peningkatan

(26)

misi dan amanat untuk meningkatkan kualitas partisipasi dan pemberdayaan dengan tujuan

fungsional yang lebih terpadu, lebih menyeluruh dan mempunyai kecenderungan yang kuat

terhadap upaya menjawab segala kebutuhan pihak yang diberdayakan.

Pemberdayaan sebagai salah satu isu yang populer untuk menanggapi pendekatan

manusia seutuhnya, selalu dikaitkan dengan upaya untuk menanamkan kekuatan tambahan

kepada pihak yang diberdayakan, sehingga ketika pemberdayaan diarahkan kepada keinginan

kuat untuk mengentaskan kemiskinan maka artinya dengan upaya terpadu untuk

menanamkan kekuatan tambahan (kemampuan lebih) kepada masyarakat miskin, baik

pemberdayaan pada aspek sosial, ekonomi, material dan fisik, intelektual sumber daya

manusia dan sampai pada aspek manajerial dan pengelolaannya.

Menurut Kartasasmita (1996 : 159), untuk meraih keberhasilan dalam proses

pemberdayaan masyarakat tersebut, diupayakan langkah pemberdayaan masyarakat :

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling).

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering).

3. Pemberdayaan mengandung pula arti melindungi (protecting).

Hal-hal yang berkaitan dengan strategi tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut :

1. Enabling

Adalah menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

terus berkembang. Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia,

setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada

masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan artinya tidak ada masyarakat

yang sama sekali tanpa daya karena kalau demikian akan sudah punah, pemberdayaan

(27)

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk

mengembangkannya.

2. Empowering

Adalah memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, dalam kaitan

ini diperlukan langkah-langkah lebih positif selain dari hanya menciptakan iklim dan

suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan

berbagai masukan serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan

membuat masyarakat menjadi berdaya. Untuk itu diperlukan program khusus bagi

masyarakat yang kurang berdaya, karena program yang umum yang berlaku untuk

semua tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.

3. Protecting

Adalah pemberdayaan mengandung arti pula melindungi dalam proses pemberdayaan

harus dicegah, yang lemah menjadi bertambah lemah karena kurang berdaya dalam

menghadapi yang kuat, oleh karena itu dalam konsep pemberdayaan masyarakat,

perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya, dalam

rangka ini adanya peraturan perundangan yang secara jelas dan tegas melindungi

golongan yang lemah sangat diperlukan, melindungi harus dilihat sebagai upaya

untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang. Pemberdayaan

masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi tergantung pada berbagai program

pemberian, karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas

usaha sendiri dan hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain.

Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007 : 119-120) mengemukakan terdapat

minimal tiga strategi pemberdayaan yang umum dipahami atau dilaksanakan :

1. Pemberdayaan yang hanya berkutat di “daun” dan “ranting” atau pemberdayaan

(28)

sudah dianggap given, pemberdayaan masyarakat hanya dilihat sebagai upaya

meningkatkan daya adaptasi terhadap struktur yang sudah ada. Bentuk aksi strategi ini

adalah mengubah sikap mental masyarakat yang tidak berdaya dan pemberian

bantuan, baik modal maupun subsidi.

2. Pemberdayaan yang hanya berkutat di “batang” atau pemberdayaan reformis. Konsep

ini tidak mempermasalahkan tatanan sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang ada.

Yang dipersoalkan adalah praktik dilapangan atau pada kebijakan operasional.

Dengan demikian, pemberdayaan difokuskan pada upaya peningkatan kinerja

operasional dengan membenahi pola kebijakan, peningkatan kualitas SDM, penguatan

kelembagaan, dan sebagainya.

3. Pemberdayaan yang berkitat di “akar” atau pemberdayaan stuktural. Strategi tersebut

melihat bahwa ketidak berdayaan masyarakat disebabkan oleh struktur sosial, politik,

budaya, dan ekonomi yang kurang memberikan peluang bagi kaum lemah. Dengan

demikian, pemberdayaan harus dilakukan melalui transformasi struktural secara

mendasar dengan meredesign struktur kehidupan yang ada. Karena sifat

revolusionernya, konsep terakhir ini disebut juga critical paradigm.

2.2.3. Koperasi

Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menyebutkan

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi

dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan

ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Ada tiga pengertian Koperasi sebagai pegangan untuk mengenal Koperasi lebih jauh.

Menurut Chaniago dalam Sitio dan Tamba (2001 : 17), mendefenisikan Koperasi sebagai

suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan

(29)

kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para

anggotanya.

Menurut Hatta dalam Sitio dan Tamba (2001 : 17), mendefinisikan Koperasi adalah

usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasar tolong-menolong.

Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan

berdasarkan ‘seorang buat semua dan semua buat orang’.

Menurut International Labour Organization dalam Sitio dan Tamba (2001 : 16),

Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi

terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis,

masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan dan

bersedia menanggung resiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka

lakukan.

Berdasarkan ketiga defenisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam Koperasi

setidak-tidaknya terdapat dua unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur pertama adalah

ekonomi, sedangkan unsur kedua adalah unsur sosial.

Agar Koperasi tidak menyimpang dari tujuan itu, pembentukan dan pengelolaan

Koperasi harus dilakukan secara demokratis. Pada saat pembentukannya, Koperasi harus

dibentuk berdasarkan kesukarelaan dan kemauan bersama dari para pendirinya. Kemudian

pada saat pengelolaanya tiap-tiap anggota Koperasi harus turut berpartisipasi dalam

mengembangkan usaha dan mengawasi jalannya kegiatan Koperasi.

Bila dirinci lebih jauh beberapa pokok pikiran yang dapat ditarik dari uraian mengenai

pengertian Koperasi tersebut adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang

memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan

(30)

yang sama, berkewajiban untuk mengembangkan serta mengawasi jalannya usaha Koperasi

dan Resiko dan Keuntungan Usaha Koperasi ditanggung dan dibagi secara adil.

Dasar hukum keberadaan Koperasi di Indonesia adalah pasal 33 Undang-Undang

Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Dalam

penjelasan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 antara lain dikemukakan :

“….perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi”.

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, yang dimaksud dengan

Koperasi di Indonesia adalah :

“…..badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan”.

Berdasarkan kutipan penjelasan pasal 33 Undang Dasar 1945 dan

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tersebut, dapat diketahui bahwa Koperasi di Indonesia tidak

semata-mata dipandang sebagi bentuk perusahaan sebagaimana halnya Perseroan Terbatas,

Firma, atau Perusahaan Komanditer (CV). Selain dipandang sebagai bentuk perusahaan yang

memiliki asas dan prinsip tersendiri, Koperasi di Indonesia juga dipandang sebagai alat untuk

membangun sistem perekonomian.

Hal itu sejalan dengan tujuan Koperasi sebagaimana di dalam pasal 3

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa :

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan tujuan seperti itu, mudah dimengerti bila Koperasi mendapat kehormatan

sebagai satu-satunya bentuk perusahaan yang secara konstitusional dinyatakan sesuai dengan

(31)

2.2.3.1. Landasan Koperasi

Untuk mendirikan Koperasi yang kokoh perlu adanya landasan tertentu. Landasan ini

merupakan suatu dasar tempat berpijak yang memungkinkan Koperasi untuk tumbuh dan

berdiri kokoh serta berkembang dalam pelaksanaan usaha-usahanya untuk mencapai tujuan

dan cita-citanya. Landasan-landasan Koperasi tersebut adalah :

1. Landasan Idiil Koperasi Indonesia yang dimaksud dengan landasan Idiil

Koperasi adalah dasar atau landasan yang digunakan dalam usaha untuk

mencapai cita-cita Koperasi. Koperasi sebagai kumpulan sekelompok orang

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Gerakan Koperasi

sebagai organisasi ekonomi rakyat yang hak hidupnya dijamin oleh

Undang-Undang Dasar 1945 akan bertujuan untuk mencapai masyarakat adil dan

makmur. Jadi tujuannya sama dengan apa yang dicita-citakan oleh seluruh

bangsa Indonesia, karena itu Landasan Idiil Negara Republik Indonesia yaitu

PANCASILA. Dasar Idiil ini harus diamalkan oleh Koperasi, karena pancasila

memang menjadi falsafah Negara dan bangsa Indonesia.

2. Landasan Strukturil dan Gerak Koperasi Indonesia Landasan Strukturil

Koperasi adalah Undang-Undang Dasar 1945, karena di Indonesia berlaku

Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan ketentuan atau tata tertib dasar

yang mengatur terselenggaranya falsafah hidup dan moral cita-cita suatu

bangsa dan karena Koperasi di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945.

Pada pasal 33 ayat 1 yang berbunyi : “perekonomian disusun sebagai usaha

bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dan di dalam penjelasan pasal

33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bangun usaha yang

sesuai dengan itu ialah Koperasi. Dengan demikian Koperasi merupakan

(32)

ayat 1 tersebut merupakan landasan gerak koperasi, artinya agar

ketentuan-ketentuan yang terperinci tentang Koperasi Indonesia harus berlandaskan dan

bertitik tolak dari jiwa pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam pasal

33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 ini hanya memuat ketentuan-ketentuan

pokok perekonomian, oleh karena itu, maka koperasi masih perlu diatur secara

khusus dalam suatu bentuk Undang-Undang Koperasi.

3. Landasan Mental Koperasi Indonesia, Landasan Mental Koperasi Indonesia

adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi. Rasa setia kawan haruslah

disertai dengan kesadaran akan harga diri berpribadi, keinsafan akan harga diri

sendiri dan percaya pada diri sendiri adalah mutlak untuk menaikkan derajat

penghidupan dan kemakmuran. Oleh karena itu dalam Koperasi harus

tergabung ke dua landasan mental diatas, yaitu setia kawan dan kesadaran

berpribadi sebagai dua unsur yang dorong-mendorong, hidup-menghidupi dan

awas-mengawasi.

2.2.3.2. Sendi-Sendi Dasar Koperasi

Sendi-sendi dasar Koperasi di Indonesia menurut Undang-Undang No. 25 Tahun

1922 pasal 6 adalah sebagai berikut :

1. Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap Warga Negara Indonesia.

2. Rapat Anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan demokrasi dalam

Koperasi.

3. Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota.

4. Adanya pembatasan bunga atas modal.

5. Mengembangkan kesejahtraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.

(33)

7. Swadaya, swakerta dan swasembada sebagai pencerminan dari pada prinsip dasar

percaya pada diri sendiri.

2.2.3.3 Prinsip-Prinsip Koperasi Indonesia

Menurut Raiffeisen dalam Sitio dan Tamba (2001 : 23), prinsip-prinsip Koperasi

Indonesia sebagai berikut :

a. Swadaya.

b. Daerah kerja terbatas.

c. SHU untuk cadangan.

d. Tanggung jawabanggota tidak terbatas.

e. Pengurus bekerja atas dasar kesukarelaan.

f. Usaha hanya kepada anggota.

g. Keanggotaan atas dasar watak, bukan uang.

Menurut Schulze dalam Sitio dan Tamba (2001 : 23), prinsip-prinsip Koperasi

Indonesia sebagai berikut :

a. Swadaya.

b. Daerah kerja tak terbatas.

c. SHU untuk cadangan dan untuk dibagikan kepada anggota.

d. Tanggung jawab anggota terbatas.

e. Pengurus bekerja dengan mendapat imbalan.

f. Usaha tidak terbatas tidak hanya untuk anggota.

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 prinsip-prinsip Koperasi di Indonesia

adalah sebagai berikut :

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.

(34)

c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa usaha

masing-masing anggota.

d. Pemberian batas jasa yang terbatas terhadap modal.

e. Kemandirian.

f. Pendidikan perkoperasian.

g. Kerja sama antar Koperasi.

Dari ketiga prinsip Koperasi Indonesia tersebut dapat dilihat bahwa essensi kerja

Koperasi sebagai badan usaha tidaklah berbeda secara nyata. Hanya saja dalam

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 ada penambahan mengenai prinsip kerja sama antara Koperasi.

Ini dapat dipahami bahwa, untuk mengantisipasi tren globalisasi ekonomi, Koperasi perlu

meningkatkan kekuatan tawar-menawarnya (bargaining power) dengan menjalin kerja sama

antar Koperasi.

2.2.4. Rencana Strategi Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Surabaya. 2.2.4.1. Tujuan

1. Menigkatkan dan memberdayakan masyarakat Koperasi dan UMKM serta

sektor Informal.

2. Mengatasi dan mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan.

3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat ( masyarakat Koperasi, UMKM serta

Sektor Informal.

2.2.4.2. Strategi

1. Peningkatan Sumber Daya Manusia Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah serta Sektor Informal.

2. Pembinaan Kelembagaan Koperasi dan Usaha Koperasi.

(35)

4. Penyuluhan, Bintek, Diklat, Seminar, Sarasehan tentang perkoperasian dan

UMKM.

5. Tersedianya Hardware dan Software serta jaringan internet.

2.2.4.3. Kebijakan

Kebijakan yang diambil oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah Kota Surabaya untuk mencapai tujuan tersebut di atas adalah sebagai

berikut :

1. Pemuktahiran data Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

2. Peningkatan kinerja aparatur dinas serta mekanisme pelayanan kepada

masyarakat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

3. Peningkatan pemberdayaan terhadap Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan

Menengah serta sektor Informal.

2.2.5. Pembinaan

Pengertian pembinaan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah

daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan

menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendamping, dan bantuan perkuatan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing usaha mikro, kecil, dan

menengah.

Pengertian pembinaan menurut Thoha (2003 : 7), merumuskan pembinaan adalah

suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan

adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi, atas berbagai kemungkinan,

(36)

pembinaan itu sendiri bisa berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan dari suatu tujuan,

dan kedua pembinaan itu bisa menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pembinaan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa pembinaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan suatu

usaha melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendamping, dan bantuan perkuatan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing usaha sehingga dapat

menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi, atas berbagai

kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu.

Dengan demikian program pembinaan usaha kecil merupakan suatu program yang

membina usaha kecil dengan meningkatkan kemampuan diri pengusaha kecil itu sendiri

secara keseluruhan baik dalam bidang manajemen, pengetahuan, kewirausahaan, penguasaan

teknologi dan peningkatan kemampuan SDM yang dimiliki oleh usaha kecil itu sendiri dan

tentunya dengan diciptakan iklim usaha yang mendukung sehingga tercipta kepastian dan

kesempatan usaha secara merata.

2.2.5.1 Tujuan Pembinaan

Secara umum tujuan dari pembinaan organisasi menurut Thoha (2003 : 24), dapat

diamati sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kepercayaan dan dukungan diantara anggota organisasi.

2. Untuk meningkatkan kesadaran berkonfrontasi dengan masalah-masalah organisasi

baik dalam kelompok ataupun diantara anggota-anggota kelompok.

3. Meningkatkan suatu lingkungan “kewenangan dalam tugas” yang didasarkan atas

pengetahuan dan keterampilan.

4. Untuk meningkatkan derajat keterbukaan dalam berkomunikasi baik vertical,

(37)

5. Untuk meningkatkan tingkat kesemangatan dan kepuasan orang-orang yang ada

dalam organisasi.

6. Untuk mendapatkan pemecahan yang sinergik terhadap masalah-masalah yang

mempunyai frekuensi besar.

7. Untuk meningkatkan tingkat pertanggung jawaban pribadi dan kelompok baik di

dalam pemecahan masalahnya maupun didalam pelaksanaanya.

2.2.6. Pelatihan

Menurut Hamalik (2001 : 10), pelatihan adalah suatu proses yang meliputi

serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian

bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja profesional kepelatihan dalam

satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang

pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktifitas tenaga kerja.

Menurut Mangkunegara (2005 : 44) komponen-komponen pelatihan dalam

meningkatkan sumber daya manusia meliputi :

1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat diukur.

2. Para pelatih (trainer) harus memiliki kualifikasi yang memadai.

3. Materi latihan dan pengembangan harus disesuaikan tujuan yang hendak dicapai.

4. Metode pelatihan dan pengembangan harus sesuai dengan tingkat kemampuan

peserta.

5. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainer) harus memenuhi persyaratan yang

ditentukan.

Menurut Hamalik (2001 : 16-17), secara umum pelatihan bertujuan mempersiapkan

dan membina tenaga kerja, baik struktural maupun fungsional, yang memiliki kemampuan

dalam profesinya atau professional yang mendukung aspek kemampuan keahlian dalam

(38)

kemampuan melaksanakan loyalitas, kemampuan melaksanakan dedikasi dan kemampuan

berdisiplin yang baik.

Secara khusus pelaksanaan pelatihan menurut Hamalik (2001 : 16) bertujuan untuk :

1. Mendidik, melatih, serta membina tenaga kerja yang memiliki keterampilan produktif

dalam rangka pelaksanaan program organisasi dilapangan.

2. Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenaga kerjaan yang memiliki

kemampuan dan hasrat belajar terus menerus untuk meningkatkan dirinya sebagai

tenaga yang tangguh, mandiri, professional, ber etos kerja yang tinggi dan produktif.

3. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat, minat, dan

pengalamannya masing-masing.

4. Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi yang tinggi

dengan kebutuhan pengembangan.

Menurut Hamalik (2001 : 16) Tujuan Pelatihan erat kaitannya dengan Jenis Pelatihan

antara lain :

1. Pelatihan Induksi

Bertujuan untuk membantu tenaga kerja baru untuk melaksanakan pekerjaannya;

kepadanya diberikan informasi selengkapnya tentang seluk beluk organisasi

bersangkutan.

2. Pelatihan Kerja

Bertujuan untuk memberikan instruksi khusus dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas

sesuai dengan jawatan dan jenis pekerjaannya.

3. Pelatihan Pengawas

Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenai pemeriksaan, pengawasan, dan

pelatihan tenaga lainnya.

(39)

Bertujuan untuk memberikan yang diperlukan dalam jabatan manajemen puncak (Top

Management).

5. Pengembangan Pemimpin

Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memimpin bagi tenaga unsur pimpinan

dalam suatu organisasi lembaga.

2.2.7. Pemasaran

Menurut Kotler ( 2005 : 10 ) mendefenisikan pemasaran sebagai suatu proses

sosial yang dengan prose situ individu dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.

Sedangkan menurut Swasta ( 1995 : 5 ) mendefinisikan pemasaran sebagai

sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,

menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang yang

memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Dari pengertian-pengertian pemasaran di atas dapat disimpulkan bahwa

pemasaran merupakan suatu bentuk kegiatan yang mencaku unsur pemasaran

seperti perencanaan, menentukan harga, mempromosikan serta mendistribusikan

barang tersebut kepada konsumen yang membutuhkannya.

2.2.7.1. Konsep Pemasaran

Menurut Kotler ( 2005 : 20 ) konsep pemasaran yang dijadikan sebagai

pedoman oleh organisasi untuk melakukan kegiatan pemasaran dibagi menjadi 5

yaitu :

(40)

Konsep produksi merupakan salah satu konsep bisnis tertua. Konsep

produksi berpendapat bahwa konsumen akan lebih menyukai produk

yang tersedia secara luas dan murah.

2. Konsep Produk

Konsep produk berpendapat bahwa konsumen akan menyukai

produk-produk yang menawarkan fitur yang paling bermutu, berkinerja, atau

inovatif. Para manajer organisasi itu memusatkan perhatian untuk

menghasilkan produk yang unggul dan memperbaiki mutunya dari

waktu ke waktu.

3. Konsep penjualan

Konsep penjualan berkeyakinan bahwa para konsumen dan perusahaan

jika dibiarkan tidak akan secara teratur membeli cukup banyak produk

yang ditawarkan oleh organisasi tertentu. Oleh karena itu, organisasi

tersebut harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif.

Konsep ini mengasumsikan bahwa para konsumen umumnya

menunjukkan keengganan atau penolakan untuk membeli sehingga

harus dibujuk supaya membeli.

4. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai sasaran

organisasi adalah bahwa perusahaan harus menjadi lebih efektif

dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan

mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang

(41)

5. Konsep Pemasaran Masyarakat

Konsep pemasaran masyarakat menegaskan bahwa organisasi adalah

menentukan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan pasar sasaran serta

memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien

dibandingkan pesaing dengan cara yang tetap mempertahankan atau

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan konsumen. Konsep

pemasaran masyarakat menuntut para pemasar untuk memasukkan

pertimbangan sosial dan etis ke praktik pemasaran mereka. Mereka

harus menyeimbangkan dan menagatur kriteria yang sering

bertentangan antara laba perusahaan, pemuasan keinginan konsumen,

dan kepentingan publik.

2.2.8. Konsep Usaha Kecil dan Menengah.

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah, pengertian dari Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi

kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

Sedangkan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah pengertian dari Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang

berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam

(42)

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah, ada beberapa kriteria dari Usaha Kecil, yaitu :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000.00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah).

Sedangkan Kriteria Usaha Menengah menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh

milyar rupiah).

Berdasarkan defenisi serta kriteria dari Usaha Kecil dan Menengah yang diungkapkan

diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Usaha Kecil dan Menengah merupakan usaha yang

dimiliki oleh perorangan dan dikelola secara bersama-sama serta mempunyai kemampuan

terbatas dalam bidang modal, manajemen tenaga kerja berproduksi secara terbatas sesuai

(43)

2.3. Kerangka Berpikir

Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya

dalam melaksanakan pemberdayaan melalui pembinaan usaha kecil yang berkaitan dengan

peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini dengan diberikannya kegiatan

pendidikan dan pelatihan serta di dukung dengan aspek permodalan dan pemasaran, hal

tersebut merupakan beberapa upaya untuk dapat mengembangkan kegiatan usaha serta

mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan dari uraian tersebut maka dapat disusun suatu

(44)

Gambar I Kerangka berpikir

Renstra Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2006-2010

Kebijakan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Tentang

Pemberdayaaan Usaha Kecil Menengah yang Tertuang Dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM

Pelatihan Pemasaran

Usaha Kecil Menengah Berkembang

Sumber : Rencana Strategis Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kota

Surabaya.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang baik dalam suatu penelitian, maka diperlukan

teknik-teknik tertentu secara ilmiah atau sering disebut dengan metode penelitian. Untuk

kepentingan itu maka perlu diketahui dan dipelajari hingga tercapai tujuan yang diinginkan.

Hal ini sangat penting karena dengan metode penelitian akan dapat diperoleh data yang valid

dan relevan dengan tujuan penelitian.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Melalui metode kualitatif,

peneliti mendengar dan melihat narasumber berbicara yang sesungguhnya tentang dirinya

sendiri sesuai dengan perspektif masing-masing dan mengamati mereka berperilaku seadanya

sesuai dengan posisi dan peran di dalam sistem sosial masing-masing pula.

Sedangkan defenisi lain penelitian kualitatif menurut (Kirk dan Miler dalam Moleong,

2007 : 4) adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung pada kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut, dalam

bahasanya dan dalam peristilahannya.

3.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah. Masalah dalam hal ini adalah

keadaan yang membingungkan akibat adanya dua faktor atau lebih faktor (Moleong, 2007 :

(46)

seorang penulis dalam melaksanakan penelitian, dengan merumuskan masalah sebagai fokus

penelitian untuk mencari pemecahannya.

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi fokus

penelitian ini adalah Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

Pemberdayaan UKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut Pemerintah Kota Surabaya,

yang dilaksanakan melalui :

1. Pelatihan.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang memberikan Pelatihan

Kewirausahaan dan Pelatihan Teknologi Produksi (Bintek), dengan sasaran kajian

sebagai berikut :

a. Memberikan bimbingan teknis

b. Manajemen pembukuan.

Tujuan dari pelatihan tersebut agar pengusaha kecil dapat mengembangkan usahanya,

karena kebanyakan dari usaha kecil menengah belum bisa menerapkan manajemen

atau mengatur usaha yang dimiliki. Serta para pengusaha kecil menengah kebanyakan

menggunakan alat yang masih tradisional. Diharapkan dengan pemberian

metode-metode pelatihan dan bimbingan teknis produksi, manajemen pembukuan yang lebih

baik dapat memberikan arahan tentang bagaimana cara mengelola usaha supaya lebih

berkembang serta dapat memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

2. Pemasaran.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam

hal pemasaran berfungsi sebagai pengawasan atau monitoring. Pada sistem pemasaran

sasaran kajian yaitu sebagai berikut :

(47)

b. Memfasilitasi open stan.

Diharapkan dengan diadakanya fasilitasi pemasaran dengan mengikuti pemeran

dapat memberikan kesempatan batik mangrove dapat dikenal dan dengan adanya

fasilitasi open stan ukm batik mangrove dapat memasarkan produknya dengan baik

sehingga dapat meningkatkan usahanya dan dapat berkembang.

3.3. Situs Penelitian

Situs Penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan

keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data. Agar memperoleh data

yang akurat dan mendekati kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti

menetapkan situs penelitian ini dilakukan di :

1. Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya sebagai

instansi yang bertanggung jawab dan mempunyai peranan penting dalam pembinaan

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

2. Usaha Kecil Menengah Batik Mangrove daerah Kecamatan Rungkut Kota Surabaya

yang merupakan pendukung perekonomian daerah yang memiliki kualitas sumber

daya manusia yang rendah dan perlu diberikan pembinaan.

3.4. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Loftland dalam Moleong,

2007 : 157). Berkaitan dengan hal itu sumber data adalah tempat dimana peneliti dapat

(48)

1. Informan kunci ( Key Person), yang memiliki data dan bersedia memberikan data yang

benar-benar relevan, kompeten, serta menguasai permasalahan, yang menjadi

informan dalam penelitian ini adalah.

a. Ratnawati, BA selaku Staf Bidang Usaha Kecil dan Menengah.

b. Kelompok UKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut.

2. Dokumen sebagai sumber data lain yang sifatnya melengkapi data utama yang relevan

dengan masalah dan fokus penelitian antara lain data dokumentasi, bisa berupa

peraturan-praturan, aturan-aturan formal, arsip, berita surat kabar yang relevan dengan

permasalahan penelitian.

3.5. Jenis Data

Jenis Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam jenis

data yaitu :

1. Data primer, adalah data utama yang diperoleh langsung dari informan pada saat

dilakukan penelitian melalui wawancara mendalam yang bertujuan untuk memperoleh

suatu informasi yang berkaitan dengan kegiatan pembinaan Sumber Daya Manusia

yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dalam pemberdayaan usaha kecil menengah.

2. Data Sekunder, adalah merupakan data pelengkap yang diperoleh dari

dokumen-dokumen atau arsip-arsip lain yang ada relevansinya dengan penelitian seperti melalui

media dan instansi yang bersangkutan.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitian karena hakekat dari penelitian

(49)

kualitatif, pengumpulan data diperlukan suatu teknik untuk memudahkan dalam upaya-upaya

mengumpulkan data di lapangan.

Teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi (pengamatan)

Pengamatan bisa digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan penulis dari motif,

kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan

memungkinkan pengamat untuk melihat dunia, membuat peneliti merasakan apa yang

dirasakan dan dihayati oleh subyek, dan pengamatan memungkinkan pembentukan

pengetahuan yang diketahui bersama. Peneliti melakukan observasi di Usaha Kecil dan

Menengah Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut.

b. Wawancara atau interview

Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2007 : 186), wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan tersebut

Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan struktur ketat, tetapi dengan

pertanyaan yang semakin memfokus pada permasalahan sehingga informasi yang

dikumpulkan cukup mendalam. Kelonggaran semacam ini mampu mendapatkan kejujuran

informan untuk memberikan informasi yang sebenarnya, terutama yang berkenaan dengan

perasaan, sikap, dan pandangan mereka terhadap pelaksanaan kerjanya. Teknik wawancara

semacam ini dilakukan dengan semua informan yang ada pada lokasi peneliti terutama untuk

mendapat data valid guna menjawab permasalahan penelitian.

(50)

1. Kasi Usaha Kecil dan Menengah

2. Staf Usaha Kecil dan Menengah

3. Kelompok Batik Mangrove

c. Penggunaan Dokumen

Pada teknik ini penelitian menggunakan dokumen sebagai sumber data karena

dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk menguji, menafsirkan,

dengan cara mengumpulkan data yang terdapat pada situs penelitian.

3.7. Analisis Data

Analisa data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data, data yang terkumpul

banyak sekali dan terdiri catatan lapangan dan komentar penulis gambar foto, dokumen

berupa laporan, Biografi, artikel dan sebagainya. Pekerjaan analisa data dalam hal ini ialah

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengkategorikannya.

Pengrorganisasian dan pengolahan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis

kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif (Moleong, 2007 : 280).

Dalam penelitian kualitatif digunakan analisa data yang telah dikembangkan oleh

(Miles dan Huberman, 1992 : 18-20), dengan menggunakan Analisa Model Interaktif melalui

empat prosedur yaitu :

1. Pengumpulan data

Data tersebut yang dikumpulkan merupakan data yang berupa kata-kata. Data tersebut

dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

2. Reduksi data

Sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan

Gambar

Gambar 2 Analisis interaktif Menurut Miles dan Huberman………………………….  50  Gambar 3 Struktur Organisasi Dinas Koperasi……………………………………….
Tabel 1 Data Perkembangan UKM di Kota Surabaya
Gambar I
Gambar 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memudahkan didalam pengelolaan dokumen penting ditentukan sistem pengendalian dokumen agar memudahkan didalam pengelolaan, penyimpanan dan pencarian untuk diberlakukan

Hasil yang diperoleh menunjukkan pengaruh langsung variabel auditor internal terhadap tata kelola pemerintah daerah yang baik sebesar 24,90 persen. Pengaruh tidak

Navedli so razloge, zakaj je po njihovem mnenju mediacija učinkovita metoda: ker naj bi bil mediator nepristranski; ker stranki z medsebojnim popuščanjem najdeta rešitev, ki

Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis eksploratif yaitu suatu teknik analisa data yang menggali informasi secara jelas dan terperinci berdasarkan

Dalam memperoleh bibit cabai keriting petani responden di kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda Utara dengan membeli di kios-kios Lempake maupun di pasar Lempake

Warung Internet yang selanjutnya disebut warnet adalah tempat usaha yang menyediakan dan menyelenggarakan jasa, sarana dan prasarana teknologi informasi dan

18 juga menyatakan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas tidur, namun secara deskriptif mahasiswa kedokteran perempuan lebih banyak yang

Bakteri yang paling banyak ditemukan pada feses tikus yang ter- tangkap di pasar induk adalah Salmonella paratyphi B sejumlah 4 ekor (20%) dan Salmonella Paratyphi C sejumlah