• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I SD pada Subtema Gemar Membaca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I SD pada Subtema Gemar Membaca"

Copied!
402
0
0

Teks penuh

(1)

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL KELAS I SD

PADA SUBTEMA GEMAR MEMBACA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:

F. Borgias Manungku NIM. 111134176

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL KELAS I SD

PADA SUBTEMA GEMAR MEMBACA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:

F. Borgias Manungku NIM. 111134176

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan karya ini kepada:

TUHAN YESUS KRISTUS

“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:

bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”

(Roma 11: 36)

Bapak dan Ibu

Bapak P. Suprapto dan Ibu V. Ponilah yang selalu mendukung dan mendoakan serta memberi kepercayaan kepadaku dalam mengerjakan

segala tugas-tugasku

Dosen Pembimbing

Ibu E. Catur Rismiati dan Ibu Elisabeth Desiana Mayasari yang telah rela meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing dan

mengarahkanku selama proses penyusunan penelitian ini

Teman dan Sahabat

Rosalia Dewi yang tercinta, yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam menyelesaikan penelitian ini, dan teman-teman seperjuangan, Evant, Vian, Boni, Mentari, Cahya, Tere, Frida, Ari, Cornelia, Eka, Erlin, Vita, Rini, dan Lely yang selalu berjuang

bersama-sama dalam menyelesaikan penelitian ini.

Teman-teman kelas 7A

(6)

v

MOTTO

Pasti ada jalan jika kita mau berusaha, karena Tuhan tak

pernah tidur

 “Always be yourself and never be anyone else even if they look

better than you.”

(Selalu jadi diri sendiri dan jangan pernah menjadi orang lain

meskipun mereka tampak lebih baik dari Anda)

 Hidup seperti filosofi padi “semakin berisi, semakin

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Desember 2014

Peneliti

(8)

vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : F. Borgias Manungku

Nomor Mahasiswa : 111134176

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL KELAS I SD

PADA SUBTEMA GEMAR MEMBACA”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk meminjam, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 17 Desember 2014

Yang mencantumkan

(9)

viii

ABSTRAK

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL KELAS I SD

PADA SUBTEMA GEMAR MEMBACA

Oleh:

F. Borgias Manungku NIM: 111134176

Penelitian ini berawal dari kebutuhan lapangan akan model rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) berbasis permainan tradisional. Penelitian bertujuan untuk mengetahui model (RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I SD pada subtema “Gemar Membaca”.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau (Research and Development). Prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan adalah hasil modifikasi dari model pengembangan Borg and Gall dan model pengembangan Sugiyono, yang meliputi lima langkah tahapan pengembangan: (1) studi pendahuluan, (2) pembuatan produk, (3) validasi produk, (4) instrumentasi uji coba terbatas, (5) uji coba terbatas, sampai menghasilkan model (RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I SD pada subtema “Gemar Membaca”. Subjek dalam dalam penelitian ini adalah lima SD di Yogyakarta khususnya 8 siswa kelas IB di SDN SB. Objek pada penelitian ini adalah (RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I SD subtema “Gemar Membaca”. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini adalah model (RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I SD pada subtema “Gemar Membaca”. Kualitas dari RPPH subtema “Gemar Membaca” memiliki penilaian 94,11 dari 12 validator yang menunjukkan kualitas “amat baik”. Guru memiliki gambaran RPPH berbasis permainan tradisional. Siswa menjadi lebih antusias, aktif, senang, dan mampu bersosialisasi dengan teman. Penggunaan RPPH berbasis permainan tradisional mampu meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 57% berdasarkan hasil Pre-test dan Post-test.

(10)

ix

ABSTRACT

THE CONSTRUCTION OF DAILY LESSON PLANS (RPPH) BASED ON TRADITIONAL GAMES F OR THE FIRST GRADE OF ELEMENTARY

SCHOOL IN THE SUB THEME DELIGHT IN READING

The research was done as the answer of teacher’s need on Daily Lesson Plan (RPPH) based on traditional games. The research was aimed to understand the model of Daily Lesson Plan (RPPH) traditional games-based for the first grade of elementary school in the subtheme “Delight In Reading”.

The type of the research is the research and development, well-known as R and D (Research and Development). The research prosedur Led bas the modified version between Borg & Gall and Sugiono model, which consists of; (1) Pre-study, (2) Product-making, (3) Product-validation, (4) Limited trial instruments, (5) Limited trials. The research was conducted until the final result of RPPH traditional games-based for the fisrt grade of elementary school in the sub theme

“Delight In Reading”. The subjects of the research were 5 elementary schools in Yogyakarta especially in SB State Elementary School, by taking eight students in the 1B class. The data analysis techniques used in the research were questionnaires, observations, interviews, and documentations. The instruments used in the research were questionnaire sheets, observation sheets, manual interviews, and documentations.

The result of the research was the arrangement of Daily Lesson Plan (RPPH) based on traditional games for the first grade of elementary School in the subtheme “Delight In Reading”. The RPPH quality got the point of 94,11 rating of 12 validators which was considered “very good.” Teachers might have the image of the Lesson Plan based on traditional games. In addition, student were getting more enthusiastic, active, happy, and able to socialize more with their

friends. The usage of this RPPH, was able to improve students’ learning result

uap to 57% based on the result of the pre-test and post-test.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL KELAS I SD

PADA SUBTEMA GEMAR MEMBACA” sesuai dengan waktu yang diharapkan. Skripsi ini disusun demi memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(PGSD).

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dorongan, perhatian

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Bapak Drs. Rohandi., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin

penelitian.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku dosen pembimbing I,

yang telah memberikan dorongan, motivasi dan perhatian sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A., selaku dosen pembimbing

II, yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing,

memberikan saran dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M. Hum., selaku dosen penguji,

terima kasih atas saran dan dukungannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Para dosen dan staf PGSD, terima kasih atas bantuan dan saran yang telah

(12)

xi

7. Bapak Kepala Sekolah SDN SB yang telah memberikan ijin dalam

pelaksanaan penelitian.

8. Guru kelas I SDN SB dan validator yang telah membimbing,

mengarahkan, dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

9. Siswa-siswi kelas IB SDN SB yang dapat bekerja sama dalam pelaksanaan

penelitian.

10. Orang tuaku yang terkasih, Bapak P. Suprapto dan Ibu V. Ponilah,

Adikku-adikku Irenius Bayu Sujatmiko, Maria CSN serta keluarga besarku

yang telah memberikan dukungan, kepercayaan dan kasih sayang.

11. Rosalia Dewi, terimakasih atas dukungan, perhatian dan semangat yang

telah diberikan.

12. Teman-teman seperjuanganku: Evant, Vian, Boni, Frida, Ari, Rini,

Cornelia, Eka, Erlin, Vita, Tere, Cahya, Mentari, dan Lely. Kalian luar

biasa.

13. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Semoga karya penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

berguna bagi banyak pihak. Penulis menyadari karya ini masih banyak

kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Yogyakarta, 17 Desember 2014

Peneliti

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

G. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 11

H. Definisi Operasional ... 16

11. Permainan Tradisional Anak dalam Kajian Antropologi ... 57

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 60

C. Kerangka Berpikir ... 67

D. Pertanyaan Penelitian ... 69

BAB III METODE PENELITIAN... 70

A. Jenis Penelitian ... 70

B. Setting Peneltian ... 70

1. Objek Penelitian ... 71

(14)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 101

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kendala Guru Kelas I Terkait Implementasi Kurikulum 2013 ... 5

Tabel 1.2 Masalah yang dialami Siswa Kelas I dalam pembelajaran ... 6

Tabel 2.1 Perbandingan teori Piaget dan Vygotsky ... 21

Tabel 2.2 Perubahan Kurikulum di Indonesia ... 29

Tabel 2.3 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum ... 32

Tabel 2.4 Penyempurnaan Pola Pikir ... 35

Tabel 2.5 Elemen Perubahan Kurikulum ... 36

Tabel 3.1 Kisi-kisi Penilaian RPPH ... 82

Tabel 3.2 Kisi-kisi Penilaian Silabus ... 84

Tabel 3.3 Kisi-kisi Penilaian Uji Coba Terbatas ... 85

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 86

Tabel 3.5 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa ... 86

Tabel 3.6 Kisi-kisi Pedoman Focus Group Disscussion (FGD) ... 87

Tabel 3.7 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru Hasil Uji Coba Terbatas .... 88

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Pembelajaran K13 ... 88

Tabel 3.9 Kisi-kisi Uji Validitas ... 90

Tabel 3.10 Jenis Validitas Instrumen yang digunakan dandan Penelitian .... 92

Tabel 3.11 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 96

Tabel 3.12 Tabel Kriteria Peringkat Kualitas RPPH ... 97

Tabel 3.13 Jadwal Penelitian ... 100

Tabel 4.1 Hasil Wawancara Guru ... 105

Tabel 4.2 Hasil Wawancara Siswa ... 106

Tabel 4.3 Hasil Penilaian RPPH lima Sekolah di Yogyakarta ... 107

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Silabus lima Sekolah di Yogyakarta ... 108

Tabel 4.5 Nilai Hasil Observasi lima Sekolah di Yogyakarta ... 108

Tabel 4.6 Hasil Pengumpulan data Kuesioner Silabus dan RPPH dan Observasi ... 110

Tabel 4.7 Hasil Focus Group Discussion (FGD) ... 112

Tabel 4.8 Tabel Kriteria Produk ... 116

Tabel 4.9 Rekapitulasi Validasi Ahli pada Pembelajaran 1 ... 116

Tabel 4.10 Hasil Rekapitulasi Kualitatif Para Ahli pada Pembelajaran 1 .... 117

Tabel 4.11 Rekapitulasi Validasi Ahli pada Pembelajaran 2 ... 118

Tabel 4.12 Hasil Rekapitulasi Kualitatif Para Ahli pada Pembelajaran 2 .... 119

Tabel 4.13 Rekapitulasi Validasi Ahli pada Pembelajaran 3 ... 119

Tabel 4.14 Hasil Rekapitulasi Kualitatif Para Ahli pada Pembelajaran 3 .... 120

Tabel 4.15 Rekapitulasi Validasi Ahli pada Pembelajaran 4 ... 121

Tabel 4.16 Hasil Rekapitulasi Kualitatif Para Ahli pada Pembelajaran 4 .... 122

Tabel 4.17 Rekapitulasi Validasi Ahli pada Pembelajaran 5 ... 123

Tabel 4.18 Hasil Rekapitulasi Kualitatif Para Ahli pada Pembelajaran 5 .... 124

Tabel 4.19 Rekapitulasi Validasi Ahli pada Pembelajaran 6 ... 124

Tabel 4.20 Hasil Rekapitulasi Kualitatif Para Ahli pada Pembelajaran 6 .... 125

Tabel 4.21 Rekapitulasi Peringkat Kualitas Produk RPPH ... 129

Tabel 4.22 Hasil Pengujian Soal Valid ... 132

(16)

xv

Tabel 4.24 Reliabilitas Soal ... 134

Tabel 4.25 Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Terbatas ... 131

Tabel 4.26 Daftar Nilai Peserta didik ... 137

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Pemetaan Penelitian yang Relevan ... 66

Gambar 3.1 Bagan Tahap-tahap R & D menurut Sugiyono ... 72

Gambar 3.2 Bagan Tahap-tahap R & D menurut Brog & Gall ... 74

Gambar 3.3 Bagan Pengembangan RPPH berbasis Permainan Tradisional .. 76

Gambar 3.4 Rumus Point Biserial ... 94

Gambar 3.5 Rumus Uji Reliabilitas ... 95

Gambar 3.6 Rumus Perolehan Nilai RPP ... 97

Gambar 3.7 Pedoman Penilaian Tes ... 98

Gambar 3.8 Rumus Perhitungan Rata-rata Tes ... 98

Gambar 3.9 Rumus Perhitungan Peringkat Pre-test dan Post-Test ... 98

Gambar 3.10 Rumus Perhitungan Instrumen Observasi ... 99

Gambar 3.11 Rumus Skor Perolehan Silabus ... 99

Gambar 3.12 Rumus Skor Perolehan RPPH ... 100

Gambar 4.1 Rumusan Penilaian RPPH ... 115

Gambar 4.2 Persentase Kenaikan Hasil Tes ... 137

Gambar 4.3 Diagram Persentase Kenaikan Pre-Test dan Post-Test ... 138

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Sebelum dan Sesudah ... 155

Lampiran 2. Hasil Observasi ... 160

Lampiran 3. Hasil Dokumentasi ... 171

Lampiran 4. Sampel RPPH sebelum Validasi ... 178

Lampiran 5. Validitas RPPH ... 203

Lampiran 6. RPPH setelah Validasi ... 237

Lampiran 7. Soal Uji Validasi ... 362

Lampiran 8. Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 368

Lampiran 9. Soal Sesudah Uji Validitas ... 371

Lampiran 10. Hasil Pre-test ... 375

Lampiran 11. Hasil Posttest ... 379

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab I membahas delapan bagian pendahuluan dari penelitian ini, yaitu: latar

belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional.

Bagian-bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional merupakan salah satu indikator utama pembangunan

dan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan Nasional di Indonesia berpegang

kepada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 memiliki tujuan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa, serta agar pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem dalam pengajaran nasional yang telah diatur di

dalam undang-undang (Majid, 2014).

Usaha untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut telah tercantum dalam

Undang Nasional Sistem Pendidikan No. 20 Tahun 2003.

Undang-undang ini telah memuat tujuan pendidikan “Pendidikan Nasional bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

(20)

formal maupun non formal (Tatang, 2010). Pendidikan formal dapat diperoleh

melalui sekolahan dan instansi-instansi pemerintah terkait, sedangkan pendidikan

non formal dapat diperoleh melalui lembaga masyarakat atau lingkungan sekitar.

Pendidikan yang baik saat ini adalah pendidikan yang mampu menghasilkan SDM

yang seimbang antara segi intelektual dengan segi moralitas (Suwija, 2012).

Sekarang ini pemerintah melalui kementrian Pendidikan Nasional mulai

memberlakukan Kurikulum baru yang menekankan perkembangan dalam hal

intelektual dan juga moralitas pembentuk karakter peserta didik.

Kurikulum dibuat dengan melihat perkembangan zaman dan disesuaikan

dengan tujuan pendidikan nasional. Hidayat (2013) mengungkapkan bahwa

Kurikulum merupakan salah satu instrumental input dalam mencapai tujuan

pendidikan nasional yang dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan

dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Selama Indonesia merdeka, telah

terjadi perubahan Kurikulum sebanyak sepuluh kali, mulai dari Kurikulum 1947

sampai dengan Kurikulum 2006. Perubahan-perubahan ini menunjukkan bahwa

sektor pendidikan di tanah air belum mampu mengatasi ketertinggalan bangsa

dalam mengikuti kompetensi regional maupun global (Abdullah, 2007).

Kementrian pendidikan dan kebudayaan tengah melakukan implementasi

Kurikulum 2013 untuk mengatasi hal di atas. Pro dan kontra muncul dan

mempertanyakan tentang implementasi Kurikulum 2013. Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan, Muhammad Nuh (Kompas, Kamis, 7 Maret 2013) mengatakan

bahwa orang-orang mempertanyakan Kurikulum 2013 karena adanya perbedaan

(21)

kompetensi yang menjadi dasar Kurikulum 2013. Pengembangan Kurikulum 2013

akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi

(Mulyasa, 2013). Sebab lain perlunya pengembangan Kurikulum 2013 yakni

dalam rangka pemenuhan kebutuhan kompetensi Abad 21, di mana Sumber Daya

Manusia Indonesia yang memasuki usia produktif melimpah.

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dan

tematik terpadu. Pendekatan saintifik adalah proses guna memberikan pemahaman

bagi peserta didik untuk mengenal dan memahami materi yang diperoleh dengan

menggunakan pendekatan ilmiah (Kemendikbud, 2013). Peserta didik yang

mempelajari materi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang ilmiah

dapat memperoleh informasi yang berasal dari luar guru. Proses pembelajaran

semacam ini mengarahkan peserta didik untuk memperoleh informasi secara

mandiri. Sedangkan pendekatan tematik terpadu, menurut Trianto (2009) adalah

pembelajaran tematik terpadu dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang

berdasarkan tema-tema tertentu. Tema digunakan untuk mengaitkan beberapa

mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa

(Depdiknas, 2006). Tema dalam Kurikulum 2013 terdiri dari beberapa subtema,

dan di setiap subtema terdapat enam pembelajaran. Masing-masing pembelajaran

dikembangkan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran harian

(RPPH).

Seorang guru wajib menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harian

(22)

Pembelajaran Harian (RPPH) merupakan suatu komponen yang penting disiapkan

guru sebelum mengajar di dalam kelas. Mulyasa (2008) mengungkapkan bahwa

rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) mencerminkan apa yang akan

dilakukan oleh guru dalam memberikan kemudahan belajar peserta didik, dapat

juga diartikan seperti skenario pembelajaran yang dirancang oleh guru.

Penyusunan skenario pembelajaran perlu memperhatikan langkah-langkah

penyusunan RPPH yang baik dengan memperhatikan komponen-komponen yang

ada di dalamnya. Muslich (2007) mengungkapkan bahwa langkah-langkah yang

dilakukan guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran harian

(RPPH) adalah menentukan kompetensi dasar, menentukan indikator dan tujuan

pembelajaran, menentukan alokasi waktu, merumuskan tujuan pembelajaran,

memilih metode pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran dan

menentukan teknik penilaian.

Peneliti melakukan wawancara dengan Guru kelas I di lima Sekolah Dasar

di Yogyakarta. Kelima sekolah dasar ini namanya peneliti samarkan guna

kepentingan kode etik dalam penelitian. Kelima sekolah dasar tersebut adalah

SDN SB, SDN J, SDN N, SDK G, dan SDK JB yang telah menerapkan

Kurikulum 2013. Peneliti memilih guru kelas I karena pada saat melakukan

kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN SB guru kelas I kerap

menanyakan perihal Kurikulum 2013. Kenyataan di lapangan menunjukkan

beberapa kendala yang dihadapi guru dalam pengaplikasian Kurikulum 2013.

(23)

Tabel 1.1

Kendala guru kelas I terkait implementasi Kurikulum 2013

Guru kelas I

Sekolah Dasar di Yogyakarta masih kesulitan dalam menerapkan pembelajaran

tematik dengan mengacu Kurikulum 2013. Kesulitan guru terutama pada proses

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH), dan guru merasa

model pembelajaran yang diterapkan belum sesuai dengan keinginan peserta

didik. Paparan dari kelima guru mengatakan bahwa sosialisasi tentang Kurikulum

2013 masih dirasa kurang dan guru juga kebingungan dalam hal penilaian yang

termuat dalam Kurikulum 2013. Kebingungan-kebingungan ini bahkan membuat

guru di SDN SB tidak menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran harian

(RPPH) sebelum mengajar di dalam kelas, sehingga dalam mengajar guru hanya

terpaku pada materi yang ada pada buku tanpa ada persiapan yang cukup matang

dalam mengajar.

Wawancara juga menyinggung tentang pelaksanaan pembelajaran yang

diterapkan di kelas. Peneliti melakukan wawancara tidak restruktur dengan siswa

kelas I di lima Sekolah Dasar di Yogyakarta untuk mengetahui permasalahan yang

dihadapi siswa pada pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Hasil

(24)

Tabel 1.2

Masalah yang dialami siswa kelas 1 dalam pembelajaran

Siswa kelas I

bermain di luar kelas, sedangkan guru belum dapat mengakomodasi pembelajaran

sesuai dengan keinginan siswa. Hal ini peneliti ketahui setelah melakukan

wawancara dengan guru kelas I. Peneliti juga menemukan bahwa dalam proses

belajar mengajar di dalam kelas guru relatif menggunakan model pembelajaran

yang monoton yaitu dengan ceramah dan diskusi yang kemudian membuat siswa

menjadi bosan dan kurang antusias dalam pembelajaran. Hal tersebut peneliti

temukan saat melakukan wawancara dengan siswa kelas I yang berada di lima

Sekolah Dasar di Yogyakarta.

Permasalahan terkait dengan implementasi kurikulum 2013 yang dihadapi

guru dan siswa cukup banyak ditemui di lima Sekolah Dasar di Yogyakarta.

Peneliti menggali permasalahan yang dialami guru lebih dalam lagi dengan

melakukan observasi dan dokumentasi. Observasi peneliti lakukan dengan cara

melihat proses pembelajaran di kelas secara langsung yang diterapkan guru. Hasil

(25)

kesulitan ketika menyampaikan pembelajaran dengan mengacu Kurikulum 2013.

Pembelajaran yang berlangsung menunjukkan keadaan siswa yang tampak tidak

antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari

siswa yang sering bermain dengan temannya dan tidak menghiraukan pelajaran,

padahal dalam kurikulum 2013 siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengikuti

pelajaran. Peneliti menilai bahwa hal ini terjadi karena minimnya media

pembelajaran yang digunakan oleh guru yang dapat menarik minat dan perhatian

peserta didik.

Peneliti tidak terus berhenti dengan melakukan observasi, peneliti kemudian

melakukan dokumentasi untuk melihat kelengkapan perangkat pembelajaran yang

dimiliki oleh guru. Hasil dari dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti, dapat

diketahui bahwa guru belum memiliki perangkat pembelajaran yang cukup

lengkap, bahkan guru belum memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran harian

(RPPH) yang merupakan hal terpenting dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar. Permendiknas No.81A Tahun 2014 menekankan bahwa seorang guru

wajib membuat dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH).

Guru dapat mengembangkan RPPH berdasarkan kemampuan peserta didik minat,

motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, serta

kebutuhan dari peserta didik itu sendiri. Melihat permasalahan di atas guru dapat

mengakomodasi kegiatan pada RPPH sesuai dengan minat, kebutuhan, dan latar

belakang peserta didik. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru adalah

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

(26)

Permainan ialah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan

untuk kepentingan permainan itu sendiri (Santrock dalam Aulina, 2012). Kegiatan

tersebut dilakukan tanpa paksaan dan dengan perasaan senang. Anak akan

memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang dapat mengembangkan

kemampuan dirinya melalui permainan yang dilakukan (Sujiono, 2010). Kegiatan

bermain yang dilakukan dapat mengaitkan kearifan lokal yang ada di sekitar

lingkungan anak. Salah satu permainan yang mengakomodasi kearifan lokal

adalah dengan memainkan permainan tradisional yang biasa ditemui anak,

misalnya seperti: engklek, lari karung, kelereng, bentengan, gobaksodor, jitungan,

dan sebaginya. Siswa kelas I pada dasarnya masih memiliki naluri untuk selalu

bermain sesuai dengan tahap perkembangannya. Piaget (dalam Majid, 2014)

mengungkapkan bahwa anak usia SD urung usia 7-11 tahun berada pada tahap

operasional konkret di mana tahapan tersebut ditandai oleh kemampuan berpikir

konkret dan mendalam, serta mampu mengklasifikasi dan mengontrol

peresepsinya. Melalui kegiatan bermain yang dilakukan guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran dapat menggiring peserta didik dalam

tahapan yang lebih konkret. Tahap ini merupakan perkembangan yang dapat

menjembatani peningkatan pemahaman anak-anak karena interaksi sosialnya

(Vygotsky dalam Beaty: 2013).

Uraian permasalahan yang diungkapkan peneliti di atas mengindikasikan

bahwa hal krusial yang dibutuhkan guru kelas I di kelima SD di Yogyakarta

adalah tentang penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH)

(27)

sebuah penelitian dengan judul ”Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Harian (RPPH) Berbasis Permainan Tradisional Kelas I SD pada Subtema

Gemar Membaca”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang dihadapi oleh guru dalam

melaksanakan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :

1. Guru mengalami kesulitan tentang pemahaman Kurikulum 2013.

2. Guru kurang optimal dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

harian (RPPH) pada Kurikulum 2013.

3. Keterbatasan guru dalam mengatasi peserta didiknya yang masih dalam

tahap ingin selalu bermain dan kurang dapat memusatkan perhatian ke

dalam pembelajaran.

4. Guru mengalami kesulitan dalam hal penilaian yang terdapat pada

Kurikulum 2013.

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah pada penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

harian (RPPH) ini dilakukan agar dapat terfokus pada pengembangan. Peneliti

hanya akan membatasi masalah pada hal-hal sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) akan dibatasi untuk

(28)

2. Permainan yang dipakai dalam pembelajaran dibatasi pada 3 pembelajaran.

Pembelajaran 2 menggunakan permainan engklek, pembelajaran 5

menggunakan permainan lari karung, dan pembelajaran 6 menggunakan

permainan ancak-ancak alis.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah bagaimana model rencana pelaksanaan

pembelajaran harian (RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I SD subtema

“Gemar Membaca” ?

E. Tujuan Pengembangan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

mengembangkan bagaimana model rencana pelaksanaan pembelajaran harian

(RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I SD subtema gemar membaca.

F. Manfaat Pengembangan

Pengembangan dengan menggunakan R & D mempunyai manfaat yang

cukup besar, baik bagi peneliti, guru, siswa, bagi sekolah maupun Prodi PGSD.

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian pengembangan ini memberikan pengalaman dan pengetahuan

(29)

2. Bagi Guru

Penelitian pengembangan ini dapat dijadikan salah satu alternatif RPPH

berbasis permainan tradisional yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran dalam kurikulum 2013.

3. Bagi Siswa

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis

permainan tradisional yang telah dikembangkan oleh peneliti, mampu

menambah ketertarikan siswa dalam belajar khususnya untuk kelas I dengan

materi pada subtema gemar membaca.

4. Bagi Sekolah

Dapat menambah referensi bagi sekolah dalam mengembangkan rencana

pelaksanaan pembelajaran harian berbasis permainan tradisional.

5. Bagi Prodi PGSD

Menambah bahan pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait

dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis permainan

tradisional.

G. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

Spesifikasi produk yang akan dihasilkan adalah Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Harian (RPPH). Komponen yang terdapat dalam RPPH adalah (1)

identitas RPPH, (2) pemetaan kompetensi inti, (3) kompetensi dasar dan indikator

pembelajaran, (4) tujuan pembelajaran, (5) materi pembelajaran, (6) pendekatan,

(30)

langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (9) penilaian pembelajaran, (10)

lampiran materi, (11) Lembar Kerja Siswa (LKS), (12) soal evaluasi dan (13)

kunci jawaban pada setiap pembelajaran. Produk RPPH disusun dengan melihat

kebutuhan perkembangan pribadi peserta didik (karakter, keterampilan dan

intelektual) yang nampak dalam indikator dan tujuan pembelajaran dengan

mengakomodasikan permainan tradisional sebagai ciri khasnya. Permainan

tradisional dipilih sebagai metode pembelajaran karena sesuai dengan

karakteristik dan perkembangan peserta didik.

Tahap penyusunan RPPH terlebih dahulu dimulai dengan menentukan KI-1

dan KI-2 pada salah satu muatan pelajaran dalam setiap pertemuan. Meskipun,

pemerintah tidak menganjurkan untuk memunculkan indikator pada 1 dan

KI-2, namun peneliti memunculkan indikator KI-1 dan KI-2 yang bertujuan untuk

menguatkan keterampilan sikap peserta didik baik dengan teman, guru, maupun

Tuhannya. Penambahan ini dilakukan untuk menanamkan kegiatan pembelajaran

dengan menekankan pendidikan karakter di dalamnya. Pendidikan karakter

dimuat pada indikator pembelajaran yang dipilih dengan memperhatikan

kompetensi dasar dan menggunakan kata kerja operasional sesuai dengan

Taxonomi Bloom sehingga dapat memperjelas guru dalam mencapai tujuan

pembelajaran dan membuat penilaian.

Tujuan pembelajaran yang akan dicapai dirumuskan berdasarkan

masing-masing indikator pada setiap muatan pelajaran. Tujuan pembelajaran

menggunakan kata kerja operasional, sehingga memudahkan guru untuk

(31)

dan keterampilan peserta didik. Tujuan pembelajaran juga memuat unsur A

(audience) yang menunjukkan kegiatan ditujukan untuk siswa, B (behavior) yang

menunjukkan kemampuan yang harus dikuasai siswa, C (conditions) yang

menunjukkan sikap atau keterampilan yang akan diamati, dan D (degree) yang

bertujuan menunjukkan tingkatan keterampilan yang akan diukur guru.

Unsur-unsur tersebut akan memudahkan guru dalam memberikan materi dalam

pencapaian target pembelajaran. Materi yang terdapat dalam setiap pertemuan

mengandung beberapa muatan pembelajaran tergantung pada jadwal di setiap

pertemuan. Materi dalam RPPH ditulis menggunakan poin-poin untuk setiap

muatan pembelajaran berisi isi pokok materi pembelajaran. Materi disesuaikan

dengan tema pembelajaran dan tingkat perkembangan peserta didik dengan

menggunakan pendekatan yang sesuai.

Pendekatan yang digunakan pada setiap pertemuan menggunakan

pendekatan saintifik dan tematik terpadu. Pendekatan saintifik dipilih karena

sesuai dengan ketentuan pada kurikulum 2013 yang sedang berjalan. Pendekatan

saintifik ini dapat melatih peserta didik dalam menemukan solusi dari setiap

permasalahan yang ditemukan, guru hanya sebagai fasilitator. Guru dapat

membedakan dengan jelas metode ilmiah dalam pendekatan saintifik yaitu

mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan yang telah

penulis cantumkan pada langkah-langkah pembelajaran. Selain menggunakan

pendekatan saintifik, peneliti juga mengiakan pendekatan tematik. Pendekatan

tematik terlihat dari materi pembelajaran yang saling terintegrasi antar muatan

(32)

pembelajaran yang digunakan adalah discovery learning. Pemilihan model

tersebut berdasarkan kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk

menemukan sendiri pemahamannya. Metode pembelajaran yang digunakan secara

keseluruhan berjumlah 6 yaitu, ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi,

presentasi dan permainan tradisional yang merupakan ciri khas dalam produk

RPPH. Namun, tidak semua metode digunakan secara bersamaan dalam satu

pertemuan. Penggunaan metode pembelajaran disesuaikan dengan materi dan

kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

Permainan tradisional disisipkan dalam produk RPPH ini dengan tujuan

menyesuaikan tingkat perkembangan dan minat peserta didik. Penggunaan

permainan tradisional membantu guru dalam menanamkan pendidikan karakter

pada peserta didik. Permainan tradisional memuat pendidikan karakter, karena

permainan tersebut secara tidak langsung mengajarkan peserta didik dalam proses

berinteraksi dengan teman, bekerja sama dengan teman, dan mengikuti aturan

permainan. Proses tersebut dapat menimbulkan kebiasaan peserta didik untuk

bekerja dalam kelompok bukan menjadi peserta didik yang individualis.

Permainan yang dimasukkan dalam RPPH berjumlah 3 yaitu permainan engklek

yang terdapat pada pembelajaran 2, lari karung pada pembelajaran 5, dan pada

pembelajaran 6. Permainan tersebut dipilih karena memuat budaya lokal dan

cukup dikenal oleh peserta didik. Permainan ini tidak membutuhkan alat

penunjang permainan yang mahal dan sulit dicari, selain itu permainan ini sesuai

untuk menjelaskan materi yang terdapat pada subtema gemar membaca. Peneliti

(33)

menjelaskan materi yang dipilih. Setiap aturan permainan telah terlampir pada

produk RPPH disertai dengan penilaian yang termuat di dalamnya.

Penilaian pembelajaran disusun dengan jelas dan memperhatikan aspek

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Penilaian berisi teknik penilaian (tes tertulis

tidak tertulis, dan keterampilan/unjuk kerja), instrumen penilaian (soal, kunci

jawaban, rubrik penilaian). Penilaian dibuat untuk setiap indikator, sehingga

semua indikator dapat diukur dengan jelas. Peneliti juga memberikan pedoman

penilaian pada setiap indikator yang diukur, hal ini dilakukan untuk memudahkan

guru dalam memberikan penilaian pada RPPH.

Produk RPPH dibuat dalam satu sutema yaitu “Gemar Membaca” yang

terdiri dari 6 pertemuan. Masing-masing pertemuan mengandung muatan yang

berbeda, sehingga memiliki tujuan pembelajaran dan metode yang berbeda-beda.

Pertemuan pertama, materi pembelajaran menekankan pada kebiasaan membaca

dan bercerita tentang kegemaran dalam membaca, setelah itu peserta didik diajak

untuk membuat buku kegemaran. Metode yang digunakan lebih pada diskusi

tanya jawab tentang kegemaran membaca dan demonstrasi tentang buku

kegemaran yang dibuat. Pertemuan kedua, materi pembelajaran difokuskan pada

kegiatan bermain dengan kartu kata dengan bantuan permainan engklek dan

melakukan penghitungan hasil wawancara. Metode yang digunakan lebih pada

ceramah, permainan, pemberian tugas, diskusi, tanya jawab dan demonstrasi.

Pertemuan ketiga, berisi tentang kegiatan membaca puisi dan membuat gambar

ilustrasi Kegiatan bercerita hobi anggota keluarga dilakukan melalui tanya jawab

(34)

jenis-jenis bacaan dan membuat gambar ilustrasi berupa sampul buku. Metode yang di

pakai dalam pembelajaran ini adalah ceramah, penugasan diskusi tanya jawab dan

demonstrasi. Pertemuan kelima, peserta didik akan menyusun kata, melakukan

gerak lokomotor dan mengikuti peraturan dalam permainan lari karung, setelah itu

peserta didik akan membuat pohon kata. Metode yang digunakan dalam

pertemuan ini adalah lebih pada permainan lari karung yang akan menerangkan

peserta didik dalam menyusun kata, melakukan gerak lokomotor dengan

memahami peraturan yang ada dalam permainan. Pertemuan terakhir, yaitu

pertemuan ke enam lebih pada evaluasi. Materi yang termuat pada pertemuan ini

adalah mengenal panjang pendek dan menghitung jumlah suku kata, menceritakan

gambar hasil karya sendiri dan teman serta menggambar berdasarkan tema yang

telah ditentukan. Peneliti menggunakan permainan ancak-ancak alis untuk materi

mengenal panjang pendek dan menghitung jumlah suku kata.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Desain pembelajaran adalah suatu rancangan atau teknik untuk mencapai

sebuah tujuan dengan menggunakan model atau media sebagai penunjang.

2. Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang dirancang oleh Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dengan menggunakan pendekatan

(35)

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) adalah rencana

pembelajaran yang disusun setiap hari yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran.

4. Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang menggunakan metode ilmiah

dalam kegiatan pembelajaran. Metode ini memuat kegiatan 5M di dalamnya

yaitu menanya, mengamati, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.

5. Pendekatan tematik terpadu adalah pendekatan yang menghubungkan antara

pembelajaran satu dengan pembelajaran lainnya, sehingga saling terkait satu

sama lain.

6. Permainan Tradisional adalah kekayaan bangsa yang mempunyai nilai-nilai

luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus.

7. Permainan tradisional engklek adalah permainan yang dimainkan dengan

cara melompat pada suatu bidang datar dengan menggunakan satu kaki.

Permainan ini biasanya dimainkan lebih dari satu orang dengan

menggunakan gacuk sebagai sarana

8. Permainan tradisional lari karung adalah permainan yang dimainkan dengan

cara melompat menggunakan karung. Biasanya dimainkan saat Hut

Kemerdekaan.

9. Permainan tradisional ancak-ancak alis adalah permainan tradisional Jawa

yang dimainkan lebih dari 2 orang dengan berjalan mengitari gapura diiringi

(36)

18

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas empat bagian pendahuluan dari penelitian ini, yaitu:

teori yang mendukung, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan

pertanyaan penelitian. Bagian-bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

A. Teori yang Mendukung

Teori yang mendukung memaparkan tentang belajar, teori belajar

konstruktivisme, kurikulum, perkembangan kurikulum di Indonesia, kurikulum

2013, pendekatan saintifik, pendekatan tematik terpadu, penilaian otentik,

pembagian materi, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar, lembar

kerja peserta didik, dan permainan tradisional.

1. Belajar

Teori belajar dapat membantu guru dalam memahami bagaimana peserta

didik dalam belajar. Pemahaman cara belajar dapat membantu proses belajar

menjadi lebih efektif, efisien, dan produktif (Abdullah, 2013). Belajar merupakan

subah perubahan perilaku yang dilakukan seseorang. Skinner (dalam Dimyati &

Mudjiono, 2006) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat

seseorang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika

seseorang tidak belajar maka responsnya akan menurun. Belajar dapat

mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang. Daryanto

dan Raharjdo (2012) mengungkapkan belajar merupakan perubahan dalam

kepribadian yang digambarkan sebagai suatu pola berupa keterampilan, sikap,

(37)

oleh Gadne (dalam Dimyati & Mudjiono, 2006) yang mengungkapkan hawa

belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Belajar memberikan hasil berupa

keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Belajar juga dapat menjadi sebuah

pengalaman yang bermakna dan tak terlupakan. Piaget (dalam Semiawan, 2008)

mengungkapkan bahwa belajar merupakan adaptasi yang holistik dan bermakna

yang timbul dari diri seseorang terhadap situasi yang baru, sehingga seseorang

tersebut mengalami perubahan yang relatif bersifat permanen.

Pendapat para ahli di atas senada dengan pendapat yang di paparkan oleh

Yamin (2005) yang mengungkapkan bahwa belajar merupakan perubahan

perilaku seseorang akibat dari pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan,

pendengaran, membaca, dan meniru. Perubahan perilaku tersebut didasarkan

dengan adanya proses pengalaman dan latihan seseorang. Proses belajar tersebut

juga diungkapkan oleh Djamarah dan Zain (2010) yang mengatakan bahwa

belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.

Pendapat para ahli di atas mengungkapkan bahwa belajar merupakan suatu

proses perubahan tingkah laku/kepribadian seseorang sebagai hasil dari

kejadian-kejadian atau pengalaman yang telah dialami seseorang di lingkungannya.

Perubahan yang dialami umumnya bersifat permanen, sehingga perlu adanya

proses pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian seseorang menjadi lebih

baik dan terarah. Hal ini dikarenakan adanya hubungan yang erat antara proses

(38)

2. Teori Belajar Kontruktivisme

Kontruktivisme berhubungan dengan peristiwa yang kita alami sehari-hari.

Suyono dan Hariyanto (2011) beranggapan bahwa kontruktivisme berlandaskan

melalui pengalaman, peserta didik dapat membangun dan mengonstruksi

pengetahuan serta pemahaman sesuatu hal dengan pengalaman yang dialaminya.

Peserta didik akan memperoleh kesempatan memahami sesuatu dengan

membangun pengetahuan yang dimilikinya didorong dengan didukung dengan

lingkungan sekitar mereka. Teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar yang

memandang bahwa setiap peserta didik membentuk pemahaman melalui apa yang

mereka pelajari sendiri dari suatu pengetahuan maupun keterampilan (Schunk,

2012). Menurut Tugde dan Scrimsher dalam (Schunk: 2012) Kegiatan

pembelajaran pada teori ini lebih banyak menempatkan penekanan pada kegiatan

di lingkungan sosial sebagai fasilitator perkembangan. Teori konstruktivisme

yang paling disoroti adalah teori yang diungkapkan oleh Piaget dan Vygotsky.

Piaget beranggapan bahwa perkembangan anak yang bermakna akan

membangun struktur kognitifnya untuk memahami dan menanggapi pengalaman

dalam lingkungannya. Struktur kognitif anak akan meningkat sesuai dengan

perkembangan usianya menuju aktivitas mental yang lebih kompleks. Berkaitan

dengan pengajaran di sekolah, menurut teori ini guru harus menekankan

pentingnya peran pengalaman bagi anak, atau interaksi anak dengan lingkungan

sekitarnya. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011) yang beranggapan bahwa

dengan mencermati peran penting konsep yang fundamental seperti kelestarian

(39)

dapat memunculkan pengalaman bagi anak yang tidak mudah dilupakan. Dengan

demikian, guru dapat mengoptimalkan kegiatan belajar melalui permainan untuk

mendukung kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

Vygotsky beranggapan bahwa lingkungan sosial sebagai penentu

perkembangan individu. Interaksi dengan lingkungan dan teman sebaya akan

meningkatkan perkembangan intelektual individu. Sesuai dengan konsep ZPD

(Zone of Proximal Develompment) yang menyatakan adanya perbedaan antara apa

yang dilakukan peserta didik sendiri dengan apa yang dapat dilakukan peserta

didik dengan bantuan orang lain. Orang lain yang dimaksud adalah teman sebaya,

guru, dan orang tua (Schunk:2012). Pendapat yang diungkapkan oleh Piaget dan

Vygotsky dapat dilihat dengan jelas melalui tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

Perbandingan teori Piaget dan Vygotsky

Paget Vygotsky

Konteks sosial-budaya Kurang ditekankan Sangat ditekankan Kontruktivisme Kontruktivisme positif Kontruktivisme sosial Perkembangan kognitif Perkembangan kognituf

Tahapan Menekankan pada tahapan Tidak ada tahapan

Peranan bahasa Kurang berperan Sangat berperan membentuk pikiran

Interaksi dengan orang lain Teman sejawat dibutuhkan sebagai agen perubahan

Arang dewasa dibutuhkan sebagai agen perubahan Proses Proses individu menjadi proses

sosial

Proses sosial menjadi proses psikologi individu

Sumber: Abdullah (2006)

Paparan mengenai pendekatan konstruktivis di atas, menjelaskan bahwa

(40)

menyediakan bimbingan dan menciptakan lingkungan yang kondusif dalam

mendukung peserta didik memperoleh pengetahuannya. Guru dapat memfasilitasi

anak untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan teman sebayanya. Pembelajaran

kolaboratif akan lebih bermakna dari pada kompetitif, sehingga akan mengurangi

persaingan antar peserta didik. Penerapan pembelajaran kooperatif (Cooperative

Learning) dapat memudahkan peserta didik dalam menemukan dan memahami

konsep-konsep yang dianggap sulit (top down process). Oleh karena itu, guru

harus melibatkan peserta didik dalam pengalaman belajar yang dapat

memunculkan pengetahuan awal kemudian mendorong terjadinya kerja sama

untuk menyimpulkan masalah dan meningkatkan pengetahuannya.

3. Kurikulum

Kurikulum dapat dijadikan salah satu acuan untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional. Hidayat (2013) mengungkapkan bahwa Kurikulum

merupakan salah satu instrumental input dalam mencapai tujuan pendidikan

nasional yang dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan

perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Pengertian Kurikulum menurut

Hidayat, hampir sama dengan yang termuat dalam Permendikbud (2014) bahwa

Kurikulum merupakan bagian yang penting dalam pendidikan yang memberikan

sumbangan dalam mewujudkan proses berkembangnya kualitas dan potensi dari

peserta didik. Kurikulum dibuat sebagai pedoman untuk memudahkan guru dalam

memilah-milah materi dan proses pembelajaran guna mencapai tujuan tertentu.

Pendapat senada diungkapkan oleh Mulyasa (2006), yang mengungkapkan

(41)

tujuan, kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, dan cara yang akan

digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai

kompetensi dasar dan tujuan dari pendidikan tersebut. Kurikulum berisi rencana

dan peraturan dalam pendidikan, sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003. Pendapat

yang sama juga diungkapkan oleh Sanjaya (2008) yang mengungkapkan bahwa

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan pendidikan mengenai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan guru sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang

diharapkan.

Berbeda dengan para ahli di atas, menurut Arifin (2011) kurikulum adalah

segala kegiatan dan pengalaman yang mencakup kegiatan belajar seseorang serta

segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian peserta didik,

baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kegiatan ini didasarkan atas tanggung

jawab sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Pendapat

berbeda juga diungkapkan oleh Caswel dan Campbell (dalam Hidayat, 2013)

mereka mengungkapkan bahwa kurikulum lebih dianggap sebagai suatu

pengalaman atau sesuatu yang nyata, yang dibuat dan terjadi dalam proses

pendidikan itu sendiri. Hampir sama dengan pendapat Caswel dan Campbell,

menurut Focus Mangunwijaya VII (2013) kurikulum adalah seluruh pengalaman

yang akan direncanakan dan dialami oleh peserta didik dalam proses

pembelajaran yang terjadi di lingkungannya.

Paparan yang telah diungkapkan para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan

(42)

matang oleh pihak yang berwenang untuk dijadikan acuan dalam kegiatan belajar

mengajar sampai dengan tujuan pembelajaran itu sendiri, harus memperhatikan

aspek perkembangan peserta didik. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan

jika kurikulum dapat berkembang sesuai tuntutan zaman. Perkembangan dan

perubahan kurikulum pada prinsipnya karena pendidikan bertujuan menyiapkan

peserta didik agar dapat bersaing sesuai keadaan zaman. Menurut (Fadillah: 2014)

perkembangan kurikulum menjadi solusi terhadap persoalan yang dihadapi

bangsa, karena berhasil atau tidaknya sebuah pendidikan sangat tergantung pada

kurikulum yang berlaku.

4. Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Perubahan Kurikulum di Indonesia selalu berubah-ubah sesuai dengan

perkembangan zaman. Dikti (2012) mencatat perjalanan perubahan kurikulum di

Indonesia sudah sejak tahun 1945 hingga tahun 2006. Data terakhir menyebutkan

perubahan terakhir adalah kurikulum 2013 yang sekarang telah di laksanakan.

Perubahan kurikulum tersebut merupakan dampak dari terjadinya perubahan

sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan IPTEK dalam masyarakat. Kurikulum

sebagai perangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai

dengan perubahan yang terjadi di masyarakat saat ini.

Perubahan kurikulum di Indonesia sudah terjadi sebanyak sepuluh kali

mulai tahun 1945 hingga 2014. Rencana Pelajaran 1947 adalah kurikulum yang

pertama kali yang dibuat di Indonesia (Trianto, 2010). Istilah yang sering

digunakan adalah rencana pelajaran. Kurikulum ini memuat 2 Unsur pokok, yaitu

(43)

pengajaran (Suparlan, 2011). Pembelajaran dalam kurikulum ini lebih

mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat dari

pada pengetahuan. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,

namun lebih memperhatikan terhadap kesenian dan pendidikan jasmani (Trianto,

2009).

Perubahan yang kedua adalah Kurikulum 1952. Rencana pelajaran pada

kurikulum 1952 dibuat lebih rinci lagi pada setiap pelajarannya, kurikulum ini

lebih dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. Setiap mata

pelajaran kurikulum ini diajarkan oleh satu orang guru dan silabus untuk mata

pelajarannya sangat jelas. Pada masa ini dibentuk kelas masyarakat yaitu sekolah

khusus bagi lulusan Sekolah Rakyat (SR) 6 Tahun yang tidak melanjutkan ke

SMP. Kelas ini mengajarkan anak yang tidak mampu melanjutkan sekolah ke

jenjang SMP, namun bisa langsung bekerja (Trianto, 2009).

Perubahan yang ketiga adalah Rencana Pelajaran 1958. Rencana Pelajaran

1958 merupakan penyempurnaan dari Rencana Pelajaran 1950. Kurikulum ini

digunakan sampai dengan tahun 1964 (Suparlan, 2011). Perubahan yang keempat,

adalah Rencana Pendidikan 1964. Rencana Pendidikan 1964 merupakan

penyempurnaan dari kurikulum Rencana Pelajaran 1958. Dalam kurikulum ini

terdapat pembagian kelompok cipta, rasa, karsa, dan krida. Pemerintah

menerapkan hari sabtu sebagai hari krida, yaitu hari peserta didik diberi

kebebasan berlatih kegiatan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan

(44)

Perubahan yang kelima, adalah Kurikulum 1968. Kurikulum ini merupakan

kurikulum terpadu yang pertama di Indonesia. Beberapa mata pelajaran Ilmu

Hayat dan Ilmu Alam mengalami perubahan menjadi Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) atau yang sekarang sering disebut sains. Struktur program kurikulum ini

dibagi menjadi 3, yaitu: Pembinaan jiwa Pancasila yang meliputi, (1) Pendidikan

Agama, (2) Pendidikan Kewargaan Negara, (3) Pendidikan Bahasa Indonesia, (4)

Bahasa Daerah, dan (5) Pendidikan oleh raga; Pengetahuan dasar meliputi, (1)

Berhitung, (2) IPA, (3) Pendidikan Kesenian, (4) Bahasa Daerah, dan (5)

Pendidikan Olahraga; Kecakapan khusus meliputi mata pelajaran pendidikan

khusus. Pada kurikulum ini, untuk pertama kali istilah kurikulum digunakan di

Indonesia (Suparlan, 2011).

Kurikulum 1975 adalah perubahan yang keenam yang dilakukan

pemerintah. Kurikulum ini lahir berdasarkan ketetapan MPR Nomor

IV/MPR/1973 tentang GBHN 1973, dengan tujuan pendidikan, yaitu membentuk

manusia Indonesia untuk pembangunan nasional di berbagai bidang Struktur

program untuk SD meliputi bidang studi (1) Agama, (2) Pendidikan Moral

Pancasila, (3) Bahasa Indonesia, (4) IPS, (5) Matematika, (6) IPA, (7) Olahraga

dan kesehatan, (8) Kesenian, dan (9) Keterampilan Khusus. GBPP (Garis-garis

Besar Program Pengajaran) kurikulum ini dikenal dengan format yang rinci

(Suparlan: 2011). Kurikulum ini sudah membuat pedoman pembelajaran yang

tertuang dalam PSSI. Menurut (Trianto, 2009) metode, materi, dan tujuan

(45)

Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), kemudian lahir Rencana Pelajaran

setiap satuan bahasan.

Perubahan ketujuh adalah penerapan Kurikulum 1984. Kurikulum 1984

merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975. Kurikulum ini berlaku

berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0461/U/1983

tanggal 22 Oktober 1983 tentang Perbaikan Kurikulum. Kurikulum 1984 memiliki

4 aspek yang disempurnakan, yaitu: (1) pelaksanaan PSPB, (2) penyesuaian

tujuan dan struktur program kurikulum, (3) pemilihan kemampuan dasar serta

keterpaduan dan keserasian antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, (4)

pelaksanaan pelajaran berdasarkan keruntutan belajar yang disesuaikan dengan

kecepatan belajar masing-masing peserta didik (Suparlan: 2011). Kurikulum ini

sudah mulai mengaktifkan peserta didik. Menurut (Trianto, 2009) Kurikulum ini

mengusus process skills approach yang memosisikan peserta didik pada subyek

belajar. Dari hal-hal yang bersifat mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan,

hingga melaporkan. Hal ini menimbulkan sasana belajar yang aktif pada peserta

didik.

Perubahan yang kedelapan adalah Kurikulum 1994. Trianto (2010)

mengungkapkan bahwa kurikulum 1994 diberlakukan awal pelita VI. Dikti (2012)

menuliskan bahwa yang melatar belakangi berlakunya kurikulum 1994 adalah

sebagai berikut: Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan upaya

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan

(46)

pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan

pendidikan nasional, yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi serta kesenian, perkembangan masyarakat, serta kebutuhan

pembangunan. Alasan terakhir adalah dengan berlakunya Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Perubahan kesembilan, adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

tahun 2004. Kurikulum 2004 menurut (Suparlan, 2011) belum diterapkan di

seluruh sekolah di Indonesia. Kurikulum ini menekankan pengembangan

kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga

hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap

seperangkat kompetensi tertentu. KBK memiliki empat komponen, yaitu

Kurikulum dan Hasil Belajar (KHB), Penilaian Berbasis Kelas (PBK), Kegiatan

Belajar Mengajar (KBM), dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (PKBS).

Pada kurikulum ini lahir metode pembelajaran PAKEM dan CTL, serta penilaian

memadukan keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif dengan penekanan

penilaian berbasis kelas (Trianto, 2009).

Perubahan kesepuluhadalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

tahun 2006. Suparlan (2011) mengungkapkan bahwa kurikulum ini merupakan

pengembangan dari KBK. Kurikulum ini menggunakan Standar isi dan proses

sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum ini dikembangkan oleh BSNP (Badan

Standar Nasional Pendidikan). KTSP disusun oleh satuan pendidikan

sekolah/madrasah bersama dengan semua pemangku kepentingan di sekolah

(47)

tentang Standar Nasional Pendidikan. Tujuan pendidikan pada kurikulum KTSP

menekankan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan yang lebih lanjut

(Trianto, 2010). Trianto juga menjelaskan bahwa ada tujuh prinsip pengembangan

KTSP, (1) berpusat pada potensi, pengembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik dengan lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap

terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) berkaitan

dengan kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh da berkesinambungan; (6) Long

Life Education; dan (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan

daerah. Perubahan-perubahan kurikulum yang telah dijabarkan di atas merupakan

perubahan kurikulum yang sudah dilakukan di Indonesia. Perubahan kurikulum

memang selayaknya dilakukan, sesuai yang tertulis dalam Dikti (2012) bahwa

kurikulum memang harus diubah karena kurikulum harus dapat mengadaptasi

perubahan-perubahan dari kemajuan zaman dan teknologi. Perubahan-perubahan

kurikulum tersebut di rangkum dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2

Perubahan Kurikulum di Indonesia

Tahun Nama Kurikulum Ide Pokok

1947 Rencana Pembelajaran

1947

Memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan pelajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya. Garis-garis besar pengajarannya ada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan murid mempelajari.

Orde Baru 1968

Kurikulum 1968 Pendidikan pas masa ih lebih ditekankan untuk membentuk manusia Pancasila sejati.

1975 Kurikulum 1975 Menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien. Kurikulum 1975mempertegas tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran.

1984 Kurikulum 1984 Dalam Kurikulum 1984 peserta didik diposisikan sebagai subyek belajar dari hal-hal yang bersifat mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan, menjadi bagian penting proses belajar mengajar, inilah yang disebut konsep Cara Belajar Siswa Aktif.

1994 Kurikulum 1994 Kurikulum 1994 menggunakan pendekatan proses

(48)

Tahun Nama Kurikulum Ide Pokok

Kurikulum 2004 Kurikulum ini menekankan kepada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh Peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.

2006 Kurikulum 2006 Strategi pengembangan dalam Kurikulum 2006

mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran tematik dan model pendekatan mata pelajaran.

Sumber: Dikti (2012)

Tabel 2.2 tersebut mengenai perubahan-perubahan kurikulum di Indonesia

beserta ide pokok pada setiap kurikulum yang digunakan. Perubahan-perubahan

kurikulum tersebut dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki sistem

pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi. Pemerintah sekarang ini juga

sedang memperbaiki kurikulum 2006 dengan diberlakukannya kurikulum baru

yaitu Kurikulum 2013. Perubahan ini berupaya untuk menyempurnakan sistem

pendidikan di Indonesia.

5. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum pengganti yang diharapkan dapat

menyempurnakan Kurikulum sebelumnya. Muhammad Nuh (dalam Indratno,

2013) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 merupakan langkah pengembangan

dari kurikulum yang sebelumnya. Kurikulum 2013 disusun sebagai penyempurna

pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi,

penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat

menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.

Pengembangan ini dilakukan untuk mempersiapkan peserta didik dalam

(49)

(Fadlillah: 2014) Kurikulum 2013 bertujuan untuk menyiapkan siswa menghadapi

tantangan masa depan dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat dengan

membekali mereka ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan yang

memadai. Tantangan zaman yang dimaksud adalah perkembangan teknologi yang

sangat pesat, dengan demikian Kurikulum 2013 diharapkan mampu menjadi

jawaban atas globalisasi bagi dunia pendidikan.

a. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Rasional perubahan Kurikulum 2013 dilakukan dengan pertimbangan

adanya tantangan-tantangan yang dihadapi, tantangan tersebut baik internal

maupun eksternal. Ada 8 (delapan) standar dalam pendidikan yang dianggap

mempengaruhi kondisi pendidikan di Indonesia. Delapan standar tersebut adalah

standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik,

dan standar kompetensi lulusan. Standar-standar tersebut menjadi tantangan dari

dalam untuk suatu pendidikan (Kemendikbud, 2013a).

Perkembangan penduduk di Indonesia dari sisi pertumbuhan penduduk, dan

usia produktifitasnya juga demikian. Meningkatnya pertumbuhan usia produktif

perlu diisi dengan pengembangan kompetensi dan keterampilan juga, dengan

demikian akan membantu kemajuan negara dengan baik apa bila penduduknya

memiliki kompetensi dan keterampilan yang baik pula (Kemendikbud, 2013a).

Tantangan lainnya adalah tantangan eksternal yang muncul dari luar dunia

pendidikan, seperti bayang-bayang masa depan, kompetensi yang diperlukan

kelak, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, bahkan

(50)

masalah-masalah ini akan jeruji pada dampak globalisasi yang sedang merajarela, seperti

kemajuan teknologi yang pasti mengandalkan kompetensi dari seseorang,

sehingga menimbulkan resepsi bahwa pengetahuan adalah segalanya. Jika sudah

demikian, seorang pelajar mungkin akan stres karena beban prestasi ini, lalu

mungkin juga pengaruh-pengaruh fenomena negatif seperti tawuran pelajar,

narkoba, korupsi, dan lain-lain. Beberapa hal tersebut menjadi perhatian dunia

pendidikan sehingga diharapkan Kurikulum 2013 dapat menjadi jembatan bagi

pendidikan membuat peserta didik memiliki arah dalam mempersiapkan diri untuk

masa depan. (Kemendibud, 2013a)

Tantangan internal dan eksternal di atas adalah dua hal yang harus dihadapi

seiring dengan perkembangan zaman yang sangat cepat. Akan tetapi alasan lain

pentingnya perubahan kurikulum adalah kesenjangan yang sedang terjadi saat ini,

kesenjangan-kesenjangan kurikulum yang terjadi akan ditunjukkan dalam tabel di

bawah ini:

Tabel 2.3.

Identifikasi Kesenjangan Kurikulum

KURIKULUM SEBELUM K13 KONSEP IDEAL

A. KOMPETENSI LULUSAN 1 Belum sepenuhnya menekankan

pendidikan karakter

1 Berakhlak mulia

2 Belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan

2 Keterampilan yang relevan

3 Pengetahuan-pengetahuan lepas 3 Pengetahuan-pengetahuan terkait B. MATERI PEMBELAJARAN

1 Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan

1 Relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan

2 Beban belajar terlalu berat 2 Materi esensial

3 Terlalu luas, kurang mendalam 3 Sesuai dengan tingkat perkembangan anak C. PROSES PEMBELAJARAN

1 Berpusat pada Guru 1 Berpusat pada peserta didik

2 Reses pembelajaran berorientasi pada buku teks

2 Sifat pembelajaran yang kontekstual

Gambar

gambar hasil karya sendiri dan teman serta menggambar berdasarkan tema yang
Tabel 2.1 Perbandingan teori Piaget dan Vygotsky
Tabel 2.2  Perubahan Kurikulum di Indonesia
Tabel 2.2 tersebut mengenai perubahan-perubahan kurikulum di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Moursund (1997) dalam Made Wena (2009: 147) kelebihan dari metode proyek antara lain dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan kemampuan dalam

Komponen yang perlu diperhatikan dalam merancang OSCE meliputi penentuan komponen kompetensi klinik yang akan diujikan, perancangan station, penentuan pasien, penentuan tim

Surakarta, 2013, xxi + 117 halaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Pelaksanaan Bantuan Kesehatan Melalui Kartu Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Di

Kebebasan ekonomi seorang wanita itu bukanlah fungsi dari ia berdagang, tetapi karena ia mendapat suatu penghasilan yang teratur dan dapat diandalkan dengan kegiatannya, di rumah

Disamping peran pemimpin dalam meningkatkan kreativitas karyawan, ada beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh (Kusumawati 2009; Deci and Ryan 1991; Amabile 1993, 1985)

[r]

Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru Matematika terkait kemampuan siswa dalam menyelesaikan pembelajaran Matematika ke tahap yang lebih tinggi

economic level, yang memberikan jaminan rasa aman sehingga dapat bekerja dan berkarya. ide kebijakan ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia. Selain itu,