PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL KELAS I SD
PADA SUBTEMA GEMAR MEMBACA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Oleh:
F. Borgias Manungku NIM. 111134176
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL KELAS I SD
PADA SUBTEMA GEMAR MEMBACA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Oleh:
F. Borgias Manungku NIM. 111134176
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan karya ini kepada:
TUHAN YESUS KRISTUS
“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”
(Roma 11: 36)
Bapak dan Ibu
Bapak P. Suprapto dan Ibu V. Ponilah yang selalu mendukung dan mendoakan serta memberi kepercayaan kepadaku dalam mengerjakan
segala tugas-tugasku
Dosen Pembimbing
Ibu E. Catur Rismiati dan Ibu Elisabeth Desiana Mayasari yang telah rela meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing dan
mengarahkanku selama proses penyusunan penelitian ini
Teman dan Sahabat
Rosalia Dewi yang tercinta, yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam menyelesaikan penelitian ini, dan teman-teman seperjuangan, Evant, Vian, Boni, Mentari, Cahya, Tere, Frida, Ari, Cornelia, Eka, Erlin, Vita, Rini, dan Lely yang selalu berjuang
bersama-sama dalam menyelesaikan penelitian ini.
Teman-teman kelas 7A
v
MOTTO
Pasti ada jalan jika kita mau berusaha, karena Tuhan tak
pernah tidur
“Always be yourself and never be anyone else even if they look
better than you.”
(Selalu jadi diri sendiri dan jangan pernah menjadi orang lain
meskipun mereka tampak lebih baik dari Anda)
Hidup seperti filosofi padi “semakin berisi, semakin
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Desember 2014
Peneliti
vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : F. Borgias Manungku
Nomor Mahasiswa : 111134176
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL KELAS I SD
PADA SUBTEMA GEMAR MEMBACA”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk meminjam, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 17 Desember 2014
Yang mencantumkan
viii
ABSTRAK
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL KELAS I SD
PADA SUBTEMA GEMAR MEMBACA
Oleh:
F. Borgias Manungku NIM: 111134176
Penelitian ini berawal dari kebutuhan lapangan akan model rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) berbasis permainan tradisional. Penelitian bertujuan untuk mengetahui model (RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I SD pada subtema “Gemar Membaca”.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau (Research and Development). Prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan adalah hasil modifikasi dari model pengembangan Borg and Gall dan model pengembangan Sugiyono, yang meliputi lima langkah tahapan pengembangan: (1) studi pendahuluan, (2) pembuatan produk, (3) validasi produk, (4) instrumentasi uji coba terbatas, (5) uji coba terbatas, sampai menghasilkan model (RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I SD pada subtema “Gemar Membaca”. Subjek dalam dalam penelitian ini adalah lima SD di Yogyakarta khususnya 8 siswa kelas IB di SDN SB. Objek pada penelitian ini adalah (RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I SD subtema “Gemar Membaca”. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini adalah model (RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I SD pada subtema “Gemar Membaca”. Kualitas dari RPPH subtema “Gemar Membaca” memiliki penilaian 94,11 dari 12 validator yang menunjukkan kualitas “amat baik”. Guru memiliki gambaran RPPH berbasis permainan tradisional. Siswa menjadi lebih antusias, aktif, senang, dan mampu bersosialisasi dengan teman. Penggunaan RPPH berbasis permainan tradisional mampu meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 57% berdasarkan hasil Pre-test dan Post-test.
ix
ABSTRACT
THE CONSTRUCTION OF DAILY LESSON PLANS (RPPH) BASED ON TRADITIONAL GAMES F OR THE FIRST GRADE OF ELEMENTARY
SCHOOL IN THE SUB THEME DELIGHT IN READING
The research was done as the answer of teacher’s need on Daily Lesson Plan (RPPH) based on traditional games. The research was aimed to understand the model of Daily Lesson Plan (RPPH) traditional games-based for the first grade of elementary school in the subtheme “Delight In Reading”.
The type of the research is the research and development, well-known as R and D (Research and Development). The research prosedur Led bas the modified version between Borg & Gall and Sugiono model, which consists of; (1) Pre-study, (2) Product-making, (3) Product-validation, (4) Limited trial instruments, (5) Limited trials. The research was conducted until the final result of RPPH traditional games-based for the fisrt grade of elementary school in the sub theme
“Delight In Reading”. The subjects of the research were 5 elementary schools in Yogyakarta especially in SB State Elementary School, by taking eight students in the 1B class. The data analysis techniques used in the research were questionnaires, observations, interviews, and documentations. The instruments used in the research were questionnaire sheets, observation sheets, manual interviews, and documentations.
The result of the research was the arrangement of Daily Lesson Plan (RPPH) based on traditional games for the first grade of elementary School in the subtheme “Delight In Reading”. The RPPH quality got the point of 94,11 rating of 12 validators which was considered “very good.” Teachers might have the image of the Lesson Plan based on traditional games. In addition, student were getting more enthusiastic, active, happy, and able to socialize more with their
friends. The usage of this RPPH, was able to improve students’ learning result
uap to 57% based on the result of the pre-test and post-test.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL KELAS I SD
PADA SUBTEMA GEMAR MEMBACA” sesuai dengan waktu yang diharapkan. Skripsi ini disusun demi memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD).
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dorongan, perhatian
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Bapak Drs. Rohandi., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin
penelitian.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku dosen pembimbing I,
yang telah memberikan dorongan, motivasi dan perhatian sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A., selaku dosen pembimbing
II, yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing,
memberikan saran dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M. Hum., selaku dosen penguji,
terima kasih atas saran dan dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Para dosen dan staf PGSD, terima kasih atas bantuan dan saran yang telah
xi
7. Bapak Kepala Sekolah SDN SB yang telah memberikan ijin dalam
pelaksanaan penelitian.
8. Guru kelas I SDN SB dan validator yang telah membimbing,
mengarahkan, dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.
9. Siswa-siswi kelas IB SDN SB yang dapat bekerja sama dalam pelaksanaan
penelitian.
10. Orang tuaku yang terkasih, Bapak P. Suprapto dan Ibu V. Ponilah,
Adikku-adikku Irenius Bayu Sujatmiko, Maria CSN serta keluarga besarku
yang telah memberikan dukungan, kepercayaan dan kasih sayang.
11. Rosalia Dewi, terimakasih atas dukungan, perhatian dan semangat yang
telah diberikan.
12. Teman-teman seperjuanganku: Evant, Vian, Boni, Frida, Ari, Rini,
Cornelia, Eka, Erlin, Vita, Tere, Cahya, Mentari, dan Lely. Kalian luar
biasa.
13. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Semoga karya penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
berguna bagi banyak pihak. Penulis menyadari karya ini masih banyak
kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Yogyakarta, 17 Desember 2014
Peneliti
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
G. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 11
H. Definisi Operasional ... 16
11. Permainan Tradisional Anak dalam Kajian Antropologi ... 57
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 60
C. Kerangka Berpikir ... 67
D. Pertanyaan Penelitian ... 69
BAB III METODE PENELITIAN... 70
A. Jenis Penelitian ... 70
B. Setting Peneltian ... 70
1. Objek Penelitian ... 71
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 101
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kendala Guru Kelas I Terkait Implementasi Kurikulum 2013 ... 5
Tabel 1.2 Masalah yang dialami Siswa Kelas I dalam pembelajaran ... 6
Tabel 2.1 Perbandingan teori Piaget dan Vygotsky ... 21
Tabel 2.2 Perubahan Kurikulum di Indonesia ... 29
Tabel 2.3 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum ... 32
Tabel 2.4 Penyempurnaan Pola Pikir ... 35
Tabel 2.5 Elemen Perubahan Kurikulum ... 36
Tabel 3.1 Kisi-kisi Penilaian RPPH ... 82
Tabel 3.2 Kisi-kisi Penilaian Silabus ... 84
Tabel 3.3 Kisi-kisi Penilaian Uji Coba Terbatas ... 85
Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 86
Tabel 3.5 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa ... 86
Tabel 3.6 Kisi-kisi Pedoman Focus Group Disscussion (FGD) ... 87
Tabel 3.7 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru Hasil Uji Coba Terbatas .... 88
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Pembelajaran K13 ... 88
Tabel 3.9 Kisi-kisi Uji Validitas ... 90
Tabel 3.10 Jenis Validitas Instrumen yang digunakan dandan Penelitian .... 92
Tabel 3.11 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 96
Tabel 3.12 Tabel Kriteria Peringkat Kualitas RPPH ... 97
Tabel 3.13 Jadwal Penelitian ... 100
Tabel 4.1 Hasil Wawancara Guru ... 105
Tabel 4.2 Hasil Wawancara Siswa ... 106
Tabel 4.3 Hasil Penilaian RPPH lima Sekolah di Yogyakarta ... 107
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Silabus lima Sekolah di Yogyakarta ... 108
Tabel 4.5 Nilai Hasil Observasi lima Sekolah di Yogyakarta ... 108
Tabel 4.6 Hasil Pengumpulan data Kuesioner Silabus dan RPPH dan Observasi ... 110
Tabel 4.7 Hasil Focus Group Discussion (FGD) ... 112
Tabel 4.8 Tabel Kriteria Produk ... 116
Tabel 4.9 Rekapitulasi Validasi Ahli pada Pembelajaran 1 ... 116
Tabel 4.10 Hasil Rekapitulasi Kualitatif Para Ahli pada Pembelajaran 1 .... 117
Tabel 4.11 Rekapitulasi Validasi Ahli pada Pembelajaran 2 ... 118
Tabel 4.12 Hasil Rekapitulasi Kualitatif Para Ahli pada Pembelajaran 2 .... 119
Tabel 4.13 Rekapitulasi Validasi Ahli pada Pembelajaran 3 ... 119
Tabel 4.14 Hasil Rekapitulasi Kualitatif Para Ahli pada Pembelajaran 3 .... 120
Tabel 4.15 Rekapitulasi Validasi Ahli pada Pembelajaran 4 ... 121
Tabel 4.16 Hasil Rekapitulasi Kualitatif Para Ahli pada Pembelajaran 4 .... 122
Tabel 4.17 Rekapitulasi Validasi Ahli pada Pembelajaran 5 ... 123
Tabel 4.18 Hasil Rekapitulasi Kualitatif Para Ahli pada Pembelajaran 5 .... 124
Tabel 4.19 Rekapitulasi Validasi Ahli pada Pembelajaran 6 ... 124
Tabel 4.20 Hasil Rekapitulasi Kualitatif Para Ahli pada Pembelajaran 6 .... 125
Tabel 4.21 Rekapitulasi Peringkat Kualitas Produk RPPH ... 129
Tabel 4.22 Hasil Pengujian Soal Valid ... 132
xv
Tabel 4.24 Reliabilitas Soal ... 134
Tabel 4.25 Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Terbatas ... 131
Tabel 4.26 Daftar Nilai Peserta didik ... 137
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Pemetaan Penelitian yang Relevan ... 66
Gambar 3.1 Bagan Tahap-tahap R & D menurut Sugiyono ... 72
Gambar 3.2 Bagan Tahap-tahap R & D menurut Brog & Gall ... 74
Gambar 3.3 Bagan Pengembangan RPPH berbasis Permainan Tradisional .. 76
Gambar 3.4 Rumus Point Biserial ... 94
Gambar 3.5 Rumus Uji Reliabilitas ... 95
Gambar 3.6 Rumus Perolehan Nilai RPP ... 97
Gambar 3.7 Pedoman Penilaian Tes ... 98
Gambar 3.8 Rumus Perhitungan Rata-rata Tes ... 98
Gambar 3.9 Rumus Perhitungan Peringkat Pre-test dan Post-Test ... 98
Gambar 3.10 Rumus Perhitungan Instrumen Observasi ... 99
Gambar 3.11 Rumus Skor Perolehan Silabus ... 99
Gambar 3.12 Rumus Skor Perolehan RPPH ... 100
Gambar 4.1 Rumusan Penilaian RPPH ... 115
Gambar 4.2 Persentase Kenaikan Hasil Tes ... 137
Gambar 4.3 Diagram Persentase Kenaikan Pre-Test dan Post-Test ... 138
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Sebelum dan Sesudah ... 155
Lampiran 2. Hasil Observasi ... 160
Lampiran 3. Hasil Dokumentasi ... 171
Lampiran 4. Sampel RPPH sebelum Validasi ... 178
Lampiran 5. Validitas RPPH ... 203
Lampiran 6. RPPH setelah Validasi ... 237
Lampiran 7. Soal Uji Validasi ... 362
Lampiran 8. Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 368
Lampiran 9. Soal Sesudah Uji Validitas ... 371
Lampiran 10. Hasil Pre-test ... 375
Lampiran 11. Hasil Posttest ... 379
1
BAB I PENDAHULUAN
Bab I membahas delapan bagian pendahuluan dari penelitian ini, yaitu: latar
belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional.
Bagian-bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional merupakan salah satu indikator utama pembangunan
dan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan Nasional di Indonesia berpegang
kepada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 memiliki tujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta agar pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem dalam pengajaran nasional yang telah diatur di
dalam undang-undang (Majid, 2014).
Usaha untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut telah tercantum dalam
Undang Nasional Sistem Pendidikan No. 20 Tahun 2003.
Undang-undang ini telah memuat tujuan pendidikan “Pendidikan Nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
formal maupun non formal (Tatang, 2010). Pendidikan formal dapat diperoleh
melalui sekolahan dan instansi-instansi pemerintah terkait, sedangkan pendidikan
non formal dapat diperoleh melalui lembaga masyarakat atau lingkungan sekitar.
Pendidikan yang baik saat ini adalah pendidikan yang mampu menghasilkan SDM
yang seimbang antara segi intelektual dengan segi moralitas (Suwija, 2012).
Sekarang ini pemerintah melalui kementrian Pendidikan Nasional mulai
memberlakukan Kurikulum baru yang menekankan perkembangan dalam hal
intelektual dan juga moralitas pembentuk karakter peserta didik.
Kurikulum dibuat dengan melihat perkembangan zaman dan disesuaikan
dengan tujuan pendidikan nasional. Hidayat (2013) mengungkapkan bahwa
Kurikulum merupakan salah satu instrumental input dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional yang dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan
dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Selama Indonesia merdeka, telah
terjadi perubahan Kurikulum sebanyak sepuluh kali, mulai dari Kurikulum 1947
sampai dengan Kurikulum 2006. Perubahan-perubahan ini menunjukkan bahwa
sektor pendidikan di tanah air belum mampu mengatasi ketertinggalan bangsa
dalam mengikuti kompetensi regional maupun global (Abdullah, 2007).
Kementrian pendidikan dan kebudayaan tengah melakukan implementasi
Kurikulum 2013 untuk mengatasi hal di atas. Pro dan kontra muncul dan
mempertanyakan tentang implementasi Kurikulum 2013. Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Muhammad Nuh (Kompas, Kamis, 7 Maret 2013) mengatakan
bahwa orang-orang mempertanyakan Kurikulum 2013 karena adanya perbedaan
kompetensi yang menjadi dasar Kurikulum 2013. Pengembangan Kurikulum 2013
akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi
(Mulyasa, 2013). Sebab lain perlunya pengembangan Kurikulum 2013 yakni
dalam rangka pemenuhan kebutuhan kompetensi Abad 21, di mana Sumber Daya
Manusia Indonesia yang memasuki usia produktif melimpah.
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dan
tematik terpadu. Pendekatan saintifik adalah proses guna memberikan pemahaman
bagi peserta didik untuk mengenal dan memahami materi yang diperoleh dengan
menggunakan pendekatan ilmiah (Kemendikbud, 2013). Peserta didik yang
mempelajari materi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang ilmiah
dapat memperoleh informasi yang berasal dari luar guru. Proses pembelajaran
semacam ini mengarahkan peserta didik untuk memperoleh informasi secara
mandiri. Sedangkan pendekatan tematik terpadu, menurut Trianto (2009) adalah
pembelajaran tematik terpadu dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang
berdasarkan tema-tema tertentu. Tema digunakan untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa
(Depdiknas, 2006). Tema dalam Kurikulum 2013 terdiri dari beberapa subtema,
dan di setiap subtema terdapat enam pembelajaran. Masing-masing pembelajaran
dikembangkan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran harian
(RPPH).
Seorang guru wajib menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harian
Pembelajaran Harian (RPPH) merupakan suatu komponen yang penting disiapkan
guru sebelum mengajar di dalam kelas. Mulyasa (2008) mengungkapkan bahwa
rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) mencerminkan apa yang akan
dilakukan oleh guru dalam memberikan kemudahan belajar peserta didik, dapat
juga diartikan seperti skenario pembelajaran yang dirancang oleh guru.
Penyusunan skenario pembelajaran perlu memperhatikan langkah-langkah
penyusunan RPPH yang baik dengan memperhatikan komponen-komponen yang
ada di dalamnya. Muslich (2007) mengungkapkan bahwa langkah-langkah yang
dilakukan guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran harian
(RPPH) adalah menentukan kompetensi dasar, menentukan indikator dan tujuan
pembelajaran, menentukan alokasi waktu, merumuskan tujuan pembelajaran,
memilih metode pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran dan
menentukan teknik penilaian.
Peneliti melakukan wawancara dengan Guru kelas I di lima Sekolah Dasar
di Yogyakarta. Kelima sekolah dasar ini namanya peneliti samarkan guna
kepentingan kode etik dalam penelitian. Kelima sekolah dasar tersebut adalah
SDN SB, SDN J, SDN N, SDK G, dan SDK JB yang telah menerapkan
Kurikulum 2013. Peneliti memilih guru kelas I karena pada saat melakukan
kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN SB guru kelas I kerap
menanyakan perihal Kurikulum 2013. Kenyataan di lapangan menunjukkan
beberapa kendala yang dihadapi guru dalam pengaplikasian Kurikulum 2013.
Tabel 1.1
Kendala guru kelas I terkait implementasi Kurikulum 2013
Guru kelas I
Sekolah Dasar di Yogyakarta masih kesulitan dalam menerapkan pembelajaran
tematik dengan mengacu Kurikulum 2013. Kesulitan guru terutama pada proses
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH), dan guru merasa
model pembelajaran yang diterapkan belum sesuai dengan keinginan peserta
didik. Paparan dari kelima guru mengatakan bahwa sosialisasi tentang Kurikulum
2013 masih dirasa kurang dan guru juga kebingungan dalam hal penilaian yang
termuat dalam Kurikulum 2013. Kebingungan-kebingungan ini bahkan membuat
guru di SDN SB tidak menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran harian
(RPPH) sebelum mengajar di dalam kelas, sehingga dalam mengajar guru hanya
terpaku pada materi yang ada pada buku tanpa ada persiapan yang cukup matang
dalam mengajar.
Wawancara juga menyinggung tentang pelaksanaan pembelajaran yang
diterapkan di kelas. Peneliti melakukan wawancara tidak restruktur dengan siswa
kelas I di lima Sekolah Dasar di Yogyakarta untuk mengetahui permasalahan yang
dihadapi siswa pada pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Hasil
Tabel 1.2
Masalah yang dialami siswa kelas 1 dalam pembelajaran
Siswa kelas I
bermain di luar kelas, sedangkan guru belum dapat mengakomodasi pembelajaran
sesuai dengan keinginan siswa. Hal ini peneliti ketahui setelah melakukan
wawancara dengan guru kelas I. Peneliti juga menemukan bahwa dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas guru relatif menggunakan model pembelajaran
yang monoton yaitu dengan ceramah dan diskusi yang kemudian membuat siswa
menjadi bosan dan kurang antusias dalam pembelajaran. Hal tersebut peneliti
temukan saat melakukan wawancara dengan siswa kelas I yang berada di lima
Sekolah Dasar di Yogyakarta.
Permasalahan terkait dengan implementasi kurikulum 2013 yang dihadapi
guru dan siswa cukup banyak ditemui di lima Sekolah Dasar di Yogyakarta.
Peneliti menggali permasalahan yang dialami guru lebih dalam lagi dengan
melakukan observasi dan dokumentasi. Observasi peneliti lakukan dengan cara
melihat proses pembelajaran di kelas secara langsung yang diterapkan guru. Hasil
kesulitan ketika menyampaikan pembelajaran dengan mengacu Kurikulum 2013.
Pembelajaran yang berlangsung menunjukkan keadaan siswa yang tampak tidak
antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari
siswa yang sering bermain dengan temannya dan tidak menghiraukan pelajaran,
padahal dalam kurikulum 2013 siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengikuti
pelajaran. Peneliti menilai bahwa hal ini terjadi karena minimnya media
pembelajaran yang digunakan oleh guru yang dapat menarik minat dan perhatian
peserta didik.
Peneliti tidak terus berhenti dengan melakukan observasi, peneliti kemudian
melakukan dokumentasi untuk melihat kelengkapan perangkat pembelajaran yang
dimiliki oleh guru. Hasil dari dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti, dapat
diketahui bahwa guru belum memiliki perangkat pembelajaran yang cukup
lengkap, bahkan guru belum memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran harian
(RPPH) yang merupakan hal terpenting dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Permendiknas No.81A Tahun 2014 menekankan bahwa seorang guru
wajib membuat dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH).
Guru dapat mengembangkan RPPH berdasarkan kemampuan peserta didik minat,
motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, serta
kebutuhan dari peserta didik itu sendiri. Melihat permasalahan di atas guru dapat
mengakomodasi kegiatan pada RPPH sesuai dengan minat, kebutuhan, dan latar
belakang peserta didik. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru adalah
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
Permainan ialah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan
untuk kepentingan permainan itu sendiri (Santrock dalam Aulina, 2012). Kegiatan
tersebut dilakukan tanpa paksaan dan dengan perasaan senang. Anak akan
memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang dapat mengembangkan
kemampuan dirinya melalui permainan yang dilakukan (Sujiono, 2010). Kegiatan
bermain yang dilakukan dapat mengaitkan kearifan lokal yang ada di sekitar
lingkungan anak. Salah satu permainan yang mengakomodasi kearifan lokal
adalah dengan memainkan permainan tradisional yang biasa ditemui anak,
misalnya seperti: engklek, lari karung, kelereng, bentengan, gobaksodor, jitungan,
dan sebaginya. Siswa kelas I pada dasarnya masih memiliki naluri untuk selalu
bermain sesuai dengan tahap perkembangannya. Piaget (dalam Majid, 2014)
mengungkapkan bahwa anak usia SD urung usia 7-11 tahun berada pada tahap
operasional konkret di mana tahapan tersebut ditandai oleh kemampuan berpikir
konkret dan mendalam, serta mampu mengklasifikasi dan mengontrol
peresepsinya. Melalui kegiatan bermain yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran dapat menggiring peserta didik dalam
tahapan yang lebih konkret. Tahap ini merupakan perkembangan yang dapat
menjembatani peningkatan pemahaman anak-anak karena interaksi sosialnya
(Vygotsky dalam Beaty: 2013).
Uraian permasalahan yang diungkapkan peneliti di atas mengindikasikan
bahwa hal krusial yang dibutuhkan guru kelas I di kelima SD di Yogyakarta
adalah tentang penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH)
sebuah penelitian dengan judul ”Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH) Berbasis Permainan Tradisional Kelas I SD pada Subtema
Gemar Membaca”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang dihadapi oleh guru dalam
melaksanakan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :
1. Guru mengalami kesulitan tentang pemahaman Kurikulum 2013.
2. Guru kurang optimal dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
harian (RPPH) pada Kurikulum 2013.
3. Keterbatasan guru dalam mengatasi peserta didiknya yang masih dalam
tahap ingin selalu bermain dan kurang dapat memusatkan perhatian ke
dalam pembelajaran.
4. Guru mengalami kesulitan dalam hal penilaian yang terdapat pada
Kurikulum 2013.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
harian (RPPH) ini dilakukan agar dapat terfokus pada pengembangan. Peneliti
hanya akan membatasi masalah pada hal-hal sebagai berikut:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) akan dibatasi untuk
2. Permainan yang dipakai dalam pembelajaran dibatasi pada 3 pembelajaran.
Pembelajaran 2 menggunakan permainan engklek, pembelajaran 5
menggunakan permainan lari karung, dan pembelajaran 6 menggunakan
permainan ancak-ancak alis.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah bagaimana model rencana pelaksanaan
pembelajaran harian (RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I SD subtema
“Gemar Membaca” ?
E. Tujuan Pengembangan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mengembangkan bagaimana model rencana pelaksanaan pembelajaran harian
(RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I SD subtema gemar membaca.
F. Manfaat Pengembangan
Pengembangan dengan menggunakan R & D mempunyai manfaat yang
cukup besar, baik bagi peneliti, guru, siswa, bagi sekolah maupun Prodi PGSD.
1. Bagi Mahasiswa
Penelitian pengembangan ini memberikan pengalaman dan pengetahuan
2. Bagi Guru
Penelitian pengembangan ini dapat dijadikan salah satu alternatif RPPH
berbasis permainan tradisional yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran dalam kurikulum 2013.
3. Bagi Siswa
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis
permainan tradisional yang telah dikembangkan oleh peneliti, mampu
menambah ketertarikan siswa dalam belajar khususnya untuk kelas I dengan
materi pada subtema gemar membaca.
4. Bagi Sekolah
Dapat menambah referensi bagi sekolah dalam mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran harian berbasis permainan tradisional.
5. Bagi Prodi PGSD
Menambah bahan pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait
dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis permainan
tradisional.
G. Spesifikasi Produk yang dikembangkan
Spesifikasi produk yang akan dihasilkan adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH). Komponen yang terdapat dalam RPPH adalah (1)
identitas RPPH, (2) pemetaan kompetensi inti, (3) kompetensi dasar dan indikator
pembelajaran, (4) tujuan pembelajaran, (5) materi pembelajaran, (6) pendekatan,
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (9) penilaian pembelajaran, (10)
lampiran materi, (11) Lembar Kerja Siswa (LKS), (12) soal evaluasi dan (13)
kunci jawaban pada setiap pembelajaran. Produk RPPH disusun dengan melihat
kebutuhan perkembangan pribadi peserta didik (karakter, keterampilan dan
intelektual) yang nampak dalam indikator dan tujuan pembelajaran dengan
mengakomodasikan permainan tradisional sebagai ciri khasnya. Permainan
tradisional dipilih sebagai metode pembelajaran karena sesuai dengan
karakteristik dan perkembangan peserta didik.
Tahap penyusunan RPPH terlebih dahulu dimulai dengan menentukan KI-1
dan KI-2 pada salah satu muatan pelajaran dalam setiap pertemuan. Meskipun,
pemerintah tidak menganjurkan untuk memunculkan indikator pada 1 dan
KI-2, namun peneliti memunculkan indikator KI-1 dan KI-2 yang bertujuan untuk
menguatkan keterampilan sikap peserta didik baik dengan teman, guru, maupun
Tuhannya. Penambahan ini dilakukan untuk menanamkan kegiatan pembelajaran
dengan menekankan pendidikan karakter di dalamnya. Pendidikan karakter
dimuat pada indikator pembelajaran yang dipilih dengan memperhatikan
kompetensi dasar dan menggunakan kata kerja operasional sesuai dengan
Taxonomi Bloom sehingga dapat memperjelas guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran dan membuat penilaian.
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai dirumuskan berdasarkan
masing-masing indikator pada setiap muatan pelajaran. Tujuan pembelajaran
menggunakan kata kerja operasional, sehingga memudahkan guru untuk
dan keterampilan peserta didik. Tujuan pembelajaran juga memuat unsur A
(audience) yang menunjukkan kegiatan ditujukan untuk siswa, B (behavior) yang
menunjukkan kemampuan yang harus dikuasai siswa, C (conditions) yang
menunjukkan sikap atau keterampilan yang akan diamati, dan D (degree) yang
bertujuan menunjukkan tingkatan keterampilan yang akan diukur guru.
Unsur-unsur tersebut akan memudahkan guru dalam memberikan materi dalam
pencapaian target pembelajaran. Materi yang terdapat dalam setiap pertemuan
mengandung beberapa muatan pembelajaran tergantung pada jadwal di setiap
pertemuan. Materi dalam RPPH ditulis menggunakan poin-poin untuk setiap
muatan pembelajaran berisi isi pokok materi pembelajaran. Materi disesuaikan
dengan tema pembelajaran dan tingkat perkembangan peserta didik dengan
menggunakan pendekatan yang sesuai.
Pendekatan yang digunakan pada setiap pertemuan menggunakan
pendekatan saintifik dan tematik terpadu. Pendekatan saintifik dipilih karena
sesuai dengan ketentuan pada kurikulum 2013 yang sedang berjalan. Pendekatan
saintifik ini dapat melatih peserta didik dalam menemukan solusi dari setiap
permasalahan yang ditemukan, guru hanya sebagai fasilitator. Guru dapat
membedakan dengan jelas metode ilmiah dalam pendekatan saintifik yaitu
mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan yang telah
penulis cantumkan pada langkah-langkah pembelajaran. Selain menggunakan
pendekatan saintifik, peneliti juga mengiakan pendekatan tematik. Pendekatan
tematik terlihat dari materi pembelajaran yang saling terintegrasi antar muatan
pembelajaran yang digunakan adalah discovery learning. Pemilihan model
tersebut berdasarkan kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk
menemukan sendiri pemahamannya. Metode pembelajaran yang digunakan secara
keseluruhan berjumlah 6 yaitu, ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi,
presentasi dan permainan tradisional yang merupakan ciri khas dalam produk
RPPH. Namun, tidak semua metode digunakan secara bersamaan dalam satu
pertemuan. Penggunaan metode pembelajaran disesuaikan dengan materi dan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
Permainan tradisional disisipkan dalam produk RPPH ini dengan tujuan
menyesuaikan tingkat perkembangan dan minat peserta didik. Penggunaan
permainan tradisional membantu guru dalam menanamkan pendidikan karakter
pada peserta didik. Permainan tradisional memuat pendidikan karakter, karena
permainan tersebut secara tidak langsung mengajarkan peserta didik dalam proses
berinteraksi dengan teman, bekerja sama dengan teman, dan mengikuti aturan
permainan. Proses tersebut dapat menimbulkan kebiasaan peserta didik untuk
bekerja dalam kelompok bukan menjadi peserta didik yang individualis.
Permainan yang dimasukkan dalam RPPH berjumlah 3 yaitu permainan engklek
yang terdapat pada pembelajaran 2, lari karung pada pembelajaran 5, dan pada
pembelajaran 6. Permainan tersebut dipilih karena memuat budaya lokal dan
cukup dikenal oleh peserta didik. Permainan ini tidak membutuhkan alat
penunjang permainan yang mahal dan sulit dicari, selain itu permainan ini sesuai
untuk menjelaskan materi yang terdapat pada subtema gemar membaca. Peneliti
menjelaskan materi yang dipilih. Setiap aturan permainan telah terlampir pada
produk RPPH disertai dengan penilaian yang termuat di dalamnya.
Penilaian pembelajaran disusun dengan jelas dan memperhatikan aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Penilaian berisi teknik penilaian (tes tertulis
tidak tertulis, dan keterampilan/unjuk kerja), instrumen penilaian (soal, kunci
jawaban, rubrik penilaian). Penilaian dibuat untuk setiap indikator, sehingga
semua indikator dapat diukur dengan jelas. Peneliti juga memberikan pedoman
penilaian pada setiap indikator yang diukur, hal ini dilakukan untuk memudahkan
guru dalam memberikan penilaian pada RPPH.
Produk RPPH dibuat dalam satu sutema yaitu “Gemar Membaca” yang
terdiri dari 6 pertemuan. Masing-masing pertemuan mengandung muatan yang
berbeda, sehingga memiliki tujuan pembelajaran dan metode yang berbeda-beda.
Pertemuan pertama, materi pembelajaran menekankan pada kebiasaan membaca
dan bercerita tentang kegemaran dalam membaca, setelah itu peserta didik diajak
untuk membuat buku kegemaran. Metode yang digunakan lebih pada diskusi
tanya jawab tentang kegemaran membaca dan demonstrasi tentang buku
kegemaran yang dibuat. Pertemuan kedua, materi pembelajaran difokuskan pada
kegiatan bermain dengan kartu kata dengan bantuan permainan engklek dan
melakukan penghitungan hasil wawancara. Metode yang digunakan lebih pada
ceramah, permainan, pemberian tugas, diskusi, tanya jawab dan demonstrasi.
Pertemuan ketiga, berisi tentang kegiatan membaca puisi dan membuat gambar
ilustrasi Kegiatan bercerita hobi anggota keluarga dilakukan melalui tanya jawab
jenis-jenis bacaan dan membuat gambar ilustrasi berupa sampul buku. Metode yang di
pakai dalam pembelajaran ini adalah ceramah, penugasan diskusi tanya jawab dan
demonstrasi. Pertemuan kelima, peserta didik akan menyusun kata, melakukan
gerak lokomotor dan mengikuti peraturan dalam permainan lari karung, setelah itu
peserta didik akan membuat pohon kata. Metode yang digunakan dalam
pertemuan ini adalah lebih pada permainan lari karung yang akan menerangkan
peserta didik dalam menyusun kata, melakukan gerak lokomotor dengan
memahami peraturan yang ada dalam permainan. Pertemuan terakhir, yaitu
pertemuan ke enam lebih pada evaluasi. Materi yang termuat pada pertemuan ini
adalah mengenal panjang pendek dan menghitung jumlah suku kata, menceritakan
gambar hasil karya sendiri dan teman serta menggambar berdasarkan tema yang
telah ditentukan. Peneliti menggunakan permainan ancak-ancak alis untuk materi
mengenal panjang pendek dan menghitung jumlah suku kata.
H. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Desain pembelajaran adalah suatu rancangan atau teknik untuk mencapai
sebuah tujuan dengan menggunakan model atau media sebagai penunjang.
2. Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang dirancang oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dengan menggunakan pendekatan
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) adalah rencana
pembelajaran yang disusun setiap hari yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
4. Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang menggunakan metode ilmiah
dalam kegiatan pembelajaran. Metode ini memuat kegiatan 5M di dalamnya
yaitu menanya, mengamati, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.
5. Pendekatan tematik terpadu adalah pendekatan yang menghubungkan antara
pembelajaran satu dengan pembelajaran lainnya, sehingga saling terkait satu
sama lain.
6. Permainan Tradisional adalah kekayaan bangsa yang mempunyai nilai-nilai
luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus.
7. Permainan tradisional engklek adalah permainan yang dimainkan dengan
cara melompat pada suatu bidang datar dengan menggunakan satu kaki.
Permainan ini biasanya dimainkan lebih dari satu orang dengan
menggunakan gacuk sebagai sarana
8. Permainan tradisional lari karung adalah permainan yang dimainkan dengan
cara melompat menggunakan karung. Biasanya dimainkan saat Hut
Kemerdekaan.
9. Permainan tradisional ancak-ancak alis adalah permainan tradisional Jawa
yang dimainkan lebih dari 2 orang dengan berjalan mengitari gapura diiringi
18
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini akan membahas empat bagian pendahuluan dari penelitian ini, yaitu:
teori yang mendukung, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan
pertanyaan penelitian. Bagian-bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
A. Teori yang Mendukung
Teori yang mendukung memaparkan tentang belajar, teori belajar
konstruktivisme, kurikulum, perkembangan kurikulum di Indonesia, kurikulum
2013, pendekatan saintifik, pendekatan tematik terpadu, penilaian otentik,
pembagian materi, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar, lembar
kerja peserta didik, dan permainan tradisional.
1. Belajar
Teori belajar dapat membantu guru dalam memahami bagaimana peserta
didik dalam belajar. Pemahaman cara belajar dapat membantu proses belajar
menjadi lebih efektif, efisien, dan produktif (Abdullah, 2013). Belajar merupakan
subah perubahan perilaku yang dilakukan seseorang. Skinner (dalam Dimyati &
Mudjiono, 2006) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
seseorang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika
seseorang tidak belajar maka responsnya akan menurun. Belajar dapat
mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang. Daryanto
dan Raharjdo (2012) mengungkapkan belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian yang digambarkan sebagai suatu pola berupa keterampilan, sikap,
oleh Gadne (dalam Dimyati & Mudjiono, 2006) yang mengungkapkan hawa
belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Belajar memberikan hasil berupa
keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Belajar juga dapat menjadi sebuah
pengalaman yang bermakna dan tak terlupakan. Piaget (dalam Semiawan, 2008)
mengungkapkan bahwa belajar merupakan adaptasi yang holistik dan bermakna
yang timbul dari diri seseorang terhadap situasi yang baru, sehingga seseorang
tersebut mengalami perubahan yang relatif bersifat permanen.
Pendapat para ahli di atas senada dengan pendapat yang di paparkan oleh
Yamin (2005) yang mengungkapkan bahwa belajar merupakan perubahan
perilaku seseorang akibat dari pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan,
pendengaran, membaca, dan meniru. Perubahan perilaku tersebut didasarkan
dengan adanya proses pengalaman dan latihan seseorang. Proses belajar tersebut
juga diungkapkan oleh Djamarah dan Zain (2010) yang mengatakan bahwa
belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.
Pendapat para ahli di atas mengungkapkan bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku/kepribadian seseorang sebagai hasil dari
kejadian-kejadian atau pengalaman yang telah dialami seseorang di lingkungannya.
Perubahan yang dialami umumnya bersifat permanen, sehingga perlu adanya
proses pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian seseorang menjadi lebih
baik dan terarah. Hal ini dikarenakan adanya hubungan yang erat antara proses
2. Teori Belajar Kontruktivisme
Kontruktivisme berhubungan dengan peristiwa yang kita alami sehari-hari.
Suyono dan Hariyanto (2011) beranggapan bahwa kontruktivisme berlandaskan
melalui pengalaman, peserta didik dapat membangun dan mengonstruksi
pengetahuan serta pemahaman sesuatu hal dengan pengalaman yang dialaminya.
Peserta didik akan memperoleh kesempatan memahami sesuatu dengan
membangun pengetahuan yang dimilikinya didorong dengan didukung dengan
lingkungan sekitar mereka. Teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar yang
memandang bahwa setiap peserta didik membentuk pemahaman melalui apa yang
mereka pelajari sendiri dari suatu pengetahuan maupun keterampilan (Schunk,
2012). Menurut Tugde dan Scrimsher dalam (Schunk: 2012) Kegiatan
pembelajaran pada teori ini lebih banyak menempatkan penekanan pada kegiatan
di lingkungan sosial sebagai fasilitator perkembangan. Teori konstruktivisme
yang paling disoroti adalah teori yang diungkapkan oleh Piaget dan Vygotsky.
Piaget beranggapan bahwa perkembangan anak yang bermakna akan
membangun struktur kognitifnya untuk memahami dan menanggapi pengalaman
dalam lingkungannya. Struktur kognitif anak akan meningkat sesuai dengan
perkembangan usianya menuju aktivitas mental yang lebih kompleks. Berkaitan
dengan pengajaran di sekolah, menurut teori ini guru harus menekankan
pentingnya peran pengalaman bagi anak, atau interaksi anak dengan lingkungan
sekitarnya. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011) yang beranggapan bahwa
dengan mencermati peran penting konsep yang fundamental seperti kelestarian
dapat memunculkan pengalaman bagi anak yang tidak mudah dilupakan. Dengan
demikian, guru dapat mengoptimalkan kegiatan belajar melalui permainan untuk
mendukung kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
Vygotsky beranggapan bahwa lingkungan sosial sebagai penentu
perkembangan individu. Interaksi dengan lingkungan dan teman sebaya akan
meningkatkan perkembangan intelektual individu. Sesuai dengan konsep ZPD
(Zone of Proximal Develompment) yang menyatakan adanya perbedaan antara apa
yang dilakukan peserta didik sendiri dengan apa yang dapat dilakukan peserta
didik dengan bantuan orang lain. Orang lain yang dimaksud adalah teman sebaya,
guru, dan orang tua (Schunk:2012). Pendapat yang diungkapkan oleh Piaget dan
Vygotsky dapat dilihat dengan jelas melalui tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
Perbandingan teori Piaget dan Vygotsky
Paget Vygotsky
Konteks sosial-budaya Kurang ditekankan Sangat ditekankan Kontruktivisme Kontruktivisme positif Kontruktivisme sosial Perkembangan kognitif Perkembangan kognituf
Tahapan Menekankan pada tahapan Tidak ada tahapan
Peranan bahasa Kurang berperan Sangat berperan membentuk pikiran
Interaksi dengan orang lain Teman sejawat dibutuhkan sebagai agen perubahan
Arang dewasa dibutuhkan sebagai agen perubahan Proses Proses individu menjadi proses
sosial
Proses sosial menjadi proses psikologi individu
Sumber: Abdullah (2006)
Paparan mengenai pendekatan konstruktivis di atas, menjelaskan bahwa
menyediakan bimbingan dan menciptakan lingkungan yang kondusif dalam
mendukung peserta didik memperoleh pengetahuannya. Guru dapat memfasilitasi
anak untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan teman sebayanya. Pembelajaran
kolaboratif akan lebih bermakna dari pada kompetitif, sehingga akan mengurangi
persaingan antar peserta didik. Penerapan pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) dapat memudahkan peserta didik dalam menemukan dan memahami
konsep-konsep yang dianggap sulit (top down process). Oleh karena itu, guru
harus melibatkan peserta didik dalam pengalaman belajar yang dapat
memunculkan pengetahuan awal kemudian mendorong terjadinya kerja sama
untuk menyimpulkan masalah dan meningkatkan pengetahuannya.
3. Kurikulum
Kurikulum dapat dijadikan salah satu acuan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Hidayat (2013) mengungkapkan bahwa Kurikulum
merupakan salah satu instrumental input dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional yang dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Pengertian Kurikulum menurut
Hidayat, hampir sama dengan yang termuat dalam Permendikbud (2014) bahwa
Kurikulum merupakan bagian yang penting dalam pendidikan yang memberikan
sumbangan dalam mewujudkan proses berkembangnya kualitas dan potensi dari
peserta didik. Kurikulum dibuat sebagai pedoman untuk memudahkan guru dalam
memilah-milah materi dan proses pembelajaran guna mencapai tujuan tertentu.
Pendapat senada diungkapkan oleh Mulyasa (2006), yang mengungkapkan
tujuan, kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, dan cara yang akan
digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar dan tujuan dari pendidikan tersebut. Kurikulum berisi rencana
dan peraturan dalam pendidikan, sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003. Pendapat
yang sama juga diungkapkan oleh Sanjaya (2008) yang mengungkapkan bahwa
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan pendidikan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan guru sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan.
Berbeda dengan para ahli di atas, menurut Arifin (2011) kurikulum adalah
segala kegiatan dan pengalaman yang mencakup kegiatan belajar seseorang serta
segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian peserta didik,
baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kegiatan ini didasarkan atas tanggung
jawab sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Pendapat
berbeda juga diungkapkan oleh Caswel dan Campbell (dalam Hidayat, 2013)
mereka mengungkapkan bahwa kurikulum lebih dianggap sebagai suatu
pengalaman atau sesuatu yang nyata, yang dibuat dan terjadi dalam proses
pendidikan itu sendiri. Hampir sama dengan pendapat Caswel dan Campbell,
menurut Focus Mangunwijaya VII (2013) kurikulum adalah seluruh pengalaman
yang akan direncanakan dan dialami oleh peserta didik dalam proses
pembelajaran yang terjadi di lingkungannya.
Paparan yang telah diungkapkan para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan
matang oleh pihak yang berwenang untuk dijadikan acuan dalam kegiatan belajar
mengajar sampai dengan tujuan pembelajaran itu sendiri, harus memperhatikan
aspek perkembangan peserta didik. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan
jika kurikulum dapat berkembang sesuai tuntutan zaman. Perkembangan dan
perubahan kurikulum pada prinsipnya karena pendidikan bertujuan menyiapkan
peserta didik agar dapat bersaing sesuai keadaan zaman. Menurut (Fadillah: 2014)
perkembangan kurikulum menjadi solusi terhadap persoalan yang dihadapi
bangsa, karena berhasil atau tidaknya sebuah pendidikan sangat tergantung pada
kurikulum yang berlaku.
4. Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Perubahan Kurikulum di Indonesia selalu berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Dikti (2012) mencatat perjalanan perubahan kurikulum di
Indonesia sudah sejak tahun 1945 hingga tahun 2006. Data terakhir menyebutkan
perubahan terakhir adalah kurikulum 2013 yang sekarang telah di laksanakan.
Perubahan kurikulum tersebut merupakan dampak dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan IPTEK dalam masyarakat. Kurikulum
sebagai perangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai
dengan perubahan yang terjadi di masyarakat saat ini.
Perubahan kurikulum di Indonesia sudah terjadi sebanyak sepuluh kali
mulai tahun 1945 hingga 2014. Rencana Pelajaran 1947 adalah kurikulum yang
pertama kali yang dibuat di Indonesia (Trianto, 2010). Istilah yang sering
digunakan adalah rencana pelajaran. Kurikulum ini memuat 2 Unsur pokok, yaitu
pengajaran (Suparlan, 2011). Pembelajaran dalam kurikulum ini lebih
mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat dari
pada pengetahuan. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
namun lebih memperhatikan terhadap kesenian dan pendidikan jasmani (Trianto,
2009).
Perubahan yang kedua adalah Kurikulum 1952. Rencana pelajaran pada
kurikulum 1952 dibuat lebih rinci lagi pada setiap pelajarannya, kurikulum ini
lebih dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. Setiap mata
pelajaran kurikulum ini diajarkan oleh satu orang guru dan silabus untuk mata
pelajarannya sangat jelas. Pada masa ini dibentuk kelas masyarakat yaitu sekolah
khusus bagi lulusan Sekolah Rakyat (SR) 6 Tahun yang tidak melanjutkan ke
SMP. Kelas ini mengajarkan anak yang tidak mampu melanjutkan sekolah ke
jenjang SMP, namun bisa langsung bekerja (Trianto, 2009).
Perubahan yang ketiga adalah Rencana Pelajaran 1958. Rencana Pelajaran
1958 merupakan penyempurnaan dari Rencana Pelajaran 1950. Kurikulum ini
digunakan sampai dengan tahun 1964 (Suparlan, 2011). Perubahan yang keempat,
adalah Rencana Pendidikan 1964. Rencana Pendidikan 1964 merupakan
penyempurnaan dari kurikulum Rencana Pelajaran 1958. Dalam kurikulum ini
terdapat pembagian kelompok cipta, rasa, karsa, dan krida. Pemerintah
menerapkan hari sabtu sebagai hari krida, yaitu hari peserta didik diberi
kebebasan berlatih kegiatan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan
Perubahan yang kelima, adalah Kurikulum 1968. Kurikulum ini merupakan
kurikulum terpadu yang pertama di Indonesia. Beberapa mata pelajaran Ilmu
Hayat dan Ilmu Alam mengalami perubahan menjadi Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) atau yang sekarang sering disebut sains. Struktur program kurikulum ini
dibagi menjadi 3, yaitu: Pembinaan jiwa Pancasila yang meliputi, (1) Pendidikan
Agama, (2) Pendidikan Kewargaan Negara, (3) Pendidikan Bahasa Indonesia, (4)
Bahasa Daerah, dan (5) Pendidikan oleh raga; Pengetahuan dasar meliputi, (1)
Berhitung, (2) IPA, (3) Pendidikan Kesenian, (4) Bahasa Daerah, dan (5)
Pendidikan Olahraga; Kecakapan khusus meliputi mata pelajaran pendidikan
khusus. Pada kurikulum ini, untuk pertama kali istilah kurikulum digunakan di
Indonesia (Suparlan, 2011).
Kurikulum 1975 adalah perubahan yang keenam yang dilakukan
pemerintah. Kurikulum ini lahir berdasarkan ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1973 tentang GBHN 1973, dengan tujuan pendidikan, yaitu membentuk
manusia Indonesia untuk pembangunan nasional di berbagai bidang Struktur
program untuk SD meliputi bidang studi (1) Agama, (2) Pendidikan Moral
Pancasila, (3) Bahasa Indonesia, (4) IPS, (5) Matematika, (6) IPA, (7) Olahraga
dan kesehatan, (8) Kesenian, dan (9) Keterampilan Khusus. GBPP (Garis-garis
Besar Program Pengajaran) kurikulum ini dikenal dengan format yang rinci
(Suparlan: 2011). Kurikulum ini sudah membuat pedoman pembelajaran yang
tertuang dalam PSSI. Menurut (Trianto, 2009) metode, materi, dan tujuan
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), kemudian lahir Rencana Pelajaran
setiap satuan bahasan.
Perubahan ketujuh adalah penerapan Kurikulum 1984. Kurikulum 1984
merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975. Kurikulum ini berlaku
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0461/U/1983
tanggal 22 Oktober 1983 tentang Perbaikan Kurikulum. Kurikulum 1984 memiliki
4 aspek yang disempurnakan, yaitu: (1) pelaksanaan PSPB, (2) penyesuaian
tujuan dan struktur program kurikulum, (3) pemilihan kemampuan dasar serta
keterpaduan dan keserasian antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, (4)
pelaksanaan pelajaran berdasarkan keruntutan belajar yang disesuaikan dengan
kecepatan belajar masing-masing peserta didik (Suparlan: 2011). Kurikulum ini
sudah mulai mengaktifkan peserta didik. Menurut (Trianto, 2009) Kurikulum ini
mengusus process skills approach yang memosisikan peserta didik pada subyek
belajar. Dari hal-hal yang bersifat mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Hal ini menimbulkan sasana belajar yang aktif pada peserta
didik.
Perubahan yang kedelapan adalah Kurikulum 1994. Trianto (2010)
mengungkapkan bahwa kurikulum 1994 diberlakukan awal pelita VI. Dikti (2012)
menuliskan bahwa yang melatar belakangi berlakunya kurikulum 1994 adalah
sebagai berikut: Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan upaya
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan
pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan
pendidikan nasional, yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta kesenian, perkembangan masyarakat, serta kebutuhan
pembangunan. Alasan terakhir adalah dengan berlakunya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Perubahan kesembilan, adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
tahun 2004. Kurikulum 2004 menurut (Suparlan, 2011) belum diterapkan di
seluruh sekolah di Indonesia. Kurikulum ini menekankan pengembangan
kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga
hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu. KBK memiliki empat komponen, yaitu
Kurikulum dan Hasil Belajar (KHB), Penilaian Berbasis Kelas (PBK), Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM), dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (PKBS).
Pada kurikulum ini lahir metode pembelajaran PAKEM dan CTL, serta penilaian
memadukan keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif dengan penekanan
penilaian berbasis kelas (Trianto, 2009).
Perubahan kesepuluhadalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
tahun 2006. Suparlan (2011) mengungkapkan bahwa kurikulum ini merupakan
pengembangan dari KBK. Kurikulum ini menggunakan Standar isi dan proses
sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum ini dikembangkan oleh BSNP (Badan
Standar Nasional Pendidikan). KTSP disusun oleh satuan pendidikan
sekolah/madrasah bersama dengan semua pemangku kepentingan di sekolah
tentang Standar Nasional Pendidikan. Tujuan pendidikan pada kurikulum KTSP
menekankan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan yang lebih lanjut
(Trianto, 2010). Trianto juga menjelaskan bahwa ada tujuh prinsip pengembangan
KTSP, (1) berpusat pada potensi, pengembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dengan lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) berkaitan
dengan kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh da berkesinambungan; (6) Long
Life Education; dan (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan
daerah. Perubahan-perubahan kurikulum yang telah dijabarkan di atas merupakan
perubahan kurikulum yang sudah dilakukan di Indonesia. Perubahan kurikulum
memang selayaknya dilakukan, sesuai yang tertulis dalam Dikti (2012) bahwa
kurikulum memang harus diubah karena kurikulum harus dapat mengadaptasi
perubahan-perubahan dari kemajuan zaman dan teknologi. Perubahan-perubahan
kurikulum tersebut di rangkum dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2
Perubahan Kurikulum di Indonesia
Tahun Nama Kurikulum Ide Pokok
1947 Rencana Pembelajaran
1947
Memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan pelajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya. Garis-garis besar pengajarannya ada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan murid mempelajari.
Orde Baru 1968
Kurikulum 1968 Pendidikan pas masa ih lebih ditekankan untuk membentuk manusia Pancasila sejati.
1975 Kurikulum 1975 Menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien. Kurikulum 1975mempertegas tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran.
1984 Kurikulum 1984 Dalam Kurikulum 1984 peserta didik diposisikan sebagai subyek belajar dari hal-hal yang bersifat mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan, menjadi bagian penting proses belajar mengajar, inilah yang disebut konsep Cara Belajar Siswa Aktif.
1994 Kurikulum 1994 Kurikulum 1994 menggunakan pendekatan proses
Tahun Nama Kurikulum Ide Pokok
Kurikulum 2004 Kurikulum ini menekankan kepada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh Peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
2006 Kurikulum 2006 Strategi pengembangan dalam Kurikulum 2006
mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran tematik dan model pendekatan mata pelajaran.
Sumber: Dikti (2012)
Tabel 2.2 tersebut mengenai perubahan-perubahan kurikulum di Indonesia
beserta ide pokok pada setiap kurikulum yang digunakan. Perubahan-perubahan
kurikulum tersebut dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki sistem
pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi. Pemerintah sekarang ini juga
sedang memperbaiki kurikulum 2006 dengan diberlakukannya kurikulum baru
yaitu Kurikulum 2013. Perubahan ini berupaya untuk menyempurnakan sistem
pendidikan di Indonesia.
5. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum pengganti yang diharapkan dapat
menyempurnakan Kurikulum sebelumnya. Muhammad Nuh (dalam Indratno,
2013) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 merupakan langkah pengembangan
dari kurikulum yang sebelumnya. Kurikulum 2013 disusun sebagai penyempurna
pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi,
penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat
menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
Pengembangan ini dilakukan untuk mempersiapkan peserta didik dalam
(Fadlillah: 2014) Kurikulum 2013 bertujuan untuk menyiapkan siswa menghadapi
tantangan masa depan dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat dengan
membekali mereka ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan yang
memadai. Tantangan zaman yang dimaksud adalah perkembangan teknologi yang
sangat pesat, dengan demikian Kurikulum 2013 diharapkan mampu menjadi
jawaban atas globalisasi bagi dunia pendidikan.
a. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Rasional perubahan Kurikulum 2013 dilakukan dengan pertimbangan
adanya tantangan-tantangan yang dihadapi, tantangan tersebut baik internal
maupun eksternal. Ada 8 (delapan) standar dalam pendidikan yang dianggap
mempengaruhi kondisi pendidikan di Indonesia. Delapan standar tersebut adalah
standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik,
dan standar kompetensi lulusan. Standar-standar tersebut menjadi tantangan dari
dalam untuk suatu pendidikan (Kemendikbud, 2013a).
Perkembangan penduduk di Indonesia dari sisi pertumbuhan penduduk, dan
usia produktifitasnya juga demikian. Meningkatnya pertumbuhan usia produktif
perlu diisi dengan pengembangan kompetensi dan keterampilan juga, dengan
demikian akan membantu kemajuan negara dengan baik apa bila penduduknya
memiliki kompetensi dan keterampilan yang baik pula (Kemendikbud, 2013a).
Tantangan lainnya adalah tantangan eksternal yang muncul dari luar dunia
pendidikan, seperti bayang-bayang masa depan, kompetensi yang diperlukan
kelak, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, bahkan
masalah-masalah ini akan jeruji pada dampak globalisasi yang sedang merajarela, seperti
kemajuan teknologi yang pasti mengandalkan kompetensi dari seseorang,
sehingga menimbulkan resepsi bahwa pengetahuan adalah segalanya. Jika sudah
demikian, seorang pelajar mungkin akan stres karena beban prestasi ini, lalu
mungkin juga pengaruh-pengaruh fenomena negatif seperti tawuran pelajar,
narkoba, korupsi, dan lain-lain. Beberapa hal tersebut menjadi perhatian dunia
pendidikan sehingga diharapkan Kurikulum 2013 dapat menjadi jembatan bagi
pendidikan membuat peserta didik memiliki arah dalam mempersiapkan diri untuk
masa depan. (Kemendibud, 2013a)
Tantangan internal dan eksternal di atas adalah dua hal yang harus dihadapi
seiring dengan perkembangan zaman yang sangat cepat. Akan tetapi alasan lain
pentingnya perubahan kurikulum adalah kesenjangan yang sedang terjadi saat ini,
kesenjangan-kesenjangan kurikulum yang terjadi akan ditunjukkan dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 2.3.
Identifikasi Kesenjangan Kurikulum
KURIKULUM SEBELUM K13 KONSEP IDEAL
A. KOMPETENSI LULUSAN 1 Belum sepenuhnya menekankan
pendidikan karakter
1 Berakhlak mulia
2 Belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan
2 Keterampilan yang relevan
3 Pengetahuan-pengetahuan lepas 3 Pengetahuan-pengetahuan terkait B. MATERI PEMBELAJARAN
1 Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan
1 Relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan
2 Beban belajar terlalu berat 2 Materi esensial
3 Terlalu luas, kurang mendalam 3 Sesuai dengan tingkat perkembangan anak C. PROSES PEMBELAJARAN
1 Berpusat pada Guru 1 Berpusat pada peserta didik
2 Reses pembelajaran berorientasi pada buku teks
2 Sifat pembelajaran yang kontekstual