• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Percent Body Fat (%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Percent Body Fat (%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASIBODY MASS INDEX(BMI) DANPERCENT BODY FAT (%BF) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA DAN MAHASISWI DI KAMPUS III UNIVERSITAS

SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Fransiska Anggita Kusumasari

NIM : 098114013

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

KORELASIBODY MASS INDEX(BMI) DANPERCENT BODY FAT (%BF) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA DAN MAHASISWI DI KAMPUS III UNIVERSITAS

SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Fransiska Anggita Kusumasari

NIM : 098114013

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas segala berkat, pertolongan

dan perlindungan-Nya

Papa dan Mamaku sebagai rasa sayang, hormat dan baktiku

Adik-adik dan Sahabat terkasih dalam hidupku

(6)

v

(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan atas

segala berkat, penyertaan, bimbingan, dan perlindungan yang begitu melimpah

kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Percent Body Fat (%BF) Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Mahasiswa dan Mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari campur tangan dari berbagai

pihak dalam memberikan motivasi, bimbingan, pengarahan dan dorongan. Oleh

karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak atas

segala pengorbanannya baik waktu, tenaga maupun pikiran sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan

rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ipang Djunarko M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma dan selaku dosen penguji atas masukan-masukan dan saran yang

sangat membantu penyempurnaan skrisi ini.

2. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK, selaku dosen pembimbing utama atas segala

kesabaran, bimbingan, motivasi serta pengorbanan waktu dan tenaga untuk

berdiskusi serta memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji atas

masukan-masukan dan saran yang sangat membantu penyempurnaan skrisi ini.

4. Ketua Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan ijin untuk melakukan

(9)

viii

5. Laboratorium Prahita Yogyakarta yang telah membantu pemeriksaan darah

sukarelawan penelitian.

6. Mas Narto dan Mas Dwi selaku karyawan sekretariat Fakultas Farmasi yang

telah membantu administrasi surat saat proses berjalannya penelitian.

7. Bagian Rumah Tangga Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan

tempat dan membantu perlengkapan selama pelaksanaan skripsi.

8. Semua mahasiswa dan mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma

yang terlibat dalam penelitian Korelasi Pengukuran antropometrik terhadap Profil lipid, Kadar Glukosa Darah Puasa dan Tekanan Darah sebagai Prediktor Penyakit Kardiovaskular pada Mahasiswa dan Mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta” baik secara langsung

berpartisipasi menjadi sukarelawan maupun secara tidak langsung membantu

keberhasilan keberlangsungan penelitian.

9. Bapak Paulus Sugito dan Mama Ritha Kondobua selaku orang tua, serta

kedua adikku tersayang Laurensius Andika Novembri dan Yehezkhiel Bimo

Wicaksono yang telah banyak memberi dukungan, motivasi, kasih sayang,

dan doa selama penyusunan skripsi ini. Perhatian dan kasih syang yang kalian berikan membuatku kuat dan tegar menghadapi semua rintangan dalam

hidupku.

10. Novi Kiswanto, Kusniar S. Rahmini, Hayu A.A.Raras, Amelia Felicia C.P.,

Danny Trias, Arnoldus Yansen, Silvia Dwita, Yosih G. Herawati, Lidya

Dinda, Listya Purbarini, Diah Intan, dan Bernadhea Wikan yang merupakan

rekan penulis dalam penelitian ini, yang telah bersama-sama bekerja dalam

suka duka dalam menjalankan penelitian dan pengolahan data disela

kesibukan kuliah yang padat. Kebersamaan, motivasi dan perhatian kalian

sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini

11. Sahabat-sahabatku tersayang Nety, Alvia, Dicky, Realita, Raisa, Istri, Nona,

Lydia, Ci Jojo, dan sahabat yang selalu dihati walaupun jauh dimata Betri atas

kesabaran, motivasi, perhatian, dan kasih sayang yang kalian berikan

membuat penulis mampu menghadapi setiap permasalahan dalam penyusunan

(10)

ix

12. Mas Chandra Hari Kusuma yang memberi dukungan, motivasi dan doa.

13. Teman-teman FKK A 2009 dan semua angkatan 2009. Terima kasih telah

belajar bersama.

14. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Motivasi, doa dan bntuan kalian membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan

memiliki kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan

kritikan yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan menjadi

pembelajaran bagi penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan dapat

menjadi sumbangan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat.

Yogyakarta, 21 Januari 2013

(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

PRAKATA... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

INTISARI... xxii

ABSTRACT... xxiii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan... 6

2. Keaslian penelitian ... 6

3. Manfaat penelitian... 8

B. Tujuan Penelitian ... 9

(12)

xi

A. Metode Antropometri... 10

1. Body Mass Index... 11

2. Skinfold Thickness... 12

3. Percent Body Fat... 15

B. Overweight, Obesitas dan Resistensi Insulin ... 16

C. Kadar Glukosa Darah Puasa ... 19

D. Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta... 20

E. Landasan Teori... 21

F. Hipotesis... 22

BAB III. METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

B. Variabel Penelitian ... 23

C. Definisi Operasional... 24

D. Responden Penelitian ... 26

E. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 29

F. Ruang Lingkup Penelitian... 29

G. TeknikSampling... 31

H. Instrumen Penelitian... 31

I. Tata Cara Penelitian ... 32

1. Observasi Awal ... 32

2. Permohonan ijin dan kerja sama ... 32

(13)

xii

dan data calon subyek penelitian... 33

4. Pencarian responden... 34

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ... 36

6. Pengukuran parameter... 37

7. Pengolahan data ... 38

8. Teknik analisis data penelitian dengan statistik ... 38

9. Pembagian Hasil Pemeriksaan ... 39

J. Kesulitan Penelitian ... 40

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Karakteristik Responden Penelitian ... 41

1. Usia ... 43

2. Body Mass Index(BMI) ... 44

3. Triceps Skinfold Thickness(TST) ... 46

4. Abdominal Skinfold Thickness(AST) ... 47

5. Suprailiac Skinfold Thickness(SST)... 48

6. Percent Body Fat(%BF)... 49

7. Kadar Glukosa Darah Puasa ... 51

(14)

xiii

1. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa

Pada Responden KelompokBody Mass Index< 23 kg/m2

danBody Mass Index≥ 23 kg/m2... 53 2. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa Pada

Responden Pria KelompokTriceps Skinfold Thickness ≤ 12,5 mm dan > 12,5 mm serta pada Responden Wanita

KelompokTriceps Skinfold Thickness

≤ 16,5 mm dan > 16,5 mm... 55 3. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa Pada

Responden Pria KelompokAbdominal Skinfold Thickness ≤ 30,2 mm dan > 30,2 mm serta pada Responden Wanita KelompokAbdominal Skinfold Thickness

≤ 24,7 mm dan > 24.7 mm... 57 4. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa Pada

Responden Pria KelompokSuprailiac Skinfold Thickness ≤ 19,8 mm dan > 19,8 mm serta pada Responden Wanita

KelompokSuprailiac Skinfold Thickness

≤ 17,9 mm dan > 17,9 mm... 59 5. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa Pada

Responden Pria KelompokPercent Body Fat ≤ 21% dan > 21% serta pada Responden Wanita

(15)

xiv

C. KorelasiBody Mass Index(BMI),Triceps Skinfold Thickness(TST),Abdominal Skinfold Thickness(AST),

Suprailiac Skinfold Thickness(SST) danPercent Body

Fat(%BF) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa... 63

1. KorelasiBody Mass Index(BMI) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Responden Pria dan Wanita ... 63

2. KorelasiTriceps Skinfold Thickness(TST) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Responden Pria dan Wanita ... 68

3. KorelasiAbdominal Skinfold Thickness(AST) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Responden Pria dan Wanita .... 71

4. KorelasiSuprailiac Skinfold Thickness(SST) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Responden Pria dan Wanita .... 73

5. KorelasiPercent Body Fat(%BF) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Responden Pria dan Wanita ... 76

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN ... 91

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Klasifikasi BMI Menurut WHO

untuk Individu Dewasa Asia ... 11

Tabel II. KlasifikasiPercent Body Fat... 16 Tabel III. Jumlah Mahasiswa dan Mahasiswi Masing-masing

Program Pendidikan di Kampus III

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 20

Tabel IV. Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan

Kekuatan Korelasi dan Nilaip... 39 Tabel V. Data Karakteristik Responden Penelitian (Pria) ... 42

Tabel VI. Data Karakteristik Responden Penelitian (Wanita) ... 42

Tabel VII. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa

pada Responden Pria dan Wanita Kelompok

BMI < 23 kg/m2dan BMI ≥ 23 kg/m2... 54 Tabel VIIII. Nilai standarTriceps Skinfold Thickness... 55 Tabel IX. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa

pada Responden Pria Kelompok TST≤ 12,5 mm

dan > 12,5 mm serta pada Responden Wanita

(17)

xvi

Tabel X. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa

pada Responden Pria Kelompok AST≤ 30,2 mm

dan > 30,2 mm serta pada Responden Wanita

Kelompok AST≤ 24,7 mm dan > 24,7 mm... 58

Tabel XI. Nilai standarSuprailiac Skinfold Thicknesst... 60 Tabel XII. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa

pada Responden Pria Kelompok SST≤ 17,9 mm

dan > 17,9 mm serta pada Responden Wanita

Kelompok SST≤ 19,8 mm dan ≤ 19,8 mm... 60

Tabel XIII. Nilai standarPercent Body Fat... 61 Tabel XIV. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa

pada Responden Pria Kelompok %BF≤ 21%

dan %BF > 21% serta pada Responden Wanita

Kelompok %BF≤ 25% dan %BF > 25%... 62

Tabel XV. Korelasi BMI dengan Kadar Glukosa

Darah puasa pada Responden Pria ... 64

Tabel XVI. Korelasi BMI dengan Kadar Glukosa

Darah puasa pada Responden Wanita ... 65

Tabel XVII. Korelasi TST dengan Kadar Glukosa

Darah puasa pada Responden Pria ... 68

Tabel XVIII. Korelasi TST dengan Kadar Glukosa

(18)

xvii

Tabel XIX. Korelasi AST dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Pria... 71

Tabel XX. Korelasi AST dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Wanita... 72

Tabel XXI. Korelasi SST dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Pria ... 74

Tabel XXII. Korelasi SST dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Wanita... 75

Tabel XXIII. Korelasi %BF dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Pria ... 76

Tabel XXIV. Korelasi %BF dengan Kadar Glukosa

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pengukuran Tinggi Badan... 12

Gambar 2. Pengukuran Berat Badan... 12

Gambar 3. Posisi RahangSkinfold Caliperyang Benar ... 13

Gambar 4. PengukuranTriceps Skinfold Thickness... 14

Gambar 5. PengukuranAbdominal Skinfold Thickness... 14

Gambar 6. PengukuranSuprailiac Skinfold Thickness... 14

Gambar 7. Skema responden penelitian... 27

Gambar 8. Histogram Distribusi Usia Responden Pria ... 43

Gambar 9. Histogram Distribusi Usia Responden Wanita ... 44

Gambar 10. Histogram DistribusiBody Mass IndexResponden Pria ... 45

Gambar 11. Histogram DistribusiBody Mass Index Responden Wanita ... 46

Gambar 12. Histogram DistribusiTriceps Skinfold Thickness Responden Pria ... 47

Gambar 13. Histogram DistribusiTriceps Skinfold Thickness Responden Wanita ... 47

Gambar 14. Histogram DistribusiAbdominal Skinfold Thickness Responden Pria ... 48

(20)

xix

Gambar 16. Histogram DistribusiSuprailiac Skinfold Thickness

Responden Pria ... 49

Gambar 17. Histogram DistribusiSuprailiac Skinfold Thickness

Responden Wanita ... 49

Gambar 18. Histogram DistribusiPercent Body Fat

Responden Pria ... 50

Gambar 19. Histogram DistribusiPercent Body Fat

Responden Wanita ... 50

Gambar 20. Histogram Distribusi Kadar Glukosa Darah Puasa

Responden Pria ... 51

Gambar 21. Histogram Distribusi Kadar Glukosa Darah Puasa

Responden Wanita ... 52

Gambar 22. Diagram Sebar KorelasiBody Mass Index(BMI) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa

Pada Responden Pria... 64

Gambar 23. Diagram Sebar KorelasiBody Mass Index(BMI) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa

Pada Responden Wanita... 65

Gambar 24. Diagram Sebar KorelasiTriceps Skinfold Thickness(TST) dengan Kadar Glukosa

(21)

xx

Gambar 25. Diagram Sebar KorelasiTriceps Skinfold Thickness(TST) dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Wanita... 70

Gambar 26. Diagram Sebar KorelasiAbdominal Skinfold Thickness(AST) dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Pria... 72

Gambar 27. Diagram Sebar KorelasiAbdominal

Skinfold Thickness(AST) dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Wanita... 73

Gambar 28. Diagram Sebar KorelasiSuprailiac

Skinfold Thickness(SST) dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Pria... 74

Gambar 29. Diagram Sebar KorelasiSuprailiac

Skinfold Thickness(SST) dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Wanita... 75

Gambar 30. Diagram Sebar KorelasiPercent Body Fat(%BF) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa

pada Responden Pria ... 77

Gambar 31. Diagram Sebar KorelasiPercent Body Fat(%BF) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa

(22)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian... 92

Lampiran 2. Ethical Clearance... 93 Lampiran 3. Surat Peminjaman Perlengkapan ... 94

Lampiran 4. Informed Consent... 95 Lampiran 5. Leaflet... 96 Lampiran 6. Prosedur Pemeriksaan Glukosa Darah ... 98

Lampiran 7. Kartu Pemeriksaan Responden ... 106

Lampiran 8. Data Validasi Alat ... 107

Lampiran 9. Pengukuran Parameter ... 109

Lampiran 10. Data Laboratorium Parahita... 114

(23)

xxii

INTISARI

Antropometri merupakan suatu metode untuk menggambarkan distribusi lemak tubuh yang berkaitan dengan pengukuran obesitas. Pengukuran obesitas dinyatakan dengan body mass index (BMI) sebagai parameter obesitas umum dan percent body fat (%BF). Obesitas merupakan faktor risiko sindrom metabolik salah satunya adalah peningkatan kadar glukosa darah puasa. Obesitas mengakibatkan terjadinya resistensi insulin karena peningkatan Tumor Necrotic Factor Alpha (TNF-α) dan Interleukin-6 (IL-6). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui korelasi positif antara BMI dan %BF terhadap kadar glukosa darah puasa pada pria maupun wanita

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional dan teknik pengambilan sampel adalah non-random

dengan jenis purposive sampling. Penelitian ini melibatkan 124 mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengukuran antropometri dilakukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan untuk menentukan nilai BMI, dan pengukuran skinfold thickness pada bagian triceps, abdominal, dan suprailiac

untuk menentukan nilai %BF serta pengukuran kadar glukosa darah puasa. Data dianalisis dengan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) kemudian dilakukan analisis korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%.

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang tidak bermakna antara body mass index dan kadar glukosa darah puasa pada pria dan wanita (r = 0,061; p = 0,652 dan r = 0,105 ; p = 0,400) dan korelasi positif yang tidak bermakna antara percent body fat terhadap kadar glukosa darah pria maupun wanita (r = 0,087 ; p = 0,521 dan r = 0,084 ; p = 0,500).

(24)

xxiii

ABSTRACT

Anthropometry is a method to describe the distribution of body fat associated with obesity measurements. Measurement of obesity, defined by body mass index (BMI) as a parameter common obesity and percent body fat (% BF). Obesity is a risk factor for metabolic syndrome one of which is the increase in fasting blood glucose levels. Obesity results in insulin resistance because of increased Tumor Necrotic Factor Alpha (TNF-α) and Interleukin-6 (IL-6). The purpose of research is to find out a positive correlation between BMI and% BF on fasting blood glucose levels in men and women

The study was observational analytical cross-sectional study design and sampling is non-random with this type of purposive sampling. The study involved 124 student of campus III Sanata Dharma University, Yogyakarta who completed inclusion and exclusion criteria. Anthropometric measurements performed by measuring height and weight to determine BMI and skinfold thickness

measurements at the triceps,abdominal, andsuprailiac to determine the value of % BF and measurement of fasting blood glucose levels. Data were analyzed statistically by Kolmogorov-Smirnov normality test and than testing the correlation using Spearman correlation test with onfident level 95%.

The conclusion in this study is that there are no significant positive correlation between body mass index and fasting blood glucose levels in men and women (r = 0.061, p = 0.652 and r = 0.105, p = 0.400) and a non-significant positive correlation between the percent body fat on blood glucose levels both men and women (r = 0.087, p = 0.521 and r = 0.084, p = 0.500).

(25)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

MenurutNational Health and Nutrition Examination Survey(NHANES) tahun 2007, pengukuran antropometrik merupakan suatu metode sederhana

yang sangat mudah dilakukan dan menggambarkan distribusi lemak tubuh yang

dapat menentukan pencapaian status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan

dengan pengukuran obesitas.

Pengukuran antropometri banyak digunakan secara luas dan digunakan

untuk berbagai macam tujuan tergantung pada indikator yang diukur (Cogill,

2003). Metode antropometri memiliki kelebihan antara lain aman (tidak invasif),

sederhana dan biaya murah serta tidak harus membutuhkan pihak yang ahli di

dalam pengukurannya (Supariasa, Bakri,andFajar, 2002).

Pengukuran antropometri meliputi pengukuran body mass index

(BMI), berat tubuh ideal, rasio lingkar pinggang panggul, skinfold thickness, persentase massa lemak, dan massa muskuler total (Tarnus and Bourdon, 2006). Melalui pengukuran tersebut dapat diperoleh rasio ataupun indeks pengukuran

yang sesuai dengan indikator antropometrik yang diinginkan (NHANES, 2007),

seperti body mass index (BMI), abdominal skinfold thickness, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul.

(26)

tidak. Cara mengukur BMI yaitu dengan mengukur berat badan (kg) dibagi

dengan kuadrat tinggi badan (m2). BMI merupakan parameter obesitas secara

umum.

Metode antropometri lain yang dapat menentukan pencapaian status gizi

yang baik dengan cara pengukuran obesitas adalah pengukuranskinfold thickness

(tebal lipatan kulit). Pengukuran skinfold thickness dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi tingkat obesitas, untuk mengukur akumulasi lemak tubuh,

dan perkiraan penyimpanan lemak tubuh.

Menurut NHANES (2007), pengukuran skinfold thickness dapat menggambarkan akumulasi jaringan lemak subkutan. Pengukuran ini

membutuhkanskinfold caliperyang digunakan untuk menentukan jumlah jaringan adipose. Pengukuran tebal lemak subkutan banyak digunakan untuk memprediksi

densitas tubuh. Keakuratan pengukuran dengan menggunakan skinfold caliper

dipengaruhi oleh tekanan pada kulit. Pengukuran abdominal dan suprailiac skinfold thickness lebih tepat untuk memprediksi kejadian obesitas dibandingkan

triceps skinfold thickness pada individu Jepang dewasa (DemuraandSato, 2007). Berdasarkan penelitian tentang validasi pengukuran lemak tubuh menggunakan

skinfold caliper yang dilakukan oleh Budiman (2008), memperoleh hasil bahwa dengan pengukuran skinfold thickness pada beberapa bagian tubuh mempunyai korelasi yang sangat kuat dengan prediksi percent body fat (persentase lemak tubuh), dengan nilai r= 0,8. Untuk memperoleh persentase lemak tubuh

menggunakan metode skinfold thickness dapat menggunakan rumus. Peningkatan

(27)

tubuh atau dapat dikatakan mengalami obesitas dan hal ini berisiko terjadi

penyakit diabetes mellitus tipe II (Baumgartner, Jackson, Mahan, and Rowe, 2007).

Obesitas dapat didefinisikan sebagai penyakit dimana terdapat kelebihan

lemak tubuh yang terakumulasi sehingga kesehatan tubuh dapat terpengaruh

(Kopelman, 2000). Pada saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia

mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang

dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta diantaranya obesitas (WHO, 2004). Menurut penelitian penelitian ChukwunonsoandIfeoma (2012) di Nigeria, usia berpengaruh pada terjadinya obesitas, dimana dewasa muda dilaporkan

cenderung mengalami obesitas dalam peralihannya dari anak-anak atau remaja ke

dewasa. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,

prevalensi obesitas umum di Indonesia pada penduduk berusia≥15% tahun adalah

10,3%, terdiri dari laki-laki 13,9% dan perempuan 23,8%. Usia dewasa, dalam hal

ini mahasiswa dan mahasiswi yang berada pada rentang usia 18-24 tahun.

Obesitas yang terjadi pada usia dewasa ini terjadi akibat pola hidup yang tidak

teratur antara lain terkait dengan pola makan yang tidak sehat seperti kebiasaan

mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak yang tinggi dan kurangnya

aktifitas fisik seperti berolahraga. Menurut penelitian Faris (2009), obesitas pada

dasarnya disebabkan karena tidak ada keseimbangan antara makanan yang masuk

(28)

Menurut Pateda and Tirtamulia (2011), obesitas menyebabkan peningkatan risiko sindrom metabolik, salah satunya adalah peningkatan kadar

glukosa darah puasa karena terjadi resistensi insulin, yaitu ketidakmampuan

insulin untuk menghasilkan fungsi biologik secara normal (menurunnya

sensitivitas insulin). Pernyataan ini didukung oleh penelitian Faris (2009), hasil

penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan erat antara obesitas dan

sindrom metabolik, salah satunya peningkatan kadar glukosa darah puasa yang

dapat berkembang menjadi penyakit diabetes melitus tipe II. Terdapat penelitian

lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Lipoeto, Yerizel, Edward, and Widuri (2007), menjelaskan bahwa obesitas sangat berperan pada kejadian sindrom

metabolik. Salah satu teori dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa sel-sel

lemak yang mengalami hipertrofi menurunkan jumlah reseptor insulin. Teori lain

menyebutkan tingginya asam lemak, peningkatan hormon resistin dan penurunan

adiponektin akibat penumpukan lemak. Pada penderita obesitas mempengaruhi

kerja insulin sehingga dapat menyebabkan tingginya kadar glukosa darah.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka terdapat hubungan antara besarnya

akumulasi lemak dengan peningkatan kadar glukosa darah.

Glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat

dalam darah. Pada keadaan normal, glukosa diatur sedemikian rupa oleh hormon

insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas. Pada orang sehat, kadar glukosa

darah <100 mg/dl pada keadaan puasa (International Diabetes Federation, 2006). Konsentrasi tersebut akan meningkat sampai 120-140 mg/dl setelah makan. Kadar

(29)

glukosa menurun, misalnya untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas

akan melepaskan hormon glukagon ke dalam aliran darah supaya dapat berfungsi

meningkatkan kadar glukosa darah. Sebaliknya jika kadar glukosa darah di dalam

darah meningkat, misalnya setelah makan, insulin akan disekresikan untuk

menurunkan dan mengembalikan konsentrasi kadar glukosa darah ke keadaan

normal (Rizky, 2010).

Pada tahap awal sindrom metabolik, kadar glukosa darah puasa di atas

nilai normal. Lama-kelamaan terjadi kegagalan pankreas dalam mengatur kadar

insulin yang cukup, sehingga homeostasis glukosa terganggu, menghasilkan

toleransi glukosa terganggu dan hiperglikemia, kemudian berakhir pada diabetes

mellitus tipe 2 (Appel, JonesandKennedy-Malone, 2004).

Berdasarkan survey WHO, Indonesia termasuk salah satu negara dengan

penderita diabetes mellitus cukup tinggi, jumlah penderita diabetes mellitus di

Indonesia sekitar 17 juta orang (8,6% dari jumlah penduduk) atau urutan terbesar

keempat setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. International Diabetic Federation(2003) mengestimasikan jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun ke atas menderita diabetes mellitus sebanyak 5,6 juta orang pada tahun 2001 dan

akan meningkat 8,2 juta pada 2020.

Penelitian Ohnishi, Saitoh, Takagi, Katoh, Chiba, Akasaka et al. (2006) yang dilakukan pada 348 pria dan 523 wanita. Hasil penelitian menyatakan

bahwa risiko diabetes mellitus tipe II secara signifikan lebih tinggi didalam

(30)

Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran dua paramater (body mass index dan percent body fat, dimana pengukuran parameter ini dilakukan pada Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma. Tujuan dari

dilakukannya pengukuran yaitu untuk melihat pengaruh body mass index

(parameter obesitas umum) dan percent body fat (persentase lemak tubuh) terhadap kadar glukosa darah puasa. Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti

mengharapkan terdapat korelasi yang bermakna antara body mass index dan

percent body fat terhadap kadar glukosa darah puasa pada Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka permasalahan

yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :

Apakah terdapat korelasi antara body mass index (BMI) dan percent body fat

terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Keaslian penelitian

Penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu:

1. Korelasi Body Mass Index(BMI) dan Abdominal Skinfold Thicknessterhadap Kadar Glukosa Darah Puasa (Pika, 2011).

Penelitian ini dilakukan di kampus I, II, dan III Universitas Sanata

(31)

parameter dengan usia 39±50 tahun. Hasil analisa korelasi diperoleh Body Mass Indexmempunyai korelasi positif berkekuatan sangat lemah (r=0,197) namun tidak bermakna dengan kadar glukosa darah puasa (p=0,141) dan

abdominal skinfold thicknessmempunyai korelasi positif berkekuatan lemah (r=0,236) namun tidak bermakna dengan kadar glukosa darah puasa

(p=0,077).

2. Skinfold-Thickness Measurements Complement Conventional Anthropometric Assessments in Predicting Glucose Tolerance (Sievenpiper, Jenkins, Josse, LeiterandVuksan, 2001).

Penelitian ini dilakukan terhadap 35 responden dengan mengukur truncal skinfold thickness yang merupakan penjumlahan dari subscapular, iliac, dan abdominal skinfold thickness dan mengkorelasikan truncal skinfold thickness ini terhadap kadar glukosa darah puasa. Hasil penelitian menyatakan adanya korelasi positif bermakna dengan nilai koefisien korelasi

(r) sebesar 0,52 (p<0,01) antara truncal skinfold thickness dengan kadar glukosa darah puasa.

3. Hubungan Antara Nilai Antropometri Dengan Kadar Glukosa Darah (Lipoeto

et al., 2007).

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Padang Pariaman dengan jumlah

responden sebanyak 70 orang penduduk dewasa yang berusia di atas 20

tahun. Hasil penelitian menunjukkan jumlah penderita obesitas berdasarkan

Index Massa Tubuh (IMT) (lebih dari 25 kg/m2) sebanyak 34,3%,

(32)

rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) berjumlah 24,4%. Hasil analisa

korelasi didapatkan nilai korelasi (r) kadar glukosa darah dengan IMT adalah

0,101 (p>0,05), dengan LP sebesar 0,168 (p>0,05) dan dengan RLPP adalah

sebesar 0,186 (p>0,05).

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai korelasi

body mass index (BMI) dan percent body fat (%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

b. Manfaat praktis

Data yang diperoleh diharapkan dapat memberikan informasi bagi

pihak terkait mengenai korelasi body mass index (BMI) dan percent body fat

(%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi

Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengukuran BMI dan %BF

diharapkan mampu memberikan gambaran awal kadar glukosa darah sehingga

diharapkan masyarakat dapat memantau kesehatan fisiknya secara lebih

intensif dan sebagai deteksi dini akan kecenderungan risiko penyakit diabetes

mellitus tipe II. Selain itu juga memberi gambaran bahwa pengukuran BMI dan

%BF merupakan pengukuran antropometri yang murah dan praktis serta dapat

(33)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

Memperoleh informasi adanya korelasi positif yang bermakna antara

body mass index(BMI) danpercent body fat(%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma

(34)

10

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Metode Antropometri

Antropometri merupakan suatu metode sederhana yang sangat

mudah dilakukan dan menggambarkan komposisi tubuh (Tarnus and

Bourdon, 2006). Pemeriksaan antropometri dibagi menjadi dua bagai besar yaitu

yang pertama adalah pengukuran atau pengambilan data dan kedua adalah

penggunaan data atau pengolahan data. Pada pemeriksaan antropometri, orang

yang diperiksa harus bersedia (diberi inform consent) untuk menuruti prosedur pemeriksaan. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan data yang didapat

dirata-rata (Kurniawan, 2009).

Pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan

(berdiri), panjang badan (berbaring),skinfold thickness, lingkar kepala dan lengan, panjang lengan, lebar bahu, pergelangan tangan, dan lain-lain (NHANES,

2007). Keuntungan metode antropometri adalah sederhana dan aman, alatnya

mudah diperoleh dan mudah digunakan, tidak hanya dilakukan dengan tenaga

khusus yang ahli, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu, dan juga biaya

relatif murah karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan

lainnya (Supariasaet al., 2002).

Berdasarkan definisi terbaru dari IDF (2006), seseorang yang memiliki

sindrom metabolik pasti memiliki obesitas sentral. Huxley, Mendis,

(35)

toleransi glukosa, penurunan sensitivitas insulin, dan profil lipid yang

menyimpang di mana akan menjadi faktor risiko untuk diabetes mellitus tipe II

dan penyakit kardiovaskuler.

1. Body Mass Index(BMI)

Body mass index (BMI) merupakan metode sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan

kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan

seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang (Supariasa et al., 2002).

Cara mengukur BMI yaitu dengan mengukur berat badan (kg) dibagi

dengan kuadrat tinggi badan (m2). Rumus perhitungan BMI dapat dituliskan

dengan persamaan berikut :

BMI = 2

2 ) ( ) ( m kg x m Badan Tinggi kg Badan Berat

 (WHO, 2000a)

Tabel I. KlasifikasiBody Mass IindexMenurut WHO untuk Individu Dewasa Asia (WHO, 2000a)

Klasifikasi BMI (kg/m2) Kurang berat < 18,5 kg/m2 Batas Normal 18,5-22,9 kg/m2 Berat badan Berlebih ≥ 23 kg/m2

(36)

Gambar 1. Pengukuran Tinggi Badan

Gambar 2. Pengukuran Berat Badan

2. Skinfold Thickness(Tebal Lipatan Kulit)

Skinfold thickness adalah suatu pengukuran untuk menilai persentase lemak tubuh (Peterson, et al., 2003). Pengukuranskinfold thickness(tebal lipatan kulit) menggunakan alat skinfold caliper, bentuknya mirip jangka sorong dengan cara pengukuran yang sama. Pada saat salah satu bagian tubuh tercubit, ukuran

yang tertera pada alat ini menunjukan ketebalan jaringan lemak yang terdapat

pada lapisan kulit dalam skala milimeter (mm). Lipatan kulit adalah tebal kulit

yang dikumpulkan dengan menarik kulit dan jaringan subcutan diantara ibu jari dan jari telunjuk pada jarak 6–8 cm (Kurniawan, 2009).

Pengukuran tebal lemak subkutan digunakan untuk memprediksi

(37)

tepat untuk memprediksi kejadian obesitas sentral dibandingkan triceps skinfold thickness pada individu Jepang dewasa (DemuraandSato., 2007).

Pengukuranskinfold thicknessdilakukan dengan menggunakanskinfold caliper. Peneliti menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang lapisan lemak di bawah kulit. Rahang skinfold caliper menjepit lapisan lemak di bawah kulit dengan posisi vertikal. Peneliti perlu berhati-hati saat memegang lapisan

laipsan lemak di bawah karena bisa saja yang bagian otot ikut terukur dengan

skinfold caliper. Pengukuran skinfold thicknessdilakukan pada tiga bagian tubuh, yaitutriceps,abdominaldansuprailiac.

Gambar 3. Posisi RahangSkinfold Caliperyang Benar (NHANES, 2007)

a. Triceps skinfold thickness diukur pada bagian tengah dari punggung lengan tepat diotot triceps, pada titik tengah proyeksi antara sisi dari prosesakronim skapula dengan bagian tepi yang lebih rendah dari olecranon ulna

(38)

Gambar 4. PengukuranTriceps Skinfold Thickness

b. Abdominal skinfold thickness diukur dengan jarak 5 cm dari umbilikus

(Baumgartneret al., 2007).

Gambar 5. PengukuranAbdominal Skinfold Thickness

c. Suprailiac Skinfold Thickness diukur dengan mencubit pada titik perpotongan antara garis spina iliaca dengan anterior axilla dan garis horizontal yang melalui crista iliaca. Arah cubitan 45odari arah horizontal (Baumgartneret al., 2007).

(39)

3. Percent Body Fat(Persentase Lemak Tubuh)

Percent body fat (%BF) didefinisikan sebagai proporsi massa lemak dalam tubuh. Terdapat beberapa telah menunjukkan bahwa %BF lebih akurat

mencerminkan komposisi lemak dalam tubuh dibandingkan dengan body mass index, meskipun kedua metode tersebut telah digunakan untuk evaluasi risiko kesehatan manusia seperti penyakit diabetes mellitus tipe II. Nilai %BF yang

tinggi tidak selalu berarti BMI tinggi, dan sebaliknya. Dalam penelitian ini juga

menjelaskan dengan melakukan aktivitas rutin seperti olahraga, dapat

memperkecil nilai %BF sehingga dapat memperkecil risiko terjadinya penyakit

diabetes mellitus tipe II (Zeng, Sheng-Yong, Xiao-Nan, Xie, and Cui, 2012). Peningkatan nilai %BF dapat meningkatkan risiko terjadi sindrom metabolik yang

mengarah pada penyakit diabetes mellitus tipe II (Baumgartneret al., 2007). Penentuan nilai %BF diperoleh dari perhitungan nilai skinfold thicknes

dengan menggunakan persamaan seperti berikut :

o Pria

Percent Body Fat = 0,41563 (hasil penjumlahan nilai skinfold : nilai

triceps + nilai abdominal + nilai suprailiac) – 0,00112 (hasil penjumlahan nilai

skinfold)2+ 0,03661 (age)–4,03653

o Wanita

Percent Body Fat = 0,39287 (hasil penjumlahan nilai skinfold : nilai

triceps + nilai abdominal + nilai suprailiac) – 0,00105 (hasil penjumlahan nilai

(40)

Tabel II. KlasifikasiPercent Body Fat(Baumgartneret al., 2007)

Klasifikasi BF (%)

Men

High > 28 % Moderately High 22–28 %

Optimal range 11–21 % Low 6–10 % Very Low ≥ 5%

Women

High > 32 % Moderately High 26–32 %

Optimal range 15–25 % Low 12–14 % Very Low ≥ 11 %

Dari beberapa persamaan yang telah ada, tingkat ketelitian dalam

memprediksi persentase lemak tubuh sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak

data lokasi skinfold thickness yang digunakan dalam persamaan tersebut. Ada persamaan yang hanya menggunakan satu atau dua data skinfold thickness saja tetapi ada pula yang menggunakan data skinfold thickness pada tujuh lokasi pengambilan skinfold thickness. Pada dasarnya semakin banyak data lokasi

skinfold thickness yang digunakan dalam persamaan maka ketepatan persamaan tersebut dalam memprediksi persentase lemak badan akan semakin besar pula

(Sudibjo, 2008).

B. Overweight, Obesitas, dan Resistensi Insulin

Overweight dan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak (jaringan adiposa), baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu.

(41)

lemak tubuh, obesitas dibedakan menjadi dua jenis, yakni obesitas sentral dan

obesitas umum (WHO, 2000b).

Jaringan adiposa terletak di seluruh tubuh. Adiposit lain berada pada

kulit sebagai lemak subkutan. Dan beberapa penyimpanan terpisah ditemukan di

dalam rongga tubuh, mengelilingi jantung dan organ lain, berhubungan dengan

mesenterik usus dan di dalam retroperitoneum. Lemak viseral ini dapat masuk ke

sirkulasi portal dan telah dikaitkan terhadap morbiditas penyakit diabetes mellitus

tipe 2. Diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin dan atau

sekresi insulin yang abnormal. Jaringan adiposa memiliki efek terhadap

keseimbangan glukosa, yang dimediasi oleh endokrin (terutama melalui sintesis

dan pelepasan hormon peptida yang disebut adipokin) dan mekanisme

non-endokrin (Thevenod, 2008).

Resistensi insulin dikaitkan dengan jaringan adiposa yang termasuk di

dalam gejala dan tanda insulin resistance syndrome (IRS), sindrom X, atau sindrom metabolik. Secara normal, jaringan adiposa mempunyai efek

keseimbangan pengaturan glukosa. Jaringan adiposa mempunyai 2 mekanisme

endokrin dan non-endokrin. Pada mekanisme endokrin, terdapat White Adipose Tissue (WAT) yang merupakan sebuah gudang penyimpanan, namun sekarang telah diketahui sebagai organ sekretori dan endokrin, yang mensekresikan

berbagai hormon peptida dan sitokin (adipokin). Adipokin meliputi leptin,

(42)

tidak, terhadap resistensi insulin yang diketahui mendasari perkembangan

diabetes mellitus tipe 2 (Eid, 2011).

Di antara faktor endokrin tersebut, leptin dan adiponektin mempunyai

aksi sebagai antidiabetik. Leptin memperbaiki hiperglikemik dengan memperbaiki

sensitivitas insulin di otot dan hati. Faktor lain cenderung meningkatkan glukosa

darah, meliputi resistin, TNF-α, dan IL-6. TNF-α diproduksi di makrofag dan

menurunkan aksi insulin. IL-6 diproduksi oleh adiposit dan memiliki efek

meningkatkan resistensi insulin (Thevenod, 2008). Mekanisme TNF-α dan

ekspresi IL-6 dapat mengakibatkan resistensi insulin masih diperdebatkan, tetapi

keduanya menunjukkan aktivitas yang dapat mengganggu signalling insulin pada jaringan adiposa dan hati. TNF- α dan IL-6 juga diketahui meningkatkan lipolisis dan sekresi free fatty acid (FFA) dari jaringan adiposa ke sirkulasi darah, yang berkontribusi terhadap resistensi insulin pada otot skeletal dan meningkatnya

produksi glukosa hepatik (Cartier, 2010).

Pada orang obesitas, berkebalikan dengan adipokin proinflammatory

(adipositokin), kadar adiponektin akan mengalami penurunan. Terjadinya

penurunan adiponektin ini, menyebabkan efek antidiabetiknya menurun dan

meningkatkan kadar glukosa darah (Despres and Lemieux, 2006). Selain itu terdapat mekanisme lain yang disebut dengan mekanisme non-endrokrin, dimana

pada mekanisme ini berhubungan dengan peningkatan NEFA (Non-Esterified Fatty Acid). Beberapa kondisi klinis yang jelas pada individu overweight dan obesitas ditandai peningkatan NEFA akibat adanya peningkatan aktivitas hormon

(43)

Kadar NEFA yang tinggi di sirkulasi juga dapat berkontribusi terhadap resistensi

insulin pada otot dan hati sehingga terjadi penurunan uptake glukosa dari sirkulasi

darah ke dalam sel dan menyebabkan kadar glukosa darah meningkat (Thevenod,

2008). NEFA dapat masuk ke hati dan mengganggu metabolisme hati sehingga

produksi glukosa hepatik meningkat (Despreset al., 2006).

C. Kadar Glukosa Darah Puasa

Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang

terdapat dalam darah. Pada keadaan normal, glukosa diatur sedemikian rupa oleh

hormon insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas. Pada orang sehat, kadar

glukosa darah <100 mg/dl pada keadaan puasa (IDF, 2006). Konsentrasi tersebut

akan meningkat sampai 120-140 mg/dl setelah makan. Kadar glukosa darah di

dalam darah dimonitor oleh pankreas. Apabila konsentrasi glukosa menurun,

misalnya untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas akan melepaskan

hormon glukagon ke dalam aliran darah supaya dapat berfungsi meningkatkan

kadar glukosa darah. Sebaliknya jika kadar glukosa darah di dalam darah

meningkat, misalnya setelah makan, insulin akan disekresikan untuk menurunkan

dan mengembalikan konsentrasi kadar glukosa darah ke keadaan normal (Rizky,

2010).

Kadar glukosa darah puasa adalah kadar glukosa darah setelah

puasa lebih kurang 8-10 jam sebelum dilakukan pemeriksaan (Departemen

(44)

mengalami sindrom metabolik pasti apabila terjadi peningkatan kadar glukosa

plasma (Fasting Plasma Glucose≥ 100 mg/dL (5,6 mmol/L).

D. Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Kampus III Universitas Sanata Dharma terletak di daerah

Paingan-Maguwoharjo, Depok-Sleman Yogyakarta. Kampus III Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta memiliki empat Fakultas, antara lain Fakultas Farmasi,

Fakultas Psikologi, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) serta Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pengetahuan (FKIP). FST terdiri dari empat program pendidikan (prodi)

yaitu teknik elektronika, teknik mesin, teknik informatika dan matematika murni.

FKIP terdiri dari empat prodi yaitu pendidikan matematika, pendidikan biologi,

pendidikan fisika dan bimbingan konseling. Jumlah keseluruhan mahasiswa dan

mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma adalah 3628, dimana jumlah

mahasiswa dan mahasiswi setiap prodi berbeda-beda, antara lain dijabarkan pada

tabel III.

Tabel III. Jumlah Mahasiswa dan Mahasiswi Masing-masing Program Pendidikan di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Program Pendidikan Jumlah Mahasiswa-Mahasiswi

Farmasi 830

Psikologi 713

Teknik elektronika 140

Teknik mesin 259

(45)

Hampir seluruh mahasiswa dan mahasiswi Kampus III tinggal di kost,

dan hal inilah yang menyebabkan pola hidup mahasiswa dan mahasiswi tidak

teratur. Pola hidup yang tidak teratur seperti pola makan yang tidak sehat, dalam

hal ini kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak yang tinggi

dan kurangnya aktifitas fisik seperti berolahraga menjadi salah satu pemicu

timbulnya risiko obesitas dikalangan usia dewasa. Menurut penelitian Faris

(2009), obesitas pada dasarnya disebabkan karena tidak ada keseimbangan antara

makanan yang masuk atau suplay energi yang masuk ke dalam tubuh dengan jumlah energi yang dikeluarkan. Obesitas berkaitan dengan resistensi insulin yang

menyebabkan terjadinya sindrom metabolik salah satunya kadar glukosa darah

puasa yang diketahui mendasari perkembangan diabetes mellitus tipe 2 (Eid,

2011).

E. Landasan Teori

Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang dapat digunakan

untuk menentukan status nutrisi dan kesehatan seseorang serta dapat memprediksi

terjadinya overweight dan obesitas. Pengukuran antropometri dilakukan berdasarkan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan skinfold thickness. Pengukuran tinggi badan dan berat badan digunakan untuk menentukan nilai

BMI. BMI merupakan parameter obesitas umum.

(46)

skinfold thickness pada beberapa bagian tubuh dapat memprediksi percent body fat (persentase lemak tubuh). Pengukuran percent body fat (%BF) dihitung menggunakan persamaan. Peningkatan nilai %BF dapat meningkatkan risiko

terjadi sindrom metabolik yang mengarah pada penyakit diabetes mellitus tipe II.

Peningkatan jumlah lemak (obesitas) di dalam tubuh diketahui terjadi

peningkatan kadar TNF-α, IL-6 dan resistin yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah serta penurunkan kadar leptin dan adiponektin yang menyebabkan

efek antidiabetiknya menurun. Hal ini berkaitan dengan terjadinya sindrom

metabolik yang dapat berkembang menjadi penyakit diabetes mellitus tipe II.

F. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat korelasi yang bermakna

antara body mass index (BMI) dan percent body fat (%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas

(47)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

pendekatan rancangan secara cross-sectional (potong lintang). Penelitian observasional analitik berarti penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi kemudian melakukan analisis korelasi antara

faktor risiko dan faktor efek. Faktor efek adalah suatu akibat dari adanya

faktor risiko, sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan

terjadinya efek. Rancangan secara potong lintang dilakukan dengan cara

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek melalui

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(Notoatmodjo, 2002).

Penelitian ini menganalisis korelasi antarabody mass indexdan percent body fat sebagai faktor risiko terhadap peningkatan kadar glukosa darah puasa sebagai faktor efek. Data penelitian yang diperoleh diolah secara

komputerisasi untuk mengetahui korelasi dari data-data penelitian.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Ukuranbody mass index(BMI) danpercent body fat

2. Variabel tergantung

(48)

3. Variabel pengacau

b. Variabel pengacau terkendali : umur, keadaan puasa

c. Variabel pengacau tak terkendali : kondisi patologis, aktivitas, dan gaya

hidup subyek penelitian

C. Defenisi Operasional

1. Subyek penelitian adalah yang memenuhi kriteria inklusi yaitu mahasiswa dan

mahasiswi yang masih aktif di Kampus III Universitas Sanata Yogyakarta baik

pria dan wanita yang bersedia untuk diajak bekerja sama dalam penelitian ini.

Subyek penelitian selanjutnya disebut responden.

2. Karakteristik penelitian meliputi demografi, pengukuran antroprometri dan

hasil pemeriksaan laboratorium. Karakteristik demografi meliputi usia dan

latar belakang pendidikan. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran

body mass index(BMI) danskinfold thickness(triceps,abdominal,suprailiac) untuk menentukan percent body fat (%BF). Hasil pemeriksaan laboratorium yang diteliti adalah kadar glukosa darah puasa.

3. Pengukuran body mass index (BMI) adalah perhitungan berat badan dalam satuan kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam satuan meter persegi (m2).

Pengukuran BMI dilakukan dengan cara menimbang berat badan dan

mengukur tinggi badan subjek penelitian.

) ( ) ( 2 m Badan Tinggi kg Badan Berat Index Mass

Body (WHO, 2000a)

(49)

5. Pengukuran triceps skinfold thickness dilakukan dengan mengukur pada bagian tengah dari punggung lengan tepat diotot triceps, pada titik tengah proyeksi antara sisi dari proses akronim skapula dengan bagian tepi yang lebih rendah dariolecranon ulna(Baumgartneret al., 2007).

6. Pengukuranabdominal skinfold thickness dilakukan dengan mengukur tebal lipatan kluit bagian abdominal dengan jarak 5 cm dari umbilikus

(Baumgartneret al., 2007).

7. Pengukuran suprailiac skinfold thickness diukur dengan mencubit pada titik perpotongan antara garis spina iliaca dengan anterior axilla dan garis horizontal yang melalui crista iliaca. Arah cubitan 45o dari arah horizontal

(Baumgartneret al., 2007).

8. Pengukuran.skinfold thickness adalah mengukur tebal lapisan kulit (dalam satuan milimeter) menggunakan alat skinfold caliper (Baumgartner et al., 2007).

9. Percent Body Fat merupakan pengukuran persentase lemak didalam tubuh dengan menggunakan metode pengukuran skinfold thicknes pada tiga bagian tubuh (triceps, abdominal, suprailiac). Percent Body Fat diukur menggunakan rumus sebagai berikut :

o Pria

Percent Body Fat= 0,41563 (hasil penjumlahan nilaiskinfold: nilaitriceps

+ nilai abdominal + nilai suprailiac) – 0,00112 (hasil penjumlahan nilai

(50)

o Wanita

Percent Body Fat= 0,39287 (hasil penjumlahan nilaiskinfold: nilaitriceps

+ nilai abdominal + nilai suprailiac) – 0,00105 (hasil penjumlahan nilai

skinfold)2+ 0,03661 (age)–5,18845 (Schneideret al., 2003)

10. Menurut Baumgartner et al., (2007), kondisi overweight dinyatakan dengan %BF >21 % untuk pria dan >25 % untuk wanita.

11. Kadar glukosa darah puasa adalah kadar glukosa darah hasil pemeriksaan

di laboratorium Parahita dengan menggunakan instrumen Architect ci 8200

yang diperoleh setelah subjek penelitian melakukan puasa selama lebih

kurang 8-10 jam sebelum dilakukan pemeriksaan. Standar kadar glukosa darah

puasa menggunakan standar IDF (2006), dimana kadar glukosa darah puasa

normal adalah < 100 mg/dL.

D. Responden Penelitian

Responden penelitian adalah yang memenuhi kriteria inklusi yaitu

mahasiswa dan mahasiswi yang masih aktif di Kampus III Universitas Sanata

Yogyakarta dan brsedia menandatangani informed concert. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini antara lain yang sedang menderita, penyakit diabetes mellitus,

penyakit hati akut maupun kronis, hamil, mengkonsumsi obat penurun kadar

lemak darah, mengkonsumsi obat penurun glukosa darah dan obat yang dapat

menaikkan kadar glukosa darah, dan termasuk sedang melakukan kegiatan terkait

dengan studi di luar Universitas Sanata Dharma. Skema responden dapat dilihat

(51)

Gambar 7. Skema responden penelitian

Pengambilan data dilakukan dua tahap yang dilaksanakan di Kampus

III Universitas Sanata Dharma. Tahap awal pengambilan data dilaksanakan pada

tanggal 8 September 2012 dengan jumlah responden yang hadir 54 responden

yaitu 20 responden pria dan 34 responden wanita dari 74 responden (26 responden

(52)

dengan jumlah responden yang hadir 78 responden yaitu 41 responden pria dan 37

responden wanita 97 responden (56 responden pria dan 41 responden wanita)

yang telah menandatangani informed consent. Pada tahap awal pengambilan data, terdapat dua responden yang dieksklusi yaitu satu responden pria dan satu

responden wanita. Kedua responden tersebut dieksklusi karena responden merasa

tidak nyaman pada saat pengukuran skinfold thickness. Sehingga jumlah responden yang menjalani pengukuran antropometri dan uji laboratorium kadar

glukosa darah puasa sebanyak 52 responden yaitu 19 responden pria dan 33

responden wanita. Pada tahap kedua pengambilan data, terdapat enam responden

yang dieksklusi yaitu tiga responden pria dan tiga responden wanita. Dua

responden pria dan tiga responden wanita dieksklusi karena responden merasa

tidak nyaman pada saat pengukuran skinfold thickness, sedangkan satu responden pria mengkonsumsi minuman manis sehingga mempengaruhi kadar glukosa darah

puasa. Sehingga jumlah responden yang menjalani pengukuran antropometri dan

uji laboratorium kadar glukosa darah puasa sebanyak 72 responden yaitu 38

responden pria dan 34 responden wanita. Total responden yang terlibat dalam

penelitian ini sebanyak 124 responden yaitu 57 responden pria dan 67 responden

wanita. Jumlah minimum sampel untuk penelitian korelasi sebesar 30 subyek

Spiegel and Stephens (2007). Kelebihan jumlah responden penelitian dimaksudkan untuk mengantisipasi subyek penelitian yang tidak dapat hadir pada

saat pengambilan data maupun subyek penelitian yang diketahui tidak memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu tidak berpuasa pada saat pengambilan

(53)

E. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampus III Universitas Sanata Dharma yang

terletak di Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan

mulai bulan Mei sampai September 2012. Pengambilan data penelitian

antropometrik dan uji laboratorium dilaksanakan pada awal bulan September

2012 selama 2 tahap yaitu pada tanggal 8 dan 15 September 2012 yang

dilaksanakan di kampus III Universitas Sanata Dharma, Paingan, Yogyakarta.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian payung yang berjudul Korelasi Pengukuran Antropometri terhadap Profil Lipid, Kadar Glukosa Darah Puasa dan Tekanan Darah pada Mahasiswa dan Mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji adanya korelasi pengukuran antropometri yang meliputi lingkar pinggang (LP), rasio

lingkar pinggang-panggul (RLPP), body mass index (BMI), dan skinfold thickness (triceps, abdominal, suprailiac) terhadap profil lipid, kadar glukosa darah puasa dan tekanan darah. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok

dengan kajian yang berbeda-beda.

Kajian dari penelitian ini meliputi :

1. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) terhadap Kadar Trigliserida.

(54)

3. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar

Pinggang Panggul (RLPP) terhadap Kadar Trigliserida

4. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) terhadap rasio kolesterol total/HDL

5. Korelasi Pengukuran Percent Body Fat (%BF) terhadap rasio kolesterol total/HDL

6. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar

Pinggang Panggul (RLPP) terhadap Rasio Kadar Kolesterol

total/HDL

7. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) terhadap rasio HDL/LDL

8. Korelasi Pengukuran Percent Body Fat (%BF) terhadap rasio HDL/LDL

9. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar

Pinggang Panggul (RLPP) terhadap rasio HDL/LDL

10. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) dan Percent Body Fat(%BF) terhadap Tekanan Darah

11. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar

Pinggang Panggul (RLPP) terhadap Tekanan Darah

12. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar

Pinggang Panggul (RLPP) terhadap terhadap Kadar Glukosa Darah

(55)

13. Korelasi PengukuranBody Mass Index(BMI) danpercent body fat

(%BF) terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa.

Penelitian ini berfokus pada korelasi pengukuran body mass index (BMI) dan skinfold thickness (triceps, abdominal, suprailiac) terhadap kadar glukosa darah puasa.

G. Teknik Sampling

Strategi pengambilan sampel (sampling) penelitian ini adalah secara

non-random sampling (pengambilan sampel secara tidak acak) dengan jenis

purposive sampling. Pengambilan sampel secara non-random sampling karena yang dimasukan sebagai subyek pada penelitian ini hanya mereka yang di

jumpai, memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi subyek pada penelitian

ini sehingga tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan

sebagai subyek penelitian. Pengambilan sampel secara purposive sampling

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri

(Notoatmodjo, 2002).

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitan ini berupa timbangan berat

(56)

skinfold thickness (tebal lipaan kulit) bagian triceps, abdominal, dan suprailiac. Pemeriksaan darah dilakukan oleh Laboratorium Parahita. Alat yang digunakan

dalam pengukuran kadar glukosa darah puasa bermerekArchitect ci 8200.

I. Tata Cara Penelitian

1. Observasi Awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang jumlah

mahasiswa dan mahasiswi yang masih aktif di Kampus III Universitas Sanata

Dharma. dan tempat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan responden

pada saat pengukuran antropometri dan pengambilan sample darah responden.

2. Permohonan ijin dan kerja sama

Permohonan ijin pertama diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada untuk memenuhi

etika penelitian menggunakan sampel biologis manusia yaitu darah.

Permohonan ijin kedua ditujukan kepada rektorat tepatnya kepada Wakil

Rektor 1 Universitas Sanata Dharma untuk memperoleh ijin melaksanakan

penelitian. Permohonan ijin ketiga diajukan ke Laboratorium Parahita untuk

memperoleh persetujuan ijin kerjasama dalam melakukan pengukuran sampel

darah responden. Permohonan ijin kerjasama yang keempat ditujukan kepada

calon reseponden yang bersedia ikut dan terlibat dalam pengukuran

antropometri dan pengambilan sampel darah dalam penelitian, permohonan

(57)

digunakan untuk melaksanakan pengambilan data pengukuran antropometri

dan pengambilan sampel darah responden.

3. Pembuatanleaflet,informed consent, dan data calon subyek penelitian a.Leaflet

Leaflet yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk selebaran kertas berukuran A4 yang berisi informasi mengenai gambaran umum dari

penelitian. Leaflet ini digunakan sebagai alat bantu bagi peneliti untuk menjelaskan hal yang berkaitan dengan penelitan yang dilakukan. Judul

leaflet yang digunakan adalah ”Pengukuran Antropometri”. Isi leaflet ini meliputi : penjelasan singkat mengenai pentingnya pengukuran

antropometri (BMI, Skinfold Thickness, Lingkar pinggang dan lingkar panggul) dan pemeriksaan laboratorium yaitu profil lipid, kadar glukosa

darah puasa, dan tekanan darah sebagai suatu metode deteksi dini berbagai

masalah kesehatan khususnya mengenai penyakit kardiovaskular.

b.Informed consent

Informed Consent merupakan bukti tertulis pernyataan kesediaan subyek penelitian untuk ikut serta dalam penelitian. Informed Consent yang digunakan pada penelitian ini telah memenuhi standar dari Komisi Etik

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas

Gajah Mada. Subyek penelitian yang menyatakan diri bersedia untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini diminta untuk mengisi data nama, usia,

(58)

consent setelah mendapatkan kejelasan penuh dari peneliti terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

c. Data responden

Data responden pada penelitian ini adalah berupa tabel yang berisi data

nama, usia, alamat, dan nomor handphone responden. Data ini berfungsi untuk mempermudah peneliti melakukan kontak via short message system

(sms) maupun via telepon untuk memberikan konfirmasi ulang mengenai tempat pelaksanaan pengukuran parameter dan persyaratan yang harus

dipenuhi sebelum pelaksanaan pengukuran parameter yaitu berpuasa selama

8-10 jam.

4. Pencarian responden

Pencarian subyek penelitian dilakukan dengan memohon ijin secara tertulis

kepada Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma maupun Para Dekan

Fakultas terlebih dahulu untuk memohon ijin melibatkan mahasiswa dan

mahasiswi yang masih aktif di Kampus III Universitas Sanata Dharma dalam

penelitian ini. Setelah memperoleh ijin, dilanjutkan dengan meminta data data

nama, usia, alamat, dan nomor handphone responden. Dari data yang diperoleh, peneliti menghubungi satu persatu responden untuk meminta

kesediannya berpartisipasi dalam penelitian. Calon responden yang bersedia

untuk ikut serta dalam penelitian akan diminta untuk menghadiri tahap awal

penelitian ”briefing”. Pada tahap pencarian awal ini, responden yang bersedia untuk mengikuti ”briefing” sebanyak 135 orang. Berhubung jumlah sampel

(59)

secara face to face di wilayah Kampus III Universitas Sanata Dharma yang memenuhi kriteria inklusi, dimana penjelasan tentang penelitian yang akan

dilakukan melalui leaflet kepada calon responden, kemudian calon responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian akan diminta untuk menghadiri

tahap awal penelitian ”briefing”. Pada tahap pencarian yang kedua ini,

responden yang bersedia untuk mengikuti ”briefing” sebanyak 76 orang. Briefing ini bertujuan untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, prosedur yang dilakukan dalam penelitian serta pentingnya penelitian yang

dilakukan. Calon responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian akan

menandatangani informed consent sebagai suatu bentuk penyataan tertulis atas kesediaan responden ikut serta dalam penelitian. Responden yang

bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian akan mencantumkan nama,

usia, dan alamat pada informed consent serta menandatangani informed consent setelah mendapatkan penjelasan penuh dari peneliti.

Responden akan dihubungi satu hari sebelum pengukuran parameter untuk

memberikan konfirmasi ulang mengenai tempat pelaksanaan pengukuran

parameter dan persyaratan yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan

pengukuran parameter yaitu berpuasa selama 8-10 jam via short message system (sms) dan via telepon jika responden tidak membalas sms dari peneliti. Responden yang belum hadir pada saat pengukuran parameter

(60)

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Suatu instrumen perlu dilakukan pengujian validitas dan reabilitas. Hal ini

bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat. Validitas intrumen merupakan

suatu pengujian untuk melihat sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur dalam mengukur suatu data (Hastono, 2001). Reliabilitas intrumen

adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen dapat

dipercaya atau diandalkan, artinya bahwa hasil pengukuran tetap konsisten

apabila dilakukan sebanyak 2 kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan menggunakan instrumen yang sama (Notoatmodjo, 2010). Ketelitian

atau presisi suatu alat adalah dengan cara menghitung nilai koefisien variasi

(CV). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011), suatu alat

kesehatan yang dikatakan reliabel dan memenuhi nilai presisi jika koefisien

variasi (CV) ≤ 5%.

Instrumen yang digunakan pada penelitan ini telah divalidasi, antara lain

timbangan berat badan Tanita® memiliki nilai CV 0,125%, alat pengukur tinggi badan merek Stature® memiliki nilai CV 0,027%, dan skinfold caliper

merekpi zhi hou du ji® memiliki nilai CV untuk pengukuran pria pada bagian

tricepssebesar 0,37%, pada bagianabdominalsebesar 1,05%, dan pada bagian

suprailiac sebesar 1,34%. Untuk pengukuran wanita pada bagian triceps

sebesar 0,00%, pada bagian abdominal sebesar 1,07%, dan pada bagian

(61)

dalam lampiran. Presisi dari alat untuk mengukur kadar glukosa darah puasa

Architect

Gambar

Tabel I. Klasifikasi Body Mass Iindex Menurut WHO untuk Individu Dewasa Asia
Gambar 1. Pengukuran Tinggi Badan
Gambar 3. Posisi Rahang Skinfold Caliper yang Benar (NHANES, 2007)
Gambar 6. Pengukuran Suprailiac Skinfold Thickness
+7

Referensi

Dokumen terkait

htriki F@ju eDlr o.nqin. yr u tsnb:vkb hc4s ju -eti

TqERMOMDTER DICITAL DENCAN OUTPUT SUAiA.. BERRASTS

Giovani Juli Adinatha VARIASI BENTUK PENAMAAN BADAN USAHA BERBAHASA JAWA: STRATEGI PEMERTAHANAN BAHASA JAWA DI KOTA SEMARANG Maklon Gane THE COMPLEXITY OF LOLODA PRONOMINAL

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIDOARJO Jumlah  rumah tangga usaha  pertanian di Kabupaten Sidoarjo  Tahun 2013 sebanyak 41.287 rumah  tangga   

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data curah hujan yang diperlukan kemudian mencari hujan maksimum setiap tahunnya, melakukan analisis

Skripsi yang berjudul &#34;Analisis Penilaian Kewajaran Harga Saham (Studi Pada Sektor Industri Pertambangan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

besar terjadinya penyalahgunaan anggaran terdapat pada Pemberian Belanja Hibah Kabupaten Siak Tidak Sesuai Ketentuan dan Membebani Keuangan Daerah sebesar Rp:

Kemudian dari beberapa kelompok anggota asal yang berbeda dengan topik yang sama bertemu dikelompokkan ahli untuk berdiskusi dan membahas materi secara lebih