• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Nilai Rata-Rata Trombosit dan Hematokrit Pada Berbagai Derajat Penyakit Infeksi Dengue Pada Anak Di RS Immanuel Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi Nilai Rata-Rata Trombosit dan Hematokrit Pada Berbagai Derajat Penyakit Infeksi Dengue Pada Anak Di RS Immanuel Bandung."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

KORELASI NILAI RATA-RATA TROMBOSIT DAN HEMATOKRIT PADA BERBAGAI DERAJAT PENYAKIT INFEKSI DENGUE PADA ANAK DI

RS.IMMANUEL BANDUNG

Stephanie Nathania, 2010, Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., MKes Pembimbing II : Indahwaty, dr., SpPK, MKes

Demam dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Ditandai dengan demam, nyeri otot, nyeri sendi disertai leukopenia, ruam, limfadenopati , trombositopenia, dan perdarahan. Demam dengue masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia dengan angka kematian yang cukup tinggi. Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh nilai rata-rata trombosit dan hematokrit pada derajat beratnya penyakit infeksi virus dengue pada anak.

Bentuk penelitian ini adalah sebuah penelitian retrospektif analitik observasional dengan rancangan cross-sectional study. Data diambil dari data rekam medik penderita infeksi dengue anak di RS. Immanuel Bandung periode Januari-Maret 2009.

Pada penelitian terhadap 114 penderita ini didapatkan 2 orang penderita DF, 64 orang DHF I, 36 orang DHF II, 10 orang DHF IV, dan 2 orang DHF IV. Terdapat penurunan rata-rata nilai trombosit dari derajat DF (249.500/ul) ke DHF I(106.180/ul), dari DHF I ke DHF II (96.860), dan dari DHF III (109.200/ul) ke DHF IV (52.500/ul). Untuk perhitungan hematokrit, terdapat kenaikan rata-rata nilai hematokrit dari derajat DF (36%) ke DHF I(38,6%), dari DHF I ke DHF II (39,2%), dan dari DHF III (38,4%) ke DHF IV (43%).

Menurut analisis statistik dengan spearman’s correlation test didapatkan bahwa hubungan trombosit maupun hematokrit terhadap berat derajat penyakit infeksi dengue ini secara satistik tidak bermakna. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa pemeriksaan trombosit dan hematokrit tidak bisa digunakan sebagai parameter menentukan berat derajat penyakit infeksi dengue pada anak.

(2)

v

ABSTRACT

THE CORRELATION OF THROMBOCYTE AND HEMATOCRITE AVERAGE VALUE TO THE VARIOUS DEGREES OF DENGUE INFECTION DISEASE TO

THE CHILDREN IN IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG

Stephanie Nathania, 2010, Tutor I : Lisawati Sadeli, dr., MKes Tutor II : Indahwaty, dr., SpPK, MKes

Dengue fever is infectious diseases caused by dengue virus. Characterized by fever, muscle aches, joint pain accompanied by leukopenia, rash, lymphadenopathy, thrombocytopenia, and bleeding. Dengue fever still become a health problem in Indonesia with the high numbers of mortality. The aim of this study was to determine the influence of the average value of thrombocytes and hematocrite in the degree of weight dengue virus infection in children.

This study is an analitic retrospective observational with cross-sectional study. The data taken from the patient’s medical record of dengue infections children in Immanuel Hospital Bandung from January to March 2009. Grading for dengue virus infection is defined according to WHO 1975. The statistic analyzed using spearman’s correlatin test. One hundred and fourteen data from dengue infection children were obtained, among these, 2 children diagnosed for Dengue Fever (DF), 64 children diagnosed for Dengue Hemorahagic Fever grade I (DHF I), 36 children diagnosed for DHF II, 10 children diagnosed for DHF III, and 2 children diagnosed for DHF IV. The average value of trombocyte in DF was 249.500/μl, DHF I was 106.180/μl, DHF II was 96.860/μl, DHF III was 109.200/μl, and DHF IV was 52.500/μl. The average value of hematocrite in DF was 36%, DHF I was 38.6%, DHF II was 39.2%, DHF III was 38.4%, and DHF IV was 43%. According to Spearman’s correlation test, there is no correlation between average of thrombocyte and hematocrite with the degree of dengue infection. The conclusion is the value/the average of thrombocyte and hematocrite can not be used to determine the degree of the dengue virus infection in children

(3)
(4)

ix

(5)

x

4.4.1 Melihat Gambaran Trombosit Pada Berbagai Derajat Penyakit

Infeksi Dengue……… 27

4.4.2 Melihat Gambaran Hematokrit Pada Berbagai Derajat Penyakit Infeksi Dengue……… 29

4.4.3 Korelasi antara Trombosit dan Hematokrit……… 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 31

5.2 Saran……….... 31

DAFTAR PUSTAKA……….………. 32

LAMPIRAN………. 34

(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Nilai Normal Hematokrit dan Trombosit Pada Anak……… 15 Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Subjek Penelitian Menurut Derajat Penyakit Infeksi

Dengue………...………... 26 Tabel 4.2 Tabel Gambaran Rata-Rata Trombosit……… 27 Tabel 4.3 Hubungan Antara Trombosit Dengan Derajat Berat Penyakit Dengan Cara

Spearman’s Correlation Test……….. 28 Tabel 4.4 Tabel Gambaran Rata-Rata Hematokrit……….. 29 Tabel 4.5 Hubungan Antara Hematokrit Dengan Derajat Berat Penyakit Dengan Cara

Spearman’s Correlation Test ……….. 29

(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Nyamuk Aedes aegypti ………...………. 7

Gambar 2.2 Distribusi Vektor dan Endemisitas Infeksi Virus Dengue ...……… 9

Gambar 2.3 Spektrum Klinis Infeksi Virus Dengue……… 13

Gambar 2.4 Skema Patogenesa DSS……… 17

Gambar 4.1 Diagram Karakteristik Subjek Penelitian Menurut Usia………. 24

(8)

34 LAMPIRAN

No. Umur JK MRS febris

hari ke IgM IgG

Trombosit (x1000) / Ht (%)

Diagnosis

1 2 3 4 5 6

1. 13th P 3 + - 355/40 88/43 111/45 97/44 73/45 81/45 DHF II

2. 4th L 5 + - 26/43 190/41 - - - - DHF II

3. 4th L 8 - + 171/28 195/31 - - - - DHF III

4. 3bl L 5 + - 26/45 25/43 24/36 21/36 102/35 - DHF I

5. 12th P 4 + - 85/41 63/43 56/45 - - - DHF I

6. 5th P 4 + - 142/35 87/39 88/38 94/39 - - DHF I

7. 7th P 5 + - 108/40 - 41/40 64/39 93/39 156/39 DHF I

8. 6th L 8 + - 103/35 70/37 73/37 63/37 50/35 85/33 DHF I

9. 12th P 7 - + 149/40 160/41 - - - - DHF I

10. 8th L 3 + + 249/38 144/38 123/38 118/40 - - DHF I

11. 9th L 6 - + 185/35 144/35 139/35 252/39 284/38 - DF

12. 5th L 2 - + 87/34 93/36 167/36 - - - DHF III

13. 9th P 6 + + 87/37 101/41 105/40 118/43 - - DHF I

14. 8th L 5 + + 62/37 65/36 140/34 - - - DHF I

15. 11th P 2 + - 45/39 46/37 107/37 - - - DHF II

16. 11th P 4 + - 133/40 119/39 112/37 117/36 - - DHF II

17. 6th P 5 + + 52/43 66/39 108/38 - - - DHF I

(9)

35

No. Umur JK MRS febris

hari ke

IgM IgG Trombosit (x1000) / Ht (%) Diagnosis

1 2 3 4 5 6

18. 11th P 4 - + - 36/40 33/44 67/46 124/46 - DHF II

19. 9th P 6 + - - 24/41 38/40 105/38 - - DHF I

20. 12th L 6 + + - 21/45 11/41 31/40 - - DHF II

21. 2th L 6 + - 155/40 139/43 109/46 - - - DHF II

22. 8bl P 4 + - - 45/38 78/40 129/37 - - DHF II

23. 4th L 4 + + - 75/41 74/40 59/38 57/37 117/36 DHF I

24. 13th P 6 + + - 93/37 58/41 68/39 74/40 - DHF II

25. 8th L 3 - + 151/38 - 87/38 83/43 93/40 - DHF I

26. 7th L 6 + + 65/41 49/41 67/39 102/38 - - DHF II

27. 11th P 4 + + - 98/37 78/42 58/42 57/42 138/41 DHF I

28. 8th L 2 + - 292/40 - 211/36 257/39 - - DHF I

29. 9th L 6 - + 78/42 53/39 55/40 - - - DHF I

30. 9th L 5 + - 92/37 79/36 96/36 - - - DHF I

31. 9th L 5 - + 52/45 32/42 35/42 68/40 - - DHF III

32. 4th P 4 + - 200/34 147/32 120/30 131/32 140/31 183/32 DHF II

33. 3th P 5 + + - 31/39 130/38 259/39 - - DHF II

34. 10th P 6 + + 34/46 22/43 38/40 84/39 - - DHF II

(10)

36

No. Umur JK

MRS febris

hari ke IgM IgG

Trombosit (x1000) / Ht (%)

Diagnosis

1 2 3 4 5 6

36. 4th L 6 + + 110/38 105/39 120/39 - - - DHF II

37. 8bl P 2 + - - 138/32 113/30 137/32 168/31 - DHF II

38. 7th L 6 + - 96/36 123/42 189/40 - - - DHF III

39. 8th P 7 + + 38/45 41/39 90/42 - - - DHF I

40. 8th L 8 + + 108/42 127/43 142/39 164/41 - - DHF II

41. 4th L 5 + + 42/42 30/43 43/44 55/39 86/39 151/38 DHF I

42. 7th L 5 + - 307/39 197/39 195/37 - - - DHF I

43. 8th L 5 + + 61/40 58/45 81/43 110/40 - - DHF I

44. 9th P 6 + + 36/41 19/39 23/42 53/42 80/43 - DHF III

45. 10bl P 5 + - 30/35 15/28 8/34 11/40 39/45 63/44 DHF II

46. 11th P 5 - + - 111/36 76/39 65/40 85/38 - DHF I

47. 2th L 5 - + 159/39 118/38 116/40 158/39 - - DHF II

48. 3th L 6 + - 75/38 67/36 88/37 - - - DHF II

49. 2th L 5 + - 155/32 124/32 162/32 - - - DHF I

50. 7th L 6 + - 67/35 44/37 21/38 14/34 38/33 - DHF I

51. 12th L 6 + - 50/46 104/44 129/43 222/45 - - DHF II

52. 10th P 3 - + 150/43 103/42 48/42 25/44 51/44 75/44 DHF III

(11)

37

No. Umur JK

MRS febris

hari ke IgM IgG

Trombosit (x1000) / Ht (%)

Diagnosis

1 2 3 4 5 6

54. 6bl L 4 + - - 49/40 71/39 150/39 - - DHF II

55. 4th P 6 + + 85/38 69/38 65/39 71/40 86/38 168/39 DHF II

56. 6th P 5 + + 137/35 134/35 116/36 136/37 337/38 - DHF III

57. 5th P 4 + + 71/46 25/46 - - - - DSS/DHF IV

58. 3th P 5 + + 132/34 101/31 99/34 96/34 103/33 - DHF II

59. 10bl P 5 + - 125/35 104/37 123/37 153/38 - - DHF I

60. 7th L 4 + - 206/39 151/41 164/43 172/40 - - DHF I

61. 2th L 4 + + 101/36 62/37 67/35 103/37 - - DHF I

62. 6bl P 5 + - 98/31 53/32 45/33 33/32 - - DHF II

63. 10bl L 5 + - 359/33 175/32 196/32 184/31 - - DHF I

64. 12th P 7 + + 31/43 19/41 24/42 29/44 90/40 - DHF I

65. 11th P 5 - + 91/43 93/44 102/41 131/42 - - DHF II

66. 5th L 4 + - 257/30 225/31 - - - - DHF I

67. 5th L 5 + + 60/42 68/41 129/42 270/37 - - DHF II

68. 6th L 3 + - 122/39 86/39 82/39 - - - DHF II

69. 5th L 2 + - 196/38 - 130/35 93/33 83/35 - DHF I

70. 10th L 6 - + - 299/35 297/36 - - - DF

(12)

38

No. Umur JK

MRS febris

hari ke IgM IgG

Trombosit (x1000) / Ht (%)

Diagnosis

1 2 3 4 5 6

72. 4th L 4 + + - 157/33 141/40 130/40 - - DHF II

73. 4th L 5 + - - 130/38 141/41 - - - DHF III

74. 2th P 6 + - - 125/40 155/39 - - - DHF I

75. 5th L 5 + + 238/38 155/35 79/37 51/37 69/34 116/32 DHF I

76. 6th L 5 + + 59/40 34/40 32/37 - - - DHF II

77. 8th L 4 - + 141/39 100/35 91/38 39/39 40/44 80/37 DHF I

78. 9th L 6 + + 127/40 91/40 90/29 124/25 145/28 258/28 DHF II

79. 5th P 5 + - 5/28 1/31 5/31 17/34 - - DHF II

80. 10th L 4 + + 100/44 43/43 90/41 141/42 - - DHF II

81. 10th L 4 + + 28/45 38/44 44/42 74/39 161/40 - DHF I

82. 7th P 3 + + 150/43 100/39 42/40 6/41 13/42 33/35 DSS/DHF IV

83. 5th P 4 + - 113/39 64/34 54/37 63/37 97/37 115/37 DHF III

84. 4th L 4 + - - 365/42 365/44 320/41 - - DHF I

85. 13th L 5 + - 120/45 92/42 92/43 - - - DHF I

86. 5th L 6 - + 137/36 112/34 136/37 - - - DHF I

87. 8th P 6 + + 60/39 83/38 - - - - DHF I

88. 8th P 5 + + 67/41 64/40 89/39 105/39 - - DHF I

(13)

39

No. Umur JK

MRS febris

hari ke IgM IgG

Trombosit (x1000) / Ht (%)

Diagnosis

1 2 3 4 5 6

90. 13th P 5 + + 26/41 17/42 13/38 70/37 115/38 - DHF I

91. 3th P 5 + + 182/38 123/37 40/44 68/39 91/40 - DHF III

92. 7th P 6 + + 33/50 23/40 81/43 94/40 - - DHF II

93. 7bl P 6 + - 22/40 27/40 8/35 28/34 87/35 269/35 DHF I

94. 10th L 4 + + 170/41 142/41 82/40 30/44 29/41 - DHF I

95. 1th P 4 + + 64/30 78/33 79/31 - - - DHF I

96. 12th L 6 + + 22/41 36/38 86/42 - - - DHF II

97. 11th P 5 + - 74/42 71/42 67/42 113/42 - - DHF I

98. 3th P 3 + - 132/38 110/42 - - - - DHF I

99. 11th L 5 + + 48/43 40/42 37/40 72/42 164/41 - DHF I

100. 3th L 5 + + 171/37 - 101/37 130/38 187/38 - DHF I

101. 5th P 4 + + 82/33 81/34 - - - - DHF I

102. 9th P 5 - + 170/39 159/37 - - - - DHF I

103. 7th L 6 + - 87/32 75/32 61/32 83/31 - - DHF I

104. 9th P 4 + - - 104/38 91/38 128/36 134/36 - DHF I

(14)

40

No. Umur JK

MRS febris hari

ke

IgM IgG Trombosit (x1000) / Ht (%) Diagnosis

1 2 3 4 5 6

106. 12th P 5 + + - 61/43 39/45 48/44 126/44 - DHF I

107. 1th L 5 + - 165/40 149/41 158/40 - - - DHF I

108. 2th L 3 + - - - 130/39 74/40 80/40 - DHF II

119. 1th P 6 + + 32/31 50/33 61/36 - - - DHF I

110. 10th L 4 - + - 46/41 35/42 32/43 43/43 116/43 DHF I

111. 4th L 5 + + - 67/31 78/33 110/35 - - DHF I

112. 9bl P 4 + - - 42/37 34/34 37/33 99/34 148/33 DHF I

113. 11th P 5 + - - 127/42 106/39 134/39 - - DHF I

114. 14th L 3 + - - 139/43 121/44 - 80/45 103/45 DHF I

Keterangan

MRS febris hari ke : Masuk Rumah Sakit pada hari febris ke Ig M : +/- (positif / negatif)

Ig G : +/- (positif / negatif)

Trombosit : Pemeriksaan trombosit berdasar hari setelah masuk rumah sakit (x1000) Ht : Pemeriksaan hematokrit berdasar hari setelah masuk rumah sakit (%)

(15)

41

RIWAYAT HIDUP

Nama : Stephanie Nathania Nomor Pokok Mahasiswa : 0510113

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Februari 1987

Alamat : Jl. Muara no.55 Cipayung Megamendung Bogor- 16750

Riwayat Pendidikan :

Tahun 1999 : Lulus dari SD Regina Pacis Bogor Tahun 2002 : Lulus dari SLTP Regina Pacis Bogor Tahun 2005 : Lulus dari SMU Regina Pacis Bogor

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Demam dengue adalah penyakit endemis yang menyerang semua umur dengan tanda-tanda klinis berupa demam bifasik, nyeri otot, nyeri sendi yang disertai leukopenia dengan atau tanpa ruam (rash), limfadenopati, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa kecap yang

terganggu, trombositopenia, dan bintik-bintik perdarahan (petekie) spontan (Hendarwanto, 1987). Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang

termasuk Arboviroses yang sekarang dikenal sebagai genus Flafivirus, famili Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 (Sutaryo, 1999).

Setiap tahunnya diperkirakan terdapat lebih dari 20 juta kasus infeksi dengue dan mengakibatkan kira-kira 24 juta kematian (WHO, 1997) Gambaran klinis dari penyakit ini pertama kali dikemukakan oleh Benjamin Rush pada 1789, namun virus penyebab dan Aedes aegypti sebagai vektor perantaranya baru diketahui tahun 1906 dan 1907 (Kanesa-Thasan, Vaughn, Shope, 2004) Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) pertama kali dikenali di Filipina pada tahun 1953. Pada tahun 1960-an sampai 1970-an, Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) secara

progresif meningkat sebagai masalah kesehatan menyebar dari lokasi primernya ke kota-kota dan negara-negara endemik lainnya (Hendarwanto, 1987). Di Rumah Sakit Immanuel sendiri selama periode Januari-Maret 2009 untuk usia 14 tahun ke bawah terdapat sebanyak 276 penderita.

Infeksi virus dengue dapat menyebabkan bermacam-macam keadaan, yaitu dimulai dari tanpa gejala (asimptomatik), demam ringan yang tidak spesifik, Dengue Fever (DF) atau bentuk yang lebih berat yaitu DHF dan DSS (WHO,

1999). Pada penderita infeksi primer virus dengue (baru pertama kali

(17)

2

DHF dan DSS. Namun untuk penderita dengan infeksi sekunder (mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog) cenderung lebih mudah untuk masuk ke keadaan DHF dan DSS (WHO, 1999) Pemeriksaan laboratorium yang paling sering digunakan untuk dengue di Indonesia adalah pemeriksaan trombosit dan hematokrit di mana didapatkan hasil berupa trombositopeni dan kenaikan hematokrit. Trombositopeni adalah penurunan jumlah trombosit di bawah 150.000/mm3 , biasanya terjadi antara hari ke 3 sampai ke 7 setelah demam. Sedangkan meningkatnya hematokrit merupakan indikator yang peka terhadap terjadinya rejantan (shock). Kenaikan Ht lebih dari 20% menunjang diagnosis klinis DHF (Faziah A. Siregar, 2004). Untuk diagnosis pasti, dapat digunakan pemeriksaan uji serologi IgM dan IgG antidengue. Uji ini dapat membedakan antara infeksi primer dan sekunder (Suharyono Wuryadi,1999). Saat ini juga telah dikembangkan suatu pemeriksaan baru terhadap antigen non struktural-1 dengue (NS-1) yang dapat mendeteksi infeksi virus dengue lebih awal bahkan pada hari pertama onset demam (Kumarasamy V., 2007).

Teori patofisiologi dan patogenesis DHF yang paling banyak dianut adalah hipotesis infeksi sekunder yang menyatakan bahwa penderita yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai resiko yang lebih besar untuk menderita DHF (Departemen Kesehatan, 2001).

Berdasarkan kenyataan inilah maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut pemeriksaan laboratorium hematologi dan serologis dapat membantu klinisi menentukan beratnya derajat penyakit penderita infeksi dengue, baik pada stadium DF, DHF I, DHF II, DHF III, atau DHF IV.

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Apakah terdapat perbedaan nilai rata-rata tombosit dan hematokrit pada berbagai derajat penyakit infeksi dengue.

(18)

3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui korelasi nilai rata-rata trombosit dan hematokrit pada berbagai derajat penyakit infeksi virus dengue.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengobservasi dan mengevaluasi data nilai rata-rata trombosit dan nilai rata-rata hematokrit menurut derajat beratnya penyaki infeksi dengue.

1.4 Manfaat Penelitian

Penulis menaruh harapan, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat: 1.4.1 Manfaat Akademis

Mengetahui manfaat pemeriksaan hematologi (trombosit dan

hematokrit) sebagai prediksi derajat penyakit infeksi virus dengue.

1.4.2 Manfaat Praktis

Sebagai masukan pada klinisi pemeriksaan mana yang lebih baik antara trombosit dan hematokrit sebagai preditor dalam mengetahui berat derajat penyakit infeksi dengue.

1.5Kerangka Pemikiran

Teori yang paling banyak dianut untuk DHF adalah hipotesis infeksi

sekunder (the secondary heterologous infection hypothesis). Teori ini menyatakan bahwa penderita yang mengalami infeksi yang kedua kalinya di dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai resiko yang lebih besar untuk menderita DHF (Departemen Kesehatan, 2001).

(19)

4

terjadinya perembesan plasma (Suharyono Wuryadi, 1999). Penurunan jumlah trombosit menjadi <100.000/µl umunya ditemukan dari hari ke 3-7, lalu akan disusul dengan peningkatan hematokrit. Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit 20% atau lebih mencerminkan peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan plasma ke ruang ekstravaskular disertai efusi cairan serosa melalui kapiler yang rusak. Akibatnya dapat terjadi shock hipovolemik dan kegagalan sirkulasi. Penurunan trombosit mengakibatkan gangguan hemostasis berupa perdarahan. Umumnya penderita yang mengalami infeksi primer hanya menderita sakit demam dengue (dengue fever/ DF) atau demam ringan dengan tanda dan gejala tidak spesifik atau bahkan asimptomatik dan akan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Namun bila penderita mengalami infeksi sekunder maka dapat lebih mudah jatuh dalam stadium DHF (I, II, III) atau DSS (DHF IV) ( Faziah A. Siregar, 2004). Pada seluruh derajat DHF inilah didapatkan adanya perembesan plasma yang akan dilanjutkan dengan shock dan berakhir dengan kematian bila tidak segera ditangani dengan baik.

Soejoso dan Atmaji, D. (1998) telah melakukan penelitian dengan melihat

gambaran hematokrit, trombosit, dan protein plasma pada penderita DHF, namun penelitian tersebut hanya membuktikan adanya kenaikan hematokrit pada penderita DHF. Penelitian tersebut juga tidak menggunakan derajat klinis sebagai parameter dalam menilai derajat penyakit DHF pada penderita.

Penelitian juga pernah dilakukan di Surakarta oleh Ihsan Jaya (2008) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara kadar hematokrit awal pasien dengan derajat klinis DHF.

(20)

5

1.6Metodologi

Penelitian dilakukan secara retrospektif metode analitik observasional.

1.7Lokasi dan Waktu

Lokasi: Bagian Rekam Medik dan Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Immanuel Bandung.

• Waktu: Februari sampai Juni 2009.

(21)

31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Terdapat perbedaan nilai rata-rata trombosit menurut derajat penyakit, tapi

secara statistik hubungan antara trombosit dan derajat penyakit adalah tidak signifikan. Artinya nilai trombosit dianggap tidak mempengaruhi derajat berat penyakit infeksi dengue.

2. Terdapat perbedaan nilai rata-rata hematokrit menurut derajat penyakit, tapi secara statistik hubungan antara hematokrit dan derajat penyakit adalah tidak signifikan. Artinya nilai hematokrit dianggap tidak mempengaruhi derajat berat penyakit infeksi dengue.

3. Pemeriksaan trombosit maupun hematokrit tidak dapat digunakan sebagai parameter petunjuk beratnya derajat infeksi dengue.

5.2. Saran

(22)

32

DAFTAR PUSTAKA

Azeli Riswan. 2008. Korelasi Nilai Trombosit dan Hematokrit Dengan Derajat Demam Berdarah Dengue. http://www.scribd.com. 1 Februari 2008.

Departemen Kesehatan. 2001. Tata laksana demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan. Hal 2-6, 19-22.

Faziah A. Siregar. 2004. Epidemiologi dan pemberantasan demam berdarah dengue di Indonesia. http://library.usu.ac.id. 20 Maret 2009.

Halstead, Scoot B. 2004. Nelson Textbook of Pediatrics. In: Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Hal b. Jenson, editors: Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever. 17th ed. London: Saunders. p. 1092-1093.

Hamid F., R. Sjahril, M.N. Massi. 2006. Imunoglobulin M dan G pada Penderita Suspek DBD. http://med.unhas.ac.id. September 2006.

Hendarwanto. 1987. Dengue. Dalam: Utoyo Sukaton, Daldiyono, R.H.H. Nelwan, Asman Boedi Santoso Ranakusuma, Zubairi Djoerbsn, Harry Isbagio, editor: Ilmu penyakit dalam. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 16.

Ihsan Jaya. 2008. Hubungan Kadar Hematokrit Awal Dengan Derajat Klinis DBD. http://etd.eprints.ums.ac.id. 31 Oktober 2008.

J.S., Yudha. 1999. Peripheral Blood Appearance of DHF Patients in Departemen of Pediatri Dr. Soetomo Hospital Surabaya. journal.unair.ac.id. Juli 7th 2009.

Khanesa-thasan N., Vaughn David W., Shope Robert E. 2004. Dengue and dengue haemorrhagic fever. http://www.mdconsult.com. May 9th, 2009.

Kumarasamy V., Abdul Wahab Ah, Chua SK., Hassan Z., Chem YK., Mohamad M., et al. Evaluation of a Commercial Dengue NS-1 Antigen-capture Elisa for Laboratory Diagnosis of Acute Dengue Virus Infection. J Virol. Method 2007;140:75-79.

Meliana Simarmata. 2010. DBD Masih Mengancam. http://www.inspiredkidsmagazine.com. 6 Januari 2010.

Phuong CXT, Nahn NT, Kneen R, Thuy PT, Thien CV, Nga NTT, et al. 2004. Clinical Diagnosis and Assessment of Severity of Confirmed Dengue Infections In Vietnamese Children: Is The World Health Organization Classification System Helpful?. The American Society of Tropical Medicine and Hygiene. 70(2).p.172-179.

(23)

33

Rothman, Allan R. 2004. Dengue: Defining Protective Versus Pathologic Immunity. http://www.jci.org. April 1st 2004.

Sarwanto, 2001. Kematian Karena DBD Pada Anak dan Faktor Penentunya. http://www.tempo.co.id. 19 September. 2001.

Setiawan M.W.,Sugianto D., Wuiur H., G.B. Jennings, T.K. Samsi. 1992. Peranan USG dalam Penatalaksanaan DBD. Cermin Dunia Kedokteran, edisi khusus, 81. www.kalbe.co.id. Januari 2000.

Siswono. 2004. Diagnosis Demam Berdarah Tidak Selalu Dari Turunnya Trombosit.http://www.kompas.co.id. 16 Maret 2004.

_____. 2007. Penatalaksanaan DBD, Kecukupan Cairan Hindarkan Transfusi.

http://www.kompas.co.id. 15 Juni 2007.

Soegijanto, S. 2009. Penatalaksaan Demam Berdarah Dengue Pada Anak. http://itd.unair.ac.id.

Sri Rejeki H. Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, Suharyono Wuryadi, Thomas Suroso. 2004. Tatalaksana Demam Dengue / Demam Berdarah Dengue pada Anak. Dalam: Sri Rejeki H. Hadinegoro, Hindra Irawan Satari. editor: Demam Berdarah Dengue. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 80-104.

Suharyono Wuryadi. 1999. Diagnosis Laboratorium Infeksi Virus Dengue. Dalam: Sri Rejeki H. Hadinegoro, Hindra Irawan Satari. editor: Demam berdarah dengue. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 60-61.

Sutaryo. 1999. Perkembangan Patogonesis Demam Berdarah Dengue. Dalam: Sri Rejeki H. Hadinegoro, Hindra Irawan Satari. editor: Demam Berdarah Dengue. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 32.

_____. 2004. Dengue. Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran UGM.

World Health Organization. 1997. Demam berdarah dengue. Jakarta: EGC. Hal 1, 17.

Referensi

Dokumen terkait

Potensi diperoleh dari inventarisasi tegakan pada hutan rakyat yang meliputi data luas lahan, jenis pohon, volume kayu, dan jumlah pohon.Luas hutan rakyat adalah luas lahan

Sebuah anugerah dan bukti kasih-NYA, sehingga skripsi yang berjudul Peran Modal Sosial dalam Pencapaian Keberhasilan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) (Studi Kasus

Pertama bahwa penambahan deterjen 0,2% pada erkstrak biji tanaman mindi tidak berpengeruh terhadap kadar bahan aktif yang terlarut dalam ekstrak, atau dengan kata lain

Pada sistem lama proses rekap data transaksi koperasi dan laporan HU dari unit-unit menggunakan sistem pencatatan yang ditulis dalam buku, sehingga untuk pembuatan laporan

Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.. Pindahkan tangan

Pembahasan penilaian sistem pengendalian manajemen terutama diarahkan untuk keperluan pelaksanaan audit operasional (operational audit), yaitu audit yang bertujuan

[r]