• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

EVALUASI BELAJAR YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KOTA YOGYAKARTA

Tri Wahyu Setyaningsih Universitas Sanata Dharma

2016

Pemerintah mulai merencanakan program sekolah inklusi. Tujuannya agar anak berkebutuhan khusus dapat belajar bersama dengan anak yang tidak mengalami kebutuhan secara khusus agar dapat mengembangkan potensi/ kemampuannya. Ada 27 sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memetakan evaluasi belajar yang diberikan guru pada siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi. Evaluasi belajar adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk mengetahui perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ada dua aspek evaluasi belajar yaitu tes dan non tes.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada 42 guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta. Kuesioner divalidasi oleh dua orang validator dan memperoleh nilai rata-rata: 4. Dengan demikian instrumen tersebut layak dibagikan kepada guru.

Kuesioner yang kembali berjumlah 27. Dari hasil olah data, peneliti mendapatkan data: (a) Evaluasi belajar dengan tes yang dilakukan guru bentuknya adalah 17.05% melakukan penilaian evaluasi belajar yang sesuai dengan kemampuan ABK, 8.58% melakukan penilaian secara berkelanjutan, 5.6% melakukan asesmen awal dan akhir, 5.6% melakukan penilaian kognitif. (b) Evaluasi belajar non tes yang dilakukan guru bentuknya adalah 15.73% melakukan penilaian secara berkelanjutan, 6.9% melakukan penilaian afektif, 6.9% melakukan penilaian psikomotorik, dan 6.4% menyesuaikan instrumen penilaian hasil belajar. Jadi, evaluasi belajar tes maupun non tes sama-sama digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta.

(2)

ix ABSTRACT

LEARNING EVALUATION USED BY TEACHERS IN INCLUSIVE PRIMARY SCHOOLS IN YOGYAKARTA

Tri Wahyu Setyaningsih Universitas Sanata Dharma

2016

The government begins to plan program of inclusive school. The aim of the program is to learn together and develop potential/abilities between students with special needs and students without disabilities. There are 27 inclusive primary schools in Yogyakarta. This research aims to describe and map the learning evaluation which is given by the teacher to students with special needs in inclusive primary school. Learning evaluation is an act or a process to determine the development of cognitive, affective, and psychomotor. There are two aspects of learning evaluation. There are test and non-test.

This research is descriptive quantitative. The data was obtained by distributing questionnaire to 42 teachers in inclusive primary school in Yogyakarta. The questionnaire was validated by two validators and obtained an average value: 4. Thus, the instrument is qualified to be filled to the teachers.

Total of the questionnaire which were returned was 27. From the data analysis, the researcher obtained the data: (a) learning evaluation with test which was done by teachers were 17.05% did assesment of learning evaluation which appropriate to ABK abilities, 8.58% did sustainable assessment, 5.6% did preliminary and final assessment, 5.6% did cognitive assessment. (b) learning evaluation with non-test which was done by teachers were 15.73% did sustainable assessment, 6.9% did affective assessment, 6.9% did psychomotoric assessment, and 6.4% adjusted instrument with learning outcomes assessment. Therefore, learning evaluation with test and non-test are fairly balanced use for the teachers in inclusive primary school in Yogyakarta.

(3)

i

EVALUASI BELAJAR YANG DIGUNAKAN GURU

DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Tri Wahyu Setyaningsih NIM: 121134124

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

1.

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, atas berkat dan kasihNya yang

selalu melimpah dalam hidupku.

2.

Orang tuaku, Bapak Suhardjo dan Ibu Lucia Sunarnigsih yang selalu

memberikan doa, motivasi, dan kasih sayang.

3.

Kedua kakakku Nanang Suharyadi, Bambang T.A.A serta

keponakanku Andrean Perdana dan Zahra Aurelia yang selalu

memberikan semangat dan keceriaan.

4.

Teman-teman satu penelitian yang saling memberikan semangat dan

motivasi.

5.

Teman-teman PGSD angkatan 2012 yang saling berjuang.

(7)

v

MOTTO

Serahk

anlah segala kekuatiranmu kepada Tuhan, sebab Ia yang

memelihara kamu

(Petrus 5:7)

Setiap Murid bisa belajar, hanya saja tidak pada hari yang sama atau dengan

cara yang sama

(George Evans)

Jadilah diri sendiri dan jangan menjadi orang lain, walaupun dia terlihat lebih

baik dari kita.

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Agustus 2016 Peneliti,

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Tri Wahyu Setyaningsih

Nomor Mahasiswa : 121134124

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah sayang yang berjudul :

EVALUASI BELAJAR YANG DIGUNAKAN GURU

DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KOTA YOGYAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasinya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 12 Agustus 2016 Yang menyatakan

(10)

viii ABSTRAK

EVALUASI BELAJAR YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KOTA YOGYAKARTA

Tri Wahyu Setyaningsih Universitas Sanata Dharma

2016

Pemerintah mulai merencanakan program sekolah inklusi. Tujuannya agar anak berkebutuhan khusus dapat belajar bersama dengan anak yang tidak mengalami kebutuhan secara khusus agar dapat mengembangkan potensi/ kemampuannya. Ada 27 sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memetakan evaluasi belajar yang diberikan guru pada siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi. Evaluasi belajar adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk mengetahui perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ada dua aspek evaluasi belajar yaitu tes dan non tes.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada 42 guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta. Kuesioner divalidasi oleh dua orang validator dan memperoleh nilai rata-rata: 4. Dengan demikian instrumen tersebut layak dibagikan kepada guru.

Kuesioner yang kembali berjumlah 27. Dari hasil olah data, peneliti mendapatkan data: (a) Evaluasi belajar dengan tes yang dilakukan guru bentuknya adalah 17.05% melakukan penilaian evaluasi belajar yang sesuai dengan kemampuan ABK, 8.58% melakukan penilaian secara berkelanjutan, 5.6% melakukan asesmen awal dan akhir, 5.6% melakukan penilaian kognitif. (b) Evaluasi belajar non tes yang dilakukan guru bentuknya adalah 15.73% melakukan penilaian secara berkelanjutan, 6.9% melakukan penilaian afektif, 6.9% melakukan penilaian psikomotorik, dan 6.4% menyesuaikan instrumen penilaian hasil belajar. Jadi, evaluasi belajar tes maupun non tes sama-sama digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta.

(11)

ix ABSTRACT

LEARNING EVALUATION USED BY TEACHERS IN INCLUSIVE PRIMARY SCHOOLS IN YOGYAKARTA

Tri Wahyu Setyaningsih Universitas Sanata Dharma

2016

The government begins to plan program of inclusive school. The aim of the program is to learn together and develop potential/abilities between students with special needs and students without disabilities. There are 27 inclusive primary schools in Yogyakarta. This research aims to describe and map the learning evaluation which is given by the teacher to students with special needs in inclusive primary school. Learning evaluation is an act or a process to determine the development of cognitive, affective, and psychomotor. There are two aspects of learning evaluation. There are test and non-test.

This research is descriptive quantitative. The data was obtained by distributing questionnaire to 42 teachers in inclusive primary school in Yogyakarta. The questionnaire was validated by two validators and obtained an average value: 4. Thus, the instrument is qualified to be filled to the teachers.

Total of the questionnaire which were returned was 27. From the data analysis, the researcher obtained the data: (a) learning evaluation with test which was done by teachers were 17.05% did assesment of learning evaluation which appropriate to ABK abilities, 8.58% did sustainable assessment, 5.6% did preliminary and final assessment, 5.6% did cognitive assessment. (b) learning evaluation with non-test which was done by teachers were 15.73% did sustainable assessment, 6.9% did affective assessment, 6.9% did psychomotoric assessment, and 6.4% adjusted instrument with learning outcomes assessment. Therefore, learning evaluation with test and non-test are fairly balanced use for the teachers in inclusive primary school in Yogyakarta.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan limpahan kasih, rahmat, dan berkatNya, sehingga skripsi yang berjudul Evaluasi Belajar yang Digunakan Guru Di Sekolah Dasar Inklusi se-Kota

Yogyakarta dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan kritik, saran, dorongan, semangat, waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi. 4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi M.Psi., Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan kritik, saran, semangat, waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

(13)

xi

6. Validator instrumen pra-penelitian dan validator kuesioner yang telah menilai serta memberikan kritik dan saran pada penelitian ini.

7. Kepala sekolah, guru, dan segenap staf di SD inklusi se-Kota Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti melakukan analisis kebutuhan dan mengisikan kuesioner.

8. Orang tua tercinta Bapak Suhardjo dan Ibu Lucia Sunarningsih yang selalu memberi motivasi, perhatian dan kasih dalam setiap doanya.

9. Kedua kakak Nanang Suharyadi dan Bambang T.A.A. serta keponakan Andrean Perdana Saputra dan Zahra Aurelia yang selalu memberikan semangat dan keceriaan.

10.Laurentius Beny, Elisabeth Lisara, Lusia Eka, dan Veronica Mayang yang sama-sama berjuang serta saling memberikan semangat dan masukan.

11.Agatha Ceandy, Defirra Alizunna, Veronica Tyas Larasati, Siti Mabruroh, Agus Restu Antono sahabat yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan. Semoga skripsi ini berguna bagai pembaca sekaligus menjadi sumber belajar bagi peneliti lain yang memiliki tujuan memperkembangkan pendidikan inklusi.

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

B. IDENTIFIKASI MASALAH ... 3

C. RUMUSAN MASALAH ... 4

D. TUJUAN PENELITIAN ... 4

E. MANFAAT PENELITIAN ... 4

F. DEFINISI OPERASIONAL ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. KAJIAN TEORI ... 7

1. Pendidikan Inklusi ... 7

a. Pengertian Pendidikan Inklusi... 7

b. Tujuan Pendidikan Inklusi ... 8

c. Karakteristik Pendidikan Inklusi ... 10

d. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi ... 11

e. Fungsi Pendidikan Inklusi ... 12

2. Sekolah Dasar Inklusi ... 13

3. Anak Berkebutuhan Khusus ... 15

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus... 15

b. Jenis-jenis anak Berkebutuhan Khusus ... 16

4. Evaluasi Belajar ... 19

a. Pengertian Evaluasi Belajar ... 19

b. Bentuk Evaluasi Belajar ... 20

5. Kecerdasaan Ganda ... 22

a. Pengertian Kecerdasan Ganda... 21

b. Siswa ABK Memiliki Kecerdasan Ganda ... 23

B. PENELITIAN YANG RELEVAN ... 23

(15)

xiii

D. HIPOTESIS ... 27

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A. JENIS PENELITIAN ... 28

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 29

1. Tempat Penelitian ... 29

2. Waktu Penelitian ... 29

C. POPULASI DAN SAMPEL ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 30

D. VARIABEL PENELITIAN ... 31

1. Variabel Bebas (Indepedent variable) ... 31

2. Variabel Terikat (Dependent variable)... 31

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA... 32

F. INSTRUMEN PENELITIAN ... 32

G. TEKNIK PENGUJIAN INSTRUMEN... 36

1. Uji Validitas Instrumen ... 37

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 42

H. TEKNIK ANALISIS DATA... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. HASIL PENELITIAN ... 47

B. TINGKAT PENGEMBALIAN KUESIONER ... 48

C. HASIL PENELITIAN ... 48

1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 48

2. Pemetaan Evaluasi Belajar ... 55

D. PEMBAHSAN ... 57

1. Evaluasi Belajar dengan Tes ... 57

2. Evaluasi Belajar dengan Non Tes ... 58

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 61

A. KESIMPULAN ... 61

B. KETERBATASAN PENELITIAN ... 62

C. SARAN ... 62

DAFTAR REFERENSI ... 63

LAMPIRAN ... 65

(16)

xiv

DAFTAR BAGAN

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Tujuh SD Inklusi ... 14

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Kuesioner ... 35

Tabel 3.2 Kuesioner Evaluasi Belajar ... 35

Tabel 3.3 Skala Likert ... 38

Tabel 3.4 Hasil Validitas Pernyataan ... 41

Tabel 3.5 Koefisien Korelasi ... 43

Tabel 3.6 Reliabilitas ... 43

Tabel 3.7 Contoh Coding Data ... 45

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(19)

xvii

DAFTAR RUMUS

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Di Sekolah Dasar ... 1

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian dari Dinas ... 3

Lampiran 3 Validasi Dosen A ... 5

Lampiran 4 Validasi Dosen B ... 11

Lampiran 5 Reliabilitas ... 13

Lampiran 6 Analisis Data ... 19

Lampiran 7 Contoh Kuesioner ... 23

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang mengikut sertakan anak berkebutuhan khusus yang belajar bersama dengan anak yang tidak mengalami kebutuhan secara khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan dan juga anak yang memiliki potensi/kemampuan (Mulyono, 2003: 26). Kustawan (2012: 7) menjelaskan bahwa pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang terbuka bagi semua siswa serta mengakomodasi semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing siswa.

(22)

Mergangsan. Sekolah inklusi melayani anak berkebutuhan khusus dengan kategori slow learner, hiperaktif, disgrafia, dan disleksia.

Dalam sekolah inklusi guru perlu menguasai metode pengajaran, kreatif menggunakan media pembelajaran dan memiliki kemampuan mengevaluasi hasil belajar siswa untuk mengetahui perkembangkan potensi/kemampuan siswa. Penelitian ini memusatkan perhatian pada aspek evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta. Evaluasi belajar adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang. Ada dua aspek evaluasi belajar yaitu tes dan non tes (Kustawan, 2006: 39).

Evaluasi belajar dengan tes adalah cara atau prosedur dalam pengukuran

dan penilaian yang berbentuk pemberian tugas. Pemberian tugas diberikan dengan

cara meberikan serangkaian pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut

diberikan sebelum pelajaran (pre-test) sebagai assesmen awal maupun diberikan

sesudah pelajaran (post-test) sebagai asessmen akhir. Soal-soal yang disusun oleh guru disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Hasil dari tes dapat dijadikan

acuan untuk melakukan penilaian kognitif sekaligus menjadi dasar untuk

melakukan penilian berkelanjutan.

Evaluasi belajar dengan non tes adalah penilaian untuk memperoleh

gambaran mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa (Sudijono 2005: 54). Bentuknya berupa rubrik pengamatan dengan pernyataan. Pengamatan dilakukan sebelum, saat, dan sesudah pelajaran sebagai asesmen awal, tengah, dan

akhir. Hasil dari pengamatan dapat digunakan dalam rubrik penilaian afektif dan

(23)

pada perilaku yang menunjukan adanya perkembangan siswa dalam hal

ketekunan, kedisiplinan, kesabaran, kerja keras dsb. Rubrik penilaian

psikomotorik misalnya ada pernyataan yang memandu guru untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam mendengarkan perintah guru, mempresentasikan tugas,

kesediaan membantu teman dsb. Rubrik penilaian disesuaikan dengan instrumen

penilaian hasil belajar.

Peneliti tertarik untuk mengetahui evaluasi belajar yang digunakan guru di

sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta. Peneliti menggunakan kuesioner berisi 15 pernyataan tertutup, beisi aspek tes dan non tes dengan masing-masing indikatornya.` Kuesioner dibagikan kepada 42 guru di sekolah dasar inklusi se -Kota Yogyakarta. Ada 27 kuesioner yang kembali dari tujuh sekolah dasar inklusi

di sana. Data-data tersebut akan menjadi acuan peneliti untuk mendeskripsikan dan memetakan evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi.

Untuk itu peneliti ingin meneliti dengan judul “Evaluasi Belajar yang Digunakan

Guru Di Sekolah Dasar Inklusi se-Kota Yogyakarta”.

B.IDENTIFIKASI MASALAH

Identifikasi masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan

masalah yang akan diteliti. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Menemukan sekolah dasar tempat penelitian sesuai dengan ciri-ciri sekolah dasar inklusi.

(24)

C.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka rumusan

masalah yang diperoleh sebagai berikut:

1. Evaluasi belajar apa yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta.

2. Bagaimanakah hasil pemetaan evaluasi belajar dari setiap sekolah di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta.

D.TUJUAN PENELITIAN

Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan evaluasi belajar yang diberikan guru pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi.

2. Memetakan evaluasi belajar yang digunakan guru dari setiap sekolah di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta.

E.MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Manfaat penelitian ini antara lain sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi guru di

(25)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah Dasar Inklusi

Sekolah mendapatkan data tentang evaluasi belajar yang digunakan guru

di sekolah dasar inklusi.

b. Bagi Guru

Guru mendapatkan informasi tentang evaluasi belajar yang diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus.

c. Bagi Peneliti

Peneliti mampu memetakan tentang evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta dari data yang diperoleh setelah melakukan penelitian kuantitatif.

D.DEFINISI OPERASIONAL

1. Pendidikan Inklusi

Pendidikan Inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang mengikut

sertakan anak berkebutuhan khusus yang belajar bersama dengan anak yang

tidak mengalami kebutuhan secara khusus di sekolah regular yang dekat

dengan tempat tinggalnya.

2. Sekolah Dasar Inklusi

(26)

3. Evaluasi Belajar

(27)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas kajian teori, hasil penelitian yang relevan,

kerangka berpikir, dan hipotesis.

A.KAJIAN TEORI

1. Pendidikan Inklusi

Berikut akan dijelaskan kajian teori tentang pengertian pendidikan inklusi,

tujuan pendidikan inklusi, karakteristik pendidikan inklusi, prinsip dasar

pendidikan inklusi, dan fungsi pendidikan inklusi.

a. Pengertian Pendidikan Inklusi

Pendidikan Inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang mengikut

sertakan anak berkebutuhan khusus yang belajar bersama dengan anak yang tidak

mengalami kebutuhan secara khusus di sekolah yang dekat dengan tempat

tinggalnya. Menurut Kustawan (2012: 7) menjelaskan bahwa pendidikan inklusi

adalah sistem pendidikan yang terbuka bagi semua individu serta mengakomodasi

semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar belakang kehidupan anak karena keterbatasan fisik maupun mental (Ilahi, 2013:

23). Pendapat tersebut di dukung oleh pernyataan dari O’neil (dalam Ilahi, 2013:

25) yang menjelaskan bahwa pendidikan inklusi merupakan suatu layanan

(28)

dilayani disekolah-sekolah terdekat, dikelas reguler bersama-sama dengan anak tidak berkebutuhan secara khusus.

Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusi Bagi

Siswa yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/ atau Bakat

Istimewa, Pasal 1 bahwa: “Pendidikan inklusi adalah sistem penyelenggaraan

pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua siswa yang memiliki

kebutuhan khusus dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk

mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara

bersama-sama dengan siswa pada umumnya”. Berdasarkan pendapat ahli bahwa pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar belakang siswa dan memberikan layanan kebutuhan yang sesuai dengan

kebutuhan masing-masing siswa tanpa diskriminatif. b. Tujuan Pendidikan Inklusi

Secara umum pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

mengembangkan potensi pribadinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia dan

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara ( UU No

20 tahun 2003, Pasal 1 ayat 1). Oleh sebab itu inti dari pendidikan inklusi adalah

hak asasi manusia atas pendidikan. Suatu konsekuensi logis dari hak ini adalah

semua anak mempunyai hak untuk menerima pendidikan yang tidak

mendiskriminasikan dengan kekurangan fisik, etnis, agama, bahasa, jenis kelamin,

(29)

inklusi ( UU No 20 tahun 2003, Pasal 1 ayat 1) meliputi tujuan langsung oleh

anak, oleh guru, oleh orang tua dan oleh masyarakat.

1) Tujuan yang ingin dicapai oleh anak dalam mengikuti kegiatan belajar dalam

inklusi antara lain adalah :

a) Berkembangnya kepercayaan pada diri anak, merasa bangga pada diri sendiri atas prestasi yang diperolehnya.

b) Anak dapat belajar secara mandiri, dengan mencoba memahami dan

menerapkan pelajaran yang diperolehnya di sekolah ke dalam kehidupan

sehari-hari.

c) Anak mampu berinteraksi secara aktif bersama teman- temannya, guru, sekolah dan masyarakat.

d) Anak dapat belajar untuk menerima adanya perbedaan, dan mampu

beradaptasi dalam mengatasi perbedaan tersebut.

2) Tujuan yang ingin dicapai oleh guru-guru dalam pelaksanakan pendidikan

inklusi antara lain adalah :

a) Guru akan memperoleh kesempatan belajar dari cara mengajar dengan setting inklusi.

b) Terampil dalam melakukan pembelajaran kepada siswa yang memiliki latar belakang beragam.

c) Mampu mengatasi berbagai tantangan dalam memberikan layanan kepada semua anak.

(30)

e) Mempunyai peluang untuk menggali dan mengembangkan serta mengaplikasikan berbagai gagasan baru melalui komunikasi dengan anak

di lingkungan sekolah dan masyarakat.

3) Tujuan yang akan dicapai bagi orang tua antara lain adalah :

a) Para orangtua dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana cara mendidik dan membimbing anaknya lebih baik di rumah, dengan

menggunakan teknik yang digunakan guru di sekolah.

b) Para orangtua secara pribadi terlibat dan akan merasakan keberadaanya

menjadi lebih penting dalam membantu anak untuk belajar.

c) Orangtua akan merasa dihargai, merasa dirinya sebagai mitra sejajar dalam memberikan kesempatan belajar yang berkualitas kepada anaknya.

d) Orangtua mengetahui bahwa anaknya dan semua anak yang di sekolah,

menerima pendidikan yang berkualitas sesuai dengan kempuan masing -masing individu anak.

c. Karakteristik Pendidikan Inklusi

Hakikat pendidikan inklusi sesungguhnya berupaya memberikan

peluang kepada setiap anak untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang

terbaik dan memadai demi membangun masa depan bangsa. Hal ini sesuai

dengan kebijakan pendidikan inklusi yang tertuang dalam Permendiknas

Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusi yang menyatakan bahwa

“Sistem penyelenggara pendidikan yang memberikan kesempatan pada semua

(31)

bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan secara bersama-sama dengan siswa pada umumnya”.

Pendidikan inklusi memiliki empat karakteristik makna, antara lain (1)

proses yang berjalan terus menerus dalam usahanya menemukan cara-cara merespon keragaman individu, (2) mempedulikan cara-cara untuk meruntuhkan hambatan-hambatan anak dalam belajar, (3) anak kecil yang hadir di sekolah berpartisipasi dan menempatkan hasil belajar yang bermakna

dalam hidupnya, (4) diperuntukan utamanya bagi anak-anak yang tergolong marginal, eksklusi, dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam

belajar (Direktorat Pendidikan Luar Biasa, 2004).

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa karakteristik pendidikan inklusi

adalah keterbukaan tanpa batas dan lintas latar belakang yang memberikan

kesempatan seluas-luasnya bagi setiap anak Indonesia yang membutuhkan layanan pendidikan anti diskriminasi. Pelayanan pendidikan tanpa batas dan

lintas latar belakang adalah landasan fundamental dari pendidikan inklusi yang

berkonsentrasi dalam memproyeksikan pendidikan untuk semua.

d. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi

Bagi anak berkebutuhan khusus, akses pendidikan formal sangat

mereka impikan demi mendapatkan layanan pendidikan terbaik seperti anak

tidak berkebutuhan secara khusus pada umumnya. Prinsip pendidikan inklusi

(Ilahi, 2013: 48-49) bahwa pendidikan inklusi menekankan pada keterbukaan dan penghargaan terhadap anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi

(32)

menunjukan bahwa anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak tidak

berkebutuhan secara khusus yang belajar bersama di kelas. Pendidikan inklusi

lahir atas dasar prinsip bahwa layanan sekolah seharusnya diperuntukan untuk

semua siswa tanpa menghiraukan perbedaan yang ada, baik siswa dengan

kondisi kebutuhan khusus, perbedaan sosial, emosional, kultural, maupun

bahasa (Florian 2008: 123).

Prinsip pendidikan inklusi memang harus sejalan dengan Deklarasi Hak

Asasi Manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagai basis utama dalam membela anak berkebutuhan khusus. Prinsip-prinsip yang mendasari pendidikan inklusi adalah keyakinan masyarakat terhadap

pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus merupakan refleksi dari ide-ide yang ada dalam hak-hak asasi manusia, persamaan hak dan keadilan sosial (Delphie, 2009: 21). Berdasarkan pendapat ahli diatas bahwa pendidikan

inklusi adalah pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus memiliki

kesempatan dan hak untuk mendapatkan pendidikan tanpa memandang latar

belakang kehidupan masing-masing siswa untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terbaik seperti anak yang tidak berkebutuhan secara khusus

pada umumnya.

e. Fungsi Pendidikan Inklusi

(33)

1) Fungsi Preventif

Melalui pendidikan inklusi guru melakukan upaya pencegahan agar tidak

muncul hambatan-hambatan yang lainnya pada anak berkebutuhan khusus.

2) Fungsi Intervensi

Pendidikan inklusi menangani anak berkebutuhan khusus agar dapat

mengembangkan potensi yang dimilikinya.

3) Fungsi Kompensasi

Pendidikan inklusi membantu anak berkebutuhan khusus untuk

menangani kekurangan yang ada pada dirinya dengan menggantikan

dengan fungsi lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa fungsi pendidikan inklusi adalah

guru mencegah agar tidak terjadi hambatan pada anak berkebutuhan khusus

dengan melakukan penanganan bagi anak berkebutuhan khusus dengan

mengembangkan potensi yang dimilikinya dan mengganti kekurangannya

dengan fungsi lainnya.

2. Sekolah Dasar Inklusi di Kota Yogyakarta

Sekolah dasar inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di

kelas yang sama dan menyediakan program pendidikan yang layak sesuai dengan

potensi/kemampuan serta kebutuhan setiap siswa. Sekolah ini menyediakan

program pendidikan yang layak, menantang, sesuai dengan kemampuan dan

kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh

(34)

Sekolah inklusi adalah sekolah yang mengakomodasi dan mengintegrasikan siswa

berkebutuhan tetapi tidak secara khusus dan siswa berkebutuhan khusus dalam

program yang sama.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah inklusi adalah

sekolah yang menggabungkan layanan pendidikan khusus dan regular dalam satu

sistem, dimana siswa berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan khusus

sesuai dengan potensi masing-masing dan siswa tidak berkebutuhan secara khusus mendapatkan layanan khusus untuk mengembangkan potensi mereka. Sehingga,

baik siswa yang berkebutuhan khusus ataupun siswa yang tidak berkebutuhan

secara khusus dapat bersama-sama mengembangkan potensi masing-masing. Berikut adalah tujuh sekolah dasar inklusi yang ada di kota Yogyakarta:

Tabel 2.1 Daftar tujuh sekolah dasar inklusi di kota Yogyakarta

No. Sekolah Dasar Inklusi Jumlah dan Kategori Siswa ABK

1. SD Negeri Giwangan 3 siswa slow learner 2. SD Negeri Wirosaban 12 siswa slow learner 3. SD Negeri Pakel 1 siswa hiperaktif 4. SD Negeri Tamansari I 7 siswa slow learner

5. SD Negeri Juara 3 siswa disleksia dan 5 siswa slow learner 6. SD Negeri Baciro 6 siswa slow learner

7. SD Negeri Karanganyar 27 siswa slow learner

Dari tabel 2.1 dapat diketahui bahwa terdapat tiga SD inklusi, yaitu (1) SD

Negeri Giwangan Yogyakarta terletak di Jl. Tegalturi No.45 Umbulharjo, (2) SD

Negeri Wirosaban yang terletak di Jl. Wiroyudo II, Sorosutan, Umbulharjo, dan

(3) SD Negeri Pakel yang terletak di Jl. Tritunggal No. 27 Umbulharjo. Di

Kecamatan Wirobrajan hanya terdapat satu SD inklusi yaitu SD Negeri Tamansari

(35)

Gondokusuman terdapat dua SD inklusi yaitu SD Negeri juara yang terletak di Jl.

Gayam No. 9 Yogyakarta dan SD Negeri Baciro yang terletak di Jl. Mawar

No.17A Yogyakarta. SD inklusi yang selanjutnya berada di Kecamatan

Mergangsan, SD inklusi tersebut adalah SD Negeri Karanganyar yang terletak di

Jl. Singsingamangaraja No. 29A Yogyakarta. Sekolah dasar tersebut ditetapkan

sebagai sekolah dasar inklusi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta di mana sekolah

dasar tersebut dianggap mampu memberikan penanganan bagi siswa

berkebutuhan khusus.

3. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak potensial dan

berbakat (Mulyono, 2003: 26). Istilah konsep anak berkebutuhan khusus

berkembang seiring dengan munculnya paradigma baru pendidikan inklusi, yang

mewarnai perjalanan setiap anak Indonesia dalam menghadapi segala pelabelan

negatif yang diarahkan kepada mereka. Istilah anak berkebutuhan khusus bukan

berarti hendak menggantikan anak penyandang cacat atau anak luar biasa,

melainkan memiliki pandangan yang lebih luas dan positif bagi anak dengan

keberagaman yang berbeda (Sunanto, 2009: 137). Terdapat pula anak dengan

intelegensi yang luar biasa, seperti anak tunagrahita atau anak gifted dan berbakat.

Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus ini membutuhkan layanan pendidikan inklusif yang secara konsisten dan penuh perhatian sehingga mengatasi segala

(36)

Berdasarkan pendapat dari para ahli anak berkebutuhan khusus adalah anak

yang memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan antar individu (inter individual) yaitu membandingkan individu dengan individu lain baik perbedaan

fisik, emosi maupun intelektual, dan perbedaan antar potensi yang ada pada

individu itu sendiri (intra invidual) yang signifikan dan mengalami kesulitan

dalam berinteraksi dengan lingkungan sehingga untuk mengembangkan

potensinya dibutuhkan pendidikan dan pengajaran.

b. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Memahami anak berkebutuhan khusus berarti melihat perbedaan individu,

baik perbedaan antar individu yaitu membandingkan individu dengan individu

lain baik perbedaan fisik, emosi maupun intelektual, dan perbedaan antar potensi

yang ada pada individu itu sendiri (Suparno: 2007: 42). Berikut jenis-jenis anak berkebutuhan khusus :

1. Kelainan Mental

a. Mental Tinggi

Sering dikenal dengan anak berbakat intelektual, di mana selain memiliki

kemampuan intelektual di atas rata-rata normal juga memiliki kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas.

b. Mental Rendah

(37)

(slow leaner) yaitu anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di

bawah anak tidak berkebutuhan secara khusus dan dalam menyelesaikan

tugas akademiknya terlambat dibandingan teman-teman seusianya.

c. Berkesulitan Belajar Spesifik

Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achivement) yang

diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang

memiliki kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki prestasi

rendah pada bidang akademi tertentu.

2. Kelainan Fisik

a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang

disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat

bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy (kelayuhan

otak), amputasi (kehilangan organ tubuh), polio, dan lumpuh.

b. Kelainan Indera Pengelihatan (Tunanetra)

Tunanetra adalah individu yang memilki hambatan dalam pengelihatan.

Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total

(38)

c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu)

Tunarungu adalah individu yang memilki hambatan dalam pendengaran

baik permanen maupun tidak permanen karena memiliki hambatan dalam

pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara

sehingga mereka disebut tunawicara.

d. Kelainan Bicara (Tunawicara)

Tunawicara adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam

mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan

tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan berbicara ini dapat bersifat

fungsional di mana mungkin disebabkan karena ketunarunguan, dan

organik yang memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara

maupun adanya gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan

bicara.

3. Kelainan Emosi

Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat dilihat

dari indikasi perilaku yang tampak pada individu. Adapun klasifikasi

gangguan emosi meliputi:

a. Gangguan Perilaku

b. Gangguan Konsentrasi (ADD/ Attention Deficit Disorder)

c. Gangguan Hiperaktif (ADHD/ Attention Deficit Hiperactivity

(39)

4. Evaluasi Belajar

Berikut akan dijelaskan tentang pengertian evaluasi belajar dan bentuk

evaluasi belajar.

a. Pengertian Evaluasi Belajar

Evaluasi belajar diartikan sebagai suatu tindakan atau proses menentukan

nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama

periode tertentu. Evaluasi belajar menurut Erman (2003: 2) merupakan suatu

penentuan kesesuaian dari kedua sisi, yaitu, tampilan siswa dan tujuan

pembelajaran itu sendiri dan yang dievaluasi adalah ciri khas atau karakteristik

seorang siswa dengan memakai suatu tolok ukur. Ciri khas atau karakteristik

tersebut meliputi beberapa kegiatan pembelajaran, entah dari segi kognitif, dari

segi afektif, maupun segi psikomotor. Semua karakteristik tersebut dapat

dievaluasi dengan baik, secara lisan maupun tertulis dan perilaku keseharian

siswa.

Sesuai dengan Permendiknas No 70 tahun 2009 pasal 7 sampai 9 bahwa

penyelenggaraan pendidikan inklusi dilaksanakan dengan menggunakan

kurikulum satuan pendidikan dengan mengakomodasi kebutuhan dan

kemampuan peserta didik seperti minat, bakat, potensi. Dalam mengevaluasi

siswa guru dapat menggunakan ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir.

Evaluasi harus dilaksanakan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, evaluasi

belajar dilaksanakan unuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa termasuk anak

(40)

pembelajaran yaitu dapat dilakukan secara tertulis, lisan, dan pengamatan.

Melalui pengertian evaluasi pembelajaran dapat disimpulkan bahwa

evaluasi belajar adalah proses yang dilakukan untuk menentukan nilai dari

pembelajaran yang telah dilaksanakan, melalui berbagai kegiatan pengukuran

maupun penilaian pembelajaran. Seorang guru harus memahami dengan

sebaik-baiknya, apa itu evaluasi belajar dan bagaimana pengaruhnya terhadap proses pembelajaran seorang siswa. Evaluasi belajar akan membantu seorang

guru untuk membandingkan, mengumpulkan data, mengolah data yang telah

diukur dan mengetahui berapa siswa yang telah berhasil mencapai tujuan

pembelajaran serta berapa siswa yang harus kembali dibimbing, diajarkan serta

dididik sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan telah ditentukan

sebelumnya.

b. Bentuk Evaluasi Belajar

Dalam pembelajaran ada juga penilaian evaluasi belajar. Menurut

Kustawan (2006: 39 ) cara melaksanakan penilaian evaluasi belajar ada dua

yaitu, aspek tes dan non tes.

1) Evaluasi Belajar dengan Tes

Menurut Riduwan (2006: 37) tes adalah serangkaian pertanyaan

yang digunakan untuk mengukur, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu/ kelompok. Pemberian

tugas diberikan dengan cara meberikan serangkaian pertanyaan

kepada siswa. Pertanyaan tersebut diberikan sebelum pelajaran (pre

(41)

(post-test) sebagai asessmen akhir. Soal-soal yang disusun oleh guru disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Hasil dari tes dapat

dijadikan acuan untuk melakukan penilaian kognitif sekaligus

menjadi dasar untuk melakukan penilian berkelanjutan.

2) Evaluasi Belajar dengan Non Tes

Evaluasi belajar dengan non tes adalah penilaian untuk memperoleh

gambaran mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa

(Sudijono 2005: 54). Bentuknya berupa rubrik pengamatan dengan pernyataan. Pengamatan dilakukan sebelum, saat, dan sesudah

pelajaran sebagai asesmen awal, tengah, dan akhir. Hasil dari

pengamatan dapat digunakan dalam rubrik penilaian afektif dan

psikomotorik. Rubrik penilaian afektif misalnya ada pernyataan yang

mengarah pada perilaku yang menunjukan adanya perkembangan

siswa dalam hal ketekunan, kedisiplinan, kesabaran, kerja keras dsb.

Rubrik penilaian psikomotorik misalanya ada pernyataan yang

memandu guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

mendengarkan perintah guru, mempresentasikan tugas, kesediaan

membantu teman dsb. Rubrik penilaian disesuaikan dengan

instrumen penilaian hasil belajar.

Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa penilaian

adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi

yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes

(42)

potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa sehingga, guru dapat mengelola atau mengarahkan kemampuan atau potensi siswa dengan kecerdasan ganda yang

sesaui karena manusia pada dasarnya, memiliki beberapa jenis kecerdasan yang

menonjol.

5. Kecerdasan Ganda

Berikut akan dijelaskan pengertian kecerdasan ganda, macam-macam kecerdasan ganda, dan memperkembangkan potensi anak.

a. Pengertian Kecerdasan Ganda

Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat

diaktifkan melalui proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan

nilai-nilai budaya yang berkembang. Kecerdasan mengandung dua aspek pokok yaitu; kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan

(Gardner dalam Suparno 2004: 14). Berikut adalah sembilan intelegensi,

intelegensi linguistik, intelegensi matematis-logis, intelegensi ruang visual, intelegensi kinestetis-badani, intelegensi musikal, intelegensi interpersonal, intelegensi intrapersonal, intelegensi lingkungan, dan intelegensi eksistensial.

Berdasarkan penjelasan di atas, setiap individu memiliki kecerdasan dan

potensi yang unik yang harus dikembangkan menjadi kompetensi. Pendidikan

merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengembangkan potensi individu

menjadi kompetensi. Manusia, pada dasarnya, memiliki beberapa jenis

(43)

b. Siswa ABK Memiliki Kecerdasan Ganda: Lumera Dhipta.

Lumera Dhipta anak berkebutuhan khusus dengan kelainan pada telinga

(tunarungu) lahir di Yogyakarta, 04 Agustus 1991. Ia mengalami kelainan pada

telinga sejak dilahirkan. Orangtua selalu mendapmpingi dan mengamati

perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Pengamatan perilaku yang dilakukan orangtua dijadikan acuan untuk pendampingan di sekolah sehingga, guru dapat

mengarahkan potensi/kemampuan sesuai dengan kecerdasan ganda. Dhipta

memiliki kecerdasan dalam ilmu sains dan Dhipta memiliki kecerdasan ganda

diantaranya matematis-logis, intelegensi interpersonal, dan intelegensi intrapersonal. Matematis-logis pada kemampuannya dalam mengerjakan soal-soal fisika. Hafalan rumusnya kuat, cara menghitung yang cepat dan juga mudah

memahami maksud soal. Dhipta memiliki kemampuan itelegensi ganda berupa

intelegensi interpersonal. Oleh karena itu, ia menjadi juara dalam olimpiade fisika

tingkat kota dan propinsi di Yogyakarta. Kemampuan intelegensi intrapersonal

saat dia memperoleh prestasi yang membanggakan dalam mengikuti olimpiade.

B.HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan

terdahulu. Adapun penelitian tersebut adalah:

Pertama, penelitian yang berjudul “Evaluasi Pembelajaran Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) di kelas Inklusi Di SD Plus Darul’ulum Jombang”

yang ditulis oleh Lilik Maftuhatin (2014). Dalam penelitian ini bertujuan untuk

mencari solusi pemecahan masalah bagaimana sistem perencanaan evaluasi

(44)

inklusi. Penelitian ini difokuskan pada perencanaan evaluasi pembelajaran, bentuk

evaluasi yang telah dilakukan di kelas inklusi yang terdapat di SD Plus

Darul’ulum. Penelitian ini dilakukan dengan metode interview, observasi, dan

dokumentasi. Objek penelitian adalah kepala sekolah, guru-guru pendamping ABK, serta koordinator kelas inklusi disertai dengan data-data di lapangan yang dapat mendukung penelitian ini. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa

evaluasi pembelajaran sudah cukup bagus karena guru sudah menerapkan dua

metode dalam evaluasi yaitu dengan soal yang disamakan dengan reguler dan

yang kedua dengan soal sesuai dengan kebutuhan mereka, disertai dengan

portofolio yang mencatat perkembangan mereka selama pembelajaran.

Kedua, penelitian ini berjudul “Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan

Inklusi Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di SDN 131/IV Kota Jambi”.

Ditulis oleh Paramita Isabella, Emosda, dan Suratno pada tahun 2014.

Dipenelitian ini yang ditulis oleh peneliti mengatakan bahwa teknik pengumpulan

(45)

penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi peserta didik berkebutuhan khusus di SD Negeri 131/IV Kota Jambi.

Ketiga, penelitian yang berjudul “Studi Evaluasi Program Pendidikan

Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Kabupaten Pontianak”

yang ditulis oleh Gusti Nono Haryono pada tahun 2010. Dipenelitian yang ditulis

oleh peneliti mengatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang komprehenshif mengenai efektifitas program pendidikan inklusif. Data yang diperoleh mengguakan dengan wawancara, observasi, dokumentasi dan angket. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil temuan komponen proses menunjukkan kegiatan perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran untuk setiap aspek dinilai masuk dalam katagori baik dan cukup baik.

Ketiga penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang akan

peneliti lakukan. Pada penelitian pertama menyatakan tentang bagaimana sistem

perencanaan evaluasi pembelajaran, bentuk evaluasi, bentuk pelaporan yang telah

dilakukan di kelas inklusi dan memiliki relevansi dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti terkait dengan evaluasi pembelajaran di sekolah Inklusi.

Sedangan penelitian kedua dan ketiga ini juga menggambarkan bagaimana

kesesuaian evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam proses

pembelajaran. Pada penelitian tersebut teknik pengumpulan data yang diperoleh

berupa kuesioner untuk guru-guru. Ketiga penelitian tersebut memberi relevansi kepada peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai evaluasi belajar di

skolah dasar inklusi. Literatur map penelitian yang relevan dapat dilihat pada

(46)

Bagan 2.1 Penelitian yang Relevan

C.KERANGKA BERPIKIR

Evaluasi belajar dalam pendidikan inklusi dimulai dengan proses assesmen

sehingga akan diperoleh gambaran kemampuan dan kebutuhan belajar dari

masing-masing siswa. Setiap kemampuan dan kebutuhan belajar yang dimiliki masing-masing siswa berbeda karena setiap anak memiliki kecerdasan ganda yang juga berbeda. Mengingat perbedaan kemampuan dan kebutuhan belajar antara

siswa berkebutuhan khusus dan siswa yang tidak berkebutuhan secara khusus

menjadi keprihatinan peneliti apabila guru-guru di sekolah dasar inklusi tidak

(47)

mengetahui evaluasi belajar yang digunakan sesuai atau tidak dengan siswa

berkebutuhan khusus maupun siswa berkebutuhan tetapi tidak secara khusus.

Melihat hal itu peneliti terdorong untuk melakukan penelitian kuantitatif

dengan jenis penelitian survey yang menggunakan kuesioner dan pernyataan

terstruktur untuk mengumpulkan data. Data yang diperoleh kemudian akan diolah

dan dianalis. Data yang diperoleh peneliti diggunakan untuk memetakan evaluasi

belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta yang memiliki persentase penggunaan paling tinggi yang digunakan guru untuk

melakukan evaluasi belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Peneliti akan

meberikan kuesioner dengan jawaban tertutup kepada guru di sekolah dasar

inklusi se-Kota Yogyakarta. Kuesioner yang diperoleh dari berbagai sekolah inklusi dan dikumpulkan, kemudian data tersebut akan diolah sehingga dapat

disimpulkan evaluasi belajar apa yang memiliki persentase penggunaan paling

tinggi yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta. D.HIPOTESIS

Berdasarkan rumusan masalah, maka peneliti melakukan hipotesis

penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah: Evaluasi belajar yang digunakan guru

di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta adalah evaluasi belajar dengan aspek tes yaitu asesmen awal dan akhir, melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan

kemampuan anak berkebutuhan khusus, melakukan penilaian kognitif, dan

melakukan penilaian secara berkelanjutan serta aspek non tes yaitu melakukan

asesmen awal, tengah, dan akhir, melakukan penilaian afektif, psikomotor untuk

(48)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

Bagian metode penelitian ini memaparkan jenis penelitian, tempat dan

waktu peneitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan

data, instrumen penelitian, validasi dan reliabilitas, dan teknik analisis data.

A.JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah non eksperimental dengan cross sectional design melalui metode survey. Pengelompokan data dengan cross sectional design merupakan pengumpulan data dengan tujuan untuk

menggambarkan keadaan (Siregar 2010: 129). Penelitian survey dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan sikap, nilai, kepercayaan, pendapat, perilaku, kebiasaan, dan lain-lain (Syaodih 2010: 82).

(49)

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini sekolah dasar inklusi yang digunakan adalah 7 sekolah dasar inklusi yang ada di Kota Yogyakarta yaitu:

Tabel 3.1 Daftar tujuh sekolah dasar inklusi di kota Yogyakarta

No. Sekolah Dasar Inklusi Jumlah dan Kategori Siswa ABK 1. SD Negeri Giwangan 3 siswa slow learner

2. SD Negeri Wirosaban 12 siswa slow learner 3. SD Negeri Pakel 1 siswa hiperaktif 4. SD Negeri Tamansari I 7 siswa slow learner

5. SD Negeri Juara 3 siswa disleksia dan 5 siswa slow learner 6. SD Negeri Baciro 6 siswa slow learner

7. SD Negeri Karanganyar 27 siswa slow learner

Dari tabel 3.1 tujuh sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta tersebar dibeberapa Kecamatan di Kota Yogyakarta, antara lain di Kecamatan Gondokusuman, Kecamatan Wirobrajan, Kecamatan Umbulharjo, Kecamatan Mantrijeron, Kecamatan Kotagede, dan Kecamatan Mergangsan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan satu tahun, terhitung mulai dari bulan Agustus 2015

sampai bulan Agustus 2016.

C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

(50)

tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SD Negeri/Swasta inklusi se-Kota Yogyakarta yang berjumlah 162 guru dari 27 sekolah dasar inklusi. Peneliti membatasi populasi untuk sekolah negeri maupun swasta karena beberapa sekolah dasar tertutup untuk penelitian yang dilakukan mahasiswa dan tidak memilki surat keputusan yang menyatakan bahwa sekolah tersebut adalah sekolah dasar inklusi dari Dinas Pendidikan. 2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti untuk mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu (Arikunto 2012:34). Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2002: 56). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari populasi yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 27 guru dari 7 sekolah dasar inklusi di kota Yogyakarta. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sugiyono (2010:120) mengemukakan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah simple random sampling. Menurut Martono (2012:75) simple random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak

(51)

karena peneliti menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu pada setiap sekolah negeri untuk menjadi sampel pada penelitian ini. Pertimbangan tersebut adalah, sekolah memiliki surat keputusan dari Dinas Pendidikan yang menyatakan bahwa sekolah tersebut adalah sekolah dasar inklusi dan memiliki siswa yang berkebutuhan khusus.

D. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian adalah karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai variasi nilai, baik itu kejadian, situasi, perilaku, maupun karakteristik individu (Suharsaputra, 2014:75). Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2011:38). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu objek kajian yang mempuyai nilai yang dapat ditetapkan oleh peneliti untuk selanjutnya ditarik menjadi sebuah kesimpulan. Menurut (Martono 2010:22-23) Variabel terdiri dari 2 macam yaitu: 1. Variabel Bebas (Indepedent variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain atau menghasilkan akibat pada variabel yang lain, yang pada umumnya berada dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah evaluasi belajar yang digunakan guru.

2. Variabel Terikat (Dependent variable)

(52)

dan diukur untuk menentukan untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas (Sarwono 2006:54). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sekolah dasar inklusi di Kota-Yogyakarta.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab” (Sugiyono 2010: 199). Kuesioner masuk ke dalam teknik pengumpulan data non tes. Tujuan dari penggunaan kuesioner untuk mengetahui bentuk evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta. Terdapat 15 item pertanyaan yang termuat dalam kuesioner dengan jawaban tertutup. Kuesioner dibagikan kepada guru-guru inklusi yang mengajar di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta. Kuesioner sendiri berisi mengenai aspek-aspek indikator evaluasi belajar. Guru-guru diminta untuk mengisi kuesioner selama jangka waktu yang sudah ditentukan.

F. INSTRUMEN PENELITIAN

(53)

tentang bentuk evaluasi belajar dengan non tes. Lembar kuesioner berisi 15 item pertanyaan yang terdiri dari 8 pertanyaan tentang bentuk evaluasi belajar dengan tes dan 7 pertanyaan tentang bentuk evaluasi belajar dengan non tes. Penelitian ini menggunakan kuesioner pernyataan tertutup.

Tukiran (2012:184) mengungkapkan karakteristik pernyataan tertutup adalah semua pilihan jawaban dari pernyataan ini telah ditentukan oleh peneliti. Alasan peneliti menggunakan kuesioner pernyataan tertutup adalah untuk menghindari adanya pernyataan ragu-ragu dari responden, selain itu dengan menggunakan kuesioner tertutup dapat mempermudah peneliti dalam menganalisis data. Lembar kuesioner bentuk evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta dalam penelitian ini terdapat 8 indikator.

Evaluasi belajar menurut Erman (2003: 2) merupakan suatu penentuan

kesesuaian dari kedua sisi, yaitu, tampilan peserta didik dan tujuan pembelajaran

itu sendiri dan yang dievaluasi adalah ciri khas atau karakteristik seorang peserta

didik dengan memakai suatu tolok ukur. Ciri khas atau karakteristik tersebut

meliputi beberapa kegiatan pembelajaran, entah dari segi kognitif, dari segi

afektif, maupun segi psikomotor. Semua karakteristik tersebut dapat dievaluasi

dengan baik, secara lisan maupun tertulis dan perilaku keseharian peserta didik.

Menurut Kustawan (2006: 39 ) cara melaksanakan penilaian evaluasi

belajar ada dua yaitu, aspek tes dan non tes. Evaluasi Belajar dengan tes Menurut

Riduwan (2006: 37) tes adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk

(54)

individu/ kelompok. Pemberian tugas diberikan dengan cara meberikan

serangkaian pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut diberikan sebelum

pelajaran (pre-test) sebagai assesmen awal maupun diberikan sesudah pelajaran

(post-test) sebagai asessmen akhir. Soal-soal yang disusun oleh guru disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Hasil dari tes dapat dijadikan acuan untuk

melakukan penilaian kognitif sekaligus menjadi dasar untuk melakukan penilian

berkelanjutan.

Penilaian non tes adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran (Sudijono 2005: 54). Bentuknya berupa rubrik pengamatan dengan pernyataan. Pengamatan dilakukan sebelum, saat, dan sesudah pelajaran sebagai asesmen awal, tengah, dan

akhir. Hasil dari pengamatan dapat digunakan dalam rubrik penilaian afektif dan

psikomotorik. Rubrik penilaian afektif misalnya ada pernyataan yang mengarah

pada perilaku yang menunjukan adanya perkembangan siswa dalam hal

ketekunan, kedisiplinan, kesabaran, kerja keras dsb. Rubrik penilaian

psikomotorik misalanya ada pernyataan yang memandu guru untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam mendengarkan perintah guru, mempresentasikan tugas,

kesediaan membantu teman dsb. Rubrik penilaian disesuaikan dengan instrumen

penilaian hasil belajar.

Berdasarkan dari keseluruhan indikator guru dapat mengobservasi

kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa sehingga, guru dapat mengelola atau mengarahkan kemampuan atau potensi siswa dengan

(55)

jenis kecerdasan yang menonjol. Berikut adalah tabel kisi-kisi yang mencakup 8 indikator dan 15 item pernyataan dengan jawaban tertutup.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Kuesioner Evaluasi Belajar yang Digunakan Guru Di Sekolah Dasar Inklusi se-Kota Yogyakarta

No. Aspek Indikator No.item

1. Tes Melakukan asesmen awal dan akhir. 1-3

Melakukan penilaian hasil belajar sesuai

dengan kemampuan ABK. 4-6

Melakukan penilaian kognitif. 7

Melakukan penilaian secara berkelanjutan 8 2. Non

Tes Melakukan asesmen awal, tengah, dan akhir. 9-11

Melakukan penilaian afektif. 12

Melakukan penilaian psikomotorik. 13 Menyesuaikan instrumen penilaian hasil

belajar. 14-15

Setelah menentukan dua aspek, peneliti mengembangkan menjadi 15

pernyataan dan diberi jawaban “ya” dan “tidak” sehingga menjadi kuesiner

penelitian yang mudah dipahami oleh guru. Bentuk kuesioner penelitian untuk

guru di sekolah dasar inklusi dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kuesioner Evaluasi Belajar yang Digunakan Guru Di Sekolah Dasar Inklusi se-Kota Yogyakarta.

No Aspek Indikator Pernyataan

1 Tes Melakukan asesmen

awal dan akhir. 1. Saya memberikan latihan ulangan bagi siswa untuk terbiasa dengan format ujian. 2. Saya memberikan les atau tutor sebelum ujian sesuai jam pembelajaran sekolah berakhir pada siswa yang berkebutuhan khusus.

(56)

No Aspek Indikator Pernyataan

pertanyaan saat ujian berlangsung bagi siswa berkebutuhan khusus.

Melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan kemampuan ABK.

4. Saya menentukan standar kompetensi kelulusan pada setiap mata pelajaran sesuai kemampuan siswa.

5. Saya membuat indikator yang sesuai kemampuan kemampuan siswa dan menjadi acuan terhadap hasil belajar. 6. Saya menggunakan instrumen penilaian

yang bervariasi sesuai kemampuan untuk menilai hasil belajar.

Melakukan penilaian

kognitif. 7. Saya memberikan tes terulis atau lisan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang materi.

Melakukan penilaian

secara berkelanjutan. 8. Saya melakukan penilaian berdasarkan hasil kemajuan yang dicapai siswa. 2 Non Tes Melakukan asesmen

awal, tengah, dan akhir.

9. Saya melakukan penilaian secara berkala pada seluruh siswa.

10.Saya mengobservasi kemampuan siswa pada saat proses pembelajaran.

11.Saya mnegobservasi kemampuan siswa diakhir proses pembelajaran.

Melakukan penilaian

afektif. 12.Saya membuat indikator tentang aspek sikap/afektif. Melakukan penilaian

psikomotorik. 13.Saya mebuat instrumen observasi untuk meninjau sikap setiap siswa. 14.Saya membuat indikator tentang aspek

psikomotor. Menyesuaikan

instrumen penilaian hasil belajar.

15.Saya membuat instrumen observasi untuk meninjau ketrampilan siswa.

(57)

G. TEKNIK PENGUJIAN INSTRUMEN

Instrumen penelitian yang digunakan harus melalui pengujian validitas dan reliabilitas. Uji validitas meliputi tiga hal yaitu validitas isi, validitas muka, dan validitas konstruk. Ketiga validitas dan reliabilitas akan dikenakan pada instrumen non tes. Sementara instrumen daftar cek tidak melalui uji validasi dan reliabilitas. 1. Uji Validitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2011: 361) validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Instrumen dapat dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang sebenarnya diukur. Uji validitas dalam penelitian ini meliputi dua hal yaitu validitas isi, validitas konstruk. Kedua validitas dan reliabilitas ini akan dikenakan pada instrumen non tes.

a. Validasi Isi

(58)

aturan yang sama dengan dasar jumlah skor responden, yaitu dicari skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas, dan jarak interval.

Skor Tertinggi (ideal) = 4 (sudah baik) Skor Terendah = 1 (sangat tidak baik)

Jumlah kelas = 4 (sangat tidak baik sampai sudah baik) Jarak interval = (4-1)/3 = 1

Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan menggunakan tabel konversi nilai skala empat berdasarkan skala Likert (Widoyoko, 2012). Berikut adalah tabel klasifikasi skor skala empat yang peneliti susun. Skala skor yang digunakan dalam lembar penilaian insrumen ini menggunakan skala Likert.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011:93). Penelitian ini menggunakan skala Likert dengan skala 1–4. Dalam penelitian ini lembar penilaian dibuat berdasarkan indikator-indikator dan hasil akhirnya akan diakumulasi kemudian dikategorikan menggunakan kriteria yang telah ditentukan. Ketentuan pelaksanaan revisi terhadap instrumen diatur dalam tabel berikut.

Tabel 3.3 Skala Likert

Rentang Skor Jawaban Klasifikasi Kelayakan (Sikap)

4 s/d 5 Sudah Baik (SB)

3 s/d 4 Sudah Baik Perlu Perbaikan (SBP)

2 s/d 3 Tidak Baik (TB)

(59)

Dari tabel 3.3 di atas dapat diketahui bahwa jika soal yang divalidasi

mendapat nilai kurang dari 3 tetapi komentar yang diberikan baik, maka soal

perlu direvisi. Begitu juga dengan nilai yang kurang dari 3 tetapi mendapat

komentar baik, maka soal perlu direvisi. Sedangkan jika soal yang telah

divalidasi mendapat nilai lebih besar dari 3 dengan komentar negatif, maka

soal perlu direvisi pada bagian tertentu. Namun, jika soal tersebut mendapat

nilai lebih besar dari 3 dengan komentar yang baik, maka soal tersebut tidak

perlu direvisi.

Validasi pertama adalah validator ahli A, Peneliti memilih A sebagai

validator karena beliau saat ini menjabat sebagai dosen disalah satu universitas

swasta dan beliau pernah mengajar pada matakuliah evaluasi pembelajaran.

Hasil validasi dari A menunjukkan bahwa beberapa soal perlu direvisi mulai

dari susunan kalimat. Validator A rata-rata memberikan nilai 3 – 4 pada blue

print.

Validasi kedua adalah validator B, peneliti memilih validator B sebagai

validator karena validator B seorang yang paham tentang evaluasi

pembelajaran. Beliau saat ini menjabat sebagai seorang dosen di universitas

swasta di Yogyakarta. Hasil validasi dari validator B menunjukkan bahwa

beberapa instrumen direvisi susunan kalimatnya dan lebih diperjelas maksut

dari kalimat dalam kuesioner. Validator B rata-rata memberikan nilai 3 – 4 pada blue print kuesioner.

Berdasarkan validasi yang sudah dilakukan oleh validator ahli terhadap

Gambar

Tabel 2.1 Daftar Tujuh SD Inklusi ..................................................................
Gambar 4.1 Presentase Penggunaan Evaluasi Belajar Aspek Non Tes ..........  57
Tabel 2.1 Daftar tujuh sekolah dasar inklusi di kota Yogyakarta
Tabel 3.1 Daftar tujuh sekolah dasar inklusi di kota Yogyakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan transformasional pada kepala sekolah dasar se-Kecamatan Kraton Yogyakarta, yang dilihat dari indikator kharisma

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus (penjas adaptif) di Sekolah Dasar

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS.. Survei: Guru-guru Sekolah Menengah Atas

SD N Bangunrejo 2 Yogyakarta merupakan sekolah yang berbasis inklusi. Sekolah tersebut memiliki beberapa golongan siswa berkebutuhan khusus, termasuk slow learner di dalamnya. Siswa

Meta Silfia Novembli: Self-Efficacy Calon Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusi. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas

Hasil gubahan bentuk yang dikolaborasikan dengan organisasi ruang menghasilkan denah bangunan Sekolah Dasar Inklusi yang terdiri dari tiga massa bangunan seperti

Penelitian terdahulu menjadi dasar pada penelitian ini terkait delapan aspek dalam penyelenggaraan sekolah inklusi yaitu penerimaan peserta didik baru (PPDB); identifikasi;

Jurnal Pendidikan Tambusai 7222 Pengelolaan Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar Negeri Kota Padang Mahasir Universitas PGRI Palembang e-mail: mahasirnasir@gmail.com Abstrak