• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis ketepatan diksi pada kolom 'Analisis' surat kabar harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis ketepatan diksi pada kolom 'Analisis' surat kabar harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Wibawasana, Yohanes Angga. (2014). Analisis Ketepatan Diksi pada Kolom ‘Analisis’ Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Dalam proses komunikasi, manusia harus menggunakan bahasa yang tepat agar pesan atau gagasan yang ingin disampaikan dapat dimengerti oleh pendengarnya. Untuk itu pemilihan kata yang tepat menjadi hal yang amat penting dalam bahasa. Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula gagasan yang dikuasai dan yang sanggup diungkapkannya. Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu untuk menemukan jenis-jenis diksi dalam kolom 'Analisis' Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014 dan untuk mendeskripsikan ketepatan diksinya.

Penelitian ini menggunakan pendapat Gorys Keraf mengenai diksi dan gaya bahasa. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini berupa lima artikel yang diambil dari kolom 'Analisis' Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014 yaitu artikel tanggal 1, 4, 6, 7, 8. Pada kelima artikel ini dibahas mengenai masalah politik dan mancanegara. Kedua masalah inilah yang menjadi alas an peneliti mengambil kelima artikel tersebut.

Dari lima artikel yang diteliti, peneliti menemukan sebelas jenis diksi yaitu kata denotasi, kata konotasi, kata umum, kata khusus, kata abstrak, kata konkret, kata ilmiah, kata populer, kata asing, kala slang, dan kata serapan. Jenis diksi yang paling sering digunakan dalam artikel tersebut adalah kata khusus (11 buah), dan kata konotatif (9 buah).

(2)

ABSTRACT

Wibawasana, YohanesAngga. (2014). The Analysis of Diction Accurateness in 'Analisis' Column of Kedaulatan Rakyat Daily Newspaper March 2014 Edition. Skripsi. Yogyakarta : PBSI, FKIP, USD.

In the communication process, human should use the proper language in order message or idea to be conveyed can be understood by the listeners. Therefore, the selection of the right words become very important in the language. The more words a person controlled, the more the idea of controlled and capable expressed. There are two objectives in this study, first is to find types of diction in 'Analisis' column of from article 'Analisis' column of Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat date 1, 4, 6, 7,and 8. These articles discussed about political and foreign problems. This two problems is the reason that the researchers took these articles.

Based on those five articles, researcher found eleven types of diction. the types of diction that were used are denotatif, konotatif, umum, khusus, abstrak, konkrit, ilmiah, populer, slang, asing and serapan. Types of dictions mostly used in the articles are kata khusus (11 kinds), and kata konotatif (9 kinds).

(3)

i

ANALISIS KETEPATAN DIKSI PADA KOLOM 'ANALISIS' SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT

EDISI MARET 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh:

Yohanes Angga Wibawasana 071224074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

Dedikasi Ibu Tercinta

Satu malam satu lembar saja

Diam dan mulailah belajar

Bukankah janjimu ingin jadi sarjana?

Janganlah membuat ia meneteskan air mata

Baju toga itu, mengeringkan semua keringatnya

Menghapus air matanya

Walaupun belum membayar semua pengorbanannya

Bukan emas dan permata sebagai bentuk balas jasa

Hanya kata sederhana yakni "sarjana"

Lupakah kau waktu ia mengantarmu ke kota?

Ia pulang lalu bercerita kepada siapa saja bahwa anak ia sekarang

kuliah dan menjadi calon sarjana

Ia lalu menjual apa pun yang ada

Ia mulai menghemat uang belanja

Tetap bekerja walaupun hujan atau panas yang ia rasakan

(7)
(8)
(9)

vii ABSTRAK

Wibawasana, Yohanes Angga. (2014). Analisis Ketepatan Diksi pada Kolom

‘Analisis’ Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014.

Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Dalam proses komunikasi, manusia harus menggunakan bahasa yang tepat agar pesan atau gagasan yang ingin disampaikan dapat dimengerti oleh pendengarnya. Untuk itu pemilihan kata yang tepat menjadi hal yang amat penting dalam bahasa. Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula gagasan yang dikuasai dan yang sanggup diungkapkannya. Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu untuk menemukan jenis-jenis diksi dalam kolom 'Analisis' Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014 dan untuk mendeskripsikan ketepatan diksinya.

Penelitian ini menggunakan pendapat Gorys Keraf mengenai diksi dan gaya bahasa. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini berupa lima artikel yang diambil dari kolom 'Analisis' Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014 yaitu artikel tanggal 1, 4, 6, 7, 8. Pada kelima artikel ini dibahas mengenai masalah politik dan mancanegara. Kedua masalah inilah yang menjadi alas an peneliti mengambil kelima artikel tersebut.

Dari lima artikel yang diteliti, peneliti menemukan sebelas jenis diksi yaitu kata denotasi, kata konotasi, kata umum, kata khusus, kata abstrak, kata konkret, kata ilmiah, kata populer, kata asing, kala slang, dan kata serapan. Jenis diksi yang paling sering digunakan dalam artikel tersebut adalah kata khusus (11 buah), dan kata konotatif (9 buah).

(10)

viii

ABSTRACT

Wibawasana, YohanesAngga. (2014). The Analysis of Diction Accurateness in 'Analisis' Column of Kedaulatan Rakyat Daily Newspaper March 2014 Edition. Skripsi. Yogyakarta : PBSI, FKIP, USD.

In the communication process, human should use the proper language in order message or idea to be conveyed can be understood by the listeners. Therefore, the selection of the right words become very important in the language. The more words a person controlled, the more the idea of controlled and capable expressed. There are two objectives in this study, first is to find types of diction in 'Analisis' column of Kedaulatan Rakyat Daily Newspaper, and to describe the accuracy of the diction using.

This study employed Gorys Keraf's opinion of dictions and language styles.This study used a descriptive qualitative method. This study is intended to collect information about an existing phenomenon, which is a phenomenon that occurs as it is while the study were conducted. the research data are diction taken from article 'Analisis' column of Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat date 1, 4, 6, 7,and 8. These articles discussed about political and foreign problems. This two problems is the reason that the researchers took these articles.

Based on those five articles, researcher found eleven types of diction. the types of diction that were used are denotatif, konotatif, umum, khusus, abstrak, konkrit, ilmiah, populer, slang, asing and serapan. Types of dictions mostly used in the articles are kata khusus (11 kinds), and kata konotatif (9 kinds).

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ungkapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan penyertaan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan berwujud

skripsi dengan judul “Analisis Ketepatan Diksi pada Kolom “Analisis” Surat

Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014".

Tujuan penyusunan skripsi ini, salah satunya adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang Sarjana Pendidikan, di Program Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui jenis – jenis pilihan kata atau diksi dan ketepatannya pada Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dan keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yuliana Setiyaningsih M.Pd. selaku Kaprodi PBSI

2. Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku dosen pembimbing. Penulis menghaturkan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, masukan dan kesabaran untuk kemajuan skripsi penulis

3. Segenap dosen prodi PBSI, dosen MKU, dosen MKK, yang dengan penuh perhatian mendidik dan mengajar penulis selama kuliah

4. Pegawai sekratariat PBSI Universitas Sanata Dharma 5. Teman – teman PBSI angkatan 2007

6. Ibu C. Sri Ambar Praptiningsih, Ayah Soeyono, dan Saudariku Dewi atas dukungan baik spriritual maupun materi yang berharga bagi penulis

7. Saudaraku Andar Prabowo, Dimas Hendro, Hasbi Andi, Tommy Indra, Yakobus Didit, Yohanes Galih, Boniferson, Leo Agung dan Endarto untuk dukungan mental, pengertian, dan kebersamaan

(12)
(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PENYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Batasan Istilah ... 4

1.6 Sistematika Penyajian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Penelitian yang Relevan ... 6

(14)

xii

2.3 Jenis-Jenis Diksi ... 7

2.4 Ketepatan Pilihan Kata ... 11

2.3 Ikhwal Diksi ... 18

2.4 Pemilihan Kata yang Lazim ... 24

2.5 Aspek Ketidakbakuan Kata ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Sumber Data ... 30

3.3 Instrumen Penelitian ... 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.5 Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Deskripsi Data ... 32

4.2 Analisis Data ... 33

4.5 Pembahasan ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 55

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dalam kehidupannya membutuhkan interaksi dengan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan bahasa sebagai salah satu sarananya. Bahasa adalah alat manusia untuk berkomunikasi dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu (Badudu, 1995: 188). Bahasa berisi pikiran, keinginan atau perasaan yang ada pada diri pembicara. Dalam proses komunikasi, manusia harus menggunakan bahasa yang tepat agar pesan atau gagasan yang ingin disampaikan dapat dimengerti oleh pendengarnya. Untuk itu pemilihan kata yang tepat menjadi hal yang amat pentingdalam bahasa. Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula gagasan yang dikuasai dan yang sanggup diungkapkannya (Keraf, 1981: 18).

(16)

Diksi atau pilihan kata sangat dekat keberadaannya dengan kehidupan sehari-hari dan biasanya diksi digunakan tanpa sadar dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Diksi dalam komunikasi tulisan dapat ditemukan pada artikel media cetak (surat kabar, majalah, tabloid, pamphlet, brosur dan selebaran) maupun media online (internet) melalui website ataupun blog. Dalam penulisan artikel, pengarang harus memilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan gagasannya sehingga efek yang ditimbulkan pembaca dapat tercapai sesuai keinginan pengarang (Sudjiman, 1993:17).Hal ini disebabkan karena, di dalam diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna dan kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada diri pembaca atau pendengar. Selain itu diksi atau pilihan kata akan selalu diikuti unsur seperti dimana, kapan dan tujuan dari penggunaan kata yang mampu memunculkan corak atau warna untuk menarik perhatian pembaca dengan maksud agar pesan yang disampaikan pengarang bisa disampaikan (Poernomo, 2010). Oleh karenanya dalam sebuah tulisan artikel tidak boleh adakesalahan kata yang menyebabkan ambiguitas dan membingungkan atau dapat membuat masyarakat menyalahartikan kata yang kurang tepat.

Artikel kolom ‘Analisis’ Surat Kabar Harian (SKH) Kedaulatan Rakyat dipilih sebagai objek penelitian karena SKH Kedaulatan Rakyat sudah familiar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Yogyakarta dan telah banyak menyajikan informasi yang berkualitas (Lampiran 1) yang salah satunya terdapat dalam artikel kolom ‘Analisis’. Kolom ‘Analisis’ terbit setiap hari Senin sampai Sabtu dan biasanya berisi

(17)

'Analisis' yang diteliti oleh peneliti adalah artikel tanggal 1, 4 6 7, dan 8. Peneliti memilih kelima tanggal ini karena pada tanggal-tanggal tersebut banyak ditemukan pemakaian diksi. Pemilihan kolom ‘Analisis’ edisi Maret 2014 ditujukan untuk kebaruan informasi. Semakin baru informasi, semakin tinggi pula kemampuan penulis untuk menyampaikan informasi dan tingkat keingintahuan pembaca untuk mengetahui informasi. Selain itu dengan semakin barunya informasi maka sumber data penelitian semakin mudah diperoleh sehingga memudahkan mahasiswa untuk melakukan pengumpulan data.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apa saja jenis - jenis diksi atau pilihan kata dalam kolom "Analisis" Surat Kabar Harian Kedaulatan Edisi Maret 2014?

2. Bagaimana ketepatan diksi atau pilihan kata dalam kolom "Analisis" SKH Kedaulatan Rakyat menurut Gorys Keraf?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan jenis diksi atau pilihan kata dalam kolom analisis Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat edisi Maret 2014.

(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi editor surat kabar. Penelitian ini memberikan informasi mengenai diksi yang tepat dalam penulisan artikel, sehingga maksud atau gagasan yang ingin disampaikan penulis dapat tercapai.penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi masyarakat pembaca, sehingga melalui penelitian ini pembaca dihindarkan dari kebingungan, ketidakpahaman, dan keraguan akan kata-kata pilihan yang ada pada artikel surat kabar.

1.5 Batasan Istilah a. Diksi

Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang akan disampaikan, dan kemampuan untuk menentukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar (Keraf, 1981:19).

b. Kolom

Kolom atau column diartikan Webster (1957: 64) dalam Suhandang (23004): 163) sebagai artikel pada surat kabar atau terbitan berkala lainnya.

c. Surat Kabar

(19)

1.6 Sistematika penyajian

Laporan ini terdiri dari 5 bab. Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi perlunya dilaksanakan penelitian mengenai analisis pilihan kata. Bab pendahuluan ini meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

Bab II berisi landasan teori. Pada landasan teori disajikan teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian. Bab III berisi uraian metodologi penelitian. Bab ini memaparkan jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

(20)

6 BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai diksi atau pemilihan kata pernah dilakukan Darius Hendro (2005) dengan Judul Analisis Diksi dan Gaya Bahasa dalam Kolom redaksi YTH Harian Kompas Edisi 1-30 April 2011. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan diksi atau pilihan kata dan gaya bahasa pada kolom YTH Harian Kompas Edisi 1-30 April 2011. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata umum, kata khusus, kata baku, kata nonbaku, kata populer, kata kajian, kata abstrak, kata konkret, kata asli, dan kata serapan.

Hal di atas menunjukan bahwa penelitian tentang penggunaan diksi dalam berbagai wacana di media cetak sudah dilakukan. Objek kajian yang berupa surat kabar sebelumnya juga sudah pernah dilakukan. Peneliti beranggapan bahwa penelitian tentang diksi masih perlu dilakukan karena penggunaan diksi memerlukan ketepatan dalam penggunaan, terlebih pada surat kabar karena jika tidak akan timbul ketidakpahaman pada pembaca. Ketepatan diksi itulah yang menjadikan penelitian ini menarik.

2.2 Diksi atau Pilihan Kata

(21)

ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Pemakaian atau penggunaan kata dalam bahasa Indonesia sangat dipengaruhi oleh kejelian dalam memilih kata. Ketidakjelian dalam memilih kata dapat mengganggu pembaca dan pendengar.

2.3 Jenis-Jenis Diksi

Terdapat beberapa macam pilihan kata yang umum digunakan dalam media cetak. Berikut ini adalah macam - macam pilihan kata yang dikemukakan oleh Soejito.

2.3.1 Berdasarkan Golongan Kata

Soejito (1988 : 39) memaparkan bahwa pilihan kata dalam kosakata bahasa Indonesia dapat digolongkan sebagai berikut.

1) Kata Abstrak dan Kata Konkret

Kata abstrak adalah kata yang mempunyai rujukan berupa konsep/pengertian. Kata konkret adalah kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang dapat diserap oleh pancaindera (dilihat, diraba, dirasakan, didengarkan, atau dicium).

2) Kata Umum dan Kata Khusus

(22)

3) Kata Populer dan Kata Kajian

Kata populer adalah kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan masyarakat dalam komunikasi sehari-hari. Kata kajian akalah kata yang dikenal dan dipakai oleh para ilmuwan/kaum terpelajar dalam karya - karya ilmiah. Kata kajian pada umumnya banyak diserap dari bahasa asing atau bahasa daerah (Soejito, 1988: 43)

4) Kata Baku dan Kata Non-baku

Kata baku adalah kata yang mengikuti kaidah atau ragam bahasa yang telah ditentukan/dilazimkan. Kata non-baku ialah kata yang tidak mengikuti kaidah/ragam bahasa yang telah ditentukan/dilazimkan (Soejito, 1988: 44)

5) Kata Asli dan Kata Serapan

Kata asli adalah kata yang berasal dari bahasa kita sendiri. Kata serapan adalah kata yang berasal (diserap) dari bahasa daerah atau bahasa asing (Soejito, 1988: 47).

2.3.2 Berdasarkan Makna Kata

Yang dimaksud dengan makna kata ialah hubungan antara bentuk dan barang (hal) yang diacunya (Soejito, 1988: 51). Terdapat bermacam-macam makna kata, diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Makna leksikal dan makna gramatikal

Makna leksikal adalah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata lainya dalam sebuah struktur (frase, klausa, atau kalimat).

Contoh :

(23)

Makna gramatikal ialah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatika (pengimbuhan atau perulangan atau pemajemukan)

Contoh :

Rumah-rumah 'banyak rumah'

2) Makna denoatif dan makna konotatif

Makna denotatif (referensial) ialah makna yang menunjuk langsung pada acuan atau makna dasarnya, sedangkan makna konotatif (evaluasi atau motif) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya berupa nilai rasa atau gambaran tertentu.

Contoh :

(Denotasi) (Konotasi)

Ular 'binatang' 'menakutkan/berbahaya' Merah 'warna' 'berani', 'dilarang' 3) Makna lugas dan makna kiasan

Makna lugas adalah makna yang acuannya cocok dengan makna kata yang bersangkutan. Makna kiasan adalah makna yang referennya (acuannya) tidak sesuai dengan makna kata yang bersangkutan.

Contoh :

Wajah : Wajah saya Wajah hantu Minum : Minum air

Minum teh 4) Makna kontekstual

(24)

Contoh :

2.3.3 Berdasarkan Perubahan makna kata

Menurut Soejito (1988: 64), perubahan makna dapat disebabkan oleh adanya hal-hal sebagai berikut.

1) Perubahan makna karena peristiwa ketatabahasaan. Contoh:

a. Rem mobil saya tidak makan sama sekali, b. Kuda adalah hewan pemakan tumbuhan. 2) Perubahan makna karena perubahan waktu.

Contoh :

Makna dahulu : Bapak 'orang tua laki-laki',

Makna sekarang : Bapak 'sebutan untuk semua laki-laki yang umumnya lebih tua atau kedudukannya lebih tinggi.

3) Perubahan makna karena perbedaan tempat. Contoh:

Busdak : di Sunda bermakna 'anak, kanak-kanak; dalam bahasa Indonesia berarti 'hamba, orang gajian' (budak belian), Lurah : di Jawa bermakna 'kepala desa; dalam bahasa Indonesia

bermakna 'lembah jurang'. 4) Perubahan makna karena perbedaan lingkungan.

(25)

Jurusan : (1) di lingkungan lalulintas bermakna 'arah, tujuan', (2) di lingkungan pendidikan tinggi bermakna 'bagian fakultas.

Operasi : (1) di lingkungan kedokteran bermakna 'pembedahan', (2) di lingkungan kepolisian bermakna 'tindakan ekonomi'. 5) Perubahan makna karena perubahan konotasi.

Contoh:

Kaki tangan : (1) Pembantu (dalam makna netral)

(2) Pembantu dalam kejahatan atau pihak yang tidak disukai. 2.4 Ketepatan Pilihan Kata

Ketepatan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 1981: 73).Ketepatan pemilihan kata erat kaitannya dengan makna kata dan kosa kata. Kosa kata yang kaya akan memungkinkan penulis atau pembicara lebih bebas memilih-milih kata yang dianggapnya paling tepat dalam pikirannya. Ketepatan makna menuntut kesadaran penulis atau pembicara untuk mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referensinya.

Dalam ketepatan pilihan kata akan muncul pertanyaan apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang berlainan antara pembicara dan pendengar atau antara penulis dan pembaca (Keraf, 1981: 90). Maka setiap penulis harus berusaha secermat mungkin memilih kata-kata untuk mencapai maksud atau gagasan tersebut. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai ketepatan pilihan kata (Keraf, 1981: 74-87),

1. Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi

(26)

Contoh:

a. Ketika bininya bunting, mas Bandot harus bertugas ke luar pulau b. Pak, mohon izin saya mau ke WC

Bandingkan dengan kalimat di bawah ini:

a. Ketika istrinya hamil, mas Bandot harus bertugas ke luar pulau. b. Pak, mohon ijin saya mau ke belakang

Penggunaan kata bini, bunting, dan WC kurang tepat, sebab mempunyai konotasi yang kurang tepat. Sebaiknya kata-kata tersebut diganti dengan istri, hamil, atau mengandung, dan belakang.

2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim

Kata-kata yang bersinonim tidak selalu saling melengkapi.Untuk itu penulis harus jeli memilih kata dari sekian sinonim untuk menyampaikan maksud yang diinginkan sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan.

Padanan kata benar adalah betul. Tetapi pada contoh kalimat di bawah ini kata kebetulan tidak tepat apabila diganti dengan kebenaran.Demikian juga dengan kata besar yang mempunyai padanan arti dengan agung.

Perhatikan contoh berikut ini:

a. Kebetulan ia datang, sehingga masalahnya bisa cepat selesai b. Peresmian pasar besar kota Malang dilaksanakan bulan ini. Penulisan kalimat di atas menjadi tidak tepat apabila ditulis:

a. Kebenaran kamu datang, sehingga masalahnya bisa cepat selesai b. Peresmian pasar agung kota Malang dilaksanakan bulan ini. 3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya

(27)

diperhatikan. Penulis harus bisa membedakan kata-kata yang mirip ejaannya. Ketidakcermatan memilih kata-kata yang mirip dalam ejaan bisamenimbulkan kesalahan pemahaman dan membingungkan pembaca karena bisa saja kedua kata yang hampir sama ejaanya tersebut tertukar penggunaannya. Terjadinya kesalahan pemilihan kata tersebut bisa mengakibatkan kejanggalan, kesalahpahaman, atau bahkan bisa menimbulkan hal-hal yang lucu.

Contoh: bahwa – bawah – bawa; preposisi – proposisi; korporasi – koperasi. Contoh kalimat:

a. Hari ini adalah selamatan menujuh hari kematian nenek.

b. Penggunaan obat terlarang akan membawa seseorang menuju kematian di usia muda.

Di samping ketiga hal itu Gorys Keraf menyarankan agar penulis menghindari kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu berkembang sesuai perkembangan masyarakat.Perkembangan bahasa tampak dari pertambahan jumlah kata baru. Namun tidak setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru biasanya kali pertama muncul karena dipakai oleh orang-orang atau pengarang terkenal. Selain itu penulis juga harus waspada terhadap penggunaan akhiran asing terutama kata-kata asing yang mengandung akhiran asing.

Contoh: favorabel – favorit; idiom – idiomatik; progres – progresif; kultur – kultural dan sebagainya.

Penggunaan Kata atau Istilah Asing

Penggunaan kata-kata atau istilah-istilah asing dibenarkan atau tetap boleh digunakan apabila:

a. Sesuai dengan konotasi, contoh:

(28)

Professional lebih baik daripada bayaran Abstrak lebih baik daripada tak nyata b. Singkat dibandingkan dengan terjemahannya, contoh:

Kontrasepsi = Alat pencegah kehamilan

Diskusi = Pertemuan untuk membahas suatu masalah Interupsi = Hal memotong sebuah pembicaraan karena ada

hal penting yang harus disampaikan Eksekusi = Pelaksanaan hukuman mati

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan kata asing dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan yaitu:

a. Unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam Indonesia. Seperti

reshuffle, shuttle cock, I’ explotation de I’home. Unsur-unsur ini dipakai

dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing dan penulisannya apabila diketik maka pengetikannya dicetak miring, atau apabila ditulis tangan, kata seperti itu digarisbawahi.

b. Unsur asing yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, diusahakan dengan ejaan asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk bahasa Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya. Untuk mengetahui sebuah kata termasuk kata asing atau kata serapan dapat menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2003) dan (Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (Badudu, 2003).

(29)

Contoh:

Ingat akan bukan ingat terhadap

Suatu hal bukan sesuatu hal

Disebabkan oleh bukan disebabkan karena Berbahaya bagi bukan membahayakan bagi Terdiri atas bukan terdiri dari

Berharap, berharap akan, mengharapkan bukan mengharap akan. Contoh penerapan dalam kalimat:

a. Maria tidak datang karena suatu hal. b. Karangan ini terdiri atas empat bab.

Karangan di atas akan menjadi salah apabila ditulis seperti berikut. a. Maria tidak datang karena sesuatu hal

b. Karangan ini terdiri dari empat bab. 5. Membedakan kata umum dan kata khusus

Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum. Penggunaan kata-kata yang bersifat umum akan mengaburkan makna. Sebaliknya penggunaan kata-kata khusus akan memperjelas makna.

Contoh penggunaan kata-kata umum:

a. Besok saya akan melihat Budi yang sedang dirawat di Rumah Sakit. b. Watik membeli pakaian di Plaza Yogyakarta.

Bandingkan dengan kalimat ini:

(30)

6. Menggunakan kata-kata indria yang menunjukan persepsi yang khusus

Kata indria adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan pengalaman-pengalaman yang dicerap oleh pancaindera baik indera peraba, perasa, penciuman, pendengaran dan pengelihatan.

Contoh penggunaan kata indria

a. Suaranya merdu (kata indria indera pendengaran).

7. Memperhatikan perubahan makna pada kata-kata yang sudah dikenal

Makna kata dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Maka penutur bahasa harus selalu memperhatikan perubahan-perubahan makna yang mungkin terjadi. Pemakaian makna kata harus bersifat nasional, terkenal dan masih dipakai dalam masyarakat serta diinterpretasikan sesuai dengan makna yang disetujui pada waktu dan tempat saat penulis menulis. Perubahan makna dapat berupa:

a. Perluasan arti

Contoh: kata berlayar dulu diartikan bergerak di laut dengan menggunakan layar tetapi sekarang diartikan semua tindakan yang mengarungi lautan atau perairan dengan mempergunakan alat apa saja; kata bapak dan saudara dulu hanya dipakai untuk menunjukan hubungan biologis (kekeluargaan) tetapi sekarang juga dipakai untuk menyatakan semua orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya.

b. Penyempitan arti

(31)

c. Ameliorasi

Ameliorasi adalah perubahan makna atau arti kata yang baru dirasa lebih tinggi nilainya dari yang lama. Contoh: kata wanita dirasakan lebih tinggi nilainya daripada kata perempuan; kata istri atau nyonya dirasa lebih tinggi nilainya daripada bini.

d. Peyorasi (kebalikan dari ameliorasi)

Contoh: kata bini dulu dianggap tinggi, sekarang dirasakan sebagai kata yang kasar.

e. Metafora

Metofora adalah perubahan makna karena persamaan sifat antara dua obyek. Contoh: bulan = putri malam; pulau = empu laut.

f. Metomini

Metomini adalah perubahan makna karena hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu lingkungan makna yang sama dan diklarifikasikan menurut tempat atau waktu, hubungan isi dan kulit serta hubungan sebab-akibat. Contoh: kata kota dulu dimaknai sebagai susunan batu yang dibuat mengelilingi sebuah tempat pemukiman tetapi sekarang tempat pemukiman itu juga disebut kota walau sudah tidak ada susunan batunya lagi; kata gereja berarti tempat ibadah umat Kristen tetapi juga mengacu pada persekutuan umat Kristen.

8. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata

(32)

kata-kata yang kabur yang bisa menimbulkan ambiguitas (makna ganda). Contoh: kata-kata “Tolong sambungkan telepon anda dan telepon saya dengan nomor

…” disederhanakan menjadi “Hubungi saya melalui nomor …” atau

“Teleponlah saya melalui nomor …”; kata-kata “Perangai dan kepribadiannya

sangat tidak menyenangkan kami” disederhanakan menjadi “tindak-tanduknya

tidak menyenangkan”.

Selain menghindari terlalu banyak kata, dalam suatu karangan ilmiah sebaiknya digunakan kata-kata lugas. Penggunaan kata atau frase yang terlalu panjang membuat kalimat tidak efektif selain itu juga mengurangi kebakuan bahasa. Contoh:

a) Selama ini dia memang paling sulit dipegang ekornya.

b) Atas perhatian yang terhormat Bapak Rektor, kami haturkan berlimpah-limpah terima kasih.

Bandingkan dengan kalimat yang ditulis dengan kata-kata lugas berikut ini. a) Selama ini memang dia sulit dicari

b) Atas perhatian bapak, kami ucapkan terima kasih

Menurut Rahardi (2009 : 31), ada beberapa peranti-peranti diksi, sebagai berikut:

1. Peranti diksi berdenotasi dan berkonotasi

(33)

Adapun makna konotatif adalah makna kias, bukan makna sesungguhnya. maka, sebuah kata bisa diartikan berbeda pada masyarakat yang satu dan masyarakat lainnya. Makna konotatif memiliki nuansa makna subjektif dan cenderung digunakan dalam situasi tidak formal.

Contoh :

Denotatif : Memanjat (Tebing) Konotatif : Memanjat (Puji syukur) 2. Peranti kata bersinonim dan berantonim

Kata bersinonim berarti kata sejenis, sepadan, sejajar, serumpun, dan memiliki arti sama. Secara lebih gampang dapat dikatakan bahwa sinonim sesungguhnya adalah persamaan makna kata. Adapun yang dimaksud adalah dua kata atau lebih yang berbeda bentuknya, ejaannya, pengucapan atau lafalnya, tetapi memiliki makna sama atau hampir sama. Kata bersinonim berlawanan dengan kata berantonim. Bentuk kebahasaan tertentu akan dapat dikatakan berantonim kalau bentuk itu memiliki makna yang tidak sama dengan makna lainnya. Dalam linguistik dijelaskan bahwa antonim menunjukan bentuk-bentuk kebahasaan itu memiliki relasi antarmakna yang wujud logisnya berbeda atau bertentangan antara satu dengan yang lainnya.

Contoh :

Sinonim : Melihat 'Melotot, Melirik, Mengintip, dan Menderling',

Antonim : Panas 'Dingin'.

3. Peranti kata bernilai rasa

(34)

kata-kata bernilai rasa dan kata-kata-kata-kata baku. Kadang ditemukan bahwa kata-kata baku tertentu tidak memiliki nilai rasa sama sekali.

Sebaliknya, dapat pula ditentukan bahwa kata bernilai rasa jauh dari dimensi-dimensi kebakuan. Jika menghadapi kasus demikian ini, anda harus benar-benar cermat mempertiimbangkan laras bahasanya. Bila laras bahasanya adalah laras ilmiah seperti halnya bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah, maka tidak bisa tidak preferensi Anda haruslah pada kata-kata baku tersebut.

Sebaliknya kalau dalam laras pemakaian bahasa lebih santai, seperti dalam surat menyurat personal, maka pertimbangan bilai rasa boleh masuk di situ. Jadi, harus saya tegaskan bahwa pemakaian bahasa tidak dapat dilakukan serampangan saja. Harus ada pertimbangan yang bijaksana menyangkut segala hal yang berkaittan dengan konteksnya. Kelalaian seseorang terhadap pertimbangan konteks pemakaian entitas kebahasaan menjadikan bahasa yang digunakan amburadul.

4. Peranti Kata Konkret dan Abstrak

Kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk pada objek yang dipilih, didengar, dirasakan, diraba atau dicium. Jadi, sesungguhnya kata-kata konkret menunjuk pada kata-kata yang dapat diindra. Lazimnya kata-kata konkret dalam ilmu bahasa merupakan kata yang bukan kata jadian atau kata bentukan.

Dengan kata lain, kata-kata yang sifatnya konkret itu melambangkan atau menyimbolkan sesuatu. Kata ‘meja’ dan ‘kursi’ jelas sekali merupakan kata konkret. Akan tetapi kalau ‘pendidikan atau ‘pembodohan’, ‘kemiskinan’, ‘kepandaian’ jelas

(35)

Sedangkan kata abstrak yaitu menunjuk pada konsep atau gagasan. Kata-kata abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan gagasan yang cenderung rumit.

Bentuk kebahasaan seperti ‘pembodohan’ dan ‘kemiskinan tentu saja merupakan

kata-kata abstrak yang hanya dapat ditangkap maknanya dengan kejernihan pemikiran dan ketajaman pikir. Jadi, pemaknaan atau penafsiran makna untuk kata-kata abstrak itu bukan melalui indera.

5. Peranti Keumuman dan Kekhususan Kata

Kata-kata umum adalah kata-kata yang perlu dijabarkan lebih lanjut dengan kata-kata yang sifatnya khusus untuk mendapatkan perincian lebih baik. Kata-kata umum tidak tepat untuk mendeskripsikan sesuatu karena memiliki kadar akurasi yang rendah. Jadi, kata-kata umum ialah kata-kata yang luas ruang lingkupnya. Bentuk ‘binatang’ misalnya, bentuk ini masih umum atau terbuka dan masih perlu pembagian

dalam macam-macam binatang.

Kata khusus cenderung digunakan dalam konteks terbatas, dalam kepentingan-kepentingan yang perlu perincian, dan perlu ketepatan dan keakuratan konsep.Jadi, kata-kata khusus yaitu kata-kata yang sempit ruang lingkupnya, terbatas konteks pemakaiannya. Kata ‘tawes’ menunjukan makna khusus dalam pengelompokan ikan.

6. Peranti Kelugasan Kata

(36)

Orang cenderung akan menggunakan bentuk asing karena merasa bahwa kata-kata yang bukan asing, tidak lugas, tidak pas, tidak tepat menggambarkan konsep. Dengan memerantikan bentuk kebahasaan yang belum sepenuhnya dikenal masyarakat itu karena keasingannya, dimensi kelugasanya akan jauh menurun.

7. Peranti Penyempitan dan Perluasan Makna Kata

Sebuah kata dapat dikatakan mengalami penyempitan makna apabila di dalam kurun waktu tertentu maknanya bergeser dari semula yang luas ke makna yang sempit atau terbatas. Misalnya, bentuk ‘pendeta’ yang semula bermakna orang yang berilmu, tetapi kini menyempit maknanya menjadi ‘guru agama kristen’ atau ‘pengkhotbah

kristen’. Jadi, kehadiran makna-makna baru dari sebuah bentuk kebahasaan seperti

disebutkan di depan itu adalah karena tuntutan kepesifikan kekhususan.

Sebuah makna kebahasaan dikatakan akan meluas jika dalam kurun waktu tertentu maknanya akan bergeser dari yang semula sempit ke makna yang luas. Misalnya kata ‘bapak’ dalam pengertian sempit pasti hanya digunakan anak kepada

bapaknya. Namun sekarang kata ‘bapak’ di kantor-kantor seorang pemimipin pasti akan disebut sebagai ‘bapak’

8. Peranti dan Keaktifan dan Kepasifan

(37)

telah terjadi proses kreatif, yakni kreativitas yang sifatnya membangkitkan atau generatif.

Sebagai imbangan dari kreativitas, di dalam kehidupan bahasa juga terdapat kreativitas inovatif. Dengan jenis kreativitas itu, sebuah bentuk kebahasaan yang belum ada, belum pernah terlahir, lalu dihadirkan sebagai kata-kata yang benar-benar baru. Praktik pengaktifan yang salah misalnya, dapat dilihat dari pemakaian bentuk ‘terkini’ oleh media masa. Tidak banyak yang tau bahwa kebahasaan yang demikian itu sesungguhnya tidak benar dari sisi kebahasaan.

9. Peranti Ameliorasi dan Peyorasi

Ameliorasi adalah proses perubahan makna dari yang lama ke yang baru ketika bentuk yang baru dianggap dan dirasakan lebih tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta konotasinya bandingkan dengan yang lama.

Peyorasi adalah perubahan makna dari yang baru ke yang lama dianggap masih tetap lebih tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta konotasinya dibandingkan dengan makna yang baru.

10. Kesenyawaan Kata

(38)

Misalkan, ‘sesuai dengan’ dan ‘disebabkan oleh’. Banyak orang yang mengimplikasikan bentuk ‘sesuai dengan’ menjadi bentuk sesuai saja.

11. Ketidakbakuan dan Kebakuan Kata

Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah bahasa indonesia. Misalnya kata-kata ‘anda dan saya’. Sedangkan kata tidak baku ialah kata yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, namun tidak sesuai dengan kaidah bahasa indonesia.

Misalnya kata, ‘gue dan elo’.

2.4 Pemilihan Kata yang Lazim (Umum)

Pemilihan kata digunakan selain harus tepat, serasi, juga harus lazim. Penggunaan kata yang tidak lazim mengakibatkan tidak lancarnya komunikasi. Hal itu terjadi, karena kata-kata yang kurang lazim akan menimbulkan kejanggalan dan kebingunan bagi pembaca atau pendengarnya.

Contoh:

(1) Kemarin ibu saya berdies natalies yang ke -53.

(2) Pada saat banjir kemarin, banyak rumah yang rebah ke tanah. (3) Setiap ke gereja Tarman hanya naik pit. (pit = sepeda)

Catatan:

Sampai saat ini masih sering ditemukan pemakaian kata yang sebenarnya mempunyai arti yang berlawanan dari kata yang digantikannya.

Contoh:

(39)

(3) Sebelum pulang, semua harus mengisi daftar absensi dahulu.

Contoh kalimat diatas tidak tepat, penulisan yang tepat adalah sebagai berikut. (1) Inem tidak betah tinggal di rumah, karena diperlakukan semena-mena. (2) Ketika saya sapa, dia hanya tak acuh saja.

(2) Ketika saya sapa, dia hanya acuh tak acuh saja.

(3) Sebelum pulang, semua harus mengisi presensi dahulu.

Menurut Soedjito, 1988: 44, kata baku ialah kata yang penggunaannya dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis, sesuai dengan kaidah atau ragam bahasa yang telah ditentukan/dilazimkan, sedangkan kata nonbaku ialah kata yang penggunaannya dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis, tidak sesuai dengan kaidah atau ragam bahasa yang telah ditentukan/dilazimkan. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui sebuah kata termasuk kata baku dan kata nonbaku dengan menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2003).

Menurut Sabariyanto (1993: 366), ada beberapa aspek yang dapat digunakan untuk mengetahui ketidakbakuan kata, antara lain:

1. Aspek Ortografi

Perbedaan Ortografi atau huruf pada kata-kata tertentu dapat dipergunakan untuk membedakan kebakuan dan ketidakbakuan kata. Berikut contoh penggunaan kata baku dan kata tidak baku berdasarkan aspek Ortografi. (1a) Perusahaan itu mengeluarkan produk terbarunya.

(1b) Perusahaan itu mengeluarkan prodek terbarunya.

(2a) Lahan kering seperti ini, sudah tidak produktif lagi untuk ditanami palawija.

(40)

Kata produk dan produktif pada kalimat (1a), dan (2a) merupakan contoh penggunaan kata-kata baku berdasarkan aspek ortografi sedangkan, kata produk dan produktip pada kalimat (2a), dan (2b) merupakan penggunaan kata yang tidak baku.

2. Aspek jati diri kata

Aspek jati diri kata bahasa Indonesia yaitu kosakata yang bebas dari kata-kata bahasa daerah dan kata-kata asing, dan apabila sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia maka penyerapannya (kata-serapan) sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Aspek jati diri kata dapat digunakan untuk membedakan kata baku dan kata non baku. Bentuk sebagai aspek jati diri kata ialah bahasa Indonesia, sedangkan bentuk tidak baku sebagai aspek jati diri kata ialah kata bahasa lain. Kata tidak baku bahasa lain diantarannya yaitu:

1) Kata yang tidak baku bahasa Jawa

(3a) Wajahnya pucat setelah mendengar berita duka itu. (3b) Wajahnya pucet setelah mendengar berita duka itu

(4a) Malioboro selalu rame dengan para pengunjungnya, baik itu turis darimancanegara maupun turis domestik.

(4b) Malioboro selalu rame dengan para pengunjungnya, baik itu turis darimancanegara maupun turis domestik.

Kata pucat, dan ramai pada kalimat (3a), dan (4a) adalah contoh penggunaan kata baku sedangkan kata pucet dan rame pada kalimat (3b), dan (4b) merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia, karena pemakaiannya masih menggunakan bahasa Jawa.

(41)

(5a) Dia kecewa nilai rapornya semester ini sangat buruk (5b) Dia kecewa nilai rapotnya semester ini sangat buruk (6a) Keputusan yang diambilnya sangat riskan untuk dilakukan. (6b) Keputusan yang diambilnya sangat riskant untuk dilakukan.

Kata rapor, dan riskan pada kalimat (5a, dan (6a) adalah contoh penggunaan kata baku, sedangkan kata raport, dan riskant pada kalimat (5b), dan (6b) merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia, karena pemakaiannya masih menggunakan bahasa Inggris atau Belanda.

3) Kata yang tidak baku bahasa Arab

(7a) Tahun ini Judika akan mengeluarkan album rohani (7b) Tahun ini Judika akan mengeluarkan album ruhani (8a) Kerajaan Romawi sangat terkenal akan kebudayaannya (8b) Kerajaan Rumawi sangat terkenal akan kebudayaannya

Kata rohani, dan romawipada kalimat (7a), dan (8a) adalah contoh penggunaan kata baku sedangkan, kata ruhani dan Rumawi pada kalimat (7b), (8b) merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia, karena pemakaiannya masih menggunakan bahasa Arab.

3. Aspek ragam bahasa

Ragam bahasa ada bermacam-macam, yaitu ragam resmi dan ragam santai, ragam tulis, dan ragam lisan, serta ragam baku dan tidak baku. Kata baku dan tidak baku berikut ini dibedakan oleh ragamnya

(42)

(10b) Ayo kita berantas narkoba sampai keakar-akarnya!

(43)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dengan judul “Analisis Ketepatan Diksi Pada Kolom "Analisis" Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014” ini, termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang hanya berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang diselidiki serta tidak ada maksud untuk mencari atau menjelaskan hubungan-hubungan, membuat ramalan, menguji hipotesis, atau menentukan makna dan implikasi (Nazir, 1983:63).

Penelitian deskriptif kualitatif dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2003: 309). Penelitian ini pun tidak bermaksud menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” diksi atau pilihan kata yang digunakan dan bagaimana ketepatan diksi atau pilihan kata tersebut dalam artikel kolom "Analisis" SKH Kedaulatan Rakyat edisi Maret 2014.

3.2 Sumber data

(44)

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah, hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2010: 203). Instrument penelitian dalam ini adalah peneliti. Sumber data yang dipergunakan adalah artikel kolom "Analisis" SKH Kedaulatan Rakyat edisi Maret 2014. Artikel kolom "Analisis" yang diambil pada edisi Maret 2014 terdiri atas 24 artikel yang dapat dilihat di halaman Lampiran. Selain itu peneliti juga menggunakan dokumentasi berupa studi kepustakaan literatur buku dan referensi-referensi seperti artikel blog dan website.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah dengan cara mengumpulkan, membaca, menandai, dan mencatat sumber tertulis. Sumber tertulis dalam penelitian ini diperoleh dari pengumpulan artikel-artikel kolom "Analisis" SKH Kedaulatan Rakyat edisi Maret 2014 yang berjumlah 24 artikel, namun peneliti hanya melakukan penelitian pada 5 artikel saja.

3.5 Analisis Data

(45)

Tabulasi adalah proses menempatkan data dalam bentuk tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel yang dibuat sebaiknya mampu meringkas semua data yang akan dianalisis. Pemisahan tabel akan menyulitkan peneliti dalam proses analisis data

G.E.R. Burroughas mengemukakan klasifikasi analisis data sebagai berikut 1. Tabulasi data,

2. Penyimpulan data,

3. Analisis data untuk menguji hipotesis, 4. Analisis data untuk menarik kesimpulan.

Tahap penerapan dilakukan dengan cara menunjukan kesalahan pilihan kata yang terdapat dalam karangan kolom "Analisis" SKH Kedaulatan Rakyat edisi Maret 2014 dengan padanan kalimat yang benar dan melakukan pembenaran dengan menggunakan diksi atau pilihan kata yang tepat. Setelah itu peneliti harus menarik kesimpulan dari hasil pengamatan.

Kesimpulan dan verifikasi data dimaksudkan untuk mencari makna data yang dihubungkan dengan mencari hubungan, persamaan atau perbedaan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan kesesuaian pernyataan subjek penelitian yang dalam penelitian ini adalah artikel kolom "Analisis" SKH Kedaulatan Rakyat edisi Maret 2014 dengan makna yang terkandung dalam konsep-konsep dasar diksi atau pilihan kata dan ketepatan penggunaannya.

(46)

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini ada dua aspek yang dibicarakan yaitu (1) deskripsi data, (2) analisis hasil penelitian dan (3) pembahasan. Hasil penelitian berupa data yang berisikan diksi yang terdapat dalam beberapa artikel. Artikel-artikel ini menyangkut beberapa bidang antara lain ekonomi, mancanegara, politik, hukum, dan pendidikan.

4.1 Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari kolom "Analisis" Surat Kabar Harian Kedaulatan edisi Maret 2014 tanggal 1, 4, 6, 7, dan 8. Data yang diteliti berupa kata denotatif, kata konotatif, kata abstrak, kata khusus, kata ilmiah, kata populer, kata slang, kata asing, dan kata serapan. Berikut ini dipaparkan data penelitian

Tabel 1. Klasifikasi Diksi dalam kolom "Analisis"

(47)

Keterangan :

4.2 Analisis Data

Berdasarkan deskripsi diatas, analisis data disajikan kedalam bentuk klasifikasi yaitu kata khusus, kata konotasi, kata serapan, kata, populer, kata ilmiah, dan kata asing.

4.2.1 Kata Khusus

a. Ganjalan

Kata ganjalan termasuk kata umum, yang kata khususnya adalah hambatan, halangan, dan beban.Penggunaan kata ganjalan tepat karena penulis ingin menunjukan bahwa setiap masa pemilu pasti selalu ada sesuatu yang menghambat prosesnya.

"Memasuki hari-hari mendekati Pemilu 2014 terdapat sedikit ganjalan untuk menyongsong masa depan demokrasi di Indonesia".

b. Pelik

Kata pelik termasuk kata khusus, yang kata umumnya adalah sulit. Pilihan kata ini tepat karena penulis ingin menyampaikan bahwa, betapa sulit menemukan kesesuaian antara hukum dan partai politik.

D : Denotatif KU : Kata Umum KS : Kata Slang

K : Konotatif K.kh : Kata Khusus KG : Kata Asing

K.ab : Kata Abstrak KI : Kata Ilmiah K.sr : Kata Serapan

(48)

"Pelajaran terpenting kita petik dari sini adalah betapa peliknya menemukan kesesuaian antara penegakan hukum, di satu sisi dan penguatan partai dan pengembangan demokrasi, di sisi lain".

c. Surut

Kata surut termasuk kata khusus.kata umumnya ialah turun, reda dan berkurang. Pilihan kata ini tidak tepat karena semestinya kata ini diganti dengan kata reda agar lebih sesuai dengan kalimatnya.

"Hal itu disebabkan karena belum surutnya penanganan kasus korupsi yang menimpa para politisi".

d. Berimbas

Kata berimbas merupakan kata khusus. Kata umumnya adalah berdampak, atau berpengaruh. Penggunaan kata ini tepat dalam aktivitas partai politik, mengingat besarnya resiko pada parpol ini dalam setiap kegiatan atau keputusannya.

"Semua itu telah berimbas pada lemahnya penguatan partai politik dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara".

e. Sembari

Kata sembari merupakan kata khusus dari kata sambil. Penggunaan kata ini tepat karena kata ini sesuai dengan kata-kata sebelumnya yang bernilai positif.

(49)

f. Tunduk

Kata tunduk merupakan kata khusus, yang kata umumnya adalah patuh. Penggunaan kata ini sudah tepat dan sesuai dengan konteks (hukum) di atas.

"Sementara, penegakan hukum sebaiknya tunduk dan mengikuti supremasi politik demokrasi ini".

g. Memvisualisasikan

Kata memvisualisasikan merupakan salah satu kata khusus dari menampilkan. Kata ini sudah tepat digunakan karena kalimat ini membahas tentang iklan yang dimunculkan lewat televisi.

"Dimunculkan lewat kanal televisi sekedar memvisualisasikan iklan jargon omong kosong yang sulit diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia".

h. Diejawantahkan

Kata diejawantahkan termasuk kata khusus dari diwujudkan. Penggunaan kata ini kurang tepat karena kata ini merupakan kata yang jarang ditemui oleh pembaca. Seharusnya diejawantahkan diganti dengan diwujudkan.

(50)

i. Diwartakan

Kata diwartakan termasuk kata khusus dari kata diberitakan. Penggunaan kata ini sudah sesuai karena topik yang dibicarakan secara langsung hadir melalui media masa yang adalah sebuah warta.

"Kabar gembira diwartakan harian KR (27/2) lalu yang mengabarkan perihal moratorium iklan kampanye ditelevisi".

j. Mengisyaratkan

Kata mengisyaratkan merupakan kata khusus. Penggunaan kata ini tepat karena penulis ingin menyatakan bahwa ada perihal yang secara tidak langsung berpengaruh pada kebijakan stimulus ekonomi.

"Hal ini mengisyaratkan bahwa kebijakan stimulus ekonomi tidak akan sertamerta dihentikan".

k. Memicu.

Kata memicu merupakan kata khusus. Penggunaan kata ini tepat karena kata memicu timbul oleh hal yang tidak disengaja, jadi dalam kata ini sesuai dengan kalimat utuhnya yang ada.

(51)

4.2.2 Kata Konotasi

a. Membanjiri

Kata membanjiri merupakan kata konotatif. Kata ini tidak tepat digunakan. Seharusnya kata membanjiri diganti dengan kata memenuhi.

"Mereka akan membanjiri kampanye dalam bentuk iklan luar ruang".

b. Menggenjot

Kata menggenjot merupakan kata konotatif. Kata menggenjot berarti meningkatkan. Kata menggenjot tidak tepat digunakan karena kata ini terdengar kasar ditelinga. Pada kalimat ini seharusnya kata menggenjot diganti dengan kata meningkatkan.

"Billboard, baliho, umbul-umbul, poster, stiker, bendera dan rontek akan menjadi media utama untuk menggenjot elektabilitas caleg dan kandidat presiden peserta Pemilu 2014".

c. Perang

Kata perang merupakan kata konotatif. Penggunaan kata ini tepat karena yang dibicarakan dalam kalimat ini memang yang dibicarakan adalah terjadinya persaingan atau adu iklan politik di seluruh Indonesia.

"Pada titik inilah terjadi perang iklan politik di seluruh Indonesia".

d. Pelemahan

(52)

dapat digunakan pada mata uang, dan seharusnya diganti dengan kata penurunan, karena topik yang dibahas adalah mata uang.

"Hari-hari terakhir di bulan Februari 2014, kurs Rupiah terhadap US $ mengalami peningkatan yang cukup tinggi setelah mengalami pelemahan selama beberapa bulan di tahun 2013".

e. Penguatan

Kata penguatan merupakan kata konotatif. Kata ini sudah tepat digunakan karena penulis ingin mengatakan bahwa di tahun politik ini mata uang rupiah mengalami penguatan atau peningkatan.

"Penguatan Rupiah di Tahun Politik"

f. Keperkasaan

Dalam konteks artikel ini kata keperkasaan merupakan konotasi dari kata peningkatan. Kata ini tidak tepat digunakan karena sama halnya dengan pelemahan, kata keperkasaan tidak sesuai jika dipadukan dengan uang. Seharusnya keperkasaan diganti dengan kata peningkatan.

"Rupiah menunjukan keperkasaanya hingga Rp.11,576".

g. Jembatan

Kata jembatan merupakan kata konotatif. Penggunaan kata ini tepat karena penulis ingin menunjukan bahwa penerapan asas yang disebutkan pada kalimat sebelumnya dapat menjadi solusi untuk penerapan di wilayah lain.

(53)

h. Buah bibir

Kata buah bibir merupakan kata konotatif. Penggunaan kata ini tepat karena penulis ingin mengatakan bahwa kontroversi tentang kedatangan pasukan Rusia ke Ukraina telah menjadi pembicaraan di kalangan internasional.

" Kontroversi mengenai kedatangan pasukan Rusia ke Ukraina menjadi buah bibir di kalangan internasional".

i. Terguling

Kata terguling merupakan merupakan kata konotatif. Penggunaan kata ini tepat hanya saja kalimatnya yang kurang lengkap. Sebaiknya kalimat tersebut diperbaiki menjadi "Seperti diketahui sebelumbya, Presiden Ukraina yang terguling Viktor Yanukovych memninta bantuan pasukan dari Rusia".

" Seperti diketahui sebelumnya, presiden terguling Ukraina Viktor Yanukovych meminta bantuan pasukan dari Rusia".

4.2.3 Kata Serapan

a. Eksternal

Kata eksternal merupakan kata serapaan yang berarti faktor dari luar. Penggunaan kata ini sudah tepat karena dalam konteks ini penguatan rupiah dipengaruhi oleh tokoh dari luar (negeri), yakni Gubernur The Fed Janet Yellen.

(54)

b. Internal

Kata internal merupakan kata serapan yang berarti faktor dari dalam. Penggunaan kata ini tepat karena pada kalimat ini juga terdapat kata eksternal.

"Selain faktor eksternal, faktor internal sudah pasti juga memberikan kontribusi dalam penguatan Rupiah''.

c. Argumen

Kata argumen merupakan kata serapan (argument). Kata ini sudah tepat digunakan karena penulis ingin mengatakan bahwa dalam konteks ini pendapat atau opini dari pemerintah Rusia ini bersifat konsisten.

"Sebagai catatan penting, bahwa argumen yang sama juga dikemukakan pada saat Rusia melakukan intervensi di Georgia pada tahun 2008".

d. Performa

Kata performa merupakan kata serapan bahasa inggris ke indonesia yaitu performance. Kata ini seharusnya diganti dengan kata penampilan agar mudah dimengerti, karena performa tidak sesuai jika dihubungankan dengan konteks yang ada yakni bank.

" Liberalisasi yang diterapkan di Indonesia jika tidak diimbangi dengan performa bank dalam negeri di pasar ASEAN, akan kalah.

e. Proteksi

(55)

" Hal itu sangat penting sebagai bentuk proteksi terhadap bank lokal".

4.2.4 Kata Populer

g. Jurdil

Kata jurdil termasuk kata populer. Arti kata sebenarnya ialah jujur dan adil kata ini tidak tepat digunakan karena kata jujur dan adil sudah ditulis pada kata sebelumnya, jadi kata ini merupakan pemborosan pada sebuah kalimat.

"Bahkan, bisa berimbas pada kualitas Pemilu 2014 yang diharap bisa berlangsung bebas, bersiih, jujur, dan adil atau be to bejurdil.

g. Narsis

Kata narsis merupakan kata populer. Kata ini sudah tepat digunakan karena maksud dan tujuan penulis menulis kata ini adalah untuk menyindir calon wakil rakyat yang hanya sekedar berlomba menampilkan penampilan luar dari pada isi atau esensi mereka.

"Mereka kehilangan media utama yang diandalkan mampu mendongkrak elektabilitas wajah narsis dirinya".

4.2.5 Kata Ilmiah a. Respiprokal (KI)

Kata respiprokal merupakan kata ilmiah. Kata ini tidak tepat digunakan karena tidak semua golongan masyarakat pembaca dapat mengetahui artinya. Sebaiknya kata ini diganti dengan kata kesetaraan, karena respiprokal berarti kesetaraan.

(56)

b. Liberal (KI)

Kata liberal merupakan kata ilmiah yang berarti bebas. Kata ini tepat karena konteks yang dibicarakan adalah sistem perbankan.

"Indonesia dianggap beberapa negara khususnya di ASEAN sebagai negara yang sistem perbankannya paling liberal".

4.2.6 Kata Asing

a. Draf

Kata draf merupakan kata asing. Kata ini kurang tepat digunakan karena tidak semua golongan masyarakat dapat memahami kata ini. Sebaiknya kata draf diganti dengan kata daftar agar dapat lebih mudah dipahami.

"Penerapan konsep asas respiprokal dalam draf Revisi UU Perbankan memang tidak mudah, karena di kalangan anggota DPR saja masih terdapat pro-kontra tergantung kepentingan politik dan kebijakan politik partainya".

4.3 Pembahasan

Pada uraian di atas telah dituliskan bahwa terdapat 11 jenis diksi yakni kata denotatif, kata konotatif, kata umum, kata khusus, kata abstrak, kata konkrit, kata ilmiah, kata slang, kata populer, kata asing, dan kata serapan. Pada deskripsi data terdapat 11 kata khusus, 9 kata konotatif, 4 kata serapan, 2 kata ilmiah, 2 kata populer, dan 1 kata asing.

(57)

tergolong dalam kata khusus karena cakupan maknanya sempit atau terbatas. Biasanya kata - kata khusus seperti ini digunakan untuk menyebut seluk beluk tertentu yang mengacu pada beberapa sifat suatu benda atau perinciannya.

Pada artikel tanggal 1 ditemukan 6 kata khusus yakni kata ganjalan, pelik berimbas, sembari, tunduk, dan jurdil. Kata ganjalan merupakan kata khusus dari kata hambatan. Kalimat lengkap kata ganjalan pada artikel ini ialah "Memasuki hari-hari mendekati Pemilu 2014 terdapat sedikit ganjalan untuk menyongsong masa depan demokrasi di Indonesia". Penggunaan kata ganjalan pada kalimat ini tepat karena penulis ingin menunjukan bahwa pada setiap masa pemilu selalu saja terdapat permasalahan. Dalam hai ini penulis ingin menyampaikan bahwa permasalahan atau halangan yang ada pada masa pemilu memang kerap kali terjadi di Indonesia.

Kata pelik merupakan kata khusus dari kata sulit.Kalimat lengkap kata pelik dalam artikel ini ialah "Pelajaran terpenting kita petik dari sini adalah betapa peliknya menemukan kesesuaian antara penegakan hukum, di satu sisi dan penguatan partai dan pengembangan demokrasi, di sisi lain". Pemilihan kata ini tepat karena penulis ingin menyampaikan bahwa betapa sulitnya menemukan kesesuaian antara hukum dan partai politik. Penggunaan kata ini ditujukan untuk mendramatisir kejadian yang sedang terjadi di kalangan partai politik.

(58)

disebabkan karena belum berkurangnya penanganan kasus korupsi yang menimpa para politisi".

Kata berimbas merupakan kata khusus dari kata berdampak. Kalimat lengkap kata berimbas pada artikel ini adalah "Semua itu telah berimbas pada lemahnya penguatan partai politik dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Penggunaan kata ini tepat karena di dalam aktivitas partai politik, selalu terjadi dampak yang menguntungkan maupun merugikan bagi beberapa pihak yang yang.Hal inilah yang penulis ingin sampaikan.

Kata sembari merupakan kata khusus dari kata sambil. Penggunaan kata ini tepat karena kata ini bersifat halus dan positif. Seperti halnya kalimat utuhnya yakni "Tetapi, dari sini kita bisa mendapat hikmah pelajaran, sembari memperjelas duduk perkara soal ini".

Kata tunduk merupakan kata khusus dari kata patuh.Kalimat utuh dalam kata tunduk dalam artiket adalah "Sementara, penegakan hukum sebaiknya tunduk dan mengikuti supremasi politik demokrasi ini". Penggunaan kata ini tepat karena telah sesuai dengan konteks, yakni konteks politik. Dunia politik memang tak lepas dari hukum, dan penegakan hukum memang sudah sepatutnya tunduk pada politik dan segala sesuatu di dalamnya.

(59)

Pada artikel tanggal 4 ditemukan 3 kata khusus yakni 3 kata konotatif, dan 1 kata populer. Kata khusus yang pertama ialah kata diwartakan. Kata diwartakan termasuk kata khusus dari kata diberitakan. Kalimat utuh kata diwartakan dalam kolom analisis ini adalah "Kabar gembira diwartakan harian KR (27/) lalu yang mengabarkan perihal moratorium iklan kampanye ditelevisi". Penggunaan kata ini tepat dengan topik yang dibicarakansecara langsung melalui media masa yang memang adalah sebuah warta.

Berikutnya adalah kata memvisualisasikan. Kata utuh dalam kolom analisis ini adalah "Dimunculkan lewat kanal televisi sekedar memvisualisasikan iklan jargon omong kosong yang sulit diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia". Kata memvisualisasikan merupakan kata khusus dari kata menampilkan. Penggunaan kata ini tepat karena topik ini membahas tentang iklan yang dimunculkan di layar televisi, sehinggan kata memvisualisasikan menjadi cocok menjadi kata kerjanya.

Kata khusus yang ketiga ialah kata diejawantahkan. Kalimat utuh kata ini adalah "Dimunculkan lewat kanal televisi sekedar memvisualisasikan iklan jargon omong kosong yang sulit diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia". Penggunaan kata ini tidak tepat karena kata diejawantahkan merupakan kata yang jarang ditemui oleh pembaca golongan menengah kebawah, sehingga membuat kebingungan bagi pembaca pada golongan tersebut. Sebaiknya kata ini diganti dengan kata diwujudkan, dan kalimat uthnya dapat di pahami oleh seluruh golongan.

(60)

Kata ini tepat digunakan karena dalam hal berkampanye pasti akan banyak sekali orang atau objek yang hadir.

Kata konotatif yang kedua adalah kata menggenjot. Kalimat utuhnya ialah "Billboard, baliho, umbul-umbul, poster, stiker, bendera dan rontek akan menjadi media utama untuk menggenjot elektabilitas caleg dan kandidat presiden peserta Pemilu 2014". Kata menggenjot dalam kalimat ini merupakan kata konotatif barati meningkatkan atau memacu. Kata ini tidak tepat digunakan karena kata ini tetrdengar kasar ditelinga. Pada kalimat ini seharusnya diganti dengan kata meningkatkan, agar terasa lebih halus bagi pembaca.

Berikutnya adalah kata perang. Kalimat utuh dalam artikel ini adalah "Pada titik inilah terjadi perang iklan politik di seluruh Indonesia". Kata perang, dalam kalimat ini merupakan kata konotatif, karena kata perang disini bukan berarti perang sungguhan melainkan persaingan antara iklan-iklan politik yang terjadi. Penggunaan kata ini tepat, karena iklan politik selalu bersaing satu dengan yang lainnya, dan saking banyaknya maka terlihat seperti perang.

Kata narsis merupakan kata populer. Kalimat ututh kata narsis dalam artikel ini ialah "Mereka kehilangan media utama yang diandalkan mampu mendongkrak elektabilitas wajah narsis dirinya". Kata ini sudah tepat digunakan karena maksud dan tujuan penulis adalah untuk menyindir calon wakil rakyat yang hanya sekedar berlomba menampilkan penampilan luarnya.

(61)

pelemahan selama beberapa bulan di tahun 2013". Dalam konteks ini kata pelemahan merupakan kata konotasi dari kata penurunan.Penggunaan kata ini tidak tepat, karena kata ini kurang sesuai. Seharusnya kata pelemahan diganti dengan kata penurunan.

Kata konotatif yang kedua ialah kata penguatan.Kalimat utuh kata penguatan dalam artikel ini adalah "Penguatan Rupiah di Tahun pilitik". Seperti halnya kata pelemahan, kata penguatan juga kurang tepat digunakan, karena kurang sesuai atau cocok dengan konteks. Lebih baik apabila kata penguatan diganti dengan kata peningkatan.

Kata konotatif yang ketiga ialah kata keperkasaan. Kalimat utuh kata keperkasaan dalam kalimat ini adalah "Rupiah menunjukan keperkasaanya hingga Rp. 11,576".Dalam konteks artikel ini kata keperkasaan merupakan konotasi dari kata peningkatan. Kata ini tidak tepat digunakan karena kurang sesuai. Dalam konteks ini seharusnya kata keperkasaan diganti dengan kata peningkatan.

Kata serapan yang pertama ialah kakta eksternal. Kalimat utuh kata eksternal dalam artikel ini adalah " Beberapa faktor eksternal yang diperkirakan mempengaruhi penguatan rupiah di antaranya adalah penyataan Gubernur The Fed Janet Yellen, yang menyatakan bahwa kebijakan moneter akomodatif dirasa masih tepat".Eksternal merupakan kata serapan yang berarti faktor dari luar. Penggunaan kata ini sudah tepat digunakan dengan alasan konteks ini mengenai peningkatan rupiah dipengaruhi oleh tokoh dari luar (negara), yakni Gubernur The Fed Janet Yellen.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Diksi dalam kolom "Analisis"

Referensi

Dokumen terkait

Pendapat umum tentang teori kebenaran yaitu sebagai lawan dari kesalahan, lawan kebohongan, lawan kepalsuan, lawan kekhilafan, lawan khayalan, lawan

anak yang mengalami kesulitan belajar atau learning disabilities di Sekolah Dasar. akan memberikan landasan empiris bagi perencanaan peningkatan

Gambaran Umum Unit Rekam Medis RSUD RA Kartini Jepara ... Protap Pelayanan Dokumen Rekam Medis

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar menggunakan Buku Tematik Terpadu

Physicochemical Properties of Starch in Extruded Rice Flours.. Potensi Pengembangan Beras Merah sebagai Plasma

Semoga buku ini memberi manfaat yang besar bagi para mahasiswa, sejarawan dan pemerhati yang sedang mendalami sejarah bangsa Cina, terutama periode Klasik.. Konsep

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa dari 12 saham perusahaan yang dijadikan sampel, terdapat 2 saham yang masuk dalam kandidat portofolio optimal dengan model

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Langkah-langkah pembelajaran yang secara konsisten dapat dilaksanakan dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis