• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru sekolah menengah atas : survei guru-guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru sekolah menengah atas : survei guru-guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

xi   

ABSTRAK

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KEPUASAN KERJA GURU

Survei : Guru-guru SMA se-Kota Yogyakarta

Dwi Indarti

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Supervisi Kepala Sekolah dengan Kepuasan Kerja Guru. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang datanya dikumpulkan dengan metode survei. Dari populasi sebanyak 1.829 guru diambil sejumlah sampel 317 orang. Anggota sampel ditarik dengan teknik Purposive Sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru (ρ = 0,564 dan α = 0,000).

(2)

xii   

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN SUPERVISION OF SCHOOL PRINCIPALS AND TEACHERS’ SATIFICATION

A Survey of Yogyakarta High Schools Teachers Dwi Indarti

Universitas Sanata Dharma Jogyakarta

2009

This research aims to test the relationship between Supervision of School Principals and Teachers’ Satisfaction. It was done in all highscools in Jogjakarta.

This is a descriptive research of which data were collected by using survey method. From the population of 1.829 teachers, the writer chose 317 teachers as the samples. The samples were chosen by using Purposive Sampling Technique. The data were collected by questionnaire and analyzed by using Product Moment Correlation Technique.

The result of this research shows that there is a significant relationship between principals supervision and teachers’ satisfaction (ρ = 0,564 and α = 0,000).

(3)

   

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS

Survei: Guru-guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Dwi Indarti 041334074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Rasulullah SAW:

“Barang siapa yang senantiasa memohon ampun kepada Allah,

Allah akan membuatkan untuknya, untuk setiap duka cita, sebuah kebahagiaan, dan untuk setiap sesuatu yang sulit

sebuah jalan keluar, dan Dia akan menambahnya dengan makanan dari tempat yang tiada

ia sangka-sangka datangnya.” (HR. Abu Daud dan Achmad)

Skripsi ini didedikasikan untuk: Allah SWT

(7)

v   

MOTTO

Jangan berputus asa dalam mencari Ilmu bila ilmu yang dicari itu

tidak mau masuk ke dalam sanubari, tapi bersabarlah,

Karena air yang lembut itu apabila menetes

Ke atas sebiji batu yang besar secara berterusan,

batu itu pasti akan mempunyai lekuk.

Jalan menuju kebahagiaan itu tidak ditaburi bunga mawar yang harum,

melainkan penuh duri dan pahit.

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Agustus 2009

Penulis

(9)

vii   

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Sanata Dharma : Nama : Dwi Indarti

Nomor Mahasiswa : 041334074

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 20 Agustus 2009

Yang menyatakan

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat, inayah dan hidayah-Nya,

serta tidak lupa shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir perkuliahan di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini berjudul “Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kepuasan

Kerja Guru Sekolah Menengah Atas survei Guru-guru SMA se-Kota Yogyakarta.

Tujuan penulisan skripsi ini untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program

Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu secara moril

maupun materiil dalam penulisan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini, penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Romo Ir. P. Wiryono, SJ serta staf

karyawan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis

mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidkan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

(11)

ix

4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi,

Unversitas Sanata Dharma.

5. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang

selalu sabar memberikan bimbingan, dukungan, kritik, saran dan meluangkan

waktu untuk penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan doa yang tiada hentinya,

dukungan, semangat dan perhatian kepada penulis selama kuliah dan

penyelesaian skripsi ini.

7. Mbakku (Siwi Puji Astuti) dan Adikku (Tri Sunarni) yang selalu memberikan doa

yang tiada hentinya, dukungan, semangat dan perhatian kepada penulis selama

kuliah dan penyelesaian skripsi ini.

8. Mbah Putri (Simbok), bulek Mari, om Dardi, om Haryono dan bulek Emi yang

tidak pernah bosan untuk memberikan nasihat dan dukungan.

9. Alm. Mbah Kakung, dan Alm. Mbomang yang semasa hidupnya selalu

memberikan nasehat, doa, dan dukungan.

10.Nining, Via dan Ana terimakasih buat bantuan yang diberikan selama ini.

11.Guru-guru yang ada di Kota Yogyakarta serta semua pihak yang sabar membantu

penulis dalam penelitian dan memberikan informasi dalam penyelesaian skripsi.

12.Mas Sam yang selalu sabar memberi dukungan, semangat dan meluangkan waktu

(12)

x

13.Teman-teman kuliah Via, Nining, Dwi utami, Ana, Tanti, Rika, Lusia Mawarti,

Sari, Fitri, Agnes, Eli, Nova, sari dan Sisil yang selalu memberi semangat,

belajar dan bermain bersama selama kuliah.

14.Moko dan Tri Purnomo yang sudah membantu memperbaiki komputerku,

sehingga skripsiku dapat selesai terima kasih ya.

15.Teman-teman PAK seperjuangan saat pendadaran Siska, Hening, Wina, Agatha,

Nova, Sisil, Sari, dan Shinta ”Akhirnya kita lulus bareng teman-teman.

16.Teman-teman Pak ’04 terimakasih buat semuanya .

17.Teman-teman kos ”SWA”, Windru, Sherly, Ike, Tata, Arum, dan Berlin terima

kasih ya.

18.Komputerku yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

19.Teman-temanku serta pihak yang telah memberikan semangat dukungan dan

membantu penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini, disebabkan terbatasnya pengetahuan dan kemampuan penulis. Akhir kata hanya

Allah SWT yang mampu membalas segala budi baik yang telah diberikan kepada

penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.

Yogyakarta, 20 Agustus 2009 Penulis

(13)

xi   

ABSTRAK

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KEPUASAN KERJA GURU

Survei : Guru-guru SMA se-Kota Yogyakarta

Dwi Indarti

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Supervisi Kepala Sekolah dengan Kepuasan Kerja Guru. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang datanya dikumpulkan dengan metode survei. Dari populasi sebanyak 1.829 guru diambil sejumlah sampel

317 orang. Anggota sampel ditarik dengan teknik Purposive Sampling. Data

dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan teknik Korelasi

Product Moment.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan dan signifikan antara

supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru (ρ = 0,564 dan α = 0,000).

(14)

xii   

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN SUPERVISION OF SCHOOL PRINCIPALS AND TEACHERS’ SATIFICATION

A Survey of Yogyakarta High Schools Teachers

Dwi Indarti

Universitas Sanata Dharma Jogyakarta

2009

This research aims to test the relationship between Supervision of School Principals and Teachers’ Satisfaction. It was done in all highscools in Jogjakarta.

This is a descriptive research of which data were collected by using survey method. From the population of 1.829 teachers, the writer chose 317 teachers as the samples. The samples were chosen by using Purposive Sampling Technique. The data were collected by questionnaire and analyzed by using Product Moment Correlation Technique.

The result of this research shows that there is a significant relationship between

principals supervision and teachers’ satisfaction (ρ = 0,564 and α = 0,000).

(15)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

(16)

xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik ... 7

1. Pengertian Kepuasan Kerja ... 7

2. Faktor-faktor Kepuasan Kerja ... 9

3. Gejala-gejala ketidakpuasan Kerja ... 11

4. Pengertian Supervisi ... 12

5. Tipe-tipe Supervisi ... 16

6. Ciri-ciri Supervisor Yang Baik ... 21

7. Fungsi Supervisi dalam Bidang Kepemimpinan ... 21

8. Tugas-tugas Supervisor ... 22

9. Jenis-jenis Supervisi ... 24

10.Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ... 29

11.Perencanaan Supervisi ... 29

12.Teknik Supervisi ... 33

B. Kerangka Berpikir ... 36

C. Rumusan Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 40

(17)

xv

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 44

H. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Instrumen ... 56

B. Deskripsi Data ... 57

C. Analisis Data ... 58

D. Uji Hipotesis ... 60

E. Pembahasan ... 61

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 66

B. Keterbatasan penelitian ... 66

C. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Variabel Supervisi Kepala Sekolah ... 42

Tabel 3.2 Skoring Pernyataan Supervisi Kepala Sekolah ... 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepuasan Kerja ... 43

Tabel 3.4 Skoring Pernyataan Kepuasan Kerja Guru ... 43

Tabel 3.5 Uji Validitas Variabel Supervisi Kepala Sekolah ... 46

Tabel 3.6 Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja Guru ... 47

Tabel 3.7 Kriteria Indeks Reliabilitas ... 49

Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas ... 50

Tabel 3.9 PAP II ... 51

Tabel 3.10 Interval Skor Supervisi Kepala Sekolah ... 52

Tabel 3.11 Interval Skor Kepuasan Kerja ... 53

Tabel 3.12 Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi ... 55

Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian ... 56

Tabel 4.2 Deskripsi Data Variabel Supervisi Kepala Sekolah ... 57

Tabel 4.3 Deskripsi Data Variabel Kepuasan Kerja Guru ... 58

Tabel 4.4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 59

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN I KUESIONER ... 70

LAMPIRAN II DATA VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 77

A.DATA MENTAH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH ... 78

B.DATA MENTAH KEPUASAN KERJA GURU ... 80

C.HASIL PENGUJIAN VALIDITAS VARIABEL SUPERVISI KEPALA SEKOLAH ... 82

D.HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS VARIABEL SUPERVISI KEPALA SEKOLAH ... 83

E.HASIL PENGUJIAN VALIDITAS VARIABEL KEPUASAN KERJA GURU ... 85

F.HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS VARIABEL KEPUASAN KERJA GURU ... 86

LAMPIRAN III DATA INDUK PENELITIAN ... 88

A.DATA MENTAH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH ... 89

B.DATA MENTAH KEPUASAN KERJA GURU ... 95

C.TABEL R PRODUCT MOMENT ... 102

D.INTERPOLASI PENGUJIAN HIPOTESIS ... 103

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepala sekolah adalah pejabat yang bertanggung jawab atas keberhasilan

pendidikan pada lembaga yang dipimpinnya. Untuk mencapai keberhasilan itu

kepala sekolah harus melakukan kegiatan salah satunya supervisi secara

kontinu dan baik terhadap proses aktivitas belajar-mengajar yang dilakukan

guru-guru, karena guru adalah orang yang langsung berhadapan dengan anak

didik dan sekaligus sebagai penentu baik-buruknya hasil belajar.

Meskipun guru dapat dianggap sebagai penentu keberhasilan proses

belajar, apabila kepala sekolah di SMA tidak memberikan supervisi dengan

baik kepada guru, hal itu akan mempengaruhi terhadap proses

belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru sebagai penentu baik-buruknya hasil

belajar dengan demikian, berarti kepala sekolah adalah orang yang secara

langsung atau tidak langsung menjadi penentu keberhasilan guru dalam proses

belajar-mengajar. Mutu pendidikan di suatu lembaga pendidikan dan jenjang

pendidikan sangatlah tergantung kepada pimpinan sekolah. Semakin sering

kepala sekolah melaksanakan supervisi kepada guru, maka semakin baik pula

kondisi dan hasil belajar- mengajar pada sekolah yang bersangkutan.

Kepala sekolah dan guru yang penuh dedikasi tentu saja dapat

(21)

Untuk mencapai produktivitas kerja yang dapat membantu kelancaran

tercapainya tujuan pendidikan tentu saja dibutuhkan bimbingan dan binaan

dari atasan. Guru sebagai pelaksana operasional di sekolah mengemban tugas

inti di sekolah, sedangkan pengelola lain diharapkan dapat berperan sebagai

penunjang kelancaran tugas tersebut. Oleh karena itu usaha organisasi sekolah

sebaiknya lebih banyak dipusatkan kepada pembinaan guru dalam tugas

profesinya. Hal ini sangat penting karena masih banyak guru yang tidak

mengetahui tentang dirinya dan lingkungannya.

Dikemukakan oleh Sahertian dan Mateharu (1981) bahwa masih terdengar

orang berbicara tentang merosotnya mutu pendidikan dan pengajaran.

Guru-guru masih banyak masalah misalnya, masih ada Guru-guru yang memerlukan

bantuan orang lain dan mengharapkan pengalaman belajar sesuai dengan

kebutuhan pendidik, masih ada yang membutuhkan pengalaman untuk

mengenal dan menilai hasil belajar, masih ada guru yang kurang puas dalam

melaksanakan tugas. Hal ini menunjukkan bahwa guru masih membutuhkan

bantuan dari seseorang yang mempunyai kelebihan dalam hal ini adalah

kepala sekolah sebagai supervisor. Bantuan supervisor merupakan salah satu

faktor yang sangat efektif untuk meningkatkan kerja guru sebagai seorang

pendidik. Tugas dan peranan supervisor diantaranya adalah memberi

dorongan, membantu dan membina guru-guru. Supervisor dapat menciptakan

(22)

mengembangkan potensi dan daya kreasinya dengan penuh tanggung jawab.

Namun kenyataannya, supervisi di sekolah belum dilakukan secara efektif

oleh kepala sekolah. Supervisi yang efektif dapat digunakan untuk

meningkatkan mutu pendidikan, karena tidak ada satu pekerjaan dalam

pendidikan yang dapat mencapai tujuan tanpa supervisi, sekalipun petugasnya

memiliki dedikasi yang tinggi, kepandaian dan keterampilan.

Pembinaan kepala sekolah sebagai supervisor kepada guru-guru adalah

membantu guru-guru dalam pengembangan kurikulum, pengorganisasian

pengajaran, pemenuhan fasilitas belajar, perencanaan dan pemerolehan bahan

pengajaran sesuai dengan rancangan kurikulum, perancangan dan

implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar, pelaksanaan orientasi

tentang suatu tugas atau cara baru dalam proses belajar-mengajar,

pengkoordinasian antar kegiatan belajar-mengajar dengan kegiatan layanan

yang lain, pengembangan hubungan dengan masyarakat, dan dalam

pelaksanaan evaluasi.

Usaha kepala sekolah sebagai supervisor dalam mewujudkan peningkatan

mutu ini sudah banyak dilakukan pada setiap sekolah, diantaranya dengan

mengadakan pemeriksaan terhadap guru dalam membuat persiapan mengajar,

memasuki ruangan atau kelas sewaktu guru mengajar, observasi, diskusi,

membantu guru dalam menganalisis kesulitan, membantu guru dalam

(23)

dengan tindakan pencegahan. Hingga saat ini masih terlihat tanda-tanda

bahwa realitasnya belum memuaskan. Masih ada rasa ketidakpuasan terhadap

kepala sekolah sebagai supervisor. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Aisyah A.R. dkk (1996) yang menuliskan bahwa masih

langkanya guru-guru profesional adalah akibat sikap nilai dan kepribadian

guru belum mendapat perhatian khusus. Dapat dilihat pula dari hasil diskusi

panel tentang peranan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan yang

dilaksanakan Kanwil Depdikbud Sumatera Selatan, bahwa sikap profesional

guru masih memprihatinkan, karena kurangnya bimbingan dari kepala sekolah

sebagai supervisor sehingga guru gagal menjadi tokoh identifikasi karena

dalam jiwa dan diri mereka belum muncul motivasi untuk menjadi

tenaga-tenaga yang profesional. Ini menunjukkan bahwa usaha-usaha yang telah

dilakukan supervisor belum dapat sepenuhnya melakukan pengarahan,

membimbing dan memberikan rasa kepuasan kepada guru-guru.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian ini untuk mencari sebab-sebab kelemahan sebagai

umpan balik dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya

(24)

B. Batasan Masalah

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru di sekolah

menengah atas diantaranya lingkungan kerja, tingkat pekerjaan, supervisi,

sifat pekerjaan, lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi perasaan

seseorang untuk bekerja. Dalam penelitian ini yang akan dibahas hanya salah

satu penentu kepuasan kerja guru sekolah menengah atas yaitu supervisi

kepala sekolah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut. Apakah ada

hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan

kepuasan kerja guru?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan positif dan signifikan

antara supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru.

E. Manfaat Penelitian

(25)

Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan masukan

untuk bahan pertimbangan kepala sekolah dalam melakukan kegiatan

supervisi secara kontinu dan baik terhadap proses aktivitas

belajar-mengajar yang dilakukan guru-guru, karena guru adalah orang yang

langsung berhadapan dengan anak didik dan sekaligus sebagai penentu

baik-buruknya hasil belajar.

2) Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan bagi

Mahasiswa / Mahasiswi Universitas Sanata Dharma, bahan pertimbangan

dan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya, khususnya yang

menyangkut supervisi kepala sekolah. Selain itu juga dapat memberikan

gambaran tentang bagaimana hubungan supervisi kepala sekolah dengan

kepuasan kerja guru sekolah menengah atas.

3) Bagi Penulis

Pelaksanaan penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk

menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman

yang bermanfaat khususnya mengenai bagaimana dan seperti apa

hubungan supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru sekolah

(26)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Pengertian Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (1993:177) kepuasan kerja adalah sikap umum individu

terhadap pekerjaannya. Dia juga menekankan bahwa seseorang dengan

tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap

pekerjaannya, sementara seseorang yang tidak puas dengan pekerjaan

cenderung mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaannya.

Menurut Joseph Tiffin kepuasan kerja adalah sikap karyawan terhadap

pekerjaan, situasi kerja, kerjasama diantara pemimpin dan sesama karyawan.

Begitu juga dengan Spector (1996:214) yang berpendapat bahwa kepuasan

kerja merupakan variabel sikap yang menggambarkan perasaan seseorang

terhadap keseluruhan pekerjaan mereka dan juga berbagai aspek pekerjaan

tersebut.

Menurut Anoraga (1992:81) kepuasan kerja merupakan sikap umum yang

merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor

pekerjaannya penyesuaian diri dan hubungan sosial individu di luar kerja.

Dari beberapa pengertian dirumuskan untuk para ahli, dapat ditarik

kesimpulan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap positif yang

(27)

kondisi-kondisi kerja yang terkait sebagai hasil dari terpenuhinya berbagai

kebutuhan dalam pekerjaan.

Secara umum kepuasan kerja adalah cara seorang karyawan merasakan

pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap

pekerjaan yang dirasakan pada aspek-aspek pekerjaannya. Kepuasan muncul

bila keuntungan yang dirasakan dari pekerjaannya melampaui biaya marginal

yang dikeluarkan oleh karyawan tersebut dianggap cukup memadai.

Kepuasan kerja merupakan salah satu kebutuhan menengah atas dari guru

dalam proses belajar-mengajar. Kepuasan kerja menurut Hoy Miskel (1978)

adalah pengalaman seseorang dalam kerjanya dan dicapai melalui pemenuhan

kebutuhan baik kebutuhan psikologis maupun kebutuhan fisiologis.

Dipertegas oleh Smith, Kendal dan Hulin (1969) bahwa kepuasan kerja adalah

perasaan seseorang terhadap berbagai situasi kerja yang dihadapi individu,

diantaranya perasaan gembira, semangat, gairah, dan puas terhadap pekerjaan

dan lingkungan kerja yang berkaitan dengan sejauh mana kebutuhan telah

terpenuhi. Rasa kepuasan itu dapat tercermin dari tindakan-tindakannya.

Mc Groger yang dikutip Terry (1988) menegaskan bahwa manusia adalah

manusia yang terus menerus memiliki kebutuhan, secara kontinu melakukan

usaha untuk memuaskannya. Kebutuhan setiap individu dapat dipenuhi

melalui aneka cara dan usaha. Diantara usaha untuk memenuhi kebutuhan itu

(28)

2. Faktor-faktor kepuasan kerja

Faktor-faktor kepuasan kerja menurut Anoraga dikemukakan sebagai berikut:

a. faktor finansial yaitu terpenuhi keinginan karyawan terhadap finansial yang

diterima untuk memenuhi kebutuhannya sehingga kepuasan kerja bagi

karyawan dapat terpenuhi. Meliputi gaji, macam-macam pinjaman, promosi,

jaminan sosial dan pemberian balas jasa.

b. faktor fisik yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan

kerja dan kondisi fisik karyawan. Meliputi umur, kondisi badan, jenis

pekerjaan, waktu dan sistem kerja.

c. faktor sosial yaitu faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik

hubungan antara pimpinan dan karyawan maupun hubungan antara sesama

karyawan, meliputi rekan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan

bijaksana serta pengarahan dan perintah yang wajar.

d. faktor psikologi yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan,

meliputi cita-cita dan pandangan hidup, minat dan kemauan, sikap, bakat

dan kecakapan.

Faktor-faktor lain yang menimbulkan kepuasan kerja menurut Gilmer (As’ad,

1995) adalah sebagai berikut:

a. kesempatan untuk maju

Dalam hal ini tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan

(29)

b. keamanan kerja

Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja baik bagi

karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi

perasaan karyawan selama bekerja.

c. gaji

Gaji lebih banyak ketidakpuasan kerja dan jarang orang mengekspresikan

kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.

d. perusahaan dan manajemen

Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan

situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang menentukan kepuasan

kerja karyawan.

e. pengawasan atau supervisi

Bagi karyawan, supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus

atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dalam turnover.

f. faktor intrinsik dari pekerjaan

Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar

dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau

mengurangi kepuasan.

g. kondisi kerja

Termasuk ini adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran, toilet, kantin dan

(30)

h. aspek sosial dalam pekerjaan

Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang

sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam bekerja.

i. komunikasi

Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan pihak manajemen banyak

dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan

pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat

ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa

puas terhadap kerja.

j. fasilitas

Fasilitas cuti, dan pensiun atau perumahan merupakan standar suatu jabatan

dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.

Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja akan menjadi frustasi

yang menyebabkan karyawan akan sering melamun, mempunyai semangat

kerja rendah, cepat lelah atau bosan, sering absent dan mengakibatkan

turunnya kinerja karyawan.

3. Gejala-gejala ketidakpuasan kerja

Gejala-gejala ketidakpuasan kerja para karyawan haruslah diketahui sedini

mungkin oleh pihak perusahaan sehingga dapat diambil tindakan yang tepat

dalam menanggulanginya.

(31)

a. Kelesuan yang berlebihan.

b. Banyak bercakap-cakap pada waktu jam kerja, terutama yang menyangkut

pribadi masing-masing.

c. Pemakaian barang-barang kepunyaan dinas dengan boros.

d. Banyak waktu terbuang.

e. Keteledoran dan ketidak hati-hatian.

f. Ketidaksediaan untuk bekerjasama antara atasan dengan bawahannya.

Apabila pihak perusahaan menemui adanya gejala-gejala ketidakpuasan

kerja, maka sebaiknya pihak perusahaan langsung mencari penyebabnya serta

langsung mengambil tindakan tepat untuk menanggulanginya.

4. Pengertian Supervisi

Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk

membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan

mereka secara efektif (Purwanto, 1987: 84).

Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Burton (Purwanto, 1987:85),

“Sepervision is an expert technical service primarily aimed at studying and

improving co-operatively all factors which affect child growth and

development“.

(32)

a. Supervisi yang baik mengarahkan perhatiannya kepada dasar-dasar

pendidikan dan cara-cara belajar serta perkembangannya dalam

pencapaian tujuan umum pendidikan.

b. Tujuan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses

belajar-mengajar secara total. Ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya

untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina

pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk didalamnya

pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar-mengajar,

peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian

bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum,

pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran,

prosedur dan teknik evaluasi pengajaran, dan sebagainya.

c. Fokusnya pada setting for learning, bukan pada seseorang atau

sekelompok orang. Semua orang seperti guru-guru, kepala sekolah, dan

pegawai sekolah lainnya, adalah teman sekerja (coworkers) yang

sama-sama bertujuan mengembangkan situasi yang memungkinkan

terciptanya kegiatan belajar-mengajar yang baik.

Sesuai dengan rumusan diatas, maka kegiatan atau usaha-usaha yang

(33)

a. Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai

sekolah lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan

sebaik-baiknya.

b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk

macam-macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran

jalannya proses belajar-mengajar yang baik.

c. Bersama guru-guru, berusaha mengembangkan, mencari dan

menggunakan metode-metode baru dalam proses belajar-mengajar yang

lebih baik.

d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis antara guru, murid, dan

pegawai sekolah lainnya.

e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai

sekolah, antara lain dengan mengadakan workshop, seminar,

inservice-training, atau up-grading

Perlu ditambahkan di sini bahwa menurut struktur organisasi Dep. P & K

(Purwanto) yang berlaku sekarang ini, yang termasuk supervisor dalam

pendidikan adalah kepala sekolah, penilik sekolah, dan para pengawas di

tingkat kabupaten/kotamadya, serta staf kantor bidang yang ada di tiap Provinsi.

Menurut Keputusan Menteri P dan K RI No.0134/0/1997, tugas pegawas

(34)

a. Mengendalikan pelaksanaan kurikulum meliputi isi, metode penyajian,

penggunaan alat perlengkapan dan penilaiannya agar berlangsung sesuai

dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Pengendalian tenaga teknis sekolah agar terpenuhi persyaratan formal yang

berlaku dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

c. Mengendalikan pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan sarana sekolah

sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

serta menjaga agar kualitas dan kuantitas sarana sekolah memenuhi

ketentuan dan persyaratan yang berlaku.

d. Mengendalikan tata usaha sekolah meliputi urusan kepegawaian, urusan

keuangan dan urusan perkantoran agar berjalan sesuai dengan ketentuan dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Mengendalikan hubungan kerja sama dengan masyarakat, antara lain dengan

pemerintah daerah, dunia usaha dan lain-lain.

f. Menilai proses dan hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketahapan dan

waktu.

g. Menilai pelaksanaan kerja tenaga teknis sekolah.

h. Menilai pemanfaatan sarana sekolah.

(35)

j. Menilai hubungan kerja sama dengan masyarakat, antara lain pemerintah

daerah, dunia usaha, dan lain-lain.

k. Melaksanakan program supervisi sekolah serta memberikan petunjuk

perbaikan terhadap penyimpangan dalam pengelolaan kelas yang meliputi

segi:

1) proses dan hasil pelaksanaan kurikulum yang dicapai pada periode

tertentu;

2) kegiatan sekolah di bidang pengelolaan gedung dan bangunan, halaman,

perabot dan alat-alat kantor dan sarana pendidikan lainnya;

3) pengembangan personel sekolah termasuk kepala sekolah, guru, tenaga

tata usaha yang mencakup segi disiplin, sikap dan tingkah laku,

pembinaan karier, peningkatan pengetahuan dan keterampilan sesuai

dengan tuntutan profesi masing-masing;

4) tata usaha sekolah termasuk urusan keuangan, urusan sarana, dan urusan

kepegawaian; hubungan sekolah dengan badan pembantu penyelenggara

pendidikan dan masyarakat umumnya.

5. Tipe-tipe supervisi

Fungsi pokok pemimpin sekolah sebagai supervisor terutama ialah

membantu guru-guru dalam mengembangkan potensi-potensi mereka

sebaik-baiknya. Burton dan Brueckner (Purwanto, 1987:88) mengemukakan adanya

(36)

dan democratic leadership. Secara singkat kelima tipe tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Supervisi sebagai inspeksi

Dalam administarsi dan kepemimpinan yang otokritas, supervisi

berarti inspeksi. Dalam bentuk inspeksi ini, supervisi semata-mata

merupakan kegiatan menginspeksi pekerjaan-pekerjaan guru atau

bawahan. Orang-orang yang bertugas/mempunyai tanggung jawab

tentang pekerjaan itu disebut inspektur. Istilah ini masih berlaku resmi

dan umum di negara kita meskipun sebenarnya tugas dan pelaksanaan

sudah banyak mengalami perubahan.

b. Laissez faire

Kepengawasan yang bertipe laissez faire sesungguhnya merupakan

kepengawasan yang sama sekali tidak konstruktif. Kepengawasan ini

membiarkan guru-guru/bawahan bekerja sekehendaknya tanpa diberi

petunjuk dan bimbingan. Guru-guru boleh menjalankan tugasnya menurut

apa yang mereka sukai, boleh mengajar apa yang mereka ingini dengan

cara yang mereka kehendaki masing-masing.

Seorang kepala sekolah yang termasuk tipe ini sama sekali tidak

memberikan bantuan, pengawasan, dan koreksi terhadap perkerjaan

(37)

diserahkan sepenuhnya kepada mereka masing-masing, tanpa petunjuk

atau saran-saran, tanpa adanya koordinasi.

c. Coercive supervision

Hampir sama dengan kepengawasan yang bersifat inspeksi, tipe

kepengawasan ini bersifat otoriter. Mungkin dalam hal-hal tertentu

kepengawasan tipe coercive ini berguna dan sesuai; misalnya bagi guru

yang mulai belajar-mengajar. Akan tetapi, untuk perkembangan

pendidikan pada umumnya tipe coercive ini banyak kelemahannya. Tidak

semua kepala sekolah atau supervisi cara-cara mengajar yang baik untuk

seluruh mata pelajaran.

d. Supervisi sebagai latihan bimbingan

Tipe supervisi ini berlandaskan suatu pandangan bahwa pendidikan

itu merupakan proses pertumbuhan bimbingan. Juga Berdasarkan

pandangan bahwa orang-orang yang diangkat sebagai guru pada

umumnya telah mendapat pendidikan pre-service di sekolah guru. Oleh

karena itu melatih (to train) dan memberi (to guide) kepada guru-guru

tersebut dalam tugas pekerjaannya sebagai guru.

Tipe ini baik, terutama bagi guru-guru yang baru mulai mengajar

setelah keluar dari sekolah guru. Kelemahannya ialah pengawasan,

petunjuk-petunjuk, ataupun nasihat-nasihat yang diberikan dalam rangka

(38)

perkembangan pendidikan dan tuntutan zaman sehingga dapat terjadi

kontradiksi antara pengetahuan yang telah diperoleh guru dari sekolah

guru dengan pendapat supervisor itu sendiri. Kontradiksi ini dapat pula

terjadi karena sebaliknya, pendapat supervisi itu lebih maju sedangkan

pengetahuan yang diperoleh guru dari sekolah guru masih bersifat

konservatif.

e. Kepengawasan yang demokrasi

Dalam kepemimpinan yang demokratis, kepengawasan atau supervisi

bersifat demokrasi pula. Supervisi merupakan kepemimpinan pendidikan

secara kooperatif. Dalam tingkat ini, supervisi bukan lagi suatu pekerjaan

yang dipegang oleh seorang petugas, melainkan merupakan

pekerjaan-pekerjaan bersama yang dikoordinasikan. Tanggung jawab tidak dipegang

sendiri oleh supervisor, melainkan dibagi-bagikan kepada para anggota

sesuai dengan tingkat, keahlian, dan kecakapannya masing-masing.

Masalah penting yang perlu mendapat perhatian bagi para pengawas dan

kepala sekolah selaku supervisor ialah menemukan cara-cara bekerja

secara kooperatif dan efektif.

Bagi usaha-usaha dan tujuan-tujuan itu, maka kerja sama yang sesuai

(39)

1) Pengertian yang mendalam pada individu dan kelompok tentang

tujuan-tujuan pendidikan, serta pengabdiannya terhadap tujuan-tujuan

itu.

2) Kesediaan dan kerelaan untuk menerima tanggung jawab pribadi dan

kelompok bagi tercapainya tujuan-tujuan bersama.

3) Kecakapan untuk memberi sumbangan-sumbangan secara efektif dan

kreatif bagi terpecahkannya masalah-masalah yang bertalian dengan

pencapaian tujuan-tujuan.

4) Koordinasi untuk kepentingan usaha bersama secara keseluruhan.

Bentuk-bentuk kerja sama yang sesuai dengan maksud-maksud

tersebut sangatlah banyak. Akan tetapi, bentuk-bentuk kerjasama yang

pokok dan sangat penting bagi kepengawasan ini adalah.

1) Kerja sama dengan merencanakan pekerjaan-pekerjaan, terutama

dalam merumuskan tujuan-tujuan dan menentukan prosedur-prosedur

pelaksanaannya.

2) Kerja sama dalam membagi sumber-sumber tenaga dan tanggung

jawab-tanggung jawab dalam berbagai aspek pekerjaan.

3) Kerja sama dalam pelaksanaan tugas-tugas penting bagi tercapainya

tujuan-tujuan.

4) Kerja sama dalam menilai pelaksanaan prosedur serta penilaian

(40)

6. Ciri – ciri Supervisor yang baik

Di samping harus memiliki ilmu administrasi dan memahami fungsi-fungsi

administrasi dengan sebaik-baiknya, untuk dapat menjalankan fungsinya

dengan baik seorang supervisor harus memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai

berikut.

a. Berpengetahuan luas tentang seluk-beluk semua pekerjaan yang berada di

bawah pengawasannya.

b. Menguasai/memahami benar-benar rencana dan program yang telah

digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.

c. Berwibawa, dan memiliki kecakapan praktis tentang teknik-teknik

kepengawasan, terutama human relation.

d. Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah, dan rendah hati.

e. Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang

telah digariskan/disusun.

7. Fungsi Supervisi dalam bidang kepemimpinan

Fungsi supervisi pendidikan dalam bidang kepemimpinan yang sangat

penting diketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk kepala sekolah,

adalah sebagai berikut.

a. Menyusun rencana dan policy bersama.

b. Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok (guru-guru, pegawai) dalam

(41)

c. Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan

memecahkan persoalan-persoalan.

d. Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok, atau memupuk moral

yang tinggi kepada anggota kelompok.

e. Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan putusan-putusan.

f. Membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada

anggota kelompok, sesuai dengan fungsi-fungsi dan kecakapan

masing-masing.

g. Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.

h. Menghilangkan rasa malu dan rendah diri pada anggota sehingga mereka

berani mengemukakan pendapat demi kepentingan bersama.

8. Tugas-tugas supervisor

Berikut dikemukakan tugas macam-macam tugas supervisi pendidikan yang

riel dan lebih terinci sebagai berikut.

a. Menghadiri rapat/pertemuan-pertemuan organisasi profesional.

b. Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru

c. Mengadakan rapat-rapat kelompok untuk membicarakan masalah-masalah

umum (common problems).

d. Melakukan classroom visitation atau class visit.

e. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang

(42)

f. Mendiskusikan metode-metode mengajar dengan guru-guru.

g. Memilih dan menilai buku-buku yang diperlukan bagi murid-murid.

h. Membimbing guru-guru dalam menyusun dan mengembangkan

sumber-sumber atau unit-unit pengajaran.

i. Memberikan saran-saran atau instruksi tentang bagaimana melaksanakan

suatu unit pengajaran.

j. Mengorganisasi dan bekerja dengan kelompok guru-guru dalam program

revisi kurikulum.

k. Menginterpretasi data tes kepada guru-guru dan membantu mereka

bagaimana menggunakannya bagi perbaikan pengajaran.

l. Menilai dan menyeleksi buku-buku untuk perpustakaan guru-guru.

m. Bertindak sebagai konsultan di dalam rapat/ pertemuan kelompok lokal.

n. Bekerja sama dengan konsultan-konsultan kurikulum dalam menganalisis

dan mengembangkan program kurikulum.

o. Berwawancara dengan orang tua murid tentang hal-hal yang mengenai

pendidikan.

p. Menulis dan mengembangkan materi-materi kurikulum.

q. Menyelenggarakan manual atau buletin tentang pendidikan dan pengajaran

dalam ruang lingkup bidang tugasnya.

r. Mengembangkan sistem pelaporan murid, seperti kartu-kartu catatan

(43)

s. Berwawancara dengan guru-guru dan pegawai untuk mengetahui bagaimana

pandangan-pandangan atau harapan-harapan mereka.

t. Membimbing pelaksanaan program-program testing.

u. Menyiapkan sumber-sumber atau unit-unit pengajaran bagi keperluan

guru-guru.

v. Mengajar guru-guru bagaimana menggunakan audio-visual aids.

w. Menyiapkan laporan-laporan tertulis tentang kunjungan kelas (class visit)

bagi para sekolah.

x. Menulis artikel-artikel tentang pendidikan atau kegiatan-kegiatan sekolah

atau guru-guru dalam surat-surat kabar.

y. Menyusun tes-tes standar bersama kepala sekolah dan guru-guru.

z. Merencanakan demonstrasi mengajar, dan sebagainya oleh guru yang ahli,

supervisi sendiri, ahli-ahli lain dalam rangka memperkenalkan metode baru,

alat-alat baru.

9. Jenis supervisi

a. Supervisi Umum dan Supervisi Pengajaran

Yang dimaksud dengan supervisi umum di sini adalah supervisi yang

dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak

langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran seperti supervisi

terhadap kegiatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah atau

(44)

administrasi kantor, supervisi pengelolaan keuangan sekolah atau kantor

pendidikan, dan sebagainya.

Yang dimaksud dengan supervisi pengajaran adalah kegiatan-kegiatan

kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik

personel maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi

belajar-mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan.

b. Supervisi Klinis

Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan

supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada

mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses

belajar-mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara

memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut.

Richard Waller (Purwanto, 1987:99) memberikan definisi tentang

supervisi klinis sebagai berikut supervisi klinis adalah supervisi yang

difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang

sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang

intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk

mengadakan modifikasi yang rasional.

Keith Acheson dan Meredith D. Gfall (Purwanto, 1987:100),

(45)

memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan) antara tingkah laku mengajar

yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.

Secara teknik mereka katakan bahwa supervisi klinis adalah suatu model

supervisi yang terdiri atas tiga fase, yaitu : (1) pertemuan perencanaan, (2)

observasi kelas, dan (3) pertemuan balik.

Dari kedua definisi tersebut di atas, Jhon J. Bolla (Purwanto, 1987:101)

menyimpulkan supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang

bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru atau calon guru,

khususnya dalam penampilan mengajar. Berdasarkan observasi dan analisis

data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah

laku mengajar tersebut.

1) Ciri-ciri supervisi klinis

Agar menjadi lebih jelas bagaimana pelaksanaan supervisi klinis itu,

supervisor perlu memahami benar-benar ciri-ciri supervisi klinis. La

Sullo (Purwanto, 1987:102) mengemukakan ciri-ciri supervisi klinis

ditinjau dari segi pelaksanaannya sebagai berikut:

a. bimbingan supervisor kepada guru atau calon guru bersifat

bantuan, bukan bantuan atau instruksi;

b. jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau

calon guru yang akan disupervisi, dan disepakati melalui

(46)

c. meskipun guru atau calon guru mempergunakan berbagai

keterampilan mengajar secara terintegrasi, sasaran supervise hanya

pada beberapa keterampilan tertentu saja;

d. instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara

supervisor dan guru berdasarkan kontrak (lihat butir 3 di atas);

e. balikkan diberikan dengan segera dan secara objektif (sesuai

dengan data yang direkam oleh instrumen observasi);

f. meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data

yang direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi atau

pertemuan balikan guru atau calon guru diminta terlebih dahulu

menganalisis penampilannya;

g. supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada

memerintah atau mengarahkan;

h. supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka;

i. supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan,

observasi dan diskusi atau pertemuan balikan;

j. supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukkan atau

peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar; di pihak lain

dipakai dalam konteks pendidikan prajabatan maupun dalam

(47)

c. Pengawasan Melekat dan Pengawasan Fungsional

Dalam dunia pendidikan kita istilah supervisi disebut juga pengawasan atau

kepengawasan. Dengan pengawasan melekat yang efektif dan efisien dapat

dicegah sedini mungkin terjadinya pemborosan, kebocoran, dan penyimpangan

dalam penggunaan wewenang, tenaga, uang, dan perlengkapan milik negara

sehingga dapat terbina aparat pendidikan dan kebudayaan yang tertib, bersih

berwibawa, berhasil dan berdaya guna. Pengawasan melekat dilakukan oleh

setiap pimpinan atau atasan langsung harus mampu melaksanakan secara

periodik ataupun mendadak sampai dengan tiga eselon di bawahnya.

Tujuan pengawasan melekat adalah untuk mengetahui apakah pimpinan unit

kerja dapat menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian yang melekat

padanya dengan baik sehingga, bila ada penyelewengan, pemborosan, korupsi,

pimpinan unit kerja dapat mengambil tindakan koreksi sedini mungkin.

Yang dimaksud dengan “pengawasan fungsional” adalah kegiatan-kegiatan

pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang yang fungsi jabatannya sebagai

pengawas. Khusus mengenai kepala sekolah, harus mempunyai dua fungsi

kepengawasan sekaligus yaitu pengawasan melekat dan juga pengawasan

fungsional. Kepala sekolah harus menjalankan pengawasan melekat karena ia

adalah pimpinan unit atau lembaga yang paling bawah di lingkungan

Departemen P dan K dan ia pun harus menjalankan atau berfungsi sebagai

(48)

supervisor yang membantu tugas penilik dan pengawas dari Kanwil, khususnya

dalam bidang supervisi pengajaran.

10.Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya

pandai meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang

diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan di

sekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai.

Jelas kiranya, kepala sekolah di samping sebagai administrator yang pandai

mengatur dan bertanggung jawab tentang kelancaran jalannya sekolah

sehari-hari, juga adalah seorang supervisor. Seorang kepala sekolah bukanlah kepala

kantor yang selalu duduk di belakang meja menandatangani surat-surat dan

mengurus soal-soal administrasi belaka. Jika itu yang dimaksud dengan tugas

kepala sekolah atau pemimpin pendidikan, alangkah enak dan mudahnya. Setiap

orang agaknya dapat dan sanggup menjadi kepala sekolah.

11.Perencanaan Supervisi

Dalam bidang kegiatan apapun juga perencanaan merupakan suatu hal yang

pokok, yang tidak dapat ditiadakan, jika kita menginginkan usaha kita efektif.

Supervisi sebagai usaha untuk mendorong para guru mengembangkan

kemampuannya agar dapat mencapai tujuan pendidikan dengan lebih baik lagi,

adalah usaha yang terlalu penting untuk dilaksanakan dengan coba-coba saja,

(49)

dilakukan sebaik-baiknya. Tanpa perencanaan yang baik supervisi akan

memberikan kekecewaan kepada banyak pihak yang terlibat di dalamnya:

kepada guru, kepada supervisor dan kepada murid-murid yang mengharapkan

dan memerlukan peningkatan penampilan gurunya. Yang harus diperhatikan

dalam perencanaan supervisi meliputi:

a) untuk supervisi tidak ada rencana yang standar.

Tiap guru mempunyai kemampuan dan kelemahan yang berbeda;

memerlukan bantuan yang berbeda dari guru-guru yang lainnya dalam

keadaan yang tidak sama dengan guru-guru lainnya. Supervisi merupakan

usaha untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya dan

penampilannya, sesuai dengan kebutuhannya dalam situasi bekerjanya. Oleh

karena itu tiap bantuan harus diberikan dan direncanakan sesuai dengan

kebutuhan dan situasi tersebut.

b) perencanaan supervisi memerlukan kreativitas.

Supervisi tidak dapat direncanakan dan dilaksanakan menurut suatu pola

tertentu yang dapat diberlakukan untuk segala macam tujuan dan keadaan.

Tiap sekolah mempunyai situasi tersendiri dengan keadaan yang berbeda

dan masalah yang berlainan. Peningkatan pendidikan di sekolah harus

disesuaikan dengan kebutuhan murid-muridnya, dengan tujuan khusus

sekolah itu, dengan keadaan dan kemampuan anggota-anggota stafnya,

(50)

Semua hal-hal tersebut harus diperhatikan dan dijadikan faktor-faktor

penentu dalam menyusun program supervisi di sekolah. Hal ini memerlukan

kreativitas dari supervisor dalam menyusun programnya.

c) perencanaan supervisi harus komprehensif.

Usaha peningkatan kegiatan belajar-mengajar mencakup berbagai segi

yang sukar dipisah-pisahkan. Guru, alat, metoda, keadaan fisik, murid, sikap

kepala sekolah, semuanya itu bersangkut-paut dan saling mempengaruhi.

Usaha peningkatan penggunaan alat pelajaran baru perlu disertai dengan

usaha pengadaannya, dengan cara-cara pemeliharaannya, dengan

peningkatan sikap. Memang semuanya itu tidak dapat dicapai sekaligus

bersamaan.

Supervisor harus dapat mengatur kegiatan supervisinya agar

tujuan-tujuan dapat tercapai sebaik-baiknya, satu persatu secara berurutan dan

bertahap. Setiap tahapan yang dicapai harus berada dalam rangka

pencapaian tujuan yang lebih jauh lagi. Semua segi-segi dan

tahapan-tahapan yang dicapai harus merupakan satu keseluruhan, suatu kesatuan

yang menyeluruh. Oleh Karena itu perencanaannya harus komprehensif

yaitu bersifat menyeluruh dan memperhatikan semua segi-segi dari proses

belajar-mengajar, meskipun pencapaiannya harus bertahap.

(51)

Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan supervisinya supervisor seorang

supervisor akan memerlukan bantuan orang lain, anggota staf lainnya, dan

karena itu dalam perencanaan diperlukan bantuan dari orang-orang yang

kemudian akan turut dalam pelaksanaannya. Lagipula untuk menyusun

rencana yang komprehensif, diperlukan pengetahuan dan pandangan yang

luas, yang mencakup semua segi-segi proses belajar-mengajar. Oleh karena

itu pulalah perencanaan supervisi harus bersifat kooperatif,

mengikutsertakan sebanyak mungkin pihak-pihak yang berhubungan

dengan proses belajar-mengajar di sekolah.

Supervisor sebagai perencana harus merupakan seorang pemimpin dan

pembimbing dalam kerjasama kelompok, dan bukan pengambil keputusan

dan pelaksana tunggal. Supervisor sebagai pemimpin harus dapat

mendorong orang lain untuk berinisiatif, dan harus dapat memanfaatkan

inisiatif orang lain. Oleh karena itu perencanaan yang dilakukan supervisor

harus kooperatif.

e) perencanaan supervisi harus fleksibel.

Rencana supervisi harus memberikan kebebasan untuk melaksanakan

sesuatu sesuai dengan keadaan dan perubahan yang terjadi. Keadaan yang

berkembang, komplikasi yang timbul tak terduga, prosedur yang ternyata

(52)

pemecahan yang cukup efektif. Untuk ini rencana jangan hendaknya

menjadi penghalang.

Seorang supervisor yang bijaksana tidak terpaku pada cara-cara

pencapaian tujuan yang ia telah rencanakan, tetapi selalu berusaha

menyesuaikannya pada situasi baru dan tekanan-tekanan keadaan.

Sifat perencanaan yang fleksibel ini tidak berarti bahwa tujuan yang

dirumuskan dalam rencana tidak boleh jelas dan konkrit terperinci, cara-cara

pencapaiannya harus diperhitungkan dengan seksama.

12.Teknik Supervisi

Teknik merupakan cara tertentu yang khusus untuk mencapai tujuan

tertentu. Suatu teknik terdiri dari berbagai kegiatan yang teratur dan beraturan,

berdasarkan ketentuan-ketentuan.

Teknik merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, dan bukan merupakan

tujuan.

1. Teknik supervisi sebagai teknik komunikasi

Tugas seorang supervisor adalah membina yang disupervisinya agar

mereka dapat meningkatkan kemampuannya dan dengan demikian dapat

meningkatkan hasil kerjanya. Tugas itu merupakan tugas kepemimpinan,

yaitu tugas untuk mempengaruhi yang dipimpinnya supaya mau

(53)

Memimpin ialah mempengaruhi, yaitu memindahkan pengaruh, atau

mengkomunikasikan sesuatu sehingga yang dipengaruhi itu terdorong untuk

melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh pemimpin. Keberhasilan

kepemimpinan banyak tergantung dari cara-cara berkomunikasi. Dalam

supervisi, cara-cara berkomunikasi merupakan faktor yang banyak

menentukan keberhasilannya. Identifikasi kebutuhan yang disupervisi dapat

dilakukan dengan baik oleh supervisor, jika informasi yang diberikan

kepada supervisor oleh yang disupervisi, jelas dan lengkap. Begitu pula

dorongan, saran, dan petunjuk dari supervisor kepada yang disupervisi, akan

lebih mudah diikuti dan dilaksanakan, jika jelas dan dapat dimengerti

maksud dan tujuannya. Komunikasi dalam supervisi diperlukan dari kedua

belah pihak yaitu dari yang disupervisi kepada supervisor untuk berbagai

informasi yang diperlukan oleh supervisor, dan dari supervisor kepada yang

disupervisi sebagai bantuan, bimbingan dan dorongan.

Teknik-teknik komunikasi yang digunakan dalam supervisi banyak

macam ragamnya. Untuk mendapatkan gambaran yang tersusun, kita dapat

pengelompokkan sebagai berikut:

a. dilihat dari jumlah anggota yang dihadapi

(1). Teknik kelompok, yaitu cara-cara melaksanakan supervisi

(berkomunikasi) terhadap sekelompok orang bersama-sama:

(54)

• Studi kelompok, loka karya, seminar;

Bulletinboard;

• Karya wisata;

• Kuesioner;

• Penataran dan penyegaran.

(2). Teknik perorangan, yaitu cara-cara pelaksanaan bimbingan dan

komunikasi terhadap perorangan masing-masing:

• Kunjungan kelas;

• Pertemuan pribadi;

• Kunjungan rumah.

b. dilihat dari langsung tidaknya supervisor menghadapi yang disupervisi,

digunakan tidaknya suatu media dalam komunikasi, dapat dibedakan:

(1). Teknik langsung, yaitu cara berkomunikasi dengan hubungan

langsung antara supervisor dan yang disupervisi, tanpa

menggunakan media lain. Termasuk teknik langsung dalam

supervisi, antara lain:

• Kunjungan kelas;

• Pertemuan pribadi;

• Rapat staf;

(55)

(2). Teknik tidak langsung, cara berkomunikasi dengan menggunakan

media lain, biasanya media tertulis, umpamanya:

• Kuesioner;

• Papan bulletin;

• Kursus tertulis;

Dengan adanya klasifikasi teknik dilihat dari segi jumlah yang disupervisi

dan dari segi cara langsung-tidaknya, kita dapat memperoleh empat kelompok,

dengan menggabungkan segi-segi klasifikasi sebagai berikut.

(1).Teknik kelompok langsung, umpamanya: rapat staf.

(2).Teknik kelompok tidak langsung, umpamanya: kuesioner.

(3).Teknik perorangan langsung, umpamanya: pertemuan pribadi.

(4).Teknik perorangan tidak langsung, umpamanya: tugas khusus individual.

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Antara Supervisi Kepala Sekolah dengan Kepuasan Kerja Guru.

Supervisi kepala sekolah merupakan sarana bagi kepala sekolah untuk

melakukan pembinaan/pembimbingan kepada guru mengenai hasil kegiatan

guru dalam proses belajar-mengajar. Oleh karena itu diharapkan supervisi

kepala sekolah akan membawa dampak positif bagi perkembangan kegiatan

(56)

Dalam dunia pendidikan guru-guru merupakan figur yang ditaati oleh

seluruh peserta didik, yang menjadi siswa di sekolah bersangkutan. Guru

dalam menjalankan tugasnya memiliki keanekaragaman latar belakang

pendidikan, kemampuan, inisiatif dan motivasi mengajar di sekolah. Dengan

keanekaragaman tersebut masing-masing guru memiliki tujuan dan peran

serta yang berbeda dalam menjalankan tugasnya. Dengan kemampuan tingkat

profesionalisme yang dimiliki guru akan menuntut imbalan kerja secara

ekonomis yang berbeda pula. Jika kepala sekolah dapat menerapkan tipe

supervisi yang dapat meningkatkan kualitas mengajar, dengan diimbangi

penghargaan yang memadai maka guru-guru dalam menjalankan tugasnya

akan mendapat kepuasan kerja sebagai imbalan yang diperoleh dari sekolah

yang bersangkutan.

Supervisi kepala sekolah dalam penelitian ini adalah tanggapan guru

mengenai hasil supervisi berupa bimbingan dalam tugas guru sebagai

pengajar yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan

profesionalitas guru. Supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah

berkenaan dengan pemecahan masalah dan bukan mencari masalah secara

bersama antara guru dengan kepala sekolah. Kepala sekolah yang mau

memperhatikan dan membantu guru dalam memecahkan masalah-masalah

pengajaran, masalah pribadi dan masalah profesi akan dapat memberi

(57)

sehingga guru akan bersikap baik terhadap organisasi dan kepala sekolah.

Guru punya persepsi yang positif terhadap pelaksanaan supervisi.

C. Hipotesis

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan

(58)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena dirancang untuk

mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata pada saat penelitian

dilakukan. Pada penelitian ini akan dikumpulkan data yang relatif terbatas dari

sejumlah kasus yang relatif besar jumlahnya. Oleh karena itu, digunakan metode

survei, yang lebih menekankan pada penentuan informasi tentang variabel dari

pada informasi tentang individu. Menurut Surakhmad (Arikunto, 2006:110)

mengatakan bahwa pada umumnya survei merupakan cara mengumpulkan data

dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (jangka waktu) yang bersamaan.

Jumlahnya biasanya cukup besar. Dalam penelitian ini kesimpulan yang ditarik

hanya berlaku dan terbatas pada guru-guru SMA Negeri dan Swasta di Kota

Yogyakarta.

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan bulan

(59)

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah guru Sekolah Menengah Atas di Kota Yogyakarta.

2. Obyek penelitian

Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam

penelitian. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah supervisi

kepala sekolah dan kepuasan kerja guru.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang sejenis, akan tetapi dapat

dibedakan satu sama lain (Arikunto, 1991:102). Perbedaan itu disebabkan

karena adanya karakteristik yang berlainan. Sesuai dengan masalah yang akan

diteliti maka populasi dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Menengah

Atas yang ada di Kota Yogyakarta dengan jumlah 1.829 orang

2. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti

(Arikunto,1992:104). Berdasarkan masalah dalam penelitian ini guru yang

akan dijadikan sampel adalah guru SMA yang ada di Kota Yogyakarta.

Sampel sekolah ditarik secara purposive sampling yaitu sampel yang diambil

(60)

kurangnya perhatian kepala sekolah terhadap supervisi. Penelitian ini

merupakan penelitian sampel karena subjeknya diambil sebagian dari

populasi. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 317 responden, yang berasal

dari 8 SMA di Kota Yogyakarta antara lain SMAN 3, SMAN 9, SMAN 11,

SMA Bopkri 1, SMA Bopkri 2, SMA Marsudi Luhur, SMA Muhammadiyah

2, dan SMA Bhinneka Tunggal Ika.

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran

1. Dalam penelitian ini, variabel penelitian terbagi menjadi dua yaitu: variabel

bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

a. Variabel Bebas (independent variable)

Variabel bebas (independenvariabel) adalah variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab adanya perubahan atau timbulnya variabel

terikat. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah supervisi kepala

sekolah dengan kepuasan kerja guru.

b. Variabel Terikat (dependent variable)

Variabel terikat (Y) adalah variabel yang diramalkan akan timbul dalam

hubungan fungsional, yaitu kepuasan kerja guru.

2. Variabel Pengukuran

Supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah berkenaan dengan

pemecahan masalah yang secara bersama antara guru dengan kepala sekolah.

(61)

memecahkan masalah-masalah pengajaran, masalah pribadi dan masalah

profesi akan dapat memberi kepuasan guru dalam bekerja. Guru akan merasa

dihargai dan diperhatikan sehingga guru akan bersikap baik terhadap

organisasi dan kepala sekolah. Guru punya persepsi yang positif terhadap

pelaksanaan supervisi.

Tabel : 3.1

Kisi-kisi Instrumen Variabel Supervisi Kepala Sekolah

Indikator Item positif (+) Item negatif (-)

1. Program dan jadwal

Pengukuran atas indikator-indikator supervisi kepala sekolah tersebut

menggunakan skala likert. Pemberian skor pada variabel ini tersaji sebagai

(62)

Tabel 3.2

Skoring pernyataan supervisi kepala sekolah

Tabel : 3.3

Kisi-kisi instrumen variabel kepuasan kerja

Indikator Item positif (+) Item negatif (-)

1 Upah dan tunjangan

Pengukuran atas indikator-indikator kepuasan kerja guru tersebut

menggunakan skala likert. Pemberian skor pada variabel ini tersaji sebagai

berikut:

Tabel 3.4

Skoring pernyataan kepuasan kerja guru

Kriteria Jawaban Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat Setuju

Kriteria Jawaban Skor

(63)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Teknik kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan daftar

pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden. Melalui cara

ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan supervisi yang

sering dilakukan oleh kepala sekolah sebagai supervisor.

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang

ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur

(Umar, 2003:72). Menguji validitas dilakukan dengan menghitung nilai

korelasi antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total,

menggunakan rumus teknik korelasi product moment (Umar, 2003:78):

( )( )

( )

{

ΝΣΧ2− ΣΧ 2

}

{

ΝΣΥ2 −

( )

ΣΥ 2

}

ΣΥ ΣΧ − ΝΣΧΥ =

xy

r

Keterangan :

N : Jumlah responden

∑X : Jumlah skor X

∑Y : Jumlah skor Y

(64)

2

ΣΧ : Jumlah kuadrat skor X

2

ΣΥ : Jumlah kuadrat skor Y

Besarnya nilai koefisien r dapat dihitung dengan menggunakan korelasi

dengan signifikansi 5%. Jika rhitung lebih besar dari pada rtabel, maka butir soal

tersebut dikatakan valid. Jika sebaliknya maka butir soal tersebut dikatakan

tidak valid.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesasihan suatu instrumen. Dalam penelitian ini validitas akan dihitung

dengan menggunakan perhitungan korelasi product moment. Uji validitas ini

menggunakan komputer program SPSS versi 12.00, apabila diperoleh hasil

rhitung untuk setiap butir lebih besar dari rtabel dengan N = 33 di mana untuk df

= 33 – 2 = 31 dengan taraf signifikansi 5% menunjukkan nilai rtabel 0,355.

Maka butir-butir soal yang telah disusun ke dalam instrumen dinyatakan valid

sehingga pengambilan data penelitian dapat digunakan.

1. Uji Validitas Supervisi Kepala Sekolah

Uji validitas supervisi kepala sekolah ini diujicobakan kepada 33

responden. Kuesioner tentang supervisi kepala sekolah ini terdiri dari 20

item pertanyaan dan setiap item mempunyai 5 pilihan jawaban. Dari tabel

3.5 di bawah ini dari 20 item pertanyaan ditemukan pertanyaan yang tidak

valid sebanyak 3 item pertanyaan karena mempunyai nilai rhitung yang

Gambar

Tabel : 3.1
Tabel 3.2 Skoring pernyataan supervisi kepala sekolah
              Tabel  3.5 Uji Validitas Variabel Supervisi Kepala Sekolah (X)
                     Tabel  3.6 Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja Guru (Y)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran supervisi akademik kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap produktifitas kerja guru PAI di MTs Se KKM 1

Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam untuk melihat pengaruh supervisi pembelajaran kepala sekolah, kepuasan kerja, motivasi kerja terhadap semangat kerja guru SD

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap kepuasan kerja, kepuasan kerja terhadap kompetensi pedagogik, supervisi

Skala penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar Negeri

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah “terdapat hubungan positif antara Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja secara bersama-sama dengan Kepuasan Kerja

PENGARUH SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. SE-KECAMATAN CIKANCUNG

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh supervisi kepala sekolah, kompetensi manajerial kepala sekolah, jenis kelamin guru, pendidikan

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Ujungbatu Hasil dari penelitian ini