xi
ABSTRAK
HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KEPUASAN KERJA GURU
Survei : Guru-guru SMA se-Kota Yogyakarta
Dwi Indarti
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Supervisi Kepala Sekolah dengan Kepuasan Kerja Guru. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang datanya dikumpulkan dengan metode survei. Dari populasi sebanyak 1.829 guru diambil sejumlah sampel 317 orang. Anggota sampel ditarik dengan teknik Purposive Sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru (ρ = 0,564 dan α = 0,000).
xii
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN SUPERVISION OF SCHOOL PRINCIPALS AND TEACHERS’ SATIFICATION
A Survey of Yogyakarta High Schools Teachers Dwi Indarti
Universitas Sanata Dharma Jogyakarta
2009
This research aims to test the relationship between Supervision of School Principals and Teachers’ Satisfaction. It was done in all highscools in Jogjakarta.
This is a descriptive research of which data were collected by using survey method. From the population of 1.829 teachers, the writer chose 317 teachers as the samples. The samples were chosen by using Purposive Sampling Technique. The data were collected by questionnaire and analyzed by using Product Moment Correlation Technique.
The result of this research shows that there is a significant relationship between principals supervision and teachers’ satisfaction (ρ = 0,564 and α = 0,000).
HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS
Survei: Guru-guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh: Dwi Indarti 041334074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Rasulullah SAW:
“Barang siapa yang senantiasa memohon ampun kepada Allah,
Allah akan membuatkan untuknya, untuk setiap duka cita, sebuah kebahagiaan, dan untuk setiap sesuatu yang sulit
sebuah jalan keluar, dan Dia akan menambahnya dengan makanan dari tempat yang tiada
ia sangka-sangka datangnya.” (HR. Abu Daud dan Achmad)
Skripsi ini didedikasikan untuk: Allah SWT
v
MOTTO
Jangan berputus asa dalam mencari Ilmu bila ilmu yang dicari itu
tidak mau masuk ke dalam sanubari, tapi bersabarlah,
Karena air yang lembut itu apabila menetes
Ke atas sebiji batu yang besar secara berterusan,
batu itu pasti akan mempunyai lekuk.
Jalan menuju kebahagiaan itu tidak ditaburi bunga mawar yang harum,
melainkan penuh duri dan pahit.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Agustus 2009
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Sanata Dharma : Nama : Dwi Indarti
Nomor Mahasiswa : 041334074
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 20 Agustus 2009
Yang menyatakan
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat, inayah dan hidayah-Nya,
serta tidak lupa shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir perkuliahan di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini berjudul “Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kepuasan
Kerja Guru Sekolah Menengah Atas survei Guru-guru SMA se-Kota Yogyakarta.
Tujuan penulisan skripsi ini untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program
Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu secara moril
maupun materiil dalam penulisan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Romo Ir. P. Wiryono, SJ serta staf
karyawan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis
mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan.
2. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidkan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
ix
4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi,
Unversitas Sanata Dharma.
5. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang
selalu sabar memberikan bimbingan, dukungan, kritik, saran dan meluangkan
waktu untuk penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan doa yang tiada hentinya,
dukungan, semangat dan perhatian kepada penulis selama kuliah dan
penyelesaian skripsi ini.
7. Mbakku (Siwi Puji Astuti) dan Adikku (Tri Sunarni) yang selalu memberikan doa
yang tiada hentinya, dukungan, semangat dan perhatian kepada penulis selama
kuliah dan penyelesaian skripsi ini.
8. Mbah Putri (Simbok), bulek Mari, om Dardi, om Haryono dan bulek Emi yang
tidak pernah bosan untuk memberikan nasihat dan dukungan.
9. Alm. Mbah Kakung, dan Alm. Mbomang yang semasa hidupnya selalu
memberikan nasehat, doa, dan dukungan.
10.Nining, Via dan Ana terimakasih buat bantuan yang diberikan selama ini.
11.Guru-guru yang ada di Kota Yogyakarta serta semua pihak yang sabar membantu
penulis dalam penelitian dan memberikan informasi dalam penyelesaian skripsi.
12.Mas Sam yang selalu sabar memberi dukungan, semangat dan meluangkan waktu
x
13.Teman-teman kuliah Via, Nining, Dwi utami, Ana, Tanti, Rika, Lusia Mawarti,
Sari, Fitri, Agnes, Eli, Nova, sari dan Sisil yang selalu memberi semangat,
belajar dan bermain bersama selama kuliah.
14.Moko dan Tri Purnomo yang sudah membantu memperbaiki komputerku,
sehingga skripsiku dapat selesai terima kasih ya.
15.Teman-teman PAK seperjuangan saat pendadaran Siska, Hening, Wina, Agatha,
Nova, Sisil, Sari, dan Shinta ”Akhirnya kita lulus bareng teman-teman.
16.Teman-teman Pak ’04 terimakasih buat semuanya .
17.Teman-teman kos ”SWA”, Windru, Sherly, Ike, Tata, Arum, dan Berlin terima
kasih ya.
18.Komputerku yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
19.Teman-temanku serta pihak yang telah memberikan semangat dukungan dan
membantu penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, disebabkan terbatasnya pengetahuan dan kemampuan penulis. Akhir kata hanya
Allah SWT yang mampu membalas segala budi baik yang telah diberikan kepada
penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Yogyakarta, 20 Agustus 2009 Penulis
xi
ABSTRAK
HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KEPUASAN KERJA GURU
Survei : Guru-guru SMA se-Kota Yogyakarta
Dwi Indarti
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Supervisi Kepala Sekolah dengan Kepuasan Kerja Guru. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang datanya dikumpulkan dengan metode survei. Dari populasi sebanyak 1.829 guru diambil sejumlah sampel
317 orang. Anggota sampel ditarik dengan teknik Purposive Sampling. Data
dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan teknik Korelasi
Product Moment.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan dan signifikan antara
supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru (ρ = 0,564 dan α = 0,000).
xii
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN SUPERVISION OF SCHOOL PRINCIPALS AND TEACHERS’ SATIFICATION
A Survey of Yogyakarta High Schools Teachers
Dwi Indarti
Universitas Sanata Dharma Jogyakarta
2009
This research aims to test the relationship between Supervision of School Principals and Teachers’ Satisfaction. It was done in all highscools in Jogjakarta.
This is a descriptive research of which data were collected by using survey method. From the population of 1.829 teachers, the writer chose 317 teachers as the samples. The samples were chosen by using Purposive Sampling Technique. The data were collected by questionnaire and analyzed by using Product Moment Correlation Technique.
The result of this research shows that there is a significant relationship between
principals supervision and teachers’ satisfaction (ρ = 0,564 and α = 0,000).
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik ... 7
1. Pengertian Kepuasan Kerja ... 7
2. Faktor-faktor Kepuasan Kerja ... 9
3. Gejala-gejala ketidakpuasan Kerja ... 11
4. Pengertian Supervisi ... 12
5. Tipe-tipe Supervisi ... 16
6. Ciri-ciri Supervisor Yang Baik ... 21
7. Fungsi Supervisi dalam Bidang Kepemimpinan ... 21
8. Tugas-tugas Supervisor ... 22
9. Jenis-jenis Supervisi ... 24
10.Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ... 29
11.Perencanaan Supervisi ... 29
12.Teknik Supervisi ... 33
B. Kerangka Berpikir ... 36
C. Rumusan Hipotesis ... 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 40
xv
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 41
F. Teknik Pengumpulan Data ... 44
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 44
H. Teknik Analisis Data ... 51
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Instrumen ... 56
B. Deskripsi Data ... 57
C. Analisis Data ... 58
D. Uji Hipotesis ... 60
E. Pembahasan ... 61
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 66
B. Keterbatasan penelitian ... 66
C. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Variabel Supervisi Kepala Sekolah ... 42
Tabel 3.2 Skoring Pernyataan Supervisi Kepala Sekolah ... 43
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepuasan Kerja ... 43
Tabel 3.4 Skoring Pernyataan Kepuasan Kerja Guru ... 43
Tabel 3.5 Uji Validitas Variabel Supervisi Kepala Sekolah ... 46
Tabel 3.6 Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja Guru ... 47
Tabel 3.7 Kriteria Indeks Reliabilitas ... 49
Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas ... 50
Tabel 3.9 PAP II ... 51
Tabel 3.10 Interval Skor Supervisi Kepala Sekolah ... 52
Tabel 3.11 Interval Skor Kepuasan Kerja ... 53
Tabel 3.12 Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi ... 55
Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian ... 56
Tabel 4.2 Deskripsi Data Variabel Supervisi Kepala Sekolah ... 57
Tabel 4.3 Deskripsi Data Variabel Kepuasan Kerja Guru ... 58
Tabel 4.4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 59
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN I KUESIONER ... 70
LAMPIRAN II DATA VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 77
A.DATA MENTAH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH ... 78
B.DATA MENTAH KEPUASAN KERJA GURU ... 80
C.HASIL PENGUJIAN VALIDITAS VARIABEL SUPERVISI KEPALA SEKOLAH ... 82
D.HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS VARIABEL SUPERVISI KEPALA SEKOLAH ... 83
E.HASIL PENGUJIAN VALIDITAS VARIABEL KEPUASAN KERJA GURU ... 85
F.HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS VARIABEL KEPUASAN KERJA GURU ... 86
LAMPIRAN III DATA INDUK PENELITIAN ... 88
A.DATA MENTAH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH ... 89
B.DATA MENTAH KEPUASAN KERJA GURU ... 95
C.TABEL R PRODUCT MOMENT ... 102
D.INTERPOLASI PENGUJIAN HIPOTESIS ... 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kepala sekolah adalah pejabat yang bertanggung jawab atas keberhasilan
pendidikan pada lembaga yang dipimpinnya. Untuk mencapai keberhasilan itu
kepala sekolah harus melakukan kegiatan salah satunya supervisi secara
kontinu dan baik terhadap proses aktivitas belajar-mengajar yang dilakukan
guru-guru, karena guru adalah orang yang langsung berhadapan dengan anak
didik dan sekaligus sebagai penentu baik-buruknya hasil belajar.
Meskipun guru dapat dianggap sebagai penentu keberhasilan proses
belajar, apabila kepala sekolah di SMA tidak memberikan supervisi dengan
baik kepada guru, hal itu akan mempengaruhi terhadap proses
belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru sebagai penentu baik-buruknya hasil
belajar dengan demikian, berarti kepala sekolah adalah orang yang secara
langsung atau tidak langsung menjadi penentu keberhasilan guru dalam proses
belajar-mengajar. Mutu pendidikan di suatu lembaga pendidikan dan jenjang
pendidikan sangatlah tergantung kepada pimpinan sekolah. Semakin sering
kepala sekolah melaksanakan supervisi kepada guru, maka semakin baik pula
kondisi dan hasil belajar- mengajar pada sekolah yang bersangkutan.
Kepala sekolah dan guru yang penuh dedikasi tentu saja dapat
Untuk mencapai produktivitas kerja yang dapat membantu kelancaran
tercapainya tujuan pendidikan tentu saja dibutuhkan bimbingan dan binaan
dari atasan. Guru sebagai pelaksana operasional di sekolah mengemban tugas
inti di sekolah, sedangkan pengelola lain diharapkan dapat berperan sebagai
penunjang kelancaran tugas tersebut. Oleh karena itu usaha organisasi sekolah
sebaiknya lebih banyak dipusatkan kepada pembinaan guru dalam tugas
profesinya. Hal ini sangat penting karena masih banyak guru yang tidak
mengetahui tentang dirinya dan lingkungannya.
Dikemukakan oleh Sahertian dan Mateharu (1981) bahwa masih terdengar
orang berbicara tentang merosotnya mutu pendidikan dan pengajaran.
Guru-guru masih banyak masalah misalnya, masih ada Guru-guru yang memerlukan
bantuan orang lain dan mengharapkan pengalaman belajar sesuai dengan
kebutuhan pendidik, masih ada yang membutuhkan pengalaman untuk
mengenal dan menilai hasil belajar, masih ada guru yang kurang puas dalam
melaksanakan tugas. Hal ini menunjukkan bahwa guru masih membutuhkan
bantuan dari seseorang yang mempunyai kelebihan dalam hal ini adalah
kepala sekolah sebagai supervisor. Bantuan supervisor merupakan salah satu
faktor yang sangat efektif untuk meningkatkan kerja guru sebagai seorang
pendidik. Tugas dan peranan supervisor diantaranya adalah memberi
dorongan, membantu dan membina guru-guru. Supervisor dapat menciptakan
mengembangkan potensi dan daya kreasinya dengan penuh tanggung jawab.
Namun kenyataannya, supervisi di sekolah belum dilakukan secara efektif
oleh kepala sekolah. Supervisi yang efektif dapat digunakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan, karena tidak ada satu pekerjaan dalam
pendidikan yang dapat mencapai tujuan tanpa supervisi, sekalipun petugasnya
memiliki dedikasi yang tinggi, kepandaian dan keterampilan.
Pembinaan kepala sekolah sebagai supervisor kepada guru-guru adalah
membantu guru-guru dalam pengembangan kurikulum, pengorganisasian
pengajaran, pemenuhan fasilitas belajar, perencanaan dan pemerolehan bahan
pengajaran sesuai dengan rancangan kurikulum, perancangan dan
implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar, pelaksanaan orientasi
tentang suatu tugas atau cara baru dalam proses belajar-mengajar,
pengkoordinasian antar kegiatan belajar-mengajar dengan kegiatan layanan
yang lain, pengembangan hubungan dengan masyarakat, dan dalam
pelaksanaan evaluasi.
Usaha kepala sekolah sebagai supervisor dalam mewujudkan peningkatan
mutu ini sudah banyak dilakukan pada setiap sekolah, diantaranya dengan
mengadakan pemeriksaan terhadap guru dalam membuat persiapan mengajar,
memasuki ruangan atau kelas sewaktu guru mengajar, observasi, diskusi,
membantu guru dalam menganalisis kesulitan, membantu guru dalam
dengan tindakan pencegahan. Hingga saat ini masih terlihat tanda-tanda
bahwa realitasnya belum memuaskan. Masih ada rasa ketidakpuasan terhadap
kepala sekolah sebagai supervisor. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Aisyah A.R. dkk (1996) yang menuliskan bahwa masih
langkanya guru-guru profesional adalah akibat sikap nilai dan kepribadian
guru belum mendapat perhatian khusus. Dapat dilihat pula dari hasil diskusi
panel tentang peranan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan yang
dilaksanakan Kanwil Depdikbud Sumatera Selatan, bahwa sikap profesional
guru masih memprihatinkan, karena kurangnya bimbingan dari kepala sekolah
sebagai supervisor sehingga guru gagal menjadi tokoh identifikasi karena
dalam jiwa dan diri mereka belum muncul motivasi untuk menjadi
tenaga-tenaga yang profesional. Ini menunjukkan bahwa usaha-usaha yang telah
dilakukan supervisor belum dapat sepenuhnya melakukan pengarahan,
membimbing dan memberikan rasa kepuasan kepada guru-guru.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian ini untuk mencari sebab-sebab kelemahan sebagai
umpan balik dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya
B. Batasan Masalah
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru di sekolah
menengah atas diantaranya lingkungan kerja, tingkat pekerjaan, supervisi,
sifat pekerjaan, lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi perasaan
seseorang untuk bekerja. Dalam penelitian ini yang akan dibahas hanya salah
satu penentu kepuasan kerja guru sekolah menengah atas yaitu supervisi
kepala sekolah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut. Apakah ada
hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan
kepuasan kerja guru?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan positif dan signifikan
antara supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru.
E. Manfaat Penelitian
Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan masukan
untuk bahan pertimbangan kepala sekolah dalam melakukan kegiatan
supervisi secara kontinu dan baik terhadap proses aktivitas
belajar-mengajar yang dilakukan guru-guru, karena guru adalah orang yang
langsung berhadapan dengan anak didik dan sekaligus sebagai penentu
baik-buruknya hasil belajar.
2) Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan bagi
Mahasiswa / Mahasiswi Universitas Sanata Dharma, bahan pertimbangan
dan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya, khususnya yang
menyangkut supervisi kepala sekolah. Selain itu juga dapat memberikan
gambaran tentang bagaimana hubungan supervisi kepala sekolah dengan
kepuasan kerja guru sekolah menengah atas.
3) Bagi Penulis
Pelaksanaan penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk
menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman
yang bermanfaat khususnya mengenai bagaimana dan seperti apa
hubungan supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru sekolah
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik
1. Pengertian Kepuasan Kerja
Menurut Robbins (1993:177) kepuasan kerja adalah sikap umum individu
terhadap pekerjaannya. Dia juga menekankan bahwa seseorang dengan
tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap
pekerjaannya, sementara seseorang yang tidak puas dengan pekerjaan
cenderung mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaannya.
Menurut Joseph Tiffin kepuasan kerja adalah sikap karyawan terhadap
pekerjaan, situasi kerja, kerjasama diantara pemimpin dan sesama karyawan.
Begitu juga dengan Spector (1996:214) yang berpendapat bahwa kepuasan
kerja merupakan variabel sikap yang menggambarkan perasaan seseorang
terhadap keseluruhan pekerjaan mereka dan juga berbagai aspek pekerjaan
tersebut.
Menurut Anoraga (1992:81) kepuasan kerja merupakan sikap umum yang
merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor
pekerjaannya penyesuaian diri dan hubungan sosial individu di luar kerja.
Dari beberapa pengertian dirumuskan untuk para ahli, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap positif yang
kondisi-kondisi kerja yang terkait sebagai hasil dari terpenuhinya berbagai
kebutuhan dalam pekerjaan.
Secara umum kepuasan kerja adalah cara seorang karyawan merasakan
pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap
pekerjaan yang dirasakan pada aspek-aspek pekerjaannya. Kepuasan muncul
bila keuntungan yang dirasakan dari pekerjaannya melampaui biaya marginal
yang dikeluarkan oleh karyawan tersebut dianggap cukup memadai.
Kepuasan kerja merupakan salah satu kebutuhan menengah atas dari guru
dalam proses belajar-mengajar. Kepuasan kerja menurut Hoy Miskel (1978)
adalah pengalaman seseorang dalam kerjanya dan dicapai melalui pemenuhan
kebutuhan baik kebutuhan psikologis maupun kebutuhan fisiologis.
Dipertegas oleh Smith, Kendal dan Hulin (1969) bahwa kepuasan kerja adalah
perasaan seseorang terhadap berbagai situasi kerja yang dihadapi individu,
diantaranya perasaan gembira, semangat, gairah, dan puas terhadap pekerjaan
dan lingkungan kerja yang berkaitan dengan sejauh mana kebutuhan telah
terpenuhi. Rasa kepuasan itu dapat tercermin dari tindakan-tindakannya.
Mc Groger yang dikutip Terry (1988) menegaskan bahwa manusia adalah
manusia yang terus menerus memiliki kebutuhan, secara kontinu melakukan
usaha untuk memuaskannya. Kebutuhan setiap individu dapat dipenuhi
melalui aneka cara dan usaha. Diantara usaha untuk memenuhi kebutuhan itu
2. Faktor-faktor kepuasan kerja
Faktor-faktor kepuasan kerja menurut Anoraga dikemukakan sebagai berikut:
a. faktor finansial yaitu terpenuhi keinginan karyawan terhadap finansial yang
diterima untuk memenuhi kebutuhannya sehingga kepuasan kerja bagi
karyawan dapat terpenuhi. Meliputi gaji, macam-macam pinjaman, promosi,
jaminan sosial dan pemberian balas jasa.
b. faktor fisik yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan
kerja dan kondisi fisik karyawan. Meliputi umur, kondisi badan, jenis
pekerjaan, waktu dan sistem kerja.
c. faktor sosial yaitu faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik
hubungan antara pimpinan dan karyawan maupun hubungan antara sesama
karyawan, meliputi rekan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan
bijaksana serta pengarahan dan perintah yang wajar.
d. faktor psikologi yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan,
meliputi cita-cita dan pandangan hidup, minat dan kemauan, sikap, bakat
dan kecakapan.
Faktor-faktor lain yang menimbulkan kepuasan kerja menurut Gilmer (As’ad,
1995) adalah sebagai berikut:
a. kesempatan untuk maju
Dalam hal ini tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan
b. keamanan kerja
Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja baik bagi
karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi
perasaan karyawan selama bekerja.
c. gaji
Gaji lebih banyak ketidakpuasan kerja dan jarang orang mengekspresikan
kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
d. perusahaan dan manajemen
Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan
situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang menentukan kepuasan
kerja karyawan.
e. pengawasan atau supervisi
Bagi karyawan, supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus
atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dalam turnover.
f. faktor intrinsik dari pekerjaan
Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar
dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau
mengurangi kepuasan.
g. kondisi kerja
Termasuk ini adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran, toilet, kantin dan
h. aspek sosial dalam pekerjaan
Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang
sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam bekerja.
i. komunikasi
Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan pihak manajemen banyak
dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan
pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat
ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa
puas terhadap kerja.
j. fasilitas
Fasilitas cuti, dan pensiun atau perumahan merupakan standar suatu jabatan
dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja akan menjadi frustasi
yang menyebabkan karyawan akan sering melamun, mempunyai semangat
kerja rendah, cepat lelah atau bosan, sering absent dan mengakibatkan
turunnya kinerja karyawan.
3. Gejala-gejala ketidakpuasan kerja
Gejala-gejala ketidakpuasan kerja para karyawan haruslah diketahui sedini
mungkin oleh pihak perusahaan sehingga dapat diambil tindakan yang tepat
dalam menanggulanginya.
a. Kelesuan yang berlebihan.
b. Banyak bercakap-cakap pada waktu jam kerja, terutama yang menyangkut
pribadi masing-masing.
c. Pemakaian barang-barang kepunyaan dinas dengan boros.
d. Banyak waktu terbuang.
e. Keteledoran dan ketidak hati-hatian.
f. Ketidaksediaan untuk bekerjasama antara atasan dengan bawahannya.
Apabila pihak perusahaan menemui adanya gejala-gejala ketidakpuasan
kerja, maka sebaiknya pihak perusahaan langsung mencari penyebabnya serta
langsung mengambil tindakan tepat untuk menanggulanginya.
4. Pengertian Supervisi
Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan
mereka secara efektif (Purwanto, 1987: 84).
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Burton (Purwanto, 1987:85),
“Sepervision is an expert technical service primarily aimed at studying and
improving co-operatively all factors which affect child growth and
development“.
a. Supervisi yang baik mengarahkan perhatiannya kepada dasar-dasar
pendidikan dan cara-cara belajar serta perkembangannya dalam
pencapaian tujuan umum pendidikan.
b. Tujuan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses
belajar-mengajar secara total. Ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya
untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina
pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk didalamnya
pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar-mengajar,
peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian
bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum,
pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran,
prosedur dan teknik evaluasi pengajaran, dan sebagainya.
c. Fokusnya pada setting for learning, bukan pada seseorang atau
sekelompok orang. Semua orang seperti guru-guru, kepala sekolah, dan
pegawai sekolah lainnya, adalah teman sekerja (coworkers) yang
sama-sama bertujuan mengembangkan situasi yang memungkinkan
terciptanya kegiatan belajar-mengajar yang baik.
Sesuai dengan rumusan diatas, maka kegiatan atau usaha-usaha yang
a. Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan
sebaik-baiknya.
b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk
macam-macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran
jalannya proses belajar-mengajar yang baik.
c. Bersama guru-guru, berusaha mengembangkan, mencari dan
menggunakan metode-metode baru dalam proses belajar-mengajar yang
lebih baik.
d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis antara guru, murid, dan
pegawai sekolah lainnya.
e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai
sekolah, antara lain dengan mengadakan workshop, seminar,
inservice-training, atau up-grading
Perlu ditambahkan di sini bahwa menurut struktur organisasi Dep. P & K
(Purwanto) yang berlaku sekarang ini, yang termasuk supervisor dalam
pendidikan adalah kepala sekolah, penilik sekolah, dan para pengawas di
tingkat kabupaten/kotamadya, serta staf kantor bidang yang ada di tiap Provinsi.
Menurut Keputusan Menteri P dan K RI No.0134/0/1997, tugas pegawas
a. Mengendalikan pelaksanaan kurikulum meliputi isi, metode penyajian,
penggunaan alat perlengkapan dan penilaiannya agar berlangsung sesuai
dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pengendalian tenaga teknis sekolah agar terpenuhi persyaratan formal yang
berlaku dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Mengendalikan pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan sarana sekolah
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta menjaga agar kualitas dan kuantitas sarana sekolah memenuhi
ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
d. Mengendalikan tata usaha sekolah meliputi urusan kepegawaian, urusan
keuangan dan urusan perkantoran agar berjalan sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Mengendalikan hubungan kerja sama dengan masyarakat, antara lain dengan
pemerintah daerah, dunia usaha dan lain-lain.
f. Menilai proses dan hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketahapan dan
waktu.
g. Menilai pelaksanaan kerja tenaga teknis sekolah.
h. Menilai pemanfaatan sarana sekolah.
j. Menilai hubungan kerja sama dengan masyarakat, antara lain pemerintah
daerah, dunia usaha, dan lain-lain.
k. Melaksanakan program supervisi sekolah serta memberikan petunjuk
perbaikan terhadap penyimpangan dalam pengelolaan kelas yang meliputi
segi:
1) proses dan hasil pelaksanaan kurikulum yang dicapai pada periode
tertentu;
2) kegiatan sekolah di bidang pengelolaan gedung dan bangunan, halaman,
perabot dan alat-alat kantor dan sarana pendidikan lainnya;
3) pengembangan personel sekolah termasuk kepala sekolah, guru, tenaga
tata usaha yang mencakup segi disiplin, sikap dan tingkah laku,
pembinaan karier, peningkatan pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan tuntutan profesi masing-masing;
4) tata usaha sekolah termasuk urusan keuangan, urusan sarana, dan urusan
kepegawaian; hubungan sekolah dengan badan pembantu penyelenggara
pendidikan dan masyarakat umumnya.
5. Tipe-tipe supervisi
Fungsi pokok pemimpin sekolah sebagai supervisor terutama ialah
membantu guru-guru dalam mengembangkan potensi-potensi mereka
sebaik-baiknya. Burton dan Brueckner (Purwanto, 1987:88) mengemukakan adanya
dan democratic leadership. Secara singkat kelima tipe tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Supervisi sebagai inspeksi
Dalam administarsi dan kepemimpinan yang otokritas, supervisi
berarti inspeksi. Dalam bentuk inspeksi ini, supervisi semata-mata
merupakan kegiatan menginspeksi pekerjaan-pekerjaan guru atau
bawahan. Orang-orang yang bertugas/mempunyai tanggung jawab
tentang pekerjaan itu disebut inspektur. Istilah ini masih berlaku resmi
dan umum di negara kita meskipun sebenarnya tugas dan pelaksanaan
sudah banyak mengalami perubahan.
b. Laissez faire
Kepengawasan yang bertipe laissez faire sesungguhnya merupakan
kepengawasan yang sama sekali tidak konstruktif. Kepengawasan ini
membiarkan guru-guru/bawahan bekerja sekehendaknya tanpa diberi
petunjuk dan bimbingan. Guru-guru boleh menjalankan tugasnya menurut
apa yang mereka sukai, boleh mengajar apa yang mereka ingini dengan
cara yang mereka kehendaki masing-masing.
Seorang kepala sekolah yang termasuk tipe ini sama sekali tidak
memberikan bantuan, pengawasan, dan koreksi terhadap perkerjaan
diserahkan sepenuhnya kepada mereka masing-masing, tanpa petunjuk
atau saran-saran, tanpa adanya koordinasi.
c. Coercive supervision
Hampir sama dengan kepengawasan yang bersifat inspeksi, tipe
kepengawasan ini bersifat otoriter. Mungkin dalam hal-hal tertentu
kepengawasan tipe coercive ini berguna dan sesuai; misalnya bagi guru
yang mulai belajar-mengajar. Akan tetapi, untuk perkembangan
pendidikan pada umumnya tipe coercive ini banyak kelemahannya. Tidak
semua kepala sekolah atau supervisi cara-cara mengajar yang baik untuk
seluruh mata pelajaran.
d. Supervisi sebagai latihan bimbingan
Tipe supervisi ini berlandaskan suatu pandangan bahwa pendidikan
itu merupakan proses pertumbuhan bimbingan. Juga Berdasarkan
pandangan bahwa orang-orang yang diangkat sebagai guru pada
umumnya telah mendapat pendidikan pre-service di sekolah guru. Oleh
karena itu melatih (to train) dan memberi (to guide) kepada guru-guru
tersebut dalam tugas pekerjaannya sebagai guru.
Tipe ini baik, terutama bagi guru-guru yang baru mulai mengajar
setelah keluar dari sekolah guru. Kelemahannya ialah pengawasan,
petunjuk-petunjuk, ataupun nasihat-nasihat yang diberikan dalam rangka
perkembangan pendidikan dan tuntutan zaman sehingga dapat terjadi
kontradiksi antara pengetahuan yang telah diperoleh guru dari sekolah
guru dengan pendapat supervisor itu sendiri. Kontradiksi ini dapat pula
terjadi karena sebaliknya, pendapat supervisi itu lebih maju sedangkan
pengetahuan yang diperoleh guru dari sekolah guru masih bersifat
konservatif.
e. Kepengawasan yang demokrasi
Dalam kepemimpinan yang demokratis, kepengawasan atau supervisi
bersifat demokrasi pula. Supervisi merupakan kepemimpinan pendidikan
secara kooperatif. Dalam tingkat ini, supervisi bukan lagi suatu pekerjaan
yang dipegang oleh seorang petugas, melainkan merupakan
pekerjaan-pekerjaan bersama yang dikoordinasikan. Tanggung jawab tidak dipegang
sendiri oleh supervisor, melainkan dibagi-bagikan kepada para anggota
sesuai dengan tingkat, keahlian, dan kecakapannya masing-masing.
Masalah penting yang perlu mendapat perhatian bagi para pengawas dan
kepala sekolah selaku supervisor ialah menemukan cara-cara bekerja
secara kooperatif dan efektif.
Bagi usaha-usaha dan tujuan-tujuan itu, maka kerja sama yang sesuai
1) Pengertian yang mendalam pada individu dan kelompok tentang
tujuan-tujuan pendidikan, serta pengabdiannya terhadap tujuan-tujuan
itu.
2) Kesediaan dan kerelaan untuk menerima tanggung jawab pribadi dan
kelompok bagi tercapainya tujuan-tujuan bersama.
3) Kecakapan untuk memberi sumbangan-sumbangan secara efektif dan
kreatif bagi terpecahkannya masalah-masalah yang bertalian dengan
pencapaian tujuan-tujuan.
4) Koordinasi untuk kepentingan usaha bersama secara keseluruhan.
Bentuk-bentuk kerja sama yang sesuai dengan maksud-maksud
tersebut sangatlah banyak. Akan tetapi, bentuk-bentuk kerjasama yang
pokok dan sangat penting bagi kepengawasan ini adalah.
1) Kerja sama dengan merencanakan pekerjaan-pekerjaan, terutama
dalam merumuskan tujuan-tujuan dan menentukan prosedur-prosedur
pelaksanaannya.
2) Kerja sama dalam membagi sumber-sumber tenaga dan tanggung
jawab-tanggung jawab dalam berbagai aspek pekerjaan.
3) Kerja sama dalam pelaksanaan tugas-tugas penting bagi tercapainya
tujuan-tujuan.
4) Kerja sama dalam menilai pelaksanaan prosedur serta penilaian
6. Ciri – ciri Supervisor yang baik
Di samping harus memiliki ilmu administrasi dan memahami fungsi-fungsi
administrasi dengan sebaik-baiknya, untuk dapat menjalankan fungsinya
dengan baik seorang supervisor harus memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai
berikut.
a. Berpengetahuan luas tentang seluk-beluk semua pekerjaan yang berada di
bawah pengawasannya.
b. Menguasai/memahami benar-benar rencana dan program yang telah
digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.
c. Berwibawa, dan memiliki kecakapan praktis tentang teknik-teknik
kepengawasan, terutama human relation.
d. Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah, dan rendah hati.
e. Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang
telah digariskan/disusun.
7. Fungsi Supervisi dalam bidang kepemimpinan
Fungsi supervisi pendidikan dalam bidang kepemimpinan yang sangat
penting diketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk kepala sekolah,
adalah sebagai berikut.
a. Menyusun rencana dan policy bersama.
b. Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok (guru-guru, pegawai) dalam
c. Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan
memecahkan persoalan-persoalan.
d. Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok, atau memupuk moral
yang tinggi kepada anggota kelompok.
e. Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan putusan-putusan.
f. Membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada
anggota kelompok, sesuai dengan fungsi-fungsi dan kecakapan
masing-masing.
g. Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.
h. Menghilangkan rasa malu dan rendah diri pada anggota sehingga mereka
berani mengemukakan pendapat demi kepentingan bersama.
8. Tugas-tugas supervisor
Berikut dikemukakan tugas macam-macam tugas supervisi pendidikan yang
riel dan lebih terinci sebagai berikut.
a. Menghadiri rapat/pertemuan-pertemuan organisasi profesional.
b. Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru
c. Mengadakan rapat-rapat kelompok untuk membicarakan masalah-masalah
umum (common problems).
d. Melakukan classroom visitation atau class visit.
e. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang
f. Mendiskusikan metode-metode mengajar dengan guru-guru.
g. Memilih dan menilai buku-buku yang diperlukan bagi murid-murid.
h. Membimbing guru-guru dalam menyusun dan mengembangkan
sumber-sumber atau unit-unit pengajaran.
i. Memberikan saran-saran atau instruksi tentang bagaimana melaksanakan
suatu unit pengajaran.
j. Mengorganisasi dan bekerja dengan kelompok guru-guru dalam program
revisi kurikulum.
k. Menginterpretasi data tes kepada guru-guru dan membantu mereka
bagaimana menggunakannya bagi perbaikan pengajaran.
l. Menilai dan menyeleksi buku-buku untuk perpustakaan guru-guru.
m. Bertindak sebagai konsultan di dalam rapat/ pertemuan kelompok lokal.
n. Bekerja sama dengan konsultan-konsultan kurikulum dalam menganalisis
dan mengembangkan program kurikulum.
o. Berwawancara dengan orang tua murid tentang hal-hal yang mengenai
pendidikan.
p. Menulis dan mengembangkan materi-materi kurikulum.
q. Menyelenggarakan manual atau buletin tentang pendidikan dan pengajaran
dalam ruang lingkup bidang tugasnya.
r. Mengembangkan sistem pelaporan murid, seperti kartu-kartu catatan
s. Berwawancara dengan guru-guru dan pegawai untuk mengetahui bagaimana
pandangan-pandangan atau harapan-harapan mereka.
t. Membimbing pelaksanaan program-program testing.
u. Menyiapkan sumber-sumber atau unit-unit pengajaran bagi keperluan
guru-guru.
v. Mengajar guru-guru bagaimana menggunakan audio-visual aids.
w. Menyiapkan laporan-laporan tertulis tentang kunjungan kelas (class visit)
bagi para sekolah.
x. Menulis artikel-artikel tentang pendidikan atau kegiatan-kegiatan sekolah
atau guru-guru dalam surat-surat kabar.
y. Menyusun tes-tes standar bersama kepala sekolah dan guru-guru.
z. Merencanakan demonstrasi mengajar, dan sebagainya oleh guru yang ahli,
supervisi sendiri, ahli-ahli lain dalam rangka memperkenalkan metode baru,
alat-alat baru.
9. Jenis supervisi
a. Supervisi Umum dan Supervisi Pengajaran
Yang dimaksud dengan supervisi umum di sini adalah supervisi yang
dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak
langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran seperti supervisi
terhadap kegiatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah atau
administrasi kantor, supervisi pengelolaan keuangan sekolah atau kantor
pendidikan, dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan supervisi pengajaran adalah kegiatan-kegiatan
kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik
personel maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi
belajar-mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan.
b. Supervisi Klinis
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan
supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada
mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses
belajar-mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara
memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut.
Richard Waller (Purwanto, 1987:99) memberikan definisi tentang
supervisi klinis sebagai berikut supervisi klinis adalah supervisi yang
difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang
sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang
intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk
mengadakan modifikasi yang rasional.
Keith Acheson dan Meredith D. Gfall (Purwanto, 1987:100),
memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan) antara tingkah laku mengajar
yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Secara teknik mereka katakan bahwa supervisi klinis adalah suatu model
supervisi yang terdiri atas tiga fase, yaitu : (1) pertemuan perencanaan, (2)
observasi kelas, dan (3) pertemuan balik.
Dari kedua definisi tersebut di atas, Jhon J. Bolla (Purwanto, 1987:101)
menyimpulkan supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang
bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru atau calon guru,
khususnya dalam penampilan mengajar. Berdasarkan observasi dan analisis
data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah
laku mengajar tersebut.
1) Ciri-ciri supervisi klinis
Agar menjadi lebih jelas bagaimana pelaksanaan supervisi klinis itu,
supervisor perlu memahami benar-benar ciri-ciri supervisi klinis. La
Sullo (Purwanto, 1987:102) mengemukakan ciri-ciri supervisi klinis
ditinjau dari segi pelaksanaannya sebagai berikut:
a. bimbingan supervisor kepada guru atau calon guru bersifat
bantuan, bukan bantuan atau instruksi;
b. jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau
calon guru yang akan disupervisi, dan disepakati melalui
c. meskipun guru atau calon guru mempergunakan berbagai
keterampilan mengajar secara terintegrasi, sasaran supervise hanya
pada beberapa keterampilan tertentu saja;
d. instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara
supervisor dan guru berdasarkan kontrak (lihat butir 3 di atas);
e. balikkan diberikan dengan segera dan secara objektif (sesuai
dengan data yang direkam oleh instrumen observasi);
f. meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data
yang direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi atau
pertemuan balikan guru atau calon guru diminta terlebih dahulu
menganalisis penampilannya;
g. supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada
memerintah atau mengarahkan;
h. supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka;
i. supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan,
observasi dan diskusi atau pertemuan balikan;
j. supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukkan atau
peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar; di pihak lain
dipakai dalam konteks pendidikan prajabatan maupun dalam
c. Pengawasan Melekat dan Pengawasan Fungsional
Dalam dunia pendidikan kita istilah supervisi disebut juga pengawasan atau
kepengawasan. Dengan pengawasan melekat yang efektif dan efisien dapat
dicegah sedini mungkin terjadinya pemborosan, kebocoran, dan penyimpangan
dalam penggunaan wewenang, tenaga, uang, dan perlengkapan milik negara
sehingga dapat terbina aparat pendidikan dan kebudayaan yang tertib, bersih
berwibawa, berhasil dan berdaya guna. Pengawasan melekat dilakukan oleh
setiap pimpinan atau atasan langsung harus mampu melaksanakan secara
periodik ataupun mendadak sampai dengan tiga eselon di bawahnya.
Tujuan pengawasan melekat adalah untuk mengetahui apakah pimpinan unit
kerja dapat menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian yang melekat
padanya dengan baik sehingga, bila ada penyelewengan, pemborosan, korupsi,
pimpinan unit kerja dapat mengambil tindakan koreksi sedini mungkin.
Yang dimaksud dengan “pengawasan fungsional” adalah kegiatan-kegiatan
pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang yang fungsi jabatannya sebagai
pengawas. Khusus mengenai kepala sekolah, harus mempunyai dua fungsi
kepengawasan sekaligus yaitu pengawasan melekat dan juga pengawasan
fungsional. Kepala sekolah harus menjalankan pengawasan melekat karena ia
adalah pimpinan unit atau lembaga yang paling bawah di lingkungan
Departemen P dan K dan ia pun harus menjalankan atau berfungsi sebagai
supervisor yang membantu tugas penilik dan pengawas dari Kanwil, khususnya
dalam bidang supervisi pengajaran.
10.Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya
pandai meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang
diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan di
sekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai.
Jelas kiranya, kepala sekolah di samping sebagai administrator yang pandai
mengatur dan bertanggung jawab tentang kelancaran jalannya sekolah
sehari-hari, juga adalah seorang supervisor. Seorang kepala sekolah bukanlah kepala
kantor yang selalu duduk di belakang meja menandatangani surat-surat dan
mengurus soal-soal administrasi belaka. Jika itu yang dimaksud dengan tugas
kepala sekolah atau pemimpin pendidikan, alangkah enak dan mudahnya. Setiap
orang agaknya dapat dan sanggup menjadi kepala sekolah.
11.Perencanaan Supervisi
Dalam bidang kegiatan apapun juga perencanaan merupakan suatu hal yang
pokok, yang tidak dapat ditiadakan, jika kita menginginkan usaha kita efektif.
Supervisi sebagai usaha untuk mendorong para guru mengembangkan
kemampuannya agar dapat mencapai tujuan pendidikan dengan lebih baik lagi,
adalah usaha yang terlalu penting untuk dilaksanakan dengan coba-coba saja,
dilakukan sebaik-baiknya. Tanpa perencanaan yang baik supervisi akan
memberikan kekecewaan kepada banyak pihak yang terlibat di dalamnya:
kepada guru, kepada supervisor dan kepada murid-murid yang mengharapkan
dan memerlukan peningkatan penampilan gurunya. Yang harus diperhatikan
dalam perencanaan supervisi meliputi:
a) untuk supervisi tidak ada rencana yang standar.
Tiap guru mempunyai kemampuan dan kelemahan yang berbeda;
memerlukan bantuan yang berbeda dari guru-guru yang lainnya dalam
keadaan yang tidak sama dengan guru-guru lainnya. Supervisi merupakan
usaha untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya dan
penampilannya, sesuai dengan kebutuhannya dalam situasi bekerjanya. Oleh
karena itu tiap bantuan harus diberikan dan direncanakan sesuai dengan
kebutuhan dan situasi tersebut.
b) perencanaan supervisi memerlukan kreativitas.
Supervisi tidak dapat direncanakan dan dilaksanakan menurut suatu pola
tertentu yang dapat diberlakukan untuk segala macam tujuan dan keadaan.
Tiap sekolah mempunyai situasi tersendiri dengan keadaan yang berbeda
dan masalah yang berlainan. Peningkatan pendidikan di sekolah harus
disesuaikan dengan kebutuhan murid-muridnya, dengan tujuan khusus
sekolah itu, dengan keadaan dan kemampuan anggota-anggota stafnya,
Semua hal-hal tersebut harus diperhatikan dan dijadikan faktor-faktor
penentu dalam menyusun program supervisi di sekolah. Hal ini memerlukan
kreativitas dari supervisor dalam menyusun programnya.
c) perencanaan supervisi harus komprehensif.
Usaha peningkatan kegiatan belajar-mengajar mencakup berbagai segi
yang sukar dipisah-pisahkan. Guru, alat, metoda, keadaan fisik, murid, sikap
kepala sekolah, semuanya itu bersangkut-paut dan saling mempengaruhi.
Usaha peningkatan penggunaan alat pelajaran baru perlu disertai dengan
usaha pengadaannya, dengan cara-cara pemeliharaannya, dengan
peningkatan sikap. Memang semuanya itu tidak dapat dicapai sekaligus
bersamaan.
Supervisor harus dapat mengatur kegiatan supervisinya agar
tujuan-tujuan dapat tercapai sebaik-baiknya, satu persatu secara berurutan dan
bertahap. Setiap tahapan yang dicapai harus berada dalam rangka
pencapaian tujuan yang lebih jauh lagi. Semua segi-segi dan
tahapan-tahapan yang dicapai harus merupakan satu keseluruhan, suatu kesatuan
yang menyeluruh. Oleh Karena itu perencanaannya harus komprehensif
yaitu bersifat menyeluruh dan memperhatikan semua segi-segi dari proses
belajar-mengajar, meskipun pencapaiannya harus bertahap.
Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan supervisinya supervisor seorang
supervisor akan memerlukan bantuan orang lain, anggota staf lainnya, dan
karena itu dalam perencanaan diperlukan bantuan dari orang-orang yang
kemudian akan turut dalam pelaksanaannya. Lagipula untuk menyusun
rencana yang komprehensif, diperlukan pengetahuan dan pandangan yang
luas, yang mencakup semua segi-segi proses belajar-mengajar. Oleh karena
itu pulalah perencanaan supervisi harus bersifat kooperatif,
mengikutsertakan sebanyak mungkin pihak-pihak yang berhubungan
dengan proses belajar-mengajar di sekolah.
Supervisor sebagai perencana harus merupakan seorang pemimpin dan
pembimbing dalam kerjasama kelompok, dan bukan pengambil keputusan
dan pelaksana tunggal. Supervisor sebagai pemimpin harus dapat
mendorong orang lain untuk berinisiatif, dan harus dapat memanfaatkan
inisiatif orang lain. Oleh karena itu perencanaan yang dilakukan supervisor
harus kooperatif.
e) perencanaan supervisi harus fleksibel.
Rencana supervisi harus memberikan kebebasan untuk melaksanakan
sesuatu sesuai dengan keadaan dan perubahan yang terjadi. Keadaan yang
berkembang, komplikasi yang timbul tak terduga, prosedur yang ternyata
pemecahan yang cukup efektif. Untuk ini rencana jangan hendaknya
menjadi penghalang.
Seorang supervisor yang bijaksana tidak terpaku pada cara-cara
pencapaian tujuan yang ia telah rencanakan, tetapi selalu berusaha
menyesuaikannya pada situasi baru dan tekanan-tekanan keadaan.
Sifat perencanaan yang fleksibel ini tidak berarti bahwa tujuan yang
dirumuskan dalam rencana tidak boleh jelas dan konkrit terperinci, cara-cara
pencapaiannya harus diperhitungkan dengan seksama.
12.Teknik Supervisi
Teknik merupakan cara tertentu yang khusus untuk mencapai tujuan
tertentu. Suatu teknik terdiri dari berbagai kegiatan yang teratur dan beraturan,
berdasarkan ketentuan-ketentuan.
Teknik merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, dan bukan merupakan
tujuan.
1. Teknik supervisi sebagai teknik komunikasi
Tugas seorang supervisor adalah membina yang disupervisinya agar
mereka dapat meningkatkan kemampuannya dan dengan demikian dapat
meningkatkan hasil kerjanya. Tugas itu merupakan tugas kepemimpinan,
yaitu tugas untuk mempengaruhi yang dipimpinnya supaya mau
Memimpin ialah mempengaruhi, yaitu memindahkan pengaruh, atau
mengkomunikasikan sesuatu sehingga yang dipengaruhi itu terdorong untuk
melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh pemimpin. Keberhasilan
kepemimpinan banyak tergantung dari cara-cara berkomunikasi. Dalam
supervisi, cara-cara berkomunikasi merupakan faktor yang banyak
menentukan keberhasilannya. Identifikasi kebutuhan yang disupervisi dapat
dilakukan dengan baik oleh supervisor, jika informasi yang diberikan
kepada supervisor oleh yang disupervisi, jelas dan lengkap. Begitu pula
dorongan, saran, dan petunjuk dari supervisor kepada yang disupervisi, akan
lebih mudah diikuti dan dilaksanakan, jika jelas dan dapat dimengerti
maksud dan tujuannya. Komunikasi dalam supervisi diperlukan dari kedua
belah pihak yaitu dari yang disupervisi kepada supervisor untuk berbagai
informasi yang diperlukan oleh supervisor, dan dari supervisor kepada yang
disupervisi sebagai bantuan, bimbingan dan dorongan.
Teknik-teknik komunikasi yang digunakan dalam supervisi banyak
macam ragamnya. Untuk mendapatkan gambaran yang tersusun, kita dapat
pengelompokkan sebagai berikut:
a. dilihat dari jumlah anggota yang dihadapi
(1). Teknik kelompok, yaitu cara-cara melaksanakan supervisi
(berkomunikasi) terhadap sekelompok orang bersama-sama:
• Studi kelompok, loka karya, seminar;
• Bulletinboard;
• Karya wisata;
• Kuesioner;
• Penataran dan penyegaran.
(2). Teknik perorangan, yaitu cara-cara pelaksanaan bimbingan dan
komunikasi terhadap perorangan masing-masing:
• Kunjungan kelas;
• Pertemuan pribadi;
• Kunjungan rumah.
b. dilihat dari langsung tidaknya supervisor menghadapi yang disupervisi,
digunakan tidaknya suatu media dalam komunikasi, dapat dibedakan:
(1). Teknik langsung, yaitu cara berkomunikasi dengan hubungan
langsung antara supervisor dan yang disupervisi, tanpa
menggunakan media lain. Termasuk teknik langsung dalam
supervisi, antara lain:
• Kunjungan kelas;
• Pertemuan pribadi;
• Rapat staf;
(2). Teknik tidak langsung, cara berkomunikasi dengan menggunakan
media lain, biasanya media tertulis, umpamanya:
• Kuesioner;
• Papan bulletin;
• Kursus tertulis;
Dengan adanya klasifikasi teknik dilihat dari segi jumlah yang disupervisi
dan dari segi cara langsung-tidaknya, kita dapat memperoleh empat kelompok,
dengan menggabungkan segi-segi klasifikasi sebagai berikut.
(1).Teknik kelompok langsung, umpamanya: rapat staf.
(2).Teknik kelompok tidak langsung, umpamanya: kuesioner.
(3).Teknik perorangan langsung, umpamanya: pertemuan pribadi.
(4).Teknik perorangan tidak langsung, umpamanya: tugas khusus individual.
B. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Antara Supervisi Kepala Sekolah dengan Kepuasan Kerja Guru.
Supervisi kepala sekolah merupakan sarana bagi kepala sekolah untuk
melakukan pembinaan/pembimbingan kepada guru mengenai hasil kegiatan
guru dalam proses belajar-mengajar. Oleh karena itu diharapkan supervisi
kepala sekolah akan membawa dampak positif bagi perkembangan kegiatan
Dalam dunia pendidikan guru-guru merupakan figur yang ditaati oleh
seluruh peserta didik, yang menjadi siswa di sekolah bersangkutan. Guru
dalam menjalankan tugasnya memiliki keanekaragaman latar belakang
pendidikan, kemampuan, inisiatif dan motivasi mengajar di sekolah. Dengan
keanekaragaman tersebut masing-masing guru memiliki tujuan dan peran
serta yang berbeda dalam menjalankan tugasnya. Dengan kemampuan tingkat
profesionalisme yang dimiliki guru akan menuntut imbalan kerja secara
ekonomis yang berbeda pula. Jika kepala sekolah dapat menerapkan tipe
supervisi yang dapat meningkatkan kualitas mengajar, dengan diimbangi
penghargaan yang memadai maka guru-guru dalam menjalankan tugasnya
akan mendapat kepuasan kerja sebagai imbalan yang diperoleh dari sekolah
yang bersangkutan.
Supervisi kepala sekolah dalam penelitian ini adalah tanggapan guru
mengenai hasil supervisi berupa bimbingan dalam tugas guru sebagai
pengajar yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan
profesionalitas guru. Supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah
berkenaan dengan pemecahan masalah dan bukan mencari masalah secara
bersama antara guru dengan kepala sekolah. Kepala sekolah yang mau
memperhatikan dan membantu guru dalam memecahkan masalah-masalah
pengajaran, masalah pribadi dan masalah profesi akan dapat memberi
sehingga guru akan bersikap baik terhadap organisasi dan kepala sekolah.
Guru punya persepsi yang positif terhadap pelaksanaan supervisi.
C. Hipotesis
1. Ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena dirancang untuk
mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata pada saat penelitian
dilakukan. Pada penelitian ini akan dikumpulkan data yang relatif terbatas dari
sejumlah kasus yang relatif besar jumlahnya. Oleh karena itu, digunakan metode
survei, yang lebih menekankan pada penentuan informasi tentang variabel dari
pada informasi tentang individu. Menurut Surakhmad (Arikunto, 2006:110)
mengatakan bahwa pada umumnya survei merupakan cara mengumpulkan data
dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (jangka waktu) yang bersamaan.
Jumlahnya biasanya cukup besar. Dalam penelitian ini kesimpulan yang ditarik
hanya berlaku dan terbatas pada guru-guru SMA Negeri dan Swasta di Kota
Yogyakarta.
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan bulan
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah guru Sekolah Menengah Atas di Kota Yogyakarta.
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam
penelitian. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah supervisi
kepala sekolah dan kepuasan kerja guru.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang sejenis, akan tetapi dapat
dibedakan satu sama lain (Arikunto, 1991:102). Perbedaan itu disebabkan
karena adanya karakteristik yang berlainan. Sesuai dengan masalah yang akan
diteliti maka populasi dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Menengah
Atas yang ada di Kota Yogyakarta dengan jumlah 1.829 orang
2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti
(Arikunto,1992:104). Berdasarkan masalah dalam penelitian ini guru yang
akan dijadikan sampel adalah guru SMA yang ada di Kota Yogyakarta.
Sampel sekolah ditarik secara purposive sampling yaitu sampel yang diambil
kurangnya perhatian kepala sekolah terhadap supervisi. Penelitian ini
merupakan penelitian sampel karena subjeknya diambil sebagian dari
populasi. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 317 responden, yang berasal
dari 8 SMA di Kota Yogyakarta antara lain SMAN 3, SMAN 9, SMAN 11,
SMA Bopkri 1, SMA Bopkri 2, SMA Marsudi Luhur, SMA Muhammadiyah
2, dan SMA Bhinneka Tunggal Ika.
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran
1. Dalam penelitian ini, variabel penelitian terbagi menjadi dua yaitu: variabel
bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).
a. Variabel Bebas (independent variable)
Variabel bebas (independenvariabel) adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab adanya perubahan atau timbulnya variabel
terikat. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah supervisi kepala
sekolah dengan kepuasan kerja guru.
b. Variabel Terikat (dependent variable)
Variabel terikat (Y) adalah variabel yang diramalkan akan timbul dalam
hubungan fungsional, yaitu kepuasan kerja guru.
2. Variabel Pengukuran
Supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah berkenaan dengan
pemecahan masalah yang secara bersama antara guru dengan kepala sekolah.
memecahkan masalah-masalah pengajaran, masalah pribadi dan masalah
profesi akan dapat memberi kepuasan guru dalam bekerja. Guru akan merasa
dihargai dan diperhatikan sehingga guru akan bersikap baik terhadap
organisasi dan kepala sekolah. Guru punya persepsi yang positif terhadap
pelaksanaan supervisi.
Tabel : 3.1
Kisi-kisi Instrumen Variabel Supervisi Kepala Sekolah
Indikator Item positif (+) Item negatif (-)
1. Program dan jadwal
Pengukuran atas indikator-indikator supervisi kepala sekolah tersebut
menggunakan skala likert. Pemberian skor pada variabel ini tersaji sebagai
Tabel 3.2
Skoring pernyataan supervisi kepala sekolah
Tabel : 3.3
Kisi-kisi instrumen variabel kepuasan kerja
Indikator Item positif (+) Item negatif (-)
1 Upah dan tunjangan
Pengukuran atas indikator-indikator kepuasan kerja guru tersebut
menggunakan skala likert. Pemberian skor pada variabel ini tersaji sebagai
berikut:
Tabel 3.4
Skoring pernyataan kepuasan kerja guru
Kriteria Jawaban Skor
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat Setuju
Kriteria Jawaban Skor
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Teknik kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan daftar
pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden. Melalui cara
ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan supervisi yang
sering dilakukan oleh kepala sekolah sebagai supervisor.
G. Teknik Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang
ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur
(Umar, 2003:72). Menguji validitas dilakukan dengan menghitung nilai
korelasi antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total,
menggunakan rumus teknik korelasi product moment (Umar, 2003:78):
( )( )
( )
{
ΝΣΧ2− ΣΧ 2}
{
ΝΣΥ2 −( )
ΣΥ 2}
ΣΥ ΣΧ − ΝΣΧΥ =
xy
r
Keterangan :
N : Jumlah responden
∑X : Jumlah skor X
∑Y : Jumlah skor Y
2
ΣΧ : Jumlah kuadrat skor X
2
ΣΥ : Jumlah kuadrat skor Y
Besarnya nilai koefisien r dapat dihitung dengan menggunakan korelasi
dengan signifikansi 5%. Jika rhitung lebih besar dari pada rtabel, maka butir soal
tersebut dikatakan valid. Jika sebaliknya maka butir soal tersebut dikatakan
tidak valid.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesasihan suatu instrumen. Dalam penelitian ini validitas akan dihitung
dengan menggunakan perhitungan korelasi product moment. Uji validitas ini
menggunakan komputer program SPSS versi 12.00, apabila diperoleh hasil
rhitung untuk setiap butir lebih besar dari rtabel dengan N = 33 di mana untuk df
= 33 – 2 = 31 dengan taraf signifikansi 5% menunjukkan nilai rtabel 0,355.
Maka butir-butir soal yang telah disusun ke dalam instrumen dinyatakan valid
sehingga pengambilan data penelitian dapat digunakan.
1. Uji Validitas Supervisi Kepala Sekolah
Uji validitas supervisi kepala sekolah ini diujicobakan kepada 33
responden. Kuesioner tentang supervisi kepala sekolah ini terdiri dari 20
item pertanyaan dan setiap item mempunyai 5 pilihan jawaban. Dari tabel
3.5 di bawah ini dari 20 item pertanyaan ditemukan pertanyaan yang tidak
valid sebanyak 3 item pertanyaan karena mempunyai nilai rhitung yang