• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILSAFAT ILMU ONTOLOGI HAKIKAT APA YANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FILSAFAT ILMU ONTOLOGI HAKIKAT APA YANG"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

FILSAFAT ILMU

ONTOLOGI HAKIKAT APA YANG AKAN DIKAJI

Dosen Pengampu: Dr. Karnadi, M.Si.

Disusun Oleh:

1. Asla De Vega NIM 9909817003

2. Halimatus NIM 9909817034

3. Yuni Dwisuryani NIM 9909817035

PAUD-B

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)
(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani, yang bersal dari kata kerja yaitu “phiosfienl” artinya kearifan atau mencintai kebijakan. Jadi arti filsafat secara hafiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadapat kearifan atau kebijakan. Filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut pandangan hidup (masyarakat). Filsafat adalah pengetahuan tentang cara berfikir terhadap segala sesuatu atau sekalian alam. Artinya, materi pembicaraan filsafat adalah segala hal yang menyangkut keseluruhan yang bersifat universal, dengan demikian, filsafat sebagai metode berfikir, maupun sebagai hasil berfikir, radikal, sistematis dan universal tentang segala sesuatu yang ada dan memungkinkan ada.

Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang tercakup dalam bidang ontologi, epistemologi, dan axiologi dengan berbagai pengembangan dan pendalaman yang dilakukan oleh para akhli.

(4)

terhadap diri dan lingkungan, Dengan adanya perkembangan ilmu pengethauan dan teknologi kita semakin ditentang dengan kemajuan teknologi beserta dampak negatifnya, perubahan demikian cepatnya, pergeseran tata nilai, dan akhirnya kita akan semakin jauh dari tata nilai dan moral

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain:

Apa Ontologi Hakikat Hal yang dikaji

1. Apa yang dimaksud dengan Ontologi ? 2. Apa definisi dengan Metafisika ?

3. Apa yang dimaksud dengan Asumsi ? 4. Apa yang dimaksud dengan Peluang ?

5. Apa yang dimaksud dengan Asumsi dalam Penelitian ? 6. Bagaimana Batas-batas Penjelajahan Ilmu ?

C. Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini ialah untuk mendeskripsikan hakikat hal yang dikaji dalam ontologi yang meliputi:

1. Untuk mengetahui definisi ontologi 2. Untuk mengetahu tafsiran metafisika 3. Untuk mengetahui asumsi

4. Untuk mengetahui peluang

(5)

BAB II TINJAUAN TEORI A. Ontologi Hakikat Hal yang dikaji

Ontologi merupakan asas dalam menetapkan batas/ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaah (objek ontogis atau objek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realiti (metafizika) dari objek ontologis atau objek formal tersebut. Secara ontologis, ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah-daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat empiris adalah tetap dengan asas epistemologi keilmuan yang mensyaratkan adanya penilaian secara empiris dalam proses pememuan/penyusunan pernyataan yang bersifat benar secara ilmiah.1

Bakhtiar mengatakan, ontology berasal dari kata ontos = sesuatu yang berwujud. Ontology adalah teori/ilmu tentang wujud, tentang hakikat yang ada. Ontology tidak banyak berdasar pada alam nyata, tetapi berdasar pada logika semata-mata.

Dari beberapa pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Menurut bahasa, ontology ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On / Ontos = ada, dan Logos = ilm. Jadi, ontology adalah ilmu tentang yang ada.

2. Menurut istilah, ontology ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.

Term ontology pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. Dalam perkembangan Christian Wolf (1679-1754 M) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika

1 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam perspektif moral,social dan politik (Bandung: PT.

(6)

khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontology. Dengan demikian, metafisika umum atau ontology adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih dibagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi.2

Ontologis membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Dasar ontologis dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi objek penelaahan ilmu. Aspek kedua dari landasan ontologi keilmuan adalah penafsiran tentang hakikat terdalam dari objek keilmuan. Penafsiran ontologik terhadap objek keilmuan harus didasarkan pada karakteristik objek ilmu sebagai mana adanya, yang yang bearti secara ontologik ilmu yang mendasarkan diri pada kenyataan sebagaimana adanya, terbebas dari nilai-nilai yang bersifat dogmatik. Suatu pernyataan akan diterima sebagai premis dalam argumentasi ilmiah jika telah melampaui pengkajian secara ontologik. Ontology mendahului imu dan bukan pembicaraan dalam ilmu itu sendiri. Walaupun begitu ontologi penting bagi penegembangan ilmu. Ontology menyelidiki dasar-dasar ilmu. Hasil penelaahan ontology dapat dijadikan dasar merumuskan hipotesis-hipotesis baru untuk memperbaharui asumsi asumsi dasar yang pernah digunakan (van peursen, 1985).3

2 Baktiar Amsal. Filsafat ilmu (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h.134-135. 3Tim dosen filsafat ilmu fakultas filsafat universitas gadjah mada. Filsafat ilmu.

(7)

B. Metafisika

Metafisika berasal dari kata “meta” berarti sesudah dan “fisika” berarti nyata/alam fisik. Dengan kata lain metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan hal-hal yang berada di belakang gejala-gejala yang nyata. Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang hal-hal yang sangat mendasar yang berada di luar pengalaman manusia. Metafisika mengkaji segala sesuatu secara komprehensif.

Ditinjau dari segi filsafat secara menyeluruh metafisika adalah ilmu yang memikirkan hakikat di balik alam nyata. Metafisika membicarakan hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata tanpa dibatasi pada sesuatu yang dapat diserap oleh pancaindera.

Metafisika memiliki inflikasi-inflikasi yang penting untuk pendidikan karana kurikulum sekolah berdasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai realitas. Dan apa yang kita ketahui mengenai realitas itu dikendalikan/didorong oleh jenis jenis pertanyaan yang diajukan mengenai dunia. Pada kenyataannya, setiap posisi yang berkenaan dengan apa yang harus diajarkan disekolah dibelakangnya memiliki suatu pandangan realitas tertentu, sejumlah respons tertentu pertanyaan pertanyaan metafisika.4

Metafisika adalah lancaran peluncuran. Dunia yang sepintas lalu kelihatannya sangat nyata. Tafsiran yang paling pertama diberikan oleh manusia terhadap alam adalah bahwa terdapat ujud-ujud yang bersifat gaib (supernatural) dan ujud-ujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata.

 Metafisika dan Pendidikan

Metafisika merupakan bagian dari filsafat spekulatif. Metafisika untuk mengetahui adanya hakikat realitas Illahi yang merupakan substansi dunia ini baik yang material, biologis, maupun intelektual.5 Hal yang menjadi

4 Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: Alfabeta,2009), h.75-76 5Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Pengetahuan

(8)

pusat persoalannya adalah hakikat realitas akhir. Metafisika mencoba jawaban atas pertanyaan pertanyaan berikut :

a. Apakah alam semesta memiliki bentuk rasional? apakah alam semesta memiliki makna ?

b. Apakah yang dinamakan jiwa itu merupakan kenyataan dalam dirinya atau hanyalah suatu bentuk waktu dalam gerak ?

c. Apakah semua prilaku organisme, termasuk manusia telah ditentukan (deterministik), atau memiliki kebebasan

(Inderterministik)?

d. Siapakah manusia ? darimana asalnya? apa yang dharapkan dalam hidup ini ? apa yang akan dituju manusia ?

e. Apakah alam semesta ini terjadi dengan sendirinya atau ada yang menciptakan ?

Dengan lahirnya sains, banyak orang beranggaban bahwa metafisika merupakan barang kuno. Menurut mereka, penemuan ilmiah betul betul dapat di percaya karna dapat diukur, sebaliknya pemikiran metafisika dapat dibuktikan kebenarannya dan tidak memiliki aplikasi pratis. Tetapi dewasa ini kita kenal bahwa metafisika dan sains merupakan dua kegiatan yang berbeda, memiliki nilai dan manfaat dalam lapangannya masing masing. Keduanya berusaha menyusun pertanyaan pertanyaan umum. Tetapi, metafisika berkaitan dengan konsep yang kejadiannya tidak dapat diukur secara empiris, seperti menyatakan :”Allah adalah penciptaan alam semesta” tujuan akhir manusia adalah hidup bahagia dunia dan akhirat.

(9)

macam kejadian alam kehidupannya. Anak meliihat benda mati, mahluk hidup, hewan, manusia, bahkan menyaksikan tentang kematian mahluk hidup.

 Tafsiran Metafisika

Ada beberapa tafsiran metafisika, yaitu: 1. Animisme

Animisme merupakan kepercayaan yang berkaitan dengan pemikiran supernaturalisme yaitu manusia percaya bahwa terdapat roh-roh yang bersifat gaib yang terdapat dalam benda-benda

Sebagai lawan dari supernaturalisme maka terdapat paham naturalism yang menolak pendapat bahwa terdapat ujud-ujud yang bersifat supernatural ini.

3. Materalisme

Materalisme merupakan paham berdasarkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh pengaruh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui.

(10)

nyata padahal tidak demikian. Hanya atom dan kehamaap itulah yang bersifat nyata.

Terminologi yang kita berikan pada gejala yang kita tangkap lewat panca indera. Ransangan pancaindera ini disalurkan ke otak kita dan menghadirkan gejala tersebut. Sehingga gejala yang didekati dari segi proses kimia-fisika. Hal ini tidak terlalu menimbulkan permasalahan selama diterapkan kepada zat-zat yang mati seperti batuan atau karat besi. Manusia menganut paham mekanistik ditentang oleh kaum vitalistik.

Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup hanya merupakan gejala kimis-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substantive dengan proses tersebut.

Mengenai pikiran dan kesadaran. Secara fisiologis otak manusia terdiri dari 10 sampai 15 biliun neuron. Neuron adalah sel saraf yang merupakan dasar dari berbagai disiplin ilmu seperti fisiologi, psikologi, kimia, matematika, fisika, teknik, dan neuro-fisiologi. Sehingga proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (obyek) yang ditelaahnya.

Dalam hal ini maka aliran monistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat. Mereka hanya berbeda-beda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama. Ibarat zat dan energi, dalam teori relativitas Einstein, energi hanya merupakan bentuk lain dari zat. Dalam hal ini maka proses berpikir dianggap sebagai aktivitas elektrokimia dari otak. Jadi yang membedakan robot dan manuisa bagi kaum yang menganut paham monistik hanya terletak pada komponen dan struktur yang membangunnya dan sama sekali bukan terletak pada substansinya yang pada hakikatnya berbeda secara nyata. Kalau komponen dan struktur robot sudah dapat menyamai manusia, maka robot itu pun bisa menjadi manusia.

(11)

sedangkan monoisme oleh Cristian Wolff (1679-1754). Dalam metafisika maka penafsiran dualisme membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda sui generis secara substantif. Filsuf yang menganut paham dualistic ini diantaranya Rene Descrates (1596-1650), John Locke (1632-1714), dan George Berkely (1685-1753).

Ketiga ahli filsafat ini berpendapat bahwa apa yang ditangkap oleh pikian, termasuk penginderaan dari segenap pengalaman manusia, adalah bersifat mental. Bagi Decrates maka yang bersifat nyata adalah pikiran sebab dengan berpikirlah maka sesuatu itu lantas ada. Decrates mulai menyusun filsafat secara deduktif berdasarkan pertanyaan yang baginya merupakan kebenaran yang tidak diragukan lagi.

Locke sendiri menganggap bahwa pikiran manusia pada mulanya dapat diibaratkan sebuah lempeng lilin yang licin (tabula rasa) menjelaskan bahwa pengalaman indera kemudian melekat pada lempengan tersebut. Semakin lama maka semakin banyak pengalaman indera yang terkumpul dan kombinasi dari pengalaman-pengalaman Indera itu seterusnya membuahkan ide yang kian lama kian rumit. Dengan demikian pikiran dapat diibaratkan sebagai organ yang menagkap dan menyimpan pengalaman indera. Pada dasarnya tiap ilmuan boleh mempunyai filsafat individual yang berbeda-beda yang bisa menganut paham mekanistik, vitalistik, atau idealistil. Titik pertemuan kaum ilmuan adalah bersifat pragmatis dari ilmu.6

C. Asumsi

Asumsi adalah praduga anggapan semetara (yang kebenarannya masih dibuktikan). Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat.

Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin Thomas Hobbes (1588-1679) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat

6 Jujun S . Suriasumantri, Filsafat Ilmu(Jakarta: PT. Pancaraintan Indahgraha, 2007), h.

(12)

dan gerak yang bersifat universal. Aliran filsafat ini merupakan lawan dari paham fatalis yang berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditetapkan lebih dulu. Demikian juga paham determinisme ini bertentangan dengan penganut pilihan bebas yang menyatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihannya tidak terikat kepada hukum alam yang tidak memberikan alternatif.

Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam memecahkan masalah praktis shari-hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang berfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan ini. Walaupun dmeikian sampai tahap tertentu ilmu perlu memiliki keabsahan salam melakukan generalisasi, sebab pengetahuan yang bersidat personal dan individual seperti upaya seni, tidaklah bersifat praktis. Jadi, diantara kutub determinisme dan pilihan bebas ilmu menjatuhkan pilihannya terhadap penafsiran probalistik.7

Tiga karakteristik yang perlu ditinjau dari awal bahwa gejala alam tunduk pada:

1 Determinisme

Karakteristik deterministik merujuk pada hukum alam yang bersifat universal. Tokoh: William hamilton dan Thomas Hobbes, yang mneyimpulkan bahwa pengetahuan bersifat empirik yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat uiversal.

2 Pilihan bebas

Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya, tidak terikat pada hukum alam yang tidak memberikan alternatif. Karakteristik ini banyak ditemukan pada bidang ilmu sosial.

3 Probabilistik

Pada sifat probabilstik, kecenderungan keumuman dikenal memang ada namun sifatnya berupa peluang. Sesuatu akan

(13)

berlaku deterministik dengan peluang tertentu. Probabilistik menunjukkan sesuatu memiliki kesempatan untuk memiliki sifat deterministik dengan menolerir sifat pilihan bebas.

Mengenai asumsi dasar dalam keilmuan, Harsojo menyebutkan tentang macamnya dalam karangan “apakah ilmu itu dan ilmu gabungan tentang tingkah laku manusia” meliputi:

1) Dunia itu ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia itu benar ada. Apakah benar dunia ada? Pertanyaan itu bukanlah pertanyaan ilmiah, melainkan pertanyaan filsafat. Oleh karena itu ilmu yang kita pelajari itu adalah ilmu pengetahuan empirs, maka landasannya adalah dunia empiris itu sendiri, yang eksestensinya tidak diragukan lagi. “Dunia itu ada” diterima oleh ilmu dengan begitu saja, dengan apriori atau dengan kepercayaan. Setelah ilmu menerima kebenaran eksistensi dunia empiris itu, barulah ilmu mengajukan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut, seperti misal: ‘bagaimanakah dunia empiris alam dan social itu tersusun’.

2) Dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia melalui pancaindera.mungkin ada jalan-jalan lain untukmendapatkan pengetahuan mengenai dunia empiris itu, akan tetapi bagi ilmu satu-satunya ialah jalan untuk mengetahui fakta ilmiah adalah melalui panca indera. Adanya penyempurnaan terhadap panca indera manusia dengan membuat alat-alat ekstension yang lebih halus, tidak mengurangi kenyataan bahwa pengetahuan tentang dunia empiris itu diperoleh melalui panca indera. Ilmu bersandar kepada kemampuan pancaindra manusia beserta alat-alat ekstentionnya.

(14)

struktur, organisasi, pola-pola kaidah-kaidah dibelakang fenomena itu, dengan jalan mengunakan metode ilmiahnya (Endang Saifuddin Anshari, 1987). 8

D. Peluang

Peluang secara sederhana diartikan sebagai probabilitas. Peluang 0.8 secara sederhana dapat diartikan bahwa probabilitas untuk suatu kejadian tertentu adalah 8 dari 10 (yang merupakan kepastian). Dari sudut keilmuan hal tersebut memberikan suatu penjelasan bahwa ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak. Tetapi ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar bagi manusia untuk mengambil keputusan, dimana keputusan itu harus didasarkan kepada kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif. Dengan demikan maka kata akhir dari suatu keputusan terletak ditangan manusia pengambil keputusan itu dan bukan pada teori-teori keilmuan.9

E. Asumsi dalam Ilmu

Mengembangkan asusmsi dalam ilmu maka harus memperhatikan beberapa hal. Pertama, asumsi dalam ilmu harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan. Asumsi ini harus operasioanal dan merupakan dasar dari kajian pengkajian teoritis. Asumsi bahwa manusia dalam administrasi adalah “manusia administrasi” yang bersifat opersional adalah makhluk ekonomis, makhluk sosial, makhluk aktualisasi diri atau makhluk yang kompleks. Berdasarkan asumsi ini maka dikembangkan berbagai model, strategi, dan praktek administrasi. Asumsi bahwa mnausia adalah manusia administrasi, dalam pengkajian administrasi, akan menyebabkan kita berhenti disitu. Seperti sebuah lingkaran, setelah berputar-putar, kita kembali ke tempat semula.

(15)

Kedua, asumsi ini harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya” bukan “bagaimana keadaan yang seharusnya”. Asumsi yang pertama adalah asumsi yang mendasari telaah ilmiah sedangkan asumsi kedua adalah asumsi yang mendasari telaah moral. Sekiranya dalam kegiatan ekonomis maka manusia yang berperan adalah manusia “yang mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan korbanan sekecil-kecilnya” maka itu sajalah yang kita jadikan sebagai pegangan tak usah ditambah dengan sebaiknya begini atau seharusnya begitu. Sekiranya asumsi ini dipakai dalam penyusunan kebijaksanaan (policy) atau strategi, serta penjabaran peraturan lainnya, maka hal ini bisa saja dilakukan, asalkan semua itu membantu kita dalam menganalisis permasalahan. Namun penetapan asumsi yang berdasarkan keadaan yang seharusnya ini seyogyanya tidak dilakukan dalam analisis teori keilmuan sebab metafisika keilmuaan berdasarkan kenyatan sesungguhnya sebagaimana adanya.

Seorang ilmuan harus benar-benar mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis keilmuannya, sebab mempergunakan asumsi yang berbeda, maka berarti berbeda pula konsep pemikiran yang digunakan. Kebanyakan yang sering dijumpai bahwa asumsi yang melandasi suatu kajian keilmuan tidak bersifat tersurat melainkan tersirat. Asumsi yang tersirat kadang-kadang menyesatkan, sebab selalu ada kemungkinan ada perbedaan penafsiran tentang sesuatu yang tidak dinyatakan. Oleh itu, maka untuk pengkajian ilmiah yang lugas lebih baik dipergunakan asumsi yang tegas. Sesuatu yang belum tersurat (terucap) dianggap belum diketahui atau belum mendapat kesamaan pendapat.10

F. Batas-batas penjelajahan ilmu

Fungsi ilmu dalam kehidupan manusia yakni sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Ilmu diharapkan membantu manusia memerangi

(16)

penyakit, membangun jembatan, membuat irigasi, membangkitkan tenaga listrik, mendidik anak, meratakan pendapatan nasional, dan sebagainya. Persoalan ini kemudian tidak akan kita tanyakan kepada ilmu, melainkan kepada agama sebab agamalah pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah itu.

Ilmu membatasi ruang lingkup penjelajahan pada batas-batas pengalaman manusia disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Sekiranya ilmu memasukkan daerah diluar batas pengalamannya empirisnya. Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta. Demikian kata Einstein , kebutaan moral dari ilmu mungkin membawa manusia kedalam jurang malapetaka.

Ruang penjelajahan ilmuan kemudian menjadi “kapling-kapling” berbagai disiplin keilmuan. Kapling ini makin lama makin sempit sesuai dengan perkembangan kuantitatif disiplin keilmuan. Kalau pada fase permulaan hanya terdapat ilmu-ilmu alam (natural philosophy) dan ilmu-ilmu sosial (moral philosophy) maka dewasa ini terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan.

 Cabang-cabang Ilmu

Ilmu berkembangan dengan sangat pesat dan demikian juga cabang-cabangnya. Hasrat untuk menspesialisasikan diri pada satu bidang telaahnya yang memungkinkan analisis yang makin cermat dan saksama menyebabkan obyek forma (obyek ontologis) dari disiplin keilmuaan menjadi kian terbatas. Diperkirakan sekarang ini terdapat sekitar 650 cabang keilmuan yang kebanyakan belum dikenal oleh orang-orang awam.

(17)

(mempelajari masa dan energy), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit), dan ilmu bumi (mempelajari bumi kita sendiri).

Tiap cabang ilmu kemudian mendesain ranting-ranting baru seperti fisika berkembang menjadi mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya, panas, kelistrikan dan magnetis, fisika nuklir dan kimia fisik. Sampai tahap ini maka kelompok ilmu ini termasuk kedalam ilmu-ilmu murni. Ilmu-ilmu murni kemudian berkembang menjadi ilmu terapan seperti contoh ilmu kimia mempunyai sekitar 150 disiplin. Ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Hal yang utama dari cabang ilmu sosial yakni antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya malalui proses pertukaran), sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia), dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berperintahan dan bernegara).

(18)

konsep dari ilmu-ilmu sosial murni kepada suatu bidang telaah sosial tertentu. Pendidikan, umpamanya merupakan ilmu sosial terapan yang mengaplikasikan konsep-konsep dari psikologi, antropologi, dan sosial. 11

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Secara ontologis, ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah-daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat empiris adalah tetap dengan asas epistemologi keilmuan yang

(19)

mensyaratkan adanya penilaian secara empiris dalam proses pememuan/ penyusunan pernyataan yang bersifat benar secara ilmiah. Hakikat hal yang dikaji dalam ontologis yaitu metafisika, asumsi, peluang, asumsi dalam ilmu, dan batas-batas penjelajahan ilmu.

DAFTAR PUSTAKA

Akmadi, Asmoro. 2009. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Press.

Amsal Baktiar. 2012. Filsafat ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sadulloh, Uyoh. 2009. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Pancaraintan

(20)

Suriasumantri, Jujun S. 1986. Ilmu dalam perspektif moral,social dan politik. Jakarta: PT. Pancaraintan Indahgraha.

Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan. Bandung: PT Remaja Rosadakarya.

Tim dosen filsafat ilmu fakultas filsafat universitas gadjah mada. 2007. Filsafat ilmu. Yogyakarta: Liberty.

TEACHING PLAN MATA KULIAH Filsafat Ilmu

POKOK BAHASAN Ontologi Hakikat Ilmu Yang Dikaji

TUJUAN 1 Peserta mengetahui definisi ontology 2 Peserta mengetahu tafsiran metafisika 3 Peserta mengetahui asumsi

4 Peserta mengetahui peluang

(21)

6 Peserta mengetahui batas-batas penjelajahan JUMLAH JPL 1 JPL (1 x 60 menit = 60 menit)

WAKTU Senin , Oktober 2017

METODE

1. Ice breaking tepuk irama“Bom Snap Clap” 2. Ceramah

3. Tanya Jawab

4. Game “Saintific Lingkaran Botol Pertanyaan” MODEL

2. Botol plastik berisi 7 butir pertanyaan sulit 3. Botol plastik berisi 10 butir pertanyaan mudah 4. MP3 lagu anak-anak Tujuannya untuk melatih keseimbangan otak kanan dan kiri. Serta membuka saklar otak untuk berkonsentrasi. Kegiatan ini dilakukan secara classical.

(22)

B. Pendahuluan

(05 menit)

Pendidik memaparkan latar belakang permasalahan yang akan di kaji

C. Pembahasan

(15menit)

1 Pendidik menjelaskan mengenai ontologi hakikat hal yang dikaji

2 Pendidik menjelaskan mengenai definisi dengan metafisika

3 Pendidik menjelaskan mengenai asumsi 4 Pendidik menjelaskan mengenai peluang 5 Pendidik menjelaskan mengenai asumsi

dalam Penelitian

6 Pendidik menjelaskan mengenai batas-batas Penjelajahan Ilmu

7 Pendidik melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi

Ice Breaking (5 menit)

(23)

botol pertanyaan yaitu level mudah dan sulit. 5. Pendidik memberikan 1 botol pertanyaan yang

mudah di lingkaran Kelompok A dan 1 botol pertanyaan sulit di lingkaran Kelompok B. Namun perlu diketahui bahwa botol pertanyaan itu akan diputar diiringi musik. Jadi tidak hanya kelompok A saja yang akan mendapatkan pertanyaan yang mudah.

6. Pendidik memutar musik lagu anak-anak. Ketika lagu di putar maka botol pertanyaan itu juga ikut diputar.

7. Apabila musik berhenti maka peserta yang memegang botol pertanyaan terakhir membuka botol dan mengambil 1 pertanyaan. Kemudian peserta membacanya dengan suara yang lantang dan menjawabnya.

8. Peserta yang tidak bisa menjawab pertanyaan maka akan mendapatkan hukuman yaitu bernanyi lagu wajib nasional.

E. Penutup

(10 menit)

1. Pendidik menyampaikan kesimpulan dari materi dan filosofi dari permaina yang dilakukan peserta

(24)

Lampiran 1

Media dan Peralatan yang Digunakan

(25)

Botol Pertanyaan

Proyektor

(26)

Speaker

Lampiran 2

Pertanyaan Level Mudah

1. Apa yang dimaksud dengan ontologi? 2. Apa yang dimaksud dengan metafisika? 3. Aliran animise menganut paham apa?

4. Apa yang dimaksud dengan aliran materialisme? 5. Berikan contoh metafisika yang anda ketahui? 6. Apa yang dimaksud dengan asumsi?

7. Sebutkan salah satu paham dari asumsi?

(27)

9. Sebutkan cabang-cabang ilmu yang berkembang dari dua cabang utama?

10. Apa Fungsi dari ilmu pengetahuan?

Jawaban

1. Ontology adalah sesuatu yang sungguh-sungguh ada.

2. Metafisika merupakan Cabang filsafat yang membicarakan hal-hal yang berada di belakang gejala-gejala yang nyata.

3. Aliran animisme menganut paham supernaturalisme.

4. Aliran materialisme merupakan paham berdasarkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh pengaruh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui.

5. Contoh metafisika yang diketahui seperti membelah batu bata hanya menggunakan tangan atau kepala, berlajan di atas api atau pecahan kaca.

6. Asumsi merupakan dugaan tanpa teori

7. Paham yang ada di asumsi adalah determinisme, pilihan bebas dan probalistik

8. Peluang dapat diartikan sebagai probabilitas.

9. Cabang ilmu berkembang dari dua cabang utama yaitu filsafat alam dan fiilsafat moral.

(28)

Lampiran 3

Pertanyaan Level Sulit

1. Mengapa ontology terkait dengan metafisika?

2. Bagaimana sebenarnya proses ontology itu dapat menunjukkan tentang kebenaran suatu hal atau perkara?

3. Asumsi adalah suatu dugaan tanpa teori. Asumsi sering disamakan dengan opini. Akan tetapi, asumsi dengan opini itu berbeda. Apa perbedaan asumsi dan opini?

4. Bagaimana cara mengembangkan asumsi?

(29)

6. Berikan contoh peluang yang dapat terdapat di PAUD!

7. Bagaimana proses terjadinya metafisika dalam kehidupan sehari-hari?

Lampiran 4

Ice Breaking “Boom Snap Clap”

(30)

1. Tepuk tangan ke dada satu kali

(31)

3. Tepuk tangan sekali

4. Tepuk tangan ke dada dua kali, dengan tangan yang mengepal

(32)

6. Tepuk tangan sekali

7. Petik jari satu kali

(33)

9. Petik jari sekali

10. Tepuk tangan sekali

(34)

12. Petik jari sekali

13. Letakkan satu jari di depan mulut, lalu katakan "shh!"

Langkah- Langkah itu pertama, dengan tangan kanan. Kedua, dengan tangan kiri. Dan terakhir, dengan kedua tangan.

Bermain sambil mengatakan:

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang perlu dilakukan dari penelitian ini yaitu identifikasi senyawa aktif dari ekstrak etanol daun keladi tikus (Typhonium flagelliforme), kemangi (Ocimum sanctum L), dan

Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut. •

Salah satu permasalahan lembaga keuangan syariah adalah terbatasnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk membangun lembaga keuangan syariah yang profesional, baik, dan

PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) / Indonesia Bond Pricing Industry (IBPA): adalah calon Lembaga Penilaian Harga Efek (LPHE) yang didirikan pada 28.. Desember 2007 dan

Untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi yang jelas mengenai perhitungan mengenai limit distribusi dari matriks transisi rantai Markov, berikut ini akan diberikan dua contoh

Tahap ketiga yaitu evaluasi, dalam tahap ini peneliti membandingkan hasil pengukuran yang telah diperoleh pada tahap pre-test dan post-test dan melakukan

Visual Basic merupakan bahasa pemrograman yang sangat mudah dipelajari, dengan teknik pemrograman visual yang memungkinkan penggunanya untuk berkreasi lebih baik dalam

Evaluasi yang didapatkan dari pelaksanaan asuhan kebidanan komprehenshif pada Ny.N tidak terjadi komplikasi lebih lanjut setelah dilakukan asuhan kebidanan secara