230 PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN JAGUNG PADA TANAH YANG BERSIFAT MASAM
Resman1*, Azhar Ansi2, Wa Ode Harlis3 merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Komposisi kimia jagung terdiri atas karbohidrat 61%, air 13,5%, protein 10%, lemak 4%, gula 1,4%, pentosan 6%, serat kasar 2,3%, abu 1,4% dan zat lain 0,4%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan organik terhadap pertumbuhan jagung pada tanah masam. Penelitian ini dilaksanakan di dalam rumah plastik, di Desa Kusambi, Kabupaten Muna Barat Sulawesi Tenggara dari bulan Mei sampai Juli 2017. Bahan dan alat yang digunakan yaitu: benih jagung, pupuk organik cair, waring net, plastik transparan, air, cangkul, meteran, jangka sorong, tiang patok, kamera dan alat tulis. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Pupuk organik cair dari sabut kelapa (S) terdiri atas 4 taraf perlakuan yaitu (S0) 0ml, (S1) 25ml, (S2) 50ml, (S3) 75ml. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga ada 16 unit perlakuan. Parameter yang diamati (tinggi tanaman dan diameter batang. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik cair dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung pada tanah masam. Perlakuan yang terbaik adalah perlakuan S3 (75 ml/tanaman).
Kata kunci: Jagung, pupuk organik cair, tanah masam.
PENDAHULUAN
Tanaman Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia penghasil karbohidrat yang merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Komposisi kimia jagung terdiri atas karbohidrat 61%, air 13,5%, protein 10%, lemak 4%, gula 1,4%, pentosan 6%, serat kasar 2,3%, abu 1,4% dan zat lain 0,4%. Selain itu, jagung juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri seperti cat, minuman, minyak, kertas dan juga sebagai bahan pakan ternak. Seiring dengan berkembangnya tingkat konsumsi masyarakat dan industri yang membutuhkan bahan pangan tersebut sehingga tanaman jagung menjadi sumber bahan pangan yang selalu dibudidayakan petani Indonesia (Nugroho, 2009). Tanaman jagung semakin meningkat penggunaanya, karena hampir seluruh bagian dari tanaman jagung dapat dimanfaatkan antara lain: batang dan daun muda digunakan untuk pakan ternak, batang dan daun tua (setelah panen) digunakan untuk oupuk hijau atau kompos, batang dan daun kering digunakan untuk kayu bakar, buah jagung muda untuk sayuran, bakwan, biji jagung tua untuk pengganti nasi, jagung, tepung, bahan campuran kopi bubuk (Purwono dan Hartono, 2010).
231 mengakibatkan tanah masam menjadi padat. Tanah yang padat mempunyai porositas yang rendah sehingga infiltrasi dan perkolasi rendah, akibatnya aliran permukaan meningkat dan mudah terjadi erosi. Sedangkan kendala dari aspek kimia tanah yaitu aerasi tanah sangat rendah bereaksi masam, kurang tersedianya unsur Fosfor (P), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Molibdenum (Mo), juga memiliki kejenuhan Alumunium (Al) tinggi, Besi (Fe) dan Mangan (Mn) aktif tinggi, bila unsur-unsur tersebut jumlahnya banyak di dalam tanah akan dapat menyebabkan keracunan pada tanaman. Tanah masam pada umumnya mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah (Sri Adiningsih dan Mulyadi 1993) dalam (Prasetyo dan Suriyadikarta , 2006).
Salah satu upaya untuk mengendalikan kepadatan tanah pada tanah masam adalah dengan pemberian bahan organik. Pemberian bahan organik tidak hanya meningkatkan unsur hara dan aktivitas mikroorganisme dalam tanah tetapi juga memegang peranan penting dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Sudirja, 2006) dalam Junaedi et al. (2013). Menurut Gaur (1980) dalam Junaedi et al. (2013) peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah ialah merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah dan meningkatkan kemampuan menahan air. Menurut (Murbandono, 2007) pemberian bahan organik seperti pupuk organik cair akan mampu memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur, memperbaiki stuktur tanah, meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air serta memudahkan pertumbuhan akar tanaman.
Manfaat pupuk organik secara kimia berperan dapat meningkatkan kapasitas pertukaran kation terhadap ketersediaan hara dalam tanah dan meningkatkan pH tanah apabila bahan organik yang ditambahkan telah terdekomposisi secara sempurna serta secara biologi berperan sebagai sumber energi bagi makro dan mikro fauna tanah (Atmojo, 2003) dalam Simanjuntak et al (2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman jagung pada tanah yang bersifat masam.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di dalam rumah plastik, di Desa Kusambi, Kabupaten Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara, mulai bulan Mei sampai Juli 2017.
Bahan dan Alat
232 laboratorium
Prosedur Penelitian
Persiapan Media Tanam
Sampel tanah yang digunakan sebagai media tanam diambil di lokasi penelitian dengan menggunakan pacul pada kedalaman 0-30cm dari permukaan tanah, dikering anginkan, kemudian dihaluskan, lalu dimasukan ke dalam polybag.
Pembuatan Pupuk Organik Cair
Bahan pupuk organik cair dari sabut kelapa yang kering, berwarna coklat (yang sudah dipanen). Sabut kelapa dibersihkan terlebih dahulu, lalu dicincang kecil-kecil, setelah itu sabut kelapa yang sudah tercincang, dimasukan ke dalam ember berisi air dengan perbandingan (25:1) (25 liter air, 1kg sabut kelapa) lalu ditutup rapat. Setelah 28 hari perendaman pupuk organik cair siap digunakan.
Optimasi Dosis Pupuk Organik Cair
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu: (S0) tanpa perlakuan pupuk organik cair sebagai kontrol 0 ml, (S1) perlakuan pupuk organik cair 25 ml, (S2) perlakuan pupuk organik cair 50 ml, (S3) perlakuan pupuk organik cair 75 ml Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga menjadi 16 unit perlakuan. Pemberian pupuk organik cair dimulai pada saat tanaman berumur 7 HST, selanjutntnya diberikan pada umur (14, 21, 28 dan 35 HST). Setiap tanaman diberikan sesuai dengan perlakuan (0ml, 25ml, 50ml dan 75ml) yang telah diencerkan dengan perbandingan (1 liter pupuk organik cair : 5 liter air bersih).
Penanaman Tanaman
Setiap polybag yang sudah berisi tanah ditanami satu biji jagung. Lalu disusun di dalam rumah plastik. Penyiraman dilakukan setiap pagi hari dengan cara menyiramkan air ke dalam polybag.
Variabel Yang Diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini antara lain: tinggi tanaman diameter batang, jumlah daun dan luas daun pada umur (14, 28 dan 42 HST).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Tanah Lokasi penelitian
233 menunjukkan bahwa kandungan unsur hara tanah sangat rendah dan tanah bersifat masam.
Tinggi Tanaman Jagung
Tabel 1. Rata-rata pengaruh berbagai dosis penggunaan pupuk organik cair terhadap tinggi tanaman jagung (cm) umur (14, 28 dan 42 HST)
Perlakuan
Hari Setelah Tanam (HST)
14 28 42
SO 30,02 b 59,51 b 115,23 d
S1 32,20 b 63,71 b 130,67 c
S2 36,05 a 74,65 a 142,99 b
S3 39,18 a 81,92 a 158,25 a
UJBD0,05
2 = 1,91 2,92 4,81
3 = 1,97 3,03 4,94
4 = 2,03 3,02 5,08
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama, berbeda tidak nyata berdasarkan UJBD0,05
Tabel 1, menunjukkan bahwa tinggi tanaman jagung pada umur 14 HST tertinggi diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda nyata dengan perlakuan S0, S1 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan S2. Pada umur 28 HST tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda nyata dengan perlakuan S0, S1 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan S2. Pada umur 42 HST tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak konsentrasi pupuk organik cair yang diberikan semakin banyak pula kandungan unsur hara yang terkandung di dalamnya. Unsur hara tersebut berperan penting dalam pertambahan tinggi tanaman, unsur hara lebih mudah tersedia dan dapat diserap oleh tanaman sehingga dapat meningkatkan pembelahan sel pada pertumbuhan tanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasruddin (2010), bahwa unsur hara yang tersedia di dalam tanahdapat mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman.
Menurut Hakim (2009) tinggi tanaman merupakan ukuran yang sering diamati, baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan kenyataan bahwa tinggi tanaman merpakan pertumbuhan yang mudah dilihat.
234 Tabel 2. Rata-rata pengaruh berbagai dosis penggunaan pupuk organik cair terhadap
diameter batang(cm) pada umur (14, 28 dan 42 HST)
Perlakuan berbeda tidak nyata berdasarkan UJBD0,05
Tabel 2, menunjukkan bahwa diameter batang pada umur 14 HST tertinggi diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainya. Pada umur 28 HST diameter batang tertinggi diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda nyata dengan perlakuan S0 dan S1 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan S2. Pada umur 42 HST diameter batang tertinggi diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda nyata dengan perlakuan S0 dan S1, tetapi tidak berbeda dengan perlakuan S2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada umur 14, 28, dan 42 ( HST ) diperoleh pada perlakuan terbaik S3 (75 ml). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah dosis pupuk organik cair yang diberikan pada tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan diameter pada batang tanaman. Perkembangan diameter batang tanaman tergantung dari pada ketersediaan unsur hara yang ada di dalam tanah, terutama P yang berperan dalam pembelahan dan perkembagan sel-sel tanaman.
Diameter batang berpengaruh terhadap berdirinya tanaman agar tidak mudah roboh ketika tanaman semakin tinggi. Ketersediaan unsur hara yang ada di dalam pupuk organik cair yang mudah diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang akan menambah pembesaran sel yang berpengaruh pada pertumbuhan diameter batang tanaman. Semakin banyak zat makanan yang dapat diserap oleh tanaman maka akan menghasilkan diameter yang semakin besar dimana batang merupakan daerah akumulasi pertumbuhan tanaman yang lebih muda sehingga dengan pemberian unsur hara dapat mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman.
Menurut (Mugianto, 2007) kelebihan dari air rendaman sabut kelapa adalah dapat mengatasi defesiensi hara dan mampu menyediakan hara secara cepat, tidak merusak tanah dan tanaman meskipun digunakan sesering mungkin. Selain itu, air rendaman sabut kelapa juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhanya.
235 Tabel 3. Rata-rata pengaruh berbagai dosis penggunaan pupuk organik cair terhadap
jumlah daun (helai) pada umur (14, 28 dan 42 HST)
Perlakuan berbeda tidak nyata berdasarkan UJBD0,05
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah daun pada umur (14 HST) jumlah daun tertingg pada perlakuan S3 berbeda nyata dengan perlakuan lainya. Pada umur (28 dan 42 HST) jumlah daun tertingg pada perlakuan S3 berbeda nyata denganperlakuan lainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 14, 28, dan 42 ( HST ) diperoleh pada perlakuan terbaik S3 (75 ml). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah dosis pupuk organik cair yang diberikan pada tanaman dapat meningkatkan jumlah daun.
Hal ini sejalan dengan pendapat Fageria dan Baligar (2005), mengatakan bahwa pemberian pupuk dengan kadar nitrogen yang tinggi dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan organ tanaman sehingga lebih cepat mengalami pertambahan jumlah daun dan ukuran luas daun tanaman.
Luas Daun Tanaman Jagung
Tabel 4. Rata-rata pengaruh berbagai dosis penggunaan pupuk organik cair terhadap luas daun (cm) pada umur (14, 28 dan 42 HST). berbeda tidak nyata berdasarkan UJBD0,05
236 menunjukkan bahwa pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap luas daun pada umur 14, 28, dan 42 ( HST ) diperoleh pada perlakuan terbaik S3 (75 ml).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah dosis pupuk organik cair yang diberikan pada tanaman dapat meningkatkan luas daun tanaman. Perkembangan luas daun tanaman tergantung dari pada ketersediaan unsur hara yang ada di dalam tanah, yang dapat meransang perkembangan dan pertumbuhan tanaman sampai produksi. Ketersediaan air yang ada di dalam pupuk organik cair yang lebih besar menyebabkan tanaman cepat berkembang sehingga jumlah luas daun tanaman bertambah. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa pemberian pupuk organik cair yang lebih besar mampu tumbuh lebih tinggi dan menghasilkan jumlah daun lebih banyak dan luas daun yang lebih besar dibanding kontrol.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik cair dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung pada tanah yang bersifat masam. Perlakuan yang terbaik adalah perlakuan S3 dengan dosis (75ml) dengan rata-rata tinggi tanaman (158,25cm), rata-rata diameter batang sebesar (1,48 cm), rata-rata jumlah daun (10 helai) dan luas daun (881,07cm2).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Dirjen DIKTI yang telah mendanai penelitian ini melalui Program HIBAH Produk Terpan 2017 dan kepada seluruh pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Fageria, N.K and V.C. Baligar, 2005. Enhancing nitrogen use efficiency in crop plants. Advances in Agronomy 88: 97 – 185.
Hakim, M.A. 2009. Asupan Nitrogen dan Pupuk Organik Cair terhadap Hasil dan Kadar Vitamin C Kelopak Bunga Roselia. http://eprints.uns.a.id/279/1 diakses; 28 Agustus 2017
Junaedi H., Mahbub, I.A. Zurhalena, 2013. Pemanfaatan Kompos Kotoran Sapid an Ara Sungsang Untuk Menurunkan Kepadatan Ultisol. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. Volume 15, Nomor 1, Hal. 47-52
Mugianto, 2007. Budi Daya Tanaman Jagung.
http://zuldesains.wordpress.com/2011/01/11/budidaya-tanaman-jagung/(Diakses. Mei 2017).
Nasaruddin, 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin dan Yayasan Forest Indonesia, Jakarta.
Nugroho, 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Fakultas Pertanian. UGM Yogyakarta.
Prasetya, B.H dan Sudiakarta. 2006. Karakteristik, Potensi, Dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian. 25(2): 39-47.
237 LAHAN BERO BERVEGETASI SEKUNDER CAMPURAN. Jurnal. Paradigma. FMIPA. UHO.
Simanjuntak, G. Sitorus, B. Guchi H. 2013. Pemberian Bahan Organik Dan jenis Air Penyiram Terhadap Sifat Fisik Tanah Ultisol dan Produksi Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Jurnal. Agroteknologi Fakultas Pertanian USU, Vol.2, No. 1, Dsember 2013. Hal: 135-144
Wang, F. Y., Lin, X. G., Yin, R., & Wu, L. H. 2006, Effect of Arbuscular MycorrhizalInoculation on The Growth of Elsholtzia splendens and Zea mays and the activities of Phosphatase and Urease in a Multi-Metal-Contamined Soil Under Unsterilized Conditions, Departement of Soil Biology and Biochemistry, China.