KARYA TULIS ILMIAH PERSEPSI PACARAN PADA SISWA
TINJAUAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PACARAN PADA SISWA SMA PGRI 1 KUDUS
Diajukan Dalam Rangka
Mengikuti Seleksi Lomba Karya Tulis Ilmiah Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus
Tahun 2017
Disusun Oleh : 1. YENI NORMALIA 2. REVINDA BERLIANA
SMA PGRI 1 KUDUS
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : “Persepsi Pacaran Pada Siswa, Tinjauan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pacaran pada Siswa SMA PGRI 1 Kudus”
Penulis : 1. Yeni Normalia 2. Revinda
Telah disahkan dan diterima oleh pembimbing.
Kudus, 25 April 2017 Pembimbing
VIRAWAN SEPTYA Mengetahui
Kepala SMA PGRI 1 Kudus
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugrah yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan judul “Persepsi Pacaran Siswa, Tinjauan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pacaran pada Siswa SMA PGRI 1 Kudus”.
Namun demikian, kami menyadari bahwa keberhasilan penyusunan laporan penelitian ini berkat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Bambang Sugiarto, S.Pd selaku kepala SMA PGRI 1 Kudus 2. Bapak Ibu Guru beserta Staff dan karyawan SMA PGRI 1 Kudus 3. Bapak Virawan Septya, S.Pd selaku pembimbing
4. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dorongan dan semangat serta doa restunya
5. Rekan-rekan dan saudara-saudara kami yang telah memberikan motivasi, dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan penelitian ini jauh dari predikat sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan berbagai masukan baik saran maupun kritik yang membangun. Harapan kami, sederhana apapun penulisan ini semoga dapat memberikan manfaat yang berarti. Kiranya Tuhan sumber segala berkat selalu memberkati kita.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ……… iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... 1
C. TUJUAN PENELITIAN ... 1
D. MANFAAT PENELITIAN ... 1
BAB II LANDASAN TEORI.………... 2
A. PENGERTIAN PERSEPSI... 2
B. PENGERTIAN PACARAN... 2
C. PACARAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM ……… 4
D. PENGERTIAN SIKAP DAN PERILAKU ……….………… 4
BAB III METODE PENELITIAN ... 6
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 6
B. POPULASI PENELITIAN DAN SAMPLING ... 7
C. METODE PENGUMPULAN DATA... 7
D.TEKNIK ANALISI DATA ... 8
BAB IV PEMBAHASAN ………9
A. PERSEPSI SISWA SMA PGRI 1 KUDUS TENTANG PACARAN .. 9
B. PENANGANAN YANG TEPAT ………...10
BAB V PENUTUP ………...……11
A. KESIMPULAN ... 11
B. SARAN ... 11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak kepada masa dewasa. Masa dewasa atau remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Jiwa remaja penuh gejolak dan pemberontakan. Gejolak ingin mendapatkan pengakuan atas keberadaannya, ingin mendapatkan kepercayaan, ingin mendapatkan penghargaan, ingin berprestasi, ingin menunjukkan keberanian, ingin mendapatkan kebebasan dan kemandirian. Salah satunya adalah aktivitas berpacaran.
Soal pacaran di zaman sekarang tampaknya menjadi gejala umum di kalangan kawula muda. Barang kali fenomena ini sebagai akibat pengaruh kisah-kisah percintaan dalam roman, novel, film dan syair lagu sehingga terkesan bahwa hidup di masa remaja memang harus diberi dengan bunga-bunga percintaan, kisah-kisah asmara, harus ada pasangan tetap sebagai tempat untuk bertukar cerita dan berbagi rasa.
Kecenderungan siswa berpacaran tidak dapat dilepaskan dari peran dan aktivitas di sekolah. Sekolah, selain sebagai tempat untuk mengembangkan bakat dan minat juga merupakan tempat yang tepat bagi para pelajar untuk bersosialisasi dengan teman sebaya.
Dewasa ini, aktivitas berpacaran di kalangan pelajar lebih dianggap sebagai “kebutuhan”. Seorang siswa tidak dikatakan “gaul” jika tidak mempunyai pacar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Persepsi Pacaran pada Siswa, Tinjauan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pacaran Pada Siswa SMA PGRI 1 Kudus”.
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini adalah :
1. Bagaimana persepsi siswa SMA PGRI 1 Kudus tentang pacaran, baik dari aspek pengetahuan, sikap maupun perilaku?
2. Bagaimana penanganan yang tepat dalam menghadapi kasus pacaran? C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui persepsi siswa SMA PGRI 1 Kudus tentang pacaran 2. Untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan dalam penanganan kasus
pacaran.
D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti seleksi lomba karya tulis ilmiah BEM FT Universitas Muria Kudus tahun 2017.
BAB II
LANDASAN TEORI A. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indra (Drever dalam sasanti, 2003). Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berfikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Sarbi (1993) mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, kemampuan itulah yang memungkinkan individu mengenalii milleu (lingkungan pergaulannya) hidupnya.
Persepsi berarti tanggapan terhadap suatu hal. Sedangkan siswa berarti peserta didik yang mengenyam bangku pendidikan. Jadi secara ilmiyah persepsi siswa adalah tanggapan sejumlah peserta didik terhadap suatu hal. Tanggapan tersebut bermacam-macam. Hal tersebut dipengaruhi oleh pandangan dan pemikiran mereka, sehingga persepsi antara orang yang satu dengan orang yang lain itu berbeda.
B. Pengertian Pacaran
Tak kenal maka tak sayang! Itulah sebuah ungkapan yang telah populer di kehidupan kita. Bahkan, ungkapan itu memang berlaku umum, yaitu sejak seseorang mulai mengenal lingkungan hidupnya. Dalam konteks hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, istilah "tak kenal maka tak sayang" adalah awal dari terjalinnya hubungan saling mencintai. Apa lagi, di zaman sekarang ini hubungan seperti itu sudah umum terjadi di masyarakat. Yaitu, suatu hubungan yang tidak hanya sekadar kenal, tetapi sudah berhubungan erat dan saling menyayangi. Hubungan seperti ini oleh masyarakat dikenal dengan istilah "pacaran". Istilah pacaran berasal dari kata dasar pacar yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Istilah pacaran dalam bahasa Arab disebut tahabbub. Pacaran berarti bercintaan; berkasih-kasihan, yaitu dari sebuah pasangan laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.
boleh diartikan sebagai keharusan untuk melanjutkan. Pacaran dimaksudkan sebagai situasi yang memungkinkan pasangan yang berelasi semakin dekat dan akhirnya menemukan kecocokan satu sama lain untuk melanjutkan hidup bersama dalam suatu hubungan resmi, baik pertunangan maupun perkawinan. Sedangkan pengertian pacaran jarak jauh adalah bagaimana jarak, intensitas dan frekuensi berkomunikasi terbatas dan tidak dapat bertatap muka secara langsung
Pacaran mempunyai “aturan main” yang harus ditaati kalau pasangan yang saling tertarik masih mau dianggap “berpacaran”. Aturan main itu secara singkat adalah sebagai berikut:
1. Setuju untuk mengadakan hubungan yang khusus dan akan menghentikan semua hubungan khusus dengan orang-orang lain dari lawan jenis.
2. Masih ingin saling kenal lebih jauh, tapi jelas masih ada hal-hal pribadi yang hanya boleh diketahui oleh orang itu sendiri (masih punya rahasia). 3. Persahabatan khusus itu disertai dengan belajar saling memperhatikan,
melayani, dan menyayangi dalam arti yang lebih luas dan pribadi.
4. Tahap ini selalu ditandai dengan penyelidikan kemungkinan bahwa pacarnya memang tepat menjadi jodoh masa depannya(unsur coba-coba kepribadian).
5. Bebas memutuskan hubungan kalau kemudian dirasakan (tidak perlu sam-pai dibuktikan) tidak menemui kecocokan. Pemutusan selalu disertai den-gan pembicaraan bersama yang baik.
6. Jangan menodai pacaran dengan hubungan seks yang mengarah pada re-generasi/prokreasi. Hubungan seks bukanlah tahap pacaran.
7. Mengingat ciri-ciri dari hubungan pacaran ini, kita dapat melihat dan me-nilai kembali apakah caraku berpacaran sudah merupakan pacaran dalam arti yang paling pas, sehat, dan menggembirakan aku dan pacarku saat ini dan kelak.
Selama ini tempaknya belum ada pengertian baku tentang pacaran. Namun setidak-tidaknya di dalamnya akan ada suatu bentuk pergaulan antara laki-laki dan wanita tanpa nikah.
C. Pacaran dalam Perspektif Islam
Cinta kepada lain jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena sebab cintalah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga. Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil ‘alamin. Namun, bagaimanakah jika cinta itu disalurkan melalui cara yang tidak syar`i? Fenomena itulah yang melanda hampir sebagian besar anak muda saat ini. Penyaluran cinta ala mereka biasa disebut dengan pacaran.
Agama Islam itu adalah agama yang tidak menentang fitrah manusia. Islam sangat sempurna di dalam memandang hal semacam ini. Manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki dorongan sek. Oleh karena itu, Islam menempatkan syariat pernikahan sebagai salah satu sunah nabi-Nya.
Hubungan sepasang kekasih mencapai puncak kedekatan setelah menjalin hubungan suami-istri. Dengan pernikahan, seseorang sesungguhnya telah dihalalkan untuk berbuat sesukannya terhadap istri/suaminya (dalam hal mencari kepuasan libido seksualnya: hubungan badan), asalkan saja tidak melanggar larangan yang telah diundangkan oleh syariat.
Kita tidak menyangkal bahwa di dalam kenyataan sekarang ini meskipun sepasang kekasih belum melangsungkan pernikahan, tetapi tidak jarang mereka melakukan hubungan sebagaimana layaknya hubungan suami-istri. Oleh karena itu, kita sering mendengar seorang pemudi hamil tanpa diketahui dengan jelas siapa yang menghamilinya. Bahkan, banyak orang yang melakukan aborsi (pengguguran kandungan) karena tidak sanggup menahan malu memomong bayi dari hasil perbuatan zina.
Jika suatu hubungan muda-mudi yang bukan mahram (belum menikah) sudah seperti hubungan suami istri, sudah tidak diragukan lagi bahwa hubungan ini sudah mencapai puncak kemaksiatan. Sampai hubungan pada tingkatan ini, yaitu perzinaan, banyak pihak yang dirugikan dan banyak hal telah hilang, yaitu ruginya lingkungan tempat mereka tinggal dan hilangnya harga diri dan agama bagi sepasang kekasih yang melakukan perzinaan. Selain itu, sistem nilai-nilai keagamaan di masyarakat juga ikut hancur.
D. Pengertian Sikap dan Perilaku
Menurut kamus bahasa Indonesia oleh W.J.S. Poerwodarminto pengertian sikap adalah perbuatan yang didasari oleh keyakinan berdasarkan normanorma yang ada di masyarakat dan biasanya norma agama. Namun demikian perbuatan yang akan dilakukan manusia biasanya tergantung apa permasalahannya serta benarbenar berdasarkan keyakinan atau kepercayaannya masing-masing
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 1 Kudus dengan pertimbangan bahwa siswa di sekolah ini cenderung bervariasi sehingga memungkinkan untuk memperoleh banyak informasi yang kaya makna. Di samping itu, jumlah siswa dan kelas yang tergolong cukup besar memungkinkan hasil penelitian ini untuk digunakan di sekolah lain karena karakteristik siswa di sekolah ini relatif dapat mewakili karakteristik siswa di sekolah lain. Kelas yang dijadikan subjek penelitian adalah kelas XII – IPS dan XI – IPS. Dengan pertimbangan bahwa siswa kelas XII – IPS tergolong usia yang cukup untuk mengenal pacaran.
Penelitian dilakukan selama tiga minggu dengan rincian: minggu pertama dilaksanakan pembagian angket. Minggu kedua, ketiga, dan keempat secara berturut-turut dilaksanakan analisis data dan pembuatan laporan.
B. Populasi Penelitian dan Sampling 1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. (Singarimbun, Masri, 1982:108). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. (arikunto, Suharsimi, 1998:115)
Penelitian ini berusaha mengetahui persepsi siswa SMA PGRI 1 Kudus tentang pacaran baik ditinjau dari aspek pengetahuan, sikap dan perilaku pacaran dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas XII – IPS dan XI – IPS SMA PGRI 1 Kudus. Oleh karena itu populasi target (target popu-lation) penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA PGRI 1 Kudus sedangkan populasi terjangkau (accessible popula-tion) adalah siswa kelas XI SMA PGRI 1 Kudus. Subjek penelitian ini adalah seluruh kelas XII – IPS dan XI – IPS tahun pelajaran 20016/2017 siswa SMA PGRI 1 Kudus dengan jum-lah 60 siswa.
2. Sampling
penentu jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan digunakan menjadi objek penelitian. Sampel yang diteliti representatif yaitu mewakili populasi baik dalam karakteristik maupun jumlah.
Menurut Sukmadinata (2006:253) salah satu cara pengambilan sampel yang representatif adalah secara acak atau random. Pengambilan sampel secara acak berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Oleh karena itu teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sample random sampling.
Tabel 1 proporsi pengambilan sampel siswa kelas XII – IPS dan XI – IPS tahun pelajaran 2016/2017
No Kelas Jumlah teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan analisis dokumen, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar. Berkaitan dengan proses pengumpulan data tersebut, Arikunto (2006: 89), mengatakan bahwa pengumpulan data dalam penelitian bermaksud memperoleh bahan bahan yang relevan, akurat dan reliabel. Untuk memperoleh data seperti yang dimaksudkan itu pekerjaan research menggunakan teknik, prosedur, alat-alat serta kegiatan yang dependable, yang dapat diandalkan.
teknik pengumpulan data diatas digunakan dalam penelitian ini.
2. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini dokumen adalah setiap bahan tertulis yang disimpan dan dirawat sedemikian rupa sehingga sewaktu waktu dibutuhkan mudah mencari dan memanfaatkannya. Dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan siswa dan data tentang siswa.
3. Angket (kuesioner)
Metode angket atau kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkain pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket akan disebarkan pada responden (orang-orang yang menjawab jadi yang diselidiki), terutama pada penelitian sur-vai (Narbuko, Cholid & Abu Achmad, 2003:76). Adapun angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu angket yang disajikan dengan serangkaian alternative. respondent cukup memberikan tanda silang, melingkar ataupun mencentang (sesuai permintaan) pada jawaban yang dianggapnya sesuai dengan keadaan dirinya.
D. TEKNIK ANALISIS DATA
BAB IV PEMBAHASAN
A. PERSEPSI SISWA SMA PGRI 1 KUDUS TENTANG PACARAN, BAIK DARI ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP MAUPUN PERILAKU
1. Gambaran Umum Lokasi
SMA PGRI 1 KUDUS merupakan salah satu sekolah swasta di kabupaten Kudus yang berada di Jl. Mejobo No. 73 Mlatinorowito Kudus. Sekolah ini lebih dikenal dengan sebutan Mentenx.
2. Karakteristik Subjek
Penentuan dan pengambilan subjek sudah sesuai dengan jumlah sampel yang diharapkan. Subjek yang diambil sebanyak 60 siswa, yaitu :
a. Tingkat Pengetahuan siswa tentang pacaran terhadap lawan jenisnya. Distribusi Pengetahuan siswa SMA PGRI 1 KUDUS Tahun pelajaran 2016/2017 tentang pacaran terhadap lawan jenisnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Pengetahuan tentang pacaran Jumlah (n) Presentase (%)
Mengetahui 20 33,33
Tidak Mengetahui 40 66,67
Total 60 100
b. Sikap Siswa tentang perilaku pacaran
Distribusi pendapat siswa SMA PGRI1 KUDUS tahun pelajaran 2016/2017 tentang pengaruh pacaran terhadap prestasi akademik siswa secara umum, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Sikap Siswa terhadap praktik pacaran Jumlah(n) Presentase
Setuju adanya pacaran 18 30 %
Tidak setuju adanya pacaran 42 70 %
Total 60 100 %
c. Tingkat Giatnya siswa ketika berpacaran.
Tingkat pengaruh pacaran
terhadap semangat belajar Jumlah(n) Presentase(%) Merasa lebih giat belajar ketika
berpacaran
Tiga table di atas menunjukkan jika siswa SMA PGRI tahun pelajaran 2016/ 2017 sebanyak 66,67 % siswa tidak memahami arti sebenarnya pacaran dan hanya 33,33 % siswa yang memahami arti dari pacaran. Tabel di atas juga menunjukkan sebanyak 30 % setuju terhadap praktek pacaran dan 70 % tidak setuju adanya praktik pacaran. Hasil yang ketiga menunjukkan sebanyak 33,33% pelaku pacaran menjadikan lebih semangat sedangkan 66,67% siswa merasa malas belajar ketika berpacaran.
B. PENANGANAN YANG TEPAT DALAM MENGHADAPI KASUS PACARAN
Pacaran memang unik karena bias membuat prahara pada diri seseorang. Pelaku pacaran memiliki keunggulan membuat mereka tidak canggung ketika berhadapan dengan lawan jenis. Akan tetapi, ketika tidak bias mengendalikan dan mengarahkan dengan baik pacaran dapat menjadi awal dosa bersar yaitu zina.
Di sisi lain, orang yang tidak pacaran membuat mereka canggung dan kaku ketika berhubungan dengan lawan jenis. Maka dari itu siswa yang tidak pacaran harus mengimbanginya dengan memperbanyak kegiatan positif.
Dalam penelitian ini ditemukan 18 orang yang melakukan pacaran. Dari 18 orang tersebut ada 6 orang yang merasa lebih giat belajar ketika berpacaran dan 12 orang justru menjadikan siswa merasa malas belajar. Maka dari itu, siswa siswa sebaiknya tidak melakukan pacaran jika tidak bias menjadikan lebih semangat dalam belajar. Apalagi kalau hanya sekedar ikut-ikutan apa yang dilihat baik pada televise ataupun teman-temanya.
Berdasarkan perihal-perihal di atas, Penanganan yang tepat terhadap fenomena pacaran ada 2, yaitu:
1. Bagi pelaku pacaran
Pacaran harus diarahkan kepada peningkatan kegiatan-kegiatan yang menjadikan prestasi sekolah meningkat.
2. Bagi bukan pelaku pacaran
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Dari hasil dan kajian karya tulis ini dapat diajukan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Siswa SMA PGRI tahun pelajaran 2016/ 2017 sebanyak 66,67 % siswa tidak memahami arti sebenarnya pacaran dan hanya 33,33 % siswa yang memahami arti dari pacaran. Tabel di atas juga menunjukkan sebanyak 30 % setuju terhadap praktek pacaran dan 70 % tidak setuju adanya praktik pacaran. Hasil yang ketiga menunjukkan sebanyak 33,33% pelaku pacaran menjadikan lebih semangat sedangkan 66,67% siswa merasa malas belajar ketika berpacaran.
2. Penanganan yang tepat terhadap fenomena pacaran ada 2, yaitu: a. Bagi pelaku pacaran
Pacaran harus diarahkan kepada peningkatan kegiatan-kegiatan yang menjadikan prestasi sekolah meningkat.
b. Bagi bukan pelaku pacaran
Bagi siswa yang tidak melakukan pacaran bukan berarti tidak ada kegiatan lain. Siswa yang tidak pacaran harus memperbanyak aktivitas, memperbanyak relasi baik sesame jenis maupun relasi lawan jenis
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat penulis sarankan sebagai berikut :
1. Seorang siswa harus pandai dalam menentukan keputusan berpacaran atau tidak dengan menimbang-nimbang kemampuan diri dalam mengarahkan pacaran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Cholid Narbuko, dan Abu Achmadi. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Drever, James (Penterjemah Nancy Simanjuntak). 2003. Kamus Psikologi. Jakarta: Bina Aksara.
Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Poerwadarminta. W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai. Pustaka
Sabri, M. Alisuf, 1993. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya .
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendy.1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.