• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN ROPES Smks tanjung selamat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENELITIAN ROPES Smks tanjung selamat"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan

dari kehidupan manusia. Untuk itu, pendidikan harus dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang sesuai yang diharapkan. Upaya yang

dapat dilakukan ialah meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan mutu

sistem pendidikan yang digunakan. Dalam peningkatan mutu pendidikan kondisi

lembaga pendidikan haruslah dipastikan telah mendukung hal tersebut. Lembaga

pendidikan merupakan sarana untuk memperoleh berbagai informasi tentang ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Rendahnya kualitas pendidikan diakibatkan beberapa faktor motivasi,

bahan ajar, alat bantu belajar, dan metode dalam belajar. Salah satu faktornya

adalah pengajar yang cenderung menggunakan metode ceramah yang membuat

proses belajar mengajar sangat membosankan. Kegiatan belajar mengajar terletak

disalah satu pihak saja (guru/dosen) dan kurang menyebabkan interaksi sosial

mahasiswa dengan kata lain hanya mengejar tujuan kurikulum semata.

Dalam melaksanaan kurikulum yang sesuai dengan pedoman penyusunan

silabus pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di FKIP Universitas HKBP

Nommensen; salah satu indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai

mahasiswa adalah mahasiswa dapat menulis karangan argumentasi dengan baik.

Namun dalam kenyataanya tidak jarang mahasiswa yang mengalami kesulitan

dalam menulis karangan argumentasi sehingga kemampuan mahasiswa menulis

(4)

karangan argumentasi juga disebabkan oleh suasana kelas yang membosankan

sehingga mereka tidak begitu tertatik mengikuti pembelajaran. Sehingga perlu

pemikiran khusus untuk mengatasi hal tersebut seperti menerapkan model

pembelajaran yang dapat merangsang dan menciptakan strategi yang bervariasi

dalam mengajar.

Dalam hal ini untuk mempermudah pengajaran keterampilan menulis yang

dianggap mahasiswa suatu mata pelajaran yang sulit dan membosankan,

khususnya dalam hal menulis karangan argumentasi. Disamping karangan yang

beragam jenisnya dan perlu ekstra hati-hati untuk membedakannya seperti yang

sering terjadi dalam ujian akhir, mahasiswa diharapkan untuk memahami bahkan

dapat menulis berbagai jenis karangan dengan baik. Namun kenyataanya

mahasiswa sering sekali tidak mampu memahami dan menulis karangan

argumentasi. Hal inilah yang menjadi fenomena dalam setiap mahasiswa.

Keadaaan ini akan menjadi mudah bagi mahasiswa jika didukung oleh

model pembelajaran yang menarik; seperti model pembelajaran ROPES yang

peneliti pilih. Setelah peneliti mempelajari model ini, maka peneliti

memperkirakan bahwa model ini sangat tepat digunakan untuk meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi. Model

Pembelajaran ROPES ini juga membuat suasana pembelajaran di ruangan kelas

menjadi lebih hidup dan tentunya situasi ini menyenangkan bagi mahasiswa

karena motivasi mereka agar aktif mengikuti pembelajaran di kelas. Berdasarkan

asumsi-asumsi tersebut peneliti mencoba mengangkat judul ”Efektivitas model

(5)

mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP

Universitas HKBP Nommensen.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat didentifikasikan

masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran dosen di kelas?

2. Bagaimanakah minat mahasiswa terhadap pembelajaran menulis karangan

argumentasi?

3. Bagaimanakah kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan

argumentasi?

4. Apakah model pembelajaran ROPES lebih efektif dibanding model

pembelajaran peningkatan berpikir terhadap kemampuan menulis

karangan argumentasi?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah yang ada serta terbatasnya daya dan

waktu yang dimiliki penulis, maka penelitian ini dibatasi hanya membahas

permasalahan pada efektivitas model pembelajaran ROPES terhadap kemampuan

menulis karangan argumentasi oleh oleh mahasiswa program studi pendidikan

bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen.

(6)

Sesuai dengan masalah yang telah dibatasi pada bagian pembatasan

masalah penelitian ini dalam bentuk pertanyaan. Adapun rumusan masalah

penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah Efektivitas Model Pembelajaran

ROPES Terhadap Kemampuan Menulis Karangan Agumentasi oleh mahasiswa

program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP

Nommensen.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan peneliti ini adalah:

1. Mengetahui penggunaan model pembelajaran ROPES dalam kelas.

2. Mengetahui efektivitas model pembelajaran ROPES terhadap kemampuan

menulis karangan argumentasi oleh mahasiswa program studi pendidikan

bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen.

3. Mengetahui kemampuan mahasiswa terhadap kemampuan menulis

karangan argumentasi.

F. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dapat memberikan manfaat baik bagi peneliti maupun

orang lain. Besar kecilnya manfaat itu tergolong keberhasilan peneliti itu sendiri

dalam memberi kontribusi bagi kehidupan masyarakat kini dan masa yang akan

datang.

(7)

1. sebagai bahan masukan bagi mahasiswa program studi pendidikan bahasa

dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen dalam menulis

karangan argumentasi

2. sebagai bahan masukan bagi dosen bahasa dan sastra Indonesia.

3. sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.

BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Teoritis

1. Model Pembelajaran ROPES

1.1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha pihak lain yang dapat

menghidupkan, merangsang, menggerakkan, dan mempercepat proses perilaku

belajar. Guru bertanggungjawab untuk mengembangkan tujuan belajar kognitif

(pengetahuan), apektif (sikap), dan phsikomotor (keterampilan). Apabila para

pendidik (guru) telah berbuat paling baik dalam proses pembelajaran, maka akan

terlihat sejauh-mana proses pembelajaran itu telah dicapai. Howart (dalam

Tanjung, 2007:21) menyatakan “Pembelajaran adalah suatu aktifitas untuk

mencoba, mendorong, membimbing seorang untuk mendapatkan, mengubah atau

meningkatkan skill, aktivitas, ideas, appresiasi (penghargaan)”.

1.2. Model Pembelajaran

(8)

Model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan

pertama kali oleh Thelan, dalam perkembangan selanjutnya diperluas oleh Sharan

dan Kawan-kawannya di Univeristas Tel Aviv.

b. Model Pembelajaran Jigsaw

Model ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di

Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di

universitas Jhon Hopkins. Dalam penerapan Jigsaw, mahasiswa dibagi

berkelompok dengan 5 atau 6 kelompok belajar heterogen.

c. Model Pembelajaran STAD

Model STAD ini dikembangkan oleh Robert Salvin dan temannya di

Universitas Jhon Hopkins dan merupakan kooperatif yang paling sederhana.

Dosen yang mengunakan STAD juga mengacu kepada belajar kelompok

mahasiswa, menyajikan informasi akademik baru pada mahasiswa setiap minggu

dengan mengunakan presentasi verbal atau teks.

d. Model Pembelajaran ROPES

Model Pembelajaran ROPES dikemukakan oleh Hunst. ROPES

merupakan singkatan dari Review Overview Presentation Exercise Summary.

Keempat dari singkatan ROPES ini akan menjadi prosedur atau tahapan pada

proses pembelajaran. Pembelajaran ROPES dirancang agar mahasiswa dapat

mencari, menemukan, dan merancang pengetahuannya sendiri sesuai dengan

(9)

Namun untuk mendukung kepentingan serta terarahnya penelitian ini,

model yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

ROPES.

1.3 Model Pembelajaran ROPES

Model pembelajaran ROPES dikemukakan oleh Hunst. ROPES

merupakan singkatan dari Review Overview Presentation Exercise Summary.

Menurut Hunts (dalam Rosyada, 2004:145) jika prosedur pembelajaran

dikembangkan dengan model ini maka porses pembelajaran dalam lima menit

pertama dimulai dengan Review. Dalam hal ini Review adalah peninjauan kembali

pengalaman dari pengetahuan sebelumnya yang sudah mereka miliki. Dalam

Review ini dosen mencoba mengukur kesiapan mahasiswa untuk mempelajari

bahan-bahan ajar yang akan diajarkan. Dosen bisa menyampaikan beberapa

pertanyaan pokok mengenai basis pengetahuan mahasiswa tersebut yang bisa

mengukur kesiapan kelas untuk memasuki materi baru.

Tahap peninjauan ini diperlukan karena tiga argumentasi, yaitu:

a. dosen bisa memulai pelajaran jika perhatian dan motivasi mahasiswa

untuk mempelajari bahan baru sudah mulai tumbuh

b. dosen juga bisa memulai pelajaran jika interaksi antara dosen dengan

mahasiswa sudah terbentuk

c. dosen bisa memulai pelajaran jika mahasiswa sudah memahami bahan ajar

sebelumnya yang menjadi dasar bahan ajar baru.

Jika mahasiswa tersebut belum memahami pelajaran sebelumnya, maka

doen dituntut untuk mengulas kembali pelajaran tersebut secara singkat. Setelah

(10)

sering juga disebut sebagai orientasi atau pengarahan dosen tentang hal-hal yang

kurang jelas tentang materi yang lalu. Sanjaya (2005:71) mengemukakan,

“Layaknya seorang dokter yang profesional, sebelum ia melakukan treatment atau

tindakan kepada pasien, terlebih dahulu ia akan melakukan diagnosis, misalnya ia

akan bertanya bagian mana yang sakit atau apakah pasien sudah minum obat

sebelumnya dan sebagainya sambil memeriksa bagian tubuh pasien.”

Demikian jugalah yang dilakukan dosen untuk mengetahui kemampuan

awal mahasiswa. Dosen harus mendiagnosis bagian mana dari pelajaran itu yang

telah dipahami oleh mahasiswa. Mungkin saja ada mahasiswa yang lebih paham

tentang pelajaran yang akan diberikan dosen tersebut, karena dosen itu mungkin

telah membaca buku-buku lain yang dianggap relevan dengan buku yang menjadi

rujukan dosen.

Tahap kedua adalah Overview, yang artinya gambaran ikhtisar. Pada tahap

ini dosen menjelaskan tujuan dan sasaran pembelajaran, termasuk manfaat dan

kegunaan dari mempelajari materi yang akan diajarkan oleh dosen. Dalam hal ini

dosen menyampaikan content (isi) secara singkat beserta outlinenya dan

strategi-strategi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran selama 40 atau 80 menit

ke depan.

Pada tahap ini dosen memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk

menyampaikan pandangan dan usul mereka dalam langkah-langkah pembelajaran

sehingga mereka melaksanakan tahap-tahap kegiatan yang mereka setujui. Karena

apa yang telah mereka setujui harus mereka pertanggungjawabkan juga. Selain

merasa dihargai, mereka juga akan merasa tidak tertekan dalam proses

(11)

komunikasi dua arah yaitu dari mahasiswa ke mahasiswa. Dosen berusaha

mengajak mahasiswa untuk berpikir sehingga kemampuan berpikir mahasiswa

tersebut berkembang. Sebagaimana pada tahap peninjauan, tahap ini juga tidak

boleh lebih lama dari lima menit sehingga waktu belajar tetap terpenuhi.

Tahap ketiga adalah Presentation yakni penyajian materi. Pada tahap ini

dosen bertugas menyampaikan penjelasan-penjelasan penting dari dosen tentang

isi penjelasan hari itu. Pada tahap penyajian ini kegiatan bervariasi yang terdiri

dari tiga hal, yaitu telling, showing, dan doing yang artinya menceritakan,

menunjukkan, dan mengerjakan. Dosen menceritakan dan menjelaskan tentang

pelajaran hari itu kemudian dosen menunjukkan penjelasannya melalui slide,

overhead atau lainnya, lalu mahasiswa mengerjakan tugas yang diberikan dosen.

Dosen yang baik harus mampu menjelaskan berbagai informasi secara jelas dan

terang, agar mudah diterima oleh mahasiswa. Keterampilan melakukan penyajian

yang baik merupakan lanjutan dari keterampilan berkomunikasi yang baik. Suatu

penyajian itu dikatakan baik apabila:

a. Penyaji energik dan penuh semangat

b. Adanya kontak mata dengan mahasiswa sebagai audiens

c. Penyaji berbicara dengan jelas dan cukup keras

d. Sesekali bergerak saat berbicara.

Seorang dosen yang berperan menjadi penyaji harus mampu

menyampaikan pelajaran yang menarik dan juga mampu menghubungkan

pelajaran tersebut ke kehidupan nyata. Sehingga mahasiswa merasa bahwa

pelajaran itu penting karena pelajaran itu nyata dan bukan khayal semata.

(12)

serap mahasiswa tentang pelajaran yang mereka dapatkan. Apalagi jika

kompetensinya memasuki wilayah efektif dan psikomotorik, strategi yang

menekankan pada proses pembelajaran dengan ‘ doing ‘ menjadi sangat penting,

karena penerimaan tanggapan dan penanaman nilai akan otomatis sudah berjalan

dalam proses mereka memperoleh berbagai kompetensi sebagaimana yang

diharapkan.

Tahap berikutnya adalah Exercise yang artinya latihan. Latihan dapat

terdiri atas pembahasan teori yang dapat berupa tanya jawab, tugas-tugas berupa

soal dan praktikum. Pelatihan berupa praktikum untuk sains sangat baik untuk

dilaksanakan, karena hal ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk

mempraktekkan apa yang telah mereka pahami. Untuk ilmu sains bisa dilakukan

praktik di laboratorium, untuk bahasa bisa berlatih di kelas. Latihan ini perlu

direncanakan skenarionya jika tidak, sulit bagi guru untuk memberikan

pengalaman-pengalaman manipulatif melalui berbagai praktikum di perkuliahan.

Oleh sebab itulah dosen mempersiapkan perencanaan pembelajaran. Pada tahap

ini terjadi komunikasi antara dosen dengan mahasiswa dan antara mahasiswa

dengan mahasiswa. Hal ini bertujuan agar mahasiswa tersebut belajar

bersosialisasi dengan teman-temannya. Selain itu praktikum itu dalam waktu yang

cukup lama karena pelajaran itu langsung dapat diamati. Tetapi jika latihan itu

berupa soal-soal, maka ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan otak

mahasiswa tersebut dalam memecahkan suatu masalah. Di sini dosen berperan

sebagai pembimbing dan pemantau agar mahasiswa aktif bekerja.

Tahap akhir adalah summary, yakni ringkasan kesimpulan tentang

(13)

dosen dapat menanyakan pendapat mahasiswa terlebih dahulu mengenai

kesimpulannya. Selain itu, dosen dapat menyempurnakan pendapat dari

mahasiswa tersebut. Bagian ini merupakan bagian yang sering tertinggal oleh

dosen. Hampir setiap dosen tidak pernah membuat kesimpulan dari apa yang telah

diajarkan di kelas, karena kebanyakan mereka berkonsentrasi pada penyajian

materi, sehingga tidak mempunyai waktu untuk membuat kesimpulan. Padahal

kesimpulan itu sangat dibutuhkan oleh mahasiswa untuk memperkuat dari apa

yang telah mereka pahami dalam proses pembelajaran.

Agar waktu tersedia dapat digunakan seefesian mungkin, maka seorang

dosen harus membuat suatu perencanaan pembelajaran beserta pembagian

waktunya di mana penentuan alokasi waktu tergantung pada keluasan dan

kedalaman materi serta tingkat kepentingannya. Sehingga dengan demikian dosen

dapat berpedoman pada perencanaan pembelajaran yang telah dibuat sehingga

pembelajaran terlakasana dengan efektif.

1.4. Keunggulan dan kelemahan Model Pembelajaran ROPES

Adapun yang menjadi keunggulan dan kelemahan model pembelajaran

ROPES ini adalah:

KEUNGGULAN KELEMAHAN

1. Memberi kesempatan yang optimal

Kepada peserta didik untuk

menyampaikan pandangan dan usul

mereka dalam langkah-langkah

pembelajaran

2. Belajar tidak hanya mendengarkan

tetapi dilengkapi dengan

1.Semua peserta didik tidak sama

kepentingannya terhadap pandangan

dan usul yang diajukan

2. Mungkin kegiatan belajar

membutuhkan waktu yang lebih

lama dari waktu yang telah

(14)

menceritakan, menunjukkan, dan

mengerjakan (telling, showing, dan

doing).

3. Dapat digunakan bersama model

lain sehingga penggunaan model ini

bervariasi

4. Peserta didik diberi kesempatan

mempraktikan apa yang telah

dipahaminya

5. Kegiatan belajar dilakukan dalam

suasana gembira dan partisipatif, tidak

menjemukan.

3.Membutuhkan kemahiran

pendidik dalam menyusun bahan

belajar dan alat bantu untuk

penyajiannya dan alat bantu untuk

penyajiannya

4. Hanya efektif bagi peserta didik

yang telah paham atas pembelajaran

yang telah diajarkan

5. Cenderung mengarahkan pikiran

peserta didik kepada pola yang

dilakukan pendidik.

2. Pengertian Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir

Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah

model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan

kemampuan berpikir siswa. Menurut Peter Reason (1981), berpikir (thingking)

adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering)

dan memahami (comprehending) (dalam Sanjaya, 2006:230). Menurut Reason

mengingat dan memahami lebih bersifat pasif dari pada melibatkan usaha

penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali

atas permintaan, sedangkan memahami memerlukan pemerolehan apa yang

didengar dan dibaca serta keterkaitan antar-aspek dalam memori.

Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami,

(15)

mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang

memiliki kemampuan juga dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan berpikir

seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami. Hal ini

seperti yang dikemukakan Peter Reason, bahwa berpikir tidak mungkin terjadi

tanpa adanya memori. Bila seseorang kurang memiliki daya ingat (working

memory), maka orang tersebut dipastikan tidak akan memiliki catatan masa lalu

yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi pada

masa sekarang. Dengan demikian, berpikir sebagai kegiatan yang melibatkan

proses mental memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, sebaliknya

untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan proses mental yang disebut

berpikir.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka MP PKB bukan hanya sekedar

model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan

memahami berbagai data, fakta, atau konsep, akan tetapi bagaimana data, fakta,

dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk kemampuan berpikir

mahasiswa dalam mengahadapi dan memecahkan suatu persoalan.

2.1 Karakteristik Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir

(MP PKB)

Menurut (Sanjaya, 2002:226) Sebagai model pembelajaran yang diarahkan

untuk mengembangkan kemampuan berpikir, MP PKB memiliki karakteristik

utama, yaitu:

1. Proses pembelajaran melalui MP PKB menekankan kepada proses mental

(16)

hanya menuntut mahasiswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi

menghendaki aktivititas mahasiswa dalam proses berpikir.

2. MP PKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses Tanya jawab secara

terus-menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu

diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir

mahasiswa, yang gilirannya kemampuan berpikir dapat membantu

mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi

sendiri.

3. MP PKB adalah model pembelajaran yang menyadarkan kepada dua sisi

yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Porses belajar

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil

belajar diarahkan untuk mengkonstrusi pengetahuan atau penguasaan

materi pembelajaran baru.

2.2. Tahapan-tahapan Pembelajaran MP PKB

MP PKB menekankan kepada keterlibatan mahasiswa secara penuh dalm

belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat MP PKB yang tidak mengharapkan

mahasiswa sebagai objek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan

dosen kemudian mencatat untuk dihafalkan. Cara yang demikian bukan saja tidak

sesuai dengan hakikat belajar sebagai usaha memperoleh pengalaman, namun juga

dapat menghilangkan gairah motivasi belajar mahasiswa (George W.Maxim,

1987)

Ada 6 cara dalam Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir

Yaitu:

(17)

Pada tahap ini dosen mengondisikan mahasiswa pada posisi siap untuk

melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan pertama, penjelasan

tujuan harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi

pelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses

pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki oleh mahasiswa.

Kedua, penjelasan proses pembelajaran tentang apa yang harus dilakukan

mahasiswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.

Pemahaman mahasiswa terhadap arah dan tujuan yang harus dicapai dalam

proses pembelajaran seperti yang dijelaskan pada tahap orientasi sangat

menentukan keberhasilan MP PKB. Pemahaman yang baik akan membuat

mahasiswa tahu ke mana mereka akan dibawa, sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar mereka. Oleh sebab itu, tahapan ini merupakan tahapan yang

sangat penting dalam implementasinya proses pembelajaran. Untuk itulah dialog

yang dikembangkan dosen pada tahapan ini harus mampu mengugah dan

menumbuhkan minat belajar mahasiswa.

b. Tahap Pelacakan

Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman

dan kemampuan dasar mahasiswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang

akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah dosen mengembangkan dialog dan tanya

jawab untuk mengungkapkan pengalaman apa saja yang telah dimiliki mahasiswa

yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal

pemahaman itulah selanjutnya dosen menentukan bagaimana ia harus

mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.

(18)

Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus

dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman mahasiswa. Untuk

merangsang peningkatan kemampuan mahasiswa pada tahapan ini dosen

memnberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukakan jawaban

atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan kemampuan dasar atau

pengalaman mahasiswa seperti yang diperoleh pada tahap kedua. Pada tahap ini

dosen harus dapat mengembangkan dialog agar dosen benar-benar memahami

persoalan yang harus dipecahkan. Hal ini disebabkan pemahaman terhadap

masalah akan mendorong mahasiswa untuk berpikir.

d. Tahap Inkuiri

Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam MP PKB. Pada tahap inilah

mahasiswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri,

mahasiswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu,

tahapan ini dosen harus memberikan ruang dan kesempatan kepada mahasiswa

untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan persoalan. Melalui

berbagai teknik bertanya dosen harus menjelaskan, mengungkapkan fakta sesuai

dengan pengalamanya, memberikan argumentasi yang meyakinkan,

mengembangkan gagasan, dan lain sebagainya.

e. Tahap Akomodasi

Tahap akomodasi adalah tahapan pembentuk pengetahuan baru melalui

proses penyimpulan. Tahap ini mahasiswa dituntut untuk dapat menemukan

kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Tahap ini melalui dialog,

dosen membimbing agar mahasiswa dapat menyimpulkan apa yang mereka

(19)

bisa juga dikatakan sebagai tahap pemantapan hasil belajar, sebab pada tahap ini

mahasiswa diarahkan untuk mampu mengungkapkan kembali pembahasan yang

dianggap penting dalam proses pembelajaran.

f. Tahap Transfer

Tahap transfer adalah tahapan penajian masalah baru sepadan dengan

masalah yang disajikan. Tahap transfer dimaksudkan sebagai tahapan agar

mahasiswa mampu mentransfer kemampuan berpikir setiap mahasiswa untuk

memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini dosen dapat memberikan

tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.

3. Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi

3.1. Pengertian Kemampuan

Poerwadarminta (1987:628) menyatakan, “Kemampuan adalah

kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan sesuatu.” Menurut Asmah

(1987:7), mengatakan :

Kemampuan adalah identik dengan keterampilan. Kemampuan sangat menghendaki tingkat kecerdasan serta perhatian yang lebih tinggi. Kemampuan terus menerus menghendaki adanya tingkat perhatian. Dan untuk mempertahankan tingkat kemampuan yang tinggi perlu perhatian yang terus menerus pula.

3.2. Pengertian Menulis

Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah proses

belajar yang dialami siswa mulai tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Menulis merupakan proses bernalar. Saat menulis, penulis harus berfikir

menghubung-hubungkan berbagai fakta-fakta membandingkan dan sebagainya.

Proses bernalar (penalaran) merupakan proses berfikir sistematis untuk

(20)

penulis menuliskan buah pikirannya dengan sistematis logis dan membuat

kesimpulan yang tepat.

Seperti yang dikatakan Suriamiharja (1996:2) mengatakan, “ Menulis

adalah jelmaan bahwa lisan, menyalin atau melahirkan perasaan seperti

mengarang, membuat surat, laporan dan sebagainya.” Dari pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa, “Menulis merupakan proses bernalar dalam menyalin atau

melahirkan perasaan seperti mengarang, membuat surat, laporan dan sebagainya.

3.3. Pengertian Argumentasi

Menurut Keraf (1992:3), “Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang

berusaha mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain agar mereka itu percaya

dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau

pembicara.”. Melalui Argumentasi penulis ataupun pembicara merangkai

fakta-fakta sedemikian rupa, Sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat

atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Dalam menulis teknik karangan

argumentasi dibagi menjadi tiga yaitu: pendahuluan, tubuh (isi), penutup

(kesimpulan). Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut lagi.

a Pendahuluan: bagian pendahuluan menyajikan latar belakang, alasan

memilih topik, ruang lingkup, batasan pengertian topic, permasalahan dan

tujuan penulisan kerangka acuan uang digunakan, tertentu saja untuk

tulisan popular. Pendahuluan tidak perlu menyajikan semua unsur yang

dikemukakan di atas.

b Tubuh dan Isi: Berdasarkan pandangan sebuah organisasi atau kerangka

keterangan, penulis sehingga menyatakan uraian mengenai tiap bagian

(21)

para pembaca tampak lebih jelas. Dalam ruang lingkup metode-metode

yang disajikan itu, penulis mengunakan fakta-fakta untuk mengkonkritkan

informasi yang disampaikan itu. Kaitan antara fakta harus dijalin

sedemikian rupa sehingga kaitanya logis. Pendapat dan gagasan yang

disampaikan biasanya dijalin dalam aline-alinea padu.

c Penutup (Kesimpulan): Penulis akhirnya menyampaikan kesimpulan

mengenai apa yang disajikan dalam isi argumentasi, sesuai dengan sifat

argumentasi. Kesimpulan yang diberikan hanya bersifat semacam

pendapat atau kesimpulan yang diterima atau ditolak pembaca. Yang

penting sudah menyajikan informasi mengenai topic tadi untuk

memperluas wawasan atau pandangan pembaca.

3.4. Pengertian Karangan

Widyamartaya (1990:9) menyatakan bahwa, “Karangan adalah

keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan

menyampaikannya melalui bahasa tulis yang dibaca dan diemngerti oleh

masyarakat pembaca.” Gie (2002:3) mengatakan, “Karangan adalah perwujudan

gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dibaca dan dimengerti oleh

masyarakat.”

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan adalah

perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dibaca dan dimengerti

oleh masyarakat pembaca dalam satu kesatuan tema yang utuh.

3.5. Langkah-langkah Menulis Karangan

Proses menulis atau mengarang pada dasarnya diawali dengan mencari

(22)

tujuan, mengembangkan kerangka karangan dan selanjutnya mengakhiri atau

menutup karangan.

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis

karangan argumentasi adalah:

1. Menentukan Tema

Sebelum mulai mengarang, penulis harus mengetahui terlebih dahulu apa

tema dari karangan yang ingin ditulisnya. Tema ini sangat penting ditentukan agar

karangan yang ditulis tidak menyimpang.

2. Menentukan Topik Karangan

Sebelum memulai mengarangn sebuah tulisan, penulis harus terlabih

dahulu menentukan topik atau pokok pembicaraan. Dalam menulis, penulis lebih

baik memilih suatu topik yang benar-benar dikuasai dan menarik perhatian. Topik

dikemukakan dengan rincian data atau bukti dari pada uraian yang bersifat

dugaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (1988:109) yang mengatakan

“Sebuah topik pertama-tama harus menarik perhatian penulis sendiri.Topik yang

menarik perhatian penulis yang memungkinkan penulisannya berusaha secara

teru-menerus, mencari data-data untuk memecahkan masalah yang dihadapi.”

Sehingga penulis akan didorong terus untuk dapat menyelesaikan tulisan itu

sebaik-baiknya.

3. Menetapkan Tujuan

Menetapkan tujuan ulasan adalah penting sebelum menulis, karena ini

sangat berpengaruh dalam menetapkan bentuk, panjang, sifat dan cara menyajikan

tulisan. Tujuan ini sebenarnya sudah mulai tertanam di dalam pikiran penulis,

(23)

dirancang dengan sungguh-sungguh. Bila suatu tulisan tidak dilandasi dengan

tujuan yangn jelas dan tegas, dapat menyebabkan tulisan itu tanpa arah yang jelas

dan besar kemungkinan menjadi tulisan yang tidak berhasil atau tidak dipahami

oleh pembaca. Dengan menetapkan tujuan, maka penulis memperoleh ganbaran

tentang persoalan yang akan ditulisnya dan membangkitkan semangat penulis

untuk merangkaikan kata-kata yang tepat.

4. Membuat kerangka Karangan

Kerangka karangan sebaiknya disusun terlebih dahulu sebelum kegiatan

menulis karangan argumentasi dimulai karena kerangka karangan sangat

membantu penulis dalam mengahasilkan sebuah karangan yang baik sehingga

nanti karangan argumentasi yang dibuat akan tersusun dengan baik pula dan

mudah dipahami serta dimengerti oleh pembaca.

5. Mengembangkan Kerangka Karangan

Setelah penyusunan kerangka karangan maka langkah selanjutnya

mengembangkan kerangka karangan yang telah disiapkan mulai dikembangkan

satu per satu. Dalam penulisan atau pengembangan kerangka karangan perlu

dipilih sistem penyajian yang tepat sehingga akan tersusun sebuah karangan

argumentasi yang baik.

3.6. Unsur – unsur karangan argumentasi

Unsur-unsur yang membangun sebuah karangan argumentasi, yaitu:

1. Alur

Menurut (Semi 1990:24) Alur atau plot merupakan rangkaian dari

(24)

sudut pandang yang ditandai dengan klimaks. Tindak-tanduk tersebut sekaligus

menandai urutan bagian-bagian dalam keselarasan argumentasi yang baik itu

bagian pendahuluan (awal), tubuh (isi) dan penutup. Dilihat dari cara menyusun

bagian-bagian alur dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu alur maju dan alur

mundur (flashback). Suatu cerita beralur maju apabila cerita disusun mulai dari

peristiwa awal diteruskan dengan peristiwa-peristiwa berikutnya dan berakhir

pada pemecahan masalah. Apabila cerita disusun sebaliknya, yaknidari bagian

akhir dan bergerak ke depan menuju titik awal cerita, alur demikian disebut alur

mundur atau cara flashback.

2. Isi gagasan

Isi adalah pesan-pesan yang akan disampaikan penulis kepada pembaca.

Isi tersebut biasa menceritakan kisah seorang tokoh (tokoh utama dan tokoh

pembantu), keadaan suatu tempat atau peristiwa. Isi cerita harus jelas sehingga

pembaca benar-benar memahami pesan-pesan yang ingin disampaikan penulis.

Dalam mengarang penyampaian yang dimaksud, pikiran, pesan atau gagasan

haruslah jelas tertuang dalam kalimat-kalimat yang logis sehingga mudah

dipahami si pembaca. Sebuah kalimat yang baik selalu meguraikan satu gagasan

saja. Di dalam satu kalimat tidak mungkin diadakan pembahasan dari satu

gagasan lain atau menghubungkan gagasan yang tidak mempunyai korelasi.

3. Penggunaan kalimat

Kalimat adalah bagian terkecil dari ujaran yang mengungkapkan suatu

konsep pikiran atau perasaan yang utuh ketatabahasaan. Komunikasi secara

tertulis perlu dengan mengunakan kalimat yang baik. Keraf (1991:35),

(25)

gagasan atau perasaan pembicaraan atau penulis dengan pembaca, yakni apa yang

dimaksudkan penulis sesuai dengan pemahaman pembaca.

Agar kalimat mudah dipahami pembaca, diperlukan kemampuan penulis

untuk menyusun kalimat secara tepat, sederhana dengan memperhatikan

penggunaan tanda baca. Kesalahan dalam penggunaan tanda baca akan

berdampak negative terhadap pemahaman pembaca terhadap pesan-pesan yang

disampaikan penulis.Penggunaan kalimat yang dimaksud dalam penelitian ini

mengarah kepada dua hal, yakni penggunaan ejaan dan tanda baca (mekanisme

penulisan).

4. Koherensi

Koherensi adalah keselarasan antara kalimat yang satu dengan kalimat

yang lain sehingga membentuk satu kesatuan cerita, Namun hubungan tersebut

tidak dilihat dari bentuk kalimat, melainkan dari isi cerita yang menghubungkan

yang proposisi satu dengan proposisi lainnya.

B. Kerangka Konseptual

Dalam pembelajaran, banyak model yang dapat digunakan diantaranya

model pembelajaran ROPES dan model pembandingnya adalah Model

Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (MP PKB). Model

pembelajaran ROPES merupakan salah satu model pembelajaran yang

dikemukakn oleh Hunst yang berupa singkatan dari Review Overview

Presentation Exercise Summary. Singkatan ROPES ini sekaligus menjadi tahapan

atau langkah yang disusun secara sistematik untuk menerapkan suatu proses

(26)

Model pembelajaran ROPES ini memuat rangkaian kegiatan yang harus

dilakukakan oleh dosen dan mahasiswa secara berurutan untuk mencapai target

kompetensi yang harus dicapai. Pembelajaran ini dirancang agar prosesnya

berorientasi pada mahasiswa. Artinya, dalam hal ini dosen menempatkan

mahasiswa sebagai subjek belajar yang dapat mencari, menemukan, dan

merancang pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengalaman belajar yang

dilakukannya argumentasi adalah skor yang diperoleh mahasiswa dalam

menyelesaikan tes yang berkaitan dengan karangan setelah mahasiswa menerima

perlakuan dengan pembelajaran ROPES.

Salah satu cara untuk mencapai hasil belajar yang optimal adalah

menerapkan model pembelajaran ROPES dianggap lebih logis dan sistematis

dalam proses belajar-mengajar. Sedangkan Model Pembelajaran Peningkatan

Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu pada

proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir mahasiswa. Kemampuan

berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu

kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan

kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki kemampuan

juga dalam berpikir.

C. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan uraian-uraian terdahulu, langkah-langkah selanjutnya adalah

mengajukan hipotesis. Menurut Kartono, “Hipotesis adalah dugaan yang mungkin

(27)

salah atau palsu, dan hipotesisnya akan diterima jika faktanya membuktikan

kebenarannya.” (Tanjung 2007:30).

Ha: Model Pembelajaran ROPES lebih efektif dibandingkan dengan model

pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir dalam kemampuan menulis

karangan argumentasi oleh mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian memegang peranan penting dalam sebuah penelitian.

Sesuai dengan pendapat Arikunto (2000:22) menyatakan, “Metode penelitian

merupakan struktur yang sangat penting, karena berhasil tidaknya, demikian

rendahnya kualitas hasil penelitian sangat ditentukan oleh ketetapan penelitian”.

Untuk mendukung keberhasilan penelitian ini, metode yang digunakan adalah

metode eksperimen uji t design two group post-test.

B.Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitan

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Bahasa

Indonesia, semester enam TA 2014/2015 FKIP-Universitas HKBP

Nommensen-Medan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pembelajaran 2013/2014.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2002:108), “Populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di prodi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP-Universitas HKBP

(29)

mahasiswa semester enam T.A ganjil 2013/2014 dengan rinciannya sebagai

berikut:

TABEL I

POPULASI MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

NO Grup Jumlah mahasiswa

1 A 40 Orang

2 B 40 Orang

3 C 46 Orang

Jumlah 126 Orang

2. Sampel

Sampel diperoleh melalui teknik sampel kuota atau quota sample. Teknik

ini didasarkan pada jumlah yang sudah ditentukan, dengan menghubungkan

subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi. Hal yang terpenting adalah

terpenuhinya jumlah (quotum) data yang telah ditetapkan. (Arikunto, 2006:141).

Penelitian ini bersifat eksperimen sehingga sampel penelitian dibagi atas

dua kelompok. Kelompok pertama sebanyak 40 orang (Grup A) sebagai kelompok

eksperimen dengan pembelajaran ROPES dan kelompok kedua 40 orang (Grup B)

sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran MP PKB.

D. Desain Eksperimen

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang memberikan

perlakuan terhadap dua kelompok dalam bentuk pembelajaran. Kedua kelompok

tersebut yang kemampuan awalnya sama dapat dicari dengan perlakuan,

(30)

argumentasi. Untuk kelompok yang satu sebagai eksperimen diberi pengajaran

menulis karangan argumentasi dengan model pembelajaran ROPES dan kelompok

satunya lagi sebagai kelas kontrol pengajaran menulis karangan argumentasi

dengan Model pembelajaran MP PKB.

TABEL II

DESAIN EKSPERIMEN

Kelas Perlakuan Pos-Test

Eksperimen X1 T2

Kontrol X2 T2

Keterangan:

X1 : Pembelajaran dengan mengunakan Model Pembelajaran ROPES.

X2 : Pembelajaran dengan mengunakan Model Pembelajaran MP PKB.

TI : Tes Kemampuan menulis Karangan argumentasi.

T2 : Tes akhir kemampuan menulis Karangan argumentasi.

TABEL III

JALANNYA EKSPERIMEN TWO-GROUP PERLAKUAN POST-TEST

DESIGN MODEL PEMBELAJARAN ROPES TERHADAP KEMAMPUAN

MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI.

Pertemuan Dosen Mahasiswa Waktu

1. Melaksanakan

pembelajaran menulis

karangan argumentasi

dengan model

Mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan

dosen sesuai dengan

prosedur/tahapan dalam

(31)

2.

3. Presentation: Penyajian

materi dengan kegiatan

yang bervariasi yang

terdiri dari telling,

showing, dan doing.

4. Exercise: mengadakan

latihan.

5.Summary: ringkasan

kesimpulan tentang

yang telah dibuat dosen

(32)

dalam mengajarkan

karangan argumentasi

3. .Post-test Mahaiswa kembali menulis

sebuah karangan

argumentasi dengan materi

yang telah disediakan oleh

peneliti.

2X 45

TABEL IV

LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKSANAKAN DI KELAS CONTROL

Pertemuan 1

Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa Alokasi Waktu 1. Pendahuluan:

Menyimak penjelasan dan

menjawab pertanyaan

dosen

2x 45 Menit

Pertemuan 2

Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa Alokasi Waktu II. Kegiatan Inti

Tahap Pelacakan

Kegiatan Inti

(33)

Penjajakan untuk

2. Salah satu mahasiswa

(34)

Tahap Transfer

1. Pemberian tugas

dari dosen yaitu menulis

karangan argumentasi

TABEL V

ASPEK-ASPEK PENILAIAN SERTA BOBOT PENILAIAN

TIAP INDIKATOR

N

O

ASPEK PENILAIAN SKOR BOBOT

1. Kesesuaian Isi 0 – 25

2. Ketepatan Alur 0 – 25

3. Kesatuan Gagasan Kalimat 0 – 20 4. Mekanisme Penulisan 0 – 15 5. Koherensi Kalimat 0 – 15

Jumlah 100

Dengan peringkat nilai sebagai berikut:

Skor 85-100 Sangat Baik (A)

Skor 75-84 Baik (B)

Skor 65-74 Cukup (C)

Skor 55-64 Kurang (D)

Skor 00-54 Sangat Kurang (E)

F. Organisasi Pengolahan data

Organisasi pengolahan data merupakan langkah-langkah yang memegang

peranan penting dalam kegiatan penelitian.Pengolahan data yang terorganisasi

akan memudahkan penelitian dalam mengolah data-data yang telah terkumpul.

Data yang diperoleh akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(35)

2. Mentabulasi skor kelas control

3. Mencari mean kelompok eksperimen

4. Mencari mean kelompok control

5. Mencari standar deviasi eksperimen

6. Mencari standar deviasi control

7. Mencari standar error eksperimen

8. Mencari stanadar error control

9. Mencari standar error perbedaan mean kelas eksperimen dan kelas control

10. Mencari harga To

11. Menguji persyaratan data dengan uji normalitas dan uji homogenitas

G. Teknik Analisa Data

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu hasil belajar mahasiswa

yang mengunakan Model Pembelajaran ROPES dan Model Pembelajaran MP

PKB Untuk itu rumus digunakan adalah:

2

M2 :Mean variabel X2

SEM1-M2 : Standard error perbedaan mean X1 dan X2

Setelah diketahui jumlah To maka dilanjutakan dengan pengujian hipotesis

dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

(36)

Jika to< ttabel maka hipotesis nihil diterima

H. Jadwal Penelitian

TABEL V

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITAN

NO JENIS

KEGIATAN

BULAN/MINGGU

Maret April Mei Juni Juli

1234 1234 1234 1234 1234

1 persiapan

(Proposal dan

Perizinan)

1234 1234

2 Pelaksanaan

Penelitian

1234 11234

3 Analisis Data 12

4 Pengiriman

Laporan

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Setelah diadakan penelitian terhadap permasalahan yang diambil maka

(37)

menggunakan sampel sebanyak 40 orang dan kelompok kontrol (Y) menggunakan

sampel sebanyak 40 orang.

Penelitian ini berupa penelitian eksperimen dengan menggunakan dua

kelompok yaitu kelompok eksperimen (X) dengan model pembelajaran ROPES

terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi dan kelompok kontrol (Y)

dengan Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB).

Setelah data penelitian ini terkumpul, selanjutnya adalah menganalisis

data. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data dapat

dilihat di bawah ini.

1. Mentabulasi Skor Kelompok Eksperimen (X)

TABEL VI

SKOR KELOMPOK EKSPERIMEN (X)

NO NAMA PRETEST POSTEST

1 Henny Indriawati Hulu 60 65

2 Endang Prasetya Purba 60 80

3 Intan Silaban 55 65

4 Vina Merina br. Sianipar 70 80

5

Goklas Brikman

Simaremare 70 85

6

Lidia Theresia

Siringo-ringo 65 85

7

Gloria Rivael Br.

Sembiring 70 95

(38)

9 Lela Novida Simbolon 65 70

10 Ikawidiati Sinaga 60 75

11 Rita Marsaulina Pasaribu 50 65

12

14 Fainto Girsang 60 65

15 Amrin Jafetman Sinaga 70 80

16 Masni Silaban 70 75

17 Edo Salomo Sormin 70 90

18

Bintoro Pandapotan

Simanullang 50 70

19 Virgina Rosti Situmorang 75 90

20 Ernesta Br.Ginting 60 70

21 Marissan Simamora 65 80

22 Rapiana Gultom 60 75

23 Eva Friska Tarigan 60 75

24

Milta Febriansi Br.

Sembiring 60 80

25 Devika Diniati Hasibuan 75 90

26 Listari Manurung 70 95

27 Rayona Tampubolon 60 65

28 Wilda Mei Santi Irene S 80 95

29 Epin Donta Ginting 60 70

30

Chrisma Dumasari br.

(39)

31 Nelly Agustina Manik 50 70

32 Ceria Kisti Br. Tarigan 70 90

33 Juwita Siregar 70 80

34 Jane Andriani Ginting 60 80

35 Agus Sanro Siregar 55 70

36 Ruth Helena Nainggolan 50 75

37

Deswin Rio Pranata

Tarigan 70 75

38 Dameria Sijabat 70 85

39 Lilis DDebora Gultom 50 75

40 Isa Bella Br. Sembiring 75 85

JUMLAH 2575 3135

RATA-RATA 64,38 78,38

Berdasarkan nilai kemampuan menulis karangan argumentasi di atas

diperoleh penyebaran nilai 65 sampai 95. Nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 95.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rata-rata hasil belajar menulis

karangan argumentasi dengan model pembelajaran ROPES yaitu total nilai dibagi

jumlah siswa (sampel), yaitu 3135 : 40 = 78,38. Dengan demikian hasil menulis

karangan argumentasi dengan model pembelajaran ROPES pada kategori baik

yaitu dengan nilai rata-rata 78,38.

Kemudian berdasarkan data di atas, maka langkah selanjutnya melakukan

analisis yang pendeskripsiannya dapat dilihat di bawah ini.

(40)

DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR KEMAMPUAN MENULIS

KARANGAN ARGUMENTASI PADA KELOMPOK EKSPERIMEN (X)

X F FX X X2 FX2

65 5 325 -13,38 179,02 895,10

70 6 420 -8,38 70,22 421,32

75 8 600 -3,38 11,42 91,36

80 9 720 1,62 2,62 23,58

85 5 425 6,62 43,82 219,10

90 4 360 11,62 135,02 540,08

95 3 285 16,62 276,22 828,66

40

FX

3135

FX

2

3019

,

20

Dari tabel di atas dapart dicari rata- rata, standar deviasi dan standar error

variabel yaitu:

a. Rata- rata (Mean) variabel X

X

M

=

N fX

=

40 3135

= 78,38

(41)

SD =

c. Standar Error Variabel X

(42)

TABEL VIII

DATA HASIL PEMBELAJARAN KARANGAN ARGUMENTASI PADA

KELOMPOK KONTROL (VARIABEL Y)

N

O NAMA PRETEST POSTEST

1 Reni Nelli Tania Manalu 55 60

2 Parida 75 80

3 Nova Yanti Manurung 60 65

4 Marita Butarbutar 75 80

5 Ria Silitonga 50 55

6 Mey Susanti Gultom 65 75

7

Laurence Br.

Tampubolon 80 90

8 Naomisari Sitanggang 55 65

9 Lentina Sitinjak 80 90

10 Answar Jili Tinambunan 60 70

11 Imrawinati Tinambunan 80 75

12 Minarti Manalu 65 70

13 Elitawati Simanihuruk 55 65

14 Betaria Fronika Silalahi 80 80

15

Jeni Sartika Agnes Br.

Sihotang 65 70

16 Friska Yanti Ginting 80 90

17 Eka Juita Situmorang 55 60

18

Irma Erviana Br.

(43)

19 Wira marventi Neria. S 55 65

20

Anna Sari Natalia

Tarigan 80 90

21 Sri Sudewi Manalu 65 75

22 Risma Br. Lumantobing 75 75

23 Libra Simatupang 65 65

24 Ema Ragilian Br. Tarigan 75 80

25 Eva Maria Ginting 55 65

26 Rosliani Br. Bukit 65 75

27 Anggreni Br. Surbakti 60 65

28 Soliana Sitanggang 65 70

29 Martini Simanjuntak 75 75

30 Tri Lestari Hutabarat 45 55

31 Ance Rohdearni Purba 60 70

32

Navyanti Raema

Sitompul 45 55

33 Dewi Rita Sitindaon 70 70

34 Herliyana Sitepu 55 70

35

Ruth Damayanti Br.

Sinaga 65 70

36 Kristina Natalia 55 60

37

Visi Wintan Reka Widya

T. 75 75

38 Paiman Pandiangan 60 80

39 Paulina Trisetya Watu 60 75

40

Tetty Agus Sari

(44)

JUMLAH 2585 2865

RATA- RATA 64.63 71.63

Berdasarkan nilai kemampuan menulis karangan argumentasi di atas

diperoleh penyebaran nilai 55 sampai 90. Nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 90.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rata-rata hasil belajar menulis

karangan argumentasi dengan model Model Pembelajaran Pengembangan

Kemampuan Berpikir (MP PKB) yaitu total nilai dibagi jumlah siswa (sampel),

yaitu 2865 : 40 = 71,63. Dengan demikian hasil menulis karangan argumentasi

dengan Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB)

pada kategori baik yaitu dengan nilai rata-rata 71,63.

Kemudian berdasarkan data di atas, maka langkah selanjutnya melakukan

analisis yang pendeskripsiannya dapat dilihat di bawah ini.

TABEL IX

DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR KEMAMPUAN MENULIS

KARANGAN ARGUMENTASI PADA KELOMPOK KONTROL (Y)

Y F FY Y Y2 FY2

55 3 165 -16,63 276,56 829,67

60 3 180 -11,63 135,26 405,77

65 7 455 -6,63 43,96 307,70

70 9 630 -1,63 2,66 23,91

75 9 675 3,37 11,36 102,21

80 5 400 8,37 70,06 250,28

(45)

40

FX2865

FX3369,37

Dari tabel di atas dapat dicari rata- rata, standar deviasi dan standar error

variabel yaitu:

a. Rata-rata (Mean) Variabel Y

M =

N fY

=

40 2865

= 71,63

b. Standar Deviasi Variabel Y

SD =

N fY

2

=

40 37 , 3369

=

23 , 84

(46)

c. Standar Error Variabel Y

3. Mencari Standart Error Variabel X dan Variabel Y

(47)

= 09 , 4

= 2,02

Dari perhitungan di atas diperoleh standar error perbedaan mean kelompok

eksperimen (X) dan kelompok kontrol (Y) = 2,02

B. Pengujian Persyaratan data

Penganalisisan data menggunakan statistik komparasi yaitu dengan

menggunakan uji “t”. Analisis ini digunakan dengan persyaratan bahwa yang

diteliti adalah populasi yang berdistibusi normal dan varians dari

kelompok-kelompok yang membentuk sampel homogen. Dengan demikian normalitas dan

homogenitas merupakan persyaratan dasar bagi berlakunya analisis

komparasional.

a. Uji Normalitas

1) Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen (X)

Untuk menguji normalitas dapat digunakan uji normalitas Lilliefors.

Berikut tabel uji normalitas variabel X.

TABEL X

UJI NORMOLITAS DATA KELOMPOK EKSPERIMEN (X)

(48)

65 5 5 -1,54 0,06 0,13 0,07

Diketahui rata-rata variabel X = 78,38

(49)

c) Bilangan Baku (Zi)

Zi =

S X X

 

=

69 , 8

38 , 78 65

= -1,54

Demikian untuk mencari Zi selanjutnya,

d) F(Zi) = 0,5

 Zi ( tabel distribusi normal)

= 0,5 – 0,4382

= 0,06

Demikian untuk mencari F(Zi) selanjutnya.

e) S (Zi) =

N fkum

=

40 5

(50)

Demikian untuk mencari S (Zi) selanjutnya.

f) L = F(Zi) – S (Zi)

= 0,06 – 0,13

= -0,07 (dimutlakkan)

= 0,07

Demikian untuk mencari L selanjutnya.

Berdasarkan tabel di atas, didapat L

hitung

= 0.13 dengan menggunakan

05 , 0 

 dan N = 40, maka nilai kritis melalui uji Lilliefors diperoleh L

tabel

=

0.14. Ternyata L

hitung

< L

tabel

(0.13 < 0.14) ini membuktikan bahwa data variabel

X berdistribusi normal.

2) Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol (Y)

TABEL XI

UJI NORMOLITAS DATA KELOMPOK KONRL (Y)

X f Fkum Zi F(Zi) S(Zi) L

(51)

60 3 6 -1,27 0,10 0,15 0,05

Diketahui rata-rata variabel Y = 71,63

a) Simpangan Baku

(52)

Zi =

S X X

 

=

18 , 9

63 , 71 55

= -1,81

Demikian untuk memcari Zi selanjutnya,

d) F(Zi) = 0,5

 Zi ( tabel distribusi normal)

= 0,5 – 0,4649

= 0,04

Demikian untuk mencari F(Zi) selanjutnya.

e) S (Zi) =

N fkum

=

40 3

= 0,08

(53)

f) L = F(Zi) – S (Zi)

= 0,04 – 0,08

= -0,04 (dimutlakkan)

= 0,04

Demikian untuk mencari L selanjutnya.

Berdasarkan table di atas, didapat L

(0.13 < 0.14) ini membuktikan bahwa data variabel

Y berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Variansi Populasi

Untuk menguji homogenitas data diperlukan uji Barttlett. Perhitunganya

(54)

dk = N – 1

= 40 - 1

= 39

TABEL XII

HARGA- HARGA YANG PERLU UNTUK UJI BARTLETT

(55)

3) Selanjutnya digunakan uji Bartlett dengan Chi- Kuadrat

= (2,3026) {148,20 – 148,41} = (2,3026) (-0,21)

= -0,48 (dimutlakkan) = 0,48

Dari perhitungan di atas diperoleh X2 hitung sebesar 0,48. Harga X2 tabel

(Chi-Kuadrat) pada taraf kepercayaan 95% dengan dk 39 adalah 43,38. Ternyata

X2 < X2 tabel yaitu 0,48 < 43,8. Hal ini membuktikan bahwa variansi populasi

adalah homogen.

4. Pengujian Hipotesis

Setelah dicari normalitas dan homogenitas dari kelompok eksperimen (X)

dan kelompok kontrol (Y) maka hasilnya menunjukkan bahwa persyaratan

analisis dalam penelitian ini berdistribusi normal dan bervarians

kelompok-kelompok sampel adalah homogen. Hal ini menunjukkan bahwa persyaratan

analisis dalam penelitian ini terpenuhi, sehingga dapat dilanjutkan pada pengujian

(56)

= 3,34 dikonsultasikan dengan ‘r’ untuk mengetahui berapa %

keefektifannya, maka:

r = t02

r = 3,342

r = 11,16%

Setelah t diperoleh, selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf

signifikansi 5% maupun 1% dan dengan dk = (Ni + N2) – 2 =(40 + 40) – 2 = 78.

Pada tabel t dengan dk = 78 diperoleh taraf signifikan 5% = 2 dan taraf signifikan

1% = 2,65, karena t

0

yang diperoleh lebih besar dari t tabel yaitu 2 < 3,34 > 2,65.

Maka hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal ini

berarti dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan model

pembelajaran ROPES lebih efektif dibandingkan Model Pembelajaran

Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) oleh mahasiswa program studi

pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen.

B. Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis di atas dapat

dikemukakan hal-hal berikut:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil akhir mahasiswa pada

pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan model

pembelajaran ROPES dan Model Pembelajaran Pengembangan

(57)

2. Hasil akhir menulis karangan argumentasi mahasiswa menggunakan

model pembelajaran ROPES lebih efektif dari pada hasil mahasiswa yang

menggunakan Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir.

3. Rata-rata (mean) hasil akhir mahasiswa menulis karangan argumentasi

dengan menggunakan model pembelajaran ROPES adalah 78,38,

sedangkan rata-rata (mean) hasil akhir mahasiswa menulis karangan

argumentasi dengan menggunakan Model Pembelajaran Pengembangan

(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat

disimpulkan:

1. Nilai tertinggi kemampuan menulis karangan narasi dengan model

pembelajaran ROPES adalah 95 dan nilai terendahnya 65. Dengan

demikian, nilai rata-rata (mean) kemampuan mahasiswa menulis karangan

argumentasi dengan model ROPES adalah 78,38.

2. Nilai tertinggi kemampuan menulis karangan narasi dengan Model

Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah 90

dan nilai terendahnya 55. Dengan demikian, nilai rata-rata (mean)

kemampuan mahasiswa menulis karangan argumentasi dengan Model

Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah

(59)

3. Hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan

model pembelajara ROPES lebih baik dibandingkan dengan hasil

pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan Model Pembelajaran

Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB). Hal ini dapat dilihat dari

perbedaan rata-rata yang diperoleh kedua kelompok.

4. Pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan model pembelajaran

ROPES lebih efektif digunakan daripada Model Pembelajaran

Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) yakni t0 = 3,34, ttabel 5% =

2 dan 1% = 2,65 atau 2<3,43>2,65.

B. SARAN

1. Kemampuan karangan argumenetasi mahasiswa

dengan model pembelajaran ROPES sudah baik, namun masih perlu

ditingkatkan. Hal ini bisa saja dilakukan dengan memberikan latihan yang

maksimal kepada mahasiswa.

2. Pemahaman guru terhadap model-model

pembelajaran sebaiknya ditingkatkan agar proses pembelajaran menulis

karangan argumentasi mahasiswa lebih meningkat lagi.

3. Keefektifan pembelajaran menulis karangan

argumentasi dengan model pembelajaran ROPES dapat mengalami

penurunan. Maka perlu diadakan penelitian lanjutan guna mendapatkan

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Aam, Sadirman. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru.Jakarta.

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa

Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Ali, Muhammad. 1987. Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa

Alwi, Hasan, dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 1990. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

________ 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

________ 2002. Preosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Bangun, Raskita. 2007. Pemamfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Objek dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi oleh Siswa Kelas

VIII SMP Negeri 2 Brastagi Tahun Pembelajaran 2006/2007. Skripsi

Sarjana Pendididkan Bahasa Indonesia: Unimed.

Barnas. 2007. Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi dengan

Teknik Koreksi Teman Sebaya. (www. Geogle.com) diakses 15 juli 2008.

Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

(61)

Handoko, T. Hani. 2002.Manajemen Edisi Kedua. Yogyakarta: BPEE.

Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Ende Flores: Nusa Indah.

Kosasih, E. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung : Irama Widya.

Maharimin, Ismail. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya.

Moeliono. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Mulyasa. E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Ramlan, M. 1993. Paragraf. Yogyakarta : Andi Offset

Semi, Atar. 1993. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung:Angkasa.

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Sudjana. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.

Surakhmad, Winarno. 1985. Pengantar Penelitian Pendidikan. Bandung: Tarsito.

Tarigan, Djago. 1986. Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Tarigan, Hendri Guntur. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

(62)

Gambar

TABEL IPOPULASI MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN
TABEL IIIJALANNYA EKSPERIMEN TWO-GROUP PERLAKUAN POST-TEST
TABEL IVLANGKAH-LANGKAH YANG DILAKSANAKAN DI KELAS CONTROL
TABEL VASPEK-ASPEK PENILAIAN SERTA BOBOT PENILAIAN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Private Sub Form_Unload(Cancel As

Dokumen Pengadaan dapat diambildalam bentuk srlftcopy di Sekretariat ULP Kabupaten Muara Enim, dengan membawa CDRW kosong Demikian disampaikan untuk menjadi pethatian.

Nama Nama Field Tipe Size Keterangan.. Id Pelanggan Id Text 12

Maka melihat keadaan tersebut, perlu bagi Kafe Ritual untuk menjadikan media internet sebagai sarana penyebaran informasi dan promosi.. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka

Pada hari ini, senin tanggal dua puluh tiga bulan september tahun dua ribu tiga belas, Pokja Pengadaan Barang Unit Layanan Pengadaan pada Pemerintah Kabupaten Mandailing

Hasil penelitian Nurhaeni (2001) menunjukkan bahwa struktur organisasi tidak berhubungan bermakna dengan kinerja, namun secara proporsional perawat yang berpersepsi

Secara simultan faktor penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, lingkungan kerja, nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar kerja dan personalitas

Lihat e-Katalog Buat rencana Login pada SPSE; Buat Paket; Lihat permintaan pembelian Pilih distributor Persetujuan Download /Cetak Login Persetujuan Download perjanjian notifikasi