BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Untuk itu, pendidikan harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang sesuai yang diharapkan. Upaya yang
dapat dilakukan ialah meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan mutu
sistem pendidikan yang digunakan. Dalam peningkatan mutu pendidikan kondisi
lembaga pendidikan haruslah dipastikan telah mendukung hal tersebut. Lembaga
pendidikan merupakan sarana untuk memperoleh berbagai informasi tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Rendahnya kualitas pendidikan diakibatkan beberapa faktor motivasi,
bahan ajar, alat bantu belajar, dan metode dalam belajar. Salah satu faktornya
adalah pengajar yang cenderung menggunakan metode ceramah yang membuat
proses belajar mengajar sangat membosankan. Kegiatan belajar mengajar terletak
disalah satu pihak saja (guru/dosen) dan kurang menyebabkan interaksi sosial
mahasiswa dengan kata lain hanya mengejar tujuan kurikulum semata.
Dalam melaksanaan kurikulum yang sesuai dengan pedoman penyusunan
silabus pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di FKIP Universitas HKBP
Nommensen; salah satu indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai
mahasiswa adalah mahasiswa dapat menulis karangan argumentasi dengan baik.
Namun dalam kenyataanya tidak jarang mahasiswa yang mengalami kesulitan
dalam menulis karangan argumentasi sehingga kemampuan mahasiswa menulis
karangan argumentasi juga disebabkan oleh suasana kelas yang membosankan
sehingga mereka tidak begitu tertatik mengikuti pembelajaran. Sehingga perlu
pemikiran khusus untuk mengatasi hal tersebut seperti menerapkan model
pembelajaran yang dapat merangsang dan menciptakan strategi yang bervariasi
dalam mengajar.
Dalam hal ini untuk mempermudah pengajaran keterampilan menulis yang
dianggap mahasiswa suatu mata pelajaran yang sulit dan membosankan,
khususnya dalam hal menulis karangan argumentasi. Disamping karangan yang
beragam jenisnya dan perlu ekstra hati-hati untuk membedakannya seperti yang
sering terjadi dalam ujian akhir, mahasiswa diharapkan untuk memahami bahkan
dapat menulis berbagai jenis karangan dengan baik. Namun kenyataanya
mahasiswa sering sekali tidak mampu memahami dan menulis karangan
argumentasi. Hal inilah yang menjadi fenomena dalam setiap mahasiswa.
Keadaaan ini akan menjadi mudah bagi mahasiswa jika didukung oleh
model pembelajaran yang menarik; seperti model pembelajaran ROPES yang
peneliti pilih. Setelah peneliti mempelajari model ini, maka peneliti
memperkirakan bahwa model ini sangat tepat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi. Model
Pembelajaran ROPES ini juga membuat suasana pembelajaran di ruangan kelas
menjadi lebih hidup dan tentunya situasi ini menyenangkan bagi mahasiswa
karena motivasi mereka agar aktif mengikuti pembelajaran di kelas. Berdasarkan
asumsi-asumsi tersebut peneliti mencoba mengangkat judul ”Efektivitas model
mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP
Universitas HKBP Nommensen.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat didentifikasikan
masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran dosen di kelas?
2. Bagaimanakah minat mahasiswa terhadap pembelajaran menulis karangan
argumentasi?
3. Bagaimanakah kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan
argumentasi?
4. Apakah model pembelajaran ROPES lebih efektif dibanding model
pembelajaran peningkatan berpikir terhadap kemampuan menulis
karangan argumentasi?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah yang ada serta terbatasnya daya dan
waktu yang dimiliki penulis, maka penelitian ini dibatasi hanya membahas
permasalahan pada efektivitas model pembelajaran ROPES terhadap kemampuan
menulis karangan argumentasi oleh oleh mahasiswa program studi pendidikan
bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen.
Sesuai dengan masalah yang telah dibatasi pada bagian pembatasan
masalah penelitian ini dalam bentuk pertanyaan. Adapun rumusan masalah
penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah Efektivitas Model Pembelajaran
ROPES Terhadap Kemampuan Menulis Karangan Agumentasi oleh mahasiswa
program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP
Nommensen.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti ini adalah:
1. Mengetahui penggunaan model pembelajaran ROPES dalam kelas.
2. Mengetahui efektivitas model pembelajaran ROPES terhadap kemampuan
menulis karangan argumentasi oleh mahasiswa program studi pendidikan
bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen.
3. Mengetahui kemampuan mahasiswa terhadap kemampuan menulis
karangan argumentasi.
F. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian dapat memberikan manfaat baik bagi peneliti maupun
orang lain. Besar kecilnya manfaat itu tergolong keberhasilan peneliti itu sendiri
dalam memberi kontribusi bagi kehidupan masyarakat kini dan masa yang akan
datang.
1. sebagai bahan masukan bagi mahasiswa program studi pendidikan bahasa
dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen dalam menulis
karangan argumentasi
2. sebagai bahan masukan bagi dosen bahasa dan sastra Indonesia.
3. sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Teoritis
1. Model Pembelajaran ROPES
1.1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha pihak lain yang dapat
menghidupkan, merangsang, menggerakkan, dan mempercepat proses perilaku
belajar. Guru bertanggungjawab untuk mengembangkan tujuan belajar kognitif
(pengetahuan), apektif (sikap), dan phsikomotor (keterampilan). Apabila para
pendidik (guru) telah berbuat paling baik dalam proses pembelajaran, maka akan
terlihat sejauh-mana proses pembelajaran itu telah dicapai. Howart (dalam
Tanjung, 2007:21) menyatakan “Pembelajaran adalah suatu aktifitas untuk
mencoba, mendorong, membimbing seorang untuk mendapatkan, mengubah atau
meningkatkan skill, aktivitas, ideas, appresiasi (penghargaan)”.
1.2. Model Pembelajaran
Model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan
pertama kali oleh Thelan, dalam perkembangan selanjutnya diperluas oleh Sharan
dan Kawan-kawannya di Univeristas Tel Aviv.
b. Model Pembelajaran Jigsaw
Model ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di
Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di
universitas Jhon Hopkins. Dalam penerapan Jigsaw, mahasiswa dibagi
berkelompok dengan 5 atau 6 kelompok belajar heterogen.
c. Model Pembelajaran STAD
Model STAD ini dikembangkan oleh Robert Salvin dan temannya di
Universitas Jhon Hopkins dan merupakan kooperatif yang paling sederhana.
Dosen yang mengunakan STAD juga mengacu kepada belajar kelompok
mahasiswa, menyajikan informasi akademik baru pada mahasiswa setiap minggu
dengan mengunakan presentasi verbal atau teks.
d. Model Pembelajaran ROPES
Model Pembelajaran ROPES dikemukakan oleh Hunst. ROPES
merupakan singkatan dari Review Overview Presentation Exercise Summary.
Keempat dari singkatan ROPES ini akan menjadi prosedur atau tahapan pada
proses pembelajaran. Pembelajaran ROPES dirancang agar mahasiswa dapat
mencari, menemukan, dan merancang pengetahuannya sendiri sesuai dengan
Namun untuk mendukung kepentingan serta terarahnya penelitian ini,
model yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
ROPES.
1.3 Model Pembelajaran ROPES
Model pembelajaran ROPES dikemukakan oleh Hunst. ROPES
merupakan singkatan dari Review Overview Presentation Exercise Summary.
Menurut Hunts (dalam Rosyada, 2004:145) jika prosedur pembelajaran
dikembangkan dengan model ini maka porses pembelajaran dalam lima menit
pertama dimulai dengan Review. Dalam hal ini Review adalah peninjauan kembali
pengalaman dari pengetahuan sebelumnya yang sudah mereka miliki. Dalam
Review ini dosen mencoba mengukur kesiapan mahasiswa untuk mempelajari
bahan-bahan ajar yang akan diajarkan. Dosen bisa menyampaikan beberapa
pertanyaan pokok mengenai basis pengetahuan mahasiswa tersebut yang bisa
mengukur kesiapan kelas untuk memasuki materi baru.
Tahap peninjauan ini diperlukan karena tiga argumentasi, yaitu:
a. dosen bisa memulai pelajaran jika perhatian dan motivasi mahasiswa
untuk mempelajari bahan baru sudah mulai tumbuh
b. dosen juga bisa memulai pelajaran jika interaksi antara dosen dengan
mahasiswa sudah terbentuk
c. dosen bisa memulai pelajaran jika mahasiswa sudah memahami bahan ajar
sebelumnya yang menjadi dasar bahan ajar baru.
Jika mahasiswa tersebut belum memahami pelajaran sebelumnya, maka
doen dituntut untuk mengulas kembali pelajaran tersebut secara singkat. Setelah
sering juga disebut sebagai orientasi atau pengarahan dosen tentang hal-hal yang
kurang jelas tentang materi yang lalu. Sanjaya (2005:71) mengemukakan,
“Layaknya seorang dokter yang profesional, sebelum ia melakukan treatment atau
tindakan kepada pasien, terlebih dahulu ia akan melakukan diagnosis, misalnya ia
akan bertanya bagian mana yang sakit atau apakah pasien sudah minum obat
sebelumnya dan sebagainya sambil memeriksa bagian tubuh pasien.”
Demikian jugalah yang dilakukan dosen untuk mengetahui kemampuan
awal mahasiswa. Dosen harus mendiagnosis bagian mana dari pelajaran itu yang
telah dipahami oleh mahasiswa. Mungkin saja ada mahasiswa yang lebih paham
tentang pelajaran yang akan diberikan dosen tersebut, karena dosen itu mungkin
telah membaca buku-buku lain yang dianggap relevan dengan buku yang menjadi
rujukan dosen.
Tahap kedua adalah Overview, yang artinya gambaran ikhtisar. Pada tahap
ini dosen menjelaskan tujuan dan sasaran pembelajaran, termasuk manfaat dan
kegunaan dari mempelajari materi yang akan diajarkan oleh dosen. Dalam hal ini
dosen menyampaikan content (isi) secara singkat beserta outlinenya dan
strategi-strategi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran selama 40 atau 80 menit
ke depan.
Pada tahap ini dosen memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk
menyampaikan pandangan dan usul mereka dalam langkah-langkah pembelajaran
sehingga mereka melaksanakan tahap-tahap kegiatan yang mereka setujui. Karena
apa yang telah mereka setujui harus mereka pertanggungjawabkan juga. Selain
merasa dihargai, mereka juga akan merasa tidak tertekan dalam proses
komunikasi dua arah yaitu dari mahasiswa ke mahasiswa. Dosen berusaha
mengajak mahasiswa untuk berpikir sehingga kemampuan berpikir mahasiswa
tersebut berkembang. Sebagaimana pada tahap peninjauan, tahap ini juga tidak
boleh lebih lama dari lima menit sehingga waktu belajar tetap terpenuhi.
Tahap ketiga adalah Presentation yakni penyajian materi. Pada tahap ini
dosen bertugas menyampaikan penjelasan-penjelasan penting dari dosen tentang
isi penjelasan hari itu. Pada tahap penyajian ini kegiatan bervariasi yang terdiri
dari tiga hal, yaitu telling, showing, dan doing yang artinya menceritakan,
menunjukkan, dan mengerjakan. Dosen menceritakan dan menjelaskan tentang
pelajaran hari itu kemudian dosen menunjukkan penjelasannya melalui slide,
overhead atau lainnya, lalu mahasiswa mengerjakan tugas yang diberikan dosen.
Dosen yang baik harus mampu menjelaskan berbagai informasi secara jelas dan
terang, agar mudah diterima oleh mahasiswa. Keterampilan melakukan penyajian
yang baik merupakan lanjutan dari keterampilan berkomunikasi yang baik. Suatu
penyajian itu dikatakan baik apabila:
a. Penyaji energik dan penuh semangat
b. Adanya kontak mata dengan mahasiswa sebagai audiens
c. Penyaji berbicara dengan jelas dan cukup keras
d. Sesekali bergerak saat berbicara.
Seorang dosen yang berperan menjadi penyaji harus mampu
menyampaikan pelajaran yang menarik dan juga mampu menghubungkan
pelajaran tersebut ke kehidupan nyata. Sehingga mahasiswa merasa bahwa
pelajaran itu penting karena pelajaran itu nyata dan bukan khayal semata.
serap mahasiswa tentang pelajaran yang mereka dapatkan. Apalagi jika
kompetensinya memasuki wilayah efektif dan psikomotorik, strategi yang
menekankan pada proses pembelajaran dengan ‘ doing ‘ menjadi sangat penting,
karena penerimaan tanggapan dan penanaman nilai akan otomatis sudah berjalan
dalam proses mereka memperoleh berbagai kompetensi sebagaimana yang
diharapkan.
Tahap berikutnya adalah Exercise yang artinya latihan. Latihan dapat
terdiri atas pembahasan teori yang dapat berupa tanya jawab, tugas-tugas berupa
soal dan praktikum. Pelatihan berupa praktikum untuk sains sangat baik untuk
dilaksanakan, karena hal ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mempraktekkan apa yang telah mereka pahami. Untuk ilmu sains bisa dilakukan
praktik di laboratorium, untuk bahasa bisa berlatih di kelas. Latihan ini perlu
direncanakan skenarionya jika tidak, sulit bagi guru untuk memberikan
pengalaman-pengalaman manipulatif melalui berbagai praktikum di perkuliahan.
Oleh sebab itulah dosen mempersiapkan perencanaan pembelajaran. Pada tahap
ini terjadi komunikasi antara dosen dengan mahasiswa dan antara mahasiswa
dengan mahasiswa. Hal ini bertujuan agar mahasiswa tersebut belajar
bersosialisasi dengan teman-temannya. Selain itu praktikum itu dalam waktu yang
cukup lama karena pelajaran itu langsung dapat diamati. Tetapi jika latihan itu
berupa soal-soal, maka ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan otak
mahasiswa tersebut dalam memecahkan suatu masalah. Di sini dosen berperan
sebagai pembimbing dan pemantau agar mahasiswa aktif bekerja.
Tahap akhir adalah summary, yakni ringkasan kesimpulan tentang
dosen dapat menanyakan pendapat mahasiswa terlebih dahulu mengenai
kesimpulannya. Selain itu, dosen dapat menyempurnakan pendapat dari
mahasiswa tersebut. Bagian ini merupakan bagian yang sering tertinggal oleh
dosen. Hampir setiap dosen tidak pernah membuat kesimpulan dari apa yang telah
diajarkan di kelas, karena kebanyakan mereka berkonsentrasi pada penyajian
materi, sehingga tidak mempunyai waktu untuk membuat kesimpulan. Padahal
kesimpulan itu sangat dibutuhkan oleh mahasiswa untuk memperkuat dari apa
yang telah mereka pahami dalam proses pembelajaran.
Agar waktu tersedia dapat digunakan seefesian mungkin, maka seorang
dosen harus membuat suatu perencanaan pembelajaran beserta pembagian
waktunya di mana penentuan alokasi waktu tergantung pada keluasan dan
kedalaman materi serta tingkat kepentingannya. Sehingga dengan demikian dosen
dapat berpedoman pada perencanaan pembelajaran yang telah dibuat sehingga
pembelajaran terlakasana dengan efektif.
1.4. Keunggulan dan kelemahan Model Pembelajaran ROPES
Adapun yang menjadi keunggulan dan kelemahan model pembelajaran
ROPES ini adalah:
KEUNGGULAN KELEMAHAN
1. Memberi kesempatan yang optimal
Kepada peserta didik untuk
menyampaikan pandangan dan usul
mereka dalam langkah-langkah
pembelajaran
2. Belajar tidak hanya mendengarkan
tetapi dilengkapi dengan
1.Semua peserta didik tidak sama
kepentingannya terhadap pandangan
dan usul yang diajukan
2. Mungkin kegiatan belajar
membutuhkan waktu yang lebih
lama dari waktu yang telah
menceritakan, menunjukkan, dan
mengerjakan (telling, showing, dan
doing).
3. Dapat digunakan bersama model
lain sehingga penggunaan model ini
bervariasi
4. Peserta didik diberi kesempatan
mempraktikan apa yang telah
dipahaminya
5. Kegiatan belajar dilakukan dalam
suasana gembira dan partisipatif, tidak
menjemukan.
3.Membutuhkan kemahiran
pendidik dalam menyusun bahan
belajar dan alat bantu untuk
penyajiannya dan alat bantu untuk
penyajiannya
4. Hanya efektif bagi peserta didik
yang telah paham atas pembelajaran
yang telah diajarkan
5. Cenderung mengarahkan pikiran
peserta didik kepada pola yang
dilakukan pendidik.
2. Pengertian Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah
model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan
kemampuan berpikir siswa. Menurut Peter Reason (1981), berpikir (thingking)
adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering)
dan memahami (comprehending) (dalam Sanjaya, 2006:230). Menurut Reason
mengingat dan memahami lebih bersifat pasif dari pada melibatkan usaha
penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali
atas permintaan, sedangkan memahami memerlukan pemerolehan apa yang
didengar dan dibaca serta keterkaitan antar-aspek dalam memori.
Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami,
mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang
memiliki kemampuan juga dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan berpikir
seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami. Hal ini
seperti yang dikemukakan Peter Reason, bahwa berpikir tidak mungkin terjadi
tanpa adanya memori. Bila seseorang kurang memiliki daya ingat (working
memory), maka orang tersebut dipastikan tidak akan memiliki catatan masa lalu
yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi pada
masa sekarang. Dengan demikian, berpikir sebagai kegiatan yang melibatkan
proses mental memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, sebaliknya
untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan proses mental yang disebut
berpikir.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka MP PKB bukan hanya sekedar
model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan
memahami berbagai data, fakta, atau konsep, akan tetapi bagaimana data, fakta,
dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk kemampuan berpikir
mahasiswa dalam mengahadapi dan memecahkan suatu persoalan.
2.1 Karakteristik Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
(MP PKB)
Menurut (Sanjaya, 2002:226) Sebagai model pembelajaran yang diarahkan
untuk mengembangkan kemampuan berpikir, MP PKB memiliki karakteristik
utama, yaitu:
1. Proses pembelajaran melalui MP PKB menekankan kepada proses mental
hanya menuntut mahasiswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi
menghendaki aktivititas mahasiswa dalam proses berpikir.
2. MP PKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses Tanya jawab secara
terus-menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir
mahasiswa, yang gilirannya kemampuan berpikir dapat membantu
mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi
sendiri.
3. MP PKB adalah model pembelajaran yang menyadarkan kepada dua sisi
yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Porses belajar
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil
belajar diarahkan untuk mengkonstrusi pengetahuan atau penguasaan
materi pembelajaran baru.
2.2. Tahapan-tahapan Pembelajaran MP PKB
MP PKB menekankan kepada keterlibatan mahasiswa secara penuh dalm
belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat MP PKB yang tidak mengharapkan
mahasiswa sebagai objek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan
dosen kemudian mencatat untuk dihafalkan. Cara yang demikian bukan saja tidak
sesuai dengan hakikat belajar sebagai usaha memperoleh pengalaman, namun juga
dapat menghilangkan gairah motivasi belajar mahasiswa (George W.Maxim,
1987)
Ada 6 cara dalam Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Yaitu:
Pada tahap ini dosen mengondisikan mahasiswa pada posisi siap untuk
melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan pertama, penjelasan
tujuan harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi
pelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki oleh mahasiswa.
Kedua, penjelasan proses pembelajaran tentang apa yang harus dilakukan
mahasiswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
Pemahaman mahasiswa terhadap arah dan tujuan yang harus dicapai dalam
proses pembelajaran seperti yang dijelaskan pada tahap orientasi sangat
menentukan keberhasilan MP PKB. Pemahaman yang baik akan membuat
mahasiswa tahu ke mana mereka akan dibawa, sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar mereka. Oleh sebab itu, tahapan ini merupakan tahapan yang
sangat penting dalam implementasinya proses pembelajaran. Untuk itulah dialog
yang dikembangkan dosen pada tahapan ini harus mampu mengugah dan
menumbuhkan minat belajar mahasiswa.
b. Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman
dan kemampuan dasar mahasiswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang
akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah dosen mengembangkan dialog dan tanya
jawab untuk mengungkapkan pengalaman apa saja yang telah dimiliki mahasiswa
yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal
pemahaman itulah selanjutnya dosen menentukan bagaimana ia harus
mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus
dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman mahasiswa. Untuk
merangsang peningkatan kemampuan mahasiswa pada tahapan ini dosen
memnberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukakan jawaban
atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan kemampuan dasar atau
pengalaman mahasiswa seperti yang diperoleh pada tahap kedua. Pada tahap ini
dosen harus dapat mengembangkan dialog agar dosen benar-benar memahami
persoalan yang harus dipecahkan. Hal ini disebabkan pemahaman terhadap
masalah akan mendorong mahasiswa untuk berpikir.
d. Tahap Inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam MP PKB. Pada tahap inilah
mahasiswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri,
mahasiswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu,
tahapan ini dosen harus memberikan ruang dan kesempatan kepada mahasiswa
untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan persoalan. Melalui
berbagai teknik bertanya dosen harus menjelaskan, mengungkapkan fakta sesuai
dengan pengalamanya, memberikan argumentasi yang meyakinkan,
mengembangkan gagasan, dan lain sebagainya.
e. Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan pembentuk pengetahuan baru melalui
proses penyimpulan. Tahap ini mahasiswa dituntut untuk dapat menemukan
kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Tahap ini melalui dialog,
dosen membimbing agar mahasiswa dapat menyimpulkan apa yang mereka
bisa juga dikatakan sebagai tahap pemantapan hasil belajar, sebab pada tahap ini
mahasiswa diarahkan untuk mampu mengungkapkan kembali pembahasan yang
dianggap penting dalam proses pembelajaran.
f. Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahapan penajian masalah baru sepadan dengan
masalah yang disajikan. Tahap transfer dimaksudkan sebagai tahapan agar
mahasiswa mampu mentransfer kemampuan berpikir setiap mahasiswa untuk
memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini dosen dapat memberikan
tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.
3. Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi
3.1. Pengertian Kemampuan
Poerwadarminta (1987:628) menyatakan, “Kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan sesuatu.” Menurut Asmah
(1987:7), mengatakan :
Kemampuan adalah identik dengan keterampilan. Kemampuan sangat menghendaki tingkat kecerdasan serta perhatian yang lebih tinggi. Kemampuan terus menerus menghendaki adanya tingkat perhatian. Dan untuk mempertahankan tingkat kemampuan yang tinggi perlu perhatian yang terus menerus pula.
3.2. Pengertian Menulis
Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah proses
belajar yang dialami siswa mulai tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Menulis merupakan proses bernalar. Saat menulis, penulis harus berfikir
menghubung-hubungkan berbagai fakta-fakta membandingkan dan sebagainya.
Proses bernalar (penalaran) merupakan proses berfikir sistematis untuk
penulis menuliskan buah pikirannya dengan sistematis logis dan membuat
kesimpulan yang tepat.
Seperti yang dikatakan Suriamiharja (1996:2) mengatakan, “ Menulis
adalah jelmaan bahwa lisan, menyalin atau melahirkan perasaan seperti
mengarang, membuat surat, laporan dan sebagainya.” Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa, “Menulis merupakan proses bernalar dalam menyalin atau
melahirkan perasaan seperti mengarang, membuat surat, laporan dan sebagainya.
3.3. Pengertian Argumentasi
Menurut Keraf (1992:3), “Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang
berusaha mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain agar mereka itu percaya
dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau
pembicara.”. Melalui Argumentasi penulis ataupun pembicara merangkai
fakta-fakta sedemikian rupa, Sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat
atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Dalam menulis teknik karangan
argumentasi dibagi menjadi tiga yaitu: pendahuluan, tubuh (isi), penutup
(kesimpulan). Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut lagi.
a Pendahuluan: bagian pendahuluan menyajikan latar belakang, alasan
memilih topik, ruang lingkup, batasan pengertian topic, permasalahan dan
tujuan penulisan kerangka acuan uang digunakan, tertentu saja untuk
tulisan popular. Pendahuluan tidak perlu menyajikan semua unsur yang
dikemukakan di atas.
b Tubuh dan Isi: Berdasarkan pandangan sebuah organisasi atau kerangka
keterangan, penulis sehingga menyatakan uraian mengenai tiap bagian
para pembaca tampak lebih jelas. Dalam ruang lingkup metode-metode
yang disajikan itu, penulis mengunakan fakta-fakta untuk mengkonkritkan
informasi yang disampaikan itu. Kaitan antara fakta harus dijalin
sedemikian rupa sehingga kaitanya logis. Pendapat dan gagasan yang
disampaikan biasanya dijalin dalam aline-alinea padu.
c Penutup (Kesimpulan): Penulis akhirnya menyampaikan kesimpulan
mengenai apa yang disajikan dalam isi argumentasi, sesuai dengan sifat
argumentasi. Kesimpulan yang diberikan hanya bersifat semacam
pendapat atau kesimpulan yang diterima atau ditolak pembaca. Yang
penting sudah menyajikan informasi mengenai topic tadi untuk
memperluas wawasan atau pandangan pembaca.
3.4. Pengertian Karangan
Widyamartaya (1990:9) menyatakan bahwa, “Karangan adalah
keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis yang dibaca dan diemngerti oleh
masyarakat pembaca.” Gie (2002:3) mengatakan, “Karangan adalah perwujudan
gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dibaca dan dimengerti oleh
masyarakat.”
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan adalah
perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dibaca dan dimengerti
oleh masyarakat pembaca dalam satu kesatuan tema yang utuh.
3.5. Langkah-langkah Menulis Karangan
Proses menulis atau mengarang pada dasarnya diawali dengan mencari
tujuan, mengembangkan kerangka karangan dan selanjutnya mengakhiri atau
menutup karangan.
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis
karangan argumentasi adalah:
1. Menentukan Tema
Sebelum mulai mengarang, penulis harus mengetahui terlebih dahulu apa
tema dari karangan yang ingin ditulisnya. Tema ini sangat penting ditentukan agar
karangan yang ditulis tidak menyimpang.
2. Menentukan Topik Karangan
Sebelum memulai mengarangn sebuah tulisan, penulis harus terlabih
dahulu menentukan topik atau pokok pembicaraan. Dalam menulis, penulis lebih
baik memilih suatu topik yang benar-benar dikuasai dan menarik perhatian. Topik
dikemukakan dengan rincian data atau bukti dari pada uraian yang bersifat
dugaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (1988:109) yang mengatakan
“Sebuah topik pertama-tama harus menarik perhatian penulis sendiri.Topik yang
menarik perhatian penulis yang memungkinkan penulisannya berusaha secara
teru-menerus, mencari data-data untuk memecahkan masalah yang dihadapi.”
Sehingga penulis akan didorong terus untuk dapat menyelesaikan tulisan itu
sebaik-baiknya.
3. Menetapkan Tujuan
Menetapkan tujuan ulasan adalah penting sebelum menulis, karena ini
sangat berpengaruh dalam menetapkan bentuk, panjang, sifat dan cara menyajikan
tulisan. Tujuan ini sebenarnya sudah mulai tertanam di dalam pikiran penulis,
dirancang dengan sungguh-sungguh. Bila suatu tulisan tidak dilandasi dengan
tujuan yangn jelas dan tegas, dapat menyebabkan tulisan itu tanpa arah yang jelas
dan besar kemungkinan menjadi tulisan yang tidak berhasil atau tidak dipahami
oleh pembaca. Dengan menetapkan tujuan, maka penulis memperoleh ganbaran
tentang persoalan yang akan ditulisnya dan membangkitkan semangat penulis
untuk merangkaikan kata-kata yang tepat.
4. Membuat kerangka Karangan
Kerangka karangan sebaiknya disusun terlebih dahulu sebelum kegiatan
menulis karangan argumentasi dimulai karena kerangka karangan sangat
membantu penulis dalam mengahasilkan sebuah karangan yang baik sehingga
nanti karangan argumentasi yang dibuat akan tersusun dengan baik pula dan
mudah dipahami serta dimengerti oleh pembaca.
5. Mengembangkan Kerangka Karangan
Setelah penyusunan kerangka karangan maka langkah selanjutnya
mengembangkan kerangka karangan yang telah disiapkan mulai dikembangkan
satu per satu. Dalam penulisan atau pengembangan kerangka karangan perlu
dipilih sistem penyajian yang tepat sehingga akan tersusun sebuah karangan
argumentasi yang baik.
3.6. Unsur – unsur karangan argumentasi
Unsur-unsur yang membangun sebuah karangan argumentasi, yaitu:
1. Alur
Menurut (Semi 1990:24) Alur atau plot merupakan rangkaian dari
sudut pandang yang ditandai dengan klimaks. Tindak-tanduk tersebut sekaligus
menandai urutan bagian-bagian dalam keselarasan argumentasi yang baik itu
bagian pendahuluan (awal), tubuh (isi) dan penutup. Dilihat dari cara menyusun
bagian-bagian alur dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu alur maju dan alur
mundur (flashback). Suatu cerita beralur maju apabila cerita disusun mulai dari
peristiwa awal diteruskan dengan peristiwa-peristiwa berikutnya dan berakhir
pada pemecahan masalah. Apabila cerita disusun sebaliknya, yaknidari bagian
akhir dan bergerak ke depan menuju titik awal cerita, alur demikian disebut alur
mundur atau cara flashback.
2. Isi gagasan
Isi adalah pesan-pesan yang akan disampaikan penulis kepada pembaca.
Isi tersebut biasa menceritakan kisah seorang tokoh (tokoh utama dan tokoh
pembantu), keadaan suatu tempat atau peristiwa. Isi cerita harus jelas sehingga
pembaca benar-benar memahami pesan-pesan yang ingin disampaikan penulis.
Dalam mengarang penyampaian yang dimaksud, pikiran, pesan atau gagasan
haruslah jelas tertuang dalam kalimat-kalimat yang logis sehingga mudah
dipahami si pembaca. Sebuah kalimat yang baik selalu meguraikan satu gagasan
saja. Di dalam satu kalimat tidak mungkin diadakan pembahasan dari satu
gagasan lain atau menghubungkan gagasan yang tidak mempunyai korelasi.
3. Penggunaan kalimat
Kalimat adalah bagian terkecil dari ujaran yang mengungkapkan suatu
konsep pikiran atau perasaan yang utuh ketatabahasaan. Komunikasi secara
tertulis perlu dengan mengunakan kalimat yang baik. Keraf (1991:35),
gagasan atau perasaan pembicaraan atau penulis dengan pembaca, yakni apa yang
dimaksudkan penulis sesuai dengan pemahaman pembaca.
Agar kalimat mudah dipahami pembaca, diperlukan kemampuan penulis
untuk menyusun kalimat secara tepat, sederhana dengan memperhatikan
penggunaan tanda baca. Kesalahan dalam penggunaan tanda baca akan
berdampak negative terhadap pemahaman pembaca terhadap pesan-pesan yang
disampaikan penulis.Penggunaan kalimat yang dimaksud dalam penelitian ini
mengarah kepada dua hal, yakni penggunaan ejaan dan tanda baca (mekanisme
penulisan).
4. Koherensi
Koherensi adalah keselarasan antara kalimat yang satu dengan kalimat
yang lain sehingga membentuk satu kesatuan cerita, Namun hubungan tersebut
tidak dilihat dari bentuk kalimat, melainkan dari isi cerita yang menghubungkan
yang proposisi satu dengan proposisi lainnya.
B. Kerangka Konseptual
Dalam pembelajaran, banyak model yang dapat digunakan diantaranya
model pembelajaran ROPES dan model pembandingnya adalah Model
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (MP PKB). Model
pembelajaran ROPES merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikemukakn oleh Hunst yang berupa singkatan dari Review Overview
Presentation Exercise Summary. Singkatan ROPES ini sekaligus menjadi tahapan
atau langkah yang disusun secara sistematik untuk menerapkan suatu proses
Model pembelajaran ROPES ini memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukakan oleh dosen dan mahasiswa secara berurutan untuk mencapai target
kompetensi yang harus dicapai. Pembelajaran ini dirancang agar prosesnya
berorientasi pada mahasiswa. Artinya, dalam hal ini dosen menempatkan
mahasiswa sebagai subjek belajar yang dapat mencari, menemukan, dan
merancang pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengalaman belajar yang
dilakukannya argumentasi adalah skor yang diperoleh mahasiswa dalam
menyelesaikan tes yang berkaitan dengan karangan setelah mahasiswa menerima
perlakuan dengan pembelajaran ROPES.
Salah satu cara untuk mencapai hasil belajar yang optimal adalah
menerapkan model pembelajaran ROPES dianggap lebih logis dan sistematis
dalam proses belajar-mengajar. Sedangkan Model Pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu pada
proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir mahasiswa. Kemampuan
berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu
kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan
kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki kemampuan
juga dalam berpikir.
C. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan uraian-uraian terdahulu, langkah-langkah selanjutnya adalah
mengajukan hipotesis. Menurut Kartono, “Hipotesis adalah dugaan yang mungkin
salah atau palsu, dan hipotesisnya akan diterima jika faktanya membuktikan
kebenarannya.” (Tanjung 2007:30).
Ha: Model Pembelajaran ROPES lebih efektif dibandingkan dengan model
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir dalam kemampuan menulis
karangan argumentasi oleh mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian memegang peranan penting dalam sebuah penelitian.
Sesuai dengan pendapat Arikunto (2000:22) menyatakan, “Metode penelitian
merupakan struktur yang sangat penting, karena berhasil tidaknya, demikian
rendahnya kualitas hasil penelitian sangat ditentukan oleh ketetapan penelitian”.
Untuk mendukung keberhasilan penelitian ini, metode yang digunakan adalah
metode eksperimen uji t design two group post-test.
B.Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitan
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia, semester enam TA 2014/2015 FKIP-Universitas HKBP
Nommensen-Medan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pembelajaran 2013/2014.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2002:108), “Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP-Universitas HKBP
mahasiswa semester enam T.A ganjil 2013/2014 dengan rinciannya sebagai
berikut:
TABEL I
POPULASI MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
NO Grup Jumlah mahasiswa
1 A 40 Orang
2 B 40 Orang
3 C 46 Orang
Jumlah 126 Orang
2. Sampel
Sampel diperoleh melalui teknik sampel kuota atau quota sample. Teknik
ini didasarkan pada jumlah yang sudah ditentukan, dengan menghubungkan
subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi. Hal yang terpenting adalah
terpenuhinya jumlah (quotum) data yang telah ditetapkan. (Arikunto, 2006:141).
Penelitian ini bersifat eksperimen sehingga sampel penelitian dibagi atas
dua kelompok. Kelompok pertama sebanyak 40 orang (Grup A) sebagai kelompok
eksperimen dengan pembelajaran ROPES dan kelompok kedua 40 orang (Grup B)
sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran MP PKB.
D. Desain Eksperimen
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang memberikan
perlakuan terhadap dua kelompok dalam bentuk pembelajaran. Kedua kelompok
tersebut yang kemampuan awalnya sama dapat dicari dengan perlakuan,
argumentasi. Untuk kelompok yang satu sebagai eksperimen diberi pengajaran
menulis karangan argumentasi dengan model pembelajaran ROPES dan kelompok
satunya lagi sebagai kelas kontrol pengajaran menulis karangan argumentasi
dengan Model pembelajaran MP PKB.
TABEL II
DESAIN EKSPERIMEN
Kelas Perlakuan Pos-Test
Eksperimen X1 T2
Kontrol X2 T2
Keterangan:
X1 : Pembelajaran dengan mengunakan Model Pembelajaran ROPES.
X2 : Pembelajaran dengan mengunakan Model Pembelajaran MP PKB.
TI : Tes Kemampuan menulis Karangan argumentasi.
T2 : Tes akhir kemampuan menulis Karangan argumentasi.
TABEL III
JALANNYA EKSPERIMEN TWO-GROUP PERLAKUAN POST-TEST
DESIGN MODEL PEMBELAJARAN ROPES TERHADAP KEMAMPUAN
MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI.
Pertemuan Dosen Mahasiswa Waktu
1. Melaksanakan
pembelajaran menulis
karangan argumentasi
dengan model
Mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan
dosen sesuai dengan
prosedur/tahapan dalam
2.
3. Presentation: Penyajian
materi dengan kegiatan
yang bervariasi yang
terdiri dari telling,
showing, dan doing.
4. Exercise: mengadakan
latihan.
5.Summary: ringkasan
kesimpulan tentang
yang telah dibuat dosen
dalam mengajarkan
karangan argumentasi
3. .Post-test Mahaiswa kembali menulis
sebuah karangan
argumentasi dengan materi
yang telah disediakan oleh
peneliti.
2X 45
TABEL IV
LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKSANAKAN DI KELAS CONTROL
Pertemuan 1
Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa Alokasi Waktu 1. Pendahuluan:
Menyimak penjelasan dan
menjawab pertanyaan
dosen
2x 45 Menit
Pertemuan 2
Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa Alokasi Waktu II. Kegiatan Inti
Tahap Pelacakan
Kegiatan Inti
Penjajakan untuk
2. Salah satu mahasiswa
Tahap Transfer
1. Pemberian tugas
dari dosen yaitu menulis
karangan argumentasi
TABEL V
ASPEK-ASPEK PENILAIAN SERTA BOBOT PENILAIAN
TIAP INDIKATOR
N
O
ASPEK PENILAIAN SKOR BOBOT
1. Kesesuaian Isi 0 – 25
2. Ketepatan Alur 0 – 25
3. Kesatuan Gagasan Kalimat 0 – 20 4. Mekanisme Penulisan 0 – 15 5. Koherensi Kalimat 0 – 15
Jumlah 100
Dengan peringkat nilai sebagai berikut:
Skor 85-100 Sangat Baik (A)
Skor 75-84 Baik (B)
Skor 65-74 Cukup (C)
Skor 55-64 Kurang (D)
Skor 00-54 Sangat Kurang (E)
F. Organisasi Pengolahan data
Organisasi pengolahan data merupakan langkah-langkah yang memegang
peranan penting dalam kegiatan penelitian.Pengolahan data yang terorganisasi
akan memudahkan penelitian dalam mengolah data-data yang telah terkumpul.
Data yang diperoleh akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
2. Mentabulasi skor kelas control
3. Mencari mean kelompok eksperimen
4. Mencari mean kelompok control
5. Mencari standar deviasi eksperimen
6. Mencari standar deviasi control
7. Mencari standar error eksperimen
8. Mencari stanadar error control
9. Mencari standar error perbedaan mean kelas eksperimen dan kelas control
10. Mencari harga To
11. Menguji persyaratan data dengan uji normalitas dan uji homogenitas
G. Teknik Analisa Data
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu hasil belajar mahasiswa
yang mengunakan Model Pembelajaran ROPES dan Model Pembelajaran MP
PKB Untuk itu rumus digunakan adalah:
2
M2 :Mean variabel X2
SEM1-M2 : Standard error perbedaan mean X1 dan X2
Setelah diketahui jumlah To maka dilanjutakan dengan pengujian hipotesis
dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika to< ttabel maka hipotesis nihil diterima
H. Jadwal Penelitian
TABEL V
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITAN
NO JENIS
KEGIATAN
BULAN/MINGGU
Maret April Mei Juni Juli
1234 1234 1234 1234 1234
1 persiapan
(Proposal dan
Perizinan)
1234 1234
2 Pelaksanaan
Penelitian
1234 11234
3 Analisis Data 12
4 Pengiriman
Laporan
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Setelah diadakan penelitian terhadap permasalahan yang diambil maka
menggunakan sampel sebanyak 40 orang dan kelompok kontrol (Y) menggunakan
sampel sebanyak 40 orang.
Penelitian ini berupa penelitian eksperimen dengan menggunakan dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen (X) dengan model pembelajaran ROPES
terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi dan kelompok kontrol (Y)
dengan Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB).
Setelah data penelitian ini terkumpul, selanjutnya adalah menganalisis
data. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data dapat
dilihat di bawah ini.
1. Mentabulasi Skor Kelompok Eksperimen (X)
TABEL VI
SKOR KELOMPOK EKSPERIMEN (X)
NO NAMA PRETEST POSTEST
1 Henny Indriawati Hulu 60 65
2 Endang Prasetya Purba 60 80
3 Intan Silaban 55 65
4 Vina Merina br. Sianipar 70 80
5
Goklas Brikman
Simaremare 70 85
6
Lidia Theresia
Siringo-ringo 65 85
7
Gloria Rivael Br.
Sembiring 70 95
9 Lela Novida Simbolon 65 70
10 Ikawidiati Sinaga 60 75
11 Rita Marsaulina Pasaribu 50 65
12
14 Fainto Girsang 60 65
15 Amrin Jafetman Sinaga 70 80
16 Masni Silaban 70 75
17 Edo Salomo Sormin 70 90
18
Bintoro Pandapotan
Simanullang 50 70
19 Virgina Rosti Situmorang 75 90
20 Ernesta Br.Ginting 60 70
21 Marissan Simamora 65 80
22 Rapiana Gultom 60 75
23 Eva Friska Tarigan 60 75
24
Milta Febriansi Br.
Sembiring 60 80
25 Devika Diniati Hasibuan 75 90
26 Listari Manurung 70 95
27 Rayona Tampubolon 60 65
28 Wilda Mei Santi Irene S 80 95
29 Epin Donta Ginting 60 70
30
Chrisma Dumasari br.
31 Nelly Agustina Manik 50 70
32 Ceria Kisti Br. Tarigan 70 90
33 Juwita Siregar 70 80
34 Jane Andriani Ginting 60 80
35 Agus Sanro Siregar 55 70
36 Ruth Helena Nainggolan 50 75
37
Deswin Rio Pranata
Tarigan 70 75
38 Dameria Sijabat 70 85
39 Lilis DDebora Gultom 50 75
40 Isa Bella Br. Sembiring 75 85
JUMLAH 2575 3135
RATA-RATA 64,38 78,38
Berdasarkan nilai kemampuan menulis karangan argumentasi di atas
diperoleh penyebaran nilai 65 sampai 95. Nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 95.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rata-rata hasil belajar menulis
karangan argumentasi dengan model pembelajaran ROPES yaitu total nilai dibagi
jumlah siswa (sampel), yaitu 3135 : 40 = 78,38. Dengan demikian hasil menulis
karangan argumentasi dengan model pembelajaran ROPES pada kategori baik
yaitu dengan nilai rata-rata 78,38.
Kemudian berdasarkan data di atas, maka langkah selanjutnya melakukan
analisis yang pendeskripsiannya dapat dilihat di bawah ini.
DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR KEMAMPUAN MENULIS
KARANGAN ARGUMENTASI PADA KELOMPOK EKSPERIMEN (X)
X F FX X X2 FX2
65 5 325 -13,38 179,02 895,10
70 6 420 -8,38 70,22 421,32
75 8 600 -3,38 11,42 91,36
80 9 720 1,62 2,62 23,58
85 5 425 6,62 43,82 219,10
90 4 360 11,62 135,02 540,08
95 3 285 16,62 276,22 828,66
40
FX
3135
FX
23019
,
20
Dari tabel di atas dapart dicari rata- rata, standar deviasi dan standar error
variabel yaitu:
a. Rata- rata (Mean) variabel X
X
M
=
N fX
=
40 3135
= 78,38
SD =
c. Standar Error Variabel X
TABEL VIII
DATA HASIL PEMBELAJARAN KARANGAN ARGUMENTASI PADA
KELOMPOK KONTROL (VARIABEL Y)
N
O NAMA PRETEST POSTEST
1 Reni Nelli Tania Manalu 55 60
2 Parida 75 80
3 Nova Yanti Manurung 60 65
4 Marita Butarbutar 75 80
5 Ria Silitonga 50 55
6 Mey Susanti Gultom 65 75
7
Laurence Br.
Tampubolon 80 90
8 Naomisari Sitanggang 55 65
9 Lentina Sitinjak 80 90
10 Answar Jili Tinambunan 60 70
11 Imrawinati Tinambunan 80 75
12 Minarti Manalu 65 70
13 Elitawati Simanihuruk 55 65
14 Betaria Fronika Silalahi 80 80
15
Jeni Sartika Agnes Br.
Sihotang 65 70
16 Friska Yanti Ginting 80 90
17 Eka Juita Situmorang 55 60
18
Irma Erviana Br.
19 Wira marventi Neria. S 55 65
20
Anna Sari Natalia
Tarigan 80 90
21 Sri Sudewi Manalu 65 75
22 Risma Br. Lumantobing 75 75
23 Libra Simatupang 65 65
24 Ema Ragilian Br. Tarigan 75 80
25 Eva Maria Ginting 55 65
26 Rosliani Br. Bukit 65 75
27 Anggreni Br. Surbakti 60 65
28 Soliana Sitanggang 65 70
29 Martini Simanjuntak 75 75
30 Tri Lestari Hutabarat 45 55
31 Ance Rohdearni Purba 60 70
32
Navyanti Raema
Sitompul 45 55
33 Dewi Rita Sitindaon 70 70
34 Herliyana Sitepu 55 70
35
Ruth Damayanti Br.
Sinaga 65 70
36 Kristina Natalia 55 60
37
Visi Wintan Reka Widya
T. 75 75
38 Paiman Pandiangan 60 80
39 Paulina Trisetya Watu 60 75
40
Tetty Agus Sari
JUMLAH 2585 2865
RATA- RATA 64.63 71.63
Berdasarkan nilai kemampuan menulis karangan argumentasi di atas
diperoleh penyebaran nilai 55 sampai 90. Nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 90.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rata-rata hasil belajar menulis
karangan argumentasi dengan model Model Pembelajaran Pengembangan
Kemampuan Berpikir (MP PKB) yaitu total nilai dibagi jumlah siswa (sampel),
yaitu 2865 : 40 = 71,63. Dengan demikian hasil menulis karangan argumentasi
dengan Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB)
pada kategori baik yaitu dengan nilai rata-rata 71,63.
Kemudian berdasarkan data di atas, maka langkah selanjutnya melakukan
analisis yang pendeskripsiannya dapat dilihat di bawah ini.
TABEL IX
DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR KEMAMPUAN MENULIS
KARANGAN ARGUMENTASI PADA KELOMPOK KONTROL (Y)
Y F FY Y Y2 FY2
55 3 165 -16,63 276,56 829,67
60 3 180 -11,63 135,26 405,77
65 7 455 -6,63 43,96 307,70
70 9 630 -1,63 2,66 23,91
75 9 675 3,37 11,36 102,21
80 5 400 8,37 70,06 250,28
40
FX2865
FX3369,37Dari tabel di atas dapat dicari rata- rata, standar deviasi dan standar error
variabel yaitu:
a. Rata-rata (Mean) Variabel Y
M =
N fY
=
40 2865
= 71,63
b. Standar Deviasi Variabel Y
SD =
N fY
2=
40 37 , 3369
=
23 , 84
c. Standar Error Variabel Y
3. Mencari Standart Error Variabel X dan Variabel Y
= 09 , 4
= 2,02
Dari perhitungan di atas diperoleh standar error perbedaan mean kelompok
eksperimen (X) dan kelompok kontrol (Y) = 2,02
B. Pengujian Persyaratan data
Penganalisisan data menggunakan statistik komparasi yaitu dengan
menggunakan uji “t”. Analisis ini digunakan dengan persyaratan bahwa yang
diteliti adalah populasi yang berdistibusi normal dan varians dari
kelompok-kelompok yang membentuk sampel homogen. Dengan demikian normalitas dan
homogenitas merupakan persyaratan dasar bagi berlakunya analisis
komparasional.
a. Uji Normalitas
1) Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen (X)
Untuk menguji normalitas dapat digunakan uji normalitas Lilliefors.
Berikut tabel uji normalitas variabel X.
TABEL X
UJI NORMOLITAS DATA KELOMPOK EKSPERIMEN (X)
65 5 5 -1,54 0,06 0,13 0,07
Diketahui rata-rata variabel X = 78,38
c) Bilangan Baku (Zi)
Zi =
S X X
=
69 , 8
38 , 78 65
= -1,54
Demikian untuk mencari Zi selanjutnya,
d) F(Zi) = 0,5
Zi ( tabel distribusi normal)
= 0,5 – 0,4382
= 0,06
Demikian untuk mencari F(Zi) selanjutnya.
e) S (Zi) =
N fkum
=
40 5
Demikian untuk mencari S (Zi) selanjutnya.
f) L = F(Zi) – S (Zi)
= 0,06 – 0,13
= -0,07 (dimutlakkan)
= 0,07
Demikian untuk mencari L selanjutnya.
Berdasarkan tabel di atas, didapat L
hitung
= 0.13 dengan menggunakan
05 , 0
dan N = 40, maka nilai kritis melalui uji Lilliefors diperoleh L
tabel
=
0.14. Ternyata L
hitung
< L
tabel
(0.13 < 0.14) ini membuktikan bahwa data variabel
X berdistribusi normal.
2) Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol (Y)
TABEL XI
UJI NORMOLITAS DATA KELOMPOK KONRL (Y)
X f Fkum Zi F(Zi) S(Zi) L
60 3 6 -1,27 0,10 0,15 0,05
Diketahui rata-rata variabel Y = 71,63
a) Simpangan Baku
Zi =
S X X
=
18 , 9
63 , 71 55
= -1,81
Demikian untuk memcari Zi selanjutnya,
d) F(Zi) = 0,5
Zi ( tabel distribusi normal)
= 0,5 – 0,4649
= 0,04
Demikian untuk mencari F(Zi) selanjutnya.
e) S (Zi) =
N fkum
=
40 3
= 0,08
f) L = F(Zi) – S (Zi)
= 0,04 – 0,08
= -0,04 (dimutlakkan)
= 0,04
Demikian untuk mencari L selanjutnya.
Berdasarkan table di atas, didapat L
(0.13 < 0.14) ini membuktikan bahwa data variabel
Y berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Variansi Populasi
Untuk menguji homogenitas data diperlukan uji Barttlett. Perhitunganya
dk = N – 1
= 40 - 1
= 39
TABEL XII
HARGA- HARGA YANG PERLU UNTUK UJI BARTLETT
3) Selanjutnya digunakan uji Bartlett dengan Chi- Kuadrat
= (2,3026) {148,20 – 148,41} = (2,3026) (-0,21)
= -0,48 (dimutlakkan) = 0,48
Dari perhitungan di atas diperoleh X2 hitung sebesar 0,48. Harga X2 tabel
(Chi-Kuadrat) pada taraf kepercayaan 95% dengan dk 39 adalah 43,38. Ternyata
X2 < X2 tabel yaitu 0,48 < 43,8. Hal ini membuktikan bahwa variansi populasi
adalah homogen.
4. Pengujian Hipotesis
Setelah dicari normalitas dan homogenitas dari kelompok eksperimen (X)
dan kelompok kontrol (Y) maka hasilnya menunjukkan bahwa persyaratan
analisis dalam penelitian ini berdistribusi normal dan bervarians
kelompok-kelompok sampel adalah homogen. Hal ini menunjukkan bahwa persyaratan
analisis dalam penelitian ini terpenuhi, sehingga dapat dilanjutkan pada pengujian
= 3,34 dikonsultasikan dengan ‘r’ untuk mengetahui berapa %
keefektifannya, maka:
r = t02
r = 3,342
r = 11,16%
Setelah t diperoleh, selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf
signifikansi 5% maupun 1% dan dengan dk = (Ni + N2) – 2 =(40 + 40) – 2 = 78.
Pada tabel t dengan dk = 78 diperoleh taraf signifikan 5% = 2 dan taraf signifikan
1% = 2,65, karena t
0
yang diperoleh lebih besar dari t tabel yaitu 2 < 3,34 > 2,65.
Maka hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal ini
berarti dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan model
pembelajaran ROPES lebih efektif dibandingkan Model Pembelajaran
Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) oleh mahasiswa program studi
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen.
B. Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis di atas dapat
dikemukakan hal-hal berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil akhir mahasiswa pada
pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan model
pembelajaran ROPES dan Model Pembelajaran Pengembangan
2. Hasil akhir menulis karangan argumentasi mahasiswa menggunakan
model pembelajaran ROPES lebih efektif dari pada hasil mahasiswa yang
menggunakan Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir.
3. Rata-rata (mean) hasil akhir mahasiswa menulis karangan argumentasi
dengan menggunakan model pembelajaran ROPES adalah 78,38,
sedangkan rata-rata (mean) hasil akhir mahasiswa menulis karangan
argumentasi dengan menggunakan Model Pembelajaran Pengembangan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat
disimpulkan:
1. Nilai tertinggi kemampuan menulis karangan narasi dengan model
pembelajaran ROPES adalah 95 dan nilai terendahnya 65. Dengan
demikian, nilai rata-rata (mean) kemampuan mahasiswa menulis karangan
argumentasi dengan model ROPES adalah 78,38.
2. Nilai tertinggi kemampuan menulis karangan narasi dengan Model
Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah 90
dan nilai terendahnya 55. Dengan demikian, nilai rata-rata (mean)
kemampuan mahasiswa menulis karangan argumentasi dengan Model
Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah
3. Hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan
model pembelajara ROPES lebih baik dibandingkan dengan hasil
pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan Model Pembelajaran
Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB). Hal ini dapat dilihat dari
perbedaan rata-rata yang diperoleh kedua kelompok.
4. Pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan model pembelajaran
ROPES lebih efektif digunakan daripada Model Pembelajaran
Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) yakni t0 = 3,34, ttabel 5% =
2 dan 1% = 2,65 atau 2<3,43>2,65.
B. SARAN
1. Kemampuan karangan argumenetasi mahasiswa
dengan model pembelajaran ROPES sudah baik, namun masih perlu
ditingkatkan. Hal ini bisa saja dilakukan dengan memberikan latihan yang
maksimal kepada mahasiswa.
2. Pemahaman guru terhadap model-model
pembelajaran sebaiknya ditingkatkan agar proses pembelajaran menulis
karangan argumentasi mahasiswa lebih meningkat lagi.
3. Keefektifan pembelajaran menulis karangan
argumentasi dengan model pembelajaran ROPES dapat mengalami
penurunan. Maka perlu diadakan penelitian lanjutan guna mendapatkan
DAFTAR PUSTAKA
Aam, Sadirman. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru.Jakarta.
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Ali, Muhammad. 1987. Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa
Alwi, Hasan, dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 1990. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
________ 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
________ 2002. Preosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Bangun, Raskita. 2007. Pemamfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Objek dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi oleh Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 2 Brastagi Tahun Pembelajaran 2006/2007. Skripsi
Sarjana Pendididkan Bahasa Indonesia: Unimed.
Barnas. 2007. Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi dengan
Teknik Koreksi Teman Sebaya. (www. Geogle.com) diakses 15 juli 2008.
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Handoko, T. Hani. 2002.Manajemen Edisi Kedua. Yogyakarta: BPEE.
Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Ende Flores: Nusa Indah.
Kosasih, E. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung : Irama Widya.
Maharimin, Ismail. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya.
Moeliono. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Mulyasa. E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Ramlan, M. 1993. Paragraf. Yogyakarta : Andi Offset
Semi, Atar. 1993. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung:Angkasa.
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Sudjana. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Surakhmad, Winarno. 1985. Pengantar Penelitian Pendidikan. Bandung: Tarsito.
Tarigan, Djago. 1986. Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Tarigan, Hendri Guntur. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.