FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN
JAMBAN SEHAT DI DESA EMPAKAN KECAMATAN KAYAN HULU
Gandha Sunaryo Putra
1, Selviana
2Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat K.Sintang: Universitas Muhammadiyah Pontianak1 Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat: Universitas Muhammadiyah Pontianak2
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.111 : Pontianak Email :gandhasunaryoputra90@gmail.com/ 081391716314
Abstrak
Salah satu permasalahan di Indonesia dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah permasalahan pembangunan sanitasi. Permasalahan pembangunan sanitasi di Indonesia merupakan masalah tantangan sosial-budaya dimana yang menjadi permasalahannya adalah perilaku penduduk yang terbiasa Buang Air Besar (BAB) di sembarangan tempat. Desa Empakan merupakan salah satu desa di Kabupaten Sintang dimana penduduknya masih banyak yang buang besar sembarangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan Jamban Sehat Di Desa Empakan Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten Sintang. Metode penelitian dengan desain Cross Sectional, Sampel sebanyak 62 responden diambil dengan teknikpurposive sampling. Teknik analisis data dengan menggunakan uji statistikchi-square.Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan (p=0,000), tingkat ekonomi (p=0,000), pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,000), dan budaya (p=0,00) dengan kepemilikan jamban sehat. Disarankan kepada petugas kesehatan untuk memberikan edukasi dan motivasi kepada para kepala keluarga yang belum memiliki jamban sehat agar segera membangun jamban sehat serta mengikuti program arisan jamban sehat bagi kepala keluarga yang kurang mampu dalam membangun jamban sehat.
RELATED FACTORS WITH THE OWNERSHIP OF A HEALTHY
LATRINE IN THE VILLAGE OF EMPAKAN KAYAN HULU
SUBDISTRICT
Abstract
The Indonesia’s elderly population is soaring but the their health condition is still considered low. One of the problems in Indonesia in improving the degree of public health is the issue of sanitation development. The problem of sanitation development in Indonesia is a problem of socio-cultural challenges in which the problem is the behavior of people who used to defecate on the spot. Empakan Village is one of the villages in Sintang district where the population is still a lot of large exhaust carelessly. The purpose of this study was to determine Factors Associated with Healthy latrine Ownership in Empakan Village Kayan Hulu Subdistrict Sintang District. Research method with Cross Sectional design, Sample as many as 62 respondents taken by purposive sampling technique. Data analysis technique using chi-square statistic test. The results showed there was a significant relationship between education (p = 0,000), economic level (p = 0,000), knowledge (p = 0,000), attitude (p = 0,000), and culture (p = 0,000) with the ownership of a healthy latrine.
It is advisable to health workers to provide education and motivation to the heads of families who do not have a latrine to immediately build a healthy latrine and join to healthy latrine program for the head of the family who are less able to build healthy latrines.
Alamat korespondensi: ISSN 2581-2858
Universitas Muhammadiyah Pontianak Email:gandhasunaryoputra90@gmail.com
Info Artikel
Sejarah Artikel:
Diterima 29 Juni 2017 Disetujui 05 Agustus 2017
Dipublikasi 31 Agustus 2017
Keywords:
Buang Air Besar Sembarangan, Kepemilikan Jamban Sehat
PENDAHULUAN
Berdasarkan data WHO pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 946 juta orang penduduk di dunia masih buang air besar di area terbuka. Data ini juga menunjukkan bahwa sebesar 81% penduduk yang buang air besar sembarangan (BABS) terdapat di 10 negara dan Indonesia menjadi negara terbanyak kedua dengan persentase sebesar 12,9%1.
Buang air besar sembarangan merupakan salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dimana yang menjadi tantangannya adalah masalah sosial budaya.2 Budaya masyarakat yang lebih suka
membuang air besar (BAB) di sembarangan tempat membuat mereka enggan membuat jamban di rumah masing-masing.3
Secara nasional, proporsi rumah tangga yang buang air besar sembarangan pada tahun 2015 sebesar 12,9%. Sementara itu di Kalimantan Barat, proporsi rumah tangga yang buang air besar sembarangan pada tahun 2015 adalah sebesar 18,91% dimana target akses sanitasi layak pada tahun 2015 adalah sebesar 65,91%.4
Kabupaten Sintang merupakan salah satu Kabupaten di Kalimantan Barat dimana masih banyak masyarakatnya yang menggunakan jamban
cemplung. Persentase penduduk yang
menggunakan jamban cemplung di Kabupaten Sintang pada tahun 2015 adalah sebesar 21,03%.5
Perilaku buang air besar (BAB) di sembarang tempat merupakan salah satu kebiasaan yang dimiliki individu akibat dari meniru perilaku orang-orang di sekitarnya. Perilaku buang air besar (BAB) di sembarang tempat ini akan semakin menjadi masalah jika dilakukan oleh kepala keluarga dalam suatu rumah tangga. Hal ini disebabkan karena kepala keluarga memiliki peran dalam sebuah keluarga dan masyarakat yang dianggap dapat mempengaruhi individu dalam sebuah keluarga.6
Desa Empakan merupakan salah satu desa di Kabupaten Sintang dimana penduduknya masih banyak yang buang besar sembarangan. Banyak faktor yang menyebabkan masih banyaknya masyarakat yang buang besar sembarangan di Desa
Empakan. Hasil survey pendahuluan yang
dilakukan terhadap 10 orang responden diperoleh informasi bahwa 60% masyarakat desa empakan
berpendidikan rendah, 50% masyarakat
berpenghasilan rendah, dan 80% masyarakat masih sering buang air besar sembarangan. Selain itu, tingginya angka pertumbuhan penduduk dan
rendahnya tingkat pendapatan masyarakat
menyebabkan semakin buruknya permasalahan sanitasi di Desa Empakan. Disamping itu, faktor lainnya yang menyebabkan masyarakat belum mengetahui mengenai pentingnya jamban sehat adalah karena adanya anggapan bahwa semua urusan sanitasi merupakan urusan pemerintah.
Berdasarkan latarbelakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepemilikan jamban sehat di Desa Empakan Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten Sintang.
METODE
Penelitian dilaksanakan di Desa Empakan Kecamatan Kayan Hulu pada bulan November sampai bulan Februari 2017. Metode penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional, populasi pada penelitian ini sebanyak 180 orang lansia, penelitian ini menggunakan teknik proportional samplingsampel yang dipilih dari proporsi masing-masing dusun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik analisis data dengan menggunakan uji statistik chi square.
HASIL
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
Variabel Frekuensi Persentase (%) Pendidikan
Kurang Baik 35 56
Baik 27 44
Sikap
Kurang Mendukung 29 47
Mendukung 23 53
Sumber: Data Primer, 2017
rendah, 52% responden dengan tingkat ekonomi rendah, 56% responden memiliki pengetahuan kurang baik terhadap jamban sehat, 53% responden memiliki sikap yang mendukung kepemilikan jamban sehat.
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden
Variabel Frekuensi Persentase (%) Budaya
Kurang Baik 70 52
Baik 5 48
Kepemilikan Jamban Sehat
Tidak Memiliki 34 55
Memiliki 28 45
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 2 di atas dpata diketahui, 52% responden memiliki budaya yang kurang baik, dan 55% tidak memiliki jamban sehat.
Tabel 3. Analisa Bivariat faktor Pendidikan dan Pengetahuan dengan kepemilikan jamban sehat
Variabel
Rendah 70,2 29,8 100
0,00
Tinggi 6,7 93,3 100
Pengetahuan
Kurang Baik 80,0 20,0 100 0,00
Baik 22,2 77,8 100
Sikap Kurang Mendukung
86,2 13,8 100
0,00
Mendukung 27,3 72,7 100
Budaya
Kurang Baik 100 0 100 0,00
Baik 6,7 93,3 100
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel.3 di atas dapat di ketahui
bahwa semua variabel dalam penelitian ini
berhubungan dengan kepemilikan jamban sehat dengan pvalue= 0,000.
PEMBAHASAN
1. Hubungan Pendidikan dengan Kepemilikan Jamban Sehat
Menurut Murwati7 pendidikan merupakan
suatu pembentukan watak berupa sikap di sertai
dengan kemampuan dalam keterampilan,
pengetahuan dan kecerdasan. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga, semakin mudah menyerap informasi yang didapat guna menanggapi masalah yang di hadapi. Seseorang yang menerima pendidikan yang lebih baik atau tinggi, biasanya akan lebih mampu berpikir secara obyektif dan rasional. Dengan berpikir secara rasional, maka seseorang akan lebih mudah menerima hal-hal baru yang dianggap menguntungkan bagi dirinya.
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk memberikan kemampuan berfikir, menelaah dan memahami informasi yang diperoleh dengan pertimbangan yang lebih
rasional. Pendidikan yang baik akan
memberikan kemampuan yang baik pula dalam
mengambil keputusan tentang kesehatan
keluarga.8
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Martina, dkk yang menunjukan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kepemilikan jamban keluarga (pvalue =
0,008).9Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Darsana, dkk yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kepemilikan jamban keluarga (pvalue= 0,029).10
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
menarik kesimpulan bahwa pendidikan
merupakan faktor yang penting dalam
memberikan informasi dan meningkatkan kemampuan yang baik pula dalam pengambilan keputusan pada seseorang. Responden yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk memiliki jamban sehat daripada responden dengan tingkat pendidikan yang rendah.
2. Hubungan Tingkat Ekonomi dengan
Kepemilikkan Jamban Sehat
Tingkat pendapatan yang tinggi
memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang baik jika
berpenghasilan rendah yang cenderung kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan serta pemeliharaan kesehatan untuk membeli obat ataupun untuk ongkos transportassi yang dirasa berat.11 Menurut Simanjuntak semakin tinggi
status ekonomi suatu keluarga maka semakin mudah seseorang untuk merubah perilakunya.16
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martina, dkk9
yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara tingkat ekonomi dengan kepemilikan jamban sehat (p value = 0,015). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari12 yang menyatakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara tingkat ekonomi dengan kepemilikan jamban keluarga.
Berdasarkan penelitian ini, peneliti menarik kesimpulan bahwa tingkat ekonomi sangat mempengaruhi dalam kepemilikan jamban sehat karena responden dengan tingkat ekonomi yang baik lebih cenderung untuk memiliki jamban sehat dibandingkan dengan tingkat ekonomi rendah.
3. Hubungan Pengetahuan dengan Kepemilikan Jamban Sehat
Menurut Notoatmodjo, pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.10 Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia. Sejalan dengan Sarwono dalam Otayya13, menyebutkan pengetahuan
merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan suatu observasi tehadap suatu objek. Maka dikatakan pengetahuan merupakan aspek paling penting sebelum melakukan sebuah tindakan).
Peningkatan pengetahuan memang tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku akan tetapi ada hubungan yang positif berkaitan dengan perubahan perilaku. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).11
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Darsana10 yang menyebutkan
bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepemilikan jamban keluarga dengan p
value = 0,000. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari12 yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kepemilikan jamban keluarga dengan pvalue= 0,002.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan seseorang sangat berperan penting dalam kepemilikan jamban sehat. Kepala keluarga yang tahu mengenai pentingnya jamban sehat cenderung memiliki sikap dan perilaku yang positif dalam membangun jamban sehat daripada responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang baik.
4. Hubungan antara Sikap dengan Kepemilikan Jamban Sehat
Menurut Notoatmodjo, sikap merupakan respon yang masih tertutup setelah adanya rangsang atau stimulus, belum termasuk tindakan karena masih
merupakan faktor
predisposisi dari perilaku. Sikap akan
memberikan respon positif atau negatif.
Sikap diri seseorang nanti akan membentuk
suatu tindakan yang positif yaitu menerima
dan tindakan negatif yaitu menolak. Sikap
berbeda dengan tindakan, sikap merupakan
reaksi tertutup, belum reaksi terbuka. Karena
sikap
merupakan
kesiapan
untuk
menghadapi suatu objek tertentu.
11Maka
dari itu sikap masih merupakan faktor
predisposisi tindakan suatu perilaku.
faktor emosi yang bersangkutan misalnya
senang-tidak senang, setuju-tidak setuju,
baik-tidak baik.
15Terwujudnya sikap menjadi suatu
tindakan, menurut Notoadmodjo diperlukan
suatu
kondisi
yang
memungkinkan
seseorang dapat menerapkan apa yang sudah
ia ketahui. Artinya pengetahuan atau sikap
yang baik belum tentu mewujudkan suatu
tindakan yang baik. Karena perubahan sikap
ke arah yang lebih baik akan mempengaruhi
terjadinya peran serta masyarakat yang
merupakan modal utama keberhasilan
program kesehatan.
11Hasil penelitian ini sejalan hasil dengan
penelitian yang dilakukan oleh Darsana, dkk
yang menunjukkan terdapat hubungan yang
bermakna antara sikap dengan kepemilikan
jamban keluarga (p
value
= 0,000).
10Begitu
pula
dengan
penelitian
Sari,
yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara sikap dengan kepemilikan
jamban keluarga (p
value
= 0,000).
3Berdasarkan uraian di atas maka peneliti
menarik kesimpulan, bahwa sikap berperan
penting dalam kepemilikan jamban sehat.
Sikap seseorang yang positif terhadap
kepemilikan jamban sehat akan sangat
mendukung dan mempengaruhi kepala
keluarga dalam membangun jambn sehat.
5. Hubungan antara Budaya dengan
Kepemilikan Jamban Sehat
Pemanfaatan jamban sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kebiasaan
masyarakat. Pemanfaatan jamban oleh
masyarakat belum sesuai dengan harapan, karena masih ada yang buang air besar (BAB) di tempat-tempat yang tidak sesuai dengan kaidah kesehatan, Misalnya sungai, kebun, atau sawah. Hal ini karena kebiasaan (pola hidup) atau
fasilitas yang kurang terpenuhi serta pengetahuan, sikap dan prilaku dari masyarakat itu sendiri maupun kurang informasi yang mendukung terhadap pemanfaatan jamban keluarga.10
Kebiasaan masyarakat yang tidak mau menggunakan jamban merupakan faktor utama meluasnya penyakit. Kebiasaan masyarakat yang lebih suka membuang air besar (BAB) di sembarangan tempat membuat mereka enggan membuat jamban di rumah masing-masing.
Rendahnya pendidikan dan kesadaran
masyarakat membuat kebiasaan buang air besar di sembarang tempat sulit dihilangkan, karena warga lebih suka membuat WChelicopter dari pada membuat jamban di rumah akibat ketiadaan biaya untuk membuatseptic tankyang mahal. Ini sangat berkaitan dengan prilaku masyarakat sendiri yang sudah menjadi kebiasaan bertahun-tahun. Ini sangat berkaitan dengan prilaku masyarakat sendiri yang sudah menjadi kebiasaan bertahun-tahun. Upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat itu
sebenarnya sudah dilakukan sejak lama dengan bantuan pembangunan jamban di beberapa tempat yang membutuhkannya.10
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pulungan, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara budaya responden dengan kepemilikan jamban keluarga dengan hasil uji exact fisher p value
0,486 (p > 0,05).15
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menarik kesimpulan, bahwa budaya sangat berperan penting dalam kepemilikan jamban sehat. Budaya yang kurang baik dalam buang besar sembarangan akan sangat mempengaruhi masyarakat dalam membangun jamban sehat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Kepada
petugas
kesehatan
untuk
memberikan edukasi dan motivasi kepada para
kepala keluarga yang belum memiliki jamban
sehat agar segera membangun jamban sehat
serta mengikuti program arisan jamban sehat
bagi kepala keluarga yang kurang mampu
dalam membangun jamban sehat
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (WHO). 2015. 25 Years Progress on Sanitation and Drinking Water. Geneva. Switzerland.
2. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2010.
Stop Buang Air Besar Sembarangan. Jakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
3. Andreas, H. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keluarga dalam Menggunakan Jamban di Desa Tawin Kecamatan Teluk Kota Ambon. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
4. Kementrian Kesehatan. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Kementrian Kesehatan.
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang. 2015. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang. Kabupaten Sintang. Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang. 6. Kurniawati, L.D. 2015. Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap Perilaku Kepala Keluarga dalam Pemanfaatan Jamban di Permukiman Kampung Nelayan Tambak Lorok Semarang. Jurnal Unnes Vol 2, No 1 (2017). Diakses dari :https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/phpj/a rticle/view/10997
7. Murwati, M. 2012.Faktor Host dan Lingkungan yang mempengaruhi Perilaku Buang Air Besar Sembarangan. Tesis. Semarang. Universitas Diponegoro.http://eprints.undip.ac.id/42524/ 8. Hastono. 2009.Analisis Data Riskesdas 2007/2008.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol 4 No 2
Oktober 2009.
9. Martina, E, Janaid, W.D. dan Andisiri, S.Z. 2016.
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Napalakura Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna. (Disitasi Pada Januari 2017). Diakses dari: http://sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/J1A212076_sit edi_jurnal%20ETI%20MARTINA.pdf
10. Darsana, I.N.,Mahayana, I.M,. Patra, I.M. 2012.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan Jamban Keluarga Di Desa Jehem Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli. (Disitasi pada Nopember 2016). Diakses dari:
http://poltekkes-denpasar.ac.id/files/JURNAL%20KESEHATAN%20
LINGKUNGAN/V4N2/I%20Nengah%20Darsana1 %20I%20Made%20Bulda%20Mahayana2,%20I%20 Made%20Patra3.pdf
11. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan
Masyarakat; Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta
12. Sari, VM, 2011.Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan Jamban Keluarga Di Pemukiman Nelayan Kenagarian Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupataen Pasaman Barat Tahun 2011. Skripsi. Universitas Andalas. 13. Otayya, G. L. 2012. Pengetahuan, Sikap Dan
Tindakan Masyarakat Terhadap Penggunaan Jamban Keluarga (Studi Kasus Di Desa Ilomanga Kecamatan Tabango Kabupaten Gorontalo). Gorontalo. IAIN Sultan Amai.
14. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
15. Pulungan, A.A, Hasan, W dan Nurmaini. 2013.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan Jamban Keluarga Di Desa Sipange Julu Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan. (Disitasi pada Nopember 2016). Diakses dari :http://repository.unand.ac.id/ 20165/